Professional Documents
Culture Documents
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Rizki Adi Puspita Sari, SP, MMA Eny Dwiningsih, STP, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
viii
3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data................................ 22
3.4. Definisi Operasional............................................................ 26
ix
5.5. Implikasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bandrek
Pada CV. Cihanjuang Inti Teknik... 57
5.5.1.Penambahan Gudang. 58
5.5.2.Kuantitas Pemesanan Disesuaikan dengan
Kapasitas Gudang.. 61
5.5.3.Perbandingan Biaya Persediaan Perusahaan, Bila
Menambah Gudang, dan Bila Kuantitas Pemesanan
disesuaikan Kapasitas Gudang... 62
6.1 Kesimpulan.......................................................................... 64
6.2 Saran.................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 66
LAMPIRAN................................................................................................ 68
x
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
10. Hasil Perhitungan Safety Stock dengan Metode EOQ Tahun 2007.. 55
xi
18. Perbandingan Biaya Persediaan Perusahaan, Penambahan Gudang,
dan Kuantitas Pemesanan Sesuai Kapasitas Gudang 62
xii
RINGKASAN
Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dalam kelancaran proses
produksi, sehingga setiap perusahaan harus mempunyai persediaan bahan baku
yang mencukupi serta memadai dalam menunjang kegiatan produksi perusahaan.
Apabila pasokan bahan baku tersendat maka kegiatan proses produksi aka n
terhambat. Terhambatnya proses produksi tentu akan berpengaruh terhadap
tingkat output yang dihasilkan. Penurunan tingkat output ini tentu akan
mempengaruhi tingkat penjualan yang berakibat perusahaan tidak mampu
memenuhi permintaan konsumen. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi laba
perusahaan dan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. CV. Cihanjuang Inti
Teknik adalah perusahaan penghasil minuman bandrek yang produknya telah
dipasarkan di dalam dan luar negeri. Pada CV. Cihanjuang Inti Teknik persediaan
bahan baku merupakan hal yang sangat penting untuk proses produksi, oleh
karena itu perusahaan harus dapat menetapkan besarnya persediaan bahan baku
yang optimal dan dapat menekan biaya persediaan agar proses produksi tetap
berjalan lancar.
Tujuan penelitian ini adalah: (1). Mengetahui pengendalian persediaan
bahan baku minuman bandrek yang dilakukan oleh CV. Cihanjuang Inti Teknik.
(2). Merekomendasikan alternatif peningkatan efisiensi dalam pengendalian
persediaan bahan baku minuman bandrek untuk perusahaan.
Penelitian dilakukan di CV. Cihanjuang Inti Teknik, Jl. Cihanjuang No. 204
Cimahi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa CV. Cihanjuang Inti Teknik sebagai salah satu penghasil
minuman bandrek di Jawa Barat yang memiki kemasan yang menarik. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk
pengendalian persediaan bahan baku minuman bandrek menggunakan metode
EOQ (Economic Order Quantity).
Berdasarkan data kebutuhan bahan baku dan biaya persediaan tahun 2007,
kemudian dilakukan penghitungan jumlah pemesanan bahan baku yang optimal
dengan metode EOQ (Economic Order Quantity), penghitungan persediaan
pengaman dan penentuan kapan melakukan pemesanan bahan baku dengan ROP
(Reorder Point).
Perusahaan selama ini melakukan pemesanan sebanyak 12 kali untuk jahe
dan 24 kali untuk gula aren. Persediaan pengaman yang disediakan oleh
perusahaan sebanyak 1959,76 kg untuk jahe dan 3557,1 kg untuk gula aren,
dimana perhitungannya yaitu 40 persen dari jumlah kebutuhan bahan baku selama
sebulan. Total biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun
2007 adalah sebesar Rp. 2.268.000,-. Total biaya penyimpanan yang dikeluarkan
perusahaan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 6.643.000,- dan total biaya
persediaannya sebesar Rp.8.911.000,-.
iv
Bila menggunakan metode EOQ dihasilkan total biaya pemesanan Rp.
504.000,-, total biaya penyimpanan sebesar Rp. 523.918,15, dan total biaya
persediaan Rp. 1.027.918,15. Metode EOQ juga menyebabkan frekuensi
pemesanan lebih sedikit yaitu 3 kali untuk jahe dan 5 kali untuk gula aren.
Persediaan pengaman jika dihitung dengan metode EOQ (Economic Order
Quantity) adalah sebanyak 262,72 kg untuk jahe dan 108,85 kg untuk gula aren.
Waktu pemesanan yang harus dilakukan adalah pada saat jumlah persediaan jahe
mencapai 1691,7 kg dan persediaan gula aren mencapai 2702,56 kg.
Perhitungan EOQ yang demikian tidak sesuai bila diterapkan di CV.
Cihanjuang Inti Teknik karena kapasitas gudang yang tidak mencukupi, oleh
karena itu digunakan perhitungan EOQ yang sesuai kapasitas gudang. Metode
EOQ (Economic Order Quantity) yang disesuaikan dengan kapasitas gudang
dapat dijadikan model alternatif bagi CV. Cihanjuang Inti Teknik dalam
mengendalikan persediaan bahan baku minuman bandrek. Penggunaan metode
EOQ (Economic Order Quantity) tersebut dapat menghemat biaya persediaan di
CV. Cihanjuang Inti Teknik sebesar Rp.3.011.900,- atau 88,17 persen untuk jahe
dan gula aren sebesar Rp.4.639.900,- atau 84,44 persen.
v
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, baik itu perusahaan
bahan baku. Persediaan bahan baku yang ada pada setiap perusahaan tentu
berbeda dari segi jumlah maupun jenisnya, hal ini dimungkinkan karena setiap
Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dalam kelancaran proses
yang dihasilkan. Penurunan tingkat output ini tentu akan mempengaruhi tingkat
itu perlu direncanakan sedemikian agar persediaan tidak terlalu besar dan juga
tidak terlalu kecil. Bila persediaan ditentukan terlalu besar akan menghadapi
1
semua ini akan memperkecil keuntungan yang akan didapat perusahaan.
Demikian pula sebaliknya, bila persediaan terlalu kecil akan mempunyai efek
mengakibatkan perusahaan tidak bisa bekerja dengan luas produksi yang optimal
(Sutrisno, 2003:96).
Pada perusahaan industri persediaan bahan baku merupakan hal yang sangat
penting untuk proses produksi, oleh karena itu perusahaan harus dapat
menetapkan besarnya persediaan bahan baku yang optimal dan dapat menekan
biaya persediaan agar proses produksi tetap berjalan lancar. Maka untuk maksud
tersebut harus diperhatikan berbagai faktor yang terkait dalam pengadaan dan
bahwa tidak berarti akan dapat melenyapkan sama sekali risiko yang timbul akibat
adanya persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan hanya berusaha
2000:5).
bandrek di Jawa Barat. Bandrek buatan CV. Cihanjuang Inti Teknik ini dikenal
2
dengan nama bandrek Hanjuang yang memiliki beberapa keunggulan
tersebut dapat didaur ulang. Selain itu keunggulan bandrek Hanjuang yang lain
adalah memiliki lima rasa, yaitu rasa bandrek original, bandrek spesial, kopi
bandrek, teh bandrek, dan coklat bandrek. Perusahaan ini adalah satu-satunya
produsen bandrek di Jawa Barat yang memproduksi bandrek dengan lima rasa,
karena produsen bandrek lainnya hanya memproduksi satu atau dua jenis rasa
Indonesia, produk minuman yang terbuat dari rempah-rempah ini juga sudah
adalah jahe emprit dan gula aren, sedangkan bahan tambahannya adalah gula
putih, kreamer, dan rempah-rempah. Bahan baku tersebut harus cukup tersedia
agar produksi bandrek tidak terhambat dan permintaan konsumen selalu terpenuhi
dengan baik. CV. Cihanjuang Inti Teknik pernah mengalami kekurangan gula
aren pada awal berdirinya divisi makanan dan minuman. Kekurangan gula aren ini
disebabkan karena pada saat itu harga gula aren mengalami kenaikkan, sehingga
banyak petani gula aren yang menjual ketengkulak. Oleh karena itu diperlukan
efisien.
3
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk memilih judul
menetapkan besarnya persediaan bahan baku dan jadwal pemesanan agar proses
produksi berjalan lancar serta biaya pemesanan dan biaya penyimpanan seefisien
mungkin. Sehubungan dengan maksud tersebut maka yang akan diteliti oleh
penulis adalah:
4
1.4. Manfaat Penelitian
baku.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bandrek adalah minuman tradisional orang Sunda dari Jawa Barat. Minuman
ini cocok untuk dihidangkan pada saat-saat yang dingin, seperti di kala hujan
ataupun malam hari. Bahan dasarnya yang paling penting adalah jahe dan gula
hangatnya lebih terasa, seperti serai, merica, pandan, telur ayam kampung, dan
sebagainya. Susu bisa ditambahkan atau tidak, tergantung dari selera. Banyak
orang percaya akan khasiatnya untuk penyakit ringan seperti sakit tenggorokan.
Ada juga bandrek yang dikhususkan untuk orang dewasa karena efek panasnya
(Wikipedia, 2007:1).
mencampurkan air panas, gula pasir, gula merah, jahe, dsb. Berbeda dengan Tim
Reality (2008:93) yang menyatakan bahwa bandrek adalah minuman yang dibuat
utama dari suatu produk atau barang, sedangkan bahan baku penolong merupakan
merupakan bahan baku utama dari suatu perusahaan pembuat sepatu, sedangkan
6
Bahan baku juga dapat diartikan sebagai bahan utama yang digunakan dalam
dalam proses produksi yang jumlahnya sedikit, dan bahan penolong adalah bahan-
bahan yang tidak masuk dalam ingredient produk tetapi digunakan dalam proses
produksi. Contohnya pada industri roti bahan bakunya tepung dan bahan
Departemen Agama R.I (2003:154) juga menyatakan hal yang sama dengan
Apriyantono mengenai arti bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong,
Menurut Departemen Agama R.I contoh bahan baku dalam industri roti adalah
tepung terigu dan lemak (shortenig), sedangkan bahan tambahan dalam industri
roti adalah ragi untuk mengembangkan roti dan bahan perasa. Contoh bahan
penyaring karbon aktif sebagai bahan penolong dalam proses penghilangan bau
(deodorizing).
2.3. Persediaan
2.3.1.Pengertian Persediaan
persediaan adalah sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan,
7
baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang
Persediaan juga dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan
dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku
cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah,
bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang
(Herjanto, 2007:237).
2.3.2.Fungsi Persediaan
sebagai berikut:
1. Fungsi Decoupling
duduk.
8
diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam
3. Fungsi Antisipasi
2.3.3.Jenis Persediaan
sebagai berikut:
9
4. Persediaan barang dalam proses (work in process)
produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
2.3.4.Biaya Persediaan
c. Biaya keusangan.
10
e. Biaya asuransi persediaan.
b. Upah
c. Biaya telepon
c. Biaya penjadwalan
11
d. Biaya ekspedisi
Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang timbul akibat
a. Kehilangan penjualan
b. Kehilangan langganan
d. Biaya ekspedisi
e. Selisih harga
f. Terganggunya operasi
rakitan (parts), bahan baku, dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat
waktu.
12
Pengendalian persediaan juga dapat diartikan sebagai serangkaian kebijakan
pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan
persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat (Herjanto, 2007:237).
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
berikut:
13
1. Biaya persediaan barang (Inventory Costs)
dari supplier.
c. Stock-Out Costs, yaitu biaya yang timbul karena kehabisan barang pada
saat diperlukan.
3. Lead time.
Lead time adalah lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang
tiba.
4. Backlogging.
5. Diskonto.
Dengan menerima diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar total biaya
14
pembelian kurang dari jumlah minimum tidak memperoleh diskonto, tetapi
2. Harga bahan
3. Biaya persediaan
Adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan (biaya order) dan
Waktu menunggu pemesanan (lead time) adalah waktu antara atau tenggang
waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk
ke gudang. Waktu tenggang ini merupakan salah satu faktor yang perlu
15
2.5. Perhitungan Pengendalian Persediaan
antara lain:
EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah unit barang atau bahan
(deterministik).
L) adalah konstan.
16
2. Safety Stock
3. Reorder Point
(Rangkuti, 2000:11).
Persediaan Bahan Baku Susu Pasteurisasi Cup Rasa Coklat (Kasus di Milk
metode EOQ. Penggunaan metode EOQ pada bahan baku gula pasir dan coklat
bubuk dapat menurunkan biaya persediaan. Penurunan biaya ini karena jumlah
persediaan yang tidak menumpuk di gudang akibat pembelian gula pasir dan
coklat bubuk yang tidak berlebihan per pesanan. Hasil dari perhitungan dengan
optimal bagi MT KPBS Pangalengan untuk gula pasir adalah 57 kali selama
Untuk coklat bubuk frekuensi pemesanannya adalah 15 kali pesan selama setahun
dengan kuantitas rata-rata pemesanan per bulannya sebesar 679,33 kg. Biaya
2.419.870,40 per tahun untuk bahan baku gula pasir dan sebesar Rp.2.753.954,92
17
untuk coklat bubuk. Penghematan biaya persediaan selama periode 2003 yang
dapat dilakukan bila menggunakan EOQ adalah sebesar Rp. 2.139.162,02 untuk
bahan baku gula pasir maupun coklat bubuk yang dilakukan MT KPBS
Pangalengan masih belum optimal. Dengan ini maka metode EOQ merupakan
alternatif yang baik dalam memilih metode pengendalian persediaan bahan baku
sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan di perusahaan. Sehingga dalam hal
baku, dan penentuan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi.
dan asal bahan baku, organisasi pengadaan bahan baku dan prosedur pembelian
bahan baku. Kemudian setelah mengetahui kondisi pengadaan bahan baku yang
ada di perusahaan maka tahap berikutnya yang akan dianalisis adalah volume
pemakaian bahan baku, waktu tunggu pengadaan bahan baku dan biaya
18
persediaan bahan baku yang termasuk di dalamnya ialah biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan.
Ketiga data tersebut yakni biaya persediaan, volume pemakaian, dan waktu
tunggu, maka dapat ditentukan metode persediaan yang efisien. Biaya-biaya yang
Gambar 1.
19
Identifikasi Pengadaan Bahan Baku
CV. Cihanjuang Inti Teknik
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di CV. Cihanjuang Inti Teknik yang berlokasi di Jl.
Cihanjuang No.204 Cimahi Utara 40513 Kota Cimahi Jawa Barat. Penentuan
bahwa CV. Cihanjuang Inti Teknik sebagai salah satu penghasil minuman bandrek
di Jawa Barat yang memiki kemasan yang menarik. Penelitian ini dilakukan
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer
bagian yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari dokumen-
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
dan pemasaran produk. Data kuantitatif meliputi tentang jumlah bahan baku yang
21
digunakan, data pemesanan yang mencakup frekuensi dan tenggang waktu
organisasi, proses produksi, tenaga kerja dan pemasaran produk. Data kuantitatif
(Handoko, 2000:340):
2 SD
EOQ =
H
Dimana :
persediaan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, karena mudah
22
1. Kebutuhan akan produk adalah konstan, seragam
Kebutuhan bahan baku CV. Cihanjuang Inti Teknik setiap bulannya adalah
konstan. Bahan baku yang dipesan dari pemasok adalah seragam atau hanya
satu macam.
Harga per kilogram bahan baku yang dipesan oleh CV. Cihanjuang Inti
Teknik adalah konstan. Tidak ada diskon (potongan harga) jika membeli
Biaya penyimpanan bahan baku per kilogram per tahun pada CV. Cihanjuang
Inti Teknik tidak mengalami fluktuasi perubahan yang sangat besar. Biaya
penerangan dan pendingin ruangan akan mengalami kenaikan jika biaya listrik
Biaya pemesanan per pesanan pada CV. Cihanjuang Inti Teknik tidak selalu
konstan. Biaya upah pemesanan bahan baku akan naik bila ada kenaikan
BBM (Bahan Bakar Minyak), tetapi hal ini tidak selalu terjadi.
terjadi di CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah konstan. Lead time dalam
pemesanan barang dari pemasok ke CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah 7 hari.
23
6. Tidak terjadi kekurangan barang atau back orders.
Saat ini CV. Cihanjuang Inti Teknik tidak pernah mengalami kekurangan
bahan baku. Jadi tidak ada pemesanan ulang karena kehabisan persediaan.
per tahun dengan biaya penyimpanan per tahun. Biaya pemesanan per tahun dan
biaya penyimpanan per tahun dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Herjanto, 2007:248):
D
= = x S
Q
Q
= x H
2
D Q
TC = S + H
Q 2
periode (A) yang dapat dipenuhi oleh Q. Jadi, rumus untuk mencari T adalah
24
Setelah menghitung kuantitas pemesanan yang optimal dan total biaya
Perhitungan Safety Stock tujuannya untuk menentukan berapa besar stock yang
SS = Z LT (d)
Z = tingkat pelayanan
LT = masa tenggang
(Rangkuti, 2000:94):
ROP = d LT + Z LT (d)
Dimana:
LT = masa tenggang
25
1.4.Definisi Operasional
berikut:
b. Bahan baku yaitu bahan utama yang digunakan dalam proses produksi
(kilogram).
(rupiah).
d. Biaya penyimpanan yaitu biaya yang timbul akibat adanya bahan baku yang
e. Waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan sejak dimulainya
sampai barang atau bahan tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang
perusahaan (hari).
26
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Cihanjuang Inti Teknik berdiri pada tahun 1998 dan memperoleh izin usaha
yang sah dengan bentuk perusahaan pada tanggal 3 Agustus 2000. Izin usaha
Agustus 2005 dengan Akte Notaris Ny. Gina Riswara Koswara, S.H. nomor 24.
disekitar perusahaan, karena tenaga kerja yang digunakan berasal dari masyarakat
Bisnis utama Cihanjuang Inti Teknik ketika mulai berdiri yaitu dalam
pembuatan alat-alat teknik seperti mesin pencetak tablet, turbo mixer, dryer dan
alat-alat teknologi tepat guna lainnya. Cihanjuang Inti Teknik terus melakukan
Cihanjuang Inti Teknik kemudian membuat mesin pencetak urea tablet, karena
melihat suatu peluang usaha dalam bidang ini. Sebelumnya urea tablet tersebut
diproduksi oleh PT. Pupuk Sriwijaya, namun karena biaya produksi yang cukup
pupuk urea tablet. Para petani yang telah terbiasa menggunakan pupuk urea tablet
27
kebingungan untuk mendapatkan jenis pupuk tersebut, mesin pencetak urea tablet
Ternyata mesin tersebut disambut baik karena dalam jangka waktu satu tahun
Cihanjuang Inti Teknik telah menjual lebih dari 100 unit mesin. Cihanjuang Inti
Teknik mendirikan pabrik pencetak urea tablet pada tahun 1999 yang tersebar di
daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, seperti: Subang, Indramayu, Gombong,
pembangkit listrik, yang diilhami dari turbin tradisional atau kincir yang
digunakan oleh para petani untuk mengaliri sawahnya, kincir tersebut digunakan
juga sebagai penghasil energi listrik. Cihanjuang Inti Teknik mencoba untuk
membuka usaha dalam pembuatan teknologi pembangkit listrik skala kecil atau
berdirilah divisi khusus di bidang mikrohidro pada tahun 2000 yang merupakan
maka pada tahun 2001 bertambah lagi satu divisi di dalam perusahaan Cihanjuang
Inti Teknik, yaitu divisi pangan. Divisi pangan ini ketika pertama kali berdiri
memiliki tiga jenis produk yaitu bajigur, bandrek, dan kopi bandrek. Sampai
sekarang divisi pangan ini terus berinovasi hingga produknya bertambah lagi
28
menjadi sembilan jenis yaitu bandrek original, kopi bandrek, teh bandrek, bandrek
spesial, coklat bandrek, bajigur, kopi bajigur, beas cikur dan sakoteng. Dengan
sedikit memodifikasi rasa serta membuat kemasan yang menarik, Cihanjuang Inti
Barat, dan sekarang pemasarannya meliputi daerah Jawa Barat, Jawa Tengah,
tujuan perusahaan. Bagan struktur organisasi CV. Cihanjuang Inti Teknik terdapat
pada Lampiran 1.
4.3. Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja pada divisi teknik yaitu 66 orang karyawan tetap dan 75
orang karyawan kontrak, sedangkan tenaga kerja pada divisi makanan dan
minuman saat ini adalah 48 orang. Tenaga kerja pada divisi makanan dan
minuman terdiri dari 13 orang pria dan 35 orang wanita dengan pendidikan SD
Jam kerja yang berlaku di CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah sebagai berikut:
29
Sabtu : Pukul 08.00 14.00 WIB
Upah tenaga kerja pada divisi makanan dan minuman tiap bulan disesuaikan
sebagai berikut:
a. Tenaga kerja yang bekerja kurang dari satu tahun upahnya sekitar
Rp.600.000,-/bulan.
b. Tenaga kerja yang bekerja lebih dari satu tahun upahnya sekitar Rp.700.000,-
/bulan.
Upah tersebut di luar lembur dan uang makan. Tunjangan yang diberikan
kepada karyawan meliputi tunjangan menikah, hari raya, sakit, selain itu semua
karyawan terjamin.
Jenis mesin yang digunakan dalam produksi minuman bandrek ini antara lain:
1. Mollen Washer
tanah yang masih menempel pada jahe dengan bantuan air bersih. Kapasitas
mollen washer untuk sekali proses adalah 40 kg. Jumlah mollen washer yang
dimiliki oleh CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah 1 unit. Bentuk mollen washer
30
2. Pengukus jahe
Fungsi pengukus jahe adalah untuk mengukus jahe. Kapasitas pengukus jahe
untuk sekali proses adalah 40 kg. Jumlah pengukus jahe yang dimiliki oleh
CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah 2 unit. Bentuk pengukus jahe ini adalah
Fungsi pengiris jahe adalah untuk mengiris jahe. Kapasitas pengiris jahe untuk
sekali proses adalah 5 kg. Jumlah pengiris jahe yang dimiliki oleh CV.
Cihanjuang Inti Teknik adalah 1 unit. Bentuk pengiris jahe ini adalah balok
dengan ukuran tinggi 57 cm, panjang 49,5 cm dan lebar 24,5 cm.
4. Dryer
Fungsi dryer adalah untuk mengeringkan jahe. Kapasitas dryer untuk sekali
proses adalah 10 kg. Jumlah dryer yang dimiliki oleh CV. Cihanjuang Inti
Teknik adalah 2 unit. Dryer ini berbentuk balok dengan tinggi 87 cm, panjang
5. Roaster
Fungsi roaster adalah untuk menyangrai jahe dan rempah-rempah agar kadar
air dari bahan-bahan tersebut hilang, sehingga bahan menjadi awet dan
Jumlah roaster yang dimiliki oleh CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah 1 unit.
31
6. Grinder
Kapasitas grinder untuk sekali proses adalah kg. Jumlah grinder yang
dimiliki oleh CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah 1 unit. Grinder berbentuk
balok dengan ukuran panjang 136 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 87 cm.
7. Cabinet Dryer
Fungsi cabinet dryer adalah untuk mengeringkan gula pasir. Kapasitas setiap
kali proses adalah 50 kg. Jumlah cabinet dryer yang dimiliki oleh CV.
Cihanjuang Inti Teknik adalah 3 unit. Alat ini berbentuk silinder dengan
8. Mixer
dihaluskan. Kapasitas setiap kali proses adalah 20 kg. Jumlah mixer yang
dimiliki oleh CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah 1 unit. Mixer berbentuk
9. Filler
dalam kemasan plastik. Kapasitas setiap kali proses adalah 6 kg. Jumlah filler
yang dimiliki oleh CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah 7 unit. Filler berbentuk
balok dengan ukuran tinggi 166 cm, panjang 81 cm dan lebar 36 cm.
Plastic Welder berfungsi untuk merekatkan dan memotong plastik yang sudah
diisi bandrek bubuk. Kapasitas setiap kali proses adalah 7 buah kantong
32
plastik. Plastic welder yang dimiliki CV. Cihanjuang Inti Teknik adalah
sebanyak 6 unit. Alat ini berbentuk balok dengan ukuran tinggi 39 cm,
baku dan bahan tambahan. Bahan baku dalam pembuatan bandrek adalah jahe dan
gula aren, karena bahan-bahan tersebut diperlukan dalam jumlah yang lebih
banyak daripada bahan lainnya. Bahan tambahannnya adalah gula putih, kreamer
dan rempah-rempah.
Bahan baku didatangkan oleh pemasok yang merupakan kelompok tani dari
suatu daerah. Jahe didatangkan oleh pemasok dari daerah Cianjur, Sukabumi, dan
Lampung. Bahan tambahan ada yang diperoleh dari pemasok dan ada pula yang
dibeli langsung di makro dan pasar terdekat. Gula pasir didatangkan oleh pemasok
dari daerah Bandung, sedangkan kreamer dibeli langsung di Makro dan rempah-
memesan bahan baku. Bahan baku yang dipesan dapat diterima perusahaan
setelah tujuh hari dilakukan pemesanan, kemudian bahan baku tersebut dibayar
oleh perusahaan secara tunai. Para pemasok mengirimkan bahan baku secara
kontinyu dengan jumlah yang sama setiap pengiriman. Bahan tambahan dibeli
33
sekali mendapatkan potongan harga untuk pembelian bahan baku dan bahan
tambahan.
1. Sortasi
Sortasi bertujuan untuk memisahkan jahe yang kualitasnya jelek (busuk dan
tercampur oleh benda asing lainnya) dengan jahe yang kualitasnya baik
(tidak cacat dan tidak terdapat benda asing). Sortasi ini dilakukan secara
2. Pencucian
3. Pengukusan
Pengukusan jahe bertujuan agar jahe matang dan lebih awet. Pengukusan
4. Pengirisan
Pengirisan jahe bertujuan untuk memperkecil ukuran jahe agar cepat kering.
34
5. Pengeringan
air yang terkandung dalam bahan dengan cara menguapkan air tersebut
Waktu proses pengeringan jahe adalah 5 jam dengan suhu 80 0C, sedangkan
proses pengeringan gula aren dan gula pasir dengan suhu 80 0C sekitar 1 jam.
6. Penampahan
7. Roasting (penyangraian)
8. Penggilingan
9. Penimbangan
dan ukurannya. Prosesnya yaitu satu persatu bahan yang telah berbentuk
35
10. Pencampuran
bubuk dapat tercampur dengan rata. Alat yang digunakan adalah mixer.
a. Pengisian
gram. Alat yang digunakan adalah mesin filler. Waktu proses pengisian
b. Perekatan
Perekatan bertujuan agar bandrek tetap dalam keadaan baik. Alat yang
90 0C.
dan kerusakan secara fisik. Selanjutnya bandrek yang telah dikemas per
sachet (31 gram) dimasukan ke dalam kantong kertas. Setiap kantong berisi
36
Jahe Rempah- Gula Gula Kreamer
rempah putih Aren
Sortasi
Penyangraian Pengeringan Penggilingan Penimbangan
Pencucian
Penggilingan Penimbangan Pengayakan
Pengukusan
Pengeringan
Rempah-
Pengirisan rempah bubuk
Penggilingan
Pengeringan
Pengayakan
Pemisahan kulit
Penimbangan
Jahe tanpa kulit
Penyangraian
Penggilingan
Jahe Bubuk
Penimbangan
Pencampuran
Sealling
37
4.5. Produk
dilakukan oleh divisi teknik dan divisi makanan minuman. Divisi teknik
menghasilkan dua jenis produk yaitu Cross Flow dan Propeller. Divisi makanan
menghasilkan satu jenis produk yaitu keripik nangka, sedangkan divisi minuman
menghasilkan sembilan jenis produk yaitu bandrek, bandrek spesial, teh bandrek,
kopi bandrek, coklat bandrek, bajigur, kopi bajigur, beras kencur, dan sakoteng.
merek lain yang dijual di supermarket. Setelah diolah, minuman Hanjuang yang
panjang sekitar 10 cm, dengan ketebalan 2 cm. Setelah itu, dibungkus kembali
dengan kertas kraft yang sudah diberi logo produk Hanjuang, kemudian dikemas
dalam kemasan yang lebih besar berisi 5 bungkus. Kemasan tersebut kemudian
diikat dengan tali gantungan dari ijuk atau jerami yang dipilin apik untuk
tradisional.
dikemas dalam kemasan renteng. Kemasan renteng adalah kemasan yang terbuat
dari plastik seperti kemasan kopi instan yang ada di pasaran. Minuman Hanjuang
dalam kemasan renteng hanya dijual di warung-warung dengan harga yang lebih
sudah dilengkapi dengan tanggal kadaluarsa dan ijin dari departemen kesehatan
38
RI. Minuman Hanjuang ini dikemas dalam kemasan sekali minum yang berukuran
yang diproduksi dari tahun 2002 sampai tahun 2007 terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Produksi Bandrek CV. Cihanjuang Inti Teknik Tahun 2002-2007
sudah melakukan ekspor bandrek ke Timur Tengah, sedangkan pada tahun 2006
4.6. Pemasaran
Pemasaran minuman Hanjuang ada tiga sistem, yaitu sistem retail (secara
langsung), sistem dealer dan sistem distributor. Sistem retail yaitu penjualan dari
39
perusahaan ke agen dalam negeri kemudian ke konsumen dalam negeri,
sedangkan sistem distributor yaitu penjualan dari perusahaan ke agen luar negeri
media cetak dan media elektronik, serta pembagian brosur dan sampel produk
kepada konsumen.
Minuman Hanjuang telah dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri. Daerah
Daerah pemasaran minuman Hanjuang di luar negeri adalah Malaysia dan Timur
Tengah. Syarat untuk dapat menjadi agen produk Hanjuang di luar negeri yaitu
40
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
lain jahe, gula aren, gula putih, kreamer, dan rempah-rempah. Jahe dan gula aren
merupakan bahan baku minuman bandrek, sedangkan gula putih, kreamer, dan
dalam penelitian ini hanya bahan bakunya saja, yaitu jahe dan gula aren, karena
diperoleh dari daerah yang berbeda. Jenis dan asal bahan baku bandrek Hanjuang
1. Jahe
jahe emprit (jahe kecil). Jahe emprit digunakan dalam proses pembuatan
terlalu banyak menyusut bila disimpan lama dan dikeringkan. Kelebihan lain
dari jahe emprit adalah rasa rempahnya yang lebih pekat, sehingga sangat
cocok untuk digunakan sebagai bahan ramuan jamu, makanan dan minuman.
Sukabumi, dan Lampung. Pemasok jahe ini lebih dari dua dikarenakan untuk
mengantisipasi kekurangan bahan baku dan baru dimulai sejak tahun 2006.
41
mengenai jumlah dan waktu pengiriman jahe, sehingga pemasok mengirimkan
jahe secara kontinyu dengan jumlah yang sama setiap pengiriman. Pemasok
dari Cianjur mengirimkan 4000 kg jahe setiap dua bulan sekali, pemasok dari
pemasok dari Lampung mengirimkan 8000 kg jahe setiap enam bulan sekali.
Jumlah bahan baku yang dikirim oleh pemasok sesuai dengan persediaan yang
2. Gula aren
Gula aren diperoleh dari daerah Sukabumi dengan jumlah 4500 kg setiap
dua minggu sekali. Jumlah gula aren yang dikirimkan oleh pemasok Sukabumi
sebanyak 4500 kg karena persediaan gula aren yang dimiliki pemasok selama
dua minggu hanya 4500 kg. Perusahaan mengirimkan purchase order kepada
tersebut berisi jumlah bahan baku yang dipesan. Sama seperti pemasok jahe,
pemasok gula aren ini juga konsisten terhadap kesepakatan yang telah dibuat
hanya ada 40 persen dari kebutuhan bahan baku sebulan. Rata-rata kebutuhan
bahan baku bandrek dalam sebulan adalah 4899,4 kg untuk jahe dan 8892,75 kg
42
untuk gula aren. Bagian gudang mengetahui jumlah persediaan bahan baku di
dalam gudang sudah mencapai 40 persen yaitu dari data penggunaan bahan baku.
bagian produksi memberikan laporan jumlah bahan baku yang harus dibeli kepada
quality control. Pengawasan mutu bahan baku merupakan faktor yang sangat
penting dalam suatu produksi, karena akan mempengaruhi kualitas akhir dari
Pengawasan mutu jahe yaitu dengan memilih jahe yang tua karena rasanya
tidak sepahit jahe muda dan kadar airnya pun lebih sedikit. Selain itu jahe yang
tua akan mempengaruhi rasa dan aroma bandrek. Sedangkan pengawasan mutu
gula aren dilakukan dengan memilih gula aren yang bersih dari granul besar,
tingkat serbuk (mesh) seragam, kandungan air rendah, tidak dicampur dengan gula
kelapa, tidak dicampur zat warna atau pengawet, dan dikemas secara hygines.
43
5.1.4.Penyimpanan Bahan Baku
Jahe dan gula aren disimpan di dalam gudang yang berbeda. Ukuran gudang
Banyaknya jahe yang dapat disimpan dalam gudang tersebut adalah 15 ton,
sedangkan gula aren sebanyak 10 ton. Fasilitas yang ada dalam gudang
penyimpanan adalah 1 lampu neon berukuran 36 watt untuk gudang jahe dan 18
watt untuk gudang gula aren, 1 pendingin ruangan dengan ukuran 1 pk, 6 palet
dan 1 rak penyimpanan. Pendingin ruangan dan rak penyimpanan hanya ada di
gudang penyimpanan gula aren, sedangkan palet hanya ada di gudang jahe.
karung beras yang ditumpuk dan diletakkan di atas palet. Palet adalah alas yang
terbuat dari papan kayu dengan ukuran 1 x 1,5 m, fungsinya agar bahan baku yang
disimpan tidak langsung bersentuhan dengan lantai, sehingga jahe yang disimpan
tidak lembab. Gula aren yang disimpan masih dalam bentuk gelondongan yang
dibalut dengan daun aren kering. Gula aren diletakkan di rak yang terdiri dari
Cara pemakaian bahan baku yang ada di gudang CV. Cihanjuang Inti Teknik
memakai sistem FIFO (First in First Out). Bahan baku yang pertama kali masuk
ke gudang adalah bahan baku yang pertama kali akan digunakan lebih dahulu.
44
Jumlah bahan baku yang digunakan setiap bulannya terdapat pada Tabel 2.
Pemakaian bahan baku mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak sama
antara jahe dan gula aren pada bulan Juli, September, dan Desember. Hal ini
kurangnya pengawasan ketika proses pengeringan jahe atau gula aren, sehingga
bahan baku tersebut menjadi gosong dan tidak dapat digunakan untuk proses
produksi selanjutnya.
permintaan musiman. Penurunan jumlah bahan baku yang digunakan pada bulan
musiman biasa terjadi pada bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri, sehingga
45
5.2. Biaya Persediaan
persediaan bahan baku minuman bandrek yang terdiri dari jahe dan gula aren.
Biaya persediaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah biaya pemesanan
adanya pemesanan bahan baku. Komponen biaya pemesanan per pesanan pada
CV. Cihanjuang Inti Teknik berbeda-beda untuk tiap bahan baku. Secara
terperinci biaya pemesanan per pesanan bahan baku minuman bandrek terdapat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Biaya Pemesanan Per Pesanan Bahan Baku Bandrek Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 3 upah yang diberikan perusahaan kepada supir setiap kali
kirim sebesar Rp.50.000,-. Biaya telepon untuk setiap kali pesan diperkirakan
sebesar Rp.10.000,- dan biaya untuk surat menyurat diperkirakan Rp. 3.000,-.
Total biaya pemesanan setiap kali pesan untuk jahe dan gula aren adalah
Rp.63.000,-.
46
melakukan penyimpanan bahan baku. Komponen biaya penyimpanan bahan baku
pada CV. Cihanjuang Inti Teknik berbeda untuk tiap bahan baku. Secara
terperinci komponen biaya penyimpanan bahan baku pada CV. Cihanjuang Inti
diperkirakan Rp. 50.000,- di gudang jahe dan Rp. 25.000,- di gudang gula aren.
penyimpanan gula aren karena ukuran lampu yang digunakan di gudang jahe lebih
besar yaitu 36 watt, sedangkan di gudang gula aren lampu yang digunakan
berukuran 18 watt. Biaya penanganan persediaan yaitu biaya gaji untuk pengawas
baku dan menjaga keamanan bahan baku. Perusahaan memperkerjakan tiga orang
pengawas gudang dengan gaji per bulan Rp. 100.000,- tiap orang untuk
perusahaan selama setahun Rp. 1.800.000,- untuk satu gudang. Pembuatan 6 buah
palet membutuhkan biaya Rp. 810.000,- dan pembuatan 1 buah rak penyimpanan
47
membutuhkan biaya Rp. 1.000.000,-. Biaya penyimpanan per tahun yang terbesar
penyimpanan jahe Rp. 2.660.000,-. Biaya penyimpanan gula aren lebih besar
penyimpanan.
Total biaya penyimpanan jahe dalam setahun Rp. 2.660.000,-, maka besarnya
biaya penyimpanan jahe per kilogram adalah Rp. 20,28. Biaya penyimpanan jahe
per kilogram diperoleh dari hasil bagi antara total biaya penyimpanan per tahun
dengan jumlah persediaan jahe setahun yaitu 131.169 kg. Begitu pula dengan
biaya penyimpanan gula aren per kilogram sebesar Rp. 32,42 diperoleh dari hasil
bagi antara total biaya penyimpanan gula aren per tahun sebesar Rp. 3.983.000,-
dengan jumlah persediaan gula aren setahun yaitu 122.847 kg. Jumlah persediaan
sejak bahan baku tersebut dipesan sampai bahan baku datang ke pabrik. Waktu
tunggu (lead time) untuk jahe dan gula aren adalah tujuh hari. Waktu tunggu
pemesanan jahe dari Lampung selama tujuh hari dikarenakan jarak yang cukup
jauh antara pemasok dengan perusahaan, sedangkan waktu tunggu pemesanan dari
Cianjur dan Sukabumi selama tujuh hari karena bahan baku yang dipesan
perusahaan baru mencukupi setelah tujuh hari dari pemesanan dilakukan. Setelah
48
bahan baku yang dipesan perusahaan tersedia maka pemasok segera melakukan
pengiriman ke perusahaan.
persen dari kebutuhan bahan baku sebulan. Selain itu CV. Cihanjuang Inti Teknik
juga telah menjalin kerjasama dengan beberapa pemasok bahan baku, sehingga
kebutuhan bahan baku bandrek akan terus terpenuhi. Frekuensi pemesanan bahan
baku dalam setahun untuk jahe sebanyak 12 kali dan gula aren sebanyak 24 kali.
dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2007 sebesar Rp. 756.000,- untuk jahe
dan Rp. 1.512.000,- untuk gula aren. Biaya tersebut terdapat pada Tabel 5.
49
Besarnya biaya total persediaan gula aren dikarenakan frekuensi pemesanan yang
Salah satu cara untuk mengefisiensikan biaya persediaan bahan baku adalah
kuantitas yang harus dipesan dan berapa kali harus melakukan pemesanan supaya
biaya persediaan bahan baku minimal. Perhitungan besarnya jumlah pesanan yang
optimal dan frekuensi pemesanan untuk masing-masing bahan baku terdapat pada
Lampiran 3. Jumlah pesanan yang optimal untuk jahe adalah 19.112,35 kg dan
untuk gula aren adalah 20.365,14 kg setiap kali pemesanan. Frekuensi pemesanan
sebanyak 3 kali untuk jahe dan 5 kali untuk gula aren dengan waktu optimal
persediaan selama setahun adalah Rp. 382.799,23 untuk jahe dan Rp.645.118,92
untuk gula aren. Total biaya persediaan jahe dan gula aren terdapat pada Tabel 6.
Total biaya persediaan gula aren lebih besar daripada jahe karena total biaya
pemesanan dan total biaya penyimpanan gula aren lebih besar. Besarnya total
50
Tabel 6. Biaya Total Pemesanan, Biaya Total Penyimpanan, dan Biaya Total
Persediaan dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity)
diasumsikan dalam 1 bulan ada 4 minggu maka jadwal pengadaan bahan bakunya
adalah sebagai berikut: untuk jahe setiap 4 bulan sekali yaitu pada minggu
pertama bulan ke- 4, 8 dan bulan 12, untuk gula aren pada minggu pertama bulan
ke-3, minggu kedua bulan ke- 5, minggu ketiga bulan ke-7, minggu keempat
bahwa metode EOQ menghasilkan biaya total persediaan sebesar Rp. 8.911.000,-
Biaya total persediaan yang dihitung dengan menggunakan metode EOQ lebih
rendah dari biaya yang telah dikeluarkan perusahaan selama ini sebesar
yang lebih rendah dari frekuensi pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Bila
51
menggunakan metode EOQ frekuensi pemesanan untuk jahe adalah 3 kali dan
untuk gula aren adalah 5 kali, dengan waktu optimal pemesanan 98 hari untuk
jahe dan 55 hari untuk gula aren. Perusahaan selama ini melakukan pemesanan
sebanyak 12 kali untuk jahe dan 24 kali untuk gula aren. Seringnya perusahaan
melakukan pemesanan maka total biaya pemesanan Rp. 2.268.000,- lebih besar
Rp.504.000,-.
Kuantitas pemesanan bahan baku setiap sekali pesan dengan metode EOQ
yaitu sebanyak 19.112,35 kg untuk jahe dan 20.365,14 kg untuk gula aren.
Kuantitas pemesanan bahan baku dengan metode EOQ lebih banyak dibandingkan
dengan kuantitas pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan selama ini
yang hanya sebanyak 4000 kg jahe dari Cianjur, 6000 kg jahe dari Sukabumi,
Frekuensi pemesanan
Jahe 12 kali 3 kali
Gula aren 24 kali 5 kali
52
Tabel 8. Penghematan Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode EOQ
(Economic Order Quantity)
EOQ (Economic Order Quantity), selisih biaya tersebut terdapat pada Tebel 8.
88,79 persen dan gula aren Rp. 4.849.881,08 atau sebesar 88,26 persen.
Penghematan biaya persediaan terbesar adalah pada gula aren, hal ini dikarenakan
adanya selisih yang cukup banyak antara frekuensi pemesanan yang dilakukan
Order Quantity).
besar dari perkiraan semula selama lead time. Persediaan tambahan yang ada pada
CV. Cihanjuang Inti Teknik ini untuk menjaga kelancaran produksi dan
menghindari kekurangan bahan baku bila terjadi permintaan yang lebih besar dari
53
Tabel 9. Perhitungan Safety Stock Metode Perusahaan Tahun 2007
Biaya
Bahan Kebutuhan Rata- Safety Stock Penyimpanan Biaya Safety
Baku Rata (kg/bulan) (kg) (Rp/kg/thn) Stock (Rp)
Jahe 4899,4 1959,76 20,28 39.743,93
Gula Aren 8892,75 3557,1 32,42 115.321,18
sebesar 1959,76 kg untuk jahe dan 3557,1 kg untuk gula aren, dimana
persediaan pengaman adalah Rp. 39.743,93 untuk jahe dan Rp. 115.321,18 untuk
gula aren.
pelayanan CV. Cihanjuang Inti Teknik sebesar 99,9 persen sehingga nilai policy
factor (K) pada frequency level of service 99,9 persen adalah 3,1 (tabel z). Artinya
hanya sebesar 0,1 persen saja tingkat kehabisan. Selain tingkat pelayanan,
tunggu rata-rata dari penyediaan bahan baku dan standar deviasi dari kebutuhan
bahan baku. Waktu tunggu rata-rata untuk jahe dan gula aren adalah 7 hari.
Standar deviasi dari kebutuhan bahan baku per hari adalah 31,98 untuk jahe dan
13,25 untuk gula aren. Perhitungan safety stock terdapat pada Lampiran 5. Hasil
perhitungan safety stock dengan metode EOQ terdapat pada Tabel 10.
54
Tabel 10. Hasil Perhitungan Safety Stock dengan Metode EOQ Tahun 2007
Pada Tabel 10 dapat diketahui jumlah safety stock yang harus disediakan
perusahaan adalah sebanyak 262,72 kg untuk jahe dan 108,85 kg untuk gula aren.
Biaya penyimpanan safety stock jahe adalah Rp. 5.327,96 dan gula aren
karena jumlah safety stock jahe lebih banyak daripada gula aren.
dengan metode EOQ akan terlihat selisih biaya sebesar Rp. 34.415,97 atau 86,59
persen untuk jahe dan Rp. 111.792,26 atau 96,94 persen untuk gula aren.
Besarnya selisih biaya tersebut disebabkan safety stock yang disediakan oleh
perusahaan masih sangat besar. Semakin besar safety stock yang ada, maka akan
55
Tabel 12. Persediaan Bahan Baku Maksimum Berdasarkan Metode EOQ
EOQ untuk jahe adalah 19.375,07 kg dan untuk gula aren 20.473,99 kg.
terpenuhi. Namun, jika titik pemesanan ulang ditetapkan terlalu tinggi maka
Pemakaian
Lead Kebutuhan Selama Waktu Safety Titik
Time Rata-Rata Tenggang Stock Pemesanan
Bahan (Hari) (kg/Hari) (kg) (kg) Kembali (kg)
Baku L D Lxd SS T=(Lxd)+SS
Jahe 7 204,14 1428,98 262,72 1691,7
Gula Aren 7 370,53 2593,71 108,85 2702,56
56
mencapai 1691,7 kg dan persediaan gula aren mencapai 2702,56 kg. Selama ini
EOQ diperoleh jumlah pemesanan yang optimal sebesar 19.112,35 kg untuk jahe
dan 20.365,14 kg untuk gula aren. Selain diperoleh jumlah yang optimal, metode
EOQ juga menyebabkan frekuensi pemesanan menjadi lebih sedikit, yaitu 3 kali
untuk pemesanan jahe dan 5 kali untuk pemesanan gula aren. Waktu optimal
untuk melakukan pemesanan adalah setiap 98 hari untuk jahe dan 55 hari untuk
gula aren. Total biaya pemesanan dalam setahun Rp. 189.000,- untuk jahe dan
Hal tersebut tidak optimal jika diterapkan di CV. Cihanjuang Inti Teknik
karena kapasitas gudang yang tidak mencukupi. Gudang jahe yang ada hanya
cukup menyimpan 15 ton, sedangkan gudang gula aren hanya cukup untuk
menyimpan 10 ton. Oleh karena itu ada dua alternatif yang dapat dilakukan
57
5.5.1.Penambahan Gudang
Metode EOQ dapat diterapkan di CV. Cihanjuang Inti Teknik bila jumlah
lain biaya sewa gudang, biaya penerangan, biaya pembuatan palet, biaya
pembuatan rak, biaya pendingin ruangan dan biaya tenaga kerja untuk menangani
persediaan. Bila diasumsikan gudang yang disewa dekat dengan pabrik maka
Biaya-biaya yang muncul untuk menyimpan 4.112,3 kg jahe yaitu biaya sewa
gudang, biaya penerangan, biaya tenaga kerja dan biaya pembuatan dua buah
gudang, biaya penerangan, biaya pendingin ruangan, biaya tenaga kerja dan biaya
menyimpan 4.112,3 kg jahe diasumsikan Rp. 250.000,- per bulan, maka biaya
58
sewa gudang selama setahun Rp. 3.000.000,-. Bila di dalam gudang jahe yang
baru menggunakan lampu berukuran 18 watt, maka biaya yang dikeluarkan untuk
penerangan dalam setahun adalah Rp. 25.000,-. Tenaga kerja yang digunakan
ditambahkan tiga orang untuk menangani persediaan di dua gudang baru. Bila
diasumsikan biaya satu orang tenaga kerja untuk menangani persediaan dua
gudang baru sebesar Rp. 100.000,- per bulan, maka biaya tenaga kerja untuk satu
gudang selama setahun adalah Rp. 1.800.000,-. Jumlah palet yang diperlukan
hanya dua buah, maka biaya pembuatan dua buah palet menjadi Rp. 270.000,-.,
biaya ini diperoleh dari hasil kali biaya pembuatan satu buah palet sebesar
Rp.250.000,- per bulan, maka biaya sewa gudang selama setahun Rp. 3.000.000,-.
Lampu yang digunakan di gudang gula aren berukuran 18 watt, maka biaya yang
dikeluarkan untuk penerangan Rp. 25.000,- per tahun. Biaya tenaga kerja di
gudang gula aren sama dengan biaya tenaga kerja di gudang jahe yaitu
Rp.1.800.000,- per tahun. Biaya pembuatan satu buah rak Rp.1.000.000,- dan
biaya pendingin ruangan Rp. 1.158.000,-. Biaya ini diasumsikan sama dengan
biaya rak dan pendingin ruangan di gudang yang ada di perusahaan saat ini. Total
gudang baru yaitu Rp. 5.095.000,- dengan gudang yang dimilki perusahaan saat
59
ini yaitu Rp. 2.660.000,-. Begitu pula dengan total biaya penyimpanan untuk
gudang baru yaitu Rp. 6.983.000,- dengan biaya penyimpanan di gudang yang
dimilki saat ini yaitu Rp. 3.983.000,-, sehingga total biaya penyimpanan untuk
lebih besar dari biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan selama ini. Biaya
perhitungan EOQ dengan total biaya penyimpanan bila menambah gudang. Biaya
pemesanan jahe dengan metode EOQ adalah Rp. 189.000,- dijumlahkan dengan
total biaya penyimpanan bila menambah gudang yaitu Rp. 7.755.000,-, maka
dihasilkan biaya persediaan sebesar Rp. 7.944.000,-. Begitu pula dengan biaya
pemesanan gula aren dengan metode EOQ sebesar Rp. 315.000,- dijumlahkan
dengan total biaya penyimpanan bila menambah gudang yaitu Rp. 10.966.000,-,
maka dihasilkan biaya persediaan sebesar Rp. 11.281.000,-. Selama ini biaya
persediaan yang dikeluarkan perusahaan Rp. 3.416.000,- untuk jahe dan Rp.
60
Tabel 16. Perbandingan Biaya Persediaan Bila Menambah Gudang dengan
Metode Perusahaan
untuk jahe dan 10.000 kg untuk gula aren. Perhitungan biaya persediaan dengan
Berdasarkan Tabel 17 biaya persediaan gula aren Rp. 855.100,- lebih besar
daripada biaya persediaan jahe Rp. 404.100,-, karena biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan gula aren lebih besar. Besarnya biaya pemesanan gula aren
61
5.5.3.Perbandingan Biaya Persediaan Perusahaan, Bila Menambah Gudang
dan Bila Kuantitas Pemesanan disesuaikan Kapasitas Gudang
yang muncul karena adanya penambahan gudang dan melakukan pemesanan yang
yaitu 15.000 kg untuk jahe dan 10.000 kg untuk gula aren. Biaya persediaan bila
melakukan pemesanan bahan baku dengan jumlah yang sesuai kapasitas gudang
lebih efisien daripada biaya persediaan yang telah dilakukan perusahaan selama
Selama ini perusahaan melakukan pemesanan jahe sebanyak 12 kali dan gula
kapasitas gudang hanya 4 kali untuk jahe dan 11 kali untuk gula aren. Frekuensi
62
perusahaan melakukan pemesanan sesuai kapasitas gudang adalah sebesar
Rp.3.011.900,- atau 88,17 persen untuk jahe dan Rp.4.639.900,- atau 84,44 persen
untuk gula aren. Penghematan biaya persediaan tersebut diperoleh dari selisih
tidak perlu menambah fasilitas penyimpanan dan tenaga kerja untuk menangani
persediaan.
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
CV. Cihanjuang Inti Teknik selama ini yaitu dengan adanya persediaan
sebulan dan adanya pemasok bahan baku lebih dari satu sehingga kebutuhan
bahan baku bandrek selama ini dapat terus terpenuhi dengan baik.
Inti Teknik belum efisien dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini
dapat dijadikan model alternatif bagi CV. Cihanjuang Inti Teknik dalam
persen untuk jahe dan gula aren sebesar Rp. 4.639.900,- atau 84,44 persen.
6.2. Saran
disesuaikan dengan kapasitas gudang, yaitu 15.000 kg untuk jahe dan 10.000
64
kg untuk gula aren, dengan harapan dapat lebih menghemat biaya persediaan.
Adanya penghematan biaya persediaan bahan baku maka perusahaan dapat menggunakan biaya yang tersisa untuk kebutuhan lainnya.
2. Sesuai dengan misi perusahaan yaitu produk Hanjuang sebagai penggerak ekonomi pedesaan maka perusahaan dapat
menjalin kemitraan dengan kelompok tani yang ada di sekitar pabrik sebagai pemasok bahan baku. Menjalin kemitraan
dengan kelompok tani di daerah sekitar CV. Cihanjuang Inti Teknik diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani
DIREKTUR
MANAGER UMUM
DIV. MICROHYDRO
DIV. MAKANAN DIV. MINUMAN
/KRIPIK NANGKA TRADISIONAL
DIV. SURVEYOR
DIV. ELECTRICAL
KEMASAN RENTENG KEMASAN TRADISIONAL
DIV. ENGINEERING
BAHAN BAKU
DIV. LAB & DIKLAT
PRODUKSI
69
Lampiran 3. Perhitungan Metode EOQ
1. Jahe
131169
2 63000 58793
Q= = 19.112,35kg
20,28
58793
Frekuensi pemesanan = = 3 kali
19112,35
Q
T =
A
19112 ,35
T = = 0,32 tahun = 0,32 x 288 hari = 92 hari
58793
D 58793
Biaya pemesanan/tahun= S = = 63000 = =Rp. 189.000,-
Q 19112 ,35
Q 19112 ,35
Biaya penyimpanan/tahun= H = 20,28 =Rp. 193.799,23
2 2
Q D
Total biaya persediaan= TC = H + S
2 Q
70
Lampiran 3. Perhitungan Metode EOQ (Lanjutan)
2. Gula aren
2 63000 106713
Q= = 20.365,14kg
32,42
106713
Frekuensi pemesanan = = 5 kali
20365,14
Q
T =
A
20365 ,14
T = = 0,19 tahun = 0,19 x 288 hari = 55 hari
106713
D 106713
Biaya pemesanan/tahun= S = = 63000 = Rp.315.000,-
Q 20365 ,14
Q D
Total biaya persediaan TC = H + S
2 Q
71
Lampiran 4. Jadwal Pengadaan Bahan Baku Menurut Metode EOQ
1. Z = 3,1 (tabel z)
= 3,1 7 . (31,98)
= 3,1 (2,65) (31,98)
= 262,72 kg
2. Z = 3,1 (tabel z)
= 3,1 7 . (13,25)
= 108,85 kg
73
1. Jahe
Biaya penyimpanan per kg per tahun (H) sebesar 2660000 = Rp. 20,28.
131169
Kuantitas pemesanan sesuai kapasitas gudang (Q*) = 15.000 kg
D 58793
Frekuensi pemesanan = = = 4 kali
Q * 15.000
Q *
T =
A
15 .000
T = = 0,26 tahun = 0,26 x 288 hari = 75 hari
58793
D 58793
Biaya pemesanan/tahun= S = = 63000 =Rp. 252.000,-
Q * 15000
Q * 20 ,28 15000
Biaya penyimpanan/tahun= H = =Rp. 152.100,-
2 2
Q * D
Total biaya persediaan= TC = H + S
2 Q *
15000 58793
TC = 20,28 + 63000 = Rp. 404.100,-
2 15000
74
Lampiran 5. Perhitungan Biaya Persediaan dengan Kuantitas Pemesanan
Sesuai Kapasitas Gudang (Lanjutan)
2. Gula aren
Biaya penyimpanan per kg per tahun (H) sebesar 3983000 = Rp. 32,42.
122847
Kuantitas pemesanan sesuai kapasitas gudang (Q*) = 10.000 kg
D 106713
Frekuensi pemesanan = = = 11 kali
Q*
10000
Q *
T =
A
10000
T = = 0,09tahun = 0,09 x 288 hari = 26 hari
106713
D 106713
Biaya pemesanan/tahun= S = = 63000 = Rp.693.000,-
Q * 10000
Biaya penyimpanan/tahun= H = 32 , 42
Q* 10000
=Rp.162.100,-
2 2
Q * D
Total biaya persediaan TC = H + S
2 Q *
10000 106713
TC = 32 ,42 + 63000 = Rp. 855.100,-
2 10000
75
Lampiran 7. Produk CV. Cihanjuang Inti Teknik
76