Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2. 4 Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya, ketika
seseorang melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik,
dan begitu pula sebaliknya. (Budi Santoso, 1992).
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga
segi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu.
Pendidikan diartikan sebagai upaya memanusiakan manusia. Tanpa
pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu
memperkembangkan dimensi ke individualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya
dan keberagamaanya.
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola
bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang berbagai aspek
konseling budaya antara lain:
Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri
konselor dan klien maka konseling akan berhasil
Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil
konseling tersebut
Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya
makin memudahkan konselor memahami klien.
Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman
terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.
Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor /program
konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses ketrampilan
berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer.
2. 6 Landasan filosofis
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philos berarti cinta
dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan
( Syamsul 2006 : 106). Sehingga landasan filosofis yakni pemikiran yang mendalam
tentang hakikat manusia dan hubungannya dengan kebutuhan akan bimbingan dan
konseling yang diwujudkan dengan kebijaksanaan.
Menurut James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan yaitu
sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga
diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.
b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan
c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya
f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi dan
sosialisasi
2.5.1 Hakikat Manusia
B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988).
Mengemukakan tentang hakekat manusia:
Pemikiran yang paling mendalam, luas, tinggi, dan tuntas yang mengarah
kepada kefahaman tentang hakikat sesuatu yang difikirkan, dikupas, dikaji, dan
direnungkan dari segala seginya melalui proses pemikiran yang mendalam
disebut sebagai fikiran filosofis. Hasil pemikiran itu digunakan sebagai dasar
untuk bertindak atas sesuatu yang dimaksudkan. Pikiran filosofis juga mencakup,
segi estetika, etika, logika, maka tindakan yang berlandaskan kefahaman filosofis
itu dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan etis. Pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang kesemuanya
diharapkan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan fikiran filosofis tentang
berbagai hal yang bersangkutan dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
Fikiran dan kefahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan
bimbingan dan konseling khususnya konselor Luddin (2010: 25)
2. 7 Landasan Psikologis
Landasan psikologis sesungguhnya adalah teori-teori tentang tingkah laku
manusia dan hubungan dengan bimbingan dan konseling. Sebagaiana diketahui
bahwa psikologi telah menghasilkan hukum-hukum pertumbuhan dan
perkembangan manusia, hukum-hukum atau prinsip belajar, teori-teori kepribadian
dan perubahannya, teori behavioral dan kognitif yang semuanya dapat dijadikan
landasan atau titik tolak bagi konselor untuk melaksanakan bimbingan dan
konseling. Banyak teori psikologi telah dijadikan sebagai pendekatan konseling dan
banyak teori behavioral dijadikan sebagai metode pengubahan tingkah laku.
Bimbingan efikasi diri, bimbingan percaya diri, bimbingan aktualisasi diri,
bimbingan self-control semuanya berlandaskan psikologis.
b. Landasan aksiologis, yaitu adanya nilai kegunaan dari pengetahuan itu bagi
kepentingan manusia lahir dan batin, dalam hal ini, landasan moral sangatlah
penting agar pengetahuan dapat dikembangkan dalam ilmu agar tidak
disalahgunakan. Landasan aksiologis mengungkapkan pemikiran yang sistematik
dan mendasar tentang implikasi bimbingan dan konseling untuk mampu
menjawab tantangan perkembangan yang mengalami berbagai macam krisis.
Salah satunya adalah krisis sosial budaya yang meluas dalam berbagai modus
disoreintasi dan dislokasi banyak kalangan masyarakat kita. Misalnya disintegrasi
sosial politik yang bersumber euforia kebebasan nyaris kebablasan, lenyapnya
kesabaran sosial dalalm menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit
sehingga mudah mengamuk dan melakukan tindakan kekerasan dan anarkhi,
merosotnya penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral,
kesantunan sosial, semakin meluasnya penyebaran narkoba, dan penyakit-
penyakit sosial adalah suatu kenyataan bahwa tata kehidupan lokal dan
keragaman daerah-daerah lengkap dengan tradisi, budaya, kebiasaan-kebiasaan,
dan ikatan-ikatan sosial dalam berbagai aspek kehidupan terus masuk ke dalam
tata kehidupan nasioanl, kemudian masuk ke dalam tata kehidupan global
atau internasional. Masalahnya adalah bagaimana orang lokal, dan
nasioanal mampu menjadi warga global tanpa tercerabut dari akarnya atau
tanpa kehilangan jati dirinya. Menutup diri atau bersikap eklusif akan ketinggalan
jaman, membuka diri berisiko kehilangan jati diri atau kepribadian (Mastuhu,
2004). Kiranya yang modernitas tidak mungkin ada tanpa yang tradisional,
dan yang tradisional akan sia-sia dan tidak berdaya tanpa membuka diri dan siap
memasuki modernitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Jakarta: Rineka
Cipta.
Ibid
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/diana-septi-purnama-mpd/landasan-
bimbingan-kons-awal.pdf (Diakses pada tanggal 21 februari 2017)
http://fkip.unri.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/810-BAB-5-ARAHPELAYANAN
BIMBINGAN-DAN-KONSELING-.pdf (diakses tanggal 24 Februari 2017)