You are on page 1of 14

ANESTESI TOPIKAL DAN TATA CARA TINDAKAN BERDASARKAN

PENGGUNAANNYA DI KLINIK
William T. Zempsky dan Neil L. Schechter

Abstrak
Prosedur-prosedur minor yang dilakukan oleh dokter merupakan penyebab
kecemasan dan sakit bagi anak-anak dan keluarga mereka. Prosedur ini seperti injeksi,
pengambilan darah vena, dan kateterisasi kandung kemih. Pola pikir yang mencakup
persiapan yang sesuai dengan perkembangan, pengalihan perhatian, pemberian anestesi
lokal dan topikal, serta teknik dalam melakukan prosedur yang baik akan menjadikan
anak-anak merasa lebih nyaman, menenangkan perasaan orang tua, dan menjadikan
tindakan prosedur yang dilakukan lancar dan terselesaikan dengan baik.

Kata kunci : prosedur nyeri, imunisasi, nyeri pada tusukan jarum, anak-anak, analgesia
topikal.

PENDAHULUAN
Ruang kerja dokter sering menjadi tempat dilakukannya prosedur-prosedur
minor yang akan menjadi sumber kekhawatiran dan ketidaknyamanan anak-anak serta
keluarga mereka. Tindakan injeksi, flebotomi, kateterisasi urin, pengambilan apusan
tenggorokan dan hidung dan lainnya menjadi hal yang tidak menyenangkan, dan pada
beberapa anak-anak dengan keasyikan sendiri, yang mendominasi saat pemeriksaan
kesehatan dan membatasi kesempatan untuk membangun hubungan yang baik dan
pemantauan kesehatan yang lebih tenang.
Penelitian terkait strategi dalam meningkatkan pengalaman anak-anak terhadap
prosedur-prosedur ini telah dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tenaga
medis dapat menggunakan beragam strategi termasuk didalamnya persiapan, pengalihan
pikiran, dan pemberian anestesi topikal sehingga menjadikan prosedur yang dilakukan
berjalan lebih lancar.
1. Prosedur menggunakan jarum :
Imunisasi, Akses vena, dan tusukan Lancet.
Pemberian imunisasi merupakan prosedur utama yang sering dilakukan pada
pasien rawat jalan, sementara dokter yang merawat anak-anak diharapkan melakukan
prosedur punksi vena atau akses vena dan begitupun tusukan lancet. Setidaknya, dokter
mampu memahami dan mampu memberikan konsultasi kepada pasien-pasiennya dalam
pendekatan terhadap nyeri yang mungkin dialami. Beragam strategi yang serupa untuk
menurunkan nyeri saat melakukan prosedur-prosedur ini sehingga akan dikelompokkan
dalam bab ini.
Seluruh tenaga kesehatan yang berinteraksi dengan anak-anak telah dimasukkan
dalam skenario ini seorang anak melihat dengan penuh kekhawatiran saat mereka
memasuki ruangan sambil memperhatikan adanya kantong baju yang menonjol yang
mungkin menyembunyikan jarum yang tidak dapat dielakkan. Kebanyakan anak-anak
takut akan jarum, dan dalam perhitungan terdapat sekitar 10% anak-anak memenuhi
kriteria mengalami fobia terhadap jarum [1,2]. Kenyataannya, anak-anak yang dirawat
di rumah sakit lebih takut terhadap jarum dibandingkan bila mereka akan dilakukan
operasi besar [3]. Walaupun pemberian injeksi telah lama menjadi tindakan dalam
praktik dokter anak, terdapat peningkatan imunisasi yang dramatis dalam sepuluh tahun
terakhir. Saat ini rata-rata anak-anak mendapat 20 tindakan imunisasi dalam 2 tahun
pertama mereka dan mendekati 30 tindakan imunisasi dalam masa kanak-kanak mereka.
Dengan demikian setidaknya satu tindakan injeksi dilakukan pada setiap kunjungan
dokter pada awal tahun. Untuk anak-anak yang memiliki watak yang mudah
berubah/dipengaruhi, hal ini akan menciptakan kesempatan yang lebih mengantisipasi
kekhawatiran dalam setiap kunjungan, situasi sepanjang kunjungan, dan secara umum
ketegangan yang terjadi antara anak dengan dokter dapat menghalangi pemberian
pelayanan kesehatan yang baik.
Terdapat beragam strategi dari banyak sumber yang dapat menurunkan nyeri
terkait dengan tindakan/prosedur yang menggunakan jarum. Secara umum, teknik-
teknik yang dikaitkan dengan tindakan dalam upaya menurunkan nyeri dapat
dikategorikan berdasarkan waktu/kapan teknik tersebut digunakan (diutamakan sebelum
dan saat prosedur menusukkan jarum).
1.1 Sebelum Prosedur Menusukkan Jarum
1.1.1. Persiapan
Persiapan yang adekuat sebelum prosedur dilaksanakan telah
memperlihatkan penurunan penderitaan yang dialami anak dan orang tuanya.
Terdapat banyak literatur yang mendukung kemanjurannya dalam prosedur
tindakan pada gigi, punksi vena, dan pembedahan [4-6], namun terdapat
beberapa penelitian yang mengevaluasi pengaruh persiapan terhadap imunisasi
yang dilakukan dalam ruangan. Memprediksikan dari hasil-hasil penelitian
tersebut, sejumlah rekomendasi terkait dengan bentuk persiapan dapat diberikan.
Orang tua sebaiknya diinformasikan dengan lengkap/menyeluruh
mengenai alasan prosedur dilakukan dan menjelaskan secara realistis
kemungkinan resiko/efek samping dan nyeri yang terkait dengan prosedur
tindakan yang dilakukan. Orang tua sebaiknya mempertanyakan mengenai
pandangan mereka terhadap apa yang ada dalam benak kepala anak mereka serta
strategi-strategi apa yang mungkin akan melengkapinya. Akhirnya, mereka
sebaiknya diajarkan teknik-teknik yang dapat mereka latih terhadap anak-anak
mereka untuk mengatasi nyeri prosedur ini dan prosedur-prosedur selanjutnya
yang akan mereka jalani. Strategi-strategi seperti membaca buku kesukaan anak
atau bercerita mengenai kisah kesukaan mereka, menarik nafas, meniupkan
balon, atau membuat anak-anak asyik dalam khayalan mereka.
Untuk anak-anak, persiapan sebaiknya dituntun berdasarkan umur,
tingkat perkembangan dan gaya berfikir mereka. Secara umum, muatan spesifik
(apa yang akan terjadi atau bagaimana rasanya mengalami hal tersebut) jauh
lebih cocok pada anak-anak dengan usia di atas 2 tahun. Untuk anak-anak yang
lebih muda (yang baru belajar berjalan atau yang belum masuk sekolah)
persiapan sebaiknya dilakukan mendekati waktu prosedur dilakukan untuk
mencegah kekhawatiran yang lebih besar lagi . Bila memungkinkan anak-anak
diberikan pilihan jenis-jenis pengalih perhatian yang akan digunakan. Untuk
lebih terperinci mengenai bentuk persiapan pada prosedur penanganan nyeri
dapat di lihat di Bab 10.
1.1.2. Lokasi penusukan
Untuk tindakan injeksi intramuskular telah disetujui bersama oleh
kebanyakan organisasi-organisasi besar profesional mengenai lokasi
dilakukannya suntikan. Dalam pernyataan konsensus yang dipublikasikan [7-10]
kebanyakan kelompok organisasi mengesahkan penggunaan paha anterior-lateral
pada anak-anak di usia kurang dari 18 bulan dan di area deltoideus pada anak-
anak yang berusia lebih 3 tahun. Untuk anak-anak yang berada di rentang 18
bulan hingga 2 tahun masih terdapat perdebatan terkait dengan lebih cenderung
digunakan.
Lokasi-lokasi ini dipilih dengan alasan berlandaskan teori dan tidak
sepenuhnya bedasarkan bukti dari pengalaman medis. Paha bagian antero-lateral
dipilih pada bayi karena relatif merupakan otot dengan massa yang besar dan
mengandung sedikit struktur-struktur penting. Area deltoideus dipilih pada anak-
anak yang berusia lebih dari 3 tahun karena pada usia 3 tahun massa otot
deltoideus telah cukup untuk dilakukan tindakan injeksi dan beberapa data
mendukung bahwa injeksi dipaha pada anak umur tersebut terasa lebih nyeri dan
lebih tidak tahan dibandingkan dengan di lengan [11]. Pada praktiknya, nyeri
akibat injeksi di paha dapat muncul saat berjalan, yang akan semakin
memberikan masalah untuk orang tua dan anak-anak saat bertumbuh menjadi
lebih besar.
Terdapat kumpulan informasi, yang dasarnya bersumber dari literatur
keperawatan, yang menunjukkan bahwa lokasi untuk imunisasi yang lebih tepat
pada anak-anak semua umur adalah di gluteal-ventral atau di area pinggul
[12,13]. Lokasi ini diidentifikasi dengan meletakkan telapak tangan pemeriksa di
trochanter mayor, jari telunjuk di atas tuberkulum iliaka anterior-superior, dan
jari tengah di sepanjang krista iliaka posterior. Jarum harus disuntikkan secara
tegak lurus di pusat dari bentuk V yang telah terbentuk oleh jari-jari tadi.
Beberapa hasil penelitian telah mendukung keamanan dan rendahnya reaksi
sistemik, namun lokasi ini sekarang tidak digunakan oleh banyak organisasi
kesehatan besar [12,13].
Lokasi terbaik untuk punksi vena dan penempatan intravena tergantung
pada banyak faktor, salah satu dianataranya adalah nyeri. Kebanyakan tenaga
kesehatan akan mempertimbangkan fossa antekubital karena merupakan daerah
yang kurang nyeri. Namun demikian lokasi ini sering bermaalah dalam
penempatan akses intravena karena lebih sulit untuk membatasi pergerakan yang
ada. Nampaknya nyeri yang berhubungan dengan prosedur akses vena akan lebih
sedikit dengan memilih lokasi yang vena di lokasi tersebut dapat diakses dengan
mudah dan kestabilan lokasinya perlu dipastikan. Bila terdapat pilihan punksi
vena lebih dianjurkan dengan tusukan lancet untuk contoh darah pada neonatus,
dan tentu saja hal ini akan sangat menyakitkan.
1.1.3. Jenis jarum yang digunakan
Untuk injeksi, walaupun nampaknya jarum yang berukuran pendek akan
sedikit lebih sakit, data yang tersedia menunjukkan hal yang berlawanan, yang
pada kenyataannya memang benar. Jarum yang lebih pendek nampaknya
dikaitkan dengan peningkatan edema, kemerahan, dan nyeri yang lebih lama
dibandingkan bila menggunakan jarum dengan ukuran yang lebih panjang yang
akan masuk hingga ke otot dan memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Walaupun demikian terdapat perbedaan mengenai panjang jarum yang dapat
masuk hingga ke otot. Paradigma penelitian yang berbeda selanjutnya terbaur
oleh teknik injeksi yang berbeda menyebabkan terbentuknya kesimpulan yang
berbeda-beda. Sebagai hasilnya, Universitas Royal Ilmu bagian Anak dan
kesehatan Anak menganggap terdapat bukti yang belum cukup untuk
memberikan keputusan yang tetap terhadap panjang jarum. Namun demikian
Buku Merah menyarankan panjang jarum 5/8 untuk bayi baru lahir hingga usia
2 bulan, dan 1 untuk bayi. Untuk anak-anak yang baru belajar berjalan
direkomendasikan panjang jarum 5/8 hingga 1 bila digunakan di deltoid dan 1
bila digunakan di paha antero-lateral. Untuk remaja, panjang jarum 1 hingga
2 dpandang tepat untuk digunakan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran gauge yang lebih besar
(jarum yang lebih kecil) memberikan nyeri yang lebih sedikit saat dilakukan
insersi untuk prosedur akses vena [14,15]. Desain kemiringan jarum juga
memainkan peran, karena kemiringan memberikan kemudahan saat jarum
dimasukkan dan nyeri yang ditimbulkan lebih sedikit. Teknik keterampilan
tenaga kesehatan di klinik juga memainkan peranan penting dalam menangani
nyeri, namun gangguan terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan
keterampilan ini sulit.
Untuk tusukan lancet, beberapa penelitian telah memperlihatkan
penggunaan lancet otomatis menurunkan nyeri dan penderitaan yang dialami
akibat prosedur ini [15,17]. Dalam perbandingan dengan alat otomatis, lancet
BD Quikheel (Becton Dickinson, New Jersey) yang paling mampu menurunkan
nyeri dan memberikan jaminan prosedur yang sukses. Tusukan lancet merupakan
prosedur dimana keterampilan seorang petugas kesehatan merupakan kunci
untuk meminimalkan penderitaan, jika darah mengalir dengan lancar, prosedur
dapat berlangsung dengan cepat.
1.1.4. Zat yang diinjeksikan
Alat-alat yang berbeda dalam pelaksanaan imunisasi itu sendiri dapat
memberikan pengaruh terhadap nyeri yang ditimbulkan. Terdapat penelitian
yang sangat sedikit dalam bahasan ini, walaupun prinsip-prinsip umum dapat
dikumpulkan dari pekerjaan yang dilakukan.
Nampaknya semakin tinggi pH dari zat yang diinjeksikan semakin kurang
nyeri yang ditimbulkan. Ini telah diteliti dengan MMR yang memperlihatkan
perbedaan yang dramatis yang diidentifikasi dari MMR yang biasa digunakan
dengan dua jenis preparat yang berbeda, dimana keduanya memiliki pH yang
lebih tinggi. Penelitian berikutnya penting untuk melihat apakah dasar ini dapat
diterapkan untuk jenis imunisasi yang lainnya.
Terdapat banyak bukti yang memperlihatkan bahwa substansi injeksi yang
lebih dingin menimbulkan nyeri yang lebih besar dibandingkan substansi injeksi
yang lebih hangat [18]. Sehingga hal ini dapat diperhitungkan pada imunisasi,
seiring dengan banyaknya preparat yang disimpan dalam lemari pendingin
hingga saat akan diinjeksikan. Sialnya, dalam sebuah penelitian yang
memeriksa/mengevaluasi konsep ini untuk diterapkan dalam imunisasi, Maiden
dkk [19] mengevaluasi nyeri pada orang dewasa yang telah diberikan injeksi
difteri-tetanus dalam tiga bentuk yang berbeda dingin, sedang (dihangatkan di
telapak tangan dalam satu menit) dan yang sehangat suhu tubuh. Mereka
menemukan tidak terdapat perbedaan terhadap nyeri yang dialami. kembali lagi,
pembahasan hal ini membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
Akhirnya, jenis pelarut yang digunakan dapat berpengaruh terhadap
ketidaknyamanan yang diakibatkan saat injeksi. Vaksin MMR, varicella, dan
HIB tidak bercampur dan membutuhkan pelarut. Dalam penelitian yang
memeriksa pengaruh pelarut pada jenis injeksi lainnya (ceftriaksone dan
penisilin benzatin) cukup jelas dengan penggunaan lidokain dibandingkan
penggunaan air steril akan secara dramatis menurunkan nyeri yang diakibatkan
oleh tindakan injeksi. Penelitian akan pengaruh dari pelarut yang telah
mengalami perubahan pada imunisasi perlu dilakukan sebelum pertimbangan
praktik ini diberlakukan.
1.2 Saat Prosedur dilakukan
1.2.1 Kebiasaan orang tua
Terdapat bukti yang kuat bahwa salah satu faktor yang paling kritis
mempengaruhi tanggapan seorang anak terhadap tindakan injeksi adalah
kelakuan orang tua saat tindakan sedang berlangsung [20-24]. Penentraman hati
yang berlebihan, permintaan maaf, permohonan, pembelaan dan negosiasi
nampaknya meningkatkan penderitaan daripada meringankannya. Walaupun
alasan-alasan untuk fenomena ini tidak sepenuhnya dapat dimengerti, anak-anak
dapat menginterpretasikan tanggapan tersebut setidaknya sebagai sebuah bentuk
pertentangan orang tua akan tindakan prosedur yang dilakukan dan
mengasumsikan intensifikasi dari tanggapan mereka tersebut akan
menggerakkan keputusan orang tua mereka untuk menolak tindakan injeksi yang
dilakukan. Literatur-literatur yang ada menunjukkan bahwa sikap
mempertahankan perilaku dengan menekankan humor terkait dengan kenyataan
yang ada dan berbincang mengenai hal-hal yang tidak terkait dengan prosedur,
serta melatih anak-anak mereka untuk mencontohi strategi tersebut [20-24].
Mencontohi strategi sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu antara anak dan
orang tua sebelum prosedur dilakukan, dilatihkan saat di rumah, dan di
praktekkan saat dilakukan imunisasi. Beberapa teknik-teknik perlu untuk
dikuasai bila dibandingkan dengan ekspresi simpati yang berulang-ulang yang
tidak meningkatkan tiruan yang aktif.
1.2.2 Pengalih perhatian
Terdapat sejumlah teknik untuk mengalihkan perhatian yang bertujuan
menurunkan nyeri dengan kemanjuran yang terbukti. Untuk anak-anak, umur
dan watak perilaku akan menggambarkan strategi spesifik yang digunakan.
Untuk bayi, pengalih perhatian terdiri seperti berbicara dengan lembut, atau
mengagetkan dengan lembut. Untuk anak-anak yang berusia di atas 3 tahun,
sejumlah teknik seperti meniup gelembung busa, jenis-jenis nafas dalam yang
berbeda-beda, dan penggunaan alat tiup/terompet pesta yang memiliki jenis-jenis
yang berbeda. Teknik pengalihan perhatian lainnya untuk anak-anak dengan usia
yang lebih tua seperti membacakan buku kesukaannya, bercerita mengenai kisah
yang umum dan menarik, dan senantiasa membawa untuk berimajinasi atau
mengkhayal. Kunci kesuksesan penggunaan strategi-strategi ini adalah ketepatan
pasangan atau teknik mencontoh kepribadian anak yang baik. Teknik-teknik ini
dapat berhasil bila anak dan orang tua saling bekerja sama, berada dalam kondisi
yang tidak tertekan dalam mempraktekkannya, dan mengaplikasikan saat
dibutuhkan.
1.2.3 Anestesi topikal
Pilihan anestesi topikal telah berkembang dalam beberapa tahun
belakangan ini (tabel 7-1). Zat-zat yang digunakan telah diteliti dengan baik
untuk prosedur tindakan punksi vena dan akses vena, walaupun beberapa juga
memperlihatkan cukup efektif untuk tindakan injeksi. Yang patut disayangkan
tidak ada diantara zat-zat ini yang bekerja dengan baik dalam tindakan tusukan
lancet. Penggunaan zat anestesi topikal sebaiknya dianjurkan untuk semua
tindakan akses vena, dan karena efisiensi waktu serta biaya, penggunaan anestesi
topikal untuk tindakan imunisasi sebaiknya diberikan pada pasien dengan dasar
pertimbangan sebelumnya.
Penggunaan anestesi topikal yang paling sering seperti penggunaan
EMLA cream (Eutetic Mixture of Local Anesthetics) dan LMX4 (4% lidokain
liposomal). EMLA telah diteliti dengan sangat luas dan efektif untuk beragam
jenis tindakan termasuk di dalamnya kanulasi vena, punksi vena, imunisasi,
akses suntikan subkutan, dan punksi lumbal. Walaupun EMLA dikaitkan dengan
methemoglobinemia [25,26], namun diperlihatkan bahwa penggunaannya aman
bila diberikan secara tepat bahkan pada bayi yang prematur. EMLA
membutuhkan waktu setidaknya 60 menit setelah dioleskan untuk dapat
memberikan efek anestesi topikal yang adekuat. EMLA tidak mempengaruhi
imunogenisitas bila diberikan sebelum tindakan imunisasi dilakukan.
LMX4 merupakan bentuk dengan dasar krim dan bila dioleskan 30 menit
sebelum tindakan dilakukan, akan memberikan tingkat kemanjuran yang sama
pada tindakan akses vena dan punksi vena dibandingkan dengan pengolesan
EMLA selama 60 menit. Walaupun tidak mengandung prilokain yang mungkin
menjadikan LMX4 lebih aman digunakan, terdapat beberapa data efek samping
sistemik yang dapat ditimbulkan khusus dalam penggunaan produk ini, yakni
pada bayi dan bayi prematur. LMX4 belum diteliti lebih lanjut terhadap
penggunaannya selain pada tindakan akses vena.
Semprot Vapocoolant seperti etil-klorida dan florimetan bekerja dalam
waktu 30 detik dan tidak mahal harganya. Terdapat kontradiksi bukti-bukti yang
ada terkait kemanjurannya dalam menanggni nyeri akibat tindakan injeksi dan
belum pernah ditunjukkan kemanjuran pada prosedur tindakan akese vena [27-
29]. Beberapa anak-anak merasakan pemberian zat ini tidak begitu
menyenangkan.
Penggunaan anestesi topikal dalam aturan perawatan utama dibatasi oleh
onset yang cepat dan dari segi biaya. Saat biaya tetap menjadi hal yang
dipermasalahkan, beberapa zat anestesi topikal memberikan reaksi anestesi yang
lebih cepat dibandingkan dengan krim anestetik yang tersedia. Zat ini
menggunakan mekanisme yang berbedadengan melakukan penetrasi ke lapisan
stratum korneum dan mempercepat onset anestesi topikal.
Lidokain iontoforesis (Numby Stuff IOMED Inc. dan Lidosite Topical
System, B. Braun Medical Inc.) memberikan fungsi anestesi dalam waktu sekitar
10 menit. Iontoforesis merupakan perpindahan molekul yang berada di kulit di
bawah pengaruh hantaran listrik disekitarnya. Lidokain, yang bekerja secara
positif, dihantarkan dengan cepat ke lapisan kulit oleh proses iontoforesis.
Lidokain iontoforesis telah diperlihatkan lebih unggul dibandingkan EMLA
sebagai zat anestesi topikal untuk tindakan akses vena. Lidokain iontoforesis
juga menurunkan nyeri pada saat injeksi namun belum secara spesifik dievaluasi
dalam penggunaannya untuk mengatasi nyeri pada tindakan imunisasi. Lidokain
iontoforesis tidak menghasilkan kadar lidokain dalam sistemik bila digunakan
secara rutin. Namun demikian, beberapa pasien mengalami sensasi geli, gatal,
atau rasa terbakar pada penggunaannya, sehingga membatasi peneriman hantaran
lidokain.
Produk lidokain hidroklorida monohidrat (Zingo, Anesiva, Inc. San
Fransisco Selatan) memanfaatkan sebuah pengisi, sistem tanpa jarum yang
menghantarkan lidokain pada anestesi topikal. Ketika sistem diaktifkan, gas
helium yang terkompresi akan terlepas sehingga mempercepat lidokain yang
ditaburkan di atas kulit. Fase anestesi akan dicapai dalam waktu sekitar satu
menit. Belum ada penelitian yang memperlihatkan efeknya untuk tindakan
injeksi namun sudah ada yang memperlihatkan efeknya pada tindakan prosedur
punksi vena atau akses vena [30,31].
Lidokain/tetrakain tempel (Synera, Endo Farmasi) yang mencakup
pengontrolan sistem panas, mempercepat penghantaran transkutaneus dan
pengaruh analgesik dari zat anestesi lokal. Fase anestesi akan didapatkan dalam
20 menit untuk akses vena. Tetrakain dan kehangatan yang diberikan melalui
penempelannya memiliki pengaruh vasodilatasi yang dapat memfasilitasi
tindakan akses vena. Produk ini belum pernah diteliti untuk tindakan imunisasi
walaupun daerah permukaan yang ditempelkan relatif besar, menjadikannya
berguna untuk digunakan/dioleskan.
1.2.4 Analgesia tambahan untuk bayi
Walaupun cairan pemanis secara empiris turun-temurun telah digunakan
untuk menurunkan nyeri pada bayi, penelitian terbaru memperlihatkan bukti
akan fenomena ini [32-36]. Pemberian larutan sukrosa telah menunjukkan
memberi pengaruh menurunkan nyeri saat dilakukan tusukan lancet, punksi
vena, atau imunisasi pada bayi. Analgesia sukrosa efektif pada bayi baru lahir
hingga bayi berusia 6 bulan yang kemudian tidak dapat lagi diukur. Beragam
konsentrasi sukrosa dan glukosa telah menunjukkan kemampuannya meredakan
nyeri pada bayi namun kebanyakan penelitian menggunakan larutan sukrosa
yang berkadar 24%. Sukrosa dapat diberikan berangsur-angsur kemulut dengan
menggunakan semprotan atau malalui dot sukrosa. Sebaiknya dilakukan satu
hingga dua menit sebelum prosedur tindakan untuk mendapatkan efek yang
optimal.
Isapan non-nutrisi (mengisap pada dot) telah memperlihatkan dapat
memberikan analgesia pada bayi baru lahir yang menjalani prosedur seperti
tusukan lancet. Sebagai tambahan kontak kulit dan pemberian air susu ibu
selama prosedur berlangsung juga memperlihatkan memberi efek analgesia.
Keamanan yang disajikan dengan metode ini menjadikan pembatasan dari
penerapannya harus dihilangkan.
Untuk tusukan lancet, secara khusus, bayi yang dibedung
memperlihatkan penurunan penderitaan yang dialami terkait dengan prosedur
yang dilakukan. Sebagai tambahan, pijatan tungkai ipsilateral selama 2 menit
sebelum dilakukan tusukan lancet dapat menurunkan reaksi nyeri yang akan
timbul.
1.2.5 Metode fisik
Tekanan langsung saat menyuntik pada daerah suntikan merupakan
teknik lain untuk menurunkan nyeri akibat tusukan jarum. Mungkin daerah yang
nyeri dipenuhi oleh rangsangan non-noksius yang secara efektif menyatukan
rangsangan nyeri. Tekanan dapat diberikan baik dengan jari atau dengan alat
seperti Shot Blocker sebuah lempeng berbentuk kaki kuda yang terbuat dari
plastik yang diberikan sepanjang tindakan injeksi dilakukan. Kedua teknik ini
telah dipelajari dan nampaknya menjadi metode sederhana untuk menurunkan
nyeri [37-39].
1.2.6 Injeksi yang dilakukan bersamaan/simultan
Beberapa dokter dengan petugas yang berkompeten mampu memberikan
sejumlah suntikan secara bersamaan yang berlawanan bila berangkaian, ketika
beberapa imunisasi dijadwalkan. Beberapa pendekatan dapat menurunkan
kekhawatiran akibat mengantisipasi tindakan pada anak. Penelitian yang
mempelajari pengaruh teknik ini terhadap anak muda dan anak yang lebih tua,
memberikan kesimpulan yang sama, penurunan nyeri yang nyata tidak dapat
dikenali pada anak-anak, namun orang tua jelas lebih memilih tindakan injeksi
secara simultan/bersamaan.

2. Kateterisasi Urin
Kateterisasi urin, baik untuk mengumpulkan contoh urin atau sebagai bagian dari
tindakan diagnostik dapat terasa menyakitkan dan menimbulkan kekhawatiran.
Persiapan orang tua dan anak secara jelas dapat meningkatkan tingkat kesuksesan
dan hasil jangka panjang prosedur yang dilakukan. Persiapan meliputi penjelasan
menyeluruh mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, pengertian dari peranan
orang tua dan beberapa latihan pada anak agar menguasai teknik relaksasi. Untuk
yang memiliki kemampuan tersebut, seorang anak pekerja yang berpengalaman
dapat mendukung baik pasien dan orang tuanya sebelum dan sepanjang prosedur
dilakukan. Teknik pengalihan perhatian seperti yang telah digambarkan sebelumnya
dapat digunakan.
Memasukkan lidokain sebelum dilakukan kateterisasi secara nyata menurunkan
nyeri yang ditimbulkan oleh prosedur ini [42]. Namun demikian, jika lidokain
digunakan sebagai bahan lubrikasi pada saat kateterisasi memberikan efek yang
kurang efektif. Untuk memberikan anestesi yang optimal, gulungan kain katun
berbentuk bola yang direndam di lidokain lubrikan sebaiknya ditempatkan di
meatus uretra selama satu hingga dua menit. Kemudian sesuai dengan ukuran
meatus anak, 0,5 hingga 2 cc lubrikan dimasukkan ke dalam uretra sebanyak tiga
kali yang diselangi waktu 2 menit setiap kali memasukkannya. Kemudian kateter
kandung kemih dimasukkan melalui uretra.
Untuk bayi yang menjalani kateterisasi urin, sukrosa, dot tanpa nutrisi, dan
kesempatan untuk kontak dengan ibu dipertimbangkan sebagai bentuk analgesia
yang dapat digunakan. Kateterisasi uretra lebih tidak menyakitkan daripada aspirasi
suprapubik pada kelompok usia ini dan lebih diutamakan sebagai prosedur
pengumpulan contoh urin dalam rangka diagnostik.
Pada beberapa anak yang menjalani kateterisasi urin dengan pemeriksaan
radiologi, sedasi mungkin dibutuhkan. Obat yang dapat digunakan berupa
midazolam dan nitrat oksida. Prosedur ini sebaiknya dilengkapi sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dengan pengawasan langsung oleh ahli yang tepat.

3. Kesimpulan dan Prosedur Lainnya


Terdapat beragam prosedur lain yang dilakukan dalam perawatan primer, seperti
pengangkatan kutil atau benda asing dari tubuh, pengambilan apusan tenggorok,
dan aspirasi nasal. Memperhatikan prosedur-prosedur tersebut, dokter seharusnya
memperhatikan batasan kerja yang diseskripsikan pada bab ini dalam melaksanakan
tindakan persiapan, mengalihkan perhatian, pemberian anestesi topikal dan lokal,
dan teknik-teknik pelengkap agar prosedur yang dilakukan tidak terlalu nyeri dan
lebih nyaman untuk anak-anak sehingga memberikan hasil yang baik.

Pembelajaran selanjutnya:
- Persiapan pasien dan keluarga yang baik dapat mengurangi kekhawatiran dan
nyeri yang mungkin timbul saat prosedur dilaksanakan.
- Sejumlah zat anestesi topikal telah tersedia dan dapat digunakan untuk
mendapatkan efek yang bagus pada tindakan yang menggunakan jarum. Memilih
obat anestesi topikal tersebut perlu mempertibangkan harga dan waktu kerjanya.
- Pengalihan perhatian, bedungan, kalimat-kalimat penyemangat/positif dari orang
tua dapat menjadi intervensi sederhana untuk membantu anak menurunkan nyeri
yang dirasakan.
- Pertimbangan fisik termasuk didalamnya panjang jarum dan ukuran gauge, jenis
pelarut untuk injeksi, suhu zat yang diinjeksikan, dan kecepatan injeksi.

You might also like