Professional Documents
Culture Documents
Amnesia disosiatif adalah diagnosis yang sesuai ketika fenomena disosiatif terbatas pada
amnesia. Gejala kuncinya adalah ketidakmampuan memngingat kembali informasi, biasanya
mengenai perisiwa yang penuh tekanan atau traumatic di dalam kehidupan seseorang. Ketidak
mampuan ini dapat dijelaskan dengan keadaan lupa yang biasa dan tidak terdapat bukti adanya
gangguan pada otak. orang tersebut mempertahankan kapasitas untuk mempelajari informasi
baru.
Suatu bentuk lazim pada amnesia disosiatif mencakup amnesia mengenai identitas pribadi tetapi
daya ingat mengenai informasi umum tetap baik. Gambaran klinisnya tepat seperti kebalikan
gejala yang ditemukan pada demensia, pasien dapat mengingat nama mereka tetapi lupa akan
informasi umum seperti menu makan siang mereka. Kecuali karena amnesianya pasien dengan
amnesia disosiatif benar-benar intak dan dapat berfungsi dengan sesuai. Sebaliknya, pada
sebagian besar amnesia akibar keadaan medis umum (seperti amnesia pasca kejang dan amnesia
toksik), pasien dapat bingung dan berperilaku kacau. Jenis amnesia lain disertai amnesia
antergade yang tidak terjadi pada pasien dengan amnesia disosiatif.
Epidemiologi
Amnesia disosiatif dianggap sebagai gangguan disosiatif yang paling lazim ditemukan walaupun
data epidemiologisnya ntuk semua gangguan disosiatif terbatas dan tidak pasti. Amnesia
disosiatif dianggap lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dan lebih sering pada
dewasa muda dibanding dewasa yang lebih tua tetapi gangguan ini dapat terjadi pada semua usia.
Mengingat gangguan ini biasanya disebabkan oleh peristiwa traumatic atau penuh tekanan,
insidennya mungkin meningkat selama waktu perang dan bencana alam. Kasus amnesia
disosiatif yang terkait lingkungan rumah tanggacontohnya penyiksaaan pada pasangan dan
anaimungkin jumlahnya konstan. Sebagian besar kasus ditemukan di ruang gawat darurat
rumah sakit, tempat pasien dibawa setelah ditemukan.
Etiologi
Kompleksitas mengenai pembentukan dan perolehan kembali daya ingat yang baru dihargai,
dapat membuat amnesia disosiatif secara intuisi dapat dimengerti karena banyak area yang
berpotensi mengalami disfungsi. Sebagian besar pasien dengan gangguan disosiatif tidak mampu
mengingat kembali kenangan yang menyakitkan dari suatu peristiwa traumatic dan penuh
tekanan sehingga kandungan emosi terhadap kenangan tersebut secara jelas menjadi dasar
patofisiologi dan penyebab gangguan ini.
Satu pengamatan yang relevan mengenai orang pada umumnya adalah bahwa
pembelajaran merupakan suatu hal yang sering bergantung pada keadaanyaitu, bergantung
pada konteks saat pembelajaran terjadi. Teori pembelajaran yang bergantung keadaan ini berlaku
unuk amnesia disosiatif yaitu bahwa kenangan mengenai peristiwa traumatic dibiarkan selama
persistiwa tersebut dan keadaan emosional dapat sedemikian hebatnya sehingga sulit bagi orang
tersebut untuk mengngiat informasi yang dipelajari selama keadaan tersebut.
Di dalam pendekatan psikoanalitik terhadap amnesia disosiatif, gangguan ini terutama
dianggap sebagai mekanisme defense yatu seseorang mengganti kesadaran sebagai suatu cara
untuk menghadapi konflik emosional atau stressor eksternal. Defensi sekunder yang terlibat
dalam amnesia disosiatif mencakup represi (impuls yang mengganggu dihalangi dari kesadaran)
dan penyangkalan (suatu aspek realitas eksternal diabaikan oleh pikiran yang disadari)
1. Gangguan yang dominan adalah salah satu atau lebih episode ketidakmampuan
mengingat kembali informasi pribadi yang pening, bbiasanya dengan sifat traumatic atau
penuh tekanan yang terlalu luas untuk dijelaskan dengan keadaan lupa yang biasa
2. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalan gangguan identitas disosiatif, fugue
disiosiatif, gangguan stress pasca trauma, gangguan stress akut atau gangguan somatisasi,
dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis lansung suatu zat (cth : penggunaan obat,
pengobatan) atau keadaan neurologis atau medis umum lain
3. Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermaksa atau hendaya fungsi
sosual, pekerjaan, dan area fungsi penting lain.
Amnesia disosiatif dapat didiagnosis hanya ketika gejalanya terbatas pada amnesia yang terjadi
selama perjalanan gangguan identitas disosiatif dan bukan merupakan akibat keadaan medis
umum.
Gambaran klinis
karena amnesia dapat memiliki pengaruh yang sangat merusak bagi kehidupan sehari-hari
pasien, banyak orang dengan amnesia kronis menciptakan strategi adaptif. Salah satu strategi
tersebut menciptakan strategi adaptif. Salah satu strategi tersebut adalah konfabulasi, yaitu
mereka-reka informasi palsu untuk menutuoi kesenjangan daya ingat. Pasien lain akan
melakukan berbagai bentuk mengawasi diri sendiri untuk melindungi mereka dari hilangnya
daya ingat, seperti mencatat atau menghentikan aktifitas rutin.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding amnesia disosiatif meliputi berbagai keadaan medis umum seperti
gangguan jowa lain. Klinisi harus melakukan anamnesis medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratoium, anamnesia psikiatrik, dan pemeriksaan status mental.
Amnesia pada keadaan demensia dan delirium biasanya disertai banyak gejala kognitif
lainnya yang mudah dikenali. Ketika pasien mengalami amnesia mengenai informasi pribadi
pada keadaan ini, demensia atau delirium biasanya sudah lanjut dan mudah dibedakan dengan
amnesia disosiatif.
epilepsy dapat menyebabkan gangguan daya ingat mendadak disertai kelainan motoric
dan elektroensefalogram. Pasien dengan epilepsy rentan mengalami bangkitan selama periode
stress, dan sejumlah peneliti mendalilkan bahwa penyebab mirip epileptic dapat terlbat dalam
gangguan disosiatif. Riwayat adanya aura, trauma kepala, atau inkontinensia dapat membantu
klinisi mengenali amnesia akibat epiliepsi.
Terapi
Wawancra dapat memberikan petunjuk kepada klinisi mengenai pencetus yang bersifat
traumatuk secara psikologis. wawancara yang dibantu obat dengan abrbiturar kerja singkat,
seperti thiopental (pentothal) dan natrium amobarbital yang diberikan secara intravenam serta
benzodiazepine dapat membantu pasien memulihkan ingatan yang telah dilupakan, Hipnosis
dapat digunakan terutama sebagai suatu cara yang mebuat pasien cukup santai sehingga mereka
dapat mengingat kembali hal yang terlah mereka lupakan, Saat pasien ditempatkan pada keadaan
somnolen, inhibisi mental dihilangkan dan bahan amnesik akan muncul ke dalam kesadaran
sehingga dapat diingat kembali. Ketika ingaran yang hilang telah diperoleh kembali, psikoterapi
umumnya disarankan untuk membantu pasien mmnyatukan kembali kenangan mereka ke dalam
keadaan sadar mereka.
FUGUE DISOSIATIF
Perilaku pasien dengan fugue disosiatif bersifat jangal dan dramatic. Fugue digunakan untuk
mencerminkan kenyataan bahwa pasien secara fisik pergi jauh dari situasi rumah atau pekerjaan
biasa mereka dan tidak dapat mengingat aspek pentung identitas sebelumnya (nama, keluarga,
pekerjaan). Pasien seperti ini sering tapi tidak selalu, mengambil identitas dan pekerjaan yang
sama sekali baru walaupun identitas baru biasanya kurang lenkap dibanding kepribadian
pengganti ada gangguan identitas disosiatif, serta idenitas lama dan idenitas baru tidak muncul
bergantian, seperti pada gangguan identitas disosiatif.
Epidemiologi
Fugue disosiatif jarang ditemukan, dan seperti amnesia disosiatif, paling sering terjadi selama
perang, setelah bencana alam, dan akibat krisis pribadi selama perang, setelah bencana alam, dan
akibat krisis pribadi dengan konflik internal yang berat. Menurut DSM_IV-TR, terdapat angka
prevalensi 0,2 di dalam populasi umum.
Etiologi
Walaupun penyalahgunaan alcohol berat dapat menjadi presidposisi orang untuk mengalami
fugue disosiatif, penyebab gangguan ini pada dasarnya dianggap psikologis. Faktir motivasi yang
penting tampaknya berupa keinginan menarik diri dair pengalaman yang menyakitkan secara
emosi. Pasien dengan gangguan mood dan gangguan kepribadian tertentu (contoh; gangguan
kepribadian ambang, histrionic, dan schizoid) memiliki predisposisi mengalami fugue disosiatif.
Berbagai stressor dan faktor pribadi menjadi predisposisi bagi orang-orang untuk
mengalami fugue disosiatif. Faktir psikososial mencakup stressor perkawinan, keuangan,
pekerjaan, dan stressor akibat perang. Ciri predisposisi terkait lainnya mencakup depresi, upaya
bunuh diri, gangguan organic (terutama epilepsy), serta riwayat penyalahgunaan zat. Riwayat
trauma kepala juga merupakan predisposisi bagi seseorang untuk mengalami fugue disosiatif.
Selama periode ini, mereka mengalami amnesia sepenuhnya untuk kehidupan masa lalu dan
hubungannya, tetapi tidak seperti pasien dengan amnesia disosiatif, mereka umumnya tidak sadar
bahwa mereka telah melupakan segalanya. Hanya ketika mereka tiba-tiba kembali ke diri mereka
sebelumnya mereka dapat mengingat kembali waktu sebelum awitan fugue, namun mereka tetap
amnesia selaa periode fugue tersebut. Pasien dengan fugue disosiatif bagi orang lain tidak tampak
berperilaku dengan cara berbeda. Keberadaan mereka diam-diam, tidak mencolok, menyendiri,
memiliki pekerjaan yang sederhana; hidup sederhana; dan umunya, tidak melakukan apapun
untuk menarik perhatian kearah mereka.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding fugue disosiatif serupa dengan diagnosis banding amnesia disosiatif. Pada
amnesia disosiatif, hilangnya daya ingat terjadi akibat stress psikologis tetapi dapat terdapat
episode bepergian bertujuan atau episode identitas baru. Berjelana yang ditemukan pada
demensia atau delirium biasanya dibedakan dengan bepergian pada pasie dengan fugue disosiatif
yaitu bepergian pada pasien dengan fugue disosiatif yaitu bepergian pada demensia atau delirium
tidak bertujuan dan tidak ada perilaku yang adaptif secara social serta kompleks. Epislepsi
parsial kompleks dapat menyebabkan episode bepergian tetapi biasanya pasien tidak mengambil
suatu identitas baru dan episode umumnya dicetuskan stress psikologis.
Keadaan fugue organic dapat disebabkan berbagai obat, termasuk obat halusinogenik,
steroid, barbiturate, phenothiazine, triazolam (Halcion), dan L-asparaginase. Diagnosis hilang
keasadaran karena alcohol sering tertukar dengan fugue disosiatif tetapi dapat dibedakan melalui
anamnesis klinis yang baik serta mengetahui konsentrasi alcohol, jika hal ini terjadi saat
intoksikasi akut. Meskipun demikian, klinisi harus ingat bahwa fugue disosiatif dan hilang
kesadaran karena alcohol dapat terjadi bersamaan pada orang yang sama. Terdaoat laporan
bahwa triazolam dan alcohol bersamaan menimbulkan episode amnesia anterogard.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Fugue biasanya terjadi singkatberjamjam sampai berhari-hari. Yang lebih jarang, fugue dapat
berlansung beberapa bulan dan melibatkan bepergian jauh melintasi ribuan mil. Umumnya,
pemulihan terjadi spontan dan cepat. Kekambuhan mungkin terjadi.
Terapi
Terapi fugue disosiatif serupa dengan terapi amnesia disosiatif. Wawancara psikiatrik,
wawancara yang dibantu obat, serta hypnosis, dapat membantu mengungkapkan kepada terapis
dan pasien mengenai stressor psikologis yang mencetuskan pasien menyatukan stressor pencetus
ke dalam jiwa mereka dengan cara yang sehar dan terintegrasi. Terapi pilihan fugue disosiatid
adalah psikoterapi psikodinamik ekspresif suportif. Teknik yang paling luas dterima
membutuhkan campuran abreaksi trauma secara masa lalu dan integrasi trauma terdapat ke
dalam diri yang menyatu yang tidak lagi membutuhkan pemisahan untuk menghadapi trauma
tersebut.
Epidemiologi
Perkiraan prevalesni gangguan ini bervariasi menurut laporan riset maupun laporan tidak resmi
mengenai gangguan identitas disosiatif. Pada suatu titik, sejumlah peneliti yakin bahwa
gangguan identitas disosiatifsangat jarang; pada titik lain, beberapa peneliti akin bahwa
gangguan identitas disosiatf sangat banyak yang tidak dikenali. Studi yang terkontrol baik
melaporkan bahwa antara 0,5 hingga 3,0% pasien yang datang ke rumah sakir psikiatrik umum
memenuhi kriteris diagnostic gangguan identitas disosiatif, mungkin juga sebanyak 5% dari
seluruh gangguan psikiatrik. Pasien yang didiagnosis gangguan identitas disosiatif sebagian
besar adalah perempuanrasio perempuan banding laki-laki 5:1 hingga 9:1. Meskipun
demikian, banyak klinisi dan peneliti yakin bahwa laki-laki kurang dilaporkan dalam sampel
klinis karena mereka yakin bahwa sebagian besar laki-laki dengan gangguan ini memasuki sisem
peradilan criminal dibandingkan dengan sistem kesehatan jiwa.
Gangguan ini paling lazim ditemukan pada masa remaja akhir dan dewasa muda, dengan
usia diagnosisrerata adalah 30 tahun, walaupun pasien biasanya mengalami gejala selama 5
hingga 10 tahun sebelum diagnosis. Beberapa studi menemukan bahwa gangguan ini lebih lazum
ditemukan pada kerabat biologis derajat pertama pada orang dengan gangguan ini dibandingkan
dengan populasi umum.
Gangguan identitas disosiatif sering terjadi bersamaan dengan gangguan jiwa lain,
termasuk gangguan ansietas, gangguan mood, ganggun somatoform, disfungsi seksual, gangguan
terkait zar, gangguan makan, gangguan tidur dan gangguan stress pascra trauma. Gejala
gangguan identitas disosiatif serupa dengan gejala pada gangguan kepribadian ambang, dan
kedua gangguan ini dapat sulit dibeadakan. Upaya bunuh diri lazim ditemukan pada pasien
dengan gangguan identitas disosiatif; sejumlah studi melaporkan bahwa sebanyak dua pertiga
pasien dengan gangguan identitas disosiatif berupaya melakukan bunuh diri selama perjalanan
penyakit ini.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan identitas disosiatif tidak diketahui walaupun riwayat pasien hampir semua
(mendekati 100%) melibatkan peritiwa trauumatik, paling sering di masa kanak-anak.
Umumrnya empat tipe faktor penyebab telah diidentifikasi; peristiwa hidup traumatic,
kerentanan terhadap gangguan, faktor lingkungan, serta tidak ada dukungan eskternal. Peristiwa
raumatik umumnya berupa penyiksaan seksual atau fisik di masak kana, lazimnya melibatkan
hubungan sedarah. Peristiwa traumatic lain dapat mencakup kematian kerabat dekat atau teman
selama masa kana-kanak dan menyaksika suatu trauma atau kematian.
Kecenderungan gangguan ini untuk timbul dapat didasari secara biologis maupun
psikologis. Kemampuan orang yang beragam untuk dihiptnoris dapat menajdi suatu contoh actor
resiko timbulnya gangguan identitas disosiatif dan persentase aktivitas timbulnya gangguan
identitas disosiatif dan persentase aktivitas EEG abnormal yang tinggi telah dilaporkan pada
beberapa studi pada pasien yang mengalaminya. Suatu studi pada aliran darah otak regional
mengungkapkan adanya hiperfusi temporal pada salah satu subkepribadian tetapi tidak pada
kepribadian utama. meskipun beberapa studi telah menemukan perbedaan senstivitas nyeri serta
ukuran fisiologis lainnya diantar semua kepribadian ini, penggunaan data tersebut sebagai bukti
adanya gangguan identitas disosiatig harus digunakan pendekatan yang sangat hati-hati.
Faktor lingkunan yang terlibat dalam paogenesis gangguan identitas disosiatif tidak
spesifik dan cenderung melibatkan faktor-faktor sebagai (role model) serta adanya mekasnisme
lain untuk menghadapi stress. Pada banyak kasus, satu faktir dalam perkembangan identitas
disosiatif tampaknya adalah tidak adanya dukungan identitas disosiatif tampaknya adalah tidak
adanya dukungan dari orang yang bermakna seperti orang tua, saudara kandung, kerabat lain,
dan orang-orang yang tidak terkait seperti guru.