Professional Documents
Culture Documents
Ilmu jiwa perkembangan kadang-kadang disebut ilmu jiwa genitis, ilmu jiwa anak.
1992 : 134). Adapun perkembangan adalah perubahan yang berkesinambungan dan progresif
dalam organisme, dari lahir sampai mati. Sedangkan pertumbuhan merupakan dalam bentuk
bentuk tingkah laku pada saat setelah mencapai kematangan. Kematangan menunjukan
merupakan gejala biologis daripada gejala psikologis atau belajar (Hamalik, 1992 : 84).
Menurut Bareng Langefeld dan Weld juga mencakup istilah pertumbuh-an dan
perkembangan menjadi satu kata, yaitu "kematangan". Dengan alasan bahwa manusia disebut
"matang" jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai
"interchangeably" artinya kedua istilah itu dipakai secara silih berganti dengan maksud yang
sama. Walaupun sebenarnya masing-masing istilah itu mempunyai pengertian yang berbeda.
penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensi tubuh dan bagian-bagiannya.
dalam bentuk atau bagian tubuh dan integritas berbagai bagiannya ke dalam suatu kesatuan
Menurut Crow and Crow bahwa perkembangan pada umumnya dibatasi oleh adanya
perubahan-perubahan struktural dan fisiologis (jasmani), sejak bentuk janin hingga dewasa.
Maka dengan demikian jelaslah, bahwa manusia dengan alamnya adalah merupakan suatu
yang maha komplek dan saling bercampur antara faktor pertumbuhan jasmaniah dan faktor
perkembangan rohaniah. Maka lebih lanjut menurut Crow and Crow, untuk membedakan
istilah pertumbuhan dan perkembangan, seyogyanya berpandangan bahwa pertumbuh-an
meskipun tidak dapat diukur, namun dapat memastikan kapankah fase-fase yang terjadi pada
manusia (Salahuddin, 1990 : 70-71). Jadi kedua istilah di atas yaitu antara pertumbuhan dan
perkembangan, tidak bisa dipisahkan melainkan sangat berkaitan dan saling membutuhkan
antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi peristiwa perkembangan juga bisa ditandai
dengan adanya sifat-sifat yang baru, berbeda dari sebelumnya (Kasiran, 1983 : 23). Namun
perkembangan menurut B. Hurloch, bahwa perkembangan itu bukan hanya sifat individual
dan lingkungan yang dapat menentukan tingkah laku, akan tetapi juga proses kematangan dan
dalam skripsi ini adalah perkembangan anak yaitu kelompok usia muda yang batasan
umurnya antara 6-12 tahun, dalam prosesnya diharapkan dapat memenuhi tugas-tugas
perkembangan yang berlaku umum setiap umur atau fase-fase perkembangan yang akan dan
2. Prinsip-Prinsip Perkembangan
Dari pengertian tentang perkembangan di atas, maka dapat dikemuka-kan adanya
dalam diri anak sendiri. Jelasnya perkembangan itu bukan proses yang selalu digerakkan oleh
faktor-faktor atau pengaruh dari luar (di luar individu anak). Akan tetapi gejala
perkembangan dikendalikan dan diberi corak tertentu oleh pembawaan. Jiwa anak yang
dinamis memberikan kekuatan dan corak tertentu pada segala tingkah lakunya, dan
bahwa mesin perkembangan itu secara kodrati sudah dilengkapi dengan self-starter yang
Dari pernyataan di atas, psikologi lebih suka menggunakan istilah prinsip, aturan
atau kaidah, dari pada istilah hukum. Beberapa prinsip perkembangan yang mendasari
perkembangan setiap anak, antara lain :
2. Tempo dan ritme perkembangan yang khas (Kartono, 1995 : 37, 47)
3. Perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar, tetapi mencakup
4. Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum menuju yang khusus.
5. Perkembangan terjadi karena faktor kematangan dan belajar, dan dipengaruhi oleh
6. Laju perkembangan bersifat individual dan setiap individu itu berbeda, sehingga
Adanya sesuatu hal, pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu
disamping membahas tentang perkembangan anak, skripsi ini juga akan membahas faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Adapun yang mempengaruhi perkembangan adalah sejumlah
faktor yang memungkinkan atau mempengaruhi warna jalannya peristiwa atau kejadian
tersebut, namun manusia melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembang
sebagaimana yang diharapkan. Dari ini semua lahirlah di dalam pemikiran manusia problem-
problem tentang kemungkinan-kemungkinan perkembangan dan realisasi potensi manusia.
Maka dari sini para ahli telah bertikai pendapat dalam hal faktor mana yang lebih dominan
pengaruhnya, sehingga pandangan-pandangan tersebut telah menimbulkan bermacam-macam
teori mengenai perkembangan tingkah laku manusia, yang antara lain terhimpun dalam tiga
pandangan besar (Salahuddin, 1990 : 77).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah :
a. Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia telah ditentukan oleh faktor-
faktor yang dibawa sejak lahir.
Pembawaan yang ada pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil
(pembawaan) yang bersifat kodrat dari kelahiran, tidak dapat diubah oleh pengaruh apapun,
meskipun ia sudah dewasa dan dididik. Pendidikan tidak akan dapat mengubah manusia,
karena potensi itu bersifat kodrati. Adapun faham ini dipelopori oleh seorang tokoh Jerman
Dengan demikian konsepsi dari faham aliran ini, dalam dunia pendidikan
dan memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya dalam keribadian
manusia (Pasaribu dan Simanjuntak, 1984 : 14).
b. Aliran Empirisme
Aliran empirisme ini mengutamakan peranan faktor pengalaman, lingkungan atau pendidikan
dan tidak mengakui peranan faktor dasar atau pembawaan sejak lahir. Menurut kaum empiris,
perkembangan individu semata-mata tidak dimungkinkan dan ditentukan oleh faktor
pembawaan, tidak memainkan peran sama sekali. Adapun tokoh aliran ini adalah John Locke,
yang mengatakan bahwa anak lahir bagaikan kertas putih. Ia juga terkenal sebagai seorang
yang menganggap pendidikan sebagai "Maha Kuasa" untuk mencetak manusia macam apa
saja yang dicita-citakan. Pengikut aliran ini menunjukkan jasa pendidikan dengan segala
fasilitas yang tersedia, dalam menciptakan orang-orang besar kaliber dunia (Bawani, 1985 :
123).
Maka jelaslah baik aliran nativisme maupun aliran empirisme sama-sama menyandang
kelemahan, karena pandangan masing-masing yang berat sebelah, lalu menyusullah aliran
yang ketiga yaitu gabungan dari kedua aliran di atas.
c. Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh seorang tokoh yang berkebangsaan Jerman bernama William Stern.
Dari macam-macam teori yang didapat, hanya teori ini yang dapat diterima oleh para ahli
pada umumnya, karena teori ini merupakan salah satu hukum perkembangan individu, di
samping adanya hukum-hukum yang lain. Aliran ini juga mengakui bahwa manusia bahwa
pada dasarnya pembawaan dasar baik, atau sebaliknya. Maka tugas pendidikan adalah
mengarahkan dan membimbing sifat-sifat yang baik itu supaya dapat berkembang secara
wajar dan optimal.
Dan sebaliknya tugas pendidikan adalah menentukan sifat-sifat yang buruk itu, agar
sifat-sifat itu tidak dapat berkembang (Salahuddin, 1990 : 79). Dan teori ini juga
mempercayai adanya pengaruh dari pendi-dikan sebagaimana dalil al-Qur'an dalam surat Ali
( ) ) )
) ) )
) ) )
Artinya : "Maka Tuhannya menerima dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan
pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya" (Q.S. Ali Imron : 37)
Maka dari itu kedua faktor antara pembawaan dan lingkungan itu sama-sama penting dan
tidak dapat dipisah-pisahkan serta tidak dapat diingkari. Dengan pembawaan saja tanpa
lingkungan, anak manusia tidak akan berkembang, begitu pula sebaliknya (Bawani, 1985 :
124).
Ketiga aliran tersebut di atas merupakan rumusan dari sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak, sehingga bila diuraikan lebih rinci faktor-faktor tersebut
sangat banyak dan luas. Namun demikian, ketiga pendapat tersebut cukup representative
untuk dijadikan pedoman dalam mengembangkan faktor lain yang ikut menentukan
perkembangan anak, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmiran Woerjo, yang mula-
mula membagi faktor-faktor perkembangan menjadi dua, yaitu faktor Endogen dan faktor
4. Periodisasi Perkembangan
Maksud dari periodisasi perkembangan anak adalah pembagian seluruh masa
perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Dalam soal periodisasi ini juga
mengundang perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Diantaranya adalah merasa keberatan
diadakannya periodisasi perkembangan, kemudian ada yang setuju walaupun dengan catatan
tertentu. Akan tetapi yang dinamakan ilmu jiwa perkembangan adalah ilmu amaliah yang
mewujudkan suatu amal yang ilmiah. Dari segi ini mau tidak mau adanya periodisasi
seseorang akan mudah mengetahui bahkan meramalkan sifat-sifat dan kecendrungan anak
menyebutkan istilah bayi, anak kecil, dewasa dan lain sebagainya. Oleh karena itu setiap
a. Aristoteles
Menggambarkan perkembangan anak lahir sampai dewasa dalam tiga periode, yaitu :
1. 0,0 - 7,0 tahun, masa anak kecil masa bermain.
3. 14,0 21,0 tahun, masa pubertas masa menuju dewasa (sujanto, 1988 : 59)
b. M. Montessori
Ia membagi perkembangan anak sejak lahir sampai meninggal dunia dengan 4 periodisasi,
yaitu :
1. 0,0 - 7,0 tahun, masa penerimaan dan pengaturan luar dengan alat indra.
2. 7.0 12.0 tahun, masa rencana abstrak, yaitu mulai mengenal kesusilaan.
3. 14,0 21,0 tahun, masa penemuan diri dan kepekaan masa sosial
c. J. Haviguhrst
Yaitu berpangkal dari analisa perubahan psikis seseorang, periodisasi perkembangan dapat
disusun sebagai berikut :
1. Umur 0 - 6 tahun, masa bayi dan masa anak kecil
6. Umur 50 tahun ke atas dinamakan masa lanjut usia atau tua (Bawani, 1985 :
138).
Dari beberapa uraian di atas tentang periodisasi perkembangan penulis sudah banyak
cermat gejala-gejala kejiwaan pada anak yang berbudaya dan normal sehingga yang
mengajar dalam sistem pendidikan Islam, karena usia yang masih dikatagorikan usia anak
masih dimungkinkan untuk diusahakan memperoleh proses pendidikan yang baik sehingga
dapat membentuk integrasi watak kepribadian intelektual dan profesionalitas yang baik pula.
Oleh karena itu ilmu jiwa perkembangan dibagi menjadi dua periodisasi, yang sesuai dengan
batasan umur, yaitu masa kanak-kanak awal antara umur 0 6 tahun dan masa kanak-kanak
akhir antara umur 612 tahun yang disebut juga anak masa sekolah.
yaitu masa anak sekolah dasar yang pada umumnya berkisar umur 6 12 tahun.
5. Tugas-Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang diharapkan dapat dicapai seseorang dalam
didefinisikan sebagai tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh individu yang didorong oleh
tekanan sosial (norma-norma sosial) agar individu yang bersangkutan bisa mempertahankan
perkembangan yang normal sebagai makhluk sosial di tengah masyarakat, sehingga
perkembangan mempu-nyai masa-masa kematangan dan masa peka (dari setiap fugsi
7. Dari serba tidak sadar ke arah serba sadar (Kartono, 1982 : 243)
yaitu kematangan fisik tekanan-tekanan cultural dari masyarakat dan nilai-nilai serta hasrat
berhitung.
mempersiapkan segala sesuatu yang dapat diperlukan agar anak dapat berkembang secara
wajar dan maksimal untuk menyongsong perkembangan berikutnya, dan tugas perkembangan
ini akan dapat dilaksanakan jika anak sudah memasuki kematangan dalam aspek yang harus
perkembangan aktivitas-aktivitas pokok dari pada jiwa manusia yang meliputi : mengamati,
menanggapi, melakukan fantasi, mengingat dan berpikir. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya
seperti perhatian, perasaan dan kemauan tidak termasuk sebagai aktivitas jiwa (Suanto, 1990 :
31)
Akan tetapi dalam pembahasan skripsi ini, penulis hanya mengungkap-kan beberapa
aspek yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan melaksanakan proses belajar
a. Aspek Pengamatan
memberikan kesan total. Hanya beberapa bagian saja yang bisa ditangkap jelas oleh anak.
Selanjutnya anak akan melengkapi tanggapan tersebut dengan fantasinya. Periode ini
doperhatikan oleh anak. Dan fantasi anakpun mulai berkurang dan diganti dengan pemikiran
2) Teori Stern
global. Disamping gambaran total yang samara-samar, anak ini telah dapat membedakan
pekerjaan dan perbuatan orang dewasa dalam masa ini anak telah memperlihatkan perbuatan
manusia dan hewan.
selanjutnya. Anak mulai mengenal hubungan antara waktu perbuatan manusia dan hewan
dengan mengenal ciri-ciri atau sifat dari benda, orang atau peristiwa.
Dari penulisan pembagian fase di atas, justru banyak unsur persamaannya diantara
kedua teori yang ditulis. Ringkasnya, pengamatan anak dalam periode sekolah rendah itu
Oleh karenanya peranan tanggapan mempunyai peranan penting juga bagi tingkah laku, maka
hendaknya pendidikan mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan yang
ada pada anak didik sehingga dengan demikian akan berkembang suatu kondisi motifatif bagi
perbuatan belajar anak didik (Sumanto, 1990, : 23 24).
Fantasi sengaja merupakan usaha imajiner dari subyek secara sengaja dan disadari.
1. Fantasi sengaja secara pasif yaitu yang tidak dikendalikan oleh pikiran
dan kemauan.
2. Fantasi sengaja secara aktif yaitu yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan.
2) Fantasi tidak disadari
Fantasi tidak disadari merupakan usaha dari subyek yang tidak disadari sehingga
prosesnya sangat bebas, berubah dan tidak dengan pimpinan (Dakir, 1986 : 73).
cerita.
Baik fantasi sengaja maupun tidak sengaja, keduanya dapat bersifat mengabstrasikan
fantasi itu membentuk gambaran baru dengan menggunakan skema tertentu. Fantasi bersifat
25)
Ingatan atau mengingat adalah memproduksi segala sesuatu yang telah disimpan
dalam jiwa atas dasar akibat pencaman. Pencaman berarti meletakkan kesan sedemikian
hingga tersimpan dan dapat diproduksi. Dari unsur mengingat adalah mencamkan, mengingat
dan memproduksi (Dakir, 1986 : 60). Dan pikiranpun dapat diartikan sebagai kondisi letak
hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Jadi
disini akal adalah sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran yang telah dimiliki atau
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara
berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam stadium belajar. Di samping
keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal budi
anak. Pengetahuannya bertambah secara pesat. Banyak keterampilan mulai dikuasai dan
benda dan peristiwa-peristiwa mendorong anak untuk meneliti dan melakukan eksperimen.
Minat anak pada periode tersebut tercurah pada segala sesuatu yang sangat aktif
dinamis. Segala sesuatu yang aktif dan bergerak akan tertuju pada macam-macam aktivitas.
Semakin banyak dia berbuat, makin bergunalah aktivitas tersebut bagi proses pengembangan
kepribadiannya. Ingatan anak pada usia 8 12 tahun ini mencapai intensitas paling besar dan
paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak (Kartono, 1995 :
138).
perkembangan jiwa anak di atas, merupakan diantara perkembangan yang bisa diamati pada
anak. Namun demikian bagi penulis cukuplah untuk mengetahui masa perkembangan akhir
anak, sehingga dapat dijadikan bahan untuk menentukan formulasi proses belajar mengajar
yang tepat bagi perkembangan anak tersebut dalam sistem pendidikan Islam. Dan mudah-
mudahan bisa menentukan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Sumber :
http://rababululum.blogspot.co.id/2012/09/perkembangan-anak-perspektif-
psikologi_5553.html