You are on page 1of 9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Mengulas gambaran umum lokasi penelitian diperlukan sebagai data untuk

menganalisa hasil penelitian karena karakteristik geografis, geologi dan

klimatologi daerah penelitian merupakan data pendukung dalam menganalisa

hasil penelitian.

2.1.1 Karakteristik Geografis Daerah Kecamatan Marpoyan Damai


Terbentuknya air tanah sangat bergantung terhadap peranan formasi

geologi atau akuifer suatu daerah (Asdak, 2007). Kecamatan Marpoyan Damai

yang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru terletak

antara 0025 - 0045 Lintang Utara dan 101014 - 101034 Bujur Timur. Luas

wilayah Kecamatan Marpoyan Damai adalah 29,78 km 2. Kecamatan Marpoyan

Damai berbatasan langsung dengan Kecamatan Bukit Raya di sebelah Timur,

Kecamatan Tampan di sebelah Barat, Kecamatan Sukajadi di sebelah Utara dan

Kabupaten Kampar di sebelah Selatan. Jumlah penduduk Kecamatan Marpoyan

Damai mencapai 137.658 jiwa pada tahun 2014, dimana kepadatan penduduknya

mencapai 4.622 jiwa/km2. Kelurahan terpadat dan sekaligus tempat dimana pabrik

karet PT. P&P Bangkinang berdiri yaitu Kelurahan Wonorejo sebesar 15.984

jiwa/km2. Panjang jalan aspal di Kelurahan Wonorejo yaitu 31 KM dan jalan

diperkeras yaitu 11 KM (Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2014).

5
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Marpoyan Damai (Badan Pusat Statistik Kota
Pekanbaru, 2014)

2.1.2 Karakteristik Geologi dan Klimatologi


Kecamatan Marpoyan Damai merupakan salah satu Kecamatan di Kota

Pekanbaru yang bertopografi dataran. Jenis tanah di Kecamatan Marpoyan Damai

berjenis Gromoksol. Jenis ini cocok digunakan untuk lahan pertanian, bahkan

dengan curah hujan yang cukup maka masyarakat sangat memanfaatkannya.

6
Struktur geologi terdiri atas formasi minas yaitu terdiri dari kerikil, sebaran

kerakal, pasir dan lempung yang juga merupakan alluvium namun relatif lebih

terkonsolidasi. Daya pikul tanah berkisar antara 0,7 kg/cm2- 1 kg/cm2. Kecamatan

Marpoyan Damai berada pada ketinggian 5 m - 50 m dari permukaan laut. Suhu

udara rata-rata di Kecamatan Marpoyan Damai maksimum berkisar antara 32,1 0 C

34,60 C dan suhu minimum berkisar antara 23,6 0 C 24,00 C. kelembaban udara

rata-rata berkisar antara 72 % - 84 %. Curah hujan tertinggi tercatat 614,0 mm dan

curah hujan terendah sekitar 56,0 mm (Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru,

2014).

2.2 Limbah Pabrik Karet


Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau dari suatu proses

produksi dimana tidak lagi berguna atau bermanfaat bagi yang melakukan proses.

Biasanya limbah tersebut dibuang ke lingkungan dan akan mempengaruhi

lingkungan dimana limbah tersebut dibuang (Mahida, 1981). Karakteristik dari

limbah tersebut dapat meliputi BOD dan COD (Wibisono, 1995).


Limbah yang bermasalah pada industri karet adalah limbah cair. Cairan ini

dikenal dengan nama air limbah karet yang komponennya sebagian besar terdiri

dari air dan zat-zat pengolahan karet. Industri pengolahan karet biasanya

menggunakan air sebagai bahan pengencer lateks, pembuatan larutan-larutan

kimia, pencuci hasil pembekuan dan alat-alat yang digunakan serta mendinginkan

mesin. Air limbah yang dibuang langsung ke suatu tempat akan mencemari

lingkungan tanah (Naibaho, 1999). Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup

tentang baku mutu limbah cair pabrik karet dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Karet (Kementrian Lingkungan
Hidup, 1999)

7
No Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran Maksimum
(mg/l) (kg/ton)
1 COD 300 12,0
2 TSS 150 6,0
3 BOD 150 6,0
4 N- Total 25 -
5 NH3 10 0,4
6 pH 6,0-9,0 -

2.3 Air Tanah


Air tanah disebut pula air tawar oleh karena tidak terasa asin. Berdasarkan

lokasi air maka air tanah dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :
1. Air permukaan tanah
2. Air jauh dari permukaan tanah / air bawah tanah (Gabriel, 2001).

2.3.1 Air Bawah Tanah


Air bawah tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau

bebatuan dibawah permukaan tanah. Air bawah tanah merupakan salah satu

sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat

mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan, tetapi jika

dibandingkan dengan sumber air bersih lainnya, air bawah tanah memiliki nilai

ekonomis yang lebih tinggi karena biaya produksi yang lebih rendah dan kualitas

yang lebih baik.


Air bawah tanah terdapat di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air

(zone of saturation). Kebanyakan air bawah tanah berasal dari hujan, air hujan

yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah, ada yang mengalir di

permukaan bumi (run off) dan ada yang meresap ke bawah permukaan bumi

(infiltration) (Hadian dan Abdurahman, 2006). Air bawah tanah salah satu fase

dalam siklus daur hidrologi, dimana suatu peristiwa yang selalu berulang pada

tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer, penguapan

dari darat atau laut karena kenaikan suhu akibat pancaran sinar matahari,

8
kemudian membentuk awan, hingga turunlah hujan dan kembali terjadi

penguapan. Siklus daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah

berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat

dalam siklus daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup,

penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permukaan,

yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Siklus Daur Hidrologi (Soemarto, 1987)


Gambar 2.2 menjelaskan bahwa siklus daur hidrologi terjadi pola sirkulasi air

dalam ekosistem yang dimulai dengan adanya proses pemanansan permukaan

bumi oleh sinar matahari, lalu terjadi penguapan hingga akan terjadi kondensasi

uap air, yaitu proses perubahan uap air menjadi titik air. Perbedaan tekanan dan

temperatur di atas permukaan bumi menyebabkan terjadinya perpindahan udara

atau pergerakan udara yang disebut angin. Angin ini akan membawa gumpalan-

gumpalan awan ke daerah yang temperatur dan tekanannya lebih rendah. Butiran-

butiran air yang semakin lama semakin banyak menyebabkan semakin berat

sehingga jatuh ke bumi yang disebut air hujan.


Air tanah yang mengalir di bawah permukaan mengalami berbagai proses

yang membuat air tanah mengandung berbagai macam mineral dan akhirnya

9
mempunyai kualitas yang berbeda disetiap tempat (Sosrodarso, 1985). Sumur bor

dan sumur gali termasuk kedalam air bawah tanah (Gabriel, 2001).

2.4 Parameter Fisis Air


Air yang terkandung di dalam tanah memiliki sifat-sifat fisis yang untuk

menentukan kualitasnya dapat dilakukan analisa secara fisika maupun kimia, dari

Tabel 2.2 terlihat sifat umum air murni yaitu :


Tabel 2.2 Sifat Umum Air Murni (Gabriel, 2001)

No Parameter Fisis Nilai


1 Massa Jenis Air 1 gr/cm3
2 Titik Didih Air 1000C
3 Titik Beku Air 00C

2.4.1 Resistivitas
Resistivitas suatu bahan adalah kesanggupan suatu bahan untuk

menghambat aliran listrik yang mengalir didalamnya, dimana listrik hanya dapat

mengalir dalam bahan yang bersifat konduktif. Air dapat dikatakan sebagai

konduktor karena mampu menghantarkan arus listrik. Pendugaan air tanah dapat

dikorelasikan dengan harga tahanan jenisnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3

berikut.
Tabel 2.3 Tahanan Jenis Berbagai Air (Alan dkk,1982)

No Tipe Air Resistivitas (ohm.m)


1 Air Permukaan 10 100
2 Air Bawah Tanah 40 210
3 Air Laut Sekitar 0,2

Semakin besar nilai resistivitas suatu materi maka semakin kecil kemampuan

materi tersebut untuk dapat menghantarkan arus listrik dengan kata lain besarnya

resistivitas berbanding terbalik dengan konduktivitas. Nilai resistivitas dapat pula

10
ditentukan berdasarkan sebuah persamaan dimana hubungan antara resistivitas

dan suhu yaitu :

2.4.2 Konduktivitas
Material-material yang ada dimuka bumi ini dapat dibagi menjadi bahan

yang bersifat konduktor dan isolator. Konduktor adalah bahan-bahan yang

mengandung dalam jumlah besar muatan-muatan bebas. Muatan-muatan atau ion

ini bebas bergerak sepanjang material penghantar tersebut. Bahan ini merespon

sekecil apapun medan listrik, dan meneruskannya. Kemampuan suatu bahan atau

material untuk menghantarkan arus listrik biasa disebut konduktivitas (Reitz,

1992). Klasifikasi air berdasarkan daya hantar listrik dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Klasifikasi Air Berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL) (Davis
dan Wiest, 1996)

No DHL (s/cm) Klasifikasi


1 0,0055 Air Murni
2 0,5-5 Air Suling
3 5-30 Air Hujan
4 30-200 Air Tanah
5 45000-55000 Air Laut

Konduktivitas memiliki hubungan berbanding terbalik terhadap resistivitas

(Burger dan Robert, 1992).

Alat yang digunakan untuk mengukur konduktivitas listrik suatu bahan adalah

conductivitymeter. Satuan untuk konduktivitas biasa dilambangkan dengan S/m

yaitu kebalikan dari ohm disebut mho .

2.4.3 Salinitas
Salinitas merupakan bilangan yang menunjukkan banyaknya kandungan

garam yang terkandung dalam air. Biasanya dinyatakan dalam persen atau permil.

11
Berdasarkan nilai salinitas suatu sumber air, air dapat diklasifikasikan kualitasnya

sehingga ada batas-batas tertentu yang diperbolehkan agar air dapat dikonsumsi.

Pada umumnya, salinitas disebabkan oleh tujuh ion utama yaitu natrium, klorida,

kalsium, magnesium, kalium, sulfat, dan bikarbonat (Effendi, 2004). Untuk

mengukur tingkat salinitas suatu cairan digunakan alat yang biasa digunakan

seperti handrefraktometer.
Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity

Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S sebagai rasio dari konduktivitas.

Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari

konduktivitas listrik sampel air laut pada temperatur 150 C dan tekanan satu

standar atmosfir terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian massa KCl

adalah 0,0324356 kg pada temperatur dan tekanan yang sama (Rompas dan

Rumampuk, 2014). Persamaan dari definisi ini adalah

1/2 3/2 2 5/2


S= 0,0080 0,1692 +25,3853 +14,0941 - 7,0261 +2,7081 (2.3)
Salinitas yang tinggi menyebabkan daya hantar listrik yang tinggi pula,

karena garam memiliki ion bebas yang bergerak yang mampu merespon arus

listrik. Nilai salinitas pada air dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah

konsentrasi garam di dalam air (Kadoatie, 1996). Tabel 2.5 menunjukkan bahwa

terdapat empat kategori kualitas air berdasarkan jumlah kandungan garam per liter

air tersebut.
Tabel 2.5 Klasifikasi Kualitas Air Berdasarkan Salinitas (Kadoatie, 1996)

No Kualitas Kandungan Garam (mg/l)


1 Bagus 175 525
2 Diijinkan 526 1400
3 Meragukan 1401 2100
4 Berbahaya > 2100

12
Klasifikasi jenis air berdasarkan kandungan garam per liter air dapat

dilihat seperti pada Tabel 2.6 berikut ini.


Tabel 2.6 Klasifikasi Jenis Air Berdasarkan Salinitas (Kadoatie, 1996)

No Jenis Air Kandungan Garam (mg/l)


1 Air Tawar <500
2 Sedang 500 1000
3 Payau 1500 5000

Berdasarkan Tabel 2.6 air tanah atau air tawar yang baik memiliki

kandungan garam sekitar 500 mg/l, namun bila kadungan garamnya atau tingkat

salinitasnya diatas 1500 mg/l maka sudah berada dikategori air payau dan tidak

layak untuk dikonsumsi.

13

You might also like