You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang akan mengalami perubahan baik
struktur, fisik maupun komposisi kimia didalamnya. Perubahan tersebut akan terjadi
seiring dengan semakin matangnya buah tersebut. Faktor penentu buah tersebut
matang salah satunya dengan melihat penampakan luarnya yaitu tekstur dan warna
pada bahan tersebut. Wanrna pada bahan hasil pertanian akan menentukan waktu
pemanenan yang baik, karena jika melakukan pemanenan dengan secara acak tanpa
berpatokan pada indikator tertentu maka hasil pemanenan akan memiliki nilai yang
rendah karena tidak sesuai dengan permintaan konsumen. Maka warna dijadikan
patokan dalam menentukan waktu pemanenan. Tidak sering proses pemanenan
dilakukan pada buah yang memiliki kematangan yang seragam. maka dilakukan
sortasi dan grading berdasarkan tingkat kematangan, akan sulit melakukan sortasi dan
grading jika berpatokan pada tekstur buah karena kaan merusak buah tersebut, maka
warna akan sangat dihandalkan dalam menjadi parameter dalam melakukan sortasi
dan grading pada bahan hasil pertanian berdasarkan tingkat kematangannya.
Maka dari itu praktikum kali ini sangat penting untuk dilakukan karena dalam
merancang mesin sortasi dan grading warna, harus terlebih dahulu memahami cara
pengukuran dan penghitungan tingkat nilai warna pada suatu buah hingga buah
tersebut dikatakan matang. Bahan hasil pertanian juga memiliki karakteristik tingkat
kematangan berdasarkan warna yang berbeda beda, karena memiliki komposisi
kimia dan hormon yang berbeda pula sehingga proses pengukuran akan dirasa sulit.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat dapat menentukan karakteristik optik pada bahan hasil
pertanian

1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Mahasiswa dapat menganalisis warna dan menerapkan pengukuran
karakteristik optik L*, a*, b*, C dan H dengan alat Pengambil Citra Digital.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Warna


Warna adalah salah satu parameter mutu produk pertanian baik yang masih
segar maupun yang terlah diolah sehingga sangat penting dalam mempelajari cara
mengukur warna. Warna sering digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
baik fisik maupun kimia suatu produk pertanian (Hadiwiyoto, 1981)
Pengukuran warna secara visual atau kualitatif sangat sulit dilakukan karena
indera penglihatan menusia sulit untuk membedakan perbedaan warna yang sedikit.
Pengukuran warna produk pertanian dapat dilakukan dengan menggunakan.alat yang
bernama colour checker. Alat ini dapat mengukur warna dengan hasil berupa angka
dan dibagi menjadi Lightness, Chroma dan Hue. Hue merupakan karakteristik warna
berdasar cahaya yang dipantulkan oleh objek, dalam warna dilihat dari ukurannya
mengikuti tingkatan 0 sampai 359. Sebagai contoh, pada tingkat 0 adalah warna
Merah, 60 adalah warna Kuning, untuk warna Hijau pada tingkatan 120, sedangkan
pada 180 adalah warna Cyan. Untuk tingkat 240 merupakan warna Biru, serta 300
adalah warna Magenta (DeMann, 1989)
Saturation/Chroma adalah tingkatan warna berdasarkan ketajamannya berfungsi
untuk mendefinisikan warna suatu objek cenderung murni atau cenderung kotor
(gray). Saturation mengikuti persentase yang berkisar dari 0% sampai 100% sebagai
warna paling tajam.
Lightness adalah tingkatan warna berdasarkan pencampuran dengan unsure
warna Putih sebagai unsure warna yang memunculkan kesan warna terang atau gelap.
Nilai koreksi warna pada Brightness/Lightness berkisar antara 0 untuk warna paling
gelap dan 100 untuk warna paling terang. Dengan mempelajari cara pengukuran ini
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur dan menetapkan standar
mutu suatu produk pengan.
Warna adalah spektrum cahaya yang dipantulkan oleh benda yang kemudian
ditangkap oleh indra penglihatan kita (yakni mata) lalu diterjemahkan oleh otak
sebagai sebuah warna tertentu. Warna yang diterima jika mata memandang objek
yang disinari berkaitan dengan tiga faktor: - sumber sinar, - ciri kimia dan fisika
objek, dan - sifat-sifat kepekaan spektrum mata.

2.2 Pengukuran warna


Pengukuran warna secara objektif penting dilakukan karena pada produk pangan
warna merupakan daya tarik utama sebelum konsumen mengenal dan menyukai sifat-
sifat lainnya. Warna tepung dapat diamati secara kuantitatif dengan metode Hunter
menghasilkan tiga nilai pengukuran yaitu L, a dan b. Nilai L menunjukkan tingkat
kecerahan sampel. Semakin cerah sampel yang diukur maka nilai L mendekati 100.
Sebaliknya semakin kusam (gelap), maka nilai L mendekati 0. Nilai a merupakan
pengukuran warna kromatik campuran merah-hijau. Nilai b merupakan pengukuran
warna kromatik campuran kuning-biru (Hutching, 1999)
Panjang gelombang warna yang bisa ditangkap mata berkisar antara 380 780
nanometer dan panjang gelombang ini menentukan sifat warna. Warna juga berarti
interpretasi otak dari campuran warna primer, yaitu merah, hijau dan biru dengan
komposisi tertentu (Rosimari, 2006).
Klasifikasi warna paling penting adalah sistem CIE(Commision International de
leclairage). Sistem lain yang digunakan untuk mendiskripsikan warna makanan
antara lain system Munsell,Hunter,Lovibond (de Man,1999).
Sistem Hunter merupakan salah satu system warna yang telah luas digunakan
untuk kolorimetri makanan. Dalam system Hunter warna dibedakan menjadi 3
dimensi warna.Simbol a untuk dimensi kemerahan dan kehijauan.Simbol b untuk
dimensi kekuningan dan kebiruan. Dimensi warna yang ketiga adalah L (Lightness)
atau kecerahan.Nilai CIE dapat dikonversi menjadi nilai warna dalam system Hunter
menjadi L,a,b.Begitu pula sebaliknya nilai L,a,b dapat dikonversi menjadi nilai CIE
X%,Y,Z% (de man, 1999). Adapun nilai chroma yaitu menunjukkan tingkat
kecerahan atau kekuatan warna. Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8, dimana makin
tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum
makin meningkat. Nilai chroma pada lembar buku Munsell Soil Color Chart dengan
rentang horisontal dari kiri ke kanan dengan urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8.
Angka 1 warna tidak murni dan angka 8 warna spektrum paling murni.

Tabel 1. Nilai HUE dan Daerah Kisaran Warna Kromatis


Nilai HUE Daerah Kisaran Warna Kromatis
342 18 Red Purple (RP)
18 54 Red (R)
54 90 Yellow Red (YR)
90 126 Yellow (Y)
126 162 Yellow Green (YG)
162 198 Green (G)
198 234 Blue Green (BG)
234 270 Blue (B)
270 306 Blue Purple (BP)
306 342 Purple (P)
Sumber: Hutchings (1999)

2.3 Pengertian Citra Digital


Citra adalah suartu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu
objek (sutoyo, 2009: 10). Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer.
Contoh sebuah citra berukuran 165x220 piksel (piksel = elemen terkecil dari sebuah
citra) diambil sebagian kecil dengan ukuran 22x23 piksel yaitu yang terlihat pada
kotak kecil. Jadi sebagian kecil itu adalah contoh bahwa citra digital disimpan
memori komputer dalam bentuk angka-angka yang menunjukkan besar intensitasnya
pada masing-masing piksel tersebut.
Proses itu diawali dari sebuah objek yang diambil gambarnya untuk dijadikan
citra digital. Sumber cahaya diperlukan untuk menerangi objek, yang berarti ada
intensitas cahaya yang diterima oleh objek (sutoyo, 2009: 11). Oleh objek, intensitas
cahaya ini sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan ke lingkungan sekitar objek
radial. Sistem pencitraan menerima sebagian dari intensitas cahaya yang dipantul oleh
objek tadi. Di dalam sistem pencitraan terdapat sensor optik yang digunakan untuk
mendeteksi intensitas cahaya yang masuk ke dalam sistem. Keluaran dari sensor ini
berupa arus yang besarnya sebanding dengan intensitas cahaya yang mengenainya.
Arus tersebut kemudian dikonversi menjadi data digital yang kemudian dikirimkan ke
unit penampil atau unit pengolah lainnya. Secara keseluruhan hasil keluaran sistem
pencitraan berupa citra digital
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Cawan gelas
2. Gelas ukur
3. Mesin blackbox
4. Timbangan
5. Wadah sample

3.1.2 Bahan
1. Jus buah 3 macam
2. Kertas asturo putih dan hitam
3. Tisu

3.2 Prosedur Praktikum


1. Menghubungkan kamera dengan black box dan monitor display pada posisi
yang benar
2. Mengukur karakteristik warna L*, a* dan b* untuk kertas putih dan hitam
3. Menyiapkan sampel sebanyak 15 ml dengan gelas ukur dan letakkan pada
cawan gelas kemudian ukurlah karakteristik warna L*, a* dan b* dan lakukan
pengulangan 2 kali untuk mendapatkan nilai rata-ratanya
4. Menghitung C (Chroma) dan (H) derajat Hue untuk masing-masing sampel
dengan rumus dibawah ini:
b*
*
H = tan-1 a satuan derajat (1)


C = a b
* 2 * 2
1
2
(2)
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengukuran Sampel Menggunakan Program CIELab
Pengukuran Teoritis
Sampel Ulangan Gambar
L* a* b* C H C H

1 99,785 -0,253 0,691 33,668 8,574 0,735 69,890

Jus A 2 99,633 -1,279 3,353 33,191 8,471 3,588 69,120

3 99,757 -0,427 1,173 33,513 8,525 1,248 69,997

Rata-rata 99,725 -0,653 1,739 33,457 8,523 1,857 69,669

1 66,689 15,851 9,099 33,165 8,470 18,276 29,857

2 66,611 15,517 8,862 33,025 8,458 17,869 29,731


Jus B

3 65,482 15,619 6,151 32,982 8,452 16,786 21,495

Rata-rata 66,261 15,662 8,037 33,057 8,460 17,644 27,028


Jus C
1 99,429 -2,724 7,705 34,125 8,667 7,207 70,529

2 99,281 -3,822 11,217 34,210 8,672 10,545 71,266

3 99,392 -2,990 8,487 34,127 8,663 7,942 70,592


Rata-rata 99,367 -3,179 9,136 34,154 8,667 8,565 70,796

1 98,247 -11,511 42,654 34,458 8,654 41,071 74,897

Jus D
2 98,381 -10,574 38,499 34,124 8,577 36,66 74,623

3 98,270 -11,425 42,134 34,329 8,631 40,555 74,828

Rata-rata 98,299 -11,170 41,096 34,304 8,621 39,429 74,783

1 80,660 8,607 15,532 33,575 8,400 17,757 61,007

Jus B+D 2 80,132 7,702 14,035 30,092 7,565 16,009 61,243

3 81,119 8,725 15,632 33,646 8,417 17,902 60,831

Rata-rata 80,637 8,345 15,066 32,438 8,127 17,223 61,027

Keterangan: Jus A Jus Guava Jus C Jus Sirsak


Jus B Jus Anggur Jus D Jus Jeruk
Tabel 2. Nilai HUE dan Kisaran Warna Kromatisitas Sampel
Daerah Kisaran Warna
Nilai HUE
Sampel Kromatisitas
Pengukuran Teoritis Pengukuran Teoritis
Jus A 8,523 69,669 Red Purple Yellow Red
Jus B 8,460 27,027 Red Purple Red
Jus C 8,667 70,796 Red Purple Yellow Red
Jus D 8,620 74,782 Red Purple Yellow Red
Jus B + D 8,127 61,027 Red purple Yellow Red

4.2 Perhitungan
1 Jus A
a Ulangan 1
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
= H = tan-1 [ ]
b
a

[(0,253)2 +(0,691)2 ]2
= 0,7358
1
= tan-1 [ ]
0,691
0,253
= 69,890
b Ulangan 2
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
=
1
H = tan-1 [ ]
b
a
[(1,279)2 +(3,353) ]
= 3,588
2 2
= tan-1 [ ]
3,353
1,279
= 69,120

c Ulangan 3
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
= H = tan-1 [ ]
b
a

[(0,427)2+(1,173)2] 2
= 1,248
1
= tan-1 [ ]
1,173
0,427
= 69,997

2 Jus B
a Ulangan 1
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
[ ]

b
= H = tan-1
a

[(15,851)2 +(9,099)2] 2
= 18,276
1
= tan-1 [ ]
9,099
15,851
= 29,857
b Ulangan 2
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
= H = tan-1 [ ]
b
a

[(15,517)2+(8,862)2] 2
= 17,869
1
= tan-1 [ ]
8,862
15,517
= 29,731
c Ulangan 3
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
= H = tan -1
[ ]
b
a
2
[(15,619) +(6,151) ]
= 16,786
1
2 2 = tan-1 [ ]
6,151
15,619
= 21,495
3 Jus C
a Ulangan 1
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
= H = tan -1
[ ]
b
a
2
[(2,724) +(7,705) ]
= 7,207
1
2 2 = tan-1 [ ]
7,705
2,724
= 70,529
b Ulangan 2
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
= H = tan-1 [ ]
b
a

[(3,822)2 +(11,217 )2] 2


= 10,545
1
= tan-1 [ ]
11,217
3,822
= 71,266
c Ulangan 3
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
[ ]

b
= H = tan-1
a
1
[(2,990)2 +(8,487)2] 2
= 7,942
= tan-1 [ ]
8,487
2,990
= 70,592
4 Jus D
a Ulangan 1
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
b =
H = tan -1
[ ]
b
a
e = tan-1
1
[(11,511)2+(42,654)2] 2
c
d
= 41,071
[
42,654
11,511 ]
f = 74,897
g
h Ulangan 2
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
i =
H = tan -1
[ ]
b
a
l = tan-1
1
[(10,574)2+(38,499)2] 2
j
k
= 36,966
[
38,499
10,574 ]
m = 74,623
n Ulangan 3
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2 H = tan-1 [ ] b
a
o = r = tan-1
1
2 2 2

p
[(10,713) +(46,617) ]
= 40,7550
[
46,617
10,713 ]
q s = 75,7426

t x
u y
v z
w aa
ab
ac
5 Jus B + D
a. Ulangan 1
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
ad =
H = tan-1 [ ]
b
a
ag = tan-1
1
[(8,607)2 +(15,532) ] 2 2

ae
af
= 17,757 [
42,654
11,511 ]
ah = 74,897
ai
b. Ulangan 2
1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2 al

[ ]

b
aj = H = tan -1
a

ak
2
[(7,702) +(14,035) ]
= 16,009
1
2 2 am = tan-1 [ 14,035
7,702 ]
an = 61,243
c. Ulangan 3

1
C = [(a )2 +(b )2 ] 2
H = tan -1
[ ]
b
a

ao = aq = tan-1 [ 15,632
8,725 ]
1 ar = 60,831
2 2 2
[(8,725) +(15,632) ] as

ap = 17,902 at

au BAB V
av PEMBAHASAN
aw
ax Praktikum kali ini melakukan pengukuran tingkatan warna pada suatu
jus yang terdiri dari jus guava, jus anggur, jus sirsak dan jus jeruk.
Pengukuran warna dilakukan dengan alat citra digital yang memanfaatkan
image processing dan spektrofotometer ultraviolet visible. Pengukuran
dilakukan untuk mengukur nilai hue dan kecerahan warna. Proses
pengukuran dilakukan dengan tiga kali pengukuran masing masing jus
namun pada posisi yang berbeda beda.
ay Hasil pengukuran menunjukkan jus A memiliki rata rata nilai
chroma adalah 33,457 dari pengukuran menggunakan alat namun ketika
melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus maka dapatlah nilai
chroma secara teoritis adalah 1,857. Hal ini jelas terjadi suatu kesalahan dari
pengukuran karena berdasarkan literatur nilai chroma hanya berabada pada
nilai 0 8 dan nilai 8 merupakan nilai yang paling cerah pada warna suatu
buah. Sehingga nilai chroma secara teoritis dinilai yang paling benar. Hal
serupa terjadi pada nilai HUE, hasil yang ditunjukkan pengukuran dan hasil
perhitungan memiliki perbedaan yang sangat jauh, hal ini akan
mengakibatkan kesalah dalam identifikasi warna pada suatu bahan hasil
pertanian. Namun jika kita meihat pada tabel kisaran warna kromatis maka
nilai yang lebih mendekati warna yang terlihat adalah hasil pengukuran
secara teoritis dan warna yang ditunjukkan adalah yellow red. Nilai
kecerahan pada jus A adalah hamper sempurna karena memiliki nilai rata
rata 99,725 sehingga warna tersebut dapat dikategorikan kelompok warna
yang memiliki keceraha yang sangat tinggi dan kecerahan jus A merupakan
kecerahan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jus yang lain. Nilai a
pada jus A lebih relatif kehijau hijauan hal itu ditujukkan dengan semua
hasil pengukuran a bertanda negatif namun nilainya masih kecil yaitu hanya
0,653 sehingga nilai warna hijau tidak terlalu kuat, nilai b yang ditunjukkan
relatif lebih condong pada warna kuning karena semua hasil pengukuran
memiliki tanda positif, dan kekuatan kuning pada sampel kuat karena
memiliki nilai 1,739 dan memiliki nilai lebih besar jika dibandingkan dengan
nilai a.
az Pada jus B memiliki karakteristik jika dilihat secara kasat mata
memiliki warna kehitam hitaman. Namun jika melihat pada hasil
pengukuran nilai HUE yang memiliki nilai rata rata teoritis yaitu 27,028
cenderung berwarna red sedangkan untuk nilai HUE hasil pengukuran
dengan menggunakan alat adalah 8,460 yang memiliki warna red purple.
Karakteistik warna pada jus B sehingga menjadi warna red purpel adalah
pada nilai a menunjukkan nilai rata rata yaitu 15,662 angka ini
menunjukkan waran merah pada bahan sangat kuat sedangkan nilai b pada
bahan adalah 8,037 yang menunjukkan warna kuning. Namun nilai b akan
didominasi oleh nilai a yang memiliki nilai yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan b yang hanya 8,037. Nilai kecerahan yang dihasilkan
adalah 66,261, namun jika kita melihat angka ini kecerahan pada jus
cenderung memiliki warna yang cerah sedangkan penampakan secara kasat
mata jus ini memiliki kecerahan warna yang sangat kecil karena sangat gelap.
Nilai hue jus B merupakan nilai yang paling kecil jika dibandingkan dengan
jus yang lain.
ba Hasil pengukuran nilai hue pada jus C adalah 70,796 secara teoritis
dan 8,667 dengan menggunakan alat ukur. Perbedaan hasil yang ditunjukkan
sangat besar. namun ketika kita melihat penampakan warna yang dilihat
secara kasat mata maka warna yang dihasilkan cenderung yellow maka nilai
yang mendekati kebenaran adalah nilai secara teoritis. Begitu pula dengan
pengukuran pada jus D yang menunjukkan perbedaan hasil nilai hue yang
sangat besar antara nilai hasil pengukuran dengan nilai hasil perhitungan.
Namun jika dilihat kasat mata warna yang Nampak adalah sangat kuning
sehingga nilai hue teoritis adalah yang tepat dan nilai Hue pada jus B
merupakan nilai yang paling besar diantara jus lain . Namun berbeda dengan
jus campuran antara B dan D yang telah diidentifikasi nilai B cenderung
memiliki warna merah legam sedangkan nilai D memiliki nilai kuning yang
sangat cerah namun ketika dicampurkan nilai hue yang didapatkan adalah
61,027 yang berarti cenderung netral yaitu kuning kemerah - merahan. Hal
ini bisa terjadi karena kekuatan warna atau chroma pada kedua jus memiliki
nilai yang hampir sama sehingga ketika mencampurkan kedua warna tersebut
saling membaur maka mendapatkan hasil yang netral. Namun jika melihat
nilai L maka warn tersebut cenderung cerah karena nilai L pada jus D sangat
tinggi mendekati sempurna sedangkan nilai kecerahan pada jus B tidak
terlalu gelap.
bb Perbedaan nilai yang sering terjadi antara hasil pengukuran dengan
alat citra digital dengan teoritis terutama pada nilai Hue dan chroma
dikarenakan performa alat yang sudah mulai membutuhkan perbaikan karena
jika dilihat pebandingkan nilai diantara keduanya sangat besar dan
dicocokkan dengan penampakan warna asilnya maka perhitungan secara
teoritis adalah yang paling benar karena mendekati warna asli buah tersebut.
bc
bd
be
bf
bg BAB VI
bh PENUTUP
bi
bj 6.1 Kesimpulan
1. Tingkat kematangan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator warna
yang ditunjukkan oleh buah.
2. Jus A, B, C, D dan B+D berturut turut memiliki warna yellow red, red,
yellow red, yellow red, yellow red, yellow red.
3. Jus D memiliki nilai hue yang paling besar jika dibandingkan dengan nilai hue
pada jus yang lain dan nilai hue pada jus B adalah yang paling kecil.
4. Jus A memiliki kecerahan yang paling besar diantara jus yang lain sehingga
warna yang dihasilkan cenderung putih karena sangat cerah.
5. jus B memiliki nilai kecerahan yang sangat kecil namun cenderung cerah
karena memiliki nilai kecerahan yang lebih dari lima puluh.
6. Campuran B dan D memiliki warna yang netral artinya saling membaur
karena kekuatan warna hasil pengukuran masing masing jus hampir sama.
7. Perbendaan nilai yang sangat besar antara hasil pengukuran dengan hasil
perhitungan dikarenakan kondisi alat yang tidak optimal sehingga diperlukan
perbaikan, dan keakurasian alat masih rendah.
bk
bl 6.2 Saran
1. Pemeriksaan keakurasian alat perlu dilakukan agar dapat terlebih dahulu
melakukan perbaikan pada alat sehingga hasil pengukuran tidak menunjukkan
hasil yang salah.
2. Praktikan harus membaca terlebih dahulu teori teori tentang alat ukur citra
digital agar dapat menganalisis kesalahan yang terjadi saat praktikum.
bm
bn
bo
bp
bq
br
bs DAFTAR PUSTAKA
bt
bu DeMann, John M. 1989. Principles of Food Chemistry. Wadsworth,Inc :
Canada

bv Hadiwiyoto dan Soehardi. 1981. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen


Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

bw Hutching, J.B. 1999. Food Color and Apearance. Aspen publisher Inc.,
Maryland.

bx Sutoyo, T, dkk. 2009, Teori Pengolahan Citra Digital, Penerbit


Andi,Yogyakarta hal 9 - 27

by Rosmisari, A. 2006. Review: Tepung jagung komposit, pembuatan dan


pengolahannya. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen
Pengembangan Pertanian. BPPPT. Bogor.
bz
ca
cb
cc
cd
ce
cf LAMPIRAN
cg
ch

ci Gambar 1. Proses Identifikasi Warna dengan Laptop


cj
ck

cl Gambar 2. Blackbox Alat Citra Digital


cm

cn Gambar 3. Sampel Jus Untuk Dilakukan Pengukuran Warna


Nilai :

co
cp LAPORAN PRAKTIKUM
cq KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
cr (Karakteristik Optik: Pengukuran Warna dengan Alat Pengambil Citra Digital)
cs
ct Oleh :
cu Nama cv : Irdan Herdiat
cw NPM cx : 240110140067
cy Hari, Tanggal Praktikum cz : Selasa, 18 September 2016
da Waktu / Shift db : 12.30-15.00 WIB / B1 2014
dc Co. Ass dd : 1. Rifki Amrullah
de df 2. Adryani Tresna W.
dg dh 3. Arinda Nur Ariva
di dj 4. Bintari Ayuningtyas
dk dl 5. Eki Dwiyan Saputra
dm dn 6. M. Hanief Bayhaqqi P.
do dp 7. Mizanul Hakam
dq dr 8. Umaya Nur Uswah
ds
dt
du

dv
dw
dx LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
dy DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
dz FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
ea UNIVERSITAS PADJADJARAN
eb 2016
ec
ed
ee
ef
eg
eh
ei
ej

You might also like