You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

Bedah katarak telah mengalami perubahan dramatis selama 30 tahun terakhir ini dengan
diperkenalkannya mikroskop operasi dan peralatan bedah mikro, perkembangan lensa
intraokular, dan perubahan-perubahan tekhnik anestesi lokal. Perbaikan lanjutan terus berjalan,
dengan peralatan otomatis dan berbagai modifikasi lensa intraokular yang memungkinkan
dilakukannya operasi melalui insisi kecil.1

Metode operasi yang umum dipakai untuk katarak dewasa atau anak-anak adalah meninggalkan
bagian posterior kapsul lensa sehingga dikenal sebagai ektraksi katarak ekstrakapsular.
Penanaman lensa intraokular merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada limbus atau
kornea perifer, bagian superior atau temporal. Pada ekstraksi katarak ekstrakapsular bentuk
ekspresi nukleus, nukleus lensa dikeluarkan dalam keadaan utuh, tetapi prosedur ini
memerulukan insisi yang relatif besar. Dengan berkembangnya tekhnologi yang semakin cepat,
ditemukanlah tekhnik dengan menggunakan fakoemulsifikasi dan mengalami perkembangan
yang cepat dan telah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena mempunyai beberapa
kelebihan,yaitu rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi post operasi yang ringan, dan astigmat
akibat operasi yang ringan. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui
incisi kecil seperti itu.1

BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan merupakan
penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang mungkin terlibat,
antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata
katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri
sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses
penuaan.sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.3,8

Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita
katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka mengidap
kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan
tidak terletak dibagian tengah lensanya.3,8

Gambar 3. (http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara
instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu
secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke
mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.3,8
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya
pandang.3,8

Gambar 4.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)

II. EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan
pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada
negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan
sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.5

III. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata
menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti
merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam
bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.3,8
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma
kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.8
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak kongenital.
Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab
lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik
lainnya seperti diabetes mellitus.3

IV. PATOFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,8

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
1.
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.6
2.
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.6

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:8


1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan
triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke
retina.8

Gambar 5. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak


V. KLASIFIKASI
Morfologi Maturitas Onset
Kapsular Insipien Kongenital
Subkapsular Intumesen Infantile
Kortikal Immatur Juvenile
Supranuklear Matur Presenile
Nuklear Hipermatur Senile
Polar Morgagni
KATARAK SENILIS
1. Definisi dan Epidimiologi
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan
umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu
mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena
lebih dulu.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara lain:3
1. Herediter
2. Radiasi sinar UV
3. Faktor makanan
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok

2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin dan adalah
chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga
keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap
jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin
yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.6,8
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa
pada katarak senilis yaitu:
1. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah
protein total berkurang, diikuti
dengan penurunan asam amino dan
kalium, yang mengakibatkan kadar
natrium meningkat. Hal ini
menyebabkan lensa memasuki
keadaan hidrasi yang diikuti oleh
koagulasi protein.5

Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:


- Derajat separasi lamelar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat
diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.8
- Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat
terdeteksi dengan adanya area yang jernih diantaranya.
Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral
3,5
(kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform). Gambar 6
- Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian
lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya
tekanan osmotik, bahan lensa yang degeneratif, dan dapat
terjadi glaukoma sekunder.3 ,5
Gambar 7
- Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian
lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan
menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan
kalsifikasi lensa.3,5 Gambar 8
- Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan
keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.3,5
Gambar 9
- Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang
bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan
hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.3,5

Perbedaan stadium katarak


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

2. Katarak senilis nuklear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi keras dan
kehilangan daya akomodasi.
Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa
kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi
dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen.
Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak
nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).5,6

Gambar 10. (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara progresif
dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis
dari katarak yang diderita pasien.3,5
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3


1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp

Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

4. Diagnosa

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.6,8

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan
melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik dengan
dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. 6

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga
struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea
harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan
sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat
diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk
menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan
indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.8

5. Diagnosis Banding
Katarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu dibedakan dengan kondisi
lain yang menyebabkan leukokoria, seperti retinoblastoma, retinopathy of prematurity, atau
persistent hyperplastic primary vitreus (PHPV).5

6. Tatalaksana

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).8

Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,medis, dan
kosmetik.8
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,
tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-
harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma
imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada
retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil
yang hitam.

Definisi
Phacoemulsifikasi berasal dari 2 kata, yaitu phaco (lensa) dan emulsification
(menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak)

Phacoemulsifikasi adalah teknik operasi pembedahan katarak dengan menggunakan


peralatan ultrasonic yang akan bergetar dan menghancurkan lensa mata yang mengeruh,
kemudian lensa yang telah hancur berkeping-keping akan dikeluarkan dengan
menggunakan alat fako, diikuti dengan insersi lensa buatan intraocular pada posisi yang
sama dengan posisi lensa mata sebelumnya.2

Indikasi dan KontraIndikasi

Indikasi teknik fakoemulsifikasi :

a. Tidak mempunyai penyakit endotel


b. Bilik mata dalam
c. Pupil dapat dilebarkan hingga 7mm.
Kontraindikasi teknik Fakoemulsifikasi:
a. Terdapat tanda-tanda infeksi
b. Luksasi atau subluksasi lensa
Keuntungan dari Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi
Phacoemulsification termodern memiliki kelebihan sebagai berikut :2

1. Kinder cut
Pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.
2. Smaller incision
Insisi terdahulu biasanya 2.7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm.

Implikasinya:
a. Insisi tersebut terlalu kecil untuk dapat menyebabkan kornea melengkung
dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme (efek samping yang biasa
terjadi pada operasi katarak).
b. Kecilnya insisi tersebut juga sangat menekan resiko terhadap infeksi
3. Easy to operate
Karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi mikro tersebut maka
tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga memudahkan para dokter melakukan
tindakan operasi.
4. Heals faster
Setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali beraktivitas. Rasa tidak nyaman
setelah operasi, hilang dalam 3 hari.
Kerugian : Kerve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi lebih serius

Fakoemulsifier menggunakan sebuah jarum titanium berongga untuk memecah-mecah


nucleus lensa yang keras, sekaligus membilas dan menyedot debris pecahan tersebut ke
dalam mesin. Karena ukuran ujungnya, ECCE dapat dilakukan melalui sebuah insisi
3mm dengan trauma minimal terhadap mata. Namun, karena menggunakan mesin maka
harus dilakukan pemeriksaan keamanan praoperatif terhadap system irigasi dan aspirasi,
dan ujung ultrasonic harus diatur fungsinya secara tepat. Gelombang suara ultra yang
digunakan untuk mengemulsifikasi lensa adalah energy listrik yang diubah menjadi
gerakan lancer (maju-mundur), yang mengenai bahan lensa 40.000 kali setiapdetiknya
(40.000 Mhz). Ujung ultrasonic dikelilingi oleh sebuah selubung silicon sehingga cairan
irigasi dapat terus mengalir agar kamera anterior tetap mengembang serta ujung tersebut
dapat dipertahankan tetap dingin.2,3

Persiapan Pre-Operasi3
1.Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi

2.Pemberian informed consent

3. Bulu mata dipotong dan dibersihkan dengan povidone-iodine 5%

4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam

5.Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasiencemas

6.Pada hari operasi, pasien dipuasakan.

7.Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi.

Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi

Terdapat beberapa hal penting pada bedah katarak fakoemulifikasi dengan


penanaman lensa intraokuler, yang sangat erat kaitanya dengan reaksi inflamasi pasca
bedah. Adapun beberapa hal tersebut adalah : 4
a. Pemberian asam mefenamat 500 mg atau indometasin 50 mg peroral 1 2 jam
sebelum operasi.
b. Anastesi local pada mata yang ingin dioperasi dengan cara menyuntukkan langsung
melalui palpebra bagian atas dan bawah
c. Operator kemudian menekan bola mata dengan tanggannya untuk melihat apakah ada
kemungkinan perdarahan, dan juga dapat merendahkan tekanan intraokuler.
d. Operator melihat melalui sebuah mikroskip dan membuat insisi sepanjang kira-kira
3mm pada sisi kornea yang teranestesi.
e. Kapsulotomi anterior dengan menggunakan jarum kapsulotomi melalui insisi kecil
pada kornea.
f. Setelah insisi dilakukan, suatu cairan viscoelastik dimasukan untuk mengurangi
getaran pada jaringan intraokuler.
g. Dilakukan hidrodiseksi dan hidrodilemenesi untuk memisahkan inti lensa dari korteks
kemudian dilakukan fakoemulsifikasi dengan teknik horizontal choop menggunakan
mesin fako unit.
h. Korteks lensa dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako unit .
i. Insersi lensa intraokuler foldauble pada bilik mata belakang dilakukan secara in the
bag, setelah sebelumnya diberikan bahan viskoelastik untuk mengurangi komplikasi.
j. Bahan viskoelastik dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako
unit.
k. Luka operasi ditutup tanpa jahitan.
l. Diberikan suntikan antibiotika (Gentamisin) 0,5 ml dan kortikostroid (Kortison Asetat)
0,5 ml, subkonjutiva.
m. Pasca bedah diberikan tetes mata antibiotika (Neomycin-Polymixin B) dan anti
inflamasi (Deksametason) 0,1 ml., setiap 8 jam sekali.

Gambar1. Insisi kornea


Gambar2. Tindakan kapsulorhexis

Gambar3. Hidrodiseksi

Gambar4. Pembuatan alur pada Nukleus


Gambar5. Pemecahan Nukleus

Gambar6. Pecahan nukleus diaspirasi

Gambar 7. Aspirasi Korteks Lensa


Gambar 8. Injeksi Vibroelastic pada Kapsul

Gambar 9. Insisi diperlebar

Gambar 10. Pemasukan Intraokular lensa


Gambar 11. Proses pemasangan IOL

Gambar 12. IOL disesuaikan dengan posisi lensa sebelumnya

Inflamasi Pasca Bedah Phaecoemulsifikasi

Pada setiap tindakan bedah katarak fakoemulsifikasi, bahkan pada pembedahan yang
sangat hati-hati sekalipun, akan selalu diikuti oleh beberapa komplikasi sebagai berikut.
Iritis atau iridosiklitis
Hal ini terjadi akibat adanya manipulasi iris, lisis dari zonula, adanya tindakan
irigasi pada bilik mata depan, serta adanya kemungkinan sisa Materi lensa yang
tertinggal. Biasanya iritis terjadi minimal dan dapat menghilang dengan
sendirinya, tanpa meninggalkan bekas yang permanen. Tetapi pada beberapa
kasus dapat terjadi dimana reaksi tersebut tidak cepat menghilang dan cendrung
menjadi kronis atau bertambah berat, sehingga dapat menimbulkan berbagai
penyulit yang lain seperti penurunan tajam penglihatan, pembentukan membrane
pada pupil, terjadinya sinekia anterior atau posperior, glaucoma skunder dan lain-
lain.
Inflamasi pasca bedah katarak fakoemulsifikasi ditandai dengan rasa tidak
nyaman (discomfort) pada mata hingga rasa nyeri, hiperemi konjungtiva dan
prikornea, serta adanya flare dan sel pada bilik mata depan.3,4

Ruptur Kapsula lensa Posterior2

Tanda :

COA yang dangkal atau dalam secara mendadak, dan dilatasi pupil yang
hanya sementara.

Jatuhnya nukleus lensa dan tidak dapat didekati oleh ujung dari alat fako

Vitreus yang ikut teraspirasi kedalam alat fako ditandai dengan bahan material
lens yang ikut terasspirasi perlahan-lahan.

Cairan vitreus yang dapat dilihat secara langsung

Management:tergangung dari besarnya, ukuran, dan tipe dari sisa material lensa,
dan presentasi kemungkinan dari prolaps vitreus. Prinsipnya adakah sebagai
berikut:

Bahan vibroelastik (Viscoat) disuntikkan di bagian posterior dari nukleus


dengan tujuan bahan tersebut masuk ke COA dan mencegah herniasi dari
vitreus ke arah anterior. Jika inti nukleus masih dalam keadaan utuh perlu
dipertmbangkan untuk melakukan EKEK penggunaan alat vitrektor juga
diketahui dapat menghilangkan sisa dari cairan vitreus yang masih berada
pada fragmen nukleus.
Sayatan dapat diperbesar tergantung dari ukuran lensa Glide yang
diletakan dibelakang dari fragmen lensa untuk mencegah terjadinya defect
pada kapsul..

Sisa dari fragmen nukleus di bersihkan dengan menggunakan alat fako


dengan ketinggian botol yang rendah dan tekanan aspirasi flow rate (AFR)
yang rendah., atau jika sisa dari fragmennya berukuran besar bisa
digunakan tekhnik viscoexpression.

Setelah sisa dari nukleus dibersihkan, ruang COA diisi dengan bahan
viscoelastik dan dilakukan manual aspirasi cannula dengan cara irigasi.
Sisa dari korteks di bersihkan,

Semua cairan vitreus harus dibersihkan dari COA dengan menggunakan


alat vitrektor yang dimasukan melalui sayatan menuju robekan pada
kapsular posterior. Dengan tekhnik bimanual dilakukan pemisahan dengan
menggunakan infus dan alat pemotong khusus. Dalam beberapa kasus
sering dibantu dengan visualisasi dari cairan vitreus dengan menggunakan
trypan blue 0,06% (vision Blue) atau 0,1mg Triamsinolon.

Jika robekan pada kapsular posterior kecil, perlu tindakan yang hati-hati
dalam mengimplantasi IOL posterior karena dapat terjadinya
capsulorhexis.

Penggunaan asetilcolin (miochol) dapat membuat dilatasi pupil sehingga


mempermudah implantasi IOL di COP atau menginsersi IOL pada COA.

Pada kasus kebocoran kapsular, dibutuhkan implantasi dari IOL di COA.


Dapat dilakukan iridektomi untuk mencegah terjadinya blok pupil.

Penjahitan dari bekas sayatan, walaupun dapat tertutup dengan sendirinya.


Gambar 13. Ruptur Kapsula Posterior

Gambar 14. Pemasukan IOL kedalam COA

Fragmen Lensa terlepas ke Posterior2


Dislokasi dari material lensa ke arah area vitreus akibat dari ruptunrya kapsula
posterior sering terjadi. Tetapi untukasus yang serius sering diakibatkan oleh
glaucoma, uveitis kronik, robeknya retina, atau udem cystoid makular kronik.

Sebelum pengobatan, perlu ditangani adanya uveitis atau peningkatan TIO


terlebih dahulu. jika fragmen kecil, cukup digunakan pengobatan konservatif,
tetapi jika fragmen besar dapat digunakan pengambilan dengan tekhnik pars
plana vitrektomi.

Dislokasi Posterior dari IOL2

Dislokasi dari IOL kedalam daerah vitreus sebenarnya jarang terjadi tetapi dapat
menimbulkan komplikasi yang serius jika disertai dengan lepasnya material dari
lensa. Jika IOL terlepas ke arah posterior dapat menyebabkan pedarahan pada
vitreus, robekan retina, uveitus, dan udemcystoid makular kronik. Penanganannya
dengan cara dilakukan pars plana vitrectomi untuk mengambil, mereposisi atau
mengganti dari IOL tersebut.

Gambar 15. IOL didalam Retina Gambar 16. IOL dan Fragmen

nuklear dalam vitreus

Perdarahan Suprachoroidalis2
Disebabkan oleh karena ruptur dari arteri ciliaris posterior. Pada kasus yang berat
mungkin disebabkan oleh karena tekanan dari intraokular. Insidens dari
komplikasi ini sudah jarang terjadi (0,04%) dengan adanya phacoemulsifikasi.
Faktor yang mendukung terjadinya komplikasi ini adalah dari usia, adanya
glaucoma, penyakit cardiovaskular sistemik, robeknya vitreus, dan tindakan
EKEK tanpa Phacoemulsifikasi.

Tanda:

COA yang dangkal dan progresif, pem=ningkatan Tekanan Intraokuler,


prolaps iris.

Tekanan vitreus yang meninggi, pada funduskopi terlihat partikel bebas


dan tampak titik hitam dibelakang dari pupil.

Dalam kasus yang berat, segmen posterior tertekan kearah COA melalui
robekan yang terjadi.

Penanganan segera:

COA diisi dengan bahan viscoelastik jenis cohesive lalu tempat insisi
dijahit kembali.

Bahan viscoelastic harus ditempatkan dalam bola mata untuk menjaga


Tekanan Intraokular dan menyumbat perdarahan.

Menurunkan Tekanan Intraokular dengan obat asetazolamide .

Pengobatan postoperatif dengan menggunakan topikal dan sistemik


steroid dapat mengurangi peradangan intraokular.

Penanganan lanjut:
Jika tidak dapat terjadi absorpsi spontan, perlu dilakukan tindakan
oengkentian perdarahan pada 7-14 hari kemudian dimana harus
menunggu dari pencairan bekuan darah. Prognosis dari penglihatan
tergantung dari besarnya perdarahan yang terjadi. Mungkin dibutuhkan
pars plana vitrectomi untuk menghentikan perdarahan akibat dari
robeknya retina. Jika penanganan tepat, dapat dilakukan operasi
katarak setelah 1-2 minggu kemudian.

BAB III

PENUTUP
Metode operasi yang umum dipakai untuk katarak dewasa atau anak-anak adalah meninggalkan
bagian posterior kapsul lensa sehingga dikenal sebagai ektraksi katarak ekstrakapsular.
Penanaman lensa intraokular merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada limbus atau
kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada kapsul anterior, dan
nukleus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular ditempatkan pada :kantung
kapsular yang sudah kosong, disangga oleh kapsul posterior yang utuh. Pada ekstraksi katarak
ekstrakapsular bentuk ekspresi nukleus, nukleus lensa dikeluarkan dalam keadaan utuh, tetapi
prosedur ini memerulukan insisi yang relatif besar. Korteks lensa disingkirkan dengan
penghisapan manual atau otomatis. Saat ini, Phacoemulsifikasi adalah tekhnik ekstraksi katarak
ekstrakapsular yang paling sering digunakan. Tekhnik ini menggukanan vibrator ultrasonic
genggam untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga substansi nukleus dan korteks dapat
diaspirasi melalui suatu insisi berukuran sekitar 3mm. Ukuran insisi tersebut cukup untuk
memasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat (foldable intraocular lens). Jika digunakan
lensa intraokular yang kaku, insisi perlu dilebarkan hingga kira-kira 5mm. Keuntungan-
keuntungan yaang didapat dari tindakan bedah insisi kecil adalah kondisi intraoperasi lebih
terkendali, menghindari penjahitan, perbaikan luka yang lebih cepat dengan derajat distorsi
kornea yang lebih rendah, dan mengurangi peradangan intraokular pasca operasi- yang semua
berakibat pada rehabilitasi penglihatan yang lebih singkat. Walaupun demikian, tekhnik
fakoemulsifikasi menimbulkan resiko yang lebih tinggi terjadinya pergeseran materi nukleus ke
posterior melalui suatu robekan kapsul posterior, kejadian ini membtuhkan tindakan bedah
vitreoretina yang kompleks.1-4

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Whitcher J P. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum; alih bahasa:


Brahm U Pendit. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009.
2. Kanski JJ. Bowling B. Clinical Ophtalmology a systemic approach. 7 th edition. Elsevier
Saunders. P.281-9.
3. Phacoemulsification With Intraocular Lens Implantation diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1844198-overview. 7 Juli 2013.
4. Phacoemulsification for cataracts. Diunduh dari http://www.surgeryencyclopedia.com/Pa-
St/Phacoemulsification-for-Cataracts.html#ixzz2YJAR1Pl8. 7 Juli 2013

You might also like