You are on page 1of 8

Universa Medicina Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.

Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada


lanjut usia di Jakarta Selatan
Yenny a dan Elly Herwana
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRAK

Peningkatan populasi lanjut usia (lansia) baru-baru ini menjadi fokus yang menarik perhatian di negara-
negara berkembang karena angka harapan hidup yang makin meningkat. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengidentifikasi penyakit-penyakit kronis dan mengukur kualitas hidup pada lansia di Jakarta. Studi potong lintang
dilakukan antara bulan Desember 2005 dan Januari 2006, lokasinya di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan. Sebanyak 306 lansia ikut serta pada penelitian ini, terdiri dari 88 (28,8%) laki-laki dan 218 (71,2%)
perempuan. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penyakit kronis pada lansia besarnya 87,3% (267/300). Penyakit
muskuloskeletal, kardiovaskuler, urogenital dan pernafasan lebih banyak dialami lansia pria dibandingkan wanita.
Sedangkan penyakit digestif dan metabolik lebih banyak dijumpai pada lansia wanita. Kejadian keganasan baik
pada lansia pria maupun wanita tidak besar jumlahnya. Kualitas hidup lansia cenderung menurun seiring
bertambahnya usia. Rata-rata domain sosial kualitas hidup lansia pada kelompok usia 75 tahun paling rendah
dibandingkan kelompok usia lainnya. Kualitas hidup domain fisik dan lingkungan berbeda secara bermakna antara
lansia yang mengalami dan tidak mengalami penyakit kronis. Penyakit kronik secara bermakna menurunkan kualitas
hidup lansia.

Kata kunci: Lanjut usia, penyakit kronis, kualitas hidup

The prevalence of chronic disease and quality of life in elderly people

ABSTRACT

The increasing population of elderly has recently become a focus of interest in developing countries because
of increasing life expectancy. The aims of our study were to identify chronic diseases and measure the quality of life
of eldery people in Jakarta. A cross-sectional study was conducted between December 2005 dan January 2006.
Location of study was Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Three-hundred and six eldery participated in this
study. This study showed that prevalence of chronic disease was 87.3% (267/306). The prevalence of musculosceletal,
cardiovascular, urogenital and respiratory diseases were higher in male elderly compared with female elderly.
While prevalence of digestive and metabolic diseases were higher in female elderly conpared with male elderly.
Quality of life score will be lower in older age group. Among those aged 75 and older the mean scores of quality of
life social domain was significantly lower compared with others aged groups. Physical and environment domain
scores were significantly different between elderly who suffer of chonic diseases and those who were not. Chonic
diseases significantly decreased quality of life in the elderly.

Keywords: Eldery people, chronic disease, quality of life

Korespondensi : a Yenny
Bagian Farmakologi
164 Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440
Tel. 021-5672731 eks. 2801, Fax. 021-5660706
E-Mail : stasia_mk@yahoo.com
Universa Medicina Vol.25 No.4

PENDAHULUAN berusia 65 tahun akan menderita lebih dari satu


penyakit kronis. (5,6)
Penuaan merupakan proses perubahan yang Penyakit kronis merupakan penyakit yang
menyeluruh dan spontan yang dimulai dari masa berkepanjangan dan jarang sembuh sempurna.
kanak-kanak, pubertas, dewasa muda dan Walau tidak semua penyakit kronis mengancam
kemudian menurun pada pertengahan sampai jiwa, tetapi akan menjadi beban ekonomi bagi
lanjut usia (lansia). (1) Angka rata-rata harapan individu, keluarga, dan komunitas secara
hidup manusia di dunia telah meningkat secara keseluruhan. Penyakit kronis akan menyebabkan
dramatis. Diperkirakan angka harapan hidup masalah medis, sosial dan psikologis yang akan
maksimum mencapai 125 tahun pada wanita dan membatasi aktifitas dari lansia sehingga akan
lebih singkat pada pria. (1) menyebabkan penurunan quality of life (QOL)
Kemajuan teknologi dan perbaikan dalam lansia. QOL merupakan pengukuran yang
pelayanan kesehatan masyarakat mengakibatkan banyak dipakai untuk mengevaluasi hasil studi
meningkatnya sejumlah besar pasien yang klinis yang dilakukan pada pasien-pasien dengan
selamat dari kondisi yang dapat menimbulkan penyakit kronis. (7-10) Sejauh ini belum ada
kematian. Fenomena ini mengakibatkan definisi yang universal mengenai kualitas hidup.
perpanjangan usia hidup dan peningkatan Kualitas hidup seringkali ini digambarkan
pupulasi lansia. Tahun 1996 -2025 populasi sebagai kesejahteraan fisik, fungsional,
emosional dan faktor sosial. (11) Penyakit kronis
lansia di dunia yang berusia 65 tahun atau lebih
mempengaruhi QOL pada lansia dan berperanan
diperkirakan mengalami peningkatan dari 17%
pada ketidakmampuan lansia untuk hidup
menjadi 82%. Tahun 2025 populasi lansia di
mandiri.
dunia diperkirakan melebihi 1 milyar, di mana
Perawatan dan rehabilitasi jangka panjang
kebanyakan dari mereka hidup di negara-negara
diperlukan pada penyakit kronis, karena itu
sedang berkembang. ( 2 ) Indonesia sendiri
diperlukan informasi tentang penyebaran
memberikan kontribusi yang cukup signifikan
penyakit kronis pada lansia guna mendapatkan
dalam percepatan penambahan lansia di dunia.
data yang terbaru untuk merencanakan
Pada tahun 1971 jumlah lanjut usia di Indonesia
pelayanan kesehatan pada lansia. Tujuan dari
sebanyak 5,3 juta jiwa atau 4,48 persen dari
penelitan ini untuk mengetahui prevalensi
jumlah total penduduk Indonesia, pada tahun
penyakit kronis pada lansia dan hubungannya
2000 meningkat menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%),
dengan QOL pada lansia di Jakarta.
dan pada tahun 2020 diperkirakan 28,8 juta jiwa
(11,34%). (3) METODE
Peningkatan populasi lansia tentunya akan
diikuti dengan peningkatan risiko untuk Rancangan penelitian
menderita penyakit kronis seperti diabetes Desain potong lintang (cross sectional)
melitus, penyakit serebrovaskuler, penyakit digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.
jantung koroner, osteoartritis, penyakit
musculoskeletal, dan penyakit paru. Pada tahun Subyek penelitian
2000, di Amerika Serikat diperkirakan 57 juta Ada beberapa konsep tentang lansia. Di
penduduk menderita berbagai penyakit kronis negara berkembang, secara individu seseorang
dan akan meningkat menjadi 81 juta lansia pada disebut sebagai lansia jika telah berumur 60
tahun 2020. (4) Sekitar 50-80% lansia yang tahun ke atas sedangkan di negara maju jika

165
Yenny, Herwana Penyakit kronis dan kualitas hidup lansia

berusia 65 tahun ke atas. Kriteria inklusi studi Pengumpulan data


ini adalah: i) usia 60 tahun ke atas,(12) ii) masih Sebanyak 5 petugas lapangan melakukan
mobil (bergerak tanpa mendapat bantuan), tidak wawancara menggunakan kuesioner yang telah
menderita penyakit akut, dan bersedia diuji coba terlebih dahulu. Pengumpulan data
menandatangani informed consent. Lansia yang dilakukan pada bulan Desember 2005 dan Januari
bertempat tinggal di Kecamatan Mampang 2006. Data yang dikumpulkan meliputi
Prapatan Jakarta Selatan dan memenuhi kriteria karakterikstik lansia, penyakit kronis yang dialami
inklusi diikutsertakan pada studi ini. selama tahun yang lalu dan kualitas hidup.

Tabel 1. Karakteristik demografik lansia

166
Universa Medicina Vol.25 No.4

Instrumen kualitas hidup (quality of life) 218 (71,2%) wanita. Karakteristik demografik
WHOQOL-BREF (13) terdiri 24 facets yang lansia pria dan wanita dapat dilihat pada Tabel
mencakup 4 domain terbukti dapat digunakan 1. Usia 60-64 tahun merupakan kelompok usia
untuk mengukur kualitas hidup seseorang. yang terbanyak pada kedua jenis kelamin yaitu
Keempat domain tersebut adalah: i) kesehatan 37,5% pada lansia pria dan 47,7% pada lansia
fisik (physical health) terdiri dari 7 pertanyaan, wanita. Rata-rata lansia pria berusia 67,5 6,4
ii) psikologik (psychological) 6 pertanyaan, iii) tahun sedangkan lansia wanita 66 6,4 tahun.
hubungan sosial (social relationship) 3 Status pernikahan sebagian besar lansia pria
pertanyaan dan iv) lingkungan (environment) 8 adalah menikah (89,8%) sedangkan lansia
pertanyaan. WHOQOL-Bref juga mengukur 2 wanita adalah janda (59,2%) Pendidikan formal
facets dari kualitas hidup secara umum yaitu: i) terakhir lansia pria meliputi tidak tamat SD
kualitas hidup secara keseluruhan (overall (11,4%) dan tidak sekolah (6,8%) sedangkan
quality of life) dan ii) kesehatan secara umum lansia wanita tidak tamat SD (24,8%) dan
(general health). tamat SD (20,2%). Status ekonomi pada lansia
pria sebagian besar didapatkan dari dana
Analisis data pensiun (43,2%) sedangkan pada lansia wanita
Analisis persen digunakan untuk didapatkan dari bantuan dana teratur (40,4%)
menggambarkan berbagai jenis penyakit kronis dan dana pensiun (35,8%) Sumber dana
yang diderita lansia. Untuk membandingkan kesehatan lansia pria didapatkan dari adanya
kualitas keempat domain dari WHOQOL-BREf asuransi kesehatan (39,8%) sedangkan lansia
berdasarkan usia lansia digunakan analisis wanita didapatkan dari bantuan dana teratur
varians (ANOVA). Uji t independent digunakan (38,5%) dan asuransi kesehatan (33,9%).
untuk membandingkan rata-rata ke-4 domain Pekerjaan para lansia pria kebanyakan
parameter kualitas hidup (WHOQOL-BREF) pekerjaan lainnya seperti: buruh, pekerjaan
berdasarkan ada tidaknya penyakit kronis Tingkat serabutan dan lain-lain (36,4%) dan pensiunan
kemaknaan yang digunakan besarnya 0,05. (33%), sedangkan lansia wanita adalah
pekerjaan rumah tangga (49,5%). Prevalensi
HASIL penyakit kronis pada lansia besarnya 87,3%
(267/302) dan identifikasi berbagai jenis
Sebanyak 306 lansia berhasil dikumpulkan penyakit kronis berdasarkan jenis kelamin
yang terdiri dari 88 (28,8%) lansia pria dan lansia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penyakit kronis yang dijumpai pada lansia berdasarkan jenis kelamin

* Seorang lansia dapat mengalami > 1 penyakit kronis

167
Yenny, Herwana Penyakit kronis dan kualitas hidup lansia

Tabel 3. Kualitas hidup (WHOQOL-BREF) berdasarkan kelompok usia

* Bermakna

Penyakit muskuloskeletal (61,4%) dan kualitas hidup domain fisik (p=0,036) dan
kardiovaskuler (51,1%) lebih banyak dialami lingkungan (p=0,049) antara lansia yang
lansia pria dibandingkan lansia wanita. mengalami dan tidak mengalami penyakit kronis
Sedangkan penyakit digestif (47,2%) dan (Tabel 4).
metabolik (29,4 %) lebih banyak dialami lansia
wanita dibandingkan lansia pria. Kejadian DISKUSI
keganasan tidak banyak ditemukan baik pada
lansia pria (1,1%) maupun lansia wanita (1,4%). Rata-rata usia lansia laki-laki besarnya
Semakin bertambah usia lansia terdapat 67,5 6,4 tahun dan lansia perempuan 66,0
kecenderungan menurunnya rata-rata nilai 6,0 tahun. Peserta studi ini lebih banyak diikuti
keempat domain kualitas hidup. Uji ANOVA oleh lansia wanita daripada lansia pria dengan
yang dilakukan terhadap ke-4 domain kualitas ratio 2,5/1. Hasil ini dapat dihubungkan dengan
hidup (WHOQOL-BREF) berdasarkan kecenderungan wanita untuk tinggal di rumah
kelompok usia lansia menunjukkan ada dibandingkan lansia pria. Hasil studi ini tidak
perbedaan bermakna kualitas hidup domain berbeda dengan penelitian yang dilakukan di
sosial berdasarkan kelompok usia, di mana rata- Samsun, Turki yang menunjukkan ratio lansia
rata kualitas hidup doman sosial paling rendah wanita dan pria besarnya 2/1. (10) Pada status
didapatkan pada kelompok usia 75 tahun pernikahan banyaknya lansia pria yang berstatus
(Tabel 3). menikah (89,8%) disatu sisi dan banyaknya
Uji t independent yang dilakukan untuk lansia wanita yang berstatus janda (59,2%) di
membandingkan rata-rata ke-4 domain sisi lain rata-rata usia perempuan yang lebih
parameter kualitas hidup (WHOQOL-BREF) tinggi dibandingkan rata-rata usia laki-laki dan
berdasarkan ada tidaknya penyakit kronis banyak perempuan yang ditinggal mati oleh
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna suaminya.

Tabel 4. Rata-rata skor keempat domain kualitas hidup berdasarkan penyakit kronis

* Bermakna

168
Universa Medicina Vol.25 No.4

Hasil yang tidak berbeda didapatkan di seringkali dihadapi lansia di negara berkembang
Amerika Serikat yang menunjukkan lansia yaitu persoalan kesehatan dan persoalan
perempuan lebih banyak yang hidup sendiri kemiskinan.(12) Dengan demikian dana kesehatan
dibandingkan lansia laki-laki. (14) Selain itu sangat penting bagi lansia. Data yang ada
diduga berkaitan dengan mudahnya kawin ulang menunjukkan bahwa masih sedikitnya para
(remarriage) pada lansia pria dibandingkan lansia yang tercakup dalam asuransi kesehatan
pada lansia wanita. Lansia pria yang ditinggal yaitu sebesar 35,6%. Hal ini menunjukkan
pasangannya relatif mudah mencari bahwa para lansia sangat tergantung pada
penggantinya dibandingkan lansia wanita yang dukungan finansial dari orang-orang di
mengalami nasib yang serupa. sekitarnya. Disini dianggap perlu peranan
Sebagian besar lansia memiliki tingkat pemerintah untuk memberikan perhatian atau
pendidikan yang rendah. Tabel 1 menunjukkan bantuan pada kesehatan lansia yang sangat
bahwa sekitar 57,18% lansia berpendidikan rentan terhadap penyakit kronis
Sekolah Dasar ke bawah. Secara rinci, lanjut Persepsi negatif yang menyatakan lansia
usia yang berstatus tidak pernah sekolah semata-mata sebagai beban bagi keluarga
14,05%, yang berpendidikan tidak tamat ternyata tidak didukung oleh kenyataan bahwa
Sekolah Dasar 20,9% dan tamat Sekolah Dasar banyak lansia yang masih memiliki pekerjaan.
22,2%. Tingkat pendidikan lansia wanita pada Hal ini didukung fakta bahwa hanya 16,3%
umumnya lebih rendah dibanding tingkat lansia yang pensiunan. Bahkan untuk lansia
pendidikan lansia pria. Jumlah lansia wanita wanita sepertiganya berstatus sebagai pekerja
yang tidak pernah sekolah lebih dari 2 kali tidak dibayar (pekerjaan rumah tangga).
dibandingkan lansia pria. Sementara untuk Berdasarkan data ini ternyata lansia bukanlah
tingkat pendidikan di atasnya (Sekolah Dasar sebagai beban bagi lingkungannya.
ke atas) jumlah lansia pria lebih besar (81,9%) Meningkatnya prevalensi penyakit kronis
dibandingkan lansia wanita (58,3%). terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah Berdasarkan laporan 50-80% lansia yang
lanjut usia yang tercakup oleh dana pensiun berusia 65 tahun dan ke atas rata-rata akan
masih sedikit berkisar 37,9%. Bagi mereka yang mempunyai lebih dari satu penyakit kronis.(5,6)
tidak memiliki dana pensiun, sumber Penyakit muskuloskeletal dilaporkan merupakan
pendapatannya makin terbatas. Bagi lansia yang penyakit yang paling banyak ditemukan dan
memiliki barang berharga dan tabungan yang didapatkan merata pada setiap kelompok usia
cukup hal ini tidak akan menjadi masalah, tapi lansia.(15) Berdasarkan survei kesehatan penyakit
bagi lansia yang tidak memiliki semuanya maka ini merupakan penyebab disabilitas pada
sumber pendapatan makin terbatas lagi. Bila populasi lansia di dunia.(16) Pembatasan aktifitas
lansia tidak bekerja berarti memperoleh bantuan fisik makin nyata bersamaan dengan
dari keluarga, kerabat atau orang lain. Dengan penambahan usia. Berdasarkan laporan, 32%
demikian hal ini juga menujukkan makin lansia berusia 70 tahun dan ke atas mengalami
pentingnya dukungan keluarga terhadap kesulitan untuk melakukan aktivitas fisik yang
kehidupan lansia. disebabkan penyakit muskuloskeletal. Bahkan
Kesehatan merupakan aspek sangat penting lansia yang berusia 85 tahun 2,6 kali lebih
yang perlu diperhatikan pada kehidupan lansia. sering mengalami keterbatasan aktivitas fisik
Setidaknya ada dua persoalan utama yang dibanding lansia berusia 70-74 tahun.

169
Yenny, Herwana Penyakit kronis dan kualitas hidup lansia

Sedangkan dari studi ini diperoleh data dengan penambahan usia, yang menyebabkan
keterbatasan fisik akibat penyakit penurunan fungsi fisik pada lansia.
muskuloskeletal terbanyak didapatkan pada Kualitas hidup domain fisik dan lingkungan
kelompok usia yang jauh lebih muda yaitu pada pada lansia yang mengalami penyakit kronis
kelompok usia 60-69 tahun sebesar 63%. Badan rata-rata lebih rendah secara bermakna
Organisasi Kesehatan Dunia (Word Health dibandingkan lansia yang tidak mengalami
Organization/WHO) bahkan menyatakan tahun penyakit kronis. Hasil yang diperoleh ini
2000-2010 disebut Bone and Joint Decade(17) ternyata tidak berbeda dengan yang dilaporkan
sehingga diperlukan perbaikan kesehatan guna oleh Canbaz et al. (10) Penelitian yang dilakukan
meningkatkan kualitas hidup lansia. di Amsterdam menunjukkan hasil yang tidak
Pada studi ini sebanyak 74 (95,4%) lansia berbeda, lansia yang menderita penyakit kronik
pria dan 174 (86,3%) lansia wanita mempunyai mengalami kualitas hidup yang menurun.
penyakit kronis. Sebesar 68,8% lansia Penyakit kronik secara bermakna menurunkan
mempunyai lebih dari satu penyakit kronis. kualitas hidup lansia. Canbaz et al melaporkan,
Penyakit kronis yang paling banyak diderita partisipan dengan penyakit kronis menunjukkan
pada lansia pria maupun wanita adalah penyakit angka yang lebih rendah dibandingkan dengan
muskuloskeletal. Hasil yang tidak berbeda yang tidak mengalami penyakit kronis.
ditunjukkan pada penelitian oleh van Schoor et
al,(18) lansia dapat menderita lebih dari satu jenis KESIMPULAN
penyakit khronis. Semakin banyak penyakit
kronis yang dialami lansia terjadi kecenderungan Penyakit musculoskeletal, kardiovaskuler,
menurunnya kualitas hidup. dan digestif merupakan penyakit yang dialami
Selain penyakit muskuloskeletal, penyakit oleh lansia berusia 60-69 tahun. Keberadaan
kardiovaskuler merupakan penyebab kematian penyakit kronis ternyata identik dengan
dan disabilitas yang juga sering ditemukan pada penurunan kualitas hidup. Dibutuhkan
lansia. Peningkatan usia dikatakan sebagai salah penelitian lebih lanjut mengenai diagnosis, dan
satu faktor risiko yang paling berperanan untuk penatalaksanaan penyakit kronis guna
terjadinya penyakit kardiovaskuler pada mengendalikan simtom dan menekan disabilitas
populasi lansia. Faktor risiko lain yang juga sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup
berperanan antara lain hipertensi, hiperlipidemi, lansia.
diabetes, obesitas. (19)
Seperti yang dilaporkan Canbaz et al (10) UCAPAN TERIMA KASIH
pada studi kualitas hidup lansia juga
menunjukkan penurunan secara bermakna Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
dengan bertambahnya usia. Banyak perubahan Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas
besar yang terjadi di dalam tubuh seiring dengan Trisakti yang telah memberikan bantuan dana
peningkatan usia. Beberapa perubahan mungkin bagi kegiatan penelitian ini. Tidak lupa ucapan
berkaitan dengan organ sensoris, dan juga terima kasih disampaikan kepada para dokter
berkaitan dengan fungsi organ-organ vital seperti dan staf Puskesmas Kecamatan Mampang
sistem kardiovaskular, sistem saraf pusat dan Prapatan, Jakarta Selatan atas segala
sistem pernafasan. Penyakit sistem bantuaannya sehingga dapat terlaksananya
muskuloskeletal juga mengalami peningkatan penelitian ini.

170
Universa Medicina Vol.25 No.4

Daftar Pustaka 10. Canbaz S, Sunter AT, Dabak S, Peksen Y. The


prevalence of chronic disease and quality of live
1. Mobbs C. The merck manual of geriatric, Section in eldery people in Samsun. Turk J Med Sci 2002;
1, Chapter 1, Biology of aging. Available at: http:/ 33: 335-40.
/www.merck.com/pubs/mm_geriatrics/sec1/ch 11. Fortin M, Lapointe L, Hudon C, Vanesse A, Ntet
1.html. Accessed April 5, 2006. AL, Maltais D. Multimorbility and quality of life
2. Mobbs C. The merck manual of geriatric, Section in primary vare: a systematic review. Health Qual
2, Chapter2, Biology of Aging. Available at: http:/ Life Outcomes 2004; 2: 51.
/www.merck.com/pubs/mm_geriatrics/sec2/ch 12. Departemen Sosial Republik Indonesia. Pedoman
2.html. Accessed April 5, 2006. rencana aksi nasional untuk kesejahteraan lanjut
3. Badan Pusat Statistik. Proyeksi penduduk usia. Jakarta: DEPSOS RI-YEL-UNFPA-HelpAge
Indonesia per Propinsi 1995-2005. Jakarta: Badan International; 2003.
Pusat Statistik; 1998. 13. WHOQOL Group. Development of the World
4. Wu SY, Green A. Projection of chronic illness Health Organization WHOQOL-BREF quality of
prevalence and cost inflation. Washington DC: life assessment. Psychol Med 1998; 28: 551-8.
RAND Health; 2000. 14. Taylor R. Measuring healthy days. Population
5. Taylor R. Measuring healthy days, population assessment of health-related quality of life. Atlanta:
assessment of health-related quality of life. CDC, CDC; 2000.
2000. 15. Reginster JY. The prevalence and burden of
6. Hoffman C, Rice D, Sung HY. Person with chronic arthritis. Rheumatology 2002; 41: 3-6.
conditions: their prevalence and costs. JAMA 1996; 16. Ethgen O, Reginsten JY. Degenerative
276: 1473-9. musculoskeletal disease. Ann Rheum Dis 2004;
7. Natuveli G, Wiggins R, Hildon Z, Blane D. 63: 1-3.
Functional limitation in long standing illness and 17. World Health Organization. The bone and joint
quality of life: evidence from a national survey. decade. Joint motion 2000-2010. Available at:
BMJ 2005; 331: 1382-3. http://www.bonejointdecade. org. Accessed April
8. Lam CL, Launder IJ. The impact of chronic disease 15, 2006.
on the health-related quality of life (HRQOL) of 18. van Schoor NM, Smit JH, Twisk JWR, Lips P.
Chinese patients in primary care. Fam Prac 2000; Impact of vertebral deformities, osteoarthritis, and
17: 159-66. other chronic diseases on quality of life: a
9. Simpson E, Pilote L. Quality of life after acute population-based study. Osteoporos Int 2005; 16:
myocardial infraction: a comparison of diabetic 749-56.
versus non-diabetic acute myocardial infraction in 19. Nauman VJ, Byrne GJ. WHOQOL-BREF as a
Quebec acute care hospital. Health Qual Life measure of quality of life in older patients with
Outcomes 2005; 3: 80. depression. Int Psychogeriatr 2004; 16: 159-173.

171

You might also like