You are on page 1of 59

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE II DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.


H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

(Skripsi)

Oleh
HJ. RAHMA AMTIRIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRAK

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE II DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.
H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh

Hj. Rahma Amtiria

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat
disebabkan oleh sekresi hormon insulin yang tidak adekuat, fungsi insulin yang terganggu
(resistensi insulin) atau dapat merupakan gabungan dari keduanya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula darah 2 jam
setelah makan pada pasien DM tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross-


sectional yang melibatkan 43 responden pasien yang mengalami DM Tipe II.

Hasil penelitian menunjukan didapatkan variabel jumlah asupan (p = 0.011), jenis


makanan (p = 0.002), jadwal makan (p = 0.010) dan pola makan (p = 0.056)
dinyatakan memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar gula darah 2 jam
setelah makan responden penyakit DM rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

Kata kunci : Diabetes Mellitus, Kadar Gula Darah, Pola Makan,


ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS DIET WITH BLOOD SUGAR AT PATIENTS


WHO HAVE THE DISEASE OF TYPE II DIABETES MELLITUS
IN POLI MEDICAL HOSPITAL DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINCE
OF LAMPUNG IN 2015.

By

Hj. Rahma Amtiria

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease in a person due to over controlling


high blood sugar's levels on their body. The disorder can be caused by hormone
secretion of inadequate insulin, the function of the impaired insulin (insulin
resistance) or may be a combination of both. The purpose of this study is to
know the relationship between diet and 2 hours glucose at patients who have the
disease of Type II DM in Poli Medical Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Province
of Lampung in 2015.

This research is an analytic correlative with cross-sectional study involving 43


respondents of Millitus patients who have Type II Diabetes Mellitus.

The results obtained variable intake (p = 0.011), type of food (p = 0.002), feeding
schedule (p = 0.010) and diet (p = 0.056) are have a significant correlation with 2
hours glucose with patients of DM at Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Province
Lampung in 2015.

Keywords: Blood Sugar, Diabetes Mellitus, Eating,


HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE II DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR.
H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh
HJ. RAHMA AMTIRIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Mei 1994 sebagai anak

tunggal dari Bapak Drs. H. Azhari Masduki dan Ibu Hj. Mislina RS, A.Ma.Pd.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD 2 UGI Menggala Tulang

Bawang dan selesai pada tahun 2006. Selanjutnya, penulis melanjutkan

pendidikan di SMP 1 Mengala Tulang Bawang yang diselesaikan pada tahun

2009, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Menggala Tulang

Bawang dan selesai pada tahun 2012.

Tahun 2012, Penulis diterima dan terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis. Selama

menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


Persembahan
Raut wajahmu ketika kau merasa kesakitan,
akan aku ingat selalu
untuk ku jadikan motivasi hidupku dalam membahagiakanmu,
rintih suaramu akan ku ingat selalu
untuk aku jadikan cambuk dalam malasku

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :


Bapak dan Ibu Tercinta

i
SANWACANA

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah mencurahakan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Skripsi dengan judul Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien

Diabetes Melitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung Tahun 2015 adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung;

3. dr. Ade Yonata, M.Mol Biol., Sp. PD dan dr. Tri Umiana Soleha, M.Kes

selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan

bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Tutik Ernawati MGizi. Sp.GK selaku Pembimbing Kedua atas

kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

ii
5. dr. Khairun Nisa, M.Kes, AIFO. selaku Penguji utama pada Ujian Skripsi

atas waktu, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan;

6. dr. Oktadoni Saputra, M.Med Ed selaku pembimbing akademik

terimakasih atas bimbingan, pesan dan nasehat yang telah diberikan

selama ini;

7. Bapak (Bapak Drs. H. Azhari Masduki) dan Ibu (Ibu Hj. Mislina RS,

A.Ma.Pd) yang selalu mendoakan setiap waktu, menguatkan dan

memberikan motivasi yang luar biasa. Terimakasih untuk kesabaran,

keikhlasannya, kasih sayang, dan segala sesuatu yang telah diberikan

kepadaku hingga saat ini;

8. Seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih

atas doa dan dukungannya sampai saat ini;

9. Seluruh staf Bagian Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah

Abdul Moeloek yang sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian;

10. Seluruh staf Dosen FK Universitas Lampung atas ilmu yang telah

diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi

landasan untuk mencapai cita-cita;

11. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

12. Muhammad Reynaldy F, S.H terimakasih telah meluangkan waktunya

untuk mendengarkan keluh kesah serta selalu direpotkan oleh penulis

untuk menemani dan membantu selama proses mengerjakan skripsi;

13. Sahabat-sahabat terbaikku Hepar Stefhani Gista Luvika, Rossadea

Atziza, Nisrina Pradya, Melati Nurul Utami, Anggun Chairunnisa,

Genoveva Maditias, dan Alfianita Fadillah yang sudah banyak membantu,

iii
memberikan semangat, berbagi canda dan tawa. Terimakasih atas

kebersamaannya baik suka dan duka selama menempuh pendidikan di

Fakultas Kedokteran ini;

14. Sahabat-sahabat SMA Yusi Tarnanda, Susanti, Yurisma Desilia, Rapika,

Mirna Wati, Chintiya Afrian yang selalu memberikan semangat, bertukar

cerita dan pengalaman walaupun dari jauh. Terimakasih atas dukungannya

selama ini;

15. Teman-teman KKN Desa Pulung Kencana Kecamatan Tulang Bawang

Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Yunda Fricilia, Nahdia Fadhila,

Ika Agustin, Siti Alvina, Tri Uli Jalika, Maya Rahmadhani, Seto

Brahmanto, M. Syaiful Dahlan, Redy Fauzan Adhima yang telah berbagi

pengalaman mengisi hari-hari selama 40 hari dan saling bekerjasama

dalam menjalankan program kerja KKN;

16. Teman-teman angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan

memberikan motivasi belajar satu sama lain.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2016

Penulis

Hj. Rahma Amtiria

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......... vii

DAFTAR GAMBAR........ ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakan dan Masalah ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat .. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ...... 7

2.2. Etiologi .......... 7

2.3. Klasifikasi.... 11

2.4. Patofisiologi .... 13

2.5. Manifestasi Klinis ....... 15

2.6. Penatalaksanaan DM ....... 16

2.7. Prinsip Diet ...... 20

2.8. Kerangka Teori 28

2.9. Kerangka Konsep 28

2.10. Hipotesis 29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian .. 30

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .. 30

v
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.4. Teknik Pengambilan Sampling .... 32

3.5. Kriteria Penelitian 32

3.6. Definisi Operasional 33

3.7. Alat dan Cara Penelitian .. 34

3.8. Dummy Table ... 35

3.9. Pengolahan dan Analisis Data . 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil .............................................................................................. 38

4.1.1. Analisis Univariat ............................................................... 39

4.1.2. Analisis Bivariat ................................................................. 44

4.2. Pembahasan .................................................................................. 48

4.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 55

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 57

5.2. Saran ............................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA . 59

LAMPIRAN .... 62

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Stadium CKD . 17

2. Klasifikasi IMT .. 18

3. Daftar Nilai Indeks Glikemi Bahan Makanan ............ 27

4. Definisi Operasional ... 33

5. Dummy Table Analisis Univariat Jenis Makanan .. 35

6. Dummy Table Analisis Univariat Jadwal Makan ... 35

7. Dummy Table Analisis Univariat Jumlah Makanan ... 36

8. Dummy Table Analisis Univariat Kadar Gula Darah .. .. 36

9. Distribusi Jenis Kelamin ........ 39

10. Distribusi Pekerjaan ...... 40

11. Distribusi Pendidikan ..................................... 40

12. Distribusi Jumlah Asupan Energi ....... 41

13. Distribusi Jenis Makanan ....... 42

14. Distribusi Jadwal Makan 42

15. Distribusi Pola Makan 43

16. Gambaran Kadar Gula Darah 2 Jam Setelah Makan ..... 43

17. Analisis Jumlah Asupan Energi Dengan Kadar Gula Darah ................. 44

18. Analisis Jenis Makanan Dengan Kadar Gula Darah ...... 45

vii
19. Analisis Jadwal Makan Dengan Kadar Gula Darah ....................... 46

20. Analisis Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah ....... 47

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Kerangka Teori ... 28

2. Kerangka Konsep ... 28

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah Penelitian

1.1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol

kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi

hormon insulin yang tidak adekuat, fungsi insulin yang terganggu

(resistensi insulin) atau dapat merupakan gabungan dari keduanya

(Soegondo, 2007). Secara global, pada tahun 2010 Indonesia

menduduki posisi 9 sebagai penyumbang kasus diabetes, menurut

data International Diabetes Federation diperkirakan pada tahun

2030 peringkat Indonesia naik ke posisi 6. Prevalensi nasional DM

berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan pada tahun 2007 adalah

1,1%, sedangkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk usia

>15 tahun yang tinggal di perkotaan adalah 5,7%. Sebanyak 13

provinsi mempunyai prevalensi DM diatas prevalensi nasional yaitu,

Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI

Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat,


2

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara.

Prevalensi tertinggi pada Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku

Utara yaitu 11,1%, diikuti oleh Riau 10,4%, NAD 8,5% dan Provinsi

Lampung 6,2% (Depkes, 2008).

Dari hasil survey didapatkan jumlah pasien DM rawat jalan di

RSUD. Dr. H.Abdoel Moeloek Provinsi Lampung menempati urutan

ke-tiga dari 10 penyakit terbanyak. Berdasarkan data yang diperoleh

pada tahun 2010 berjumlah 6279 kunjungan, tahun 2011 sebanyak

5744 kunjungan 2012 terdapat 4248 kunjungan, tahun 2013 terdapat

6972 kunjungan dan pada tahun 2014 pada bulan januari agustus

terdapat 581 kunjungan. Penyakit DM tipe II di Indonesia merupakan

salah satu penyebab utama penyakit tidak menular atau 2,1% dari

seluruh kematian. Diperkirakan sekitar 90% kasus DM di seluruh

dunia tergolong DM tipe II. Jumlah DM tipe II semakin meningkat

pada kelompok usia dewasa terutama usia >30 tahun dan pada

seluruh status sosial ekonomi (Perkeni,2010). Menurut hasil

penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan RS. Baptis Kediri,

sebanyak 38 responden (63.3%) melakukan diet tepat jumlah,

kemudian sebanyak 35 responden (58.3%) melakuan diet tepat jenis

sebanyak 44 responden (73.3%) tidak melakukan diet tepat jadwal

(Susilo, 2012).
3

Menurut Price dan Wilson (2006) penatalaksanaan diet pada

penderita diabetes melitus tipe II bertujuan untuk mengatur jumlah

kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari dengan prinsip

diet tepat jumlah, jadwal dan jenis. Diet tepat jumlah, jadwal dan

jenis merupakan prinsip pada diet DM yang harus memperhatikan

jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah sesuai dengan kebutuhan, jadwal diet harus sesuai dengan

intervalnya, yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali

makanan utama dan 3 kali makanan selingan (Tjokroprawiro, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula

Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

1.1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan pola makan dengan

kadar gula darah pasien DM tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015?


4

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.2.1. Tujuan Penelitian

1.2.1.1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula darah

2 jam setelah makan pada pasien DM tipe II di Poli

Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung pada tahun 2015.

1.2.1.2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien penyakit diabetes

melitus tipe II berupa jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan pada pasien DM tipe II di Poli Penyakit

Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tahun 2015.

b. Mengetahui gambaran kadar gula darah 2 jam setelah

makan (GD2PP) pada pasien DM tipe II di Poli

Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015.

c. Mengetahui gambaran pola makan yang dikonsumsi

dengan kadar gula darah 2 jam setelah makan pasien

DM tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.


5

d. Mengetahui hubungan jumlah asupan kalori yang

dikonsumsi dengan kadar gula darah 2 jam setelah

makan pasien DM tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

e. Mengetahui hubungan jenis bahan makanan yang

dikonsumsi dengan kadar gula darah 2 jam setelah

makan pasien DM tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

f. Mengetahui hubungan jadwal makan dengan kadar gula

darah 2 jam setelah makan pada pasien DM tipe II di

Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung Tahun 2015.

1.2.2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan tentang

hubungan jumlah, jenis, dan jadwal makan terhadap kadar gula

darah pasien DM tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015.

b. Bagi Pembaca, memberikan referensi untuk penelitian

selanjutnya serta menambah pengetahuan dan gambaran kepada

pembaca tentang hubungan pola makan dengan kadar gula darah

pasien DM tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.


6

c. Bagi Rumah Sakit, memberikan informasi tentang hasil

penelitian yang diperoleh yakni tentang hubungan pola makan

dengan kadar gula darah pasien DM tipe II di Poli Penyakit

Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2015.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Penyakit DM ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat tubuh tidak

memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana

mestinya. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu

dari empat tipe sel dalam pulau-pulau Langerhans pankreas. Sekresi insulin

akan meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta

lemak. Insulin di dalam sel-sel tersebut menimbulkan efek seperti

menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk

glikogen), meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan

adiposa dan mempercepat pengangkutan asam amino (yang berasal dari

protein makanan) ke dalam sel (Smeltzer dan Bare, 2002).

2.2 Etiologi Diabetes Mellitus

Faktor-faktor penyebab DM meliputi :

2.2.1 Genetik

Faktor genetik merupakan faktor penting pada DM yang dapat

mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk


8

mengenali sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan

individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat

mengubah integritas dan fungsi sel beta pankreas (Price and Wilson,

2006).

2.2.2 Usia

Diabetes mellitus tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan

semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus

meningkat pada usia lanjut. Kejadian usia lanjut dengan gangguan

toleransi glukosa mencapai 50-92% (Rochman dalam Sudoyo, 2006).

Sekitar 6% individu berusia 45-64 tahun dan 11% individu berusia

lebih dari 65 tahun menderita DM tipe II (Ignativicius & Workman,

2006). Rochman W dalam Sudoyo (2006) menyatakan bahwa usia

sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa

darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi DM dan

gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang

berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan

anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel,

berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ, yang

dapat mempengaruhi fungsi homeostasis (Price and Wilson, 2006).

2.2.3 Jenis kelamin

Penyakit DM ini sebagian besar dijumpai pada perempuan

dibandingkan laki-laki karena terdapat perbedaan dalam melakukan

semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat


9

mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan

salah satu faktor risiko terjadinya penyakit DM (Soegondo, 2007).

Jumlah lemak pada laki-laki dewasa rata-rata berkisar antara 15-20%

dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20-25%. Jadi

peningkatan kadar lemak pada perempuan lebih tinggi dibandingkan

laki-laki, sehingga faktor risiko terjadinya DM pada perempuan 3-7

kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki yaitu 2-3 kali lipat

(Soegondo, 2007).

2.2.4 Berat badan

Obesitas adalah berat badan yang berlebih minimal 20% dari BB

idaman atau indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2. Soegondo

(2007) menyatakan bahwa obesitas menyebabkan respon sel beta

pankreas terhadap peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu

reseptor insulin pada sel di seluruh tubuh termasuk di otot berkurang

jumlahnya dan kurang sensitif.

2.2.5 Aktivitas fisik

Kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan

dalam menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe II (Soegondo,

2007). Kriska (2007) menyatakan mekanisme aktifitas fisik dapat

mencegah atau menghambat perkembangan DM tipe II yaitu : 1)

resistensi insulin; 2) peningkatan toleransi glukosa; 3) Penurunan

lemak adipose; 4) Pengurangan lemak sentral; perubahan jaringan

otot. Aktivitas fisik yang semakin jarang maka gula yang dikonsumsi
10

juga akan semakin lama terpakai, akibatnya prevalensi peningkatan

kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi.

2.2.6 Pola makan

Penurunan kalori berupa karbohidrat dan gula yang diproses secara

berlebihan, merupakan faktor eksternal yang dapat merubah

integritas dan fungsi sel beta individu yang rentan (Prince & Wilson,

2006). Individu yang kelebihan berat badan harus melakukan diet

untuk mengurangi kebutuhan kalori sampai berat badannya turun

mencapai batas ideal. Penurunan kalori yang moderat (500-1000

Kkal/hari) akan menghasilkan penurunan berat badan yang perlahan

tapi progresif (0,5-1 kg/minggu). Penurunan berat badan 2,5-7

kg/bulan akan memperbaiki kadar glukosa darah (ADA, 2006).

2.2.7 Stress

Respon stress menyebabkan terjadinya sekresi sistem saraf simpatis

yang diikuti oleh sekresi simpatis-medular, dan bila stress menetap

maka sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan dan akan

mensekresi corticotropin releasing factor yang menstimulasi

pituitary anterior untuk memproduksi adenocorticotropic faktor

(ACTH). Adenocorticotropic menstimulasi produksi kortisol,

kortisol adalah hormon yang dapat menaikkan kadar gula darah

(Guyton, 2006).
11

2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Terdapat klasifikasi DM menurut America Diabetes Association (ADA)

tahun 2010, meliputi DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain dan DM

gestasional.

2.3.1 Diabetes Mellitus tipe I

Diabetes Mellitus tipe I yang disebut diabetes tergantung insulin

(IDDM) merupakan gangguan katabolik dimana tidak terdapat

insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel

pankreas gagal berespon terhadap semua rangsangan insulinogenik.

Hal ini disebabkan oleh penyakit tertentu (antara lain infeksi virus

dan autoimun) yang membuat produksi insulin terganggu (Guyton,

2006). Diabetes mellitus ini erat kaitannya dengan tingginya

frekuensi dari antigen HLA tertentu. Gen-gen yang menjadikan

antigen ini terletak pada lengan pendek kromosam 6. Onset

terjadinya DM tipe I dimulai pada masa anak-anak atau pada umur

14 tahun (Guyton, 2006).

2.3.2 Diabetes Mellitus tipe II

Diabetes mellitus tipe II merupakan bentuk diabetes nonketotik yang

tidak terkait dengan marker HLA kromosom ke-6 dan tidak berkaitan

dengan autoantibody sel pulau Langerhans. Dimulai dengan adanya

resistensi insulin yang belum menyebabkan DM secara klinis. Hal ini

diitandai dengan sel pankreas yang masih dapat melakukan

kompensasi sehingga terjadi keadaan hiperinsulinemia dengan


12

glukosa yang masih normal atau sedikit meningkat (Sudoyo, 2006).

Pada kebanyakan kasus, DM ini terjadi pada usia >30 tahun dan

timbul secara perlahan (Guyton, 2006). Menurut Perkeni (2011)

untuk kadar gula darah puasa normal adalah 126 mg/dl, sedangkan

untuk kadar gula darah 2 jam setelah makan yang normal adalah

200 mg/dl.

2.3.3 Diabetes Mellitus tipe lain

Biasanya disebabkan karena adanya malnutrisi disertai kekurangan

protein (Sudoyo,2006), gangguan genetik pada fungsi sel dan kerja

insulin, namun dapat pula terjadi karena penyakit eksokrin pankreas

(seperti cystik fibrosis), endokrinopati, akibat obat-obatan tertentu

atau induksi kimia (ADA, 2010)

2.3.4 Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus gestasional yaitu DM yang timbul selama

kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi perubahan yang

mengakibatkan melambatnya reabsorpsi makanan, sehingga

menimbulkan keadaan hiperglikemik yang cukup lama. Menjelang

aterm kebutuhan insulin meningkat hingga tiga kali lipat

dibandingkan keadaan normal, yang disebut sebagai tekanan

diabetonik dalam kehamilan. Keadaan ini menyebabkan terjadinya

resistensi insulin secara fisiologik. DM gestasional terjadi ketika

tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan seluruh insulin saat

selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan ke


13

jaringan untuk dirubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat

dalam darah yang disebut dengan hiperglikemi (Prawirohardjo,

2007).

2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Patofisiologi DM menurut Smeltzer and Bare (2002) adalah sebagai berikut:

2.4.1 Diabetes Mellitus tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang

berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun

tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial (sesudah makan).

Dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon insulin

menuju sel target, yaitu sel otot, dan jaringan tubuh lainmya.

Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan terjadinya

defisiensi insulin atau kekurangan insulin sehingga terjadi kondisi

peningkatan gula dalam darah. Meningkatnya glukosa dalam darah

memberikan beban bagi tubulus ginjal dalam absorbsi glukosa,

sehingga tidak semua glukosa diserap, ada sebagian yang

dikeluarkan bersama urin atau disebut glukosuria. Pasien mengalami

peningkatan frekuensi berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat


14

menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan

dan kelemahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis

(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis

(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi

lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi

tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.

Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak sehingga

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan

produk sampingan dari pemecahan lemak.

2.4.2 Diabetes Mellitus tipe II

Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,

akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa

didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
15

dipertahankan pada tingkat yang normal/ sedikit meningkat. Namun

demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan

terjadi DM tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, yang merupakan ciri khas

DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang

adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan

keton yang menyertainya.

2.5 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Menurut Price and Wilson (2006), manifestasi klinis DM dikaitkan dengan

konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien dengan defisiensi insulin

tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau

toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat

dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka akan akan menimbulkan

glukosa. Glukosa ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).

Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak

defisiensi insulin secara absolute namun hanya relatif. Sejumlah insulin tetap

disekresi dan masih cukup untuk menghambat ketoasidosis. Apabila terjadi

hiperglikemia berat dan pasien berespon terhadap terapi diet, atau terhadap

obat-obat hipoglikemik oral, mungkin diperlukan terapi insulin untuk

menormalkan kadar darahnya. Pasien ini biasanya memperlihatkan


16

kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin. Kadar insulin pada pasien

sendiri mungkin berkurang, normal atau malahan tinggi, tetapi tetap tidak

memadai untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal (Price and

Wilson,2006).

2.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah

normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius

pada pola aktivitas pasien. Menurut Konsensus Perkeni 2011, ada empat

pilar penatalaksanaan DM.

2.6.1 Edukasi

Pengelolaan mandiri DM secara optimal membutuhkan partisipasi

aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan

harus mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang

berlangsung seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan

perilaku, membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill),

dan upaya peningkatan motivasi.

2.6.2 Terapi Gizi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing masing

individu. Perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam hal jadwal


17

makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada pasien yang

menggunakan obat penurun glukosa darah dan insulin.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tujuan utama terapi DM adalah

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya

untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.

Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar

glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia

dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Salah satu

penalaksanaan DM antara lain dengan diet dan apabila DM telah

terjadi komplikasi Chronic kidney disease (CKD) pada stadium 3

maka penatalaksaan diet DM tidak tepat untuk digunakan. Berikut

adalah klasifikasi stadium CKD:

Tabel 1. Stadium CKD


Stadium Deskripsi GFR
(mL/menit/1.73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR 90
normal atau meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan 60-68
penurunan GFR ringan
3 Penurunan GFR sedang 30-59
4 Penurunan GFR berat 15-29
5 Gagal ginjal 15
Sumber: (National Kidney Foundation, 2002)

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan DM. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin

dan mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai


18

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

cara-cara yang aman dan praktis

e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

(Perkeni, 2011).

Syarat diet penyakit DM menurut Perkeni 2011 adalah :

a. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan

memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30

kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada

beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan,

dll.

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh

(IMT) berdasarkan kriteria Asia Pasifik dapat dihitung dengan

rumus IMT = BB(kg)/ TB(m2).

Tabel 2. klasifikasi IMT


Klasifikasi IMT (kg/m2)
Underweight/kurus <18,5
Normal/ideal 18,5-22,9
Overwight/gemuk 23,0-24,9
Obesitas tipe 1 25,0-29,9
Obesitas tipe 2 >30,0
(sumber: Sugondo, 2006).

b. Kebutuhan protein sebesar 10-20 % dari total asupan energi

c. Kebutuhan lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan

energi total, dalam bentuk <7% dari kebutuhan energi total


19

berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tak jenuh ganda,

sedangkan sisanya dari lemak jenuh tunggal. Asupan kolesterol

dibatasi, yaitu < 200 mg hari.

d. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

e. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang DM

dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain. Buah-

buahan tidak secara berlebihan dari 5% total asupan energi.

f. Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.

2.6.3 Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes

karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan

mengurangi resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar

glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot

dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot

juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk

mereka yang relatif sehat latihan jasmani dapat ditingkatkan,

sementara yang sudah mendapat komplikasi dapat dikurangi.

Hindarkan kebiasaan yang kurang gerak.

2.6.4 Terapi Farmakologis

Pada DM tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka

panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah, jika diet dan obat

hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu,


20

sebagian pasien DM tipe II yang biasanya mengendalikan kadar

glukosa darah dengan diet dan obat kadang membutuhkan insulin

secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan

pembedahan atau beberapa kejadian stres lainnya.

2.7 Prinsip Diet Diabetes Mellitus

Prinsip diet DM adalah tepat jadwal, tepat jumlah, dan tepat jenis

(Tjokroprawiro, 2012) :

2.7.1 Tepat Jadwal

Menurut Tjokroprawiro (2012) jadwal diet harus sesuai dengan

intervalnya yang dibagi menjadi enam waktu makan, yaitu tiga kali

makanan utama dan tiga kali makanan selingan. Penderita DM

hendaknya mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tetap

sehingga reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanan

dalam tubuh. Makanan selingan berupa snack penting untuk

mencegah terjadinya hipoglikemia (menurunnya kadar gula darah).

Jadwal makan terbagi menjadi enam bagian makan (3 kali makan

besar dan 3 kali makan selingan) sebagai berikut:

a. Makan pagi pukul 06.00 - 07.00

b. Selingan pagi pukul 09.00 10.00

c. Makan siang pukul 12.00 - 13.00

d. Selingan siang pukul 15.00 16.00

e. Makan malam pukul 18.00 - 19.00

f. Selingan malam pukul 21.00 22.00


21

Untuk jadwal puasa menurut Tjokroprawiro (2012), dapat dibagi

menjadi beberapa waktu, yaitu :

a. Pukul 18.00 (30%) kalori : berbuka puasa

b. Pukul 20.00 (25%) kalori : sehabis terawih

c. Sebelum tidur (10%) kalori : makanan kecil

d. Pukul 03.00 (35%) kalori : makan sahur

2.7.2 Tepat Jumlah

Menurut Susanto (2013), aturan diet untuk DM adalah

memperhatikan jumlah makan yang dikonsumsi. Jumlah makan

(kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM adalah makan lebih

sering dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah

makan dalam porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan

seperti ini adalah agar jumlah kalori terus merata sepanjang hari,

sehingga beban kerja organ-organ tubuh tidak berat, terutama organ

pankreas. Cara makan yang berlebihan (banyak) tidak

menguntungkan bagi fungsi pankreas. Asupan makanan yang

berlebihan merangsang pankreas bekerja lebih keras. Penderita DM,

diusahakan mengonsumsi asupan energi yaitu kalori basal 25-30

kkal/kgBB normal yang ditambah kebutuhan untuk aktivitas dan

keadaan khusus, protein 10-20% dari kebutuhan energi total, lemak

20-25% dari kebutuhan energi total dan karbohidrat sisa dari

kebutuhan energi total yaitu 45-65% dan serat 25 g/hari (Perkeni,

2011).
22

2.7.3 Tepat Jenis

Setiap jenis makanan mempunyai karakteristik kimia yang beragam,

dan sangat menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa dalam darah

ketika mengonsumsinya atau mengombinasikannya dalam

pembuatan menu sehari-hari (Susanto, 2013).

a. Karbohidrat

Ada dua jenis, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat

kompleks. Karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang

mempunyai ikatan kimiawi hanya satu dan mudah diserap ke

dalam aliran darah sehingga dapat langsung menaikkan kadar

gula darah. Sumber karbohidrat sederhana antara lain es krim,

jeli, selai, sirup, minuman ringan dan permen (Susanto, 2013).

Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang sulit dicerna oleh

usus. Penyerapan karbohidrat kompleks ini relatif pelan,

memberikan rasa kenyang lebih lama dan tidak cepat menaikkan

kadar gula darah dalam tubuh. Karbohidrat kompleks diubah

menjadi glukosa lebih lama daripada karbohidrat sederhana

sehingga tidak mudah menaikkan kadar gula darah dan lebih bisa

menyediakan energi yang bisa dipakai secara bertingkat

sepanjang hari (Susanto, 2013).

Karbohidrat yang tidak mudah dipecah menjadi glukosa banyak

terdapat pada kacang-kacangan, serat (sayur dan buah), pati, dan

umbi-umbian. Oleh karena itu, penyerapannya lebih lambat


23

sehingga mencegah peningkatan kadar gula darah secara drastis.

Sebaliknya, karbohidrat yang mudah diserap, seperti gula (baik

gula pasir, gula merah maupun sirup), produk padi-padian (roti,

pasta) justru akan mempercepat peningkatan gula darah (Susanto,

2013).

b. Konsumsi Protein Hewani dan Nabati

Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu sumber

protein nabati dan sumber protein hewani. Protein nabati adalah

protein yang didapatkan dari sumber-sumber nabati. Sumber

protein nabati yang baik dianjurkan untuk dikonsumsi adalah dari

kacang-kacangan, di antaranya adalah kacang kedelai (termasuk

produk olahannya, seperti tempe, tahu, susu kedelai dan lain-

lain), kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan kacang

polong (Susanto, 2013).

Selain berperan membangun dan memperbaiki sel-sel yang sudah

rusak, konsumsi protein juga dapat mengurangi atau menunda

rasa lapar sehingga dapat menghindarkan penderita diabetes dari

kebiasaan makan yang berlebihan yang memicu timbulnya

kegemukan. Makanan yang berprotein tinggi dan rendah lemak

dapat ditemukan pada ikan, daging ayam bagian paha dan sayap

tanpa kulit, daging merah bagian paha dan kaki, serta putih telur

(Susanto, 2013).
24

c. Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak dalam makanan berguna untuk memenuhi

kebutuhan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K

serta menambah lezatnya makanan. (Dewi A, 2013).

Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung lemak tidak

jenuh, baik tunggal maupun rangkap dan hindari konsumsi lemak

jenuh. Asupan lemak berlebih merupakan salah satu penyebab

terjadinya resistensi insulin dan kelebihan berat badan. Oleh

karena itu, hindari pula makanan yang digoreng atau banyak

mengggunakan minyak. Lemak tidak jenuh tunggal

(monounsaturated) yaitu lemak yang banyak terdapat pada

minyak zaitun, buah avokad dan kacang-kacangan. Lemak ini

sangat baik untuk penderita DM karena dapat meningkatkan

HDL dan menghalangi oksidasi LDL. Lemak tidak jenuh ganda

(polyunsaturated) banyak terdapat pada telur, lemak ikan salem

dan tuna (Dewi A, 2013).

d. Konsumsi Serat

Konsumsi serat, terutama serat larut air pada sayur-sayuran dan

buah-buahan. Serat ini dapat menghambat lewatnya glukosa

melalui dinding saluran pencernaan menuju pembuluh darah

sehingga kadarnya dalam darah tidak berlebihan. Selain itu, serat

dapat membantu memperlambat penyerapan glukosa dalam darah

dan memperlambat pelepasan glukosa dalam darah. American


25

Diabetes Association merekomendasikan kecukupan serat bagi

penderita DM adalah 20-35 gram per hari, sedangkan di

Indonesia asupan serat yang dianjurannya sekitar 25 g/hari.

Serat banyak terdapat dalam sayur dan buah, untuk sayur

dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan A dan

golongan B. Sayur golongan A bebas dikonsumsi yaitu oyong,

lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge,

kangkung, terung, kembang kol, kol, lobak dan labu air.

Sementara itu yang termasuk sayur golongan B diantaranya

buncis, daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun papaya,

labu siam, katuk, pare, nangka muda, jagung muda, genjer,

kacang kapri, jantung pisang, daun beluntas, bayam, kacang

panjang dan wortel. Untuk buah-buahan seperti mangga, sawo

manila, rambutan, duku, durian, semangka dan nanas termasuk

jenis buah-buahan yang kandungan HA diatas 10gr/100gr bahan

mentah.

e. Konsumsi Makanan dengan Indeks Glikemik Rendah

Indeks glikemik adalah kecepatan tubuh memecah karbohidrat

menjadi glukosa sebagai sumber energi bagi tubuh. Makanan

dengan indeks glikemik tinggi akan dicerna oleh tubuh dengan

cepat dan meningkatkan kadar gula darah dengan segera.

Sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah adalah

sebaliknya. Jika tubuh mengonsumsi karbohidrat dengan indeks


26

glikemik tinggi, maka glukosa akan lebih cepat naik di dalam

darah. (Susanto, 2013).

Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan meningkatkan

kadar gula darah setelah makan. Insulin akan memerintahkan

tubuh untuk menyimpan kelebihan karbohidrat sebagai lemak

dan mencegah agar simpanan lemak yang ada di dalam tubuh

tidak terpakai. The European Association for the Study of

Diabetes merekomendasikan asupan karbohidrat dengan indeks

glikemik rendah pada diabetes. Konsumsi karbohidrat dengan

indeks glikemik rendah sebagai pengganti indeks glikemik tinggi

dapat memperbaiki kontrol gula darah pada diabetisi. Selain itu,

dalam American Journal of Clinical Nutrition mengatakan bahwa

penggantian karbohidrat indeks glikemik tinggi dengan yang

rendah menurunkan resiko terjadinya hiperglikemia.

Tabel 3. Daftar nilai indeks glikemik bahan makanan


Jenis Makanan IG Jenis Makanan Nilai IG
Jagung 70 Jeruk <55
tepung jagung 68 Apel <55
Beras 69 Nangka 61,61
Gandum 30 Pisang raja 57,10
mi instan 47 Papaya 58-60
ubi jalar <55 Semangka >70
Kentang 55-70 es cream 55-70
roti tawar 70 Madu >70
Macaroni <55 susu full cream 23-31
kacang kedelai 15-21 susu skim 27-37
kacang hijau 32 soft drink 62-74
Sumber : (Susanto, 2013).
27

Keterangan:

jika indeks glikemik glukosa adalah 100, maka:

Indeks glikemik rendah adalah 55

Indeks glikemik sedang adalah 56 -69

Indeks glikemik tinggi adalah 70

Pola makan adalah suatu ketepatan dan keteraturan pasien dalam

penatalaksanaan jumlah, jenis, dan jadwal makan. Seseorang

dikatakan berpola makan baik apabila telah melakukan tiga

indikator diet yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis. Sebaliknya,

apabila seseorang tidak melakukan kurang dari tiga indikator diet

maka pola makan pasien diabetes tersebut kurang baik.


28

2.8 Kerangka Teori

Penderita
DM

Terapi

Terapi Terapi Non


Farmakologis Farmakologi

Diet Edukasi Latihan Jasmani

Pola Makan

Kadar gula darah


2 jam sesudah makan

Gambar 1. Kerangka Teori

Keterangan:

: Yang akan diteliti

: Yang tidak diteliti

2.9 Kerangka Konsep

Kadar gula darah


Pola Makan
2 jam sesuda makan

Gambar 2. Kerangka konsep


29

2.10 Hipotesis

a. Ada hubungan jumlah asupan kalori dengan kadar gula darah 2 jam

setelah makan penyakit DM tipe II di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

b. Ada hubungan jenis bahan makanan dengan kadar gula darah 2 jam

setelah makan penyakit DM di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

c. Ada hubungan jadwal makan dengan kadar gula darah 2 jam setelah

makan penyakit DM di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.


30

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelatif yang

menjelaskan tentang hubungan antara variabel jumlah, jenis, dan jadwal

makan dengan kadar gula darah pasien DM tipe II menggunakan pendekatan

cross sectional yaitu dimana variabel dependent dan variabel independent

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan secara langsung

(Notoadmodjo, 2005).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Oktober - Desember 2015.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung.


31

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi penelitian ini adalah pasien

rawat jalan DM tipe II di RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi

Lampung Tahun 2015.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2005). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien jawat jalan yang

menderita DM tipe II di RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan Rumus Lameshow sebagai berikut :

/ P(1 P)N
=
( 1) + / (1 )

Keterangan:
n : besar sampel
Z21-x/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan
(biasanya95%=1,96)
P : 6,2% proporsi penderita penyakit diabetes
melitus di Lampung tahun 2008
d : eror yang ditolerir 5-10% (7,25%)
N : besarnya populasi 581 pasien
Tingkat Kepercayaan : 95%
32

(1,96) (0,0062) (1 0,062)581


=
(0.0725%) (581 1) + (1,96) (0,062) (1 0,062)

3,8416x(0,062)x(0,938)581
=
0,005625x580 + 3,8416x(0,062)x(0,938)

129.74
=
3.05 + 0.223

n = 42,5 = 43 responden

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan cara accidental sampling yang merupakan teknik

pengambilan sampel dengan cara mengambil sampel berdasarkan

kebutuhan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2004). Subjek yang ditemui

secara kebetulan dan sesuai dengan kriteria maka di ambil sebagai sampel.

3.5. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

a. Pasien rawat jalan penyakit DM Tipe II di RSUD. Dr. H. Abdul

Moeloek Propinsi Lampung tahun 2015.

b. Berusia 30-45 tahun

c. Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani

informed-consent.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang tidak bersedia menandatangani informed concent


33

b. Pasien vegetarian

c. DM dengan gagal ginjal stadium 3

3.6. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah alat untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang diteliti, juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument/ alat ukur

(Notoatmodjo, 2010)

Tabel 4. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Kadar Kadar glukosa Membanding Lembar hasil GD2PP Ordinal
Gula dalam darah di kan hasil laboratorium 1 = Normal
darah dapat dari hasil pemeriksaan <200mg/dl
(GD2PP) rekam medik gula darah 2 = Tinggi
GD2PP (Gula pasien >200mg/dl
Darah 2 Jam dengan
setelah makan) standar
responden normal
dibandingkan
dengan standar
yang di
tetapkan oleh
PERKENI.
2. Pasien Pasien yang Melihat hasil Lembar hasil GD2PP Ordinal
DM menderita kadar gula laboratorim 1 = Normal
penyakit DM darah 2 jam <200mg/dl
tipe II setelah 2= Tidak normal
makan >200mg/dl

4. Pola Ketepatan dan Wawancara lembar food 1 = Baik, jika Ordinal


Makan keteraturan recall 1x24 pasien
pasien dalam jam melakukan 3
penatalaksana- indikator
an jumlah jenis diet yaitu
dan jadwal tepat jumlah,
makan jadwal dan
jenis
2 = Tidak baik,
34

jika pasien
melakukan
kurang dari
3 indikator
jumlah, jenis
dan jadwa

a. Jenis Jenis bahan Wawancara Formulir food 1 = Baik jika


Bahan makanan yang recall 1x24 skor yang Ordinal
Makanan dikonsumsi jam diperoleh
oleh responden 80% dari
berupa sumber total skor
karbohidrat, 2 = Tidak baik
protein hewani, jika skor
protein nabati, yang
lemak,serat,dan diperoleh
makanan <80% dari
dengan indeks total skor
glikemi rendah

b. Jadwal Ketepatan Wawancara Formulir food 1 = Baik jika Ordinal


Makan jadwal makan recall 1x24 sesuai
seseorang jam jadwal
sesuai dengan 2 = Tidak baik
waktu yang jika tidak
telah sesuai
ditentukan jadwal

c. Jumlah Jumlah asupan Recall 1x24 Formulir food 1 = Baik, bila Ordinal
Makanan energi yang jam recall 1x24 AKG >80%
dikonsumsi jam 2 = Tidak baik,
responden bila AKG
selama 24 jam <80%
dibandingkan
dengan
kebutuhan dan
dinyatakan
dalam persen

3.7. Alat dan Cara Penelitian

3.7.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kuesioner,

dan rekam medik.


35

3.7.2. Cara Penelitian

Pada penelitian ini, seluruh data diambil menggunakan data primer

dan data sekunder meliputi:

a. Mengurus surat izin kelayakan etik

b. Meminta izin untuk melakukann penelitian di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Propinsi Lampung

c. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden dan

meminta persetujuan dengan menandatangani informed concent

d. Selanjutnya dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai tata

cara pengisiannya.

e. Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian

f. Pencatatan hasil laboratorium pemeriksaan gula darah 2 jam

setelah makan yang dilihat dari rekam medik pasien.

3.8 . Dummy Table

Berikut adalah dummy table yang akan digunakan pada analisis univariat

saat penelitian.

Tabel 5. Dummy table analisis univariat jenis makanan


Jenis makanan Persentase
Baik
Tidak baik

Tabel 6. Dummy table analisis univariat jadwal makan


Jadwal makan Persentase
Baik
Tidak baik
36

Tabel 7. Dummy table analisis univariat jumlah makanan


Jumlah makanan Persentase
Baik
Tidak baik

Tabel 8. Dummy table analisis univariat kadar gula darah


Tingkat Pengetahuan Persentase
Normal
Tinggi

3.9. Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah

kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan

program komputer. Proses pengolahan data menggunakan program

komputer ini terdiri beberapa langkah :

a. Editing, kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner.

b. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang sesuai

untuk keperluan analisis.

c. Data entry, memasukkan data ke dalam program komputer.

d. Cleaning, pengecekan ulang data dari setiap sumber data atau

responden untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi

(Notoatmodjo, 2010)
37

3.9.2. Analisis Data

a. Analisa univariat

Digunakan untuk mendeskripsikan gambaran jumlah, jadwal,

jenis makan dan kadar gula darah. Data disajikan dalam bentuk

tabel dan di interpretasikan.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel independen (jumlah, jadwal, dan jenis makan) dengan

variabel dependen (kadar gula darah), apakah variabel tersebut

mempunyai hubungan atau tidak. Analisis bivariat dilakukan

dengan menggunakan uji statistik chi square.


57

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada responden penyakit DM di

ruang poli penyakit dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Responden penyakit DM rata-rata berjenis kelamin perempuan dengan

pekerjaan sebagai IRT, serta pendidikan terakhir SMA.

5.1.2 Sebagian besar responden memiliki kadar gula darah 2 jam setelah

makan lebih dari normal.

5.1.3 Beberapa responden penyakit DM memiliki pola makan baik tetapi

beberapa responden lainnya memiliki jumlah asupan, jenis makanan,

dan jadwal makan yang tidak baik.

5.1.4 Variabel pola makan dinyatakan memiliki hubungan yang signifikan

dengan kadar gula darah 2 jam setelah makan responden penyakit DM

rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

71
58

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran antara

lain:

5.2.1 Peneliti menyarankan apabila ingin melakukan penelitian yang sama

maka dilakukan penelitian dengan menggunakan desain yang lebih

tepat dan jumlah sampel yang lebih banyak serta dengan

meminimalisir bias yang ada.

5.2.2 Bagi masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai

pentingnya mengatur makan dalam mengendalikan kadar gula darah

penderita DM

5.2.3 Peran pemerintah untuk diadakannya penyuluhan tentang pola makan

penderita DM sebagai bagian dari program kerja ditingkat pelayanan

kesehatan dasar.
59

DAFTAR PUSTAKA

Almaitser, S. 2010. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

American Diabetes Association, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.


Diabetes Care Vol.33: 562-569.

American Diabetes Association. 2004. Diagnosis and classification of diabetes mellitus.


Diabetes care 27(S1):5-10

David E, Schteingart. 2006. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.


Dalam: Price SA, Lorraine M, Wilson, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Dan
Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Hlm. 1259-1272.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.2008. Profil Kesehatan Kota. Jawa Tengah

Depkes R.I. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dewi, Ayu BFK. 2013. Menu Sehat 30 Hari Untuk Mencegah dan Mengatasi
Diabetes.Agro. Jakarta: Media Pustaka.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Ignatavicius & Workman. 2006. Medical surgical nurshing critical thingking for
collaborative care. Vol. 2. Elsevier sauders : Ohia

IDF. Diabetes and Impaired Glucose Tolerance. International Diabetes Federation, 2010.
(disitasi tanggal 23 maret 2015). Tersedia dari
http://www.idf.org/sites/default/files/TheGlobalburden.pdf

Kriska, A. 2007. Physical Activity and the Prevention of Type II (NonInsulin-


Dependent) Diabetes . University of Pittsburgh. PCPFS Research DIGEST.
Series 2, Number 10

Mihardja, Laurentia. 2009. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengendalian


Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitud di Perkotaan Indonesia,
Jurnal Volume 59. Jakata.
60

Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011. Konsensus Pengendalian dan


Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011. Jakarta

Fibriana, D. 2010. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus. Semarang: Universitas Dipenegoro

Prawirohardjo,S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Price, SA. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ratnasari, A. 2004. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pengelolaan DM dengan Kadar Glukosa
Darah pada pasien DM Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Karya Tulis Ilmiah D3 Gizi, Surakarta.

Rochman W. 2006.Diabetes Melitus pada Usia Lanjut. Dalam: Sudoyo AW,Setiyohadi


B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editor. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.
Jakarta: FK UI.

Smeltzer SC, Bare BC. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi ke-8. Jakarta: EGC.

Soegondo, S. 2007. Diagnosis dan klasifikasi Diabetes Melitus terkini. Dalam


Penatalaksanaan Diabetes Mellitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian.. Bandung: Alfabeta

Suppriyono, M. 2008. Faktor-faktor resiko berpengaruh terhadap kejadian penyakit


jantung koroner pada kelompok Usia 45 tahun. [thesis]. Semarang: Universitas
Dipenegoro.

Susanto,T. 2013. Diabetes, Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Buku Pintar ISBN.


Jakarta.

Susilo, PJ. 2012. Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan Jenis Terhadap Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II, Jurnal Volume 5, STIKES Baptis Kediri,
Kediri

Suyono, S. 2006. Patofisiologi Diabetes Melitus Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, Edisi 4, Jakarta: FKUI.

Tjokroprawiro, A. 2012. Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup Sebagai Pendukung
Terapi Diabetes Melitus. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair,

Utaminingsih, WR. 2009. Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan Jantung
Untuk Hidup Lebih Berkualitas. Media Ilmu: Yogyakarta
61

Wawan A, Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika

WHO. 2010. Diabetes Fact Sheet [internet]: World Health Organization, [disitasi tanggal
23 maret 2015]. Tersedia dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets- /fs312-
/en/index.html

Willet, WC. 1998. Is dietary fat amajor determinant of body fat. Dalam: Lipoeto I, Dr.,
MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler.
Andalas: University Press.

You might also like