You are on page 1of 73

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

STUDI PERBEDAAN EKSPRESI COX-2 ANTARA ENDOMETRIOMA


DAN KARSINOMA OVARII

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Magister


Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama : Ilmu Biomedik (OBGIN)

Oleh :
MAKHMUD JUMHUR
S 5507004

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

STUDI PERBEDAAN EKSPRESI COX-2 ANTARA ENDOMETRIOMA DAN


KARSINOMA OVARII

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister


Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama : Ilmu Biomedik (OBGIN)

Diujikan pada ujian tesis


Hari Selasa
Tanggal : 19 April 2011
Jam : 13.00 BBWI

Oleh :

Makhmud Jumhur
S5507004

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

STUDI PERBEDAAN EKSPRESI COX-2 ANTARA ENDOMETRIOMA


DAN KARSINOMA OVARII

Disusun Oleh :

Makhmud Jumhur

S.5507004

Tesis ini telah disetujui :

Dewan Pembimbing:

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal


Pembimbing I Prof.Dr. KRMT.Tedjo Danoedjo
Oepomo, dr.SpOG(K) ....................
NIP : 194601201973 1 001
Pembimbing II Dyah Ratna Budiani, Dra. M.Si.
NIP : 19670215199403 2 001 .....................

Mengetahui
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik G Tamtomo,dr ,MM,M.Kes, PAK.


NIP. 19480313197610 1 001

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

STUDI PERBEDAAN EKSPRESI COX-2 ANTARA ENDOMETRIOMA


DAN KARSINOMA OVARII

Disusun Oleh :

Makhmud Jumhur

S.5507004

Tesis ini telah disetujui oleh Tim Penguji :

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal


Ketua Prof.Dr. Didik G Tamtomo,dr.MM.M.Kes.PAK ....................
Sekretaris Prof.Dr. Harsono Salimo, dr.SpA(K) .....................

Anggota 1. Prof. Dr. Tedjo Danoedjo Oepomo,dr.SpOG(K) ....................


Penguji 2. Dyah Ratna Budiani, Dra. M.Si ....................

Surakarta, 2011
Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Suranto, Drs.M.Sc.PhD Prof Dr. Didik G Tamtomo, dr.MM.MKes.PAK

NIP. 1957080201985031004 NIP. 19480313197610 1 001


commit to user

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Makhmud Jumhur

NIM : S 5507004

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Studi Perbedaan


Ekspresi COX-2 Antara Endometrioma dan Karsinoma Ovarii adalah betul-betul
karya sendiri. Hal hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis
tersebut.

Surakarta, 10 April 2011

Yang membuat pernyataan

Makhmud Jumhur

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr Wb

Alhamdulillah, atas Berkat dan Rahmat Allah SWT yang telah memberi

kekuatan dan kesabaran sehingga saya dapat menjalani dan menyelesaikan

program Combined Degree yakni pendidikan dokter spesialis bidang Obstetri dan

Ginekologi serta menyelesaikan tesis ini sebagai parsyarat dalam menjalani

Program Pascasarjana Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas

Sebelas Maret.

Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan rasa hormat yang

setinggi-tingginya dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang

terhormat :

1. Prof. Dr. Syamsulhadi, dr. SpKJ selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan pada saya untuk

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi

dan Program Pascasajana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof Suranto, drs. M.Sc, P.hd sebagai Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dalam menempuh

pendidikan pascasarjana.

3. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr.

H. A.A Subijanto, dr. MS yang telah memberi izin dan kesempatan

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Prof. Dr. KRMT. Tedjo Danoedjo Oepomo, dr. SpOG(K) sebagai

pembimbing Utama, yang telah dengan sabar berkenan memberikan

bimbingan, arahan, memecahkan masalah yang timbul dan ikut membantu

penyelesaian penelitian ini.

5. Dyah Ratna Budiani, Dra. M.Si sebagai pembimbing II, memberi

bimbingan dan arahan demi kesempurnaan penelitian ini.

6. Prof.Dr. Didik G Tamtomo, dr. MM, M.Kes, PAK, sebagai Ketua

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga dan Prof Dr dr Harsono

Salimo SpA(K) sebagai Ketua Minat Biomedik Magister Kedokteran

Keluarga yang telah memberikan kesempatan belajar di program pasca

sarjana ini.

7. Prof. Dr. H. Ambar Mudigdo, dr Sp.PA(K) sebagai kepala SMF/Lab.

Patologi Anatomi beserta semua staf dan tenaga teknis laboratorium atas

izin dan bimbingan serta kesempatan yang diberikan untuk menggunakan

fasilitas laboratorium dalam penelitian tesis ini.

8. Basoeki Soetardjo, drg selaku direktur RS dr Moewardi Surakarta beserta

semua wakil direktur atas izin dan kesempatan yang diberikan untuk

menggunakan fasilitas rumah sakit dalam menempuh pendidikan dokter

spesialis.

9. H. Rustam Sunaryo, dr. SpOG selaku Kepala SMF/Lab. Ilmu

Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran UNS Surakarta/ RSUD

Dr. Moewardi Surakarta, dan selaku KPS PPDS 1 Obgin terdahulu yang

memberikan ijin mengikuti program Combined Degree ini. Glondong

commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Suprapto, dr. SpOG selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

Spesialis Obstetri dan Ginekologi Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang lalu dan Dr Hj Sri Sulistyowati, dr. SpOG K selaku Ketua Program

Studi PPDS 1 Obstetri dan Ginekologi FK UNS sekarang, A Laqif, dr

SpOG (K) selaku Sekretaris Program Studi PPDS I Obgin FK UNS.

10. Putu Suriyasa, dr.MS.PKK.SpOk. selaku Sekretaris program studi pasca

sarjana MKK dan sebagai konsultan metodologi dalam penelitian ini.

11. Staf pengajar Program Pasca Sarjana dan Program Pendidikan Dokter

Spesialis I (PPDS I) Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

12. Ayahanda dan ibunda, istri tercinta dr Hartantini Harahap yang selalu

berdoa, sabar dan ikhlas selalu mendampingi dan segala tenaga membantu

dalam proses pendidikan, putriku Aqiela Raihanatuz Zaimah, Afwa

Mumtaza Zahra, Mazaya Simata Kivachi yang selalu mendoakan, keluarga

besar Hj Afiyah Shodiq, keluarga besar H Harmen Harahap, yang telah

membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang dan selalu

memberikan dorongan dan doa-doa kepada saya untuk selalu berbuat yang

terbaik dalam menyelesaikan pendidikan ini.

13. Kepada rekan residen dr Edy Priyanto, dr Puji Hastuti, dr Andrianto D U,

dr Fendi K dan rekan residen lain yang selalu membantu dalam

menyelesaikan studi. Kepada para teman sejawat residen, dokter

commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

muda/ko-asisten, bidan dan paramedik saya ucapkan terima kasih atas

kerjasamanya yang baik selama masa pendidikan ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena

keterbatasan ruang, namun jasa baik bapak/ ibu/ saudara tetap terpatri di

lubuk hati saya. Semoga kebaikan dan dukungan bapak/ ibu/ saudara

semua mendapat Rahmat dan Inayah dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan,

untuk itu penulis mohon maaf dan saran serta kritik dalam rangka pernaikan

penelitian ini.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Surakarta, 20 April 2011

Makhmud Jumhur

commit to user

viii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Makhmud Jumhur, S5507004, 2011. Studi Perbedaan Ekspresi COX-2 Antara


Endometrioma dan Karsinoma Ovarii. Tesis Program Pascasarjana universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang dan Tujuan: Endometrioma adalah suatu kelainan ginekologis yang
bersifat jinak dimana secara histopatologi ditandai dengan munculnya kelenjar yang
mirip endometrium di ovarium. Endometrioma juga sering dihubungkan dengan
keganasan ovarii, terutama tipe clear cell dan endometrioid carcinoma. COX-2
adalah suatu enzim yang merubah prostanoid menjadi prostaglandin (PG) mempunyai
implikasi awal pada proses transformasi neoplasma dan diperkirakan memberi
kontribusi proliferasi sel tumor, survival dan angiogenesis. COX-2 juga berperan
dalam tahapan progresi pada keganasan ovarium. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan ekspresi COX-2 pada endometrioma dan karsinoma ovarii
tipe 1.

Metode : Penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross


sectional pada dua kelompok yaitu : endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1 yang
telah dibuktikan secara histopatologi dengan pengecatan imunohistokimia dan
diamati ekspresi COX-2 dengan skor histologi kemudian diuji statistik dengan Mann
Whitney test. Pengambilan sampel dilakukan di RSUD dr. Moewardi Surakarta, RS
Brayat Minulya dan klinik Indriya Ratna. Pengamatan dilakukan di laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hasil : Nilai ekspresi COX-2 pada endometrioma menunjukkan rerata skor histologi
7,2 (positif sedang). Pada karsinoma ovarii tipe 1 menunjukkan ekspresi COX-2
dengan rerata skor histologi 7,8 (positif sedang). Hasil analisis uji beda didapatkan
p>0,05.

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan secara signifikan ekspresi COX-2 pada


endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1, hal ini menggambarkan terdapat
kesamaan nilai ekspresi COX-2 sebagai salah satu aspek molekuler pada patogenesis
endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

Kata kunci : Endometrioma, Karsinoma Ovarii tipe 1, COX-2

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Makhmud Jumhur, S5507004. 2011. Study of Difference COX-2 Expression Between


Endometrioma and Ovarian Carcinoma. Posgraduate Program Sebelas Maret
University Surakarta.

Background and Aim : Endometrioma was benign gynecologycal diseases which


hispathologically appears glanduler like endometrium in ovarium. Several researchs
reported endometrioma have association with cancer. COX-2 is enzyms that conversy
prostanoid to prostaglandins (PGs). PGs have implicated early of neoplasia
transformation and argued contribute to proliferate tumour cell, angiogenesis and
have performed in step of carcinogenesis. This research aims to know difference of
COX-2 expression between endometrioma and ovarian carcinoma type 1.

Method : Observasional analitycal with cross sectional experiment at two group :


endometrioma and ovarian carcinoma type 1 with histopathologically approved.
Immunohistochemical staining examination was done to observe COX-2 expression.
Then performed stasistics with Mann-Whitney test. Sampling have done at dr
Moewardi Hospital, Brayat Minulya Hospital, Indriya Ratna Clinic in Surakarta and
observing at Patologi Anatomi Departemen Medical Faculty of Sebelas Maret
University in Surakarta

Result : Value of COX-2 expression on endometrioma with Histologycal Score mean


is 7,2. Mean of Histologycal Score ovarian carcinoma type 1 is 7,8. Result of
statistic is p>0,05.

Conclusion : There is no difference of COX-2 expression significantly between


endometrioma and ovarian carcinoma type 1. This describe that there is similar values
of COX-2 expression with one of moleculars aspect at endometrioma and ovarian
carcinoma type 1.

Keywords : Endometrioma, Ovarian Carcinoma type 1, COX-2.

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
DUPLIKAT JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

PERNYATAAN .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Endometrioma

1. Pengertian dan epidemiologi Endometrioma .............................. 6

2. Patogenesis endometriosis .......................................................... 7


commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Klasifikasi ................................................................................... 10

4. Diagnosis .................................................................................... 12

5. Histopatologi ............................................................................... 14

B. Karsinoma ovarii

1.Epidemiologi ................................................................................ 15

2. Etiologi dan patofisiologi ............................................................ 16

3. Klasifikasi ................................................................................... 19

4. Karsinogenesis ............................................................................ 20

C. Hubungan Endometrioma dan Karsinoma Ovarii Terkait Ekspresi

COX-2 ................................................................................................. 23

D. Kerangka teori ..................................................................................... 32

E. Kerangka konseptual ........................................................................... 33

F. Hipotesis ............................................................................................... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN5

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 35

C. Populasi penelitian ............................................................................. 35

D. Teknik sampling ................................................................................. 36

E. Besar sampel ...................................................................................... 36

F. Kriteria sampel ................................................................................... 37

G. Variabel penelitian ............................................................................. 36

H. Definisi operasional ............................................................................ 36


commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I. Cara kerja ............................................................................................. 37

J. Analisa data ......................................................................................... 38

K. Jadwal penelitian .................................................................................. 38

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 40

BAB 6. PENUTUP ...................................................................................................... 53

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 54

Lampiran ..................................................................................................................... 59

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Flow chart dasar biomolekuler kanker.............................................. 22

Gambar 2.2. Tumor supresor gen dalam siklus sel................................................. 24

Gambar 2.3. The Six Hallmarks of Cancer............................................................. 26

Gambar 2.4. Perubahan fenotip dan proses inisiasi hingga progresi sel................. 28

Gambar 2.5. Kerangka konseptual.......................................................................... 33

Gambar 4.1. Grafik rerata nilai ekspresi COX-2 pada endometrioma dan

karsinoma ovarii musinosum dan karsinoma ovarii serosum.......... 41

Gambar 4.2. Grafik ekspresi COX-2 menggunakan nilai kwalitatif setelah

dihitung skor histologi (nilai kwantitatif) pad karsinoma ovarii

tipe 1 dan endometrioma................................................................... 42

Gambar 4.3. Grafik sebaran ekspresi COX-2 pada endometrioma dan

karsinoma ovarii tipe 1....................................................................` 43

Gambar 4.4. Foto ekspresi COX-2 pada endometrioma........................................ 44

Gambar 4.5. Foto ekspresi COX-2 pad karsinoma ovarii tipe 1............................ 45

Gambar 4.6. Skema peran COX-2 terhadap proses patogenesis endometrioma

dan karsinoma ovarii keganasan....................................................... 51

commit to user

xiv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor kesamaan antara endometriois dan karsinoma ovarii............. 25

Tabel 4.1. Rerata nilai ekspresi COX-2 skor skor histologi dan standar

deviasi pada endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.................... 40

Tabel 4.2. Distribusi ekspresi COX-2 menggunakan nilai kwalitatif

setelah dihitung skor histologi antara endometrioma dan

karsinoma ovarii tipe 1........................................................................ 42

commit to user

xv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ijin Penelitian Bagian Patologi Anatomi.................................. 58

Lampiran 2. Analisis statistik....................................................................... 59

Lampiran 3. Alat , Bahan dan Cara kerja..................................................... 61

commit to user

xvi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

CAOV-3 Human Ovarian Cancer Line 3

CCL14 Small Inducible Cytokine subfamily member 14

COX-2 Cyclooxygenase-2

CT Computerized Tomographic

EAOC Endometriosis-Associated Endometrioid Cancer

EGFR Epidermal Growth Factor Receptor

EOC Epithelial Ovarian Cancer

ER- Reseptor Estrogen-

HGF Hepatocyte Growth Factor

IL- 8 Interleukin-8

IL- 6 Interleukin 6

IL- 1 Interleukin 1

IGF-1 Like Growth Factor 1

LOH Loss Of Heterozygosity

MMPs Matrix Metalloproteinase

MRI Magnetic Resonance Imaging

NK Natural Killer

NSAIDs Non Steroid Anti Inflammatory

OSE Ovarium Surface Ephithelium

PG Prostaglandin

PGE2 Prostaglandin E2

PGG2 Prostaglandin G2
commit to user

xvii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PGH2 Prostaglandin H2

PI3 kinase Phosphatidil Inositol 3 kinase

PRS Reseptor Progesteron

TSG Tumor Supresor Gen

TGF Growth Factor

TDGF1 Teratocarcinoma-Derived Growth Factor 1

SICA2 Small Inducible Cytokine A2

SH Skor Histologi

SPINT 1 Serine Protease Inhibitor 1

StAR Steroidogenic Acute Regulatory Protein

TNF- Tumor Necrosis Factor-

USG-TR Ultrasonografi Transrektal

VEGF Vascular Endothelial Growth Factor

commit to user

xviii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang akhir-

akhir ini banyak mendapat perhatian para ahli. Kata endometriosis berasal dari

kata endometrium. Arti endometriosis sendiri secara klinis adalah jaringan

endometrium yang terdapat di luar kavum uteri seperti di organ-organ genitalia

interna termasuk di dalam ovarium yang disebut dengan endometrioma atau

dapat terjadi di tempat lain seperti vesika urinaria, usus, peritoneum, paru,

umbilikus, bahkan dapat dijumpai di mata dan otak (Baziad, 2003, Ceyhan, 2008).

Endometriosis adalah sebukan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal

mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum

uterus , dan memicu reaksi peradangan menahun (Jacoeb et al, 2009). Akhir-akhir

ini endometriosis dihubungkan dengan risiko keganasan untuk kanker ovarium.

Endometriosis dimungkinkan mampu berubah menjadi keganasan ovarium dalam

hal ini endometrioma (endometriosis ovarium) (Ness, 2003, Varma et al, 2004).

Brinton, (1997) melaporkan bukti adanya karsinoma ovarii yang mempunyai

riwayat endometriosis. Vercellini et al, 1993 juga melaporkan endometrioma

berubah menjadi karsinoma endometrioid (26%), karsinoma sel bening (21%),

karsinoma ovarii serosum (4%), karsinoma ovarii musinosum (6%) dan jenis lain

sekitar 6%. Pada penelitian ini akan dicari perbedaan antara endometrioma dan

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

karsionoma ovarii secara biomolekuler sehubungan dengan mekanisme

transformasi ke arah keganasan.

Data di Indonesia endometriosis belum diketahui secara pasti, di Rumah

Sakit dr Muwardi pada temuan bedah ginekologi didapatkan endometriosis

berkisar 13,6% (Oepomo, 2001). Prevalensi endometriosis asymptomatic berkisar

4% pada wanita yang secara kebetulan ditemukan pada saat sterilisasi. Perkiraan

terbesar dari prevalensi endometriosis antara 5-20% pada wanita dengan nyeri

panggul dan antara 20-40% pada wanita dengan keluhan infertil. Secara umum

prevalensi kejadian ini berkisar 3-10% pada wanita usia reproduksi

(Speroff, 2005). Sekitar 80% dari 165 kasus keganasan ovarium menunjukkan

gambaran endometriosis. Pada penelitian yang lebih besar (lebih dari 1000 kasus)

ditemukan 5-10%, 60%-nya tipe endometrioid dan lebih dari 15% pada tipe clear

cell (Heaps et al, 1990). Yates dan Vlahos (2007) mendokumentasikan 0,3-0,8%

pasien dengan keganasan endometriosis dimana wanita usia 10-29 tahun dengan

endometriosis mempunyai risiko 3,5 kali lipat menjadi keganasan ovarium.

Publikasi mengenai Hallmarks of Cancer oleh Hanahan & Weinberg

mendefinisikan 7 ciri kriteria untuk cancer phenotype (Pecorino, 2005, Budiani,

2009). Publikasi tersebut menyatakan bahwa endometriosis merupakan proses

neoplasma dengan melihat persamaan (1) patologi klinik dan (2) biologi

molekuler dan ciri genetik dari endometriosis . Terdapat faktor umum kesamaan

patogenesis pada endometriosis dan keganasan ovarium diantaranya : predisposisi

familial, perubahan genetik, immunobiologi, adhesi sel, angiogenesis dan faktor

hormonal. Hormon juga menginduksi faktor nuklear dan mediator inflamasi dan

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

kemokin menginduksi kemotaksin dan migrasi sel (Nezhat, 2008). Kondisi ini

telah diutarakan oleh Hanahan dan Weinberg dalam Hallmark of Cancer yaitu :

self sufficiency in growth signal, insensitivitas terhadap anti proliferative signals,

resistensi terhadap apoptosis, mekanisme penghindaran dari programmed cell

death , limitless replicative potential, proses angiogenesis terus menerus, invasi

jaringan dan metastasis dan instabilitas genom ( Varma, 2004 Nezhat, 2008).

Adanya bukti bukti epidemiologi yang menunjukkan hubungan antara

endometriosis dan karsinoma ovarii, maka dilakukan penelitian dengan

pendekatan molekuler dan ciri genetik dari endometrioma yang berhubungan

dengan karakteristik suatu kanker seperti yang diusulkan oleh Hanahan &

Weinberg (Nezhat, 2008 ). Inflamasi dipertimbangkan dalam Hallmark of

Endometriosis dengan lokal dan implikasi sistemik. COX-2 adalah enzim yang

berperan dalam sintesis prostanoid dengan mengkonversi asam arakhidonat

menjadi PGG2 (prostaglandin G2). PGE2 merupakan derivat dari PGH2

(prostaglandin H2). Pada endometrioma peningkatan ekspresi COX-2 banyak

dipengaruhi oleh hormonal maupun sitokin pro inflamasi. Regulasi COX-2 juga

meningkat pada beberapa kanker, kondisi premaligna dan berperan pada proses

transformasi ke arah keganasan di dalam ovarium, yang diperkirakan

memberikan kontribusi terhadap proliferasi sel, survival dan angiogenesis

(Nezhat, 2008). Aktivasi COX-2 dipercaya mengaktivasi kolagenase, proteolisis

dan menurunkan sintesis komponen lapisan dasar membran di granulosa dan sel

epitelial permukaan ovarium melalui prostaglandin (Elizabeth, 2004, Ness, 2003,

Ceyhan et al, 2008). Patologi yang mendasari pada epitelial ovarian cancer

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

(EOC) sampai sekarang belum sepenuhnya m jelas, tetapi proses inflamasi

adalah salah satu faktor yang diyakini berperan dalam tumorogenesis. Kondisi

inflamasi kronik yang disebabkan asbestosis, endometriosis atau penyakit

inflamasi lain meningkatkan insidensi EOC. Peningkatan COX-2, mPGE-1 dalam

epitelial ovarian cancer mendukung hipotesis bahwa sintesis PGE-2 penting pada

tahapan transformasi dan progresi keganasan. Denkert, (2002) menyatakan

bahwa ekspresi COX-2 merupakan faktor prognostik independen pada karsinoma

ovarii manusia. Observasi ini mempunyai implikasi terhadap strategi terapi pada

endometrioma, yang menunjukkan peningkatan ekspresi COX-2 (Denkert, 2004,

Rask, 2006). Walaupun beberapa penelitian menyatakan adanya kesamaan dari

faktor umum patogenesis dan predisposisi, tetapi sampai saat ini belum

sepenuhnya jelas mekanisme patogenesis karsinoma ovarii dan endometrioma.

Khunnarong et al, (2010) melaporkan bahwa terdapat peningkatan ekspresi

COX-2 yang tinggi pada pengecatan imunohistokimia dengan perbandingan 80%

ekspresi tinggi dan 20 % ekspresi rendah pada karsinoma ovarii nonmusinosum.

Sedangkan pada endometrioma juga dilaporkan peningkatan ekspresi COX-2 dari

positif lemah sampai sedang dengan faktor penyebab yang beragam (Fanfani,

2005, Ceyhan, 2008).

Melihat bukti data- data penelitian dan hasil perbedaan nilai ekspresi yang

ada, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui perbedaan ekspresi COX-2

antara endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1, yang diharapkan dapat

mengetahui perbedaan pada endometrioma dan karsinoma ovarii ditinjau dari

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

salah satu aspek biomolekuler. Hasil yang didapatkan diharapkan dapat sebagai

wacana maupun upaya membangun teori dalam proses karsinogenesis ovarium.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan ekspresi COX-2 pada endometrioma dan

karsinoma ovarii tipe 1?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum : Mengetahui makna perbedaan ekspresi COX-2 antara

endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1 dikaitkan dengan proses

karsinogenesis pada ovarium.

2. Tujuan khusus : Menganalisis perbedaan ekspresi COX-2 antara

endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1 dikaitkan dengan proses

karsinogenesis pada ovarium.

D. Manfaat

Manfaat Teoritik

a. Makna perbedaan nilai ekspresi COX-2 dapat digunakan sebagai

informasi ilmiah secara biomolekuler, parameter dan dasar pada penelitian

lebih lanjut antara endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

b. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam

bidang biomolekuler yang akan menjadi dasar ilmu pengetahuan di masa

yang akan datang.

c. Sebagai salah satu wacana dan upaya untuk membangun teori yang

berhubungan kemungkinan terjadi transformasi ke arah keganasan.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Endometriosis

1. Pengertian dan epidemiologi endometriosis

Endometriosis berasal dari kata endometrium, arti endometriosis sendiri

secara klinis adalah jaringan endometrium yang terdapat di luar kavum uteri

seperti organ-organ genetalia interna, vesika urinaria, usus, peritoneum, paru,

umbilikus bahkan dapat dijumpai di mata dan otak (Baziad, 2003). Endometriosis

adalah sebukan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip

endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uterus,

dan memicu reaksi peradangan menahun (Jacoeb et al, 2009).

Endometriosis merupakan penyakit jinak dan progresif ginekologi dengan

kelainan adanya endometrium ektopik termasuk kelenjar dan stromanya yang

berhubungan dengan nyeri pelvis dan infertilitas (Speroff, 2005, Jacoeb et al,

2009). Endometriosis pada ovarium dapat berkembang dan tumbuh sampai

dengan 6-8 cm, yang disebut juga endometrioma atau dikenal dengan istilah kista

coklat karena berisi banyak debris darah bewarna kecoklatan di dalamnya

(Tzadik et al, 2007).

Angka kejadian yang sesungguhnya di populasi umum tidak diketahui,

sangat beragam dan bergantung pada banyak faktor. Gambaran yang diperoleh

tidak mewakili frekuensi penyakit di populasi umum, karena pemastian

diagnosisnya membutuhkan pemeriksaan laparoskopi (Jacoeb et al, 2009).


commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Semakin maraknya penggunaan laparoskopi, maka angka kejadian terdeteksinya

endometriosis semakin meningkat (West, 2004). Prevalensi kejadian ini sangat

beragam dipandang dari berbagai tingkat sosial maupun indikasi dari laparoskopi.

Diperkirakan lebih dari 70 juta perempuan dan gadis di seluruh dunia menderita

endometriosis. Data penderita endometriosis di Indonesia belum diketahui secara

pasti, namun di Rumah Sakit Umum dr Moewardi pada temuan bedah ginekologi

endometriosis berkisar 13,6 %., di rumah Sakit Umum dr Soetomo angka kejadian

endometriosis kelompok infertilitas 37,2%, dan di Rumah Sakit dr Cipto

Mangunkusumo angka kejadian endometriosis pada kelompok infertilitas berkisar

69,5% (Oepomo TD, 2007). Penelitian pada 1542 wanita caucasian, didapatkan 6

% wanita dengan endometriosis pada sterilisasi laparoskopi, 21 % ditemukan pada

wanita dengan infertilitas dan 15 % pada wanita dengan nyeri pelvis. Secara

umum pada 1542 sampel tersebut didapatkan prevalensi endometriosis sebesar

33 % (West, 2004).

2. Patogenesis endometriosis

Akhir-akhir ini patogenesis endometriosis peritoneal termasuk dari

implantasi endometrium secara umum diterima (Ceyhan, 2008). Perkembangan

teori patogenesis endometriosis baik dari ductus wolfii maupun dari jaringan

mulleri telah banyak ditentang bahkan sebagian besar mengabaikan. Penemuan

endometriosis pada permukaan lapisan serosa colon dan usus halus terjadi murni

oleh derivasi embrionik yang terbatas. Teori coelomic metaplasia masih dianggap

lemah, karena tidak dapat menjelaskan asal endometriosis. Teori ini tidak dapat

menjelaskan mengapa endometriosis hanya terjadi pada wanita reproduksi,

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

terutama pada organ pelvis dan pada wanita dengan endometrium yang berfungsi

baik.

Levander dan Normann (1955) mengemukakan teori induksi. Teori ini

berdasarkan asumsi adanya substansi spesifik yang dilepaskan oleh endometrium

yang berdegenerasi menginduksi endometriosis dari omnipotent blastema.

Teori implantasi berdasarkan prinsip kemampuan endometrium dalam

berimplantasi pada permukaan peritoneum. Teori ini terjadi atas 3 tahapan, yaitu :

(1) menstruasi retrograde (2) menstruasi retrograde mengandung sel endometrial

yang mampu berimplantasi (3) adhesi pada peritoneum terjadi karena adanya

implantasi dan proliferasi. Menstruasi retrograde dan adhesi peritoneal dari

jaringan endometrial merupakan elemen penting pada patogenesis endometriosis

sesuai dengan teori Sampson (Van der Linden, 1997).

Menurut Bulun (2009) endometriosis mempunyai 3 bentuk klinis, yaitu :

(1) implantasi endometrium pada permukaan peritoneum pelvis dan ovarium

(peritoneal endometriosis) (2) kista ovarii yang berisi mukosa endometrioid

(endometrioma) (3) massa solid kompleks yang terdiri dari campuran jaringan

endometrium dengan jaringan adiposa serta jaringan fibromuskular yang letaknya

antara rectum dan vagina (rectovaginal endometriotic nodule).

Endometrioma lazim ditemukan pada wanita usia reproduksi, yang

biasanya terdiagnosis sebagai lesi kistik dan disebut endometrioma. Ukurannya

beragam, dari 1-2 cm hingga mencapai 10 cm atau lebih dan dapat menyerang

satu atau kedua ovarium (Ceyhan, 2008, Bulun, 2009).

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Histogenesis endometrioma belum seluruhnya jelas. Endometrioma

memiliki protein yang berbeda dari sebukan endometriosis nir-kistik, dengan

tampilan kolagen VI yang relatif berlebihan dan tampilan bcl-2 dan

metaloproteinase IX yang kurang. Pada perkembangan dan pemeliharaan dua

jenis ini, secara perbandingan imunohistokimiawi dapat ditampilkan gen-gen yang

berbeda.

Ada tiga model hipotesis yang paling mungkin untuk menjelaskan

endometrioma yakni : (1) hipotesis pertama didukung oleh temuan irisan serial

ovarium yang berisi endometrioma, ternyata pembentukan khas 90% kista coklat

adalah penyusukan jaringan mirip endometrium yang melipat keluar ke

permukaan ovarium dan berikutnya melekat ke peritoneum pelvik. Dengan

demikian, kebanyakan endometrioma tampaknya dibentuk oleh invaginasi korteks

setelah tumpukan serpih perdarahan sebukan endometriosis permukaan melekat

ke peritoneum. (2) hipotesis kedua berasal dari teori Sampson yang menyatakan

bahwa peran folikel ovarium dalam patogenesis kista endometriosis. Dalam hal

ini ada penyebaran lokal endometriosis oleh alir balik darah haid melalui tuba dan

sebukan endometriosis permukaan menyerbu kista fungsional. Dengan demikian,

sebukan endometriosis di ovarium adalah serupa dengan endometriosis di sisi

ekstraovarium yang ukurannya terbatasi oleh fibrosis dan jaringan parut. Artinya,

endometrioma besar berkembang karena keterlibatan sekunder kista-kista folikel

atau luteal oleh susukan-susukan permukaan. Beberapa endometrioma besar

terbukti memiliki ciri histologik kista ovarium luteal atau folikuler. Dengan

ultrasonografi transvaginal yang menjejaki folikel ovarium diketahui bahwa

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

endometrioma dapat berkembang dari folikel ovarium. (3) hipotesis ketiga

menggambarkan bahwa metaplasia selomik dari epitel mesotelium yang

berinvaginasi ke dalam korteks ovarium berperan pada etiopatogenesis

endometrioma. Ini didasarkan pada adanya invaginasi epitel yang sinambung

dengan jaringan endometriosis. Hipotesis ini juga didukung oleh adanya

endometrioma multilokuler dan asal metaplastik dari tumor-tumor ovarium

epitelial. Metaplasia selomik juga dikuatkan oleh adanya endometrioma yang

tidak tertahan di peritoneum, sehingga tidak mungkin merupakan akibat dari

perlekatan dan perdarahan susukan superfisial yang aktif. Bukti lain adanya

endometrioma pada penderita sindrom Rokitansky-Kuster-Mayer-Hauser yang

tidak memiliki haid terbalik (Jacoeb et al, 2009).

Ketepatan patogenesis endometrioma tidak hanya diperlukan untuk

kepentingan ilmiah, melainkan juga sebagai dasar praktis dalam menentukan

penatalaksanaan yang paling memadai untuk endometrioma (Jacoeb et al, 2009).

3. Klasifikasi

Sistem pembagian stadium endometriosis yang dipakai dewasa ini adalah

berdasarkan klasifikasi yang dianjurkan oleh Perkumpulan Fertilitas Amerika

(American Fertility Society = AFS) dan yang dianjurkan oleh Kurt Semm berupa

Endoscopic Endometriosis Classification (EEC) (Baziad, 2003). Klasifikasi yang

dibuat oleh AFS tahun 1979 yang kemudian berganti nama menjadi ASRM

(American Society for Reproductive Medicine) mengalami revisi. Walaupun tidak

ada perubahan dalam klasifikasinya, telah dideskripsikan bentuk lesi

endometriosis sebagai lesi putih, merah atau hitam. Modifikasi ini memunculkan
commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

berbagai penelitian lain mengenai beberapa aktifitas biokimia pada lesi dan

memungkinkan prognosis penyakit ini dapat diprediksi dari bentuk implantasinya

(Schorge et al, 2008).

Klasifikasi endometrioma dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan pada ukuran,

isi kista, mudahnya dipisahkan dari kapsulnya, adhesi kista terhadap struktur dan

lokasi dari implantasi yang berhubungan dengan dinding kista. Setelah dilakukan

laparoskopi, kista dievaluasi secara histologi tanpa mengkaitkan dengan

klasifikasi klinis.

Karakteristik endometrioma dapat dikategorikan sebagai berikut : (1) tipe I

yaitu : secara histologi kecil (<2 cm), terdapat pada lapisan superfisial kista dan

dinding kista sangat sulit untuk dipisahkan adalah karakteristik.(2) tipe II

digambarkan sebagai kista berukuran besar dengan kista yang mudah dipisahkan

dari kapsulnya serta merupakan kista luteal. (3) tipe III yaitu: kista besar dengan

beberapa perlengketan dan memenuhi karakteristik histologi fungsional (kista

luteal atau folikuler) (Nehzat et al, 1992).

Sedangkan menurut Jacoeb et al (2009), ada dua jenis endometrioma yaitu

endometrioma primer atau jenis I, dan endometrioma sekunder atau jenis II.

Diagnosis dipastikan dengan biopsi yang diperoleh dengan laparoskopi. Model

etiopatogenesis ini juga didukung oleh data biologis yang mengungkapkan

kemampuan zalir folikel untuk mendukung pertumbuhan sel endometriosis. Zalir

folikel penderita endometriosis dapat memicu peningkatan proliferasi sel

dibandingkan dengan zalir folikel dari wanita tanpa penyakit. Selain itu, zalir

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

folikel mewakili lingkungan yang nyaman bagi proliferasi sel yang merangsang

dengan kuat pertumbuhan sel endometrium dan endometriosis in vitro.

Endometrioma juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) jenis I

yaitu : (a) endometrioma kecil (1-2 cm) dan berisi cairan gelap (b) terbentuk dari

kelenjar-kelenjar endometrium dan stroma (c) berkembang dari sebukan

endometriosis permukaan dan sukar di-eksisi (d) merupakan endometriosis sejati

(true endometriosis) (e) secara mikroskopis jaringan endometriosis terlihat pada

semuanya (2) jenis II yaitu : terbentuk dari kista luteal atau folikuler

(a) jenis IIA : kista hemoragik, penampakan endometrioma yang menyeluruh,

dinding kista terpisahkan dengan mudah dari jaringan ovarium, susukan

endometriosis terletak superficial dan berdekatan dengan kista hemoragik, yang

berasal folikuler atau luteal dan mikroskopis tidak terlihat selaput endometrium

(b) jenis IIB : selaput kista mudah dipisahkan dari kapsul ovarium dan stroma,

kecuali yang dekat dengan susukan endometriosis (c) jenis IIC : sebukan

endometriosis superficial menyebuk jauh ke dalam dinding kista, sehingga

sukar dieksisi, temuan histologis endometriosis terlihat pada dinding kista pada

kedua subtipe ini, endometrioma jenis IIB dan IIC berukuran besar dan seringkali

terkait dengan perlekatan adneksa dan pelvik (Jacoeb et al, 2009).

4. Diagnosis

Secara klinis keluhan pada endometriosis bergantung pada lokasi dan

luasnya lesi. Lesi yang tersebar menyebabkan tampilnya banyak gejala yang

tumpang tindih atau mirip dengan penyakit lain, seperti sindrom usus iritabel dan

penyakit radang pelvik. Sebagian wanita dengan endometriosis kadang sama

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

sekali tak bergejala. Akibatnya seringkali ada keterlambatan beberapa tahun

antara awitan gejala dan diagnosis pasti (Jacoeb et al, 2009). Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam mendiagnosis endometriosis adalah: (1) tampilan klinis dan

keluhan endometriosis sangat beragam (tak bergejala, ringan, berat) (2)

endometriosis tak dapat didiagnosis hanya dengan riwayat penyakit saja (3)

diagnosis sementara dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan

pemeriksaan fisik, tetapi diagnosis pasti tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar

gejala-gejala saja. Pemeriksaan pelvis yang amat jelas sekalipun tidak dapat

dianggap patognomonik. Belum ada satu pun uji diagnostik nir-invasif atau uji

laboratorik sederhana untuk memastikan endometriosis.

Infertilitas, dismenore dan dispareuni sering kali sebagai keluhan utama

pada penyakit ini. Sebagian besar penderita mengeluhkan nyeri pelvik yang

konstan dan nyeri punggung yang terjadi premenstruasi yang berangsur

menghilang pada saat menstruasi datang. Dispareuni sering dialami apabila sudah

terjadi penetrasi lesi endometriopsis yang dalam. Keluhan-keluhan tersebut sering

juga tidak muncul karena perbedaan lokasi implantasinya (Sajari et al, 2003).

Pemeriksaan fisik pada genetalia eksterna seringkali tidak ada kelainan.

Adakalanya, pada pemeriksaan dengan spekulum tampak implantasi berwarna

biru atau merah sebagai lesi proliferasi yang sering mengakibatkan perdarahan

kontak, dan keduanya sering didapat pada fornix posterior. Pada infiltrasi

endometriosis lebih dalam, implantasi pada septum rektovaginal sering teraba.

Tidak jarang juga dapat terlihat. Sering didapatkan posisi uterus retrofleksi dan

sedikit mobile atau terfiksir. Wanita dengan endometrioma didapatkan massa pada

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

adneksa yang terfiksir, nyeri tekan dan ligamen uterosakral yang teregang karena

perlengketan. Pemeriksaan fisik merupakan diagnosis paling sensitif bila

dilakukan pada saat menstruasi dan apabila tidak ditemukan tanda klinis tersebut

belum juga dapat menyingkirkan diagnosis endometriosis. Pemeriksaan fisik

relatif kurang sensitif, spesifik dan bernilai prediktif yang kurang bila

dibandingkan dengan diagnosis secara bedah sebagai baku standar endometriosis

(Baziad, 2003, Jacoeb et al, 2009). Laparoskopi dengan pemeriksaan histologi

pada lesi merupakan baku emas untuk endometriosis (Speroff, 2005, Fanfani,

2005).

5. Histopatologi

Menurut Taufan, (2009) terdapat 3 tipe patologi endometriosis yang

dikenali yaitu :

(1). Endometriosis superfisial (endometriosis bebas) pada peritoneal.

Terdapat 2 tipe implantasi peritoneum endometrium yakni, lesi sub

mesothelial dan intraepithelial. Kedua tipe ini mengandung unsur

glandula dan stroma, dan terpengaruh oleh perubahan hormonal yang

berhubungan dengan siklus menstruasi, hal ini menunjukkan perubahan

siklik yang mirip (tapi tidak identik) dengan sel endometrium normal.

Lesi endometrium yang sembuh ditandai adanya dilatasi glandula, yang

ditopang oleh sel stroma, dan dikelilingi oleh jaringan fibrosa. Tipe lesi

ini tidak terpengaruh oleh perubahan hormonal. Pada ovarium lesi

superfisial ovarium mirip dengan lesi di peritoneal, dan dapat terjadi di

semua tempat di ovarium. Lesi hemoragik yang biasa didapati

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

dihubungkan dengan bentuk berbagai keparahana adesi peri-ovarian,

biasanya terdapat pada posterior ovarium

(2) Deep infiltrating (adenomatous) endometriosis (endometriosis yang

terperangkap). Ditandai dengan jaringan fibromuskular dengan glandular

endometrium yang jarang dan jaringan stroma ( mirip dengan

adenomiosis) tanpa epitel permukaan. Deep endometriosis tidak

memperlihatkan perubahan yang berarti selama siklus menstruasi. Nodul

nodul ini khas berada di ruang rektovaginal dan melibatkan ligamentum

sakrouterina, dinding posterior vagina dan dinding anterior rektum. Bisa

juga meluas sampai ke lateral dan mempengaruhi ureter.

(3) Endometrioma, merupakan kista yang dibatasi jaringan endometrium

dan berwarna coklat gelap atau cairan kecoklatan yang merupakan akibat

dari perdarahan kronis yang berulang dari implantasi sel endometrium.

Bila endometrioma telah lama berlangsung , maka jaringan endometrium

digantikan oleh jaringan fibrosa. Bahkan, semua jaringan glandular

endometrium menghilang, tanpa meninggalkan bekas histopatologis

endometriosis. Pada kebanyakan kasus, dinding kista merupakan dinding

yang fibrotik dengan fokus hipervaskularisasi dan lesi perdarahan

endometrium (Taufan, 2009).d

B. Karsinoma Ovarii

1. Epidemiologi

Karsinoma ovarii jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat

kanker ginekologi di Amerika Serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

25.400 kasus kanker ovarium dengan 14.300 kematian, yang mencakup kira-

kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker. Kanker ovarium jarang

ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat dengan

makin tuanya usia. Dari 15-16 per 100.000 pada usia 40-44 tahun, menjadi

paling tinggi dengan angka 57 per 100.000 pada usia 70-74 tahun. Usia median

saat diagnosis adalah 63 tahun dan 48% penderita berusia di atas 65 tahun.

Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk karsinoma ovarii, maka

70% kasus ditemukan pada keadaan yang sudah lanjut yakni setelah tumor

menyebar jauh di luar ovarium (Busmar, 2006).

2. Etiologi dan patofisiologi

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan etiologi kanker ovarium,

beberapa diantaranya Busmar, (2006) menuliskan : (1) hipotesis incessant

ovulation.Teori ini menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi

kerusakan pada sel-sel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna

diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau

trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga dapat

menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor (Taufan ,2009). Teori

ini pula mendasari adanya proses inflamasi yang menjadi salah satu faktor

terjadinya tumorogenesis dan penyakit inflamasi dihubungkan dengan

keganasan ovarium (Rask, 2006). (2) hipotesis gonadotropin, kadar hormon

estrogen di sirkulasi perifer rendah, kadar hormon gonadotropin akan

meningkat. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini ternyata berhubungan

dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium. Dari percobaan pada

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

binatang rodentia, kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsinogenik

dimetilbenzantrene (DMBA) akan menjadi tumor ovarium bila

ditransplantasikan pada tikus yang telah dilakukakn ooforektomi, tetapi tidak

menjadi tumor jika rodentia tersebut dilakukan hipofisektomi. (3) hipotesis

androgen : epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Epitel ovarium

selalu terpapar pada androgenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri

dan kelenjar adrenal, seperti androstenedion, dehidroepiandrosteron dan

testosteron. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi

pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium dalam

kultur sel. Dalam penelitian epidemologi juga ditemukan tingginya kadar

androgen dalam darah wanita penderita kanker ovarium. (4) hipotesis

progesteron : penelitian pada ayam Gallus domesticus menemukan 3 year

incidence terjadinya kanker ovarium secara spontan pada 24% ayam yang

berusia lebih dari 2 tahun. Pemberian makanan yang mengandung pil

kontrasepsi ternyata menurunkan terjadinya kanker ovarium. Penurunan

insiden ini semakin banyak jika ayam tersebut diberikan hanya progesteron. (5)

paritas, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi

memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nulipara,

yaitu dengan risiko relatif 0,7. Wanita yang mengalami hamil aterm empat

kali atau lebih, menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40%

jika dibandingkan dengan wanita nulipara. (6) pil kontrasepsi, penelitian dari

Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya kanker

ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

kontrasepsi, yaitu dengan risiko relatif 0,6. Penelitian lain melaporkan juga

bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama setahun menurunkan risiko hingga

11%, sedangkan pemakaian selama 5 tahun menurunkan risiko hingga 50%.

Penurunan risiko semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya. (7) talk,

pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum dilaporkan

meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9%.

Akan tetapi, penelitian prospektif mencakup 78.000 wanita ternyata tidak

mendukung teori tersebut. Meskipun 40% secara kohort dilaporkan pernah

memakai talk, hanya sekitar 15% yang memakainya setiap hari. Risiko relatif

terkena kanker ovarium pada yang pernah memakai talk tidak meningkat ( RR :

1,1) (Rask, 2006). (8) ligasi tuba, pengikatan tuba ternyata menurunkan risiko

terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 0,3. Mekanisme terjadinya efek

protektif ini diduga dengan terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya

dengan ovarium. (9) terapi sulih hormon pada masa menopause. Pemakaian

terapi sulih hormon pada masa menopause (Menopausal Hormone Therapy =

MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun meningkatkan risiko relatif 2,2.

Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, risiko

relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan estrogen yang

kemudian diikuti progestin, ternyata menunjukkan meningkatnya risiko relatif

menjadi 1,5. (10) obat fertilisasi, obat- obat yang meningkatkan fertilitas

seperti klomifen sitrat yang diberikan secara oral dan obat-obat gonadotropin

yang diberikan dengan suntikan seperti FSH, kombinasi FSH dan LH akan

menginduksi terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi. Menurut hipotesis

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian obat-obatan ini

jelas meningkatkan kejadian kanker ovarium. (11) faktor herediter, adanya

riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium ditemukan risiko relatif

meningkat dan berbeda pada anggota lapis pertama. Ibu dari penderita

karsinoma ovarium risiko relatifnya 1,1 saudara perempuan risiko relatifnya

3,8 dan anak dari penderita risiko relatifnya 6. Yang sering dikaitkan pada

angka kejadian ini melalui BRCA gen dan HNPCC (hereditary nonpolyposis

colorectal cancer).

Sekitar 85% karsinoma ovarii berasal dari permukaan epitel (EOC/

Epithelial Ovarian Cancer). Salah satu faktor yang mendukung karsinogenesis

adalah proses inflamasi. Proses inflamasi ini bersifat kronik. Salah satu faktor

intrinsik yang penting adalah proses ovulasi (Khunnarong, 2010).

3. Klasifikasi

Busmar (2006) mengemukakan 90% karsinoma ovarium berasal dari

epitel coelom atau mesotelium (epithelial ovarian tumor) dan 10% adalah

karsinoma ovarium non epitelial (non epithelial ovarium tumor). Kanker

ovarium dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu : (1) tumor epitelial (2)

tumor sel germinal (3) tumor sex cord dan stromal (4) tumor sel lipid (5)

sarkoma dan (6) tumor metastasis.

Sekitar 80% dari tumor ovarium merupakan tumor epitelial yang sering

didapatkan pada wanita berusia diatas 45 tahun, relatif jarang ditemukan pada

wanita yang lebih muda. Pada usia muda lebih sering didapatkan jenis tumor

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

sel germinal. Pada wanita pasca menopouse hanya 7% tumor ovarium epitelial

yang ganas (Busmar,2006)

Kurman , (2010) mengajukan teori tentang asal dan patogenesis EOC

(Ephitelial Ovarian Cancer), dan membagi membagi dua kategori yaitu : (1)

tipe 1 : low grade serous carcinoma (invasive MPSC), mucinous carcinoma,

Endometrioid carcinoma, clear cell carcinoma, Brenner malignant

transisional tumor. (2) tipe 2 : high grade serous carcinoma, undifferentiated

carcinoma , malignant mixed mesodermal tumor.

4. Karsinogenesis

Karsinogenesis merupakan proses yang berlangsung melalui beberapa

tahapan. Paling sedikit karsinogenesis ada 2 tahap, bahkan ada yang

mengemukakan paling sedikit 6-7 tahap. Kanker juga merupakan akumulasi dari

perubahan genetik. Kerusakan materi genetik ini dapat berupa mutasi, kelainan

jumlah atau struktur. Proses dimulai dengan tahapan inisiasi dimana gen tertentu

mengalami kerusakan dan sifat kerusakan ini bersifat menetap (irreversible).

Sebelum mengalami perubahan menjadi sel kanker, sel tersebut tidak berbeda

dengan sel normal lainnya. Hanya saja ia lebih sensitif terhadap perubahan

sekitarnya jika dibandingkan dengan sel normal yaitu mudah terangsang baik oleh

faktor pertumbuhan, maupun faktor penghambat. Sesudah tahapan inisiasi, terjadi

tahapan berikutnya yaitu tahapan promosi. Pada tahapan ini sel yang terinisiasi

akan dipacu untuk membelah oleh substansi yang berupa karsinogen atau oleh

bahan/substansi lain yang disebut substansi promotif yang sering disebut juga

promoting agent (Aziz, 2006). Pada tahapan progresi terjadi insensitivitas

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

terhadap hambatan pertumbuhan, pathological angiogenesis, apoptosis evasion,

proliferasi sel-sel abnormal dan invasi dan metastase (Varma, 2004)

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Lingkungan,kimia,agen Selnormal
kerusakanDNA,virus

KerusakanDNA Inheritedmutationin:
Genyangmempengaruhi
repairDNA,apoptosis&

Kegagalanrepair pertumbuhan

Mutasigenome
Selsomatik

Aktivasionkogen InaktivasiTSG Perubahangenyang


meregulasiapoptosis

Unregulatedcellproliferation Penurunanapoptosis

Ekspansiklonal

Angiogenesis
Escapefromimmunity Mutasitambahan

Progresitumor

Neoplasma/keganasan Invasi&metastase

Gambar 2.1. Flow chart dasar biomolekuler kanker dengan modifikasi ( dikutip

dari Robbin & Kumar, 2007).

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Perubahan-perubahan malignitas diakibatkan oleh adanya kelainan atau

mutasi pada beberapa gen antara lain tumor suppresor gene, DNA mismatch

repair dan protoonkogen- onkogen serta gen apoptosis. Tumor suppressor gene

(TSG) merupakan gen yang sangat penting terhadap fungsi pengontrolan siklus

sel. Hilangnya fungsi TSG akan menyebabkan kegagalan penghentian siklus sel,

sehingga bila terjadi kelainan gen pada sel maka perbaikan sel tidak

dimungkinkan. Akibatnya sel akan langsung membelah dengan kelainan-kelainan

yang menyebabkan perubahan sifat maupun morfologi sel. Proliferasi sel atau

pembelahan sel berjalan tanpa faktor kontrol. DNA mismatch repair penting

untuk memperbaiki gen yang rusak, yang mengadakan perbaikan dengan beberapa

cara. Kegagalan perbaikan sel akan terjadi bila gen yang mengatur atau

mengontrol perbaikan mengalami mutasi sehingga gen tersebut tidak berfungsi

lagi. Onkogen merupakan gen yang berasal dari mutasi proto-onkogen, proto-

onkogen merupakan gen normal tetapi karena proses mutasi menyebabkan

perubahan gen yang mempunyai sifat merangsang fungsi. Peningkatan onkogen

akan menyebabkan proliferasi sel yang berlebihan sehingga merangsang

terjadinya keganasan. Salah satu aktifitas yang penting untuk mencegah hal ini

adalah mekanisme apoptosis yang merupakan mekanisme kematian sel yang

terjadi akibat kerusakan gen (Andrijono, 2004).

Dengan terjadinya apoptosis maka sel yang mengalami mutasi akan mati

kecuali adanya faktor-faktor penghambat apoptosis (Andrijono, 2004).

Diantaranya faktor yang dapat menurunkan atau menghambat apoptosis adalah

proses inflamasi seperti yang terjadi pada kasus endometrioma.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Gambar 2.2 Tumor supressor gene dalam siklus sel (dikutip dari Andrijono,
2007 dengan modifikasi).
Keterangan : Tumor supressor gen mempengaruhi dalam siklus sel pada fase G1,
apabila terjadi penghambatan dalam perbaikan apoptosis maka sel
akan berubah menjadi kanker.

C. Hubungan endometrioma dan karsinoma ovarii terkait ekspresi COX-2

Endometriosis mempunyai gambaran campuran antara penyakit yang jinak

dan ganas. Patogenesisnya meliputi kehilangan kontrol proliferasi sel yang

dihubungkan dengan penyebaran lokal atau jauh, dimana endometriosis tidak

meyebabkan gangguan katabolisme, konsekuensi metabolisme atau kematian.

Meskipun endometriosis tidak dapat dikategorikan suatu kondisi premaligna

menurut data epidemiologi, histopatologi dan molekuler diduga bahwa

endometriosis memiliki potensi menjadi ganas (Nezhat, 2008).

Korelasi spesifik endometriosis dan keganasan ovarium serta pola

epidemiologinya telah diteliti secara ekstensif. Beberapa mekanisme umum pada

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

kedua penyakit tersebut mempunyai gambaran yang sama seperti pada tabel di

bawah ini :

Tabel 2.1. Faktor kesamaan antara endometriosis dan karsinoma ovarii


Kesamaan teori dan etiologi Faktor Faktor Kesamaan
protektif risiko patogenesis

Kerusakan epitel ovarium Kontrasepsi Awal Predisposisi


oral, ligasi menarche familial
tuba

Peningkatan gonadotropin, histerektomi Akhir Faktor


Defisiensi progesteron menopouse imunobiologi
Faktor
angiogenesis

Inflamasi kronik kehamilan Faktor


adhesi sel

(dikutip dari : Nezhat, 2008 dengan modifikasi ).

Mekanisme patogenesis yang sama dari endometriosis dan kanker ovarium

meliputi faktor predisposisi keluarga, faktor imunobiologi, perubahan genetik,

faktor sel adhesi, angiogenik dan faktor hormon. Ketidakstabilan genomik dikenal

sebagai karakteristik sel kanker. Secara somatik endometriosis menunjukkan

perubahan genetik serupa dengan yang ditemukan dalam kanker, menyebabkan

ekspansi klon sel-sel yang abnormal secara genetik. Endometrioma dicirikan oleh

hilangnya heterozigositas/ LOS (Loss of Heterozygosity) pada 75% dari kasus

endometrioma yang berhubungan dengan adenokarsinoma, dan 28% kasus tanpa

karsinoma. Yang paling sering terkena lengan kromosom 9p, 11q, dan 22q. Loss

of Heterozygotsity di 5q, 6q, 9p, 11q, 22q, p16 dan p53, menunjukkan hilangnya

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

tumor supressor gen ini telah diidentifikasi dalam endometriosis, karsinoma

endometrioid maupun clear cell carsinoma (Nehzat et al, 2008).

Growth signal
autonomy

Evasion of Evasion of growth


apoptosis inhibitory signals

Angiogenesis Invasion & metastasis

Unlimited replicative
potential

Gambar 2.3. The Six Hallmarks of Cancer, dengan modifikasi (dikutip dari
Pecorino, 2007).

Keterangan : Dari tabel diatas terdapat enam faktor yang berperan dalam proses
perubahan sel menjadi ganas yaitu : angiogenesis, penghindaran
apoptosis, sinyal pertumbuhan otonom, sinyal penghindaran
hambatan pertumbuhan, invasi dan metastase dan replikasi tak
terbatas.

Kesamaan teori dari faktor etiologi dapat menjembatani mengapa

inflamasi dipertimbangkan dalam hallmark endometriosis dan karsinoma ovarii

yang mengakibatkan dampak lokal dan sistemik. Reaksi inflamasi lokal

dihubungkan dengan adanya aberrasi ekspresi proinflamasi IL-1,IL-6, IL-8 dan

TNF-. Tahapan kronis aktivasi sel imun dalam lingkungan mikro yang dapat

meregulasi jalur sinyal intraseluler melalui nuklear faktor (NF ) , selanjutnya

secara langsung promosi transformasi melalui modulasi parakrin. IL-1

konsentrasi tinggi akan produksi makrofag yang didapat di cairan peritoneum

endometriosis (Nezhat, 2008, Rask, 2006).


commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Interleukin-1 , T-helper 1 (Th-1) diketahui dapat meningkatkan regulasi

COX-2 dalam jaringan endometriosis ektopik. Pada endometriosis ovarium

menunjukkan COX-2 mRNA lebih tinggi, yang kemungkinan mengakibatkan

peningkatan terus menerus cox-2 dan produksi PGE-2. Induksi ekspresi COX-2

oleh IL-1 ini pada implan ektopik 100 kali lebih sensitif dibanding eutopik.

COX-2 juga ditingkatkan regulasinya di beberapa kondisi premaligna dan kanker

berat (Nezhat, 2008, Rask, 2006). IL-17A juga dilaporkan menginduksi ekspresi

COX-2 pada jaringan endometriosis. IL-17A bersinergi dengan TNF

menginduksi sekresi IL-8. PG akan menurunkan differensiasi sel dan

menghambat apoptosis, meningkatkan invasi dan melalui growth factor dan

MMPs (Hirata, et al, 2007, Ness,2003). Khunnarong (2010) juga menyatakan

COX-2 berperan dalam proses karsinogenesis melalui proliferasi, transformasi,

faktor pertumbuhan dan metastasis.

Indikasi peningkatan aktivasi COX-2 oleh estradiol juga tampak. Hal ini

ditunjukkan bahwa estradiol (E2), secara langsung maupun tak langsung, melalui

sitokin menginduksi aktivitas COX-2 yang akan meningkatkan produksi PGE2

(prostaglandin E2). Sementara PGE2 juga diketahui sebagai stimulator aromatase

dan StAR (Steroidogenic Acute Regulatory Protein) yang poten di dalam sel

endometriosis (Bulun, 2005, Ceyhan, 2008).

Epitelial ovarian cancer (EOC) yang merupakan 90% dari keganasan

ovarium mempunyai angka kematian yang tinggi. Patologi yang mendasarinya

sepenuhnya belum jelas, tetapi proses inflamasi adalah salah satu faktor yang

diyakini berperan dalam tumorogenesis. Kondisi inflamasi kronik yang

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

disebabkan asbestosis, endometriosis atau penyakit inflamasi lain meningkatkan

insidensi EOC. Beberapa mediator inflamasi berperan dalam proses ovulasi,

dimana setiap ovulasi memiliki persamaan dengan reaksi inflamasi lokal. PGE2

dilaporkan berperan sebagai regulator proliferasi dan apoptosis dalam jalur sel

kanker ovarium (Rask, 2006).

Pro-carcinogenetic factor Normal Cell Anti-carcinogenetic factor


Normal
Radiation Phenotype
Mutagenic chemicals. Initiation DNA
Viruses. Repair
Spontaneous Mutation
Initiated Cell

Tumor Promoters
Growth
Growth Factor
Promotion inhibitors.
Viruses.
Diff.
factors
Preneoplasia
Radiation Diff. Factors
Mutagenic chemicals.
Immunosurveillance
Progression Lack of Angiogenesis.
Viruses.
Apoptosis.
Spontaneous Mutation

Invasive Malignant Phenotype :


tumor Drug resistant, Angiogenesis
and Immunotolerant

Gambar 2.4. Perubahan fenotip dan proses inisiasi hingga progresi sel (dikutip
dari MacDonald & Ford, 1997 dengan modifikasi).

Keterangan : Perubahan sel normal menjadi sel kanker melalui beberapa tahap
inisiasi, promosi, progresi. Masing-masing tahapan dapat dipengaruhi
beberapa faktor seperti DNA repair, Growth factor, angiogenesis dan
mekanisme apoptosis.

Khunnarong et al, 2010 melaporkan bahwa terdapat peningkatan ekspresi

COX-2 yang tinggi pada pengecatan imunohistokimia dengan perbandingan 80%

ekspresi tinggi dan 20 % ekspresi rendah pada karsinoma ovarii nonmusinosum

(Khunnarong et al, 2010).


commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

Rask, ( 2006 ) menyatakan bahwa peningkatan COX-2, mPGE-1 dalam

epitelial ovarian cancer (EOC) mendukung hipotesis bahwa sintesis PGE-2

penting untuk transformasi dan progresi keganasan. Peningkatan COX-2 pada

EOC berkorelasi dengan buruknya differensiasi, pendeknya waktu progresi tumor,

resistensi terhadap kemoterapi dan survival, dan juga buruknya prognosis.

Sehingga di beberapa penelitian COX-2 diyakini menjadi faktor prognostik

independen. Ekspresi COX-2 secara signifikan berkorelasi dengan densitas

mikrovessel dan ekspresi VEGF pada karsinoma serous stadium lanjut. Kehadiran

COX-2 pada sel OSE inclusion cyst juga menjadi petanda awal perubahan fenotip

(mesothelial to epithelial transition) dengan potensial malignant (Denkert,

2004, Rask, 2006).

PG yang merupakan produk reaksi ezimatis COX-2 diyakini mampu

mengaktivasi enzim kolagenase dan proteolisis dan penurunan sintesis komponen

membran basal pada ovarian granulosa dan permukaaan sel epithelial ovarium.

Pada membran basal permukaan ovarium ini dan dinding folikuler terjadi

kerusakan atau hilang dan sel epithelial permukaan terlepas dari tempatnya atau

ruptur. Studi terakhir lesi preneoplastik pada tumor ovarium manusia

menegaskan bahwa kolagen IV dan laminin pada permukaan basement membran

ovarian epithelium hilang sebelum transformasi morfologi sel epitelial.

Peningkatan proteolisis dan penurunan sintesis komponen basement membran

mengakibatkan perubahan biologi sel epitelial. Adanya perubahan di membran

basement diyakini mampu mempengaruhi ekspresi gen, cell contact signaling dan

positional organisation sel epitelial (Elizabeth, 2004). Hal ini juga dapat

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

menjelaskan bahwa peningkatan COX-2 pada kasus ini diduga akibat trauma yang

berulang (repetitive trauma) pada permukaan sel epitelial yang diikuti oleh faktor

mitogenik (Rask, 2006).

Respon inflamasi pada ovulasi menginduksi remodelling jaringan, mutasi

yang bertanggung jawab menghasilkan sel kanker dipercaya meningkat dari

gangguan repair replikasi DNA pada proliferasi sel OSE. Angka kejadian mutasi

ini dipercaya meningkat dengan kehadiran oksidan toksik yang dilepaskan selama

respon inflamasi. Gangguan terhadap respon inflamasi juga diduga berperan pada

mekanisme ini. Adanya mutasi -765G>C COX-2 polimorfisme, telah

dihubungkan dengan perkembangan beberapa keganasan termasuk keganasan

ovarium. Polimorfisme dapat meningkatkan aktifitas ekspresi gen COX-2, yang

dapat menghambat apoptosis dan promosi proliferasi tumor, metastasis dan

angiogenesis. Distribusi dan frekuensi tiga tipe yang berbeda (genotip ) -765G> C

COX-2 adalah GG,GC,CC (Rask, 2006, Pereire, 2007, O Gubbay et al, 2005).

VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) merupakan glikoprotein

spesifik yang menginduksi permeabilitas dan terjadinya ekstravasasi protein

plasma dan perubahan pro angiogenik stroma. Karsinogenesis ovarii berkaitan

dengan angiogenesis, autokrin dan autoregulasi parakrin. VEGF dan Ki-67 adalah

protein yang berkaitan dengan karsinogenesis dan immunohistokimia yang

membedakan premaligna dan maligna. Atipikal endometriosis ditandai oleh inti

sel besar, hiperkromatik nuklei sedang sampai pleomorfik, peningkatan rasio inti

dan sitoplasma serta bertumpuk (Varma, 2004, Sturk C, 2005).

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

D. Kerangka teori

MULTISTEP Proposed model for endometriosis pathogenesis based on cancer framework :


TUMOR GENETIC Cancer Hallmark Mechanisms
PROGRESSION
ENDOMETRIUM
Normal cells
Retrograde menstruation ADHESION (cadherin,
(? Also Coelome metaplasia, Lymphovascular spread). B-catenin, protein kinase C)

INITIATION PROLIFERATION (limited)


POLYGENIC SUSCEPTIBLITY LIKELY INVOLVING : ANGIOGENESIS (limited)
Metabolic/endocrine/immunology/
(e.g. polymorphisme ER, PR etc). EVASION OF APOTOSIS
Environmental triger
STEPWISE ACQUISITION Somatically acquired
GENOMIC
OF GENETIC ALTERATION
Initiated cells (e.g. TSG, oncogenes) COX-2 INSTABILITY

* Self -sufficiency of growth


ENDOMETRIOSIS (LOH 9p, 11q,22q) singnals
PROMOTION ReducePTEN, hMLH1 protein (cyclin, cdk, p14, p16).

* Insensitivity to growth
inhibition

More
GENOMIC * Apoptosis evasion.
COX-2 INSTABILITY (Fas, Bax, p21, p53, p14)

Pre-Malignant Limitless Replication

ATYPICAL ENDOMETRIOSIS
* Pathological Angiogenesis

PREMALIGNANT * Proliferation of
PROGESSION TRANSITION PHASE / ZONE chromosomally abnormal
(? Further LOH 6q, 5q, 9p, 11q, 22q, cells
PTEN, TP53, beta-catenin, P-cadherin)

* INVASION & METASTASIS

MALIGNANT OVARIAN ENDOMETRIOIDAND Tedjo Danudjo, HOGI SOLO


CLEAR CELL CARCINOMA Tedjo Danudjo, HOGI SOLO
(dikutip dari Oepomo et al, SGCC 2009, dengan modifikasi ).

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Keterangan : Sel endometriosis mengalami inisiasi oleh pengaruh lingkungan,


metabolik, endokrin dan immunologi selanjutnya mengalami promosi
menjadi premaligna sel oleh karena kerusakan gen, terdapat gambaran
atipikal endometriosis. Atipikal endometriosis akan mengalami
progresivitas menjadi endometrioid dan clear cell carcinoma.
Perubahan sel endometriosis menjadi ganas melalui beberapa tahap
yakni proses inisiasi yang melibatkan COX-2 akibat dari pengaruh
adanya menstruasi retrograde, coelom metaplasia, peningkatan GnRH,
peningkatan androgen & defisiensi progesteron, inflamasi kronis.
Proses promosi akibat perubahan LOH dan genetik yang
mengakibatkan self sufficiency of growth signal (cyclin, TSG),
Insensitivity to growth inhibition. Pada tahap progresi terjadi reaksi
penghindaran apoptosis, angiogenesis patologi, dan proliferasi.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

E. Kerangka Konseptual

Endometrioma KarsinomaOvarii
Sitokin pro Estradiol
inflamasi IL-1, IL- Progesteron
Sitokin pro inflamasi Estradiol
6, IL-17A,TNF ,
IL-1, IL-6, IL-17A,TNF , Th-1 Th-1
Auto imun respon progesteron
17 HSD1 Auto imun respon

Estron SPINT1

SICA 2, CCL14, Mutasi-mutasi gen


TDGF1
yang menyebabkan
amplifikasi COX-2,
EGFR

COX-2

COX-2

Gambar 2.5. Kerangka konseptual


commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

Keterangan : Endometrioma dan karsinoma ovarii dapat mengalami


gangguan imunologi, genetik dan keseimbangan hormonal. Adanya
proses inflamasi yang terus menerus yang mengakibatkan aberrasi
atau perubahan status biomolekuler. Th1 dan sitokin pro inflamasi
akan meningkatkan regulasi COX-2 yang akan mengkatalisis sintesa
prostaglandin. Pada endometrioma terjadi peningkatan ekspresi
COX-2 dapat disebabkan melalui beberapa akibat pengaruh
hormonal yakni melalui peningkatan estradiol, peningkatan estradiol
ini dapat secara langsung maupun tak langsung melalui sitokin pro
inflamasi menginduksi COX-2. Demikian juga SICA1, CCL14,
TDGF1 melalui sitokin pro inflamsi dapat menginduksi COX-2.
Sedangkan penurunan progesteron secara tak langsung melalui 17 -
HSD 1 mempengaruhi konversi estradiol dari estron. PGE2 dapat
sebagai stimulator StAR dan aromatase untuk meningkatkan
produksi estradiol dan efek feedback terhadap sitokin pro inflamasi.
Sedangkan peningkatan COX-2 di karsinoma ovarii dapat
dipengaruhi dari perubahan hormonal seperti pada endometrioma,
dan sitokin pro inflamasi dan SPINT1 yang secara tak lansung
mempengaruhi COX-2 melalui sitokin pro inflamsi. Mutasi gen
COX-2, dan adanya polimorfisme dapat mempengaruhi peningkatan
COX-2.
Perbedaan yang tampak pada keduanya di atas adalah bahwa
SICA1, CCL14, EGFR pada penelitian sebelumnya dilaporkan
hanya meningkat pada endometriosis dan EAOC. Sedangkan pada
karsinoma ovari adanya mutasi-mutasi gen terhadap COX-2 dan
adanya kemungkinan terjadinya polimorfisme mengakibatkan
ekspresi COX-2 meningkat.

F. Hipotesis
Terdapat perbedaan ekspresi COX-2 antara endometrioma dan karsinoma
ovarii tipe 1, ekspresi COX-2 pada endometrioma lebih rendah daripada
karsinoma ovarii tipe 1.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian secara analitik observasional dengan rancangan penelitian cross


sectional untuk membedakan expresi COX-2 antara penderita endometrioma dan
karsinoma ovarii tipe 1. Dilakukan pemeriksaan secara imunohistokimia pada
masing-masing sampel penelitian. Kemudian diamati dan dihitung tingkat
ekspresi COX-2 pada masing-masing sampel dan dilakukan perbandingan nilai
ekspresi COX-2 antar kelompok sesuai alur penelitian sebagai berikut :

Populasi

Convenient Sampling

Pemeriksaan Histopatologi

Endometrioma dan Karsinoma ovarii tipe 1

Pemeriksaan dengan pengecatan


Immunohistokimia

Tingkat Ekspresi COX-2 Tingkat Ekspresi COX-2

Endometrioma Karsinoma ovarii tipe 1

Uji Perbedaan Tingkat Ekspresi

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas

Kedokteran UNS Surakarta pada bulan April 2011. Sampling dilakukan di

Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Moewardi Surakarta, Klinik Indriya

Ratna, Rumah Sakit Brayat Minulyapada bulan Januari hingga Agustus 2009.

C. Populasi Penelitian

Preparat penderita endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

D. Teknik sampling

Pengambilan sampling dilakukan dengan cara non random convenient

sampling pada preparat penderita endometrioma dan pada preparat penderita

karsinoma ovarii tipe 1 di RSUD dr Moewardi Surakarta, Klinik Indriya Ratna

Surakarta dan Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta.

E. Besar Sampel

Dalam menentukan sampel berdasarkan jenis penelitian adalah analitik

numerik tak berpasangan dengan rumus sebagai berikut :

2
N1=N2= 2 { [(Z + Z) SD] /x1-x2}

Keterangan:

N1=N2 : besar sampel yang diinginkan

Z (alfa) : tingkat kepercayaan 95% (1,64)

Z (beta) : power 95% (1,64)

X1-X2 : perbedaan rerata (0,2).

SD : standar deviasi (0,18) (Sopiyudin, 2009)

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Dari hasil perhitungan diketahui jumlah sampel minimal adalah 17 sampel.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 18 sampel endometrioma

dan 18 sampel karsinoma ovarii tipe 1 .

F. Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Preparat penderita endometriosis ovarium (endometrioma) dan karsinoma

ovarii tipe 1, dengan diagnosis Patologi Anatomi yang telah dilakukan

operasi di RSUD dr Moewardi, klinik Indriya Ratna dan rumah sakit

Brayat Minulya mulai tanggal 1 januari- 31 Agustus 2009.

2. Kriteria Eksklusi

a. Preparat yang rusak.

G. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Status penyakit endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

2. Variabel terikat

Nilai ekpresi COX-2 pada endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

H. Definisi Operasional

1. Endometrioma adalah ditemukannya sel-sel endometrium di dalam ovarium

yang dibuktikan secara pemeriksaan histopatologi.

2. Karsinoma ovarii tipe I adalah ditemukannya sel-sel ganas di dalam

jaringan ovarium yang dengan gambaran histopatologi karsinoma ovarii jenis

epitelial serosum atau musinosum deferensiasi baik.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

3. Nilai ekspresi COX-2 adalah sel-sel yang secara mikroskopis menunjukkan

warna kuning keemasan hingga coklat tua pada sitoplasmanya, yang

merupakan reaksi enzimatis antara enzim peroksidase dengan DAB (diamino

benzidin tetra hidrokloride) sebagai substrat enzim. Reaksi ini merupakan

lanjutan dari reaksi imunologis antara monoklonal antibodi rabbit anti human

cox-2 IgG-1 (Biocare Medical dan Kit Labvision plus) dengan COX-2 .

I. Cara Kerja

Pengambilan data sampel yang diperoleh dilakukan pemeriksaan

imunohistokima. Selanjutnya dilakukan penilaian ekspresi COX-2. Penilaian

makna tampilan COX-2 dinyatakan sebagai prosentase sel yang dihitung

berdasarkan tampilan positif sel dengan inti sel kuning dan sitoplasma keemasan

sampai dengan coklat tua pada pembesaran 400x. Pengamatan dilakukan

sebanyak 9 lapangan pandang. Nilai prosentase yang ditampilkan adalah nilai

rerata prosentase ekspresi protein COX-2 dari 9 lapang pandang tersebut.

Penilaian makna tampilan protein COX-2 dinyatakan sebagai skor

histologi ( SH ) dilakukan berdasar rumus sebagai berikut :

SH = ( PKxIK ) + (PSx IS ) +( PLxIL ) + ( PNxIN )

(Tan et al, 2002 )


Keterangan :
P = Prosentase
K = Kuat N = Negatif I = Intensitas
L = Lemah S = sedang
Nilai P (prosentase jumlah sel) : Nilai I (Intensitas)
0 25 % : nilai 1 0 : negatif
commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

26 50 % : nilai 2 1 : positif lemah


51 75 % : nilai 3 2 : positif sedang
76 100 % : nilai 4 3 : positif kuat

Makna kuantitatif dan kualitatif skor histologi


INTERVAL NILAI MAKNA KUALITATIF
(Makna Kwantitatif)
0,00 3,75 Negatif
3,76 7,50 Positif lemah
7,51 11,25 Positif sedang
11,26 15,00 Positif kuat
(Tan, et al 2002)
J. Analisa Data

Perbedaan ekspresi COX-2 pada endometrioma dan karsinoma ovarii tipe

1 diuji statistik menggunakan student t test tidak berpasangan.

I. Jadwal Penelitian.

2009 2010 2011

Persiapan

1. Pengkajian Pustaka x

2. Penyusunan Proposal x

3. Persetujuan Proposal x

Pelaksanaan

1. Pengambilan Sampel x

2. Pengolahan data x

Laporan
1.Penyusunan laporan x

2. Seminar x
commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1.Hasil Penelitian.

Hasil penelitian terhadap dua kelompok yaitu : 18 sampel endometrioma

dan 18 sampel karsinoma ovarii tipe 1. Pemeriksaan secara imunohistokimia

staining monoklonal antibodi COX-2 pada dua kelompok yaitu endometrioma

dan karsinoma ovarii tipe 1 menunjukkan hasil penilaian ekspresi COX-2

sebagai berikut :

Tabel 4.1. Rerata nilai ekspresi COX-2 dan standar deviasi (SD) pada
endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

Variabel Rerata SD

Endometrioma 7,222 1,60


Karsinoma ovarii tipe 1 7,889 1,49

Rerata ekspresi COX-2 pada endometrioma adalah 7,222 dengan

tingkat simpangan 1,60 dan rerata ekspresi COX-2 dengan skor histologi pada

karsinoma ovarii tipe 1 adalah 7,789 dengan tingkat simpangan 1,49.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

7.8

7.6
Skor Histologi

7.4

7.2

6.8
Endom
metrioma Kaovariimusinosum K
Kaovariiserosu
um

Jenissampel

Gambar 4.1. Grafik reerata nilai eekspresi CO


OX-2 dengann skor histoologi pada
endometrrioma, karsinnoma ovariii musinosum
m dan karsinnoma ovarii
serosum.
Distrribusi karsinnoma ovarii tipe 1 dapaat dibagi duaa bagian bessar yaitu :

k
karsinoma o
ovarii serosuum deferenssiasi baik (low grade/ttipe 1) dan karsinoma

o
ovarii ferensiasi baaik (low graade/ tipe 1). Rerata sko
musinosum defe or histologi

k
karsinoma ovarii
o serossum low graade adalah : 7,919 , daan rerata skoor histologi

k
karsinoma o
ovarii musiinosum low grade adaalah 7,857, sedangkan rerata
r skor

h
histologi dometrioma adalah : 7,222.
end

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

Taabel 4.2. Diistribusi eksp


presi COX-22 menggunak kan nilai kw
walitatif setelah
diihitung skor histologi paada endometrrioma dan kaarsinoma ovvarii tipe 1:

Krriteria Skor Endom


metrioma Karsinomaa
Histologgi ovarii tipe11
frekkuensi p
prosentase frekuensi prosentasee
Neegatif 0-3,75 0 0 0 0
Poositif lemah 7,6-7,5 13 72,2 8 44,4
Poositif sedangg 7,6-11,25 35 27,8 10 55,5
Poositif kuat 11,25-155 0 0 0 0

D tabel di atas ditamppilkan dalam


Data m bentuk grafik di bawahh ini :

80
70
60
50
Prosentase

40 Endometrio
oma
30
Karsinoma ovarii tipe 1
20
10
0
negatif positif positif ppositif
lemah sedang kuat

Nilai kwallitatif
G
Gambar 4.2 Grafik ekkspresi COX X-2 menggunakan n
nilai kwalitaatif setelah
dihitung skor histoloogi (nilai kw
wantitatif) ppada karsinooma ovarii
tipe 1 dann endomettrioma dalam m prosentasee.
Data hasil
h skor hittologi dapat dikonversikkan menjadi data kwantiitatif untuk

m
menilai mah, sedang dan kuat sesuai gambbar di atas
prossentase nilaii positif lem

(
(gambar 5.22 dan tabel 5.2). Pada endometriioma prosenntase ekspreesi COX-2

p
positif sedang : 27,8%
%, sedangkann karsinomaa ovarii tipee 1 adalah : 55,5%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Prosentase ekspresi COX-2 positif lemah pada endomterioma adalah : 72,2 %,

sedangkan pada karsinoma ovarii tipe 1 : 44,4%.

Gambar 4.3 Grafik sebaran ekspresi COX-2 pada endometrioma dan karsinoma
ovarii tipe 1.
Gambar di atas menunjukkan hasil sebaran ekspresi COX yang

dinyatakan sebagai skor histologi pada endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

Sebaran di atas menunjukkan ekspresi COX-2 terendah dengan skor histologi

(SH) pada endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1 adalah 6, sedangkan SH

tertinggi ekspresi COX-2 adalah 11, rerata SH COX-2 pada endometrioma adalah

7,22, sedangkan rerata SH ekspresi COX-2 pada karsinoma ovarii tipe 1 adalah

7,889.

2. Hasil Uji Normalitas :

Hasil uji normalitas data dari sampel endometrioma dan karsinoma ovarii

tipe 1 menggunakan Shapiro-Wilk Test menunjukkan sebaran distribusi yang tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

n
normal, sehiingga untukk menguji peerbedaan duua kelompokk yang tersebut di atas

m
menggunaka
an uji noon paramettrik tidak berpasangann Mann-Wh
hitney test

(
(Sopiyudin, 2009).

3 Hasil Uji Perbedaan


3. n:

Hasil analisis Mann


Ma Whitneyy test diperooleh p= 0,1661 (p> 0,05)). Karena p

> 0,05 , maka


m dapat disimpulkan
d bahwa hip
potesis yangg menyatakaan terdapat

p
perbedaan ekspresi
e CO
OX-2 antara endometrio
oma dan kaarsinoma ov
varii tipe 1

d
ditolak. Hall ini menunj wa tidak terdapat perbedaan yang bermakna
njukkan bahw

e
ekspresi CO
OX-2 antara endometriom
e ma dan karsinnoma ovarii tipe 1.

4 Hasil fotto penelitian


4. n.

E
Ekspresi CO
OX-2 pada enndometrioma ditampilkaan dalam gam
mbar sebagaai berikut :

G
Gambar 4.4 Ekspresi COX-2 ppada endom metrioma ddengan menggunakan
pengecataan immunoohistokimia dengan m mikroskop pembesaran
p
400x. Taanda panah mmenunjukkann inti sel daan sitoplasmaa berwarna
kecoklataan yang mennujukkan eksspresi COX-2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

E
Ekspresi CO
OX-2 pada kaarsinoma ovvarii tipe 1diitampilkan dalam
d gambaar berikut :

G
Gambar 4.5 Ekspresi COX-2 padda karsinomaa ovarii tipee 1 dengan pengecatan
p
imunohisstokimia dann dilihat den
ngan mikroskkop pembessaran 400x.
Tanda panah
p menuunjukkan in nti sel dan sitoplasma berwarna
kecoklataan yang mennunjukkan ekkspresi COX
X-2.
B PEMBAH
B. HASAN
Peneelitian ini addalah penelitian observaasional analitik dengan rancangan

c
cross sectionnal untuk melihat
m ekspreesi COX-2 pada
p endomeetrioma dan karsinoma

o
ovarii tipe 1. Penelitiian ini mennggunakan sampel pennderita end
dometrioma

s
sebanyak 188 kasus dan karsinoma ovarii
o tipe 1 sebanyak 118 kasus (terrdiri dari 7

s
sampel karssinoma ovarrii musinosuum diferensiiasi baik dann 11 kasus karsinoma

o
ovarii deferensiasi baikk). Teknik sampling yanng digunakaan secara no
on random

d
dengan caraa conveniennt sampling. Sampel dilakukan
d peemeriksaan penilaian

e
ekspresi CO
OX-2 mengggunakan tekknik pengecaatan imunohhistokimia (IIHC) yang

d
dinyatakan sebagai skoor histologi. Data skorr histologi yang didappatkan dari

m
masing- maasing kelom
mpok dilakkukan uji normalitas,
n hasil uji normalitas

m an bahwa data penilitian terdisstribusi tidaak normal, sehingga


menunjukka

p
pengelolaan data mengggunakan uji perbedaan
p uji
u Mann W
Whitney.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya ekspresi COX-2 pada

endometrioma dengan skor histologi antara 3,76-7,5 (positif lemah) sebesar

72,2%, sedangkan skor histologi antara 7,51-11,25 (positif sedang) sebesar

27,8%. Ekspresi COX-2 pada karsinoma ovarii dengan SH antara 3,67-7,5 (positif

lemah) sebesar 44,5% dan SH antara 7,51-11,25 (positif sedang) sebesar 55,5%.

Nilai rerata skor histologi ekspresi COX-2 pada endometrioma adalah 7,222,

sedangkan rerata ekspresi COX-2 pada karsinoma ovarii adalah 7,889. Setelah

dilakukan analisis statistik dengan uji Mann- Whitney didapatkan p>0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa hipotesis terdapat perbedaan ekspresi COX-2 pada

endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1 adalah ditolak. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan yang tidak bermakna ekspresi COX-2 pada endometrioma dan

karsinoma ovarii tipe 1.

Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekspresi COX-2

meningkat dari lemah sampai sedang pada endometrioma. Ekspresi yang

meningkat ini umumnya didapatkan di sel epitel glanduler dari endometrioma.

Mekanisme peningkatan ekspresi COX-2 ini belum sepenuhnya jelas, tetapi

terdapat indikasi bahwa respon autoimmun terjadi di jaringan endometriosis, di

mana sitokin dimungkinkan memicu (inisiasi) ekspresi COX-2. Indikasi

peningkatan aktivasi COX-2 oleh estradiol juga tampak. Hal ini ditunjukkan

bahwa estradiol (E2), secara langsung maupun tak langsung, melalui sitokin

menginduksi aktivitas COX-2 yang akan meningkatkan produksi PGE2.

Sementara PGE2 juga diketahui sebagai stimulator aromatase dan StAR

(Steroidogenic Acute Regulatory Protein) yang poten di dalam sel endometriosis


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

(Bulun, 2005, Ceyhan, 2008). PG dilaporkan terlibat dalam penghambatan

apoptosis, induksi angiogenesis dan immunosupresi. Ekspresi COX-2 secara nyata

meningkat oleh beberapa faktor pertumbuhan, onkogen, tumour promoting factor

dan dihubungkan dengan beberapa hasil tumor solid termasuk karsinoma

endometrial (Fanfani, 2005). Hal-hal yang diuraikan di atas menjelaskan

terjadinya peningkatan ekspresi COX-2 pada endometrioma hingga positif sedang

( rerata :7,222) pada penelitian ini.

Peningkatan ekspresi COX-2 pada karsinoma ovarii pada penelitian ini

hingga positif sedang (rerata : 7,889) juga pernah dilaporkan berbagai penelitian

sebelumnya, seperti yang dilaporkan Khunnarong et al, 2010 bahwa terdapat

peningkatan ekspresi COX-2 yang tinggi pada pengecatan imunohistokimia

dengan perbandingan 80% ekspresi tinggi dan 20% ekspresi rendah pada

karsinoma ovarii nonmusinosum (Khunnarong et al, 2010). Sedangkan pada epitel

ovarium normal ekspresi COX-2 tidak terdeteksi (Li S et al, 2004). Salah satu

jalur mekanisme dimana enzim COX-2 berperan dalam karsinogenesis adalah

melalui angiogenesis. Sejumlah penelitian melaporkan bukti yang kuat hubungan

antara ekspresi COX-2 dan vaskularisasi tumor. Tetapi jalur molekuler yang nyata

yang mendasari aktivitas COX-2 masih belum jelas. Beberapa penelitian lain

melaporkan bahwa aktivasi EGFR akan menstimulus produksi COX-2 dan

translasi nuklear, yang akan meningkatkan aktivitas mitotik (Fehmi A R et al,

2003).

Pada proses inflamasi kronik, membran basal permukaan ovarium dan

dinding folikuler terjadi kerusakan atau hilang, sel epithelial permukaan terlepas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

dari tempatnya atau ruptur. PG diyakini mampu mengaktivasi enzim kolagenase,

proteolisis dan penurunan sintesis komponen membran basal pada ovarian

granulosa dan permukaaan sel epithelial ovarium. Studi terakhir lesi preneoplastik

pada tumor ovarium manusia menegaskan bahwa kolagen IV dan laminin pada

permukaan basement membran ovarian epithelium hilang sebelum transformasi

morfologi sel epitelial. Peningkatan proteolisis dan penurunan sintesis komponen

membran basement oleh sel epitel permukaan mengakibatkan hilang permukaan

epitel ovarium, dimana secara drastis akan mengubah sistem biologi sel epitelial.

Hal ini dikarenakan membran basement diketahui berpengaruh terhadap

ekspresi gen, cell contact signaling dan positional organisation sel epitelial. Hal

ini dapat menjelaskan bahwa tanpa membran basement yang utuh (intact)

permukaan epitelium yang merepresentasikan prekursor lesi dan kemudian adanya

perubahan genetik dan epigenetik dapat mengakibatkan perubahan ke arah

transformasi neoplastik dan tumorogenesis (Elizabeth, 2004). Hal ini juga dapat

menjelaskan bahwa peningkatan COX-2 pada kasus ini diduga akibat trauma yang

berulang (repetitive trauma) pada permukaan sel epitelial yang diikuti oleh faktor

mitogenik, yang diyakini menjadi momen penting dalam inisiasi tumorogenesis

ovarium (Fathalla, 1971, Rask, 2006), sementara jalur mekanisme COX-2 dalam

sel kanker sendiri belum jelas, seperti diuraikan diatas (Gu, 2008). Uraian di atas

menunjukkan bahwa pada endometrioma terjadi peningkatan ekspresi COX-2

yang berperan pada proses inflamasi kronik,seperti halnya yang terjadi pada

karsinoma ovarii yang menunjukkan ciri- ciri neoplastik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Sedangkan pada karsinoma ovarii terjadi proses patologi, dimana COX-2

terlibat dalam hallmark respons of inflammation. Respon inflamasi pada ovulasi

menginduksi remodelling jaringan, mutasi yang bertanggung jawab menghasilkan

sel kanker dipercaya meningkat dari gangguan repair replikasi DNA pada

proliferasi sel OSE. Angka kejadian mutasi ini dipercaya dengan meningkatnya

kehadiran oksidan toksik yang dilepaskan selama respon inflamasi. Gangguan

terhadap respon inflamasi juga diduga berperan pada mekanisme ini. Adanya

mutasi -765G>C COX-2 polimorfisme, telah dihubungkan dengan perkembangan

beberapa keganasan termasuk keganasan ovarium. Polimorfisme dapat

meningkatkan ekspresi gen COX-2, yang dapat menghambat apoptosis dan

promosi proliferasi tumor, metastasis dan angiogenesis. Distribusi dan frekuensi

tiga tipe yang berbeda (genotip) -765G> C COX-2 adalah GG,GC,CC. Pereire,

(2007) memaparkan bahwa allele C carrier meningkatkan risiko perkembangan

karsinoma ovarii (Rask, 2006, Pereire, 2007, O Gubbay et al, 2005). Sementara

belum ada laporan mengenai adanya polimorfisme COX-2 pada endometrioma.

Gu et al, (2008) juga melaporkan bahwa ada indikasi COX-2

menginduksi sel pada human ovarian cancer cell line (CAOV-3) viability dan

migrasi dan mempromosikan proliferasi CAOV-3 melalui jalur sinyal PI3-k/Akt

(Gu et al, 2008). Sedangkan Banz et al, (2010) melaporkan SICA2 (Small

Inducible Cytokine A2), CCL14 (Small Inducible Cytokine subfamily member 14),

dan TDGF1 diregulasi dalam endometriosis. Kelompok sitokin ini regulasinya

ditingkatkan pada endometrioma dan EAOC dibanding pada karsinoma ovarii.

Sitokin ini penting dalam mediator komunikasi interseluler dalam sistem imun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Hal ini mendukung bahwa endometriosis adalah suatu proses inflamasi kronik

dengan perubahan respon imun. Sedangkan serine protease inhibitor 1 (SPINT1)

ditingkatkan regulasinya di karsinoma ovarii dibandingkan endometrioma (Banz

et al, 2010).

Untuk mempertajam hubungan apakah ada jalur proses keganasan ovarium

yang berasal dari endometriosis, maka diperlukan sampel karsinoma ovarii yang

diambil dari kelompok yang mempunyai riwayat endometriosis sehingga dapat

dianalisis hubungan proses keganasan yang berasal dari endometriosis, dan

diperlukan penelitian secara prospektik yang tidak bisa dilakukan pada penelitian

ini. Pada penelitian tidak diambilkan dari kelompok tersebut di atas karena

beberapa keterbatasan.Tetapi pada penelitian ini digunakan sampel dari

karsinoma tipe 1 seperti yang dikelompokkkan oleh Kurman and Shih (2010)

yang membagi menjadi dua kelompok, yakni karsinoma ovarii tipe 1 dan 2,

dengan dasar pertimbangan kesamaan basis morfologi dan molekuler genetik.

Jumlah sampel yang lebih dari 30 pada dua kelompok cukup untuk

merepresentasikan hasil penelitian ini.

Melihat hasil statistik pada data penelitian dan pembahasan di atas,

maka didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan ekspresi

COX-2 antara endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1. Hal ini dimungkinkan

adanya persamaan salah satu aspek biomolekuler antara endometrioma dan

karsinoma ovarii tipe 1. Ekspresi COX-2 pada endometrioma dimungkinkan

berada pada tahapan promosi , sedangkan ekspresi COX-2 pada karsinoma

ovarii tipe 1 berada pada tahapan progresif sesuai dari data penelitian dan literatur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

sebelumnya (Varma, 2004, Nezhat, 2008). Kondisi di atas menunjukkan bahwa

endometrioma masih dimungkinkan dapat bertransformasi menjadi ganas

(karsinoma ovarii). Peran COX-2 dalam hubungannya dengan patogenesis

endometrioma dan karsinoma ovarii dirangkumkan dalam bagan berikut ini :

Genetik, Cytokines

Prostanoid Genom Instability,


PG G/H2
COX-2 LOH (9p, 11q,22q)
meningkat

Estradiol, KARSINOMA
Progesteron

Growth Factor
IL- 1, IL-6,IL-8,Th-1, Replikasi
limitless
SICA2, CCL14
(endometrioma dan
Evasion
karsinoma ovarii) Apoptosis,
(Banz, 2010) bcl2, p53,
PI3-k/Akt

EGFR, Mutasi gen COX-2 Cell


Mutasi -756G>C COX-2 Proliferasi
polimorfisme (Pereira, 2007)
SPINT1. Banz,2010,Ceyhan,2006Gu,
Patologik
(karsinoma ovarii) 2008.Varma,2004,Pereira,2007, Angiogenesis

Gambar 4.6. Skema peran COX-2 terhadap proses patogenesis endometrioma


dan karsinoma ovarii keganasan.
Keterangan : Prostanoid dikonversi menjadi PG melalui reaksi enzimatis COX-2.
Peningkatan enzim COX-2 dapat diinduksi dan dipengaruhi oleh
hormonal (E2) yang meningkat, penurunan progesteron, sitokin pro
inflamasi seperti : IL-1, IL-6, IL-8, Th-1, IL-17A pada
endometrioma. Sedangkan pada karsinoma ovarii selain pengaruh
hormonal dan sitokin pro inflamasi, adanya EGFR, mutasi gen
COX-2, polimorfisme, berperan dalam peningkatan COX-2.
Peningkatan COX-2 dapat mempengaruhi produk enzimatisnya
yaitu PG. PGE2 juga merupakan stimulator kuat terhadap StAR
dan aromatase yang akan berpengaruh terhadap peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

estradiol, demikian dengan adanya penurunan progesteron akan


mempengaruhi HSD-1 yang berperan terhadap konversi estron
dari estradiol, sementara estradiol juga dapat mempengaruhi sitokin
pro inflamasi untuk menginduksi COX-2. PG dapat mempengaruhi
terjadinya LOH, peningkatan growth factor, yang akan
mengakibatkan penghambatan apoptosis, peningkatan proliferasi
sel peningkatan angiogenesis pada sel endometrioma maupun
karsinoma.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna ekspresi

COX-2 antara endometrioma dan pada karsinoma ovarii tipe 1. Dimungkinkan

adanya persamaan salah satu aspek biomolekuler antara endometrioma dan

karsinoma ovarii tipe 1 tetapi pada tahapan perkembangan tumor yang berbeda.

Ekspresi COX-2 pada tahapan promosi yang terdapat pada endometrioma tidak

berbeda bermakna dengan ekspresi COX-2 pada tahapan progresi karsinoma

ovarii tipe 1.

B. Saran

Pada penelitian lebih lanjut :

1. Diperlukan penelitian uji aktifitas dan analisis polimorfisme enzim COX-2

pada endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1.

2. Diperlukan penelitian secara eksperimental mengenai hubungan antara

endometrioma dan karsinoma ovarii tipe 1 dengan menggunakan

parameter COX-2.

commit to user

You might also like