You are on page 1of 28

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan


yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport.
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian
besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.

Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran
mengenai sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan
dengan sel serta organ pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa
pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka
lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung,
gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih
seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di
mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan,
peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit.
Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil
apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.

Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika
keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap.
Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang
terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi
mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi
keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada
lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada
saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut
akan membeku dan berakibat pada kematian.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana anatomi fisiologi dalam sistem hematologi itu ?


1.3 Tujuan

Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami berkaitan dengan anatomi dan fisiologi sistem
hematologi.

1.4 Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan
praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi
fisiologi dalam sistem hematologi sehingga berpengaruh besar terhadap
kehidupan klien.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komposisi dan struktur Darah Manusia.

Karakteristik

1. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk)


tertahan dan di bawa dalam matriks cairan (plasma).

2. Darah lebih berat dibandingkan dengan air dan lebih ketal. Cairan ini
memiliki rasa dan bau yang khas, serta Ph 7.4 (7.35-7.45).

3. Warna darah bervariasi dan merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa ke sel darah merah.

4. Volume darah tetap sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-
rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai
dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan edukosa
dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi dengan perubahan cairan darah dan
konsentrasi elektrolitnya.

Komposisi

Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%


bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel
darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang
disebut plasma darah.

Korpuskula darah terdiri dari:

Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakit anemia.

Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)


Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh,
misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk
yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia,
sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.

Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:

1. Air: 91,0%

2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)

3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium


bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dll)

Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-

- albumin

- bahan pembeku darah

- immunoglobin (antibodi)

- hormon

- berbagai jenis protein

- berbagai jenis garam

Struktur sel darah :

1. Air : 91%

2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen).

3. Mineral : 0,9% ( Natrium klorida,natrium bikarbonat, garam


posfat, magnesium, kalsium dan zat besi).

4. Bahan organik : 0,1% ( Glukosa, lemak, asam urat, kreatinin kolesterol


dan asam amino). (Dr. Syaifuddin, 1992).

2.2 Fungsi Sel Darah dan Plasma Darah Pada Tubuh Manusia.

Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya


sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung
campuran kompleks zat organic dan zat anorganik.
Di dalam plasma darah terlarut berbagai macam zat. Di antara zat-zat
tersebut ada yang masih berguna dan adapula yang tidak berguna. Beberapa zat
tersebut antara lain seperti berikut.

a. Zat makanan dan mineral, antara lain glukosa, gliserin, asam amino, asam
lemak, kolesterol, dan garam mineral.

b. Zat hasil produksi dari sel-sel, antara lain enzim, hormon, dan antibodi.

c. Protein,

Protein dalam plasma darah terdiri atas:

1) antiheofilik berguna mencegah anemia;

2) Tromboplastin berguna dalam proses pembekuan darah;

3) protrombin mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah;

4) fibrinogen mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah;

5) albumin mempunyai peranan penting untuk memelihara tekanan osmotik


darah;

6) gammaglobulin berguna dalam senyawa antibodi.

d. Karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen.

Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya


unsure pokok plasma yang tidak dapat menembus membrane kapilar untuk
mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma:

Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55-60%. Albumin


disintesiskan dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotic koloid
darah.

Koloid, adalah zat yang berdiameter 1Nm 100Nm, sedangkan kristaloid


adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 Nm. Plasma mengandung koloid dan
kristaloid.

Tekanan osmotic koloid atau tekanan onkotik, ditentukan berdasarkan


jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan ukuran daya tarik
plasma terhadap difusi air dan cairan ekstraseluler yang melewati membrane
kapilar.

Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma.

dan globulin disintesiskan dihati, dengan fungsi utama sebagai


molekul pembawa lipid, beberapa hormone berguna sebagai substrat, dan zat
penting tubuh lainnya.
Gamma globulin adalah antibody. Ada 5 jenis immunoglobulin yang
diproduksi jaringan limpoid dan berfungsi dalam imunitas.

Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan erupakan


komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.

Plasma juga mengandung nutrient, gas darah, elektrolit, mineral, hormone,


vitamin dan zat-zatsisa.

(1). Nutrien meliputi asam amino, gula dan lipid yang diabsorbsi dari saluran
pencernaan.

(2). Gas Darah meliputi oksigen, karbondioksida dan nitrogen

(3). Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium,magnesium, klorida, kalsium,


bikarbonat, fosfat dan ion sulfat.

Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah (eritrosit),sel darah putih
(leukosit) dan trombosit.

Eritrosit atau Sel Darah Merah

Karakteristik

Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan


pada sentralnya dan berdiameter 7,65 m.

Terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran


ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapilar
(pembuluh darah terkecil).

Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta


molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernafasan yang mengikat
oksigen. Fungsi hemoglobin itu sendiri yaitu jika hemoglobin terpajan oksigen,
maka molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan beta, untuk
membentuk oksihemoglobin. Dan hemoglobin berikatan dengan CO2 dibagian
asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin yang terbentuk hanya
memakai 20% CO2 yang terkandung dalam darah, 80% sisanya dibawa dalam
bentuk ion bikarbonat.

Fungsi Eritrosit

1. Mentransfer oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin


terhadap oksigen.

2. Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan


tubuh.

3. mengikat karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui


paru-paru.

Leukosit atau Sel Darah Putih


Leukosit dibagi dalam 2 kategori, granulosit dan sel mononuclear
(agranulosit). Dalam darah normal, jumlah total leukosit adalah 5.000 sampai
10.000 sel per mm3. Sekitar 60% diantaranya adalah granulosit dan 40% sel
mononuclear.

Granulosit. Diameter granulosit biasanya sampai tiga kali eritrosit.


Granulosit dibagi dalam tiga sub pengikat warna. Eosinofil, memiliki memiliki
granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya; Basofil, berwarna biru;
dan Netrofil, memiliki granula berwarna ungu pucat.

Leukosit Mononuklear (Agranulosit), adalah sel darah putih dengan


inti satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Dalam darah orang dewasa
normal, limfosit berjumlah sekitar 30% dan monosit sekitar 5% dalam total
leukosit. Limfosit matang adalah sel kecil dengan sitoplasma sedikit. Diproduksi
terutama oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan kelenjar timus
dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem sumsum. Monositadalah
leukosit terbesar. Diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi
histiosit jaringan, termasuk sel kupfer di hati, makrofag peritoneal, makrovag
alveolar, dan komponen lain sistem retikuloendotileal.

FUNGSI LEUKOSIT

Melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing lainnya.


Fungsi utama netrofilik PMN adalah memakan benda asing (fagositosis). Fungsi
limfosit terutama menghasilkan subtansi yang membantu penyerangan benda
asing. Sekelompok limfosit (limfosit T) membunuh sel secara langsung atau
menghsilkan berbagai limfokin, suatu subtansi yang memperkuat aktifitas sel
fagositik. Sekelompok limfosit lainnya (limfosit B) menghasilkan antibody, suatu
molekul protein yang akan menghancurkan benda asing dengan berbagai
mekanisme.

Eosinofil dan basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai


material biologis kuat seperti histamine, serotim, dan heparin. Pelepasan
senyawa tersebut mempengaruhi suplai darah ke jaringan, seperti yang terjadi
selama peradangan, dan membantu memobilisasi mekanisme pertahanan tubuh.
Peningkatan jumlah eosinofil pada keadaan alergi menunjukan bahwa sel ini
terlibat dalam reaksi hipersensitifitas

2.3 Nilai dan Ukuran Normal Komponen Darah Manusia.

Nilai dan ukuran normal komponen darah manusia

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-
kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada
tiap-tiap orang tidak sama, tergantung kepada umur, pekerjaan, keadaan
jantung atau pembuluh darah. (Dr. Syaifuddin, 1992).

Nilai-nilai sel darah dewasa normal :

a. Sel darah merah : 4,2 - 6,2 juta per ml darah

b. Sel darah putih : 5000 - 10.000 juta per ml darah

c. Trombosit : 140.000 - 340.00 per ml darah

d. Hematokrit (% sel darah merah) : 45-52% untuk pria; 36-48% untuk wanita

e. Hemoglobin : 14,0-17,4 gram per 100ml untuk pria; 12,0-16,0 gram


per 100ml untuk wanita. (Elizabeth J Corwin, 2001).

2.4 Sel-Sel Darah Merah, Anemia, dan Polisitemia.

Sel darah merah

Sel darah merah atau yang disebut eritrosit berasal dari bahasa yunani,
yaitu erythros berarti merah dan krytos yang berarti selubung/sel. Sel ini tidak
memiliki intisel, mitokondria, atau ribosom. Sel ini tidak dapat melakukan
mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein. Sel darah merah
mengandung protein hemoglobin yang mengangkut sebagian besar oksigen
yang diambil di paru ke sel-sel diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati
sebagian besar ruang intrasel eritrosit. Sel darah matang dikeluarkan dari sum-
sum tulang dan hidup sekitar 120 hari untuk kemudian mengalami disintegrasi
dan mati. Sel-sel darah merah yang mati diganti oleh sel-sel baru yang
dihasilkan oleh sumsul tulang. (Elizabeth J Corwin, 2001)

Anemia
Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin.
Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah
merah tetap normal. Tetapi jumlah hemoglobinnya sub normal. Karena
kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang. Maka individu akan
terlihat pucat atau kurang tenaga.

Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena hilangnya


darah yang terlalu cepat atau produksi sel darah merah yang terlalu lambat atau
dapat disebut dengan kekurangan hemoglobin (Hb). Hb adalah protein dalam sel
darah merah, yang mengantar oksigen dari paru ke bagian tubuh yang lain.

Anemia menyebabkan kelelahan, sesak napas dan kepusingan.Orang


dengan anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang dengan
tingkat Hb yang wajar.Mereka merasa lebih sulit untuk bekerja.Artinya mutu
hidupnya lebih rendah.

Anemia didefinisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter sepakat


bahwa tingkat Hb di bawah 6,5 menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat Hb
yang normal adalah sedikitnya 12 untuk perempuan dan 14 untuk laki-laki.

Secara keseluruhan, perempuan mempunyai tingkat Hb yang lebih


rendah dibandingkan laki-laki.Begitu juga dengan orang yang sangat tua atau
sangat muda.

a. Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat

Akut (mendadak)

Kecelakaan

Pembedahan

Persalinan

Pecah pembuluh darah

Kronik (menahun)

Perdarahan hidung

Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum

Kanker atau polip di saluran pencernaan

Tumor ginjal atau kandung kemih

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

Kekurangan zat besi

Kekurangan vitamin B12

Kekurangan asam folat

Kekurangan vitamin C

Penyakit kronik

Meningkatnya penghancuran sel darah merah

Pembesaran limpa

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

Sferositosis herediter

Elliptositosis herediter

Kekurangan G6PD

Penyakit sel sabit

Penyakit hemoglobin C

Penyakit hemoglobin S-C

Penyakit hemoglobin E

Thalasemia

b. Gejala

Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak


mencukupi kebutuhan ini, bervariasi.Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.Jika anemia bertambah
berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

c. Diagnosa

Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia.


Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah
hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut
merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC/complete blood count).

d. Macam-macam anemia

1.Anemia Hemoragis

Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan


plasma yg hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi
sel darah merah yang tetap rendah. Sel darah merah akan kembali normal dalam
waktu 3-6 minggu

2. Anemia Aplastika

Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah
terhambat.Dapat dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X
yang berlebihan, bahan2 kimia tertentu, obat2an atau pada orang2 dengan
keganasan.

3.Anemia Megaloblasitik

Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik(terdapat pd mukosa


lambung) merupakan faktor2 yang berpengaruh terhadap pembentukan sel
darah merah. Bila salah satu faktor di atas tidak ada maka produksi eritroblas
dalam sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau
besar dengan bentuk yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan mudah
pecah..ciri2 ini disebut sebagai Megaloblas.

Dapat terjadi pada:

1. Atropi mukosa lambung (faktor intrinsik terganggu)

2. Gastrektomi total (hilangnya faktor intrinsik)

3. Sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang

4. Anemia Hemolitik

Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa
hidup yg pendek (biasanya ada faktor keturunan)

Contoh :

1. Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur
bikonkaf yg elastis (mudah sobek)

2. Anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel 2nya
mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O 2 kadar rendah
maka Hb akan mengendap menjadi kristal2 panjang di dalam sel darah merah..
sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti
bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O 2 jaringan yg rendah
menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek.Penurunan tekanan O 2 lebih lanjut
membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah
meningkat hebat.

3. Eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+).. pada
saat kehamilah pertama.. setelah ibu terpapar darah janin.. maka ibu secara
otomatis akan membentuk anti bodi terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan
yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi, dan bayi akan
mengalami anemia yg hebat hingga meninggal.

4. Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat 2an


5. Nutrional Anemia

Anemia defisiensi besi (Fe)

Anemia defisiensi asam folat

(akibat kekurangan asupan atau gangguan absorbsi GI track)

6. Anemia Pernisiosa

Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan
pematangan sel. Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus
absorbsi B12 dari usus. Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12
melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan absorbsi B12
terganggu.

7. Renal Anemia

Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.

Polisitemia

Adalah peningkatan sel darah merah dalam sirkulasi, yang


mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang
mengalir melalui pembuluh darahterhalang dan aliran kapilat dapat tertutup.

1. Polisitemia kompensatori (sekunder)

Dapat terjadi akibat hipoksia ( kekurangan oksigen ) karena hal berikut ini:
a. Kediaman permanen di dataran tinggi

b. Aktifitas fisik berkepanjangan

c. Penyakit paru atau jantung

2. Polisitemia Vera

Adalah gangguan pada sistem tulang ( Ethel Sloane, 2003)

2.5 Leukosit, Granulosit, Makrofag, Monosit, dan Inflamasi.

Leukosit (Sel darah putih).

Sel darah putih atau leukosit adalah sel darah yang membentuk komponen
darah yang berada di plasma darah .

Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagaibagian dari sistem kekebalan tubuh.

Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti,dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler /diapedesis sehingga jika ada kuman yang
keluar dari pembuluh bisa ditangkapnya

Normalnya kita memiliki 6000 hingga 9000 sel darah putih dalam satu mili
liter

Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50. 000 sel per
tetes.

Jika terjadi kekurangan atau dibawah normal kita sebut Leukopenia , dan
tentu jika terjadi banyak infeksi di tubuh jumlahnya akan menigkat sesuai apa
yang diperlukan agar tubuh optimal

Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu:

AGRANULOSIT : Leucocyt yang tidak bergranula / berbutir : Lymposit dan Monosit

GRANULOSIT : Leucocyt yang bergranulla berbutir butir /granule : Basofil ,


Eosinofil dan Neutrofil.
Granulosit
Jumlahnya hampir 75% dariseluruh leukosit, plasmanya mengandung
granula (butir-butir halus), dibuat didalam sumsum merah oleh jaringan retikulo
endotelium.Granulosit merupakan sel fagosit, memakan benda asing, terutama
bakteri.Oleh karena itu, granulosit dapat menembus dinding kapiler, disebut
diapedesis serta masuk ke jaringan-jaringan.Apabila terjadiluka, granulosit akan
berkumpul pada luka untuk memakan bakteri yang masuk ke dalam
tubuh.Granulosit yang mati akan berkumpul berupa nanah. Macam-macam sel
yang terdapat kedalam tipe granulosit antara lain :

1. Neutrofil

Ciri-ciri : Plasma bersifat netral bentuk bermacam-macam, bersifat fagosit


Jumlah (sel/mm3) : 3.000 7.000

Tempat pembentukan : Jaringan Limfoid , kelenjar limfa

Masa Hidup : 6 jam beberapa hari

Fungsi : Memfagosit / memakan bakteri

2. Eosinofil

Ciri-ciri : Bersifat asam, berbintik kemerahan, jumlah meningkat selama terjadi


infeksi
Jumlah (sel/mm3) :100 400

Tempat Pembentukan : sumsum tulang

Fungsi : mencegah alergi, menghancurkan antigen-antibodi

Masa Hidup : 8 12 Hari

3. Basofil

Ciri-ciri : Bersifat basa, berwarna kebiruan, bersifat fagosit

Jumlah (sel/mm3) : 20 50

Tempat Pembentukan : Sumsum tulang

Masa Hidup : Beberapa jam beberapa hari

Fungsi : Melepaskan zat pencegah alergi, mengandung heparin (zat anti


koagulan)
Agranulosit

Plasma agranulosit tidak mengandung granula (butiran), intinya relative


besar, jumlahnya 25%. Macam-macam sel darah putih yang termasuk kedalam
tipe agranulosit antara lain:

1. Limfosit

Ciri-ciri : Berinti satu, tidak dapat bergerak bebas, berwarna biru pucat
Jumlah (sel/mm3) : 1.500 3.000

Tempat Pembentukan : Limfa dan tulang

Masa Hidup : Beberapa jam beberapa tahun

Fungsi : Mengaktifkan system kekebalan

2. Monosit

Ciri-ciri : Berinti satu berukuran besar, berbentuk bulat panjang, dapat bergerak
cepat, bersifat fagosit

Jumlah (sel/mm3) : 100 700

Tempat Pembentukan : Sumsum tulang

Masa Hidup : Beberapa Bulan

Fungsi : Fagositosit, berkembang menjadi makrofag.

Makrofag

Makrofag adalah sel darah putih besar yang merupakan bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh kita. Kata makrofag secara harfiah berarti pemakan
besar. Ini adalah organisme seperti amoeba, dan tugasnya adalah untuk
membersihkan tubuh kita dari puing-puing mikroskopis dan penyerang. Makrofag
memiliki kemampuan untuk mencari dan makan partikel seperti bakteri, virus,
jamur, dan parasit.
Makrofag yang lahir dari sel-sel darah putih yang disebut monosit, yang
diproduksi oleh sel-sel induk dalam sumsum tulang kita. Monosit bergerak
melalui aliran darah, dan ketika mereka meninggalkan darah, mereka tumbuh
menjadi makrofag. Mereka tinggal selama berbulan-bulan, berpatroli sel dan
organ tubuh kita dan menjaga mereka bersih.

Fungsi sebuah makrofag

Makrofag menyelesaikan tugas pembersihan yang sedang berjalan


dengan menelan partikel yang tidak diinginkan dan memakan mereka. Seperti
disebutkan sebelumnya, makrofag adalah sel sejenis amuba. Bayangkan sebuah
gumpalan-seperti jelly mengalir bersama, sekitar mangsanya, dan menelannya.
Ini pada dasarnya adalah bagaimana makrofag bekerja. Tapi mari kita lihat lebih
dekat pada proses yang sebenarnya.

Makrofag menggunakan proses yang disebut fagositosis untuk


menghancurkan dan menyingkirkan partikel yang tidak diinginkan dalam tubuh.
Fagositosis secara harfiah berarti sel makan. Proses ini bekerja seperti ini:
karena makrofag menelan partikel, kantongnya disebut fagosom terbentuk di
sekitarnya. Kemudian, enzim yang dilepaskan ke fagosom oleh organel dalam
makrofag disebut lisosom. Sama seperti enzim dalam perut kita sendiri
dilepaskan untuk mencerna makanan kita, enzim yang dikeluarkan oleh lisosom
mencerna partikel. Puing-puing yang tersisa, atau apa yang tersisa dari partikel,
keluar dari makrofag yang akan diserap kembali ke dalam tubuh.

Makrofag membersihkan berbagai benda asing yang tidak diinginkan.


Seperti tukang pukul di sebuah klub malam, ini pembela besar menyelesaikan
pekerjaan. Bakteri, virus, jamur, dan parasit adalah beberapa contoh dari
penyerbu yang ditargetkan. Meskipun tubuh kita memiliki hambatan di tempat
seperti kulit kita dan selaput lendir yang terus keluar banyak mikroorganisme ini,
mereka masih bisa masuk ke dalam tubuh kita. Namun, setiap pelaku luar yang
tidak bisa masuk dengan cepat dihadapkan oleh sel-sel pembersihan yang super.

Aspek lain yang menarik dari makrofag adalah kemampuannya untuk


mengetahui mana sel-sel untuk menghancurkan dan mana yang harus
meninggalkan sendirian. Sehat, sel-sel hidup dalam tubuh kita memiliki satu set
tertentu protein pada membran luar mereka. Mereka adalah tanda dasarnya ID
untuk sel-sel kita. Ini adalah bagaimana sistem kekebalan tubuh kita mengenali
sel kita sendiri dibandingkan benda asing.

Meskipun makrofag tidak membedakan antara berbagai jenis bakteri,


virus, atau pihak luar lainnya, mereka mengetahui bahwa partikel-partikel
tersebut tidak termasuk dalam tubuh dengan mendeteksi protein luar yang
berbeda. Makrofag bahkan memiliki kemampuan untuk mendeteksi sinyal yang
dikirim oleh bakteri, yang memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan
ke tempat infeksi.
Tapi pekerjaan makrofag tidak berhenti di situ. Setelah virus telah ditelan
dan dicerna, misalnya, makrofag menampilkan protein mengidentifikasi itu virus
tertentu. Sebuah pesan akan dikirim ke seluruh sistem kekebalan tubuh untuk
memanggil untuk produksi antibodi spesifik untuk virus tertentu. Sepasukan sel
tempur kemudian dikirim keluar untuk menghancurkan virus sebelum mereka
dapat melakukan lebih banyak kerusakan. Makrofag bahkan menyerang
beberapa sel kanker.

Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, makrofag juga


membersihkan puing-puing sel mati dan sampah lainnya yang mungkin
tergeletak di sekitar. Bayangkan penyapu jalan perlahan-lahan bergulir di jalan
Anda. Setiap kotoran atau sampah yang ada di trotoar tersapu dan ditelan oleh
truk. Hasilnya adalah jalan bebas dari daun, kotoran, sampah, atau gangguan
lainnya. Kita bisa membayangkan makrofag dengan cara yang sama ketika
membersihkan puing-puing sel.

Inflamasi

Radang atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas
yang berupa reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat
yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah
cedera atau nekrosis (Robbins & Kumar, 1994). Tujuan inflamasi yaitu untuk
memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri terhadap infeksi
(Soesatyo, 2002). Tanda-tanda inflamasi adalah berupa kemeraham (rubor),
panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor) (Soesatyo, 2002), dan
function laesa (Chandrasoma dan Tailor, 1995).

Secara garis besar proses inflamasi dibagi menjadi 2 tahap :

a. Inflamasi akut

Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah adanya rangsang
iritan. Pada tahap ini terjadi pelepasan plasma dan komponen seluler darah ke
dalam ruang-ruang jaringan ekstraseluler. Termasuk didalamnya granulosit
neutrofil yang melakukan pelahapan (fagositosis) untuk membersihkan debris
jaringan dan mikroba (Soesatyo, 2002).

b. Inflamasi kronis

Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak berhasil memperbaiki seluruh
jaringan yang rusak kembali ke keadaan aslinya atau jika perbaikan tidak dapat
dilakukan sempurna (Ward, 1985).
2.6 Imunitas dan Alergi.

Imunitas

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang


melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor.

Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari
sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.

Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar
dapat menginfeksi organisme.

Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi


yang menetralisir patogen.

Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim


yang melindungi terhadap infeksi virus.

Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariot kuno dan tetap pada
keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme
tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan
sistem komplemen.

Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru


ini, dengan adanya evolusi vertebrata.

Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ
tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin.

Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata
mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif.

Proses adaptasi membuat memori imunologikal dan membuat perlindungan


yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut.

Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.

Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh


juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit.

Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada
biasanya, menyebabkan munculnya infeksi.

Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe


combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi,
seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus
HIV.

Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang


jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing.

Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes


melitus tipe 1 dan lupus erythematosus.

Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian
dari penelitian.

ALERGI

Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan kerap kali
membahayakan terhadap subtansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
alergi merupakan manifestasi cidera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara
antigen dan antibody. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa
protein yang dikenal tubuh sebagai benda asing, maka akan terjadi serangkaian
peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya,
menghancurkannyaa kemudian membebaskan tubuh darinya. Kalau limfosit
bereaksi terhadap antigen, kerapkali antibody dihasilkan. Reaksi alergi umum
akan terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara
agresif terhadap suatu subtansi yang normalnya tidak berbahaya (mis., debu,
tepung sari gulma). Produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat
menimbulkan gejala yang berkisar dari gejala yang ringan hingga gejala yang
dapat membawa hingga kematian.

Sistem imun tersusun dari banyak sel serta organ dan subtansi yang
disekresikan oleh sel-sel organ ini. Pelbagai bagian dari sistem imun ini harus
bekerjasama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para
penginvasi (yaitu virus, bakteri, subtansi asing lainnya) tanpa menghancurkan
jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.

2.7 Golongan Darah

Sebelum lahir, molekul protein yang di tentukan secara genetic disebut


antigen muncul di permukaan sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B
bereksi dengan antibody pasanagnnya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8
bulan setelah lahir.

a. Karena reaksi antigen antibodi menyebabkan aglutinasi (penggumpalan)


sel darah merah, maka atigen disebut aglutinogen dan antibody pasangannya
disebut aglutinin.

b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A maupun tipe B, atau hanya
mewarisi salah satunya atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi Golongan Darah ABO ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya
aglutinogen (antigen tipe A dan B) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan
agglutinin (antibody), anti A dan anti B yang ditemukan dalam plasma darah.

a. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan agglutinin tipe B.

b. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin tipe A.

c. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi


tidak mengandung agglutinin tipe A dan tipe B.

d. darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung


agglutinin anti A dan anti B.

Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfuse darah karena campura


darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.

a. Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah
yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya di letakkan
pada sebuah slide mikroskop.

b. Setetes serum yang mengandung agglutinin anti A (dari darah golongan B)


di teteskan pada salah satu tetes darah, sedangkan setetes serum yang
mengandung agglutinin anti B (dari darah golongan A) diteteskan pada tetes
darah lainnya.

(1.) Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)

(2.) Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki


aglutinogen tipe B (golongan darah B).
(3.) Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).

(4.) Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).

c. Transfuse darah

(1.) Saat transfuse darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma
recipient, sehingga agglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi.

(2.) walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting untuk transfuse jika
golongan darah donor berbeda dengan golongan darah resipien, maka agglutinin
dalam plasma resipien akan mengaglutinasi sel darah merah asing donor.

(3.) Reaksi transfuse disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.

a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan darah sel.

b. Hemolisis (ruptur) sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin


kedalam aliran darah.

c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus


dan mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.

(4.) Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan
sebelum pemberian transfuse untuk memastikan kecocokan darah.

(5.) Konsep donor universal dan resipien universal

a. Donor universal darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk di


aglutinasi sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume
transfusinya sedikit.

b. Resipien universal individu dengan golongan darah AB tidak memiliki


agglutinin dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun.

System Rh adalah kelompok antigen lain dalam tubuh manusia. System


ini ditemukan dan diberi nama berdasarkan rhesus monyet. Antigen RhD dalah
antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.

a. Jika factor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebuh Rh positif.


Jika factor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negative.
Individu dengan Rh positif lebih banyak dibandingkan dengan yang ber Rh
negative.

b. sistem ini berbeda dengan golongan ABO dimana individu ber Rh negative
tidak memiliki agglutinin anti Rh dalam plasmanya.

c. Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber Rh positif maka


agglutinin anti Rh akan di produksi walaupun transfuse awal biasanya tidak
membahayakan, pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan
aglutinasi sel darah merah donor.

d. Eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir, dapat
terjadi setelah kehamilan pertama ibu ber Rh negative dengan janin ber Rh
negative.

(1.) Pada saat lahir ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin
sehingga ibu akan membentuk antibody untuk menolak antigen tersebut.

(2.) Jika antibody lawan factor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan
selanjutnya, antibody tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah
janin dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang
mengalaminya akan terlahir dengan anemia.

(3.) Pencegahan. Jika ibu ber Rh negative mendapat injeksi antibody


berlawanan dengan factor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan,
keguguran, atau setelah abortus janin ber Rh positif maka antigen tidak akan
terakfasi. Ibu tidak akan memproduksi antibody lawannya.

2.8 Hemostatis dan Pembekuan Darah

Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat


putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika
endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini
mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah,
agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan.

Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang


cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian
hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:

1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka.
Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan
diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada
tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada
pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen,
trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik
ataupun trombos.

2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga


terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.

3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.

Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian


proses yang tepat.
1. Vasokontriksi. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang
rusak melepas serotonin dan tromboksan A2 (prostaglandin) yang menyebabkan
otot polos dinding pembuluh darah berkintriksi hal ini pada awalnya akan
mengurangi darah yang hilang.

2. Plug trombosit

a. Trombosit membengkak menjadi lengket, dan menempel pada serabut


kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.

b. Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi lain sehingga melibatkan


agregasi trombosit untuk memperkuat plug.

(1.) Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu
menghentikan pendarahan.

(2.) Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi


pendarahan, sampai proses pembekuan terbentuk.

3. Pembentukkan pembekuan darah

a. Mekanisme ekstrinsik. Pembekuan darah dimulai dari factor eksternal


pembuluh darah itu sendiri.

(1.) Tromboplastin (membrane lipopprotein) yang di lepas oleh sel-sel jaringan


yang rusak mengaktivasi protrombin dengan bantuan ion kalsium untuk
membentuk thrombin.

(2.) Thrombin mengubah pribrinogen yang dapat larut, menjadi pibrin yang
tidak dapat larut. Benang-benang pibrin membentuk bekuan, atau jarinagan-
jaringan pibrin, yang menangkap sel darah yang memlalui pembuluh yang rusak.

b. Mekanisme intrinsic untuk pembentukan darah berlangsung dalam cara


yang lebih sederhana daripada cara yang dijelaskan diatas. Mekanisme ini
melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam plasma darah.
Setiap factor protein berada dalam kondisi tidak aktif : jika salah satunya di
aktivasi, maka aktifitas enzimatiknya akan mengaktivasi factor selanjutnya
dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi untuk
membuntuk bekuan.

2.9 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembekuan Darah

13 Faktor Pembekuan Darah

Faktor I

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma
dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau
hypofibrinogenemia.

Faktor II

Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan


diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.

Faktor III

Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber


yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin
penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip
di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.

Faktor IV

Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan


darah.
Faktor V

Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas,
yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik
dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator
globulin.

Faktor VI

Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi
tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.

Faktor VII

Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas


dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak
dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau
diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.

Faktor VIII

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil


dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.
Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.

Faktor IX

Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang


relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi,
diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan
faktor antihemophilic B.

Faktor X

Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi
sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga
thrombokinase.

Faktor XI

Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam
jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat
juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.

Faktor XII

Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan
kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi
dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.

Faktor XIII

Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin


monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam
urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan


yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport.
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian
besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.
Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran
mengenai sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan
dengan sel serta organ pembentuk darah.

3.2 Saran.

Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan
maupun ilmu alam lainnya penting sekali memahai anatomi sistem hematologi
secara tepat agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit
maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan fungsi tubuh akibat
kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung
sebagai pusat kehidupan dan berhubungan pula dengan darah.

You might also like