You are on page 1of 4

HUBUNGAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI ANEMIA DENGAN FAKTOR

USIA DAN PARITAS


DI DESA BANDAR LOR
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik seluruh dunia,
disamping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.
Kelainan ini merupakan penyebab debilitas kronik (chronic debility) yang mempunyai dampak
besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Sudoyo, 2007). Salah
satu penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan postpartum akibat atonia uteri.
Sedangkan atonia uteri salah satunya disebabkan oleh anemia, sehingga dapat meningkatkan
angka kesakitan ibu (Tarwoto, 2007). Kehamilan pada usia di bawah 20 tahun memiliki
kekurangan dimana ia memiliki resiko yang sama tingginya dengan kehamilan diatas 35 tahun.
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin di dalam sel
darah merah kurang (Faisal Y, 2003). Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan besi.Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) <11 gr% pada trimester I dan III serta pada trimester II kadar Hb <10,5 gr%
karena terjadi pengenceran darah (hemodilusi) sehingga terjadi anemia fisiologis dan bila kadar
Hb <11gr % terjadi anemia patologis.
(Depkes RI, 2009; Pujiningsih, 2010)
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008, prevalensi anemia
pada ibu hamil pada tahun 1993-2005 di seluruh dunia mencapai 41,8%. Prevalensi di Afrika
57,1%, di Amerika 24%, di Asia Tenggara 48,2%, di Eropa 25,1% dan di Timur Tengah 44,2%.
Berdasarkan data dari Health Nutrition and Population Statistics diperoleh prevalensi anemia
pada ibu hamil di beberapa negara tahun 2005. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia masih
cukup tinggi misalnya di Laos 56,4%, India 49,7%, Irak 38,2%, Arab Saudi 32%, Korea Selatan
22,6%, Korea Utara 22,6%. Prevalensi terendah di Asia yaitu di Jepang (14,8%). Prevalensi di
negara-negara Eropa antara lain Spanyol 17,6%, Portugal 17,3%, Italia 15,5%, Belanda 12,5%,
Denmark 12,4%, dan Jerman 12,3%. Di Australia diperoleh prevalensi 12,4%. Berdasarkan hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, prevalensi anemia ibu hamil sebesar 40,1% dan
pada tahun 2007 turun menjadi 24,5%. Namun demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa
anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama selain
masalah kurang kalori protein, defisiensi vitamin A dan gondok endemik. Anemia gizi adalah
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda
untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi
(Fe), asam folat, dan/atau vitamin B12. Anemia gizi besi merupakan masalah gizi yang paling

sering terjadi di dunia. Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51%. Anemia gizi besi
lebih cenderung berlangsung di negara-negara yang sedang berkembang dibanding negara yang
sudah maju. Menurut catatan dan perhitungan Dep.Kes RI , di Indonesia sekitar 67% bumil
mengalamai anemia dalam berbagai jenjang (Manuaba,2007). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan PT Merck Tbk tahun 2003 di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara prevalensi
anemia cukup tinggi. Di Jawa Timur dengan melibatkan 5.959 peserta tes darah di tiga kota,
Kediri, Jombang, dan Mojokerto, didapat 33% di antaranya anemia.
Faktor penyebab anemia pada umumnya adalah kurang gizi (malnutrisi); kurang zat besi
dalam diet; malabsorpsi; kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-
lain; penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain (Mochtar,
2004). Faktor resiko pada ibu hamil yang mengalami anemia selama kehamilan yaitu mengalami
dua kehamilan yang berdekatan, hamil dengan lebih dari satu anak (25%), hamil saat masih
remaja usia kurang dari 20 tahun (14%), hamil saat usia di atas 35 tahun (14,5%), dan masih
banyak kebiasaan yang bertentangan dengan upaya kesehatan modern. Adapun pengaruh anemia
dalam kehamilan yaitu abortus, kelainan konginental, perdarahan antepartum dan pada saat
inpartu menyebabkan gangguan his serta memicu terjadinya atonia uteri pada masa pascapartus
(Manuaba, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Husni Tamrin tahun 2010 di
RSUD dr.Soetomo tentang karakteristik ibu hamil risiko tinggi yang mengalami anemia hasilnya
71 ibu hamil risiko tinggi yang mengalami anemia, 79% berusia 19-34 tahun, 45%
berpendidikan terakhir SMA, 56% merupakan ibu rumah tangga, 65% dengan jumlah kehamilan
multigravida, 54% termasuk kriteria anemia ringan, dan 64% disertai faktor risiko penyakit.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia lebih banyak
terjadi pada usia yang tidak berisiko, hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan
Manuaba. Maka masalah ini tertarik untuk diteliti.
1. Perumasan Masalah
a. Apakah ada hubungan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan usia ibu hamil
b. Apakah ada hungan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan paritas ibu hamil

2. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui apakah ada hubungan ibu hamil yang mengalami anemia dengan usia

dan paritas ibu hamil di Desa Bandar Lor

Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor faktor penyebab anemia pada ibu hamil


b. Mengetahui hubungan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan usia ibu hamil
c. Mengetahui hubungan anatar kejadian anemia pada ibu hamil dengan paritas ibu

hamil

3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Akademi (Institusi Pendidikan)


Sebagai wacana dan bahan masukan untuk proses penelitian selanjutnya tentang

kehamilan risiko tinggi dan anemia pada ibu hamil.


b. Bagi Lahan Penelitian dan Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan bagi tempat pelayanan kesehatan memberikan masukan bagi

puskesmas dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil khususnya untuk

mendeteksi dini adanya anemia yang dapat meningkatkan risiko kehamilan pada ibu

hamil.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai masukan bagi masyarakat untuk lebih termotivasi untuk menjaga

kehamilannya dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk deteksi dini

adanya kehamilan risiko tinggi dan komplikasi selama hamil sehinggga morbiditas

dan mortalitas maternal dapat menurun.


1. VARIABEL
VARIABEL BEBAS : USIA DAN PARITAS
VARIABEL TERGANTUNG : IBU HAMIL
JENIS VARIABEL :
- IBU HAMIL DENGAN ANEMIA : VARIABEL DISKRIT (NOMINAL)
- USIA : VARIABEL RASIONAL
- PARITAS : VARIABEL RASIONAL
2. SAMPEL
POPULASI : SELURUH IBU HAMIL YANG ADA DI WILAYAH DESA

BANDAR LOR, IBU HAMIL YANG DIBUTUHKAN 20 ORANG.


SAMPLING : - IBU HAMIL USIA <20 TAHUN DAN IBU HAMIL USIA >35

TAHUN
- IBU HAMIL MULTIGRAVIDA (HAMIL >1)
TEKNIK SAMPLING : STRATIFIED SAMPLING
3. DEFINSI OPERASIONAL
IBU HAMIL DENGAN ANEMIA :
- CONJUNGTIVA PUCAT
- KADAR Hb : <11 gr% pada trimester I dan III serta pada trimester II kadar Hb <10,5

gr%
- PARITAS : MULTIGRAVIDA (hamil >1)
- IBU HAMIL USIA <20 TAHUN DAN IBU HAMIL USIA >35 TAHUN

DAFTAR PUSTAKA

- Manuaba, Ida Ayu Chandranita, et al. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
- Sudoyo, Aru W, et.al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
- Tarwoto, Wasnidar. 2007. Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil, Konsep dan
Penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media.
- WHO. 2002. Panduan Praktis Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
WHO.
.

You might also like