You are on page 1of 7

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND


SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

IMPLEMENTATION OFSCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY


(SETS) APROACH TO IMPROVE SCIENCE LITERACY OF STUDENTS

Andi Batara Indra Praja ) , Suyatno ) , Imam Supardi )


) Prodi Pendidikan SainsProgram Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
)
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Email :andibataraoke@gmail.com

Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8293484

Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan literasi sains siswa dengan menerapkan
pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS) pada materi laju reaksi di kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Lape Sumbawa Besar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan menggunakan
model 4-D yang mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Ajar Siswa (BAS),
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Literasi Sains. Desain uji coba perangkat pembelajaran
menggunakan one group pretest-postest. Berdasarkan data penelitian diperoleh beberapa temuan
sebagai berikut; (1) validitas perangkat pembelajaran berkategori baik; (2) tingkat keterbacaan Buku
Ajar Siswa yang dikembangkan berkategori tepat digunakan dalam pembelajaran; (3) keterlaksanaan
RPP berkategori baik; (4) hasil tes literasi sains dilihat dari ketuntasan indikator rata-rata 75%
dikategorikan tuntas dan ketuntasan individu siswa dengan predikat minimal B. Berdasarkan hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Science Environment Technology and
Society (SETS) dapat meningkatkan literasi sains siswa pada pokok bahasan laju reaksi di kelas XI SMA
Negeri 1 Lape Sumbawa Besar.

Kata kunci: Pendekatan SETS, literasi Sains, laju reaksi

Abstract.The aim of research is to improve science literacy of students Science Environment Technology
and Society (SETS) approach on the reaction rate topic at grade XI Senior High School 1 Lape
Sumbawa Besar. This research is the developmental research, using four D models to develop lesson
plan, students book, and science literacy test. The tryout research of these learning material used one-
group pretest-posttest design. Results on the data analysis of the study showed some finding as follows;
(1) the validity of teaching materials were good category; (2) the readability of student book levels the
developed were good category; (3) the lesson plan were good category; (4) science literacy test result
seen from is by using average 75% indicator has reached mastery levels, individual students mastery
with minimal B predicate. The result science literacy seen from indicator completeness average 75%
were completed category and individual completenes students with minimal B predicate. Based on the
results of research, it can be concluded application science environment technology and society approach
can improve science literacy of students.
Keywords: SETS approach, literacy science , reactions rate

B - 90
Prosiding Seminar Nasional Kimia,
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015

PENDAHULUAN Pengukuran literasi sains tidak hanya penting


untuk menguasai sejauh mana pemahaman
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan peserta didik terhadap pengetahuan sains, tetapi
ilmu yang berkaitan dengan upaya memahami juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses
berbagai fenomena alam secara sistematis. sains, serta kemampuan mengaplikasikan proses
Sehingga pembelajaran sains bukan hanya sains dalam situasi nyata [6].
menekankan pada penguasaan sejumlah Berdasarkan hasil studi PISA terhadap
pengetahuan sebagai produk, tetapi juga harus literasi sains siswa sejak tahun 2000 tidak
menyediakan ruang yang cukup untuk tumbuh menunjukkan hasil yang gemilang karena skor
kembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan rata-rata peserta didik masih jauh dan di bawah
penyelesaian masalah, dan mengaplikasikannya rata-rata skor internasional yang mencapai skor
dalam kehidupan nyata [1]. Proses pembelajaran 500. Rata-rata nilai sains yang diperoleh oleh
sains (IPA) menekankan pada pemberian peserta didik indonesia adalah 393 pada 2000,
pengalaman langsung kepada peserta didik 395 pada 2003, 393 pada 2006, 383 pada 2009,
untuk mengembangkan kompetensi agar mampu dan 382 pada 2012. Hasil ini memiliki
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara perbedaan yang sangat signifikan dengan skor
ilmiah. Akan tetapi kecenderungan pembelajaran rata-rata internasional yang mencapai 500[7].
sains pada masa kini adalah peserta didik hanya Pencapaian kemampuan rata-rata siswa
mempelajari sains sebagai produk, indonesia baru sampai pada kemampuan
menghafalkan konsep, prinsip, hukum dan teori mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi belum
saja. Akibatnya sains sebagai sikap, proses, dan mampuh mengkomunikasikan dan mengaitkan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari tidak kemampuan ini dengan berbagai topik sains
tersentuh dalam pembelajaran [2]. [8].Salah satu upaya yang dapat dilakukan
Tujuan pendidikan sains adalah
untuk meningkatkan literasi sains siswa
meningkatkan kompetensi peserta didik untuk
adalah merancang pembelajaran dengan
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam
pendekatan Science, Environment, Technology,
berbagai situasi dan peserta didik akan mampuh
and Society (SETS). Titik pusat pembelajaran
belajar lebih lanjut di masyarakat yang saat ini
kimia dengan menggunakan pendekatan tersebut
banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains
adalah menghubungkan antara konsep sains
dan teknologi [3].Dengan kompetensi yang
yang dipelajari dan implikasinya terhadap
dimiliki para peserta didik dapat berguna bagi
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
dirinya sendiri dan masyarakat, kompetensi
Pembelajaran dengan pendekatan SETS lebih
itulah yang dimaksud sebagai literasi sains
memberdayakan dan membantu siswa dapat
menurut Programme for Internasional Students
mengembangkan kepribadiannya dan membantu
Asssesment (PISA) [4].
siswa memahami teori secara mendalam melalui
Literasi sains sangat penting dikuasai siswa
pengalaman belajar serta menerapkannya dalam
agar dapat memahami lingkungan hidup,
kehidupan sehari-hari [9]. Sejalan dengan
kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain
pendapat Bybee, Rubba (dalam [10]) yang
yang dihadapi masyarakat modern, yang sangat
menyatakan bahwa SETS dapat melatih
bergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan
keterampilan siswa berupa keterampilan
dan teknologi. Hal ini sejalan dengan hakikat
berpikirkritis dan memecahkan masalah yang
pendidikan sains yaitu meningkatkan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa untuk
Materi laju reaksi adalah salah satu materi
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya [5].
yang telah masuk dalam kurikulum nasional

B - 91
Prosiding Seminar Nasional Kimia,
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015

maupun kurikulum internasional. Dalam Literasi Sains yang diterapkan pada 10 siswa
pembelajaran materi ini dapat disampaikan kelas XI SMA Negeri 1 Lape Sumbawa Besar
dengan banyak model pembelajaran. Berkenaan semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
dengan ini perlu dirancang perangkat
pembelajaran dalam mengajarkarkan materi laju Waktu dan Tempat Penelitian
reaksi. Perangkat pembelajaran yang dimaksud Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA
adalah perangkat pembelajaran berbasis Negeri 1 Lape Sumbawa Besar pada bulan
pendekatan Science Environment Technology Februari tahun 2015.
and Society (SETS) diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif, yaitu dengan Pengembangan Perangkat Pembelajaran
meningkatnya literasi sains, aktivtas siswa, dan Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
waktu belajar lebih efektif dalam pembelajaran. meliputi RPP, Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
Perangkat pembelajaran yang baik akan Buku Ajar Siswa (BAS), Tes Literasi Sains pada
menentukan kualitas pembelajaran yang materi pokok laju reaksi. Tahap pengembangan
dilaksanakan. meliputi empat tahap yaitu model
Keterkaitan yang kompleks antara elemen- pengembangan 4D (design, define,
elemen SETS dalam kegiatan pembelajaran, develop,dessiminate) diadaptasi menjadi Model
mendasari peneliti untuk menerapkan SETS 4P, yaitu pendefinisian, perancangan,
(Science Environment Technology and Society). pengembangan dan penyebaran [12]. Namun
Siklus yang saling berkaitan, memudahkan demikian dalam penelitian ini hanya sampai
siswa memahami alur pembelajaran yang tahap pengembangan (develop)
diharapkan. Selain dapat memotivasi siswa
untuk aktif dengan materi yang disampaikan Teknik Pengumpulan Data
juga dapat mendukung keterlibatan siswa dalam
ilmu pengetahuan (Science), lingkungan 1. Validitas Perangkat
(Environment), teknologi (Technology) dan Sebelum ujicoba terbatas dilakukan,
masyarakat (Society) [11]. perangkat pembelajaran yang dikembangkan
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terlebih dahulu direvisi oleh pembimbing dan
bermaksud melakukan penelitian yang berjudul divalidasi oleh validator menggunakan
Penerapan Pendekatan Science Environment instrumen validasi RPP, BAS, LKS, dan Tes
Technology and Society (SETS) untuk Literasi Sains.
Meningkatkan Literasi Sains Siswa . 2. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan
METODE secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Jenis Penelitian Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat di
dalam kelas untuk mengamati keterlaksanaan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
sekenario di dalam RPP, aktivitas siswa, dan
pengembangan (development research).
kendala-kendala yang mungkin terjadi
Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah perangkat Pemberian Angket


pembelajaran pendekatan SETS yang telah Angket ini diberikan pada hari terakhir
dikembangkan yaitu RPP, BAS, LKS dan Tes penelitian. Siswa mengisi lembar angket dengan

B - 92
Prosiding Seminar Nasional Kimia,
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015

memberikan cheklist () pada setiap item D (Disagreement) = Frekuensi ketidakcocokanantara


pertanyaan yang telah disediakan. penilai
Pemberian Tes Menurut Borich (1994), instrumen penilaian
Pemberian tes digunakan untuk mengetahui perangkat dikatakan realiabel apabila
penguasaan terhadap tujuan pembelajaran pada realibilitasnya 75% (Ibrahim, 2005).
aspek pengetahuan. Tes dilakukan dua kali,
yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan Analisis Keterbacaan Buku Ajar Siswa
sesudah pembelajaran (posttest). Tingkat keterbacaan buku ajar siswa akan
dianalisis menggunakan persamaan sebagai
Teknik Analisis Data berikut:
Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran % BAS= 100%
Analisis validasi data yang meliputi validasi
perangkat dan penilaian dilakukan dengan Nilai persentase tingkat keterbacaan buku
merata-rata skor masing-masing komponen yang ajar siswa yang dikembangkan, diwakili oleh
diperoleh dari validator. Hasil skor rata-rata beberapa siswa yang dijadikan sampel dan
dideskripsikan sebagai berikut: dianalisis secara statistik deskriptif kuantitatif
berdasarkan tingkat keterbacaan sebagai berikut:
Tabel 1.Kriteria Pengkategorian Hasil Validasi
Perangkat Pembelajaran
Tabel 2. Kriteria Penilaian Tingkat Keterbacaan
Interval Kategori Keterangan
Buku Ajar
1,0 SV 1,5 Tidak Valid Belum dapat
Tingkat Kriteria
digunakan,
Keterbacaan
memerlukan
Skor tes > 60% Materi terlalu mudah
konsultasi
Skor tes 40%-60% Materi tepat untuk
1,6<SV < 2,5 Kurang Valid Dapat digunakan
pembelajaran
dengan banyak
revisi Skor tes < 40% Materi terlalu sulit
2,6<SV <3,5 Valid Dapat digunakan
dengan sedikit
revisi Analisis Keterlaksanaan Rencana
3,6<SV <4,0 Sangat Valid Dapat digunakan, Pelaksanaan Pembelajaran
tanpa revisi Hasil pengamatan keterlaksanaan
pembelajaran dianalisis secara deskriptif
Hasil penilaian dari para validator kualitatif yaitu dengan cara menghitung hasil
selanjutnya ditindaklanjuti peneliti sesuai pengamatan (diamati oleh pengamat).
dengan saran dan komentar dari validator.
Tingkat realibilitas data antara tiga orang P= 100%
validator dihitung menggunakan interobserver
agreement dengan menggunakan analisis Tabel 3. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan RPP
statistik percentage of agreement. Interval Kategori
0% P <25% Tidak terlaksana
25% P<50% Terlaksana kurang baik
A 50% P<75% Terlaksana baik
R= x 100% 75% P<100% Terlaksana sangat baik
(A + D)
Keterangan:
R (percentage of agreement)= Reliabilitas instrumen Sementara itu untuk penilaian keterlaksanaan
A (Agreement) = Frekuensi kecocokan antara penilai RPP pada setiap fase, ditentukan dengan

B - 93
Prosiding Seminar Nasional Kimia,
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015

membandingkan rata-rata skala penilaian kepada 2,67 (B-). Ketuntasan belajar per siswa dihitung
pengamatan dengan kriteria penilaian sebagai dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut: berikut:
1,00 SV < 1,49 : berarti tidak baik Nilai= 100 : 25
1,50 SV < 2,49 : berarti kurang baik
2,50 SV < 3,49 : berarti baik Hasil tes literasi sains, kemudian diberikan
3,50 SV < 4,00 : berarti sangat baik predikat sesuai dengan konversi skor dan
predikat pada kurikulum 2013 no 104 tahun
Sedangkan untuk menentukan reliabilitas 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar pada
instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP jenjang Dikdasmen. Adapun tabel konversi skor
maka data yang diperoleh dari dua pengamat dan predikat dapat dilihat pada Tabel 4.
diuji kecocokannya dengan menggunakan rumus
berikut ini : Tabel 4. Konversi Skor dan Predikat Konten Sains,
Proses Sains dan Konteks Aplikasi Sains
R = 100% x 1 (Borich, 1994) Pengetahuan Keterampilan
Skor Rerata Huruf Skor Rerata Huruf
3,85 - 4,00 A 3,85 - 4,00 A
Keterangan : 3,51 - 3,84 A- 3,51 - 3,84 A-
R= Koefisien reliabilitas 3,18 - 3,50 B+ 3,18 - 3,50 B+
A= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh 2,85 - 3,17 B 2,85 - 3,17 B
pengamat yang memberikan frekuensi tinggi 2,51 - 2,84 B- 2,51 - 2,84 B-
B= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh 2,18 - 2,50 C+ 2,18 - 2,50 C+
pengamat yang memberikan frekuensi rendah 1,85 - 2,17 C 1,85 - 2,17 C
1,51 - 1,84 C- 1,51 - 1,84 C-
1,18 - 1,50 D+ 1,18 - 1,50 D+
Instrumen yang dikembangkan dikatakan reliabel 1,00 - 1,17 D 1,00 - 1,17 D
jika mempunyai persentase 75% (Borich, 1994).
Hasil pretest dan posttest siswa juga
Analisis Aktivitas Siswa digunakan untuk mengetahui peningkatan
Aktivitas siswa adalah segala aktivitas yang literasi sains siswa sebelum dan sesudah
dilakukan siswa selama kegiatan belajar pembelajaran. Peningkatan ini diketahui melalui
mengajar berlangsung dan dinilai oleh dua orang analisis n-gain, yaitu dengan menggunakan
pengamat dengan menggunakan instrumen yang persamaan: (Hake, 1998).
disediakan. Akan ditentukan persentasenya (P)
dengan persamaan sebagai berikut: S S
g=
S S
P= x 100%
Keterangan:
Smaks = skor maksimum (ideal) dari tes awal dan
Analsisis Tes Literasi Sains tes akhir
Analisis hasil tes literasi sains diperoleh Spostes = skor tes akhir
berdasarkan nilai ketuntasan literasi sains pada Spretes = skor tes awal
setiap aspek; aspek konten sains, proses sains,
Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (n-
dan konteks aplikasi sains. Keberhasilan seorang
siswa dapat dikatakan tuntas apabila nilai yang gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
diperoleh siswa mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di sekolah yaitu skor rerata Tabel 5. Kriteria Pengkategorian n-Gain (g)

B - 94
Prosiding Seminar Nasional Kimia,
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015

Interval Skor Kategori sangat baik, artinya aspek kegiatan yang dilakukan
0,7 g Tinggi sesuai, sistematis, dan tepat dengan sintaks
0,3 g<0,7 Sedang pendekatan Science Environment Technology and
g<0,3 Rendah Society (SETS). Keterlaksanaan ini mendeskripsikan
keberhasilan guru dalam menerapkan tahap-tahap
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam pembelajaran.
Hasil penelitian yang dibahas meliputi hasil
validasi perangkat, keterbacaan buku ajar, Aktivitas siswa
keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, dan hasil
literasi sains: Aspek-aspek yang diamati dalam aktivitas
siswa meliputi: Mendengarkan atau
Hasil Validasi Perangkat memperhatikan penjelasan guru, membaca
bahan ajar, mencatat atau mengerjakan tugas
Penilaian yang diberikan oleh validator pada yang berada pada BAS dan LKS, melakukan
perangkat pembelajaran yang telah percobaan, bekerjasama antar kelompok,
dikembangkan adalah baik dan sangat baik, mempresentasikan hasil kerja kelompok,
artinya semua perangkat pembelajaran yang bertanya atau menyampaikan pendapat dan
dikembangkan telah layak dan dapat digunakan perilaku tidak relevan.
dalam penelitian. Berdasarkan analisis data pengamatan
Keterbacaan Buku ajar yang diperoleh penilaian terhadap keterlibatan
aktivitas siswa sebesar 80,8%. Dengan demikian
Buku Ajar Siswa yang dikembangkan berada aktivitas yang dilakukan menunjukkan yang
pada level pembelajaran dengan persentase sesuai dengan pendekatan Science Environment
keterbacaan pada kisaran 40% hingga 60% Technology and Society (SETS) berpusat pada
adalah kategori materi tepat untuk pembelajaran. isswa (student centered).
Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa tingkat
keterbacaan buku ajar siswa yang dikembangkan Hasil literasi sains
sebesar 59,2%. Dengan demikian buku ajar
siswa tersebut tepat untuk pembelajaran dan Tes literasi sains memiliki tiga aspek yaitu,
dapat digunakan sebagai perangkat konten materi, proses sains dan konteks aplikasi
pembelajaran. sains. Tujuan dari literasi sains adalah untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam
Keterlaksanaan RPP memahami sains, mengkomunikasikan sains
serta menerapkan kemampuan sains untuk
Keterlaksaan Rencana Pelaksanaan memecahkan masalah sehingga memiliki sikap
Pembelajaran meliputi pengelolahan kegiatan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya.
pembelajaran dan pengamatan suasana kelas. Tes hasil literasi sains yang digunakan adalah
Pengamatan kegiatan pembelajaran meliputi berupa 14 soal tes pilihan ganda pada konten
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan sains, 6 soal uraian proses sains dan 5 soal
kegiatan penutup, sedangkan suasana kelas yaitu uraian konteks Sains. Tes dilakukan yakni 2 kali
antusias guru dan siswa selama mengikuti yakni sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
kegiatan belajar mengajar. pembelajaran.
Perolehan persentase keterlaksanaan Hasil uji awal rata-rata pada aspek konten
pembelajaran mencapai nilai 88,1%, dan skor rata- sains dengan nilai 36 meningkat menjadi 91,
rata hasil pengamatan 3,00 dengan kategori baik dan pada aspek proses sains dengan nilai 36,67

B - 95
Prosiding Seminar Nasional Kimia,
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015

meningkat menjadi 86,67, dan hasil uji awal 3. Bahriah, E, S,. 2012. Literasi Sains.
rata-rata pada aspek konteks aplikasi sains http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/201
dengan nilai 45 meningkat menjadi 87 yang 2/06/05/literasi-sains/. Diakses tanggal 28
masing-masing pada setiap tes memiliki predikat Agustus 2014.
minimal B. Keberhasilan seorang siswa dapat 4. Sari, M.O. 2012. Peran Literasi Sains dalam
dikatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh Ekonomi Global. On
siswa mencapai predikat B. Line.http://kajianipa.wordpress.com/2012/03/
Berdasarkan data hasil uji awal dan uji akhir 26/literasi-sains/. Diakses tanggal 28
hasil analisis penelitian ini yang dilakukan Agustus 2014.
dengan menggunakan analisis Normalized Gain 5. OECD. 2013. PISA 2012 Assesmen and
menunjukkan bahwa siswa mengalami Analytical Framework: Mathematics,
peningkatan dengan rata-rata skor hasil tes Reading, Science, Probelem Solving and
literasi sains yang diperoleh adalah 0,76 dalam Financial Literacy.
kategori tinggi. Peningkatan yang ditunjukkan http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-on
oleh analisis dengan menggunakan Gain Score . Diakses tanggal 11 November 2013.
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan 6. Wenning, C.J. 2007. Assessing Inquiry Skills
Science Environment Technology and Society as a Component of Scientific Literacy.
(SETS) efektif dalam meningkatkan literasi Journal of Physics Teacher Education
sains siswa kelas XI IPA pada materi laju reaksi. Online. Vol.4 No.2, pp.21-24.
7. Toharudin, U., Rustaman, A., dan
KESIMPULAN Hendrawati, S. 2011. Membangun Literasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.
bahwa penerapan pendekatan Science 8. Oktarisa, Y., 2012. Literasi Sains. On Line.
Technology and Society (SETS) dapat http://vivitmuzaki.wordpress.com/2012/07/09
meningkatkan literasi sains siswa. /literasi-sains/, Diakses tanggal 15 Juli 2014.
9. Nurchayati. 2013. Pengaruh Model
UCAPAN TERIMA KASIH Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Ucapan terimakasih disampaikan kepada (STM) Terhadap Keterampilan Berpikir
Kepala sekolah, guru, staf, dan pegawai SMA Kritis dan Sikap Sains Siswa SMP. Jurnal
Negeri I Lape Sumbawa BesarNTByang telah Ilmiah Progresif. Vol.10 No.30, pp.29-41.
memfasilitasi, berkenan memberikan izin, dan 10.Kardi, S. 2013. Sains, Teknologi, dan
keluasan selama penelitian. Masyarakat (STM). Surabaya. Pascasarjana
. Universitas Negeri Surabaya.
11.Sari, D.P. 2012. Pengembangan Perangkat
DAFTAR PUSTAKA Aktif Melalaui Pendekatan SETS pada
Materi Suhu dan Kalor. Tesis. Magister
1. Subali, B., Effendy, Suyono, Raharjo, Wasis,
Sudibyo, E. 2009. Panduan Pengembangan Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Model Pembelajaran IPA Terpadu. 12.Ibrahim, M. 2008. Model Pembelajaran
Departemen Pendidikan Nasional. Inovatif IPA melalui Pemaknaan. Surabaya:
2. Inzanah. 2014. Pengembangan Perangkat Unesa University Press.
Pembelajaran IPA Berbasis Kurikulum 2013
untuk Melatih Literasi Sains Siswa SMP.
Tesis. Magister Pendidikan, Universitas
Negeri Surabaya.

B - 96

You might also like