You are on page 1of 36

PERCOBAAN II

Judul : Titrasi Potensiometri Asam Amino


Tujuan : Untuk mempelajari reaksi-reaksi asam amino dengan ion-ion
hidrogen
Hari/ Tanggal : Rabu / 16 Maret 2011
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus NH2 pada
atom karbon dari posisi gugus COOH.
Rumus umum untuk asam amino : Rumus ion dipolar asam amino :

Gambar 1. Struktur Asam Amino


Asam amino larut dalam air dan pelarut polar lainnya, tetapi tidak larut
dalam pelarut nonpolar seperti dietileter atau benzena. Asam amino mempunyai
momen dipol yang besar. Asam amino biasa merupakan senyawa yang agak
sederhana, dan sintesis campuran rasemik kemudian dapat dipisahkan untuk
menghasilkan asam amino enantiomer murni.
Semua asam amino adalah amfoter yaitu mempunyai paling sedikit satu
gugus karboksilat dan satu gugus amino. Gugsan-gugusan yang mudah mengion
pada asam-asam amino yang dapat dijumpai selain gugusan karboksilat dan
gugusan amino adalah gugusan p-hidroksifenil, sulfidril, gusnine, dan imidazol.
Dalam eksperimen ini akan dipelajari reaksi-reaksi asam-asam amino dengan ion-
ion hidrogen.
Asam-asam amino yang terdapat dalam protein adalah asam -
aminokarboksilat. Asam amino yang tersederhana adalah asam aminoasetat yang
disebut glisina, yang tidak memiliki rantai samping dan karena itu tidak
mengandung satu karbon kiral. Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawa
organik. Asam amino larut dalam air dan pelarut polar lainnya, tetapi tidak larut
dalam pelarut nonpolar seperti dietileter atau benzena. Asam amino mempunyai
momen dipol yang besar dan ia juga kurang bersifat asam dibandingkan sebagian
besar asam karboksilat dan kurang basa dibandingkan sebagian besar amina sebab
asam amino mempunyai gugus karboksilat yang bersifat asam dan satu gugus
amino yang bersifat basa.
Suatu asam amino mengalami reaksi asam basa internal yang
menghasilkan suatu ion dipolar yang disebut Zwitterion. Karena terjadinya
muatan ion, suatu asam amino mempunyai banyak sifat garam. pKa asam amino
bukan berasal dari gugus CO2H, melainkan dari gugus NH3+ dan pKb bukan dari
gugus amino yang bersifat basa, melainkan dari gugus CO2- yang bersifat basa
sangat lemah.
Asam amino yang lazim terdapat dalam protein antara lain alanin, glisin,
lisin, asam aspartat, arginin, asparagin, sistein, asam glutamat, glutamin, histidin,
isoleusin, leusin, metionina, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin
dan valin.
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisikokimia yang
menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator.
Besarnya potensial elektroda indikator ini bergantung pada kepekatan ion-ion
tertentu dalam larutan. Elektroda indikator untuk pengukuran potensiometri terdiri
atas dua jenis, yaitu elektroda indikator logam dan elektroda indikator selaput.
Elektroda indikator selaput disebut juga sebagai elektroda selektif-ion atau
elektroda khas-ion.

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan:
1) pH meter 1 buah
2) Pipet tetes 4 buah
3) Gelas ukur 10 mL 1 buah
4) Gelas kimia 200 mL 2 buah
5) Neraca analitik 1 buah
6) Batang pengaduk 2 buah

2.2 Bahan yang digunakan:


1) Alanin
2) Glisin
3) NaOH 2 N
4) H2SO4 2 N
5) Akuades

III. PROSEDUR KERJA


A. Alanin
1. Menitrasi akuades dengan H2SO4 2 N hingga pH 1,2 sebagai blanko.
2. Menitrasi larutan alanin dengan H2SO4 2 N hingga 1,2.
3. Menitrasi alanin dengan NaOH 2 N hingga pH 12.
4. Mencatat tiap penambahan dan perubahan pH yang terjadi.
B. Glisin
1. Menitrasi akuades dengan NaOH 2 N hingga pH 12 sebagai blanko.
2. Menitrasi glisin dengan NaOH 2 N hingga pH 12.
3. Menitrasi glisin dengan H2SO4 2 N hingga 1,2.
4. Mencatat tiap penambahan dan perubahan pH yang terjadi.

IV. HASIL PENGAMATAN


4.1 Titrasi Akuades (blanko) dengan H2SO4 2 N.
H2SO4 (tetes) pH
Awal 6,7
5 2
10 1,8
16 1,7
21 1,6
31 1,5
41 1,4
58 1,3
59 1,3

4.2 Titrasi Akuades (blanko) dengan NaOH 2 N.


NaOH 2 N (tetes) pH
0 7,7
3 13,2

4.3 Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N.


H2SO4 (tetes) pH
Awal 5,6
5 2,5
10 2,4
15 2
20 1,9
25 1,8
35 1,7
45 1,6
55 1,5
75 1,4
92 1,3
93 1,2

4.4 Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N.


NaOH pH
Awal 7,6
2 9,9
3 10,1
4 10,2
5 10,3
6 10,4
8 10,5
10 10,6
12 10,8
14 10,9
16 11,0
18 11,1
21 11,2
23 11,3
26 11,4
28 11,5

4.5 Titrasi Glisin dengan H2SO4 2 N.


H2SO4
pH
(tetes)
Awal 5,3
5 2,4
10 2,1
15 1,9
20 1,8
30 1,7
40 1,6
55 1,5
65 1,4
84 1,3
85 1,2
4.6 Titrasi Glisin dengan NaOH 2 N.
NaOH pH
Awal 7,4
1 9,3
2 9,5
3 9,8
4 10,0
5 10,1
6 10,3
8 10,4
10 10,5
12 10,7
14 10,8
16 10,9
19 11,0
21 11,1
23 11,2
26 11,3
30 11,5
33 11,6
35 11,7
37 11,8
39 12,0

V. ANALISIS DATA
5.1 Titrasi Alanin
Alanin dilarutkan dalam akuades, maka alanin akan melarut dalam air
dengan membentuk ion amfoter atau zwitter ion atau ion dipolar, dengan
strukturnya :
Gambar 2. Struktur Zwitter Ion Alanin
Zwitter ion pada alanin terbentuk karena alanin memiliki gugus karboksilat
(-COOH) dan gugus amina (-NH2), yang apabila dalam larutan dapat membentuk
ion karboksilat (-COO-) dan ion amonium (-NH3+) dalam sebuah molekul alanin
dengan melepaskan proton dari masing-masing gugus. Karenanya alanin bersifat
amfoter, yakni dapat bereaksi dengan asam ataupun dengan basa. Adapun pH awal
larutan alanin sebelum dititrasi yakni 5,6 yang menunjukkan sifat larutan asam.
Titrasi berakhir pada pH = 1,2 , yaitu semua alanin dalam bentuk positif sebagai
kation dan bersifat asam.
Ketika larutan alanin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk
suatu kation, sedangkan ketika larutan alanin dititrasi dengan NaOH maka dapat
menghasilkan suatu anion, dengan persamaan reaksi seperti berikut ini :
Alanin dalam asam :

Alanin dalam basa :

Gambar 3. Reaksi Asam-Basa Alanin


Penambahan H2SO4 pada larutan alanin akan mengakibatkan konsentrasi ion
H+ yang tinggi sehingga mampu berikatan dengan ion COO -, dan terbentuk
gugus COOH dan dengan demikian alanin terdapat dalam bentuk kationnya.
Sedangkan alanin yang ditambahkan dengan basa, NaOH, maka alanin akan
terdapat dalam bentuk anionnya karena ion OH- yang tinggi mampu mengikat ion-
ion H+ yang terdapat pada gugus NH3+, membentuk gugus NH2 dan H2O.
Asam amino alanin yang tergolong asam amino netral tidak bersifat betul-
betul netral melainkan bersifat agak asam karena keasaman gugus NH 3+ lebih
kuat daripada kebasaan gugus COO-. Akibat perbedaan dalam keasaman dan
kebasaan ini adalah bahwa larutan berair alanin mengandung lebih banyak anion
asam amino daripada kation. Dikatakan bahwa alanin mengemban muatan negatif
netto dalam larutan berair. Berikut ini gambar alanin mengemban muatan negatif
netto pada pH 7 :

Gambar 4. Alanin pada pH 7


Penambahan asam pada larutan ini, akan memperbesar jumlah H3O+
sehingga sebagai akibatnya adalah bergesernya kesetimbangan ke arah kiri. Pada
pH tertentu, alanin tidak mengemban muatan ion netto yang didefinisikan sebagai
titik isolistrik. Dari literatur, titik isolistrik alanin adalah pada pH 6, dapat dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 5. Alanin tidak mengemban muatan netto pada pH 6


Ketika zwiter ion ini dititrasi dengan basa (NaOH) maka menyebabkan
larutan kelebihan ion OH-. Hal ini menyebabkan ion OH- dan basa menangkap
unsur H dari gugus amina alanin, sehingga menyebabkan terbentuknya anion dan
air.
CH3CHCO2-+ OH- CH3CHCO2- + H2O
+
NH3 NH2
Pada awal titrasi, zwiter ion alanin akan kehilangan proton dari gugus
aminanya.
CH3CHCO2 - CH3CHCO2-
+
NH3 NH2
Dapat dilihat bahwa dalam suasana asam (pH rendah) ion dipol alanin
mengikat ion H+ membentuk kation alanin sehingga ion amfoter alanin bersifat
basa sedangkan dalam suasana basa (pH tinggi) mengikat OH- menghasilkan
anion dan ion dipol alanin bersifat asam.
Titik isolistrik dapat juga ditetapkan dengan titrasi. Dari hasil perhitungan
didapatkan harga isoelektrik untik alanin adalah 6,925, hasil perhitungan pada
percobaan ini hanya sedikit berbeda dengan nilai isoelektrik menurut di literatur
yaitu 6,00. Perbedaannya tidak terlalu jauh, yaitu hanya selisih 0,925.
Pada titrasi alanin dengan H2SO4 2N, kurva antara pH Vs volume (tetes)
pada hasil percobaan, volume koreksi ataupun volume mili ekivalen memberikan
bentuk kurva yang hampir sama. Begitu juga dengan titrasi alanin dengan NaOH
2N.

5.2 Titrasi Glisin


Pada percobaan ini glisin dilarutkan dalam akuades, sehingga glisin akan
melarut dalam air dengan membentuk ion amfoter atau zwitter ion atau ion
dipolar, dengan strukturnya :

Gambar 6. Struktur Zwitter Ion Glisin


Glisin bersifat amfoter, yakni dapat bereaksi dengan asam ataupun dengan
basa. pH awal glisin sebelum dititrasi oleh asam sulfat yakni 5,3 sedangkan pH
awal glisin sebelum dititrasi oleh NaOH yakni 7,4 . Hal ini mungkin dapat terjadi
akibat zat yang diukur pHnya di dalamnya terkandung zat lain, sedangkan
elektrode itu merupakan alat yang sangat sensitif sehingga terbaca oleh
potensiometer harga pHnya menjadi berbeda.
Ketika larutan glisin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk
suatu kation, sedangkan ketika larutan glisin dititrasi dengan NaOH maka dapat
menghasilkan suatu anion, dengan persamaan reaksi seperti berikut ini :
Glisin dalam asam :

Glisin dalam basa :

Gambar 7. Reaksi Asam-Basa Glisin


Larutan glisin yang dititrasi dengan H2SO4 akan mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi ion H+ sehingga dapat berikatan dengan ion COO -
membentuk gugus COOH sehingga glisin terdapat dalam bentuk kationnya.
Titrasi berakhir pada pH = 1,2, yaitu semua glisin dalam bentuk positif sebagai
kation dan bersifat asam.
Sedangkan glisin yang ditambahkan dengan NaOH, akibatnya glisin akan
terdapat dalam bentuk anionnya karena konsentrasi ion OH - yang tinggi mampu
mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus NH3+, membentuk gugus NH2 dan
H2O. Titrasi sempurna terjadi pada pH = 12. pada saat ini sebagian besar glisin
berbentuk anion, sehingga larutan bersifat basa.
Titik isolistrik dapat ditetapkan dengan titrasi. Titrasi kation dari glisin,
N3H+CH2CO2H dengan basa, ketika basa ditambahkan, ion yang terprotonkan
sempurna diubah menjadi ion dipolar yang netral, H3N+-CH2CO2-. Dari literaratur
diketahui tetapan isoelektriknya adalah 6,06. Sedangkan harga titik isoelektrik
hasil percobaan dari hasil perhitungan didapatkan sebesar 6, 875. Jadi, hasil
perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur tidak terlalu
jauh berbeda (6,06), hanya selisih 0,815.
Pada titrasi glisin dengan H2SO4 2N, kurva antara pH Vs volume (tetes)
pada hasil percobaan, volume koreksi ataupun volume mili ekivalen memberikan
bentuk kurva yang hampir sama. Begitu juga dengan titrasi alanin dengan NaOH
2N.
Bila dibandingkan antara titrasi dengan H2SO4 dan NaOH, maka titrasi
dengan NaOH lebih cepat dalam memberikan perubahan pH sehingga jumlah
tetesan NaOH yang diperlukan lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh ion OH-
yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus NH3+,
membentuk gugus NH2 dan H2O.

VI. KESIMPULAN
1) Asam amino di dalam air akan membentuk ion dipol atau zwitter ion
atau ion amfoter dimana gugus karboksilat dan gugus amina akan
kehilangan satu protonnya sehingga membentuk ion karboksilat dan ion
amonium.
2) Larutan alanin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk suatu
kation, sedangkan ketika larutan alanin dititrasi dengan NaOH maka
dapat menghasilkan suatu anion.
3) larutan glisin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk suatu
kation, sedangkan ketika larutan glisin dititrasi dengan NaOH maka
dapat menghasilkan suatu anion.
4) Hasil perhitungan harga titik isolistrik alanine adalah 6,925 sedangkan
besarnya titik isoelektrik alanine menurut literature adalah 6,00.
5) Hasil perhitungan harga titik isolistrik Glisin dalam percobaan ini adalah
6,875. Namun jika melihat pada literature, besarnya titik isoelektrik
Glisin adalah 6,06.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi
Wahyuningsih. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta :
Depdikbud.

Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996.


Kimia Organik II. Jakarta : Depdikbud.

Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:


UI-Press.

Syahmani dan Sudarsih. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Banjarmasin : FKIP


UNLAM. (Tidak dipublikasikan).
LAMPIRAN I

Perhitungan
1. Titrasi 0,4 g alanin + 40 mL akuades dengan H2SO4 2 N. pH awal larutan 5,6
Volum koreksi (volume H2SO4 yang diperlukan oleh alanin berdasarkan teori)
V titrasi alanin = 93 tetes
V blanko = 58 tetes

(93 58) x 5 (93 58) x 65


V koreksi1 1,882 V koreksi13 24,462
93 93
(93 58) x 70
V koreksi14 26,344
(93 58) x 10 93
V koreksi 2 3,763
93
(93 58) x 75
V koreksi15 28,225
(93 58) x 15 93
V koreksi 3 5,645
93
(93 58) x 80
V koreksi16 30,107
(93 58) x 20 93
V koreksi 4 7,526
93
(93 58) x 85
V koreksi17 31,989
(93 58) x 25 93
V koreksi 5 9,408
93
(93 58) x 86
V koreksi18 32,365
(93 58) x 30 93
V koreksi 6 11,290
93
(93 58) x 87
V koreksi19 32,742
(93 58) x 35 93
V koreksi 7 13,172
93
(93 58) x 88
V koreksi 20 33,118
(93 58) x 40 93
V koreksi 8 15,053
93
(93 58) x 89
V koreksi 21 33,495
(93 58) x 45 93
V koreksi 9 16,935
93
(93 58) x 90
V koreksi 22 33,870
(93 58) x 50 93
V koreksi10 18,817
93
(93 58) x 91
V koreksi 23 34,247
(93 58) x 55 93
V koreksi11 20,698
93
(93 58) x 92
V koreksi 24 34,623
(93 58) x 60 93
V koreksi12 22,580
93
(93 58) x 93
V koreksi 25 35
93

Volume mili ekivalen asam :


1,882 26,344
V1 0,941 V14 13,172
2 2
3,763 28,225
V2 1,8815 V15 14,1125
2 2
5,645 30,107
V3 2,8225 V16 15,0535
2 2
7,526 31,989
V4 3,763 V17 15,9945
2 2
9,408 32,35
V5 4,704 V18 16,1825
2 2
11,290 32,742
V6 5,645 V19 16,371
2 2
13,172 33,118
V7 6,586 V 20 16,559
2 2
15,053 33,495
V8 7,5265 V 21 16,7475
2 2
16,935 33,870
V9 8,4675 V 22 16,935
2 2
18,817 34,247
V10 9,4085 V 23 17,1235
2 2
20,698 34,623
V11 10,349 V 24 17,3115
2 2
22,580 35
V12 11,29 V 25 17,5
2 2
24,462
V13 12,231
2

Tabel 1. Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N


H2SO4 2 N Volum koreksi Volum mili
pH
(tetes) (tetes) ekivalen
0 5,6 0 0
5 2,5 1,882 0,941
10 2,2 3,763 1,8815
15 2 5,645 2,8225
20 1,9 7,526 3,763
25 1,8 9,408 4,704
30 1,7 11,290 5,645
35 1,7 13,172 6,586
40 1,6 15,053 7,5265
45 1,6 16,935 8,467
50 1,5 18,817 9,408
55 1,5 20,698 10,349
60 1,4 22,580 11,290
65 1,4 24,460 12,231
70 1,4 26,344 13,172
75 1,4 28,225 14,112
80 1,3 30,107 15,053
85 1,3 31,989 15,994
86 1,3 32,365 16,182
87 1,3 32,742 16,371
88 1,3 33,118 16,559
89 1,3 33,495 16,747
90 1,3 33,870 16,935
91 1,3 34,247 17,123
92 1,3 34,623 17,311
93 1,2 35 17,5

Grafik 1. Kurva Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N


Grafik 2. Kurva Titrasi Alanin dengan Volum Koreksi H2SO4 2 N

Grafik 3. Kurva Titrasi Alanin dengan Volum Mili Ekivalen H2SO4 2 N


2. Titrasi 0,4 g Glisisn + 40 mL akuades dengan NaOH 2 N. pH awal larutan
5,842
Volum koreksi (volume NaOH yang diperlukan oleh glisin berdasarkan teori)
V titrasi asam amino = 39 tetes
V blanko = 3 tetes

(39 3) x 1 (39 3) x 6
V koreksi1 0,923 V koreksi 6 5,538
39 39
(39 3) x 2 (39 3) x 8
V koreksi 2 1,846 V koreksi 7 7,384
39 39
(39 3) x 3 (39 3) x 10
V koreksi 3 2,769 V koreksi 8 9,230
39 39
(39 3) x 4 (39 3) x 12
V koreksi 4 3,692 V koreksi 9 11,077
39 39
(39 3) x 5 (39 3) x 14
V koreksi 5 4,615 V koreksi10 12,923
39 39
(39 3) x 16 (39 3) x 30
V koreksi11 14,769 V koreksi16 27,692
39 39
(39 3) x 19 (39 3) x 33
V koreksi12 17,538 V koreksi17 30,462
39 39
(39 3) x 21 (39 3) x 35
V koreksi13 19,384 V koreksi18 32,307
39 39
(39 3) x 23 (39 3) x 37
V koreksi14 21,230 V koreksi19 34,153
39 39
(39 3) x 26 (39 3) x 39
V koreksi15 24 V koreksi 20 36
39 39
Volume mili ekivalen asam
0,923
V1 0,923 , dan seterusnya
1
Tabel 2. Titrasi Glisin dengan NaOH 2 N
NaOH 2 N Volum koreksi Volum mili
pH
(tetes) (tetes) ekivalen
0 7,4 0 0
1 9,3 0,923 0,923
2 9,5 1,846 1,846
3 9,8 2,769 2,769
4 10 3,692 3,692
5 10,1 4,615 4,615
6 10,3 5,538 5,538
8 10,4 7,384 7,384
10 10,5 9,230 9,230
12 10,7 11,077 11,077
14 10,8 12,923 12,923
16 10,9 14,769 14,769
19 11 17,538 17,538
21 11,1 19,584 19,584
23 11,2 21,230 21,230
26 11,3 24 24
30 11,5 27,692 27,692
33 11,6 30,462 30,462
35 11,7 32,307 32,307
37 11,8 34,153 34,153
39 12,0 36 36
Grafik 4. Kurva Titrasi Glisisn dengan NaOH 2 N

Grafik 5. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Koreksi NaOH 2 N

Grafik 6. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Mili Ekivalen NaOH 2 N

3. Titrasi 0,4 g glisin + 40 mL akuades dengan H2SO4 2 N. pH awal larutan 5,3


Volum koreksi (volume H2SO4 yang diperlukan oleh Glisin berdasarkan teori)
V titrasi asam amino = 85 tetes
V blanko = 58 tetes
(85 58) x 5 (85 58) x 70
V koreksi1 1,58 V koreksi14 22,235
85 85
(85 58) x 10 (85 58) x 75
V koreksi 2 3,176 V koreksi15 23,823
85 85
(85 58) x 15 (85 58) x 76
V koreksi 3 4,764 V koreksi16 24,141
85 85
(85 58) x 20 (85 58) x 77
V koreksi 4 6,352 V koreksi17 24,458
85 85
(85 58) x 25 (85 58) x 78
V koreksi 5 7,941 V koreksi18 24,776
85 85
(85 58) x 30 (85 58) x 79
V koreksi 6 9,529 V koreksi19 25,094
85 85
(85 58) x 35 (85 58) x 80
V koreksi 7 11,117 V koreksi 20 25,411
85 85
(85 58) x 40 (85 58) x 81
V koreksi 8 12,705 V koreksi 21 25,729
85 85
(85 58) x 45 (85 58) x 82
V koreksi 9 14,294 V koreksi 22 26,047
85 85
(85 58) x 50 (85 58) x 83
V koreksi10 15,882 V koreksi 23 26,364
85 85
(85 58) x 55 (85 58) x 84
V koreksi11 17,470 V koreksi 24 26,682
85 85
(85 58) x 60 (85 58) x 85
V koreksi12 19,058 V koreksi 25 27
85 85
(85 58) x 65
V koreksi13 20,647
85
Volume mili ekivalen asam
1,580 6,352
V1 0,79 V4 3,176
2 2
3,176 7,941
V2 1,588 V5 3,971
2 2
4,764 9,529
V3 2,382 V6 4,764
2 2
11,117 24,458
V7 5,558 V17 12,229
2 2
12,705 24,776
V8 6,352 V18 12,388
2 2
14,294 25,094
V9 7,147 V19 12,547
2 2
15,882 25,411
V10 7,941 V 20 12,705
2 2
35 25,729
V11 8,735 V 21 12,864
2 2
19,058 26,047
V12 9,529 V 22 13,023
2 2
20,647 26,364
V13 10,323 V 23 13,182
2 2
22,235 26,682
V14 11,118 V 24 13,341
2 2
23,825 27
V15 11,912 V 25 13,5
2 2
24,141
V16 12,070
2
Tabel 3. Titrasi Glisin dengan H2SO4 2 N
Volum
H2SO4 2 N Volum mili
pH koreksi
(tetes) ekivalen
(tetes)
0 5,3 0 0
5 2,4 1,580 0,79
10 2,1 3,176 1,588
15 1,9 4,764 2,382
20 1,8 6,352 3,176
25 1,7 7,941 3,971
30 1,7 9,529 4,764
35 1,6 11,117 5,558
40 1,6 12,705 6,352
45 1,5 14,294 7,147
50 1,5 15,882 7,941
55 1,5 17,470 8,735
60 1,4 19,058 9,529
65 1,4 20,647 10,323
70 1,3 22,235 11,118
75 1,3 23,825 11,912
76 1,3 24,141 12,070
77 1,3 24,458 12,229
78 1,3 24,776 12,388
79 1,3 25,094 12,547
80 1,3 25,411 12,705
81 1,3 25,729 12,864
82 1,3 26,047 13,023
83 1,3 26,364 13,182
84 1,3 26,682 13,341
85 1,2 27 13,5

Grafik 7. Kurva Titrasi Glisin dengan H2SO4 2 N


Grafik 8. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Koreksi H2SO4 2 N

Grafik 9. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Mili Ekivalen H2SO4 2 N

4. Titrasi 0,4 g Alanin + 40 mL akuades dengan NaOH 2 N. pH awal larutan 8,12


Volum koreksi (volume NaOH yang diperlukan oleh Alanin berdasarkan teori)
V titrasi asam amino = 37 tetes
V blanko = 3 tetes

(37 3) x 2 (37 3) x 4
V koreksi1 1,837 V koreksi 3 3,6
37 37
(37 3) x 3 76
V koreksi 2
37 (37 3) x 5
V koreksi 4 4,59
2,756 37
4
(37 3) x 6 (37 3) x 23
V koreksi 5 5,513 V koreksi13 21,135
37 37
(37 3) x 8 (37 3) x 26
V koreksi 6 6,974 V koreksi14 23,891
37 37
(37 3) x 10 (37 3) x 28
V koreksi 7 9,189 V koreksi15 25,729
37 37
(37 3) x 12 (37 3) x 31
V koreksi 8 11,027 V koreksi16 28,486
37 37
(37 3) x 14 (37 3) x 34
V koreksi 9 12,864 V koreksi17 31,243
37 37
(37 3) x 16 (37 3) x 36
V koreksi10 14,703 V koreksi18 33,081
37 37
(37 3) x 18 (37 3) x 37
V koreksi11 16,540 V koreksi19 34
37 37
(37 3) x 21
V koreksi12 19,297
37

Volume mili ekivalen asam


1,837
V1 1,837 , dan seterusnya
1
Tabel 4. Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N
NaOH 2 N Volum koreksi Volum mili
pH
(tetes) (tetes) ekivalen
0 7,6 0 0
2 9,9 1,837 1,837
NaOH 2 N Volum koreksi Volum mili
pH
(tetes) (tetes) ekivalen
3 10,1 2,756 2,756
4 10,2 3,676 3,676
5 10,3 4,594 4,594
6 10,4 5,513 5,513
8 10,5 6,974 6,974
10 10,6 9,189 9,189
12 10,8 11,027 11,027
14 10,9 12,864 12,864
16 11,0 14,703 14,703
18 11,1 16,540 16,540
21 11,2 19,297 19,297
23 11,3 21,135 21,135
26 11,4 23,891 23,891
28 11,5 25,729 25,729
31 11,6 28,486 28,486
34 11,7 31,243 31,243
36 11,9 33,081 33,081
37 12,0 34 34

Grafik 10. Kurva Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N

Grafik 11. Kurva Titrasi Alanin dengan Volum Koreksi NaOH 2 N


Grafik 12. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Mili Ekivalen NaOH 2 N

Titrasi Aquades dengan H2SO4 2 N


H2SO4 (tetes) pH
Awal 6,7
5 2
10 1,8
16 1,7
21 1,6
31 1,5
41 1,4
58 1,3
59 1,3
Grafik 13. Kurva Titrasi Aquades dengan Volum H2SO4 2 N

Grafik Titrasi Aquades dengan NaOH 2 N


NaOH 2 N (tetes) pH
0 7,7
3 13,2

Grafik 14. Kurva Titrasi Aquades dengan Volum NaOH 2 N

5. Titik isolistrik untuk titrasi Alanin


Untuk titrasi alanin dengan asam sulfat :
Mr alanin = 89 g/mol
m alanin = 0,4 g
M H2SO4 = 2 N = 4 M
Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol
V H2SO4 pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol H2SO4 sama dengan
mol alanin,
mol H2SO4 = mol alanin
(M x V) H2SO4 = mol alanin
V H2SO4 = 0,0045 mol / 4 M = 0, 001125 L = 1, 125 mL
1,125 mL = 23 tetes
pH pada saat V = 23 tetes adalah 1,85
[alanin] = [H2SO4], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,85

Untuk titrasi alanin dengan NaOH:


Mr alanin = 89 g/mol
m alanin = 0,4 g
M NaOH = 2 N = 2 M
Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol
V NaOH pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol NaOH sama dengan
mol alanin,
mol NaOH = mol alanin
(M x V)NaOH = mol alanin
V NaOH = 0, 0045 mol / 2 M = 0, 00225 L = 2, 25 mL
2,25 mL = 45 tetes
pH pada saat V = 45 tetes adalah 12,0
[alanin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12,0
Jadi, titik isolistrik alanin :

pl = ( 1,85+ 12,0 ) / 2 = 6, 925


Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur
tidak terlalu jauh berbeda (6,00), hanya selisih 0,925.

6. Harga titik isolistrik untuk Glisin dari percobaan adalah :


Untuk titrasi glisin dengan H2SO4:
Mr glisin =75 g/mol
m glisin = 0,4 g
M H2SO4 = 2 M = 4 M

V H2SO4 pada saat titik ekivalen,


mol H2SO4 = mol glisin
(M x V) H2SO4 = mol glisin

1,3325 mL = 26,65 tetes = 27 tetes


pH pada saat V = 27 tetes adalah 1,75
[glisin] = [NaOH], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,75

Untuk titrasi glisin dengan NaOH:


Mr glisin =75 g/mol
m glisin = 0,4 g
M NaOH = 2 N = 2 M

V NaOH pada saat titik ekivalen,


mol NaOH = mol glisin
(M x V)NaOH = mol glisin

2,665 mL =53,3 tetes = 53 tetes


pH pada saat V = 53 tetes adalah 12
[glisin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12
Jadi, titik isolistrik glisin :

pl = ( 1,7 + 12,0 ) / 2 = 6, 875


Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur
tidak terlalu jauh berbeda (6,06), hanya selisih 0,815.
LAMPIRAN II

Tugas dan Pertanyaan


Pertanyaan :
1. Buatlah kurva titrasi asam amino yang diselidiki (pH vs mL H 2SO4 2 N dan
NaOH 2 N) yang telah dikoreksi!
2. Buatlah kurva titrasi asam amino yang diselidiki (pH vs mili ekivalen asam dan
alkali)!
3. Hitung titik-titik isoionik dari pada asam amino yang diselidiki lewat harga-
harga pKa yang diperoleh dan bandingkanlah ini dengan titik isoionik yang
diperoleh lewat harta pKa literatur!
Jawaban :
1. Kurva titrasi alanin dengan V H2SO4 2 N yang telah dikoreksi :

Kurva titrasi alanin dengan V NaOH 2 N yang telah dikoreksi :


Kurva titrasi glisin dengan V H2SO4 2 N yang telah dikoreksi :

Kurva titrasi glisin dengan V NaOH 2 N yang telah dikoreksi :

2. Kurva titrasi alanin dengan V mili ekivalen H2SO4 2 N :


Kurva titrasi alanin dengan V mili ekivalen NaOH 2 N :

Kurva titrasi glisin dengan V mili ekivalen H2SO4 2 N :

Kurva titrasi glisin dengan V mili ekivalen NaOH 2 N :


3. menentukan titik isoelektrik
a. Titik isoelektrik alanin
Untuk titrasi alanin dengan asam sulfat :
Mr alanin = 89 g/mol
m alanin = 0,4 g
M H2SO4 = 2 N = 4 M
Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol
V H2SO4 pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol H2SO4 sama dengan mol
alanin,
mol H2SO4 = mol alanin
(M x V) H2SO4 = mol alanin
V H2SO4 = 0,0045 mol / 4 M = 0, 001125 L = 1, 125 mL
1,125 mL = 23 tetes
pH pada saat V = 23 tetes adalah 1,85
[alanin] = [H2SO4], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,85
Untuk titrasi alanin dengan NaOH:
Mr alanin = 89 g/mol
m alanin = 0,4 g
M NaOH = 2 N = 2 M
Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol
V NaOH pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol NaOH sama dengan
mol alanin,
mol NaOH = mol alanin
(M x V)NaOH = mol alanin
V NaOH = 0, 0045 mol / 2 M = 0, 00225 L = 2, 25 mL
2,25 mL = 45 tetes
pH pada saat V = 45 tetes adalah 12,0
[alanin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12,0
Jadi, titik isolistrik alanin :
pl = ( 1,85+ 12,0 ) / 2 = 6, 925
Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur
tidak terlalu jauh berbeda (6,00), hanya selisih 0,925.
b. Harga titik isolistrik untuk Glisin dari percobaan adalah :
Untuk titrasi glisin dengan H2SO4:
Mr glisin =75 g/mol
m glisin = 0,4 g
M H2SO4 = 2 M = 4 M

V H2SO4 pada saat titik ekivalen,


mol H2SO4 = mol glisin
(M x V) H2SO4 = mol glisin

1,3325 mL = 26,65 tetes = 27 tetes


pH pada saat V = 27 tetes adalah 1,75
[glisin] = [NaOH], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,75
Untuk titrasi glisin dengan NaOH:
Mr glisin =75 g/mol
m glisin = 0,4 g
M NaOH = 2 N = 2 M

V NaOH pada saat titik ekivalen,


mol NaOH = mol glisin
(M x V)NaOH = mol glisin

2,665 mL =53,3 tetes = 53 tetes


pH pada saat V = 53 tetes adalah 12
[glisin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12
Jadi, titik isolistrik glisin :

pl = ( 1,7 + 12,0 ) / 2 = 6, 875


Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur
tidak terlalu jauh berbeda (6,06), hanya selisih 0,815.
LAMPIRAN III
Foto-Foto Percobaan Titrasi Potensiometri Asam Amino

Gambar 1. Saat Gambar 2. Alat-alat yg


ditirasi dengan H2SO4 digunakan dalam
potensiometri

Gambar 3. Mencuci pH Gambar 4. Glisin dititrasi


meter sebelum digunakan dengan NaOH
LAMPIRAN IV
FLOWCHART
PERCOBAAN TITRASI POTENSIOMETRI ASAM AMINO

1. Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N

0,4 g alanin + 40 mL aquadest

- Melarutkan

Larutan

- Menitrasi dengan H2SO4 2 N dengan menggunakan pH


meter,dan pengaduk magnetik
- Mencatat tiap-tiap penambahan dan perubahan pH yang
terjadi
- Meneruskan titrasi sampai tercapai pH 1,2

Larutan dengan pH 1,2

NB : melakukan perlakuan yang sama terhadap sampel aquades dan Glisin

2. Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N

0,4 g alanin + 40 mL aquadest

- Melarutkan
Larutan

- Menitrasi dengan NaOH 2 N dengan menggunakan pH


meter,dan pengaduk magnetik
- Mencatat tiap-tiap penambahan dan perubahan pH yang
terjadi
- Meneruskan titrasi sampai tercapai pH 12

Larutan dengan pH 12

NB : melakukan perlakuan yang sama terhadap sampel aquades dan Glisin

You might also like