Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaaan hayati
terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat
tinggi yang terdiri dari berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman
berpotensi obat (Aziz Saifudin, et al, 2011). Kekayaan hayati ini tersebar di
pulau-pulau besar Indonesia salah satunya pulau Kalimantan yang
mempunyai hutan tropis termasuk hutan gambut. Hutan ini menyimpan
senyawa organik terbesar di dunia (Cindy, 2010). Dari hasil penelusuran
menunjukkan adanya senyawa berkhasiat obat pada tanaman yang terdapat
di Kalimantan Tengah yang dapat digunakan sebagai pengobatan sakit
pinggang diantaranya tanaman akar alang-alang (Imperata cylindrica), daun
dan ranting tungkun (Viscum orientalle) (Setyowati.F.M, 2005).
Bagian tanaman dan tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional meliputi akar, batang, daun, bunga, dan buah. Penggunaan obat
tradisional sendiri dilakukan dengan sangat sederhana yakni dilakukan
dengan cara sederhana seperti diremas, ditumbuk, direbus, atau dibakar.
Salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh
masyarakat dayak di Kalimantan Tengah adalah akar Rumbia (Metroxylon
sagu), diolah dengan cara akar Rumbia (Metroxylon sagu) direbus dalam air
dan dipercaya dapat mengobati penyakit asam urat. Penggunaan akar
Rumbia (Metroxylon sagu) sebagai obat hanya berdasarkan pengalaman dan
kebiasaan masyarakat Kalimantan Tengah dari generasi ke generasi dan
berlangsung hingga sekarang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
skrining fitokimia menggunakan metode pereaksi warna pada akar Rumbia
yang dimanfaatkan oleh masyarakat dayak di Kalimantan Tengah sebagai
obat tradisional. Skrining Fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah pada penelitian ini apakah akar Rumbia (Metroxylon sagu)
mengandung golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dapat di identifikasi maka agar
permasalahan ini tidak meluas, dibatasi dengan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang
terkandung didalam akar Rumbia (Metroxylon sagu) meliputi golongan
senyawa alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid.
2. Rumbia (Metroxylon sagu) yang digunakan yaitu tanaman yang berada di
kawasan Yos Sudarso III, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa
bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung didalam akar Rumbia
(Metroxylon sagu).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana cara
mengidentifikasi berbagai golongan senyawa bermanfaat dalam
pengobatan yang terkandung dalam tanaman yang sering digunakan oleh
masyarakat umum sebagai obat tradisional.
3
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan yang terkandung
didalam akar Rumbia (Metroxylon sagu) dan dapat menjadi
pertimbangan bagi kesadaran masyarakat untuk pelestarian dan
pengembangan tanaman obat tradisional yang merupakan kekayaan
hayati di Indonesia khususnya di Kalimantan Tengah.
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Menurut Kepmenkes No 381/Tahun 2007 yang dimaksud dengan obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan, mineral
termasuk biota laut atau sediaan galenik yang telah digunakan secara turun
temurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik seperti obat herbal
terstandar dan fitofarmaka.
B. Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun dan kecuali dinyatakan lain apabila
bahan tersebut telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu simpilisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
pelikan/mineral (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).
1. Simplisia Nabati
Simpisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya
misalnya Datura Foliumdan Piperis Nigri Fructus. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat yang dengan cara tertentu dipisahakan/diisolasi dari
tanamannya. (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004)
2. Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang di hasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni. Contohnya adalah minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum) (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
5
sederhanadan belum berupa zat kimia murni. Contohnya serbuk seng dan
serbuk tembaga (Didik Gunawan, Sri Mulyani, 2004).
D. Skrining Fitokimia
Skrining Fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif
terhadap senyawa-senyawa aktif biologis atau senyawa bermanfaat dalam
pengobatan yang terdapat dalam simplisia nabati. Senyawa-senyawa
tersebut adalah senyawa metabolit sekunder, oleh karena itu skrining
terutama ditujukan terhadap golongan golongan senyawa seperti alkaloid,
flavonoid, saponin dan tanin (Linnon Bastian Lumanraja, 2009).
Uji Fitokimia yang sering dilakukan yaitu Alkaloid, Saponin, Tanin,
dan Flavonoid:
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang
terbesar sekitar 5500 telah diketahui. Pada umumnya alkaloid mencakup
senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen.
Dalam bentuk bebas alkaloid merupakan basa lemah yang sukar larut
dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Untuk identifikasi
biasanya menggunakan larutan pereaksi yang dapat membentuk endapan
dengan alkaloid contohnya pereaksi mayer, dragendroff dan lain-lain.
Alkaloid pada umumnya merupakan senyawa padat, berbentuk Kristal
hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya Nikotinia), tidak berwarna
dan mempunyai rasa pahit. Alkaloid merupakan senyawa yang
mempunyai aktifitas biologis yang sangat menonjol dan digunakan secara
luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).
2. Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif dan bersifat seperti sabun
(bahasa latin sapo berarti sabun), berdasarkan kemampuanya dapat
membentuk busa. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba.
Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut
sapogenin. (Harbone, 1987).
8
3. Flavonoid
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon (Harbone, 1987). Sebagian besar senyawa
flavonoid ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid
terikat pada suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui
ikatan glikosida. Flavonoid dapat ditemukan sebagai mono-, di-, atau
triglikosida dimana satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dalam molekul
flavonoid terikat oleh gula (Sovia Lenny, 2006).
Senyawa flavonoid dalam tubuh mempunyai aktifitas yang
bermacam-macam yaitu sebagai diuretik, anti virus, anti histamin, anti
hipertensi, dan bakteriostatik (Kurnia Retnowati, 2009). Flavonoid juga
mempunyai aktifitas menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan
Enzim Xantin Oksidase (Kurnia Retnowati, 2009) serta bersifat sebagai
antioksidan mampu melindungi terhadap penyakit degeneratif yang dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas
(Kurnia Retnowati, 2009).
4. Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol yang larut dalam air, gliserol,
etanol, hidroalkoholik, dan propilena glikol tetapi tidak dapat larut dalam
benzene, kloroform, eter, petroleum eter dan karbon disulfida (Harborne,
1987). Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam
angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya
tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk Kopolimer mantap yang
larut dalam air. Dalam Industri tanin adalah senyawa yang berasal dari
tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi
kulit siap pakai karena kemampuanya menyambung silang
protein.Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim
sitoplasma. Tanin mempunyai rasa sepat (Harbone, 1987).
9
E. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat. Zat-zat aktif terdapat didalam sel dan diperlukan
metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstrasinya (Harborne,
1987). Terdapat beberapa macam metode ekstraksi, diantaranya adalah
maserasi, perkolasi, refluks,sokletasi, digesti, infus, dan dekok (Depkes RI,
1979).
a. Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Hasil ekstraksi disebut
maserat.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umum dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri
dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai
diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
b. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temparatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
1
0
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan adanya pengadukan
kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan
(kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 C.
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30C) dan
temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari langsung (Depkes RI, 1979).
Mart) dan Sagu Makanaru (M longispinum Mart). Jenis Sagu tidak berduri
yaitu Sagu Molat (M Sagu Rottb). (Agung Maulana. 2011)
Selain ada tidaknya duri, suatu pengelompokan yang biasa digunakan
untuk membedakan jenis-jenis Sagu dari genus Metroxylon adalah frekuensi
pembungaan atau berbuahnya, yaitu yang berbunga atau berbuah sekali
(Hepaxanthic) dan berbunga atau berbuah dua kali atau lebih (Pleonanthic).
golongan Hepaxanthic adalah sebagai berikut:
1. Metroxylon sagu, Rottboel atau Sagu Molat
2. Metroxylon rumphii, Martius atau Sagu Tuni
3. Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau Sagu Ilur
4. Metroxylon rumphii, Martius varietas longispinum Martius Sagu
Makanaru
5. Metroxylon rumphii, Martius microchantum Martius atau Sagu
Rotan (Agung Maulana, 2011)
Golongan Pleonanthic adalah M filarae Mart dan M elatum Mart
(Agung Maulana, 2010).
Klasifikasi tanaman Rumbia (Metroxylon sagu) berdasarkan database
tanaman dari Pelayanan Konservasi Sumber Daya Alam (USDA 2005)
menyebutkan bahwa Rumbia atau yang biasa disebut dengan Sagu termasuk
dalam Famili Arecaceae-palm, Genus Metroxylon dan Spesies Metroxylon
sagu. Secara lengkap sistematika Rumbia (Metroxylon sagu) adalah:
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Liliopsida
Kelas : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu Rottb (Plantamor. Com. 2010).
1
3
BAB III
METODE PENULISAN
B. Alat Dan
Bahan 1. Alat
Alat yang digunakan: pisau, tabung reaksi, gelas ukur,elenmenyer,
toples kaca, labu ukur, timbangan,batang pengaduk, beaker glass, corong,
kertas saring/kain planel, pipet tetes, pipet volume, bolt pipet, dan blender.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simplisia dalam
keadaan kering, berupa akar Rumbia (Metroxylon sagu), aquadest, FeCl3,
etanol (96%), HCL 2 N, HCL pekat, serbuk seng, bourchardat LP, mayer
LP dan dragendroff LP.
C. Metode Penulisan
Metode Penulisan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
(eksperimen research) dimana eksperimen atau percobaan adalah Penelitian
yang dilakukan dengan melalui serangkaian percobaan terhadap objek
penelitian (Seokidjo Notoatmodjo, 2005). Sebagai parameter untuk
mengungkapkanke benaran tentang adanya golongan senyawa bermanfaat
dalam pengobatan yang terkandung didalam akar Rumbia dilakukan uji
skrining fitokimia menggunakan metode pereaksi warna.Senyawa yang
1
4
E. Prosedur penelitian
1. Maserasi
Simplisia ditimbang sebanyak 10 g kemudian ditambahkan etanol
sebanyak 200 ml, sambil sekali-kali diaduk selama 6 jam pertama dan
dibiarkan selama 18 jam. Disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan filtrat dan ampas, kemudian ampas direndam kembali
dengan 200 ml etanol sesuai prosedur. Proses diulang sebanyak 2 kali
(MMI, 1978, MMI, 1989)
1
5
BAB IV
ANALISIS DAN SINTETIS
A. Analisis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, skrining fitokimia
golongan senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid dan tanin pada ekstrak
akar Rumbia (Metroxylon Sagu) didapatkan hasil uji fitkoimia pada ekstrak
akar Rumbia. Dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil
Uji fitokimia
Pereaksi yang Pereaksi yang Hasil Pengamatan Keterangam
No Secara Toritis
Diuji Digunakan Sampel (MMI 1978
dan MMI
1995)
Tidak terbentuk Terbentuk
endapan endapan
Mayer LP menggumpal menggumpal (-)
berwarna Putih berwarna Negatif
atau kuning putih atau
Alkaloid kuning
Tidak terbentuk Terbentuk
1 Bouchardatt endapan endapan (-)
LP cokelat sampai berwarna Negatif
hitam cokelat
sampai hitam
Tidak terbentuk Terbentuk
Dragendroff endapan merah endapan Negatif
LP hingga jingga merah hingga
jingga
2 Saponin Air 10 ml dan Tidak terbentuk Terbentuk (-)
HCl 2 N buih Buih Negatif
Serbuk seng, Larutan Terjadi warna (+)
3 Flavonoid HCL 2 N, dan berwarna Merah
HCL Pekat. Merah Intensif Positif
Larutan Terjadi warna (+)
4 Tanin FeCl3 berwarna Hitam atau
Positif
Hitam kebiruan kebiruan
1
7
B. Sintesis
Masyarakat pada umumnya hanya menggunakan akar Rumbia sebagai
obat untuk penyakit asam urat dengan cara direbus dengan air berdasarkan
pengalaman secara turun-temurun. Berdasarkan penelitian uji fitokimia
menggunakan metode pereaksi warna yang dilakukan pada ekstrak akar
Rumbia teridentifikasi golongan senyawa bermanfaat dalam pengobatan
seperti tanin dan flavonoid yang dapat memberikan efek pengobatan
diantaranya tanin bersifat sebagai antibakteri dan astringen atau menciutkan
dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri, dapat mengatasi penyakit
seperti diare, Sedangkan flavonoid dalam bidang pengobatan mempunyai
aktifitas salah satunya dapat menurunkan kadar asam urat melalui
penghambatan enzim Xantin Oksidase
2
2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji fitokimia pada akar Rumbia
(Metroxylon sagu), dapat disimpulkan bahwa akar Rumbia (Metroxylon
sagu) mengandung golongan senyawa tanin dan flavonoid yang mempunyai
efek pengobatan diantaranya dapat menurunkan kadar asam urat.
B. Saran
1. Penelitian ini dapat di uji dengan metode lainya seperti metode
kromatografi.
2. Dilakukan Uji fitokimia golongan senyawa bermanfaat dalam
pengobatan diantaranya seperti golongan senyawa steroid dan golongan
senyawa metabolit sekunder lainya.
2
3
DAFTAR PUSTAKA
Didik Gunawan, Drs., Apt. SU dan Sri Mulyani, Dra., Apt. SU. 2004. Ilmu Obat
Alam (Farmakognosi) jilid I. Jakarta. Penerbit Penebar Swadaya.
Sovia Lenny, SSI, MSI.2006. Senyawa Terpenoida dan steroida. Medan: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1860/1/06003488.p df.
[24 april 2012]
Wartje Randa. 2012. Mengenal Jenis-Jenis Sagu di Maluku. Ambon: Balai Besar
Perbenihan& Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon. http://ditjenbun.
deptan.go.id/bbp2tpbon/index.php?option=com_content&view=article& id
=164%3Amengenal-jenis-jenis-sagu-di-maluku&catid=12%3Anews&Item
id=21. [29 agustus 2012]
26
Skema Kerja
Pemilihan Simplisia
Pembuatan simplisia
Analisa Laboratorium
Uji Fitokomia :
1. Alkaloid
2. Saponin
3. Tanin
4. Flavonoid
Skema kerja
27
Gambar Tanaman
2. UjiFitokimia
golongan senyawa
Flavonoid pada filtr
at sebanyak 2 ml di
reaksikan dgn Serb
uk seng 0,5 g dan 2 + 0,5 g serbuk seng
ml HCl 2 N =
didiamkan selama 1
menit kemudian di
+ 2 ml HCL 2 N +
3tetes HCL 2N
reaksikan dgn 3 tete s
HCL pekat -> Hasil
reaksi terbentuk
warna merah.
Hasil Analisis Fitoki mia Akar Rumbia tidak mengandung golongan s enyawa
Saponi
n