You are on page 1of 9

PENGERTIAN GEOMORFOLOGI

Ditinjau dari asal bahasa, geomorfologi terdiri dari tiga kata, yaitu geos,

morphos, dan logos. Geos berarti bumi, morphos berarti bentuk, dan logos berarti

ilmu. Sehingga geomorfologi dimengerti sebagai ilmu yang mempelajari bentuk

permukaan bumi.

Geomorfologi adalah bidang ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi

(morfologi (morphology) / bentuklahan (landform) / bentang-alam)

PROSES GEOMORFOLOGI

Proses Geomorfologi adalah semua peristiwa baik secara alami maupun non

alami yang berperanan dalam merubah bentang-alam yang sudah lebih dahulu

terbentuk atau menghasilkan bentang-alam baru.tidak ada ketentuan mengenai waktu,

baik kapan saat dan rentang waktu berlangsungnya peristiwa tersebut.

Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun

kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda

alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin.

Keduanya merupakan ad penyebab yang dibantu dengan adanya gaya berat, dan

keseluruhannya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap

permukaan muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga

asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai

lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal

luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai
pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk

permukaan muka bumi ini.

Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M.

Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi

(morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses,

dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang

diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi.

Gambar 1. Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat


struktur geologi pada batuan dasarnya

Dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme,

uniformiaterianisme, dan evolusi.


Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala

morfologi terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.

Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan

morfologi cukup berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu

membentuk bentuk-bentuk yang sekarang, bahkan banyak perubahan-

perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa sekarang, dan

seterusnya (James Hutton dan John Playfair, 1802).

Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan

perlahan-lahan membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.

a. Proses Endogenik (endogenic process) Inti dalam bumi yang mempunyai

temperatur tidak kurang dari 8.000 C secara hipotetik diyakini sebagai sumber dari

proses asal dalam bumi ini. Bloom (1978) menyebutkan proses ini sebagai proses

membangun (constructional process). Disebutkan seperti itu, dikarenakan hasil dari

proses tersebut adalah bentang-alam baru yang sebelumnya tidak ada.

1. Tektonik

Pada skala dunia/global, pancaran panas dari inti bumi menimbulkan aliran panas

geotermal (geothermal heat flow), dan konveksi pada lapisan mantel bumi /

convection in the mantle (Selby, 1985). Arah gerakan aliran panas geotermal vertikal

dari inti bumi menuju kerak bumi, menimbulkan amblesan tektonik (tectonic

subsidence) dan pengangkatan tektonik (tectonic uplift), dan seismik. Gerak


konveksi, aliran energi panasnya berputar, menimbulkan gerak-gerak lempeng (plate

movement).

Ditinjau dari pandangan skala lokal maupun regional, disebabkan oleh proses

tektonik akan terjadi epirogenesa, dihasilkan pembentukan bentangalam struktural

jenis pegunungan blok (blocked faulted mountain). Gerak lempeng menimbulkan

orogenesa, menghasilkan bentang-alam struktural jenis pegunungan lipatan (folded

mountain). Kompleksitas proses tektonik sebagai penyebab seringnya temuan

pembentukan bentang-alam struktural cenderung kompleks.

2. Volkanisme

Volkanisme / Kegunungapian dalam pandangan global terbentuk oleh salah

satu dari dua cara, yaitu akibat pemekaran lantai samudra (sea floor spreading) dari

kerak samudra (oceanic crust), atau akibat tumbukan dua lempeng (subduction) dari

lempeng samudra dengan lempeng benua (continental crust). Wilayah

gunungapi/volkan hasil pemekaran yang sangat terkenal adalah Kepulauan Hawai.

Sebaran gunungapi aktif di sekeliling Samudra Pasifik mencapai >60 % dari total di

dunia.

b. Proses Eksogenik (exogenic process)

Sumber utama proses asal luar bumi berasal dari radiasi matahari (solar

radiation). Radiasi matahari dipantulkan kembali oleh atmosfer ke ruang angkasa

sebanyak 31 %, diserap oleh atmosfer 20 %, dan diserap oleh permukaan bumi 49 %


(Slaymaker, and Spencer, 1998). Pancaran radiasi matahari pada permukaan bumi

menghasilkan enerji yang berputar dan atraksi vertikal (Gambar 2.1b, Selby, 1985).

Dari kedua-duanya berkembang berbagai proses eksogenik. Proses ini tidak akan

pernah membentuk bentangalam baru tanpa merusak yang sudah ada sebelumnya,

dengan alasan itu Bloom (1978) menamakannya sebagai proses yang merusak

(destructional process)

Degradasi

Proses eksogenik apabila terjadi normal, diawali dengan degradasi di suatu

tempat, dan diakhiri dengan agradasi di tempat lain. Degradasi pada morfologi

dicirikan oleh penurunan elevasi akibat pelapukan, erosi, gerakan tanah, atau

transportasi bahan hasil pelapukan & erosi maupun gerakan tanah. Hasil akhir dari

transportasi adalah agradasi di tempat lain.

- Pelapukan

Pelapukan batuan diindikasikan oleh perubahan pada batuan asal. Empat

faktor berpengaruh dalam proses pelapukan, yaitu 1) sifat batuan, 2) iklim, 3)

topografi, dan 4) vegetasi. Secara ringkas dicontohkan, samasama batuan sedimen,

dengan komposisi dominan mineral kuarsa lebih sukar lapuk dibandingkan dengan

batulanau. Batuan yang sama akan lebih cepat mengalami pelapukan di daerah

beriklim hujan tropik dibandingkan dengan di daerah sub-tropik. Bentang-alam

berelief memberi peluang pelapukan lebih intensif dibandingkan dengan bentang-

alam kurang berelief. Kelebatan vegetasi mempercepat proses pelapukan. Perubahan

tersebut dapat bersifat mekanikfisik yang dikenal sebagai pelapukan fisik /


disintegrasi, dan perubahan kimia atau disebut pelapukan kimia / dekomposisi.

Notohadiprawiro (2000) menambahkan satu jenis pelapukan lagi yaitu pelapukan

biologi. Pelapukan terjadi pada bagian/zone litosfer yang tersingkap, kemudian

mengalami interaksi dengan proses eksogenik yang kemudian berlangsung, dan zone

ini disebut sebagai zone pelapukan (zone of weathering).

- Erosi & transportasi

Ketika batuan mengalami pelapukan, secara hakiki bahan tersebut berpeluang

terjadi erosi. kecuraman lereng bentang-alam, dan atau penambahan kandungan air

dalam batuan. Kedua penambahan tadi akan mengurangi angka sudut geser dalam

batuan. Ketika erosi berlangsung, yaitu pemisahan batuan dari induknya (massa

asal) segera diikuti oleh proses transportasi ke tempat lain yang secara elevasi lebih

rendah posisinya. Sebagai agen erosi & transportasi secara alam dilakukan oleh aliran

air, gelombang & arus laut, angin, gletser, dan organisme. Selain itu, meskipun relatif

tidak begitu intensif, aktifitas manusia merupakan agen juga.

- Gerakan tanah

Gerakan tanah mempunyai kesamaan dengan proses erosi & transportasi

yaitu adanya proses pelepasan dan pemindahan batuan dari induknya. Pembeda

antara dua proses tersebut yaitu pada gerakan tanah memerlukan waktu relatif

singkat, dan cakupan luasan daerah yang mengalami relatif sempit. Proses gerakan

tanah terjadi oleh kondisi penyebab yang bersifat pasiv, dan pengaktifan (Sharpe,
1938, dalam Thornbury, 1969). Peluang tersebut akan bertambah besar, apabila hadir

pemicunya, antara lain penambahan.

Agradasi

Apabila erosi & transportasi purna, maka di tempat baru terjadi pengendapan

atau membentuk agradasi dan dihasilkan endapan yang relatif menghasilkan elevasi

yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dikarenakan gerakan bahan pada proses ini

bersifat gravitasional, maka dapat terjadi di mana saja, asal elevasinya lebih rendah

dibanding dengan elevasi lokasi terdegradasi. Lokasi pengendapan merupakan tempat

di mana sudah tidak lagi berlangsung proses erosi, dan disebut sebagai aras erosi

(base level of erosion). Hasil agradasi yang dekat dengan sumber bahkan di kaki

lerengnya, disebut talus (scree). Agradasi terjauh berlangsung di dasar laut pada

berbagai kedalaman.

Aktifitas Organisme

Seperti telah dituliskan dalam pembahasan pelapukan biologi,

tumbuhtumbuhan turut andil dalam proses geomorfologi, utamanya berperanan dalam

proses pelapukan fisik maupun kimia.Hewan juga dapat sebagai agen proses

geomorfologi, seperti halnya tumbuh-tumbuhan. Aktifitas dua agen tersebut

mencakup luasan yang sempit, sehingga tidak segera tampak oleh pandangan mata

dalam waktu yang singkat.

Manusia di antara aktivitasnya tidak tertutup kemungkinan sebagai agen

proses geomorfologi. Dengan mengandalkan ukuran jasad dan karunia akal pikiran,

dampak degradasi bentang-alam lebih luas dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh
hewan atau tumbuh-tumbuhan. Walaupun demikian dalam pandangan geomorfologi

dampak tersebut kurang signifikan.

c. Luar Angkasa

Jatuhan meteor merupakan proses geomorfologi dari luar angkasa yang paling

umum terjadi pada permukaan bumi. Ukuran meteor yang jatuh bervariasi, dan kalau

terlalu kecil tidak akan sampai membentuk bentang-alam yang nyata. Di Indonesia,

salah satu lokasi temuan meteor jatuh dalam ukuran kecil (tektit / tectite) yaitu di

Sangiran. Thornbury (1969) mencatat ada dua lokasi jatuhan meteor yang sampai

membentuk bentang-alam depresi/cekungan rendahan dengan radius ratusan meter.

Dua lokasi dimaksud adalah di Siberia (Rusia), dan Arizona (USA). Selanjutnya

dikabarkan bahwa di Arizona dihasilkan kenampakan mirip kawah gunungapi

(pseudo volcanic).

Kondisi seperti diuraikan di atas memberi makna bahwa proses jatuhan meteor dari

luar angkasa (extraterestrial process) ditinjau dari pandangan geomorfologi makro

atau global hal itu kurang signifikan memberi kontribusi dalam dinamika bentang-

alam.

You might also like