You are on page 1of 16

REFRESHING

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

POSTNATAL CARE

(ASUHAN PASCA PERSALINAN)

Oleh:

Nama : Atika Febriani Permatasari


NIM : 2012730014
Pembimbing : dr. Aranda Tri, S Sp.OG
Rumah Sakit : RSIJ Cempaka Putih

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan refreshing dengan judul Postnatal Care (Asuhan Pasca
Persalinan).Refreshing ini penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan kepanitraan klinik stase Obstetri dan Ginekologi di Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Penulis menyadari refreshingini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran sangat diharapkan guna perbaikan refreshing selanjutnya. Atas selesainya
refreshing ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Aranda Tri, S, Sp.OG yang telah memberikan persetujuan dan pembimbingan.
Semoga refreshing ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, Mei 2016


Penulis

Atika Febriani Permatasari

BAB I
PENDAHULUAN

Masa nifas atau puerperium merupakan suatu proses dimana setelah lahirnya plasenta
semua lata-alat reproduksi kembali seperti semula. Masa nifas ini terjadi sejak 2 jam setelah
halirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari. Pada masa nifas ini banyak sekali
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh ibu seperti perdarahan pascapersalinan yang
merupakan salah satu penyebab kematian ibu terbesar di dunia , seorang ibu yang mengalami
anemia pada saat hamil sehingga pada pascapersalinannya tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah yang hilang, masalah kekuatan kontraksi uterus ibu pascapersalinan dan
masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang muncul pasca persalinan.

Dari permasalahan-permasalahan yang ada membuat seorang penolong persalinan


(bidan atau dokter) diwajibkan untuk mengetahui perkembanga seorang ibu pasca persalinan
serta kondisi bayi yang dilahirkan maka dibuatlah suatu program yang di sebuat Asuhan
Masa Nifas atau Postnatal Care. Pada program ini bertujuan untuk melakukan pengawasan
dan deteksi dini dari ibu pasca melahirkan terkit dengan kondisi-kondisi yang terjadi pada ibu
tersebut, dimulai dari memperhatikan tand-tanda vital, pemeriksaan perdarahan, tanda-tanda
infeksi, serta memberikan edukasi terkait dengan perawatan saat nifas, kebersihan diri,
perawatan bayi, cara Pemberian ASI kepada bayi, serta konsultasi terkait Keluarga Berencana
(KB). Selain bidan atau dokter yang berperan aktif dalam menghadapi masa nifas ini, pihak
keluarga juga sangat penting terhadap kesehatan ibu pasca persalinan karena pada masa ini
juga akan terjadi perubahan psikologi yang terjadi karena adanya perubahan status dari
seorang perempuan menjadi seorang ibu dan dukungan dari pihak keluarga terutama suami
sangat membantu sang ibu dalam menghadapi masa nifas ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Postnatal Care

Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.

Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu atau 42 hari, pada periode ini tubuh terus mengalami
perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.

Masa nifas merupakan suatu periode dalam minggu pertama setelah melahirkan.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan,
nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis ini bisa
mengganggu kondisi seorang ibu baru dan bahkan bisa berdampak pada komplikasi yang
serius.

Postnatal care merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah terjadinya pelahiran
plasenta hingga masa nifas berakhir.

B. Tahap Masa Nifas

Tahap dalam masa nifas terbagi menjadi tiga tahap yaitu:

a. Puerperium dini : yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediet : yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya sekita satu minggu.
c. Puerperium remote : yaitu waktu yang diperlukan unuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi

C. Tujuan Postnatal Care


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi
b. Melaksanakan skrining yang koperhensif, mendeteksi masalah, mengobati, merujuk,
bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi
c. memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, dan
perawatan bayi sehat
d. Pelayanan keluarga berencana (KB)
D. Program Nasional Masa Nifas

Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang
dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi pasca persalinan antara
lain:

a. Kunjungan I (6 8 jam Pasca Persalinan)


Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika berlanjut
Memberi konseling pada ibu atau keluarga untuk mencegah perdarahan
akibat atonia uteri
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil atau sehat

b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)


Memastikan involusio uterus berjalan atau normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-
tanda ada penyulit
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)


Memastikan involusio uterus berjalan atau normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-
tanda ada penyulit
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.

d. Kunjungan IV (6 minggu pasca persalinan)


Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
Memberikan konseling untuk KB secara dini

E. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


a. Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi dimana prose kembalinya uterus ke dalam
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk


pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung
pada peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi sel-sel yang telah ada. Pada masa
postpartum terjadi penurunan kadar hormon-hormon ini yang menyebabkan
terjadinya autolisis dimana terjadi perusakan secara langsung hipertrofi yang
berlebihan sementara sel-sel yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal ini
yang menyebabkan ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab terjadinya subinvolusi yang paling sering terjadi adalah tertahannya
fragmen plasenta dan infeksi.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

1. Iskemia miometrium : disebabkan oleh kontraksi dan retaksi yang terus-


menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot mengalami atrofi.
2. Autolisis : merupakan proses dimana sel mengalami pengahancuran diri
sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Karena terjadi penurunan hormon
estrogen dan progesteron ini menyebabkan aktifnya enzim proteolitik yang
memendekan jaringan otot yang mengendur selama masa kehamilan serta
sebagai perusak sel-sel yang mengalami hiertrofi.
3. Efek oksitosin : oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu dalam menekan
terjadinya perdarahan serta mengurangi situs atau tempat penempelan
plasenta

Involusi Uteri

Involusi Tinggi Berat Uterus Diameter Keadaan


Fundus Uteri Bekas Lekat Serviks
Plasenta (cm)
Bayi lahir Setinggi 1000 gr
pusat
Plasenta lahir 2 jari di 750 gr 12,5 Lembek
bawah pusat
1 minggu Pertengahan 500 gr 7,5 Beberapa hari
pusat-simfisis setelah
2 minggu Tak teraba di 350 gr 3-4 postpartum
atas simfisis dapat dilalui 2
6 minggu Bertambah 50-60 gr 1-2 jari
kecil Akhir minggu
8 minggu Ukuran 30 gr pertama dapat
normal dimasukan 1
jari

b. Perubahan Pada Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus perubahan-perubahan


yang terjadi pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterui yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antar korupus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks
sendiri merah kehitama-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.

Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak robekan dalam persalinan. Pada akhir
minggu ke pertama hanya dapat dilalui 1 jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari servikalis.

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang
seperti celah. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak sama
pada kondisi sebelum hamil. Pada umumnya ostium ekternum lebih besar dan
terdapat retak-retak dan robekan pada pinggirnya. oleh karena robekan ini
menyebabkan terbentuknya bibir depan dan bibir belakang serviks.

c. Lokia

Lokia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/
alkali yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setia wanita. Sekret
mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri.
Lokia mengalami perubahan karena proses involusi

Macam-macam lokia adalah:


1. Lokia rubra / merah : lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum, warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan / luka pada
plasenta dan serabut dari desidua dan choroin.
2. Lokia sanguinolenta : lokia ini berwarna merah kekuningan berisi darah dan
lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari
postpartum.
3. Lokia serosa : lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya biasnaya
kekuningan atau kecoklatan. Lokia ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, terdapat leukosit dan robekan laserasi plasenta .
4. Lokia alba: lokia ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih, kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati.

d. Perubahan Vagina dan Perineum

Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan


mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus menetap sampai
fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita
dianjurkan menggunakan pelumas larutan air saat melakukan hubungan seksual
untuk mengurangi rasa nyeri.

e. Perubahan tanda-tanda vital


Beberapa perubahan tanda-tanda vital yang terjadi pada ibu nifas diantaranya suhu
badan akan naik sedikit (37,5-38C) ini disebabkan karena kerja keras ibu saat
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Suhu tubuh dihari ke-3 akan
meningkat kembali karena terbentuknya ASI, namun bila suhu tidak turun juga ada
kemungkinan infeksi. Kemudian perubahan nadi, pada ibu setelah melahirkan akan
memiliki frekuensi nadi yang lebih cepat dari biasanya. Terjadi penurunan tekanan
darah, bila terjadi peningkatan tekanan darah maka waspada terhadap terjadinya
preeklamsia postpartum, pernapasan selalu berhubungan dengan kesadaran, suhu,
dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikuti.

f. Sistem pencernaan
a. Nafsu makan : Ibu biasanya laparsegera setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengonsumsi makanan ringan.
b. Mortilitas : Secara khas, penurunan tonus dan mortalitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Pengosongan usus : Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.

g. Sistem perkemihan
1. Keseimbangan cairan dn elektrolit
a). Mencapai hemostasis internal
b). Keeimbangan asam basa
c). Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin
2. Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh
a). Pengaturan tekanan darah
b). Perangsangan produksi sel darah merah
3. Sistem urinarius
4. Perubahan hormonal pada masa hamil ( kadar streroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal
selama masa postpartum.
5. Komponen urin
6. Glikosuria ginjal yang diinduksikan oleh kehamilan menghilang.
7. Diuresis postpartum
8. Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama ia hamil.
9. Uretra dan kandung kemih
10. Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan,
yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.

F. Laktasi

a. Fisiologi Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan.

1. Anatomi Payudara
Payudara ( mammae ) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot
dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram,
saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat 3
bagian utama, yaitu:

a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar


b. Areola, yaitu bagian kehitaman di tengah
c. Papila atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
(Gambar 0.1 anatomi payudara (mammae))

1. Korpus
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Tiap lobulus mempunyai saluran
keluar yang disebut duktus laktiferus yang bermuara ke papila mammae. Pembuluh
darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis lateralis dan
vena supervisisalis.

2. Areola
Ada daerah areola mammae duktus laktiferus melebar disebut sinus laktiferus,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat ototpolos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.

3. Papilla atau puting


Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu

a. Refleks Prolaktin
Dalam fisiologi laktasi prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresi oelh
glandula pituitaria anterior, yang penting untuk memproduksi air susu ibu (ASI).

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI


biasanya belum keluar karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero berangsur-
angsur turun hingga kadar tingkat terendah. Diaktifkannya prolaktin akan menaikan
pasokan darah yang beredar lewat payudara. Ini dapat menyekresi bahan penting
untuk pembentukan air susu, globulin, lemak dan molekul-molekul protein yang akan
membengkakkan acini dan mendorong menuju kubuli laktiferus, sehingga sekresi ASI
lebih lancar. Kenaikan kadar protein akan menghambat ovulasi, sehingga mempunyai
fungsi kontrasepsi dan kadar prolaktin paling tinggi pada waktu malam hari.

b. Refleks Oksitosin
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang
kemudian dikeluarkan oksitosin (pengeluaran air susu). Pengeluaran air susu
melibatkan dua hormon dari sel-sel sekretorik ke papila mammae.

a. Tekanan dari belakang: tekanan globuli yang terbentuk di dalam sel akan
mendorong globuli tersebut ke dalam lobulus laktiferus dan isapan bayi
akan memacu sekresi air susu lebih banyak.
b. Refleks neurohormonal: gerakan menghisap bayi akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapt di dalam glandula pituitaria posterior. Di
sekitar alveoli akan berkontraksi mendorong air susu masuk ke dalam
ampula. Refleks ini dapat dihambat dengan adanya rasa sakit, misalnya
jahitan pada perineum. Sekresi oksitosin juga akan menyebabkan otot
uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama peurperium
(nifas).

c. Tanda-tanda Refleks Oksitosin Aktif


Tanda-tanda yang dirasakan ibu bila refleks oksitosin aktif, seorang ibu mungkin akan
mengalami:
1. Rasa diperas atau tajam pada payudar saat sebelum menyusui atauselama
menyusui.
2. ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya atau mendengar tangisan
bayinya.
3. ASI menetes dari payudara lain bila bayi menyusu.
4. ASI mengalir dalam pancaran halus bila bayi lepas dari payudara saat bayi
menyusu.
5. Nyeri karena kontraksi rahim kadang dengan aliran darah selama menyusu dalam
minggu pertama.
6. Isapan pelan dan dalam pada bayi serta ia menelan yang menunjukkan bahwa ASI
mengalir dalam mulut bayi.

d. Peptida Inhibitor dalam ASI


Dalam ASI terdapat zat peptida inhibitor yang dapat mengendalikan produksi
ASI dalam payudara. Zat tersebut dapat mengurangi atau menghambat produksi ASI,
bila ASI tertinggal banyak dalm payudara zat penghambat tersebut menghentikan sel-
sel sekresi untuk berproduksi.
Hal ini akan melindungi payudara terhadap akibat tidak baik bila terlalu
penuh, seperti pada keadaan bayi meninggalkan atau menghentikan menyusu karena
sebab lain. Bila ASI dikeluarkan dengan isapan bayi atau memeras ASI zat
penghambat itu juga brkurang dan payudara membuat ASI lagi.

e. Reflex Pada Bayi


Bayi adalah mahluk yang sangat pintar, dengan perkembangan pesat dari hari
ke hari terutama dalam usia awal hingga 3 tahun usia kehidupannya, yang kita sebut
sebagai Golden Age. Terdapat reflex-reflex utama yang dibawa bayi sejak lahir yang
membantunya untuk tetap survive dan akan menghilang seiring dengan pertambahan
usia bayi.
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme isapan bayi, yaitu:
1. Refleks menangkap/mencari (rooting refleks)
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah
sentuhan, bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha untuk menagkap putting susu.
2. Refleks menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit bayi tersentuh biasanya oleh putting
susu. Supaya putting mencapai bagian belakang palatum maka sebagian besar
areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka sinus laktiferus
yang berada di bawah areola akan tertekan gusi, lidah, dan palatum sehingga
ASI terperas keluar.
3. Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI akan menelannya. Dalam ASI terdapat zat peptida
inhibitor yang dapat mengendalikan produksi ASI dalam payudara. Zat
tersebut dapat mengurangi atau menghambat produksi ASI, bila ASI tertinggal
banyak dalam payudara zat penghambat tersebut menghentikan sel-sel sekresi
untuk berproduksi.

Hal ini akan melindungi payudara terhadap akibat tidak baik bila terlalu
penuh, seperti pada keadaan bayi meninggalkan atau menghentikan menyusui karena
sebab lain. Bila ASI dikeluarkan dengan isapan bayi atau memeras ASI zat
penghambat itu juga berkurang dan payudara membuat ASI lagi.

f. Posisi dan Perlekatan yang Benar


Posisi adalah cara ibu mendekap bayi saat sedang menyusui, dan perlekatan
adalh letak mulut bayi pada payudara ibu kertika sedang menyusu. Posisi dan
perlekatan sangatlah penting. Mengapa penting? Perlekatan yang baik adalah posisi
dagu bayi menempel pada payudara. Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi
berputar ke bawah, dan sebagian besar daerah puting areola payudara masuk ke
mulut bayi. Pada posisi ini, lidah bayi akan dapat bergerak optimal memerasdan
mendorong ASI ke dalam mulutnya. Karena itulah, perlekatan yang baik adalah bila
dagu bayi menempel pada payudara. Karena sumber ASI terletak di bawah daerah
areola (kulit kecoklaan di sekitar puting). Posisi dan pelekatan yang kurang tepat
dapat menyebabkan kesakitan pada ibu (payudara bengkak, puting lecet dan luka)
serta bayi tidak dapat minum ASI secara optimal ketika sedang menyusu, sehingga
mengganggu tumbuh kembangnya. Bagaimanakah posisi dan pelekatan yang benar?

Posisi:
1. Ibu mencari posisi menyusui yang paling nyaman;
2. Ibu mendekap/menggendong bayi sehingga muka bayi menghadap ke
payudara ibu, hidung bayi sejajar dengan puting ibu;
3. Badan bayi juga menghadap ke badan ibu (perut bayi menempel ke perut itu),
sehingga kepala dan badan bayi berada dalam 1 garis lurus (kepala bayi tidak
menengok ke kiri atau ke kanan);
4. Kepada bayi lebih rendah daripada payudara ibu, sehingga kepala bayi
mendongak keatas dan tidak menunduk kebawah, dalam posisi seperti ini,
dagu bayi dan bukan hidungnya yang akan menempel ke payudara ibu;
5. Leher dan bahu bayi ditopang serta badan didekap erat ke badan ibu.
Pelekatan:

1. Usahakan agar bayi memasukkan payudara ibu ke dalam mulutnya dari arah bawah,
sehingga ketika sedang menyusu lebih banyak terlihat areola ibu pada bagian atas
bibir atas dibandingkan dengan areola pada bagian bawah bibir bawah bayi;
2. Mulut bayi terbuka lebar seolah-olah sedang menguap atau menangis, sehingga tidak
saja puting ibu yang masuk ke dalam mulut bayi tetapi juga sebagian besar areola,
karena pabrik-pabrik ASI banyak yang terletak dibawah areola;
3. Bibir bayi, baik yang atas maupun yang bawah, terlipat keluar (dower) dan tidak
terlipat kedalam ketika sedang menyusu; Dagu bayi menempel pada payudara ibu, dan
terlihat juga lipatan pada bagian dagu yang menandakan bahwa bayi sedang membuka
mulut dengan lebar.

g. Langkah langkah menyusui dengan benar


cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar
puting, duduk dan berbaring dengan santai.
Cari posisi yang nyaman
Lengan ibu menopang kepala, leher, dan bahu dan seluruh badan bayi, muka
bayi menghadap ke payudara ibu
ibu mendekan bayi ke tubuhnya
ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, ibu memegang payudara
dengan satu tangan (meletakan empat jari dibawah payudara, ibu jari dan
telunjuk membentuk huruf C, semua jari tidak boleh terlalu dekat dengan
areola
pastikan sebagian besar areola sudah masuk kedalam mulut bayi

h. Perwatan payudara
Menjaga payudara (terutama puting susu) tetap kering dan bersih
Memakai bra yang menyokong payudara
Mengoleskan kolostrum atau ASI pada puting susu yang lecet
Apabila lecet sangat berat, ASI dikeluarkan dan ditampung dengan
menggunakan sendok
Menghilangkan nyeri dengan minum parasetamol 1 500 mg, dapat diulang tiap
6 jam
G. Masalah Psikologis pada Masa Nifas
Fase taking in : yaitu terjadi fantasi, introspeksi, proyeksi dan
penolakan.perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya,mungkin pasif
dan ketergantungan

Fase taking hold : yaitu tahap meniru dan role play


Fase letting go : yaitu ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat
bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian Nanny Lia., Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika
Manuaba, Ayu Chandranita. Dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB
untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sherwood, Laurelee. 2009. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Ed 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

You might also like