You are on page 1of 30

BERMAIN DAN KETERAMPILAN MOTORIK

MAKALAH INI DIBUAT GUNA MEMENUHI SALAH SATU


TUGAS MATA KULIAH TEORI BERMAIN

PENYUSUN:
ARISENDO FERRY SANJAYA
14711251017

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang pasti terjadi
pada setiap makhluk hidup yang terjadi sangat cepat pada masa balita karena
merupakan pertumbuhan dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
selanjutnya. Masa ini berlangsung pendek sehingga disebut sebagai masa kritis
(critical period) atau masa keemasan (golden period) dimana masa ini sangat
menentukan kualitas kehidupan manusia di masa depan. Penyimpangan sekecil apapun
pada masa ini apabila tidak terdeteksi akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
di kemudian hari. Deteksi dini dapat dilakukan dengan menilai pertumbuhan fisik dan
perkembangan motorik.
Motorik adalah terjemahan dari kata motor yang menurut Gallahue adalah
suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan
kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasarkan oleh
proses motorik. Karena motorik (motor) menyebabkan terjadinya suatu gerak
(movement), maka setiap penggunaan kata motorik selalu dikaitkan denga gerak dan
didalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak.
Namun yang harus selalu diperhatikan adalah bahwa gerak yang dimaksudkan disini
bukan hanya semata-mata berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-
hari, yakni geraknya anggota tubuh (tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alat
gerak tubuh (otot dan rangka). Tetapi gerak yang didalamnya melibatkan fungsi
motorik seperti otak, saraf, otot dan rangka.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan
motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik
anak, Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua
kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system
susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperanan
dalam keterampilan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak.
Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot
memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak
meningkat. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi keterampilan motorik kasar
seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Keterampilan motorik halus atau
keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan
menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.
Pengembangan keterampilan motorik pada dasarnya merupakan kegiatan yang
mengaktualisasikan seluruh potensi anak berupa sikap, tindak dan karya yang diberi
bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.
Oleh karena itu keterampilan motorik dapat diartikan sebagai bagian dari pendidikan
diantaranya melalui pengalaman-pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh. Keterampilan motorik tidak hanya
mengembangkan aspek anak saja akan tetapi memandang seluruh aspek anak usia dini
sebagai subjek yang di didik melalui pemberian berbagai pengalaman gerak (A.
Suherman dalam Sainah, 1997). Pada anak usia dini perkembagan motorik sudah
mengarah pada peningkatan keterampilan gerak yang lebih komplek, yaitu dengan
melibatkan otot-otot lainnya.
Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode
perkembangan diri anak yang meliputi dunia fisik, sosial dan kognitif. Bermain
berkaitan erat dengan pertumbuhan anak. Kegiatan bermain memiliki kekuatan untuk
menggerakkan perkembangan anak. Pada masa anak-anak, bermain merupakan
landasan bagi perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari
perkembangan sekaligus sumber energi perkembangan itu sendiri.
Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan
hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu
yang sangat penting dalam perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk
kegiatan bermain pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap
perkembangan kepibadiannya.
Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan
sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang
motorik yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat
mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami
keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.

B. RumusanMasalah
Dari uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini
adalah:
1. Apa Pengertian Bermain dan Keterampilan Motorik?
2. Apakah Tujuan Bermain dan Keterampilan Motorik?
3. Bagaimana Manfaat Bermain dan Keterampilan Motorik?
4. Bagaimana Hubungan Bermain dan Keterampilan Motorik?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dan
bagaimana bermain dan ketermapilan motorik bagi anak usia dini.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui kreativitas bermain dan keterampilan motorik serta manfaat yang
dapat diterapkan dalam proses belajar bagi anak usia dini.
2. Bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah
Diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan penulis, mahasiswa dalam
memperoleh kreativitas bermain dan keterampilan motorik dan manfaat yang akan
ditimbulkan dari makalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
1. Bermain
a. Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun pengembangan imajinasi pada anak. Bermain
merupakan hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki
pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu
yang sangat penting dalam perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi seorang
anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap
bentuk kegiatan bermain pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif
terhadap perkembangan kepribadiannya. Di bawah ini merupakan pengertian
bermain menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
Menurut Piaget (Mayesty, 1990: 42)
Piaget menyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang diulang-
ulang yang menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri sendiri.
Buhler dan Danziger (Roger dan Sawyers, 1995: 95)
Berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan
kenikmatan.
Hurlock (Rita Kurnia: 2011: 2)
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela, tanpa
paksaan atau tekanan dari pihak luar.
Dockett dan Fleer (2000: 41-43)
Bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak
akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda
dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan
dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.
Brooks & Elliot (1971)
Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Forberg dalam Dockett dan Fleer
Forberg menyatakan bahwa Play is direct and spontaneous activity by
which children engage with people and things arpund them
pleasantly,voluntarily,imaginatively, with all their senses, with their hands
or with their whole bodies. Berdasarkan pendapat tersebut, Forberg
mengungkapkan bahwa bermain adalah aktivitas spontan dan langsung
yang dilakukan oleh anak. Ketika anak-anak bermain anak akan
berinteraksi dengan anak lainnya dan benda-benda yang berada
disekitarnya. Anak menggunakan inderanya, tangannya bahkan seluruh
tubuhnya untuk bermain dengan rasa bahagia, sukarela atau tanpa paksaan
dan dengan imajinasinya sendiri.
Anggani Sudono
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada
anak
Mayke S. Tedjasaputra
Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak,
misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan
sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan
perasaan tertekan, dll
Berdasarkan beberapa pengertian bermain di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela
dengan ataupun tanpa mempergunakan alat, sebagai pengalaman belajar untuk
memperoleh pengetahuan dan mengembangkan kemampuan dalam diri (anak)
yang dapat menimbulkan kesenangan/kepuasan.
b. Teori Bermain
Secara umum teori-teori tentang bermain dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut:
1. Teori Klasik (abad ke-19 sampai perang Dunia I)
a. Teori Kelebihan Energi (Herbert Spencer), menyebutkan bahwa manusia
mempunyai energi lebih (energi surplus) yang digunakan untuk bermain.
b. Teori Relaksasi/Rekreasi (Schaller dan lazarus), Menyebutkan bahwa
bermain mengisi kembali energi yang telah terpakai dalam bekerja.
c. Teori Insting (Karl Groos), merupakan semacam latihan awal dimana
bermain mempersiapkan anak-anak untuk peran-peran yang akan
dilakukan dikemudian hari.
d. Teori Rekapitulasi (G.Stanley Hall), mengatakan bahwa anak-anak
mengulangi aktivitas leluhurnya, karena itu pegalaman-pengalaman
nenek moyang/ leluhur akan tertampil di dalam kegiatan bermain pada
anak.
2. Teori Modern (setelah perang Dunia I)
a. Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, memandang bermain sama
seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain ataupun fantasi seseorang
dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun konflik serta
pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal tersebut dilakukan sebagai
upaya bagi seseorang dalam memenuhi harapan yang tidak dapat
diwujudkan dalam kehidupan nyata, mengatasi konflik dan pengalaman
yang tidak menyenangkan. Selain itu bermain anak sebagai alat yang
penting bagi pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga
diri ketika anak dapat menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah
ketrampilan sosial.
b. Teori Perkembangan Kognitif dari Jean Piaget (1963), berpendapat
bahwa anak menciptakan sendiri penengetahuan mereka tentang
dunianya melalui interaksi mereka ketika bermain. Karena
perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan kognitif
maka perkembangan kognitif anak juga mempengaruhi kegiatan
bermainnya.
c. Teori dari Lev Vygotsky (1967), yang menekankan pemusatan hubungan
sosial sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Menuruta Vigotsky bermain akan membantu perkembangan bahasa dan
berpikir. Struktur mental terbentuk melalui penggunaan tanda-tanda
(signs) serta alat-alat dan bermain dapat membaarntu pembentukan
struktur tersebut. bermain juga membebaskan anak dari ikatan atau
hambatan yang didapat dari lingkungannya. Dalam hal ini bermain
memberi kesempatan pada anak untuk melakukan kontrol yang lebih
besar terhadap situasi yang dihadapi pada situasi real (sesuai realita yang
ada). Anak-anak bermain menggunakan arti-arti (meanings) tertentu
karenanya anak dapat mencapai proses berpikir yang lebih tinggi.
d. Teori dari Jerome Singer (1973) memandang bermain khayal merupakan
usaha anak untuk menggunakan kemampuan fisik dan mental guna
mengatur atau mengorganisasi pengalaman-pengalamnya. Bermain
digunakan anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan
kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan
kreativitasnya.
e. Teori dari Michael Ellis (1973) memandang bahwa bermain sebagai
bentuk pemrosesan informasi. Makhluk hidup secara menta selalu aktif,
mereka terus menerus berusaha membuat informasi yang sudah
diperoleh menjadi berarti. Anak-anak menggunakan bermain sebagai
cara untuk menciptakan informasi dari dalam dirinya sendiri melalui
bermain khayal.
c. Karakteristik Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus
memiliki unsur pendidikan bagi anak. Dockett dan Fleer menyatakan bahwa
suatu ativitas dikatakan bermain jika ia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Simbolik
Bermain pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan anak untuk
mengemukakan berbagai ide dan gagasannya ke dalam bentuk-bentuk
simbolik yang mewakili berbagai benda, orang atau pun aktivitas yang
diketahuinya. Karateristik ini terlihat ketika anak memainkan balok yang
diibaratkan sebagai kereta api, anak berperan sebagai seorang ibu yang
sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari boneka yang dinggap sebagai
anaknya.
2. Bermakna
Bermain pada hakikatnya adalah kegiatan memainkan berbagai
pengalaman, keterampilan, dan pemahaman yang dapat dilakukannya
sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.
3. Aktif
Kegiatan bermain adalah kegiatan aktif yang dilakukan anak dengan
melibatkan berbagai jenis aktivitas baik fisik, psikis, maupun imajinasinya.
4. Menyenangkan
Bermain adalah segala sesuatu yang dilakukan yang dapat memberikan rasa
senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak.
5. Motivasional
Bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan atas dasar dorongan
dari dalam diri anak sehingga anak melakukannya dengan penuh semangat.
6. Beraturan
Segala bentuk permainan memiliki aturan-aturan, baik dalam hal waktu,
lingkungan, maupun peralatannya. Hal inilah yang menyebabkan anak
dapat melakukan berbagai jenis permainan jika waktunya ada,
lingkungannya mendukung, dan peralatannya tersedia.
7. Berepisode
Bermain memiliki tahapan yakni tahapan awal, tengah, dan akhir dalam
satu tema tertentu yang dipilih anak. Jika sebuah permainan telah memasuki
tahap akhir, biasanya anak akan memainkan permainan baru.
Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bermain, walaupun
dalam kenyataannya tidak semua karakteristik berada pada satu permainan yang
sama.
d. Perkembangan fase bermain
Beberapa hal untuk mengetahui tentang proses perkembangan anak
adalah proses pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara teratur,
saling terkait dan berkesinambungan. Secara umum karakteristik perkembangan
anak adalah: Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bersamaan dan
berkorelasi. Sebagai contoh: pertumbuhan anak serat syaraf otak dan akan
disertai oleh perubahan fungsi dari suatu perkembangan intelegensianya.
Pembangunan ini memiliki pola yang teratur dan urutan. Pertumbuhan dan
perkembangan pada tahap awal akan menentukan tahap berikutnya dari
pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh: sebelum anak bisa berjalan,
harus mampu bangun pertama.
Dalam bermain, anak belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
orang yang ada di sekitarnya. Dari interaksi dengan lingkungan dan orang di
sekitarnya maka kemampuan untuk ber sosialisasi anak pun akan semakin
bertambah dan berkembang.pada usia 2 hingga 5 tahun, anak memiliki
perkembangan bermain dengan teman bermainnya.
Berikut ini ada enam tahapan perkembangan bermain pada anak menurut Parten
dan Rogersdalam Dockett dan Fleer (1992: 62) yang menjelaskan:
1. Unoccupied atau tidak menetap.
Anak hanya melihat anak yang lain lagi bermain akan tetapi anak tidak ikut
bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan
jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang lagi bermain.
2. Unlooker atau penonton
Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain akan tetapi anak
sudah memolai untuk mendekaat dan bertanya pada teman yang sedanh
bermain dan anak sudah mulai muncul ketertarikan untuk bermain setelah
mengamati anak mampu mengubah caranya untuk bermaian.
3. Solitary independent play atau bermain sendiri.
Tahap ini anak sudah mulai untuk bermain, akan tetapi seorang anak
bermain sendiri dengan mainannya, terkadang anak berbicara dengan
temannya yang sedang bermain, tetapi tidak terlibat dengan permainan anak
lain.
4. Parallel activiti atau kegiatan pararel.
Anak sudah mulai bermain dengan anak yang lain tetapi belum terjadi
interaksi dengan anak yang lainnya dan anak cenderung menggunakan alat
yang ada di sekelilingnya. Pada tahap ini, anak juga tidak mempengaruhi
dalam bermain dengan permainannya anak masih senang memanipulasi
benda daripada bermain dengan anak lain. Dalam tahap ini biasanya anak-
anak memainkan alat permainan yang sama dengan anak yang lainnya. Apa
yang dilakukan anak yang lain tidak mempengaruhi anak yang lain nya.
5. Associative play atau bermain dengan teman.
Pada tahap terjadi interaksi yang lebih komplek pada anak. Terjadi tukar
menukar mainan antara anak yang satu dengan yang lainnya dan cara
bermain anak sudah saling mengingatkan. Meskipun anak dalam satu
kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan yang
mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau belum terjadi dikusi
untuk mencapai satu tujuan yang sama seperti menyusun bangunan yang
bernacam-macam akan tetapi masing masing anak dapat sewaktu-waktu
meninggalkan bangunan tersebuat dengan semaunya tidak terikat untuk
merusak nya kembali.
6. Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam
bermain.
Saat anak bermain bersama dan lebih terorganisir dan masing masing
menjalannkan sesuai dengan job yang sudah mereka dapat yang saling
mempengaruhi satu sama yang lain. Anak bekerja sama dengan anak yang
lain nya untuk membangun sesuatu terjadi persaingan memmbentuk
permainan drama dan biasanya terpengaruh oleh anak yang memimpin
permainan.
Dari keenam tahap diatas tampak bahwa dalam suatu permaian akan
timbul rasa ingin tahu rasa ingin berinteraksi dan rasa untuk bersosialisasi
dengan anak yang lainnya. Bermain juga mengalami perkembangan
kemampuan yang berbeda bagi masing masing anak yaitu sesuia dengan usia
antara lain dari umur 0-2, 1-2, 2-3, 3-4, 4-5, 5-7, dan 7+.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak
Bermain merupakan salah satu hak anak yang sering terlupakan karena
dianggap kurang penting. Padahal, dari kegiatan yang dianggap kurang penting
tersebut orangtua akan dapat melihat perkembangan anaknya baik dari sisi fisik
maupun psikologis. Permainan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam http://www.pustakabumi.com/) ada
delapan faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak, yaitu:
1. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif
seperti permainan dan olahraga.
2. Perkembangan motorik
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam
permainan aktif.
3. Inteligensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang anak yang
kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan.
4. Jenis kelamin
Pada awal masa kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian
pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak, tetapi terjadi
sebaliknya pada akhir masa kanak-kanak.
5. Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak
lainnya, karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan
ruang.

6. Status sosial ekonomi


Kelas sosial mempengaruhi jenis kegiatan yang dipilih oleh anak.
Demikian halnya dengan buku yang dibaca dan film yang ditonton
anak, jenis kelompok rekreasi yang dimiliki dan supervisi terhadap
mereka.
7. Jumlah waktu bebas
Jika tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang
mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang
membutuhkan tenaga yang besar.
8. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya,
misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan
pura-pura; banyaknya balok, kayu, cat air dan lilin mendukung
permainan yang sifatnya konstruktif.
f. Fungsi dan Manfaat Bermain
Bagi seorang anak bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan
sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permaianan. Melaui kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri
mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak
bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu.
Papalia seorang ahli perkembangan manusia, dalam bukunya Human
Development, menyatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain.
Banyak alasan yang membuat anak suka bermain, beberapa diantaranya adalah
kesenangan, relaksasi, kesehatan, dan belajar. Bagi anak-anak bermain lebih
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak ada. Jika tidak, menurut Conny R.
Semiawan (2002: 21), ada satu tahapan perkembangan yang berfungsi kurang
baik yang akan terlihat kelak jika anak sudah menjadi remaja.
Kegiatan bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan seorang anak. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Hurlock
(2005: 323) bahwa terdapat pengaruh bermain bagi perkembangan anak yaitu:
perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi, penyaluran bagi energi
emosional yang terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber
belajar, rangsangan kreativitas, perkembangan wawasan diri, belajar
bermasyarakat, standar moral, belajar bermain sesuai dengan peran jenis
kelamin serta perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.
Eheart dan Leavitt yang dikutip Yuliani Nurani (2010: 36) berpendapat
bahwa kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak,
tidak saja pada potensi fisik tetapi pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial,
emosi, kreativitas dan pada akhirnya prestasi akademik. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Wolfgang dan Wolfgang (1992: 32-37) berpendapat bahwa
terdapat sejumlah nilai-nilai dalam bermain (the value of play), yaitu bermain
dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif. Dalam
kegiatan bermain terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap
perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain antara
lain:
1. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui
gerak, melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena
ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja
tubuhnya.
2. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada
orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat
bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang atau
karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati).
3. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain
anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada
dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dan rasa keingintahuannya.
4. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena
melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar
mengambil keputusan dan berlatih peran sosial sehingga anak menyadari
kemampuan serta kelebihannya.
Selain fungsi bermain sebagaimana yang telah di jelaskan di atas, dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan, diperoleh temuan
bahwa bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak,
diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik.
Ketika bermain anak mendapat kesempatan untuk melakukan
kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, sehingga
membuat tubuh anak menjadi sehat. selain itu, anggota tubuh mendapat
kesempatan untuk digerakkan, dan anak juga dapat menyalurkan tenaga
(energi) yang berlebihan sehingga anak tidak merasa gelisah.
2. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik
halus.
Aspek motorik kasar dapat dikembangkan melalui kegiatan
bermain, misalnya anak yang bermain kejar-kejaran untuk menangkap
temannya. Aspek motorik halus dapat dikembangkan melalui kegiatan
bermain mewarnai, menggambar bentuk-bentuk tertentu atau meronce
berbagai bentuk dengan variasi berbagai bahan.
3. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial.
Dengan bermain anak belajar berkomunikasi dengan sesama teman
baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun
memahami apa yang diucapkan oleh teman,sehingga hubugan dapat terbina
dan dapat saling tukar informasi.
4. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian.
Melalui bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang
dialaminya dalam hidupnya sehari-hari. Selain itu, bermain bersama
sekelompok teman anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya
sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri, rasa percaya diri, dan
harga diri karena ia merasa mempunyai kompetensi tertentu.
5. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognitif
Pada usia dini anak diharapkan menguasai berbagai konsep seperti
warna, ukuran, bentuk, arah, besaran sebagai landasan untuk belajar
menulis, bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Pemahaman
konsep-konsep ini lebih mudah diperoleh jika dilakukan melalui kegiatan
bermain.
6. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan.
Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, dan perabaan. Melalui kegiatan bermain kelima aspek
penginderaan dapat diasah agar anak menjadi lebih tanggap atau peka
terhadap hal-hal yang berlangsung di lingknungan sekitarnya.
7. Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan olah raga dan
menari.
Dalam kegiatan bermain olahraga anak melakukan gerakan-gerakan
olahraga seperti berlari, melompat, menendang dan melempar bola
sehingga anak akan memiliki tubuh yang sehat, kuat dan cekatan. Dalam
kegiatan menari anak melakukan gerakan-gerakan yang lentur dan tidak
canggung-canggung sehingga anak akan memiliki rasa percaya diri.
Bermain selain mempunyai berbagai manfaat untuk menunjang
perkembangan anak, juga dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana
melakukan kegiatan bersama anak, seperti: 1) pemanfaatan bermain oleh guru
sebagai alat untuk melakukan pengamatan dan penilaian atau suatu evaluasi
terhadap anak, 2) pemanfaatan bermain sebagai media terapi/pengobatan
terhadap anak bermasalah yang membutuhkan terapi bermain dan, 3)
pemanfaatan bermain sebagai media intervensi yang dapat digunakan untuk
melatih kemampuan-kemampuan tertentu seperti: untuk melatih konsentrasi,
melatih konsep-konsep dasar (warna, ukuran, bentuk dll), melatih anak autisme
dan keterbelakangan mental.
Dengan bermain anak dapat menilai dirinya sendiri. Kelebihan dan
kekurangannya sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif
yaitu mempunyai rasa percaya diri dan harga diri. Anak akan belajar cara
bersikap dan bertingkah laku agar dapat bekerja sama dengan orang lain, jujur,
murah hati dan sebagainya.

2. Keterampilan Motorik
a. Pengertian Keterampilan
Cronbach menulis bahwa keterampilan dapat diuraikan dengan kata
seperti otomatik, cepat, dan akurat. Berdasarkan pengertian ini keterampilan
dapat diartikan seperti suatu aktivitas yang alami dan sudah terorganisasi
dengan baik serta akurat dalam pengerjaannya. Sementara, Nadler (1986)
mengatakan, keterampilan (skill) adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau
dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Keterampilan dapat dibilang
sebagai sebuah kegiatan yang berupa praktek-praktek yang biasa dilakukan.
Keterampilan dapat sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau
penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak. Sebagai indikator dari tingkat
kemahiran maka keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan
oleh seseorang dalam menjalankan suatu tugas berkaitan dengan suatu tujuan.
Semakin mampu seseorang menguasai suatu tujuan dalam tugas-tugas motorik
yang diharapkan maka orang tersebut semakin terampil. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan
merupakan sebuah indikator kecekatan, ketepatan dalam melakukan suatu
aktivitas maupun kegiatan yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang
dilakukan secara otomatis.
b. Pengertian Motorik
Motorik adalah terjemahan dari kata motor yang menurut Gallahue
adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu
gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan
yang didasrkan oleh proses motorik. Karena motorik (motor) menyebabkan
terjadinya suatu gerak (movement), maka setiap penggunaan kata motorik selalu
dikaitkan denga gerak dan didalam penggunaan sehari-hari sering tidak
dibedakan antara motorik dengan gerak. Namun yang harus selalu diperhatikan
adalah bahwa gerak yang dimaksudkan disini bukan hanya semata-mata
berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya
anggota tubuh (tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alat gerak tubuh (otot
dan rangka). Tetapi gerak yang didalamnya melibatkan fungsi motorik seperti
otak, saraf, otot dan rangka.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu
sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara
genetis atau kematangan fisik anak, Contohnya kemampuan duduk, menendang,
berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan
tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi
system susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat
berperanan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang
dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang
mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan
motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi Keterampilan atau
gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga.
Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan
benda-benda atau alat-alat mainan.
c. Pengertian Keterampilan Motorik
Semua kegiatan manusia bergantung pada aspek motoriknya dalam
melaksanakan aktivitasnya mulai dari berjalan, berlari, makan, bernafas.
Sehingga David Gallahue menyatakan bahwa motorik adalah faktor dasar yang
mempengaruhi gerakan. Hal ini dikarenakan tanpa adanya motorik maka tidak
akan ada gerakan dan tidak ada aktivitas bila tidak ada gerakan. Sedangkan
keterampilan motorik menurut Gagne adalah kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
gerak otomatisasi. Keterampilan motorik yang dimaksud adalah keterampilan
dalam melakukan gerakan-gerakan fisik yang memerlukan koordinasi antara
otot dan syaraf untuk menghasilkan gerakan- gerakan yang terotomatisasi.
Ketika seseorang melakukan sebuah keterampilan motorik berupa tindakan,
maka bagian tubuh tersebut mendapat kontrol gerakan yang alami dan sukarela
dari bagian tubuh yang meliputi tindakan tadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
keterampilan motorik adalah suatu tindakan yang berupa serangkaian gerakan-
gerakan yang sukarela hasil kontrol dari bagian-bagian tubuh sebelum
melakukan tindakan tersebut.
Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan suatu proses
dimana seseorang mengembangkan seperangkat respons ke dalam suatu suatu
pola gerak yang terkoordinasi, terorganisasi, dan terpadu. Tiap keterampilan
motorik memerlukan pengorganisasian berupa gerakan otot, baik dalam aspek
tempat maupun waktu. Pengorganisasian otot menurut tempat dapat diartikan
terdapat sekelompok otot yang terpilih dalam melakukan suatu gerakan.
Pengorganisasian otot menurut waktu dapat diartikan otot-otot yang
berkontraksi maupun yang berelaksasi harus terjadi pada waktu yang tepat dan
serasi.
Keterampilan motorik dibagi menjadi keterampilan motorik kasar dan
keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik kasar merupakan
keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar, seperti menggerakkan
lengan dan berjalan. Jadi keterampilan motorik kasar lebih kepada kegiatan
yang melibatkan kontrol tubuh dan koordinasi yang baik dan aktivitas yang
bersifat bergerak seperti berjalan dan berlari.
Sedangkan Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang
diatur secara halus, menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau
melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan
keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus melibatkan
sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jari, tangan, lengan, dan membutuhkan
kecermatan dan koordinasi mata-tangan. Keterampilan ini lebih kepada
keterampilan yang melibatkan keterampilan tangan seperti makan, menggambar,
menulis, mengetik, dan menjahit.

d. Karakteristik Gerakan Motorik Anak Usia Dini


Martin Jamaris dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011)
menyatakan bahwa kecerdasan jamak yang berkaitan erat dengan kecerdasan
kinestetik pada anak mencakup kemampuan anak dalam kepekaan dan
keterampilan dalam mengontrol dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan tubuh
serta terampil dalam menggunakan peralatan tertentu yang dimanfaatkan anak
dalam aktivitas bermainnya.
1. Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar
Keterampilan koordinasi motorik kasar meliputi kegiatan seluruh
tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik kasar
mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan
dan kekuatan. Keterampilan koordinasi motorik kasar dapat dibagi
kedalam tiga kelompok yaitu:
a. Keterampilan lokomotor
Keterampilan lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah
tempat yaitu: berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling,
menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda. Keterampilan lokomotor
membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya dalam
ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi
kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan ruang (spasial), konsep
arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan terlihat dari usaha
anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
b. Keterampilan non lokomotor
Keterampilan non lokomotor,yaitu menggerakkan anggata tubuh
dengan posisi tubuh diam di tempat seperti : berayun,
mengangkat,bergoyang,merentang, memeluk, melengkung, memutar,
membungkuk,mendorong.keterampilan ini sering di kaitkan dengan
keseimbangan atau kestabilan tubuh,yaitu gerakan yg membutuhkan
keseimbangan pada taraf tertentu.

c. Keterampilan manipulatif / memproyeksi


Keterampilan manipulatif, meliputi penggunaan serta
pengontrolan gerakan otot-otot kecil yang terbatas, terutama yang
berada di tangan dan kaki. Keterampilan gerakan manipulatif,antara
lain meregang, memeras, menarik, menggegam, memotong, meronce,
membentuk, menggunting dan menulis. Keterampilan memproyeksi,
menangkap dan menerima. Keterampilan ini dapat dilihat pada waktu
anak menangkap bola, menggiring bola, melempar bola, menendang
bola, melambungkan bola, memukul dan menarik.
2. Keterampilan gerakan motorik halus
Bealty dalam Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011),
mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus pada anak mencakup
kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot
indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan, dan kecekatan dalam
menggunakan tangan dan jari jemari. Kemampuan motorik halus juga
menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak
terkait dengan kecerdasan kinestik tubuh Moleong dalam Uyu Wahyudin &
Mubiar Agustin (2011). Beberapa aktivitas motorik halus anak:
a. Dapat menggunakan gunting untuk memotong kertas
b. Dapat memasang dan memmbuka kancing dan resleting
c. Dapat menahan kertas dengan satu tangan , sementara tangan yang
lain digunakan untuk menggambar, menulis atau kegiatan lainnya.
d. Dapat memasukkan benang ke dalam jarum
e. Dapat meronce manik-manik
f. Dapat membentuk dengan plastisin/was
g. Dapat melipat kertas untuk dijadikan suatu bentuk.

3. Kretivitas Bermain dan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini

Bermain merupakan aktivitas yang sangat disukai anak dan melalui


bermain inilah anak mampu mengembangkan keterampilan motoriknya secara
optimal. Dini Sulistya Utami menyebutkan beberapa permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai tahapan usianya:
1. Permainan Main Gelembung (0-3 bulan)
a. Cara bermain: Siapkan jolang mandi terlebih dahulu, isi dengan air
kemudian letakkan handuk didasar jolang agar pantat anak tidak lecet.
Tuang sabun mandi pada jolang yang berisi air tersebut. Lalu kocok dan
masukkan bayi pada jolang lalu gosokkan pada badan bayi. Biarkan ia
bermain dengan air, dan biarkan tangan bayi bergerak bebas.
b. Manfaat bermain: Permainan ini bagus untuk bayi usia 0-3 bulan,
karena pada permainan ini bayi mulai dikenalkan pada air, sabun, dan
sentuhan orang dewasa. Inderanya bisa mulai berfungsi. Motoriknya
mulai berkembang, yaitu gerakan tangan.
c. Evaluasi Permainan: Permainan ini cocok bayi diusia 0-3 bulan, karena
pada mulanya bayi hanya mampu melakukan gerakkan-gerakkan yang
sederhana dan dilakukan dengan lemah yaitu gerakan tangannya yang
sederhana. Sambil tertawa karena bayi merasakan kegembiraan
tersendiri ketika ia bertemu dengan hal baru yang menyenangkan.
Sejalan dengan itu, keterampilan motorik tangan juga terasah. Disini
bayi bisa memegang tangan orang dewasa, ataupun bermain dengan air
sabun.
2. Permainan Krincing-Krincing (3-6 bulan)
a. Cara Bermain: Kita siapkan pita dan bel atau lonceng kecil. Lalu
ikatkan lonceng-lonceng itu pada pita. Kemudian ikatkan pada tangan
dan kaki bayi. Biarkan bayi menggerak-gerakkan tangan dan kakinya
hingga terdengar bunyi lonceng.
b. Manfaat bermain: Permainan ini tentu bermanfaat bagi perkembangan
motorik anak, dan permainan ini cocok untuk bayi diusia tersebut
karena untuk lebih meningkatkan gerakkan kaki dan tangannya.
Perkembangan motorik memegangnya cukup terstimulus karena bayi
mencoba untuk memegang benda yang mengeluarkan suara tersebut.
c. Evaluasi Permainan: Dalam bergerak, bayi harus menyadari keadaan
disekelilingnya. Mereka harus memanfaatkan indera, dan memahami
bagian-bagian tubuh yang digerakkan. Kesadaran motorik membantu
seseorang menafsirkan rangsangan. Dalam permainan ini kesadaran
motorik alat indera lebih diperlukan. Karena alat indera lah yang
digunakan anak untuk mengenali lingkungan disekeliling bayi sehingga
dengan indera tersebut bayi dapat berinteraksi. Bayi akan berkenalan
dengan bunyi dan melatih alat pendengarannya. Dalam permainan ini
bayi berusaha untuk dapat membunyikan lonceng tersebut. Hingga bayi
tersebut tahu cara untuk membunyikannya yaitu dengan menggerakkan
tangan dan kakinya. Sehingga motorik bayi bisa berkembang.
3. Permainan Merangkak di Terowongan (9-12 bulan)
a. Cara Bermain: Siapkan benda yang bisa dibuat menjadi terowongan.
Lalu suruh anak melewati terowongan itu dengan dibantu oleh petunjuk
dari orang dewasa. Disini kita bisa menarik perhatian anak dengan
menggunakan boneka atau mainan yang akan membuat anak tertarik.
Hingga akhirnya anak bisa melewati terowongan tersebut dengan cara
merangkak.
b. Manfaat Permaina: Permainan ini dapat menstimulus otot kaki dan otot
tangan juga kekuatan kaki dan tangannya. Dengan cara merangkak
maka motorik anak khususnya tangan dan kaki jadi lebih kuat lagi.
Untuk menjalani tugas perkembangan berikutnya.
c. Evaluasi Permainan: Pada usia 8-13 bulan bayi sudah mulai senang
mengesot dan merangkak. Kepandaiannya merangkak membuat bayi
tidak bisa diam dan ingin terus kesana-kemari. Maka kita sebagai orang
dewasa harus bisa mengarahkan. Dengan mengarahkan bayi,
perkembangan kognitifnya juga ikut berkembang. Sejalan dengan itu
alat indera bayi semakin matang. Ketika merangkat, otot punggungdan
bahu bayi sudah semakin terkontrol. Kekutan ototnya ini akan
membantunya merangkak dengan cepat
4. Permainan Spageti yang Enak (9-12 bulan)
a. Cara Bermain: Siapkan spageti dan sendok serta garpu. Biarkan anak
mengambil spageti tersebut dengan menggunakan sendok dan garpu.
b. Manfaat Permainan: Menstimulus gerakan tangan agar lebih matang
dan terampil. Disini dituntut ketepatan anak mengambil spageti dengan
menggunakan alat. Yang pada akhirnya anak mampu mengendalikan
gerakkan tangannya.
c. Evaluasi Permainan: Keterampilan motorik memegang benda misalnya
sendok, berkembang sejalan dengan peningkatan koordinasi mata dan
tangan. Aktivitas yang melibatkan koordinasi mata dan tangan
meningkat sesuai dengan pencapaian kemampuan control otot-otot
penggerak mata. Kematangan untuk melakukan gerakan memegang dan
mengangkat suatu objek melalui keterampilan yang dipelajari pada
tahun pertama kehidupan bayi. Jadi melalui permainan inilah bayi akan
terstimulus gerakkan tangan dan matanya. Walaupun pada akhirnya
bayi belum mampu memasukkan spageti itu ke dalam mulutnya.
Karena mungkin kemampuannya belum maksimal, ditambah lagi
permukaan spageti yang licin.
5. Permainan Menangkap Bola (9-12 bulan)
a. Cara Bermain: Siapkan bola, lalu lemparkan ke arah anak, dan biarkan
anak menangkapnya.
b. Manfaat Permainan: Anak semakin mampu bergerak menyesuaikan
posisi tubuh dan tangannya sesuai dengan benda yang akan ditangkap.
Gerakkan tangan menjadi semakin efektif dan tidak kaku.
c. Evaluasi Permainan: Permainan ini sebetulnya terlalu sulit untuk
dilakukan oleh anak 9-12 bulan. Tetapi sebenarnya boleh dipraktekan
pada anak usia 9-12 bulan, hanya saja kegiatannya lebih sederhana,
yaitu menghentikan suatu benda yang mengulir di lantai dan benda
yang ada di dekatnya. Menangkap bola lebih cocok untuk anak usia
kurang lebih 3 tahun.
6. Permainan Kepala Pundak Lutut Kaki (12-18 bulan)
a. Cara Bermain: Anak-anak memegang bagian tubuh yang disebutkan.
b. Manfaat bermain: anak mengenal bagian-bagian tubuhnya. Anak jadi
belajar membungkuk.
c. Evaluasi Permainan: kegiatan tersebut seharusnya di lakukan pada
anak yang berusia sekitar 2 tahun. Karena dalam permainan ini anak
dituntut untuk membungkuk, selain itu kekuatan otot kakinya juga
harus sudah seimbang. Sedangkan pada usia 12-18 bulan anak masih
belum kuat untuk membungkuk karena mereka baru bisa berjalan.
7. Permainan Gelembung Sabun (12-18 bulan)
a. Cara Bermain: Tiupkan gelembung sabun, lalu biarkan anak menggapai
dan memecahkannya.
b. Manfaat Permainan: Menstimulus motorik kasar anak yaitu berjalan,
berlari bahkan melompat.
c. Evaluasi Permainan: Permainan gelembung sabun yang dilakukan ini
sebaiknya jangan pada usia 12-18 bulan, berlari memerlukan
peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-
otot penggerak dengan yang berlawanan pada saat kaki melangkah.
Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menjejakkan satu kaki
tumpu agar terjadi gerakan melayang dan untuk menahan berat pada
pada saat kaki lainnya mendarat. Hal itu terlalu sulit untuk dilakukan
anak pada usia dibawah 2 tahun. Pada usia 2-3 tahun anak-anak mulai
mampu berlari agak lancar. Apa lagi meloncat diperlukan kekuatan otot
kaki yang besar pula. Jadi, permainan ini belum saatnya diberikan pada
anak.
8. Permainan Harimau Mengejar (18-24 bulan)
a. Cara Bermain: Kita (orang dewasa) berlari dan biarkan anak mengejar
kita, atau pun sebaliknya.
b. Manfaat Bermain: Menstimulus motorik kasar yaitu berlari.
c. Evaluasi Permainan: Permainan harimau mengejar ini cocok untuk
dilakukan pada usia 18-24 bulan, karena pada usia tersebut kekuatan
otot kaki dan koordinasi antara otot penggerak dan otot-otot berlawanan
sudah lebih baik, tetapi kemampuan kontrol untuk berhenti dengan
cepat masih belum baik.
9. Bermain Donat (12-18 bulan)
a. Cara Bermain: Siapkan alat bermain menara donat lalu biarkan anak
memasukkan potongan-potongan donat tersebut. Jika anak mengalami
kesulitan bantulah.
b. Manfaat Permainan: Menstimulus gerakkan jari dan tangan anak.
c. Evaluasi Permainan: Permainan ini akan menstimulus gerakkan jari-
jari anak dan kekuatan tangan. Anak dituntut untuk bisa
mengrenggangkan jari tangannya, menggenggam benda dan juga
memasukkan benda tepat pada lubangnya. Anak akan berusaha agar
donat bisa masuk pada tempatnya.
10. Permainan Bongkar Pasang (2-3 tahun)
a. Cara Bermain: Siapkan puzzle terlebih dahulu. Lalu copot semua
bagian dari puzzle dan biarkan anak menyusunnya kembali sampai
terbentuk gambar atau bentuk tertentu.
b. Manfaat Permainan: akan menstimulus keterampilan jari-jari tangan
dan kognitif anak. Anak mengidentifikasi bentuk puzzle melalui alat
inderanya.
c. Evaluasi Permainan: permainan ini bisa disesuaikan dengan usia anak.
Anak yang berusia antara 2 sampai 3 tahun bisa menggunakan bentuk
puzzle yang lebih sederhana dibandingkan untuk anak yang berusia 3
tahun keatas. Permainan ini sangat bermanfaat bagi kognitif anak,
karena kecerdasan motorik berkaitan juga dengan kognitif. Dalam
permainan ini anak mulai berpikir bentuk, warna, dan gambar. Jadi anak
akan berusaha untuk bisa menyelesaikannya.
11. Latihan Gerak Dasar (3-6 tahun )
Kegiatan ini dimulai dengan eksplorasi gerakan-gerakan tubuh dan
meningkat ke gerakan campuran. Gerakan tersebut diantaranya:
a. Berjalan dan berlari perorangan
Berlari menjelajahi ruangan secara perorangan dengan langkah
pendek, langkah biasa, dan langkah panjang juga divariasi dengan
berlari jinjit dengan tumpuan ujung kaki atau tumit di atas satu garis
lurus.
b. Berjalan dan berlari secara bersama
Berjalan dan berlari menjelajahi ruangan atau lapangan berdua
sambil berpegangan tangan dengan langkah biasa, langkah pendek dan
langkah panjang.
c. Berjalan dan berlari dengan berbagai cara ( berdua, bertiga, berempat,
dan seterusnya)
Berjalan dan berari ke berbagai arah seperti berjalan ke samping
kanan, samping kiri, serong kanan, serong kiri dengan bergandengan
tangan.
d. Melompat ke berbagai arah secara individual
Kegiatan ini dilakukan dengan tumpuan satu kaki (melompat)
dan dilakukan dengan tumpuan dua kaki (meloncat). Melompat ke
depan dengan cara bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki
kiri dan sebaliknya. Melompat ke atas dengan cara bertolak dengan kaki
kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan sebaliknya.Meloncat dengan
tumpuan dua kaki seperti menirukan katak dan kelinci meloncat.
e. Melompat ke berbagai arah secara bersama (dengan teman)
Melompat ke depan sambil bergandengan tangan dengan cara
bertolak dengan kaki kiri, lalu mendarat dengan kaki kanan dan
sebaliknya. Gerakan ini bisa divariasi dengan melompat ke belakang
maupun ke samping kanan kiri dengan cara bergandengan.
f. Gerakan kombinasi berjalan, berlari dan melompat secara individual
Gerakan ini bisa dilakukan dengan gerakan berjalan ke depan,
melompat ke samping kanan maupun kiri.
g. Gerakan tubuh dengan alat bantu
Gerakan ini bisa dilakukan dengan cara melompati tali yang
direntangkan dengan ketinggian yang bertahap. Berjalan merangkak
dan melompat di atas papan keseimbangan. Menggelindingkan simpe
dengan cara berpasangan, berkelompok atau secara individual.
Merangkak dalam simpe dengan cara berkelompok. Memantulkan bola
ke tembok dan menangkapnya. Sambil berjalan memantulkan bola ke
lantai. Bermain bola gelinding berpasangan sambil duduk berhadapan
di lantai dengan jarak tertentu. Melambungkan dan menangkap bola
secara berpasangan. Melempar dan menangkap kantong biji-bijian.
h. Melakukan gerakan fantasi menurut cerita (senam fantasi)
Kegiatan ini dilakukan guru dengan cara memberi contoh dalam
bentuk cerita dan anak-anak melakukan gerakan yang tergambar dari
cerita dengan judul yang telah ditentukan oleh guru. Dalam hal ini, guru
harus memilih cerita yang terdapat banyak gerak di dalamnya yang
dilakukan oleh tokoh cerita tersebut.
i. Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan lirik lagu (gerak dan
lagu)
Kegiatan ini meniru contoh gerakan kepala, pundak, lutut, kaki,
Aku seorang kapiten, Tukang Kayu. Anak-anak bernyanyi sambil
melakukan gerakan yang ada dalam lagu itu.
j. Melakukan gerakan-gerakan tubuh berdasarkan irama atau ritmik
melalui tape recorder
Dengan unsur-unsur gerak jalan maju, mundur, menyamping,
langkah kecil, langkah besar, tinggi, berat. Langkah pertama adalah
pengenalan ritmik yang perlu dilatih kemudian anak-anak dibiarkan
bergerak dengan iringan musik instrumental dengan perasaan masing-
masing dan kreativitas sendiri-sendiri.
k. Melakukan gerakan halus (motorik halus)
Ada dua komponen gerak yang mudah dipahami anak, yaitu
kekuatan dan kelenturan. Anak dapat mengukur kekuatannya dengan
cara melemparkan bola atau kantong biji dengan jarak tertentu. Anak
juga dapat mencoba mengukur kelenturan sendiri dengan
membungkukkan tubuhnya untuk memegang ibu jari kaki tanpa
menekukkan lutut. Guru memprogramkan kegiatan untuk melatih
kekuatan dan kelenturan anak didik dengan memperhatikan gerak-gerak
dasar dalam bermain. Misalnya, dengan tema pekerjaan dan sub tema
petani. Kegiatannya senam fantasi menurut cerita. Dalam kegiatan ini
cerita yang dikarang guru hendaknya terdapat banyak gerakan yang
dapat dilakukan anak didik. Guru bercerta tanpa memberi contoh
gerakan-gerakan sehingga anak melakukan gerakan-gerakan menurut
fantasi dan kreativitas mereka masing-masing. Anak seolah-olah
menjadi pelaku-pelaku dalam cerita tersebut dan mengalami sendiri
perasaan dalam cerita.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pengembangan keterampilan motorik pada dasarnya merupakan kegiatan yang
mengaktualisasikan seluruh potensi anak berupa sikap, tindak dan karya yang diberi
bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Oleh
karena itu keterampilan motorik dapat diartikan sebagai bagian dari pendidikan
diantaranya melalui pengalaman-pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh. Keterampilan motorik dibagi menjadi
keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik kasar
merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar. Sedangkan Keterampilan
motorik halus melibatkan otot yang kecil dengan gerakan diatur secara halus.

Bermain merupakan aktivitas yang sangat disukai anak dan melalui bermain inilah
anak mampu mengembangkan keterampilan motoriknya secara optimal. Selain bermain
mempunyai nilai yang penting bagi perkembangan fisik, kognitif, bahasa dan sosial-
emosional anak, bermain juga mempunyai manfaat bagi anak usia dini.

SARAN
1. Memberikan dasar ilmu pengetahuan untuk mengambil keputusan berkenaan
dengan bermain dan keterampilan motorik pada anak usia dini.
2. Sebagai dasar untuk memperoleh jawaban tentang masalah dalam bermain dan
keterampilan motorik pada usia dini.
3. Mampu dalam mengembangkan kreatifitas bermain dalam meningktkan
keterampilan motorik yang lebih efisien dan bermanfaat.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anggani Sudono. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini.
Jakarta: Grasindo.
Brooks, J.B. and D.M. Elliot. 1971. Human Development.
David L. Gallahue dan John C. Ozmun. 2006. Understanding Motor Development. New
York: Mc Graw-Hill Companies.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, Elizabeth. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga
.. 2005. Perkembangan Anak Jilid II-Edisi ke 6. Jakarta: Erlangga
Piaget, Jean. 1972. Science of Education and the Psychology of the Child. New York:
Viking Press.
..1971. Science of Education and The Psychology of The Child. London: Longman.

Kurnia, Rita. 2011. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta:
P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.
.. 2009. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud.
Semiawan, Conny. R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT
Ikrar Mandiri Abadi.
Soe, Dockett dan Fleed, Marilyn. 2000. Play and pedagogy in early childhood. Australia:
Harcout
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Permainan PAUD. Jakarta: Grasindo
Sugianto, Mayke. 1995. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: DEPDIKBUD
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT
Indeks.
Tedjasaputra, Mayke Sugianto. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Wahyudin, U. & Agustin, M. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Panduan
untuk Guru, Tutor, Fasilitator dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:
Refika Aditama.

You might also like