Professional Documents
Culture Documents
19/8/2015
Tahun 1995 ia menjabat sebagai Wakil Presiden Eksekutif NTI Resources Ltd di
Kanada. Penghasilannya mencapai US $ 8.000 per bulan. Namun Sandi harus
rela tersingkir karena krisis moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan
perusahaan itu bangkrut. Selain itu, investasi dalam pasar saham juga
terdampar sebab pasar saham global runtuh.
Dia hampir putus asa kemudian ia kembali ke Indonesia bersama dengan orang
tuanya. Karena keadaannya itulah, membuatnya tidak ingin menjadi karyawan
lagi. Dengan menjadi karyawan maka ia tidak dapat mandiri secara finansial.
Sandi memulai merambah wirausaha dengan mendirikan perusahaan penasihat
keuangan yang bernama PT. Recapital Advisors bersama dengan teman SMA-
nya, Rosan Roeslani. Ia mendirikannya pada tahun 1997.
Pada tahun 1998, ia bekerja sama dengan salah satu anak dari William Edwin
Soeryadjaya dengan mendirikan sebuah perusahaan investasi. Perusahaan
tersebut bernama PT Saratoga Investama Sedaya. Perusahaan ini bergerak pada
produk pertambangan, telekomunikasi dan kehutanan. PT ini memiliki saham
besar pada perusahaan batu bara, PT. Adaro Energi Tbk.
Menjadi posisi seperti ini, Sandi hanya bisa bersyukur. Jika tidak terjadi krisis
1998 mungkin ia kini masih menjadi karyawan. Orang tuanya yang juga
merupakan pengusahapun sebenarnya tidak menginginkan Sandi menjadi
pengusaha juga. Ia selalu percaya bahwa setiap kesulitan selalu bersama dengan
kemudihan yang dikutip dari Al Quran.
Sandi aktif di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sampai September
2010 karena merasa bertanggung jawab terhadap pengusaha muda di Indonesia.
Dia merasa bahwa keterampilan pengusaha seharusnya dididik sejak dini.
Sukses sebelum berusia 40 tahun, banyak yang ia jabat. Seperti Ketua Asosiasi
Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk periode 2005-2008, aktif di Kamar
Dagang Indonesia dan Industri (Kadin), anggota KEN (Komite Ekonomi Nasional)
dan Bendahara ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).