Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
u
istem Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum yang akan direncanakan didasarkan khusus untuk air baku dari air
sungai dengan kualitas kekeruhan tinggi. Di dalam perencanaan istem Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini
digunakan beberapa parameter-paramater sebagai dasar pertimbangan perencanaan yang dianjurkan sesuai dengan rencana
induk pengembangan kota baik teknis, ekonomis dan lingkungan seperti standar baku mutu kualitas air minum, tata letak
sistem dan lain-lain yang mana akan dibahas satu persatu.
Menurut Narihito Tambu kriteria perencanaan adalah suatu kriteria yang dipakai sebagai pedoman perencanaan. Perancangan
diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan kondisi sebenarnya dengan pa rameter yang
tertulis dalam kriteria dibawah ini. Nilai -nilai yang digunakan kriteria diambil dari hasil penelitian terdahulu yang kemudian
dikelompokkan dalam parameter yang umum.
u
u u
fasilitas pengolahan air pemerintah kota, yaitu memberikan kesehatan, tempat yang
estetis, serta persediaan air yang ekonomis.
Dalam air baku terdapat zat-zat, senyawa-senyawa, atau partikel-partikel apa saja
yang terdapat di dalam air selain H2O. Hal ini nantinya berka itan dengan apa saja
yang harus ada dalam instalasi baik menyangkut unit operasi maupun unit proses dan
bagaimana keluaran atau efluen yang dihasilkan dari pengolahan air minum dalam
suatu instalasi.
Kualitas air baku terdiri dari (Tambo, Narihito, 1974) :
Kualitas Fisika, yaitu tinjauan secara fisik seperti total solid, suspended solid, bau,
warna, temperatur, turbiditas, daya hantar listrik.
Kualitas Kimia, menyangkut unsur-unsur, senyawa-senyawa, atau zat-zat kimia yang
turut serta dalam suatu air baku. Kualitas kimia tersebut antara lain : Klorida,
Nitrogen, Alkalinitas, dan lain-lain.
Karakteristik Biologi, makhluk hidup biasanya mikroorganisme yang terdapat dalam
air baku antara lain bakteri, protozoa, algae, jamur.
Kualitas Efluen, buangan dari suatu sistem instalasi sesuai dengan tujuan dari suatu
instalasi yaitu untuk memenuhi persyaratan atau standar baku mutu yang tidak
merusak lingkungan.
Jenis umber Air Baku
Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air minum adalah:
Air Hujan
Air hujan bersifat lunak karena tidak mengandung garam dan zat-zat mineral, lebih
bersih, namun dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di
udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun O2. Dari segi kuantitas, air hujan
tergantung pada besar kecilnya hujan, sehingga tidak mencukupi jika digunakan untuk
persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air hujan juga tidak secara kontinu
dapat diperoleh karena sangat tergantung pada musim.
Air Permukaan
Air permukaan yang biasa digunakan sebagai sumber air baku adalah air waduk,
sungai, dan danau. Pada umumnya, air permukaan telah terkontaminasi zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi oleh masyarakat. Kuantitas dan kontinuitas air permukaan sebagai sumber
air baku cukup stabil.
Air Tanah
Air tanah mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui
lapisan-lapisan tanah, serta bebas dari polutan. Namun tidak menutup kemungkinan
bahwa air tanah tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan, seperti Fe, Mn,
kesadahan, dan sebagainya. Berdasarkan kedalamannya, air tanah dibedakan menjadi
air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal kualitasnya lebih rendah
daripada air tanah dalam. ecara kuantitas, air tanah dapat mencukupi kebutuhan air
bersih. Tetapi dari segi kontinuitas, pengambilan air tanah harus dibatasi, karena
pengambilan yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan
intrusi air laut.
Mata Air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik karena belum terkontaminasi oleh zat-zat
pencemar. Pencemaran biasanya terjadi di lokasi mata air itu muncul. Dari segi
kuantitas dan kontinuitas, mata air kurang bisa diandalkan sebagai sumber air air
baku.
u u u
u
Prosedur pemilihan persediaan air mentah berawal dari eveluasi teknis mencakup
penyelidikan pengembangan sumber air. Pada pemilihan sumber air, Insinyur
perencana harus mengenal kualitas dan kuantitas sumber.
Untuk sumber air permukaan, hal yang harus dipelajari untuk tujuan tertentu
adalah:
Aspek kuantitas
Data jumlah air selama masa kekurangan untuk menunjang analisis statistik dari curah
hujan, limpasan dan aliran sungai
Kecukupan pasokan yang aman untuk memnuhi kebutuhan saat ini dan mendatang
Pengukuran tingkat kelestarian oleh federal atau Lembaga Negara termasuk daerah
cakupan dan penggunaan anak sungai di masa mendatang
tudi menyeluruh tentang kandungan air lokal
Tingkat penggunaan lahan didaerah cakupan air.
Aspek kualitas
Data kualitas air selama periode kurun waktu tertentu
Penilaian resiko kontaminasi oleh ketidaksengajaan tercempur bahanyang mungkin
beracun, berbahaya atau merusak pengguna rumah tangga.
Tingkat usulan pengembangan lahan saat ini dan mendatang
Tingkat manajemen dan pengawasan pemilik
Hal-hal umum
Taksiran reabilitas sumber air,
Tingkat kesulitan pelaksanaan alat otomatisasi, perpipaan, bangunan pengolah air dan
jaringan distribusi
Pengaruh lingkungan
Pengaruh keuangan
u `u
ebelum ditentukan sistem pengolahan yang akan dipakai untuk mengolah air
minum, terlebih dahulu dilakukan pemilihan dari berbagai sistem pengolahan yang
ada untuk mendapatkan sistem yang paling sesuai.
Untuk melakukan pemilihan sistem pengolahan, pertimbangan-pertimbangan yang
perlu dilakukan meliputi (Tambo, Nrihito, 1974) :
Beban pengolahan
Didasarkan pada kualitas dan kuantitas influent yang ada terhadap kualitas effluent
yang diinginkan. ehingga diketahui berapa besar beban pengolahan yang harus
dipenuhi oleh sistem pengolahan. istem pengolahan yang terpilih merupakan sistem
yang dapat memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk mendapatkan kualitas
pengolahan sesuai yang diinginkan.
Aspek teknis
Yang dipertimbangkan antara lain menyangkut ketersediaan lahan, kemudian teknis
pelaksanaan, dan pengadaan bahan-bahan untuk pembangunan instalasi. elain itu
juga dipertimbangkan segi operasionalnya, menyangkut ketersediaan tenaga,
u ` uu u
Langkah pertama dalam penentuan kualitas air olahan adalah penentuan peraturan
kualitas air yang dipakai. tandar kualitas air diumumkan pada tingkat internasional,
maupun pada masing-masing negara. atu pertimbangan dalam pengembangan
kualitas air olahan adalah kemungkinan standar kualitas air diubah atau dimodifikasi
di masa depan. Perubahan masa mendatang mungkin memperngaruhi reabilitas dan
fleksibilitas proses pengolahan air yang ditetapkan agar memenuhi standar yang lebih
ketat.
tandar kualitas air bersih dan minum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 907/Menkes/K/VII/2002.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 pasal 8 tentang Klasifikasi dan
Kriteria Mutu Air, air diklasifikasikan menurut mutunya ke dalam empat kelas, yaitu
:
Kelas 1, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kelas 2, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kelas 3, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas 4, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Tabel di bawah ini merupakan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKE/K/VII/2002 : yang merupakan persyaratan kualitas air minum dan air
bersih serta mengacu pada nilai panduan WHO.
Tabel 1.1. tandar Air Minum
Kadar Maksimum
No Parameter atuan
yang
Diperbolehkan
1 BACTERIOLOGI
Escherecia coli jml/100ml 0
total coliform jml/100ml 0
2 FIIK
warna TCU 15
bau dan rasa - -
p
p
p
p
p
p
p
trategi pengolahan air yang dapat diterapkan pada masing-masing jenis air adalah
berbeda. trategi pengolahan yang lengkap meliputi:
Prasedimentasi
Koagulasi
Flokulasi
edimentasi
Filtrasi
Desinfeksi
edangkan Peavy et. al. (1985) menggambarkan bagan pengolahan air minum untuk
air permukaan yang keruh dan mengandung zat organik, sebagai berikut:
Gambar. 1.2. Bagan Pengolahan Air Minum untuk Air Permukaan yang Keruh dan
Mengandung Zat Organik
(umber: Environmental Engineering, 1985)
!
!
"
#
!
$ %
&
$
%
'
(
'
) *+
, -
$
%
$((%+ '
(
'
. -
"/
01!
(
2
$
%
3
01!
4 5
$
%
01!
6 (
01!
(
$ %
(
Lanjutan tabel 1.2.
'
0! /
&
(
)
"
7
0!
"/
,
0! /
0!
umber : Montgomery, 1985; (*) Tambo, 1974
BAB II
INTAKE
2.1. Umum
Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air di
permukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau, atau kanal.
Lokasi intake harus memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
Kualitas air yang tersedia di lokasi harus baik
Berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak intake
elama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake
ebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan
Pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan
Angin yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari
Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga meminimalkan
biaya perpipaan
Lokasi sebaiknya tidak berada di daerah cekungan
ebaiknya tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang bisa menstimulus
pertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar
Tanah tempat dibangunnya intake haruslah stabil
Bangunan intake harus kedap air
Pipa inlet ditempatkan di bawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan air
yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung
ebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran
ebaiknya terletak pada bagian hulu kota
permukaan. umber air baku berasal dari air sungai permukaan, maka sistem
Pemilihan tempat untuk intake sungai berdasarkan pada (Tambo, Narihito, 1974) :
Tutup manhole
HWL
Ke pompa
umur intake
HWL
Pipa hisap
creen
2.2. creen
Pada intake biasanya dipasang kisi-kisi atau saringan (screen) untuk mencegah
masuknya daun-daun dan reruntuhan, melindungi pompa dari sampah-sampah dan
benda-benda penyumbat lainnya serta untuk menghilangkan padatan-padatan kasar
yang mengapung, dengan criteria desain sebagai berikut :
Tabel 2.1. Kriteria Desain Intake
No Keterangan Uni Kawamu Droste Layla3 Reynold Metcalf Qasim
t ra1 2 s4 5
1 Kecepatan m/s <0.6 <0.6 0.4-0.8 0.3-0.6 0.3-0.6
2 Kemiringan 0 60 30-75 30-45 45-60
3 barscreen cm 1.25-2 2-5 1.25-3.8 5-15
4 Tebal barscreen cm 5-7.5 5-15 2.5-7.5 2.5-5 2.5-5 0.4-0.8
5 Jarak antar 1:2 2.5-7.5
6 barscreen cm 7.5-15 15 15
H:L
Headloss
Beton : 3 m/dtk
Baja, besi, PVC : 6 m/dtk
Persamaan yang digunakan adalah:
Rumus Hazen-Williams,
1, 85
6,82 1,167
`
Menurut Manning:
1 2 3 12
V=
dimana
OR : Overflow rate, gal/hr/ft2
Vsettling : Kecepatan pengendapan, in/menit
1 2/3 1/2
R
V= n
h
2
Vxn
dan h 2/3
= R
dimana:
h : headloss melalui Grit Chamber, m
V : kecepatan pada saluran Grit Chamber, m/det
n : koefisien Manning
R : jari-jari hidrolis, m
: panjang saluran Grit Chamber, m
a
h
Q = 4,917 a1/2 b 3
Dimana; Q : debit aliran melalui proporsional weir, ft3/detik
uu
Parameter umber (referensi)
Kawamura Montgomery
Diamater padat minimal yg disisihkan 0,1 mm 0,1 mm
Jumlah bak minimum 2 2
Kedalaman
air dengan pembersih otomatis 3 4m 3 4m
tanpa pembersih otomatis 3,5 5 m 3,5 5 m
4:1 8:
Rasio P : L 1 3:1 8:1
Rasio P : H min 6 : 1 10 : 1
0,05
vh (m/detik) 0,08 0,05
td (menit) 6 15 10 20
urface louding (m3/m2.jam) 10 25 8,33 16,67
k (safety factor) 1,5 2 1,5 2
vo/H >
kontrol vh/P
lope dasar grit chamber 1 : 100 1 : 100
"""
# $% " &'%#$% "
p
()*
!
+
,
(- !./*
(/00*
p
()*
1+
!
!
2
!p
!
!
+
+!
+
3
!
2
(!
*
2
2
(
*
4
(*
1
!
52
!
!,
!
!
!
1
2
( *!
6
5
+!
!
,
(* !
p
!! !
(p 4 *
(
*+
p
!
-
!
) )
2M
a ( 2 ) 36M , ( 2 ) 33M , a 2M
(S )
!
2
!
7
!
(p 8*
!
p 2
!
!
!
!
(
*
5
!
(- !./*
Alumunium ulfat (Alum)
karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas yang ada di dalam air
Bila air tidak mengandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka
alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida yaitu
cukup sehingga tidak ada penambahan zat kimia selain alumunium sulfat. Nilai pH
Agar reaksi di atas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 9,5. elain itu, ferrous
Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk
membentuk hidroksida. Reaksinya adalah :
2FeCl3 + 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
Menurut Kawamura (1991), pengadukan cepat bisa dilakukan dengan sistem difusi
secara hidrolis, mekanis maupun dengan pompa. Tipe pengadukan cepat yang
umum digunakan, berdasarkan keefektifan, kemudahan pemeliharaan serta biaya,
urutan pilihannya adalah sebagai berikut :
)
+
(
9*
2
+
2
6 !
!
+ ,+ 2
!
0:
000
,( 33 ;*
4
!.:
95 "+ p
8
", )(
9/*
p
p
(*
!!
(/*
+(
*
(9*
+!
!
!
!
p+
!:</:
!
!
0=
!
!
,
(
*
4
!.:
9/", 4)
&
0.5
.
$
)
!p
(
*
u
0,009(2 1)u 2 u 0,1
2
`4
p >
(3>&?*
u >
(&?/*>99=0,9&?/0@8
6 > 2
(9*
A >
(9?*
>
>000:=:
?9
>
+(*
>
!>00
& >+
4 )(
99*
p
%
p
&
!
!
0<=0
=00<000
,( 33 ;*
Menurut Reynolds, 1982:
6
+
(
?9*
(+*
G : gradien kecepatan (1/dt)
k : ratio kecepatan fluida terhadap kecepatan blade/impeller
4
!.:
994 4)
", )(
9B*
1
!
!
!
2
! p
!
(
*!
&
+
+
!
!
2
( 33 ;*
4
!.:
9B", 4 4)
C!
)
+(
9:*
p
6,
!
1
2
9/D
+
90
!
000,/0@8( 33 ;*
Gradien kecepatan (G) : 400-1000 /dt
Waktu detensi (td) : 60 detik (untuk kekeruhan tinggi)
G x td : 20.000 30.000
1
. 2
. (2-11)
dimana, G =gradien kecepatan (1/detik)
h =tinggi terjunan
=viskositas kinematis
4
!.:
9='4)
+
p+!
(
/00*
2
u /
% >+(*
6 >
(?
*
>/:<B?
A >
(9?
*
>
(
*
> (*
>E /
>
(?*
>
(90=)0,=?08*
9:0,;00??
0:
>
(
*
>
(.? /*
C >
+
(*
>
>
(90=)0,=/?
0@8*
p
!
2,2
!
!
( 33 ;*
p
)(*&)!
0B0:&!
!
!
!
!
!
(p !.:*
4
(*
,
8
Persamaan yang digunakan:
1 2
. 2
. 2
dengan: G = gradien kecepatan (1/dtk)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dtk2)
h = headloss total (m)
= viskositas kinematik air (m2/dtk)
td = waktu dsetensi (dtk)
hL = headloss per belokan (m)
K = 1,5
v = kecepatan aliran air (m/dtk)
(Kawamura, 1991)
33 ;
Gambar 3.7 Baffled Channels
/p
0 .5
3
`
2j
8 >
!
(!.*
>
(/*
x = viskositas kinematik fluida (m2/s) = 1,306.10-6 m2/s pada 10 C
6 >
(9*
>
(?*
Diffuse
r
Detail plat
p
)(*&)!
0B0:&!
!
!
!
!
!
(p !.:*
Menurut Darmasetiawan (2001) pada model flokulator dengan plat berlubang kehilangan tekanan dan
dapat dihitung dengan persamaan :
. 2
2 ( / 4 ` 2 ) 2
edangkan untuk menghitung nilai G dicari dengan rumus :
0 .5
1 8 3
` 2
Keterangan :
Hf = kehilangan tekanan (m)
K = koefisien kontraksi (2 - 4)
Q = debit (m3/dt)
N = jumlah lubang / diffuser
= viskositas kinematik (1.306 x 10-6 m/s2 pada suhu 10 oC)
D = diameter lubang (m)
A = luas plat (m2)
L = jarak antar plat (m)
1 99
'
4
(C
2 p *
, - !
p ! 4
& $
%!/ 9 B : !=
,
=0,0 0,;: .0,/0 ;0,/0 G:0
/ 1 90,B0 0,0 0,/0 0,90 :,/0
)1 0B,
9 0B,0: 0B,0:
0:
B B.
0:
: ? 0 0,0
0
= % :,/0
:,/0
:,/0H H I/0H
H
F/ ,%!.0F9- !./F
B
/00F:p !.:F=4
!.:
Contoh perhitungan :
Contoh 1
Koagulasi
Aliran air = 0,05 m3/s
Diameter pipa = 8 inchi = 0,2032 m
Panjang pengadukan (L) = 2,5 X 0,2032 m 0,5 m
V = D2.L = (0,2032)2.(0,5)m = 0,016 m3
3
175,7m
1
. = 1,336.10 0,016 J(tidak memenuhi)
Dengan waktu detensi (t) = 2 detik maka nilai G x t = 175,7 x 2
= 351,4J(memenuhi)
Perhitungan kebutuhan PAC (Poly Aluminium Chloride)
Pembubuhan PAC untuk 1 (satu) line = 150 ppm = 150 mg/L
Pembubuhan PAC untuk 2 (dua) line = 300 ppm = 300 mg/L
Debit yang diolah untuk 2 (dua) line = (180+180) m3/jam = 360 m3/jam
= 360.103 L/jam
Kebutuhan PAC = 360.103 L/jam x 300 mg/L = 1,08.108 mg/jam
= 1,08.108 mg/jam x 10-6 kg/mg x 24 jam/hari
= 2592 kg/hari
Perhitungan kebutuhan NaOCl (odium Hypochloride)
Debit yang diolah dalam 1 (satu) line = 50 L/s
DPC (daya pengikat Chlor) = 1,2 mg/L
isa Chlor = 0,4 mg/L
Jadi, dosis chlor = (1,2 + 0,4) mg/L
NaOCl mengandung 17,5 % chlor, sehingga dosis NaOCl adalah
100
1,6 / 9,14 / 10 / 10
= 17,5
NaOCl yang dibutuhkan 1 (satu) line = 50 L/s x 9,14 mg/L = 457 mg/L
= 457 mg/L x 10-6 kg/mg x 3600 s/jam
Flokulator
Kapasitas Instalasi = 50 L/s = 0,05 m3/s
Viskositas kinematis (x) = 1,306.10-6 m2/s pada suhu 10C
Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
Dimensi
Diameter flokulator = 4,8 m
Tinggi air existing = 3,6 m
Volume tangki berdasarkan tinggi air :
= D2 x t = x (3,14) x (4,8)2 x 3,6
= 65,11 m3
a 65,11 3
3
Waktu detensi (td) = u = 0,05 / det
= 1302,2 detik = 21,70 menitJ(memenuhi)
Luas lintasan paddle = 20 % luas bak = 20 % x D2
= 20 % x (3,14) (4,8)2 = 3,62 m2
Gradien kecepatan (G) dengan kecepatan aliran 0,5 m/s (Persamaan 2.14)
0.5
3
1,8.(3,62).(0,5)3
` 6
2j =
2(1,306 .10 )(65,11)
= 69,20 /detikJ(memenuhi)
G x td = 69,20 /detik x 1302,2 detik
= 90.112,24J(memenuhi)
Contoh 2
Kriteria desain terpilih
Pengadukan dengan cara mekanis
Waktu detensi (td) : 60 dtk
Gradien kecepatan (G) : 1000 1/dtk
Kedalaman bak (H) : 1,25 x lebar bak
Diameter impeler (D) : 50% x lebar bak
Jarak impeler dari dasar : 1 x diameter impeler
Jumlah putaran (N) : 10 150 rpm
Jumlah bak pengaduk : 2 bak
Viskositas absolut air () : 0,890 x 10-3 kg/m.dtk
2
Volume bak (V),
u
0,125 60
7,53
Dimensi bak,
Panjang (p) =2m
Lebar (l) =2m
Kedalaman (H) =2m
Daya pengadukan (P),
1
2
2 u
*1000 *0,890 10 3 *7,5
2
6675
Diameter impeler (Di),
Di = 50% x 2
=1m
Jari-jari impeler (r),
`
0,5
2
Jarak impeler dari dasar (H),
H = Di
=1m
Jumlah putaran (N),
Untuk koagulasi pengaduk yang digunakan adalah blade menerus, dengan demikian ri
= 0 dan blade ada di kedua sisi batang pengaduk, maka:
*
*1,44 10 4 2 *1
3 4 4
\Bak koagulan
Kriteria desain terpilih
Koagulan yang digunakan : Aluminium sulfat (Al3(O4)3.14H2O)
Kadar alum aktif : 49 %
1763,27
/
Debit koagulan (Q),
'
1763, 27
'
1,34
' 1315,87a / 54,83a / |
Volume alum yang dibutuhkan selama pencampuran (Val),
Val = Q x tc
= 54,83 x 8 = 438,64 l
Volume larutan (Vlar),
100
a 438,64
5
a 8772,8a 8,77 3
Dimensi bak pembubuh
Panjang (p) =2m
Lebar (l) =2m
Kedalaman (H) = 2,4 m
strokenya dengan menggunakan grafik. Dari grafik didapat jenis dosing pump DM2-
48 dengan tekanan 5 bar yang disetting pada angka 10.
Flokulasi
Kriteria desain terpilih
Pengadukan dengan cara hidrolis (baffle channel vertikal)
Jumlah bak : 2 bak
Jarak antar baffle minimum : 0,75 m
Kedalaman (H) :4m
Jumlah channel (n) : 6 buah
Jumlah belokan (n-1) : 5 buah
Headloss (hL) : 1 2 ft (0,3 0,6 m)
Gradien kecepatan (G) : 20 70 1/dtk
Waktu detensi minimum (td) : 20 menit (1200 dtk)
Kecepatan aliran (v) : 0,1 0,4 m/dtk
Viskositas kinematik air ( ) : 0,893 x 10-6 m2/dtk
K : 1,5
Perhitungan
Volume bak (V),
m
*0,125 *1200 1503
Kedalaman bak dibuat 4 m dan lebar bak dibuat 3 m, maka panjang bak (p),
150
(a )
150
12,5
3 4
Headloss per channel (h),
1
. 2
.
2 .
Tahap I (h1),
G = 70
Td = 200 dtk
2 .m
*70 2 *0,893 10 6 *200
0,089
9,81
Tahap II (h2),
G = 60
Td = 200 dtk
2 .m
*60 2 *0,893 10 6 *200 0,066
9,81
Tahap III (h3),
G = 50
Td = 200 dtk
2 .m
*50 2 *0,893 10 6 *200 0,046
9,81
Tahap IV (h4),
G = 40
Td = 200 dtk
2 .m
*40 *0,893 10 6 *200
2
0,029
9,81
Tahap V (h5),
G = 30
Td = 200 dtk
2 .
*30 2 *0,893 10 6 *200 0,016
9,81
Tahap VI (h6),
G = 20
Td = 200 dtk
2 .m
*20 2 *0,893 10 6 *200
0,007
9,81
Jadi headloss channel total (hchannel),
hchannel = h = 0,253 m
Luas bukaan (A),
A = 0,7 x 0,5
= 0,35 m2
Kecepatan aliran (v),
v = Q/A
= 0,125/0,35
= 0,36 m/dtk
BAB IV
EDIMENTAI
Menurut Reynolds (1982), sedimentasi adalah pemisahan zat padat - cair yang
memanfaatkan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi.
Reynolds juga mengklasifikasikan tipe pengendapan menjadi empat tipe yaitu :
Tipe pengendapan bebas (free settling); sering disebut sebagai pengendapan partikel
diskrit.
Tipe pengendapan partikel flok, yaitu pengendapan flok dalam suspensi cair. elama
pengendapan, partikel flok semakin besar ukurannya dengan kecepatan yang semakin
cepat.
Tipe zone atau hinderred settling, yaitu pengendapan partikel pada konsentrasi
sedang, dimana energi partikel yang berdekatan saling memecah sehingga
menghalangi pengendapan partikel flok, partikel yang tertinggal pada posisi relatif
tetap dan mengendap pada kecepatan konstan.
Tipe compression settling; partikel bersentuhan pada konsentrasi tinggi dan
pengendapan dapat terjadi hanya karena pemadatan massa.
Menurut Kawamura (1991), pertimbangan-pertimbangan penting yang secara
langsung mempengaruhi desain proses sedimentasi adalah :
Proses pengolahan secara keseluruhan.
Materi tersuspensi dalam air baku.
Kecepatan pengendapan partikel tersuspensi yang disisihkan.
Kondisi iklim lokal, misalnya temperatur.
Karakteristik air baku.
Karakteristik geologi tempat instalasi.
Variasi debit pengolahan.
Aliran putaran pendek dalam bak sedimentasi.
Metode penyisihan lumpur.
Biaya dan bentuk bak sedimentasi.
Pada dasarnya bak pengendapan yang panjang adalah yang paling baik tetapi tanpa
didukung oleh faktor hidrolis lainnya seperti lamineritas dan uniformitas dari aliran
dan loading rate yang sesuai, pengendapan dapat gagal (Darmasetiawan, 2001).
Parameter lain yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendapan adalah
waktu tinggal dalam bak pengendap. Waktu tinggal atau waktu detensi secara hidrolis
adalah volume bak dibagi dengan debit rencana (Kawamura, 1991) :
u
Dimana :
td = waktu tinggal (detik)
V = volume kolam pengendapan (m3)
Q = debit aliran (m3/detik)
Beberapa kelebihan dan kelemahan bak empat persegi panjang adalah (Montgomery,
1985):
Lebih toleransi terhadap shock loads
;
Gambar 4.2. Bak Pengendap Circular
Perhitungan weir bentuk V-notch pada bak circular menggunakan persamaan-
persamaan berikut :
Panjang weir (L) =2r
Kec. weir loading = Jumlah V-notch (n)
= /
Debit air per V-notch =
2
5
15u
8 2 tan
Tinggi air di atas V-notch (Hw) = 2
Lebar V-notch pada bagian atas (w) = 2 Hw
Dimana :
r = jari jari bak sedimentasi
rC/C = jarak antar pusat V-notch (center to center)
Cd = koefisien pengaliran = 0,62
= besarnya sudut yang dibentuk V-notch
Q Q
B
Zone inlet zone pengendapan zone outlet
Q Q
Vo
H Vs
Zone penampungan lumpur
Zone inlet
Pada zone inlet air yang masuk diasumsikan langsung merata pada potongan
melintang di dalam bak pengendap, dengan tingkat kandungan (suspended solid)
yang homogen ketidatmerataan pada zone inlet ini akan dapat menghasilkan
turbulensi sehingga dapat meruntuhkan bentukan flok yang telah terbentuk di
flokulator.
Untuk menghindari ini secara umum aliran air harus mempunyai kecepatan aliran
tidak boleh melebihi 0.3 m/dt secara digiring secara stream line masuk ke dalam
bidang pengendapan.
Zone inlet juga dapat berupa pipa lateral yang berlubang yang mengarah ke bawah,
sehingga air yang keluar dapat dibagi merata sepanjang bidang pengendapan, hal ini
banyak dilakukan pada pengendapan dengan plat miring.
Diameter lubang pada pipa inlet dihitung berdasarkan persamaan :
2
2
Dimana :
Hf = kehilangan tekanan pada saat air keluar lubang (0.1 - 1 cm)
Vo = kecepatan air pada saat melalui lubang (m/s)
Apabila debit perlubang adalah
` 2
4 maka
4
` 0 .5
ehingga (2 )
Dimana :
Q = debit air yang melalui pipa (l/s)
Qo = debit air yang melaui lubang (l/s)
D = diameter lubang (m)
Vo = kecepatan air yang melaui lubang (m/s)
N = jumlah lubang
Zone pengendapan
Pada zone bidang pengendap flok yang sudah terbentuk diharapkan dapat mengendap.
ecara ideal bidang pengendap ini harus memenuhi asumsi bahwa aliran harus merata
(mempunyai kecepatan yang sama) diseluruh potongan melintang dan kecepatan
sepanjang bidang pengendap harus sama.
Jenis bidang pengendap ini meliputi :
bak pengendap dengan aliran horizontal
bak dengan plat setler aliran miring
bak pengendap dengan aliran keatas
ecara umum asumsi yang diambil dalam teori adalah sebagai berikut :
partikel yang mengendap tidak dipengaruhi oleh kecepatan aliran
kecepatan pengendapan flok merata di seluruh bidang pengendapan
secara ideal pula harus diasumsikan bahwa partikel flok yang sudah mengendap tidak
terangkat lagi
Unformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh. Oleh
sebab itu bilangan fraude yang menggambarkan tingkat unformitas aliran dan
turbulensi aliran yang digambarkan oleh bilangan Reynold harus memenuhi kriteria
yang telah dientukan. Pada bak pengendap yang menggunakan plate setler berlaku
rumus :
2( M )
2
2
atau sin O .
.
Re
atau sin O .
Dimana :
Fr = bilangan Fraude Fr > 10-5
Re = bilangan Reynold Re < 500
Vo = kecepatan horizontal (m/s)
R = radius hidrolik (m)
= viskositas kinematik (1,306x10-6 m/s pada suhu 10oC)
w = jarak antar plat (m)
= kemiringan plat (o)
Zone outlet
Perhitungan weir bentuk V-notch menggunakan persamaan-persamaan berikut :
u
^
5
(Qasim, 1985)
u
u
2
5
2 m *2 2 2 tan O
3
1
2
*
(Darmasetiawan, 2001)
u
^
2
^
3
2
2 2
M
2
dengan: L = panjang pelimpah (m)
Q = debit total (m3/dtk)
q = beban pelimpah (m3/m.hari)
nv = jumlah V-notch
Qv = debit tiap V-notch (m3/dtk)
Hv = tinggi air pada V-notch (m)
Qg = debit tiap gutter (m3/dtk)
ng = jumlah gutter
yc = kedalaman kritis/kedalaman pada jarak L m (m)
b = lebar gutter (m)
Ho = kedalaman air awal pada gutter (m)
Contoh Perhitungan 1 :
Kriteria Desain
urface loading = 2 4 m/jam
Diameter orifice = 3 cm
jo = 60 120 m3/m2 . hari
Kemiringan plate ( ) = 45 - 60o
Jarak antar plate (wp) = 25 100 mm
Tebal plate (tp) = 2,5 5 mm
Panjang plate (Pp) = 1000 2500 mm
lebar plate (lp) = 1000 1200 mm
NFR = 10-5
NRE = 500
Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0,2 0,3 m
Jarak plate ke pipa inlet = 1 1,4 m
Jarak gutter ke plate = 0,3 0,4 m
Perencanaan
Bentuk bangunan 4 persegi panjang, dengan P : L = 3 : 1
Q/A = 5,56 x 10-4 m/dt
td = 1 jam = 3600 dt
NRe < 500
NFr > 10-5
Kedalaman bak, H = 3 m
Jarak antar plate, w = 5 cm = 0,05 m
Tinggi plate, h = 1 m
udut kemiringan plate, = 60
Tebal plate, t = 0,5 cm = 0,005 m
Y/Yo = 75 %
Faktor keamanan, good performance = 1/3
Zona edimentasi
Direncanakan 2 bak sedimentasi dengan debit masing-masing 0,062 m3/dt
Dimensi bak
u
5,56 10 4 /
0,062
111,52
5,56 10 4
3
3 2
111,5 3 2
6,1
18,3
2
0,3
Kecepatan horisontal partikel
u 0,062
/ 5 10 3 /
6,1 2
Jari-jari hidrolis
6,1 2
1, 2
M 2 6,1 M 2 2
Cek bilangan Reynold
5 10 3 1,2
Re 6719 500 *m
0,893 10 6
Cek bilangan Froud
2
*5 10 3 2
2,12 10 6 10 5 *m
9,81 1,2
Karena NRe dan NFr tidak memenuhi kriteria desain, perlu penambahan plate settler
pada bak sedimentasi. Perhitungannya adalah sbb :
Kecepatan aliran masuk plate
u
sin
5,56 10 4
6,37 10 4 /
sin 60
Dimensi plate
1
a 1,15
sin sin 60
1
0,10
0,005
600
Jumlah plate
0,10
0,115
Jarak horisontal antarplate, sin sin 60
18,3
159,1 160
Jumlah plate, 0,115
Jari-jari hidrolis
0,10
0,05
2 2
Cek bilangan Reynold
6,37 10 4 0,05
Re 35,67 500*S
0,893 10 6
Cek bilangan Froud
2
*
6,37 10 4
2
Zona Inlet
Dimensi pipa inlet
u 0,062
0,103 2
0,6
1 4 `2
0,103 1 4 ` 2
` 2 0,131
` 0,36
Diameter Orifice
9
1,5
9
6
1,5
0,042
7 10 3 3 / m
6
7 10 3
0,012 2
0,6
` 0,12
Zona Lumpur
Konsentrasi effluen dan lumpur
*100 80 0,20 52,5 / 10,5 /
80 0,80 52,5 / 42 /
Berat lumpur tiap hari
u 86400 62 / 42 / 10 6 86400 224,99
/ Debit
lumpur kering
224,99
/
u 0,087 3 /
2600
/ 3
Debit lumpur
u 0,087 3 /
u 2,9 3 /
a 0,03
Volume bak lumpur
2,9 3 / 3 8,7 3
18,3
3,66
5 5
6,1
2,03
3 3
ker 1 3
3 8,7 3
0,23
18,3 6,1
` 0,14
Zona Outlet
Lebar gutter (Lg) = 1,5 Ho (tinggi air dalam gutter)
Q/A = vo = 5,56 x 10-4 m/dt
Jumlah pelimpah menurut rumus Huisman (1978)
5
0,0623 / m
5 2 1,53 10 3 / m
6,1
0,71 1
Rencana jumlah gutter, n = 2 dengan 45 V-notch
Debit tiap gutter
0,062
0,0313 / m 35,3088 1,095
2
Dimensi gutter
3
2, 49 2
0,612 0,19
1,5 0,19 0, 29
M ( 20% ) M M m 0,19 M (0, 2 0,19) M 0,03 M 0,02
0,28
18,3 Debit tiap
V-notch
5 5
1,36 2 1,36 0,03 2 2,12 10 4 3 / m
Jumlah V-notch
u 0,031
146, 2 148
Total jumlah V-notch, u 2,12 10 4
148
' 78
Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka tiap sisi 2
Dimensi V-notch
Freeboard V-notch, 1 2 1 2 0,03 0,015
aluran Pengumpul
Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju bak filtrasi.
0,062
a 0,103 2
0,6
a a
0,103 1,8
0,057
a M 0,057 M 0,3 0,017
a 0,5
Kehilangan Tekanan
Head loss pada V-notch
8 5
Q / notch CD 2 g tan 2 hf 2
15
8 5
2 ,12 10 4 0 , 584 2 9 ,81 1 hf 2
15
hf 0 ,029 m
bab v
Filtrasi
Menurut Reynolds (1982), filtrasi adalah pemisahan zat padat - cair yang mana zat
cair dilewatkan melalui media berpori atau material berpori lainnya untuk
menyisihkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang halus. Proses ini digunakan
untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi dan terendapkan agar
meghasilkan air minum dengan kualitas yang tinggi.
uuupuupu u
u p u
u
Proses ini terjadi pada saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. Media yang
dipergunakan dalam filtrasi adalah pasir yang mempunyai pori-pori yang cukup kecil.
Dengan demikian partikel-partikel yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari
ruang antar butir pasir media dapat tertahan. elama proses filtrasi, ruang antar butir
pasir akan semakin diperkecil oleh partikel-partikel yang tertahan pada media filter.
Pada filter ini flok-flok yang tidak terendapkan pada sedimentasi akan tertahan pada
lapisan teratas pasir membentuk lapisan penutup yang selanjutnya akan menahan
partikel-partikel yang mempunyai ukuran kecil.
p
p
Proses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. Ruang antar butir media pasir
berfungsi sebagai bak pengendap kecil. Partikel-partikel yang mempunyai ukuran
kecil, serta koloidal-koloidal dan beberapa macam bakteri akan mengendap dalam
ruang antar butir dan melekat pada butir.
u u
u u
Proses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. uspensi-suspensi yang terdapat
dalam air mengandung organisme-organisme seperti alga dan plankton, yang
merupakan bahan makanan bagi jenis-jenis mikro organisme tertentu. Organisme-
organisme tersebut membentuk lapisan diatas media filter yang disebut dengan
lapisan lendir. Dengan adanya lapisan ini maka mikroorganisme yang terdapat
dalam air akan tertinggal di situ, sehingga air filtrat tidak mengandung
mikroorganisme/bakteri lagi.
Proses yang terjadi selama filtrasi adalah (Darmasetiawan, 2001) :
Pengayakan atau straining
Flokulasi antar butir
edimentasi antar butir
Proses mikrobiologis
edangkan dari bentuk bangunannya, filter dikenal dengan 2 macam :
Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal dua macam saringan :
aringan Pasir Lambat (low and Filter)
aringan ini dibuat dari pasir halus dengan ukuran efektif sekitar 0,2 mm. Ukuran
efektif adalah ukuran ayakan yang telah meloloskan 10 % dari total butir yang ada
atau P10. Pada saringan pasir lambat proses mikrobiologis mendominasi
dipermukaan filter. Kehilangan tekan yang tinggi menghasilan rata-rata aliran yang
sangat rendah (0,12 0,32 m/jam) sehingga membutuhkan konstruksi filter yang
sangat luas. Pencucian dilakukan secara periodik (biasanya sekali sebulan) dengan
mengambil media filter bagian atas setebal 3 - 5 cm untuk dicuci di luar filter.
aringan pasir lambat membutuhkan ruang yang luas dan modal yang besar. elain itu
saringan ini tidak berfungsi baik dengan air yang kekeruhannya tinggi karena
permukaannya cepat tersumbat, dan membutuhkan pencucian yang lebih sering.
aringan Pasir Cepat (Rapid and Filter)
Filter ini menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 0,75 m. Ukuran
pasirnya 0,35 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif 0,45 0,55 mm. Koefisien
keseragaman umumnya 1,65. Koefisien keseragaman adalah ukuran yang telah
meloloskan 60 % dibagi ukuran yang telah meloloskan 10 % dari total bahan baku
pasir atau P60/ P10.
Pencucian filter pasir cepat dilakukan dengan cara backwash; kotoran-kotoran
ataupun endapan suspensi yang tertinggal pada filter akan ikut terekspansi dan
bersama air pencuci dikeluarkan melalui gutter. Pencucian dilakukan 24 jam operasi
dengan waktu pencucian pasir terekspansi 50%. Pencucian dapat dikombinasikan
dengan nozzle. Kecepatan penyemprotan 270 lt/m2/menit, dengan tekanan antara
0,7 - 1,1 kg/cm2. Dengan kombinasi ini, hasil pencucian filter dapat lebih bagus dan
jumlah air untuk mencuci filter dapat lebih sedikit.
Filter cepat terdiri dari filter terbuka dan filter bertekanan. Pada filter cepat titik berat
proses adalah pada proses pengayakan. Kecepatan filtrasi adalah berkisar 7 - 10 m/jam
untuk filter terbuka dan filter bertekanan dapat mencapai 15 20 m/jam. Kriteria
kualitas air yang dimasukkan ke filter adalah dengan kekeruhan di bawah 5 NTU,
sehingga air baku yang di atas 5 NTU harus diolah melalui proses koagulasi
flokulasi - sedimentasi (Darmasetiawan, 2001).
Filter bertekanan tertutup biasanya dalam kontainer logam dan bisa dioperasikan
dalam mode downflow atau upflow. Filter ini bisa terdiri satu atau banyak media dan
dibersihkan dengan backwash. Headloss maksimum dalam filter bertekanan adalah 20
200 mm (Droste, 1997)
Tabel 5.1. Perbedaan low and Filter dan Rapid and Filter
Media filter yang umum dipakai di Indonesia adalah pasir kwarsa. Untuk
memenuhi kriteria kadar silika (iO2) 96 %. Pasir dengan kualitas yang demikian
banyak terdapat di Pulau Bangka sehingga disebut juga sebagai pasir Bangka
(Darmasetiawan, 2001).
2 1,2u 0 , 5
Hidrolika Filtrasi
Kehilangan tekan melalui media berpori dengan bed bersih yang mempunyai
diameter yang relatif seragam dapat dihitung dengan persamaan Rose dengan
1,067 `
2
1
` 4
`
Dimana :
hL = kehilangan tekanan (m)
= faktor bentuk (sphericity) media filter
CD = koefisien drag
g = percepatan gravitasi (m/s2)
D = kedalaman bed (m)
Vf = kecepatan aliran (m/s)
= porositas
Dp = diameter butiran (m)
NRe = bilangan Reynolds
istem underdrain
Menurut Droste (1997), ada beberapa sistem underdrain, yaitu:
Gravel layer
Underdrain blok
trainer
Pipa lateral
istem yang sering digunakan adalah sistem pipa lateral karena headlossnya
istem underdrain selain berfungsi sebagai outlet pada saat proses penyaringan,
juga berfungsi sebagai inlet pada saat pencucian filter. Pada saat pencucian
dengan udara dari blower. Penggunaan blower adalah untuk membantu proses
backwash filter. Udara dari blower ini akan membantu mempercepat waktu
backwash, membersihkan kotoran pada pasir lebih bersih dan juga untuk
mengurangi penggunaan air bersih dari reservoir untuk kebutuhan backwash filter.
2
Dimana K adalah koefisien headloss yang tergantung pada jenis underdrain. Untuk
nozzle, K = 1 3 sedangkan untuk lubang teepee atau pipa lateral K = 1 - 2.
Kecepatan filtrasi melewati lubang adalah 0,2 m/dtk
Perpipaan
Pada unit filtrasi dilengkapi dengan sistem perpipaan yang terdiri dari pipa inlet,
outlet, drain, dan wash line. Kriteria desain sistem perpipaan tersebut adalah:
(Droste,1997)
Headloss pada unit filtrasi terdiri dari headloss pada media filtrasi, sistem
2001)
Menurut Fair & Geyer (1968) dan Kawamura (1991), headloss underdrain secara
keseluruhan dapat diwakili oleh headloss orifice, sedangkan headloss lateral dan
2
1
3 !
w
1
150 M
je
m
Re
e = porositas
= faktor bentuk/sphericity
fi = faktor friksi
Re = bilangan Reynolds
6 6
*1 * * 1 *1 *
6
0 , 22
4,5
1
*1 !
1 1
1
4 2
* 1
3
ee = porositas terekspansi
2
1 u
2
Back wash
Kecepatan backwash (Vbw)
Vbw = 6 Vf
Porositas sebelum terekspansi (Po):
1 1 1
4,5
3, 6 3
2,95 1
1
3, 6 ` 2
3, 6 ` 2
Persentase ekspansi :
100
1
Tinggi ekspansi :
%
100
Dimana :
x = viskositas kinematik (m2/s) = 1,306.10-6 m2/s pada 10 C
w = densitas air (kg/m3)
s = densitas partikel media (kg/m3), misalnya pasir
Dp = ukuran butiran (m)
Lp = kedalaman media (m)
Le = tinggi media terekspansi (m)
1 :/
$
p
8 4 '
p
, - !
p !:
&
$
%!/ 9 B
?+ :,;: B.,: B,// ;<0 /:,:
p !
$
09:,
/ 09<0;
0
9 1
9/,= 0=,0. 09,0=
1
B J. /B,:
: K
9,B ,=
= %
/ /:<.0
p ,:H ,=H
; ,:HA
A A
3
. 0 9,0
?+ := .,/:
0 D
0,=0 /0<:0
C
0,=0 0,/0 900,B00
C
/ 0/,9
F/ ,%!.0F9- !./F
B
/00F:p !.:F
Tabel 5.3. Karakteristik Pasir
Ka
Berat
Bent dar pheri Poro E
Material Jenis
uk il city sitas (mm)
(gr/cm3)
ika
Bula 98 0,4 -
Pasir Bangka 0,92 2,65 0,42
t % 1,0
Bula 85 1,0 -
Kerikil (gravel) 2,65 0,5
t % 5,0
Distribusi ukuran media diperoleh dengan mengeplotkan d10 dan d60 dari masing-
masing media pada kertas probabilitas dan menggambar garis lurus yang melalui
Media penyangga berupa gravel, tebal 500 mm dengan susunan sebagai berikut:
Lapis 1 2 5 100
Lapis 2 5 9 100
Lapis 3 9 16 150
Lapis 4 16 25 150
Contoh perhitungan 1:
Kriteria desain terpilih
Perhitungan
= (0,25)(86400)(264,17)
= 5,71 mgd
N = 1,2Q0,5
= 1,2(5,71)0,5
= 3 buah
Qf = Q/N
= 0,25/3
= 0,083 m3/dtk
Af = Qf/v
= 0,083/(2,22 x 10-3)
= 37,39 m2
Af =pxl
37,39 = 2l2
l = 4,32 m = 4,3 m
p = 8,65 m = 8,7 m
sehingga Af menjadi:
Af =pxl
= 4,3 x 8,7
= 37,41 m2
Media filter
Media filter terdiri dari media penyaring dan media penahan. Media penyaring
yang digunakan adalah antrasit dan pasir. Karakteristik antrasit dan pasir yang
Bera E Koef.
Faktor Poro Tebal
Materi t (d1 Keserag
bentuk sitas media
al jenis 0) aman
() (e) (L)
(s) (U)
Pasir
0,92 2,65 0,42 0,5 1,5 0,3
Antras
0,72 1,5 0,55 0,9 1,45 0,4
it
Perhitungan
Distribusi ukuran media diperoleh dengan mengeplotkan d10 dan d60 dari masing-
masing media pada kertas probabilitas dan menggambar garis lurus yang melalui
Distribusi ukuran media filter hasil pengeplotan pada gambar 5.3. selengkapnya
Persentil
d1 d2 da L
berasarkan berat
(mm) (mm) (mm) (mm)
media
Antrasit:
0,40
Pasir:
0,30
444 6
443 6
44, 6,
44
43
4, ,
46 6
36 6
26 &6
.6 )6
Persentil Media (%)
,6 ,6
)6 Pasir .6
Antrasit
&6 26
6 36
6 46
, 4,
43
44
6, 44,
6 443
6 444
6 6 6& 6) 6, 6. 63 &
(Droste, 1997)
edangkan media penahan yang digunakan adalah lapisan gravel dengan faktor
bentuk 0,98 (bulat) dan porositas 0,5. usunan media penahan adalah sebagai
berikut:
Lapis 3 9 16 12 150
Lapis 4 16 25 20 150
500
istem underdrain
Perhitungan
Orifice
1 2
`
4
1
*0,0127
2
4
1,27 10 4 2
.
0,075
1,27 10 4
590
8,4
2 a 42
0,2
4 a
`a
4*0,15 42
`a
`a 0,067
jika pipa yang digunakan adalah pipa dengan diameter 3 inch, maka:
1 2
a `a a
4
1
a *0,0762 42
2
4
a 0,19 2
1,5 a
1,5 0,19
0,285 2
4
`
4*0,285
`
` 0,6
/ a
a
590
/ a
42
/ a 14
= 0,25 m (memenuhi)
Pencucian filter (backwash) filter diawali dengan mengalirkan udara dari blower
Kebutuhan udara = v x Af
= 30 x 37,41
= 1122,3 m3/jam
= 18,7 m3/menit
Blower yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan udara adalah blower jenis
Roots blowers RH-125.RL-125. Dari tabel dan grafik antara debit udara (air
volume) dengan tekanan (static pressure), putaran dan daya blower dapat diketahui
tekanannya sebesar 3000 mmAq (29,4 kPa), putarannya 1400 rpm dan daya
blower sebesar 11,7 kW. Diameter pipa blower sebesar 125 mm (5 inch). Gambar
Udara dari blower dialirkan secara merata di bak filter melalui sistem underdrain.
etelah air scouring dengan udara dari blower, pencucian filter dilanjutkan dengan
Air bekas pencucian filter (backwash) ditampung dalam saluran gutter menuju
Perhitungan
Gutter
*6,94 10 3 *37,41
0,26 3 / m
jika dibuat dua buah gutter dengan pelimpah berupa V-notch pada kedua sisinya,
u
u
2
u 0,133 /
panjang = 8,7 m
lebar = 0,5 m
3 2
2
5
1,5 10 3
*0,6 *2 9,81 2 2 tan 45
1
2
3
0,045
qg = Qg/b
= 0,13/0,5
= 0,26
2*0,13
2
0,192 M
*9,81 *0,5 2 *0,19
0,33
Maka ketinggian saluran pelimpah total (H),
H = Hgutter + Hv-notch
= 0,33 + 0,05
= 0,38 m
Ketinggian gutter dibuat 0,4 m
Jadi, dimensi gutter:
Panjang = 8,7 m
Lebar = 0,5 m
Tinggi = 0,4 m
Gullet
panjang = 4,3 m
lebar = 0,5 m
qgl = Qb/b
= 0,26/0,5
= 0,52
Kedalaman kritis/kedalaman pada jarak L meter (yc),
2
^ a
3
0,522
3
9,81
0,3
Kedalaman air awal pada gullet (Ho),
2
2 2u
M
2
2*0,26
2
0,32 M
*9,81 *0,5 2 *0,3
0,52
Panjang = 4,3 m
Lebar = 0,5 m
Tinggi = 0,52 + fb
= 0,7 m
Perpipaan
Perpipaan terdiri dari pipa inlet, pipa outlet, pipa air backwash (wash line), dan
pipa drain.
Perhitungan
Inlet
u
0,083
1
0,083 2
4
`
4*0,083
`
` 0,325
1 2
`
4
1
*0,3
2
4
0,07 2
u
0,083
0,07
1, 2 /
Outlet
u
0,083
1
0,083 2
4
`
4*0,083
`
` 0,325
1 2
`
4
1
*0,3
2
4
0,07 2
u
0,083
0,07
1, 2 /
Wash line
u
0,26
3
0,087 2
4
`
4*0,087
`
` 0,33
Jika digunakan pipa dengan diameter 12 inch (0,3 m), maka luas penampang pipa
(Aw),
1 2
`
4
1
*0,3
2
4
0,07 2
u
0, 26
0,07
3,7 /
Drain
u
0, 26
1,5
0,173 2
4 m
`m
4*0,173
`m
`m 0,47
Jika digunakan pipa dengan diameter 18 inch (0,457 m), maka luas penampang
pipa (Ad),
1 2
m `m
4
1
m *0,457
2
4
m 0,16 2
u
0, 26
0,16
1,6 /
Kehilangan tekanan pada media penyaring pada saat pengoperasian filter dihitung
2
1
3 !
w
1
150 M
je
w
je
u
1 2
3 w !
1 0,55 *2,22 10 3
2
3
*0,4 *28,81 10 3
0,55 *0,72 *9,81
0,022
1 2
3 m
1 0,42 *2,22 10 3
2
3
*0,3 *87,50 10 3
0,42 *0,92 *9,81
0,112
M
0,022 M 0,112
0,134
Tabel 5.8. Perhitungan Kehilangan Tekanan Media Penyaring Pada aat Filtrasi
Persentil xi/di
di fi (xi/di)
berdasarkan Re fi (mm-
(mm) (mm-1)
berat media 1)
Antrasit:
28,81
Pasir:
87,50
Tabel 5.9. Perhitungan Kehilangan Tekanan Media Penyangga Pada aat Filtrasi
1,020
2
1
3 !
w
1 0,5 ( 2,22 10 3 ) 2
3
( 0,5)(1,020 103 )
0 ,5 ( 0,98 )(9,81 )
1,1 10 3
sedangkan headloss lateral dan manifold dapat diabaikan karena sangat kecil.
0,083
588
1, 41 10 4 3 / m
2
1 u
2
2
1 1,41 10 4
4
2(9,81) (0,6)(1,27 10 )
0,172
Kehilangan tekanan pada media penyaring pada saat backwash dihitung dengan
6 6
*1 * * 1 *1 *
6
* 1 *1 *
*1,5 1 *1 0,55 *0,4
0,090
* 1 *1 *
*2,65 1 *1 0,42 *0,3
0,287
Pada saat pencucian filter (backwash) media penyaring akan mengalami ekspansi.
1
4 2
* 1
3
4,5
0 , 22
1
*1
1 1
*1 !
1
*1 0,55 (0,4)(2,72)
0,49
*1 !
1
*1 0,42 (0,3)(2,69)
0,47
M
0,49 M 0,47
0,96
Persentil
berasarkan Di xi/(1-
Re Cd vs ee
berat (mm) ee)
media
Antrasit:
8,3.10-
40 60 1,23 2500 0,057 0,63 0,54
3
60 80 1,40 2181,8 0,065 0,61 0,51
9,6.10-
80 95 1,64 1846,2 0,076 0,59 0,49
3
0,011
0,013
2,72
Pasir:
3
20 40 0,61 5000 0,051 0,65 0,57
4,8.10-
40 60 0,71 4363,6 0,059 0,62 0,53
3
60 80 0,82 3750 0,069 0,60 0,50
5,5.10-
80 95 1,00 3076,9 0,084 0,58 0,48
3
6,4.10-
7,8.10-
2,69
mengalami ekspansi dan headloss yang terjadi dihitung dengan persamaan Carman
Kozeny.
2
1
3
m
1 0,5 (6,94 10 3 ) 2
3
(0,5)(0,47 10 3 )
0,5 (0,98)(9,81)
3
4,7 10
Backwash
d xi/di fi(xi/di)
usunan Re fi
(mm) (mm-1) (mm-1)
0,470
0, 26
588
4, 42 10 4 3 / m
2
1
2
2
1 4,42 10 4
4
2(9,81) (0,6)(1,27 10 )
1,72
Pompa backwash
Perhitungan
Q =vxA
= 25 x 37,4
= 935,25 m3/jam
= 0,26 m3/dtk
Q = 0,26/2
= 0,13 m3/dtk
Contoh perhitungan 2 :
Luas unit filtrasi (A) = 1 / 4` 1 / 4 (3) 7,065
2 2 2
2
3,93.10 3 / m
Underdrain
Kec. underdrain = 0,2 m/dtk
2
( 0, 2 ) 2
2 4,08.10 3
Persamaan 2.35, 2 2.9,81
Kehilangan tekan total adalah = 0,87 m + 4,08.10-3 m
= 0,874.10-3 m J(tidak memenuhi)
Back wash :
Kecepatan backwash (Vbw) (Persamaan 2.36)
= 6 Vf = 6 x 3,93.10-3 = 0,02358 m/dtk 0,024 m/dtk
= 86,4 m/jam J(tidak memenuhi)
Porositas sebelum terekspansi (Po) (Persamaan 2.37)
1 1 1
4,5
3, 6 3
2,95 1
1
3, 6 ` 2
*1,306 10 *
1 1 1
6 3
1000 3,6 3,93.104, 5 3
2,95 0,36
*9,81 3,6
1
2650 1000 8,5 10 4 * 1
2
2,95 1
1
3, 6 ` 2
2,95
*1,306 10
6
1000
1
3, 6
4,5
*0,024 3
0,65
1 1
*9,81 3,6
1
2650 1000
1
8,5 10 4 2 *
Persentase ekspansi (Persamaan 2.39)
0,65 0,36
100 100 82,86
1
1 0,65
Tinggi ekspansi (Persamaan 2.40)
100
1
82,86
1
1,83 ...( )
Volume backwash
Waktu pencucian filter (backwash) 15 menit
Kecepatan pencucian = 0,024 m/dtk
Volume backwash = Q x t = 0,027 m3/dtk x 15 menit x 60 dtk/menit
= 24,3 m3
BAB VI
DEINFEKI
6.1. Umum
Air yang telah disaring di unit filtrasi pada prinsipnya sudah memenuhi standar
Desinfeksi yang umum digunakan adalah dengan cara klorinasi, walaupun ada
beberapa cara lain seperti dengan ozon dan ultra violet (UV) yang jarang
klorin dapat dilakukan dengan cara gravitasi atau dengan pompa pembubuh.
(Darmasetiawan, 2001)
Konsentrasi desinfektan
Jumlah mikroorganisme
Temperatur air
PH
Adanya senyawa lain di dalam air
enyawa klor yang sering digunakan sebagai desinfektan adalah hipoclorit dari
kalsium dsn natrium, kloroamin, klor dioksida, dan senyawa komplek dari klor.
Tabel 6.1. enyawa Desinfektan Klor
enyawa Mol equivalen Persen berat
klor klor
Cl2 Cl2 100
CaClOCl Cl2 56
Ca(OCl)2 2Cl2 99.2
NH2Cl Cl2 138
NHCl2 2Cl2 165
HOCl Cl2 135.4
NaOCl Cl2 95.4
enyawa klor dalam air akan bereaksi dengan senyawa organik maupun anorganik
tertentu membentuk senyawa baru. Beberapa bagian klor akan tersisa yang disebut
sisa klor. Pada mulanya sisa klor merupakan klor terikat, selanjutnya jika dosis
klor ditambah maka sisa klor terikat akan semakin besar, dan pada suatu ketika
tercapai kondisi break point chlorination. Penambahan dosis klor setelah titik ini
akan memberi sisa klor yang sebanding dengan penambahan klor.(Darmasetiawan,
Martin, 2001)
Keuntungan dicapainya break point yaitu :
enyawa ammonium teroksidir sempurna
Mematikan bakteri patogen secara sempurna
Mencegah pertumbuhan lumut
Proses klorinasi dapat terjadi sebagai berikut :
Penambahan klor pada air yang mengandung senyawa nitrogen akan membentuk
senyawa kloramine yang disebut klor terikat. Pembentukan klor terikat ini
bergantung pada pH, pada pH normal klor terikat (NCl3) tidak akan terbentuk
kecuali jika break point telah terlampaui.
NH3 + HOCl NH2Cl + H2O
NH2Cl + HOCl N HCl2 + H2O
NHCl2 + HOCl NCl2 + H2O
Pada air yang bebas senyawa organic akan terbentuk klor bebas yaitu asam
hipoklorus (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl), yang berfungsi dalam proses
desinfeksi.
Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl
HOCl H+ + OCl
Kondisi optimum untuk proses desinfeksi adalah jika hanya terdapat HOCl,
adanya OCl akan kurang menguntungkan. Kondisi optimum ini dapat tercapai
pada pH < 5.
Dosis klorin yang dibubuhkan harus cukup untuk menghasilkan sisa klor
minimum 0,2 mg/l di akhir distribusi. (Kep Menkes RI No: 907 / MENKE / K /
berkisar antara 1 5 mg/l dengan sisa klorin di reservoir 0,5 mg/l dan di distribusi
0,2 0,3 mg/l. Klorinasi dapat dilakukan dengan penambahan kaporit sebagai
(Droste, 1997)
Contoh Perhitungan :
Perencanaan
Desinfeksi dengan kaporit Ca(OCl)2
Kadar chlor dalam kaporit = 60 %
kaporit = 0,86 kg/L
Konsentrasi larutan =5%
Perhitungan
Dosis chlor = DPC + sisa chlor = 1,5 + 0,5 = 2,0 mg/L
Kebutuhan kaporit
100
m
125 / m 2,0 /
60
416,67 / m 36
/
36
u
41,86 /
Debit kaporit :
0,86
95
41,86 / 795,34 /
Debit pelarut : 5
Debit larutan kaporit
ua u
M u 41,86 M 795,34 837 ,2 /
837 ,2 /
ua 279,07 / 8 | 34,88 / | 581,33 /
3
a /
Kehilangan Tekan
Direncanakan panjang pipa, Pp 1m dengan diameter, Dp = 1 inchi
Qpipa = 581,33 cc/menit
9,69 106
0,019 / m
1 *0,0254 2
4
Kehilangan tekan dalam pipa
1 1
u 0,54
9,69106 0,54
2,63
2,63
1
0,2785 ` 0,2785120*0,0254
0,86
Kehilangan tekan pada pipa inlet, valve, dan outlet
2
a
2
2
a a
2
2
a a
2
2
* M 2 M
M
2
*1 M 2 0,25 M 1
*0,0083 2 M 0,86 0,86
2 9,81
Perhitungan pH
Dosis chlor yang digunakan 2,0 mg/L dengan kadar chlor dalam kaporit 60 %. Kaporit
yang ditambahkan :
100
2 ,0 g R 3, 33 g R 2 , 33 10 5 ol R
60
u 0,5
1' 1 log
1 M 1, 4 u 0 , 5
' 7 ,58 10 9
2sis
ru log '
3ru
2 ,05
ru log 7 , 58 10 9 8,3
2 ,843
pH baru setelah proses desinfeksi masih masuk dalam range 7,5 8,5 yang diijinkan
untuk air minum, sehingga tidak perlu melakukan proses netralisasi pH.