You are on page 1of 6

JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 2008, hal. 1-6 Vol. 6, No.

1
ISSN 1693-1831

Penapisan Kapang Endofit


Ranting Kayu Meranti Merah (Shorea balangeran Korth.)
sebagai Penghasil Enzim Xilanase
SHIRLY KUMALA*, NUR ANNISA FITRI

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila


Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640

Diterima 18 Desember 2007, Disetujui 26 Februari 2008

Abstract: Endophytic microbes are microorganisms that live in the plant. These microbes, are able to
produce secondary metabolites, such as oligosaccharide degrading enzymes, growth factors, antibacterial
substances and xylanaze enzyme, an enzyme that can reduce the use of chlorine as bleaching agent
in paper industries. This study was aimed to isolate endophytic fungi that can produce extracellular
xylanaze. Isolation of endophytic fungi from red meranti (Shorea balangeran Korth.) branches was
carried out using surface sterilization and direct seeding methods on CMM (Corn Meal Malt) medium.
Xylanaze was produced by using shaking fermentation methods on PDY (Potato Dextrose Yeast) for 12
days. Enzyme activity was assessed by using DNS (Dinitro salicylic acid) method. The results showed
that of nine endophytic fungi isolates, eight have xylanaze enzyme activity, ranging from 1.279 u/ml
(highest) to 0.12 u/ml (lowest).

Key words: Endophytic fungi, shaking fermentation, xylanaze, enzyme activity, Shorea balangeran
Korth.

PENDAHULUAN menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki


potensi komersial, seperti enzim-enzim perombak,
Enzim telah banyak dikembangkan menjadi zat antimikroba, zat pengatur tumbuh, dan enzim
komoditas yang diproduksi dan diperdagangkan di yang dapat mendegradasi polisakarida menjadi
beberapa negara maju. Enzim dapat dimanfaatkan gula sederhana. Beberapa mikroba endofit juga
untuk berbagai keperluan, seperti dalam pengolahan mampu mendegradasi xilan (3) . Selama fase
di berbagai industri (terutama industri pangan), pertumbuhannya, mikroba tersebut menghasilkan
diagnosis, analisis, biologi molekuler, transformasi enzim ekstraselular yang mampu merombak
senyawa kimia (terutama yang memiliki aktivitas komponen penyusun kayu, seperti lignin, selulosa,
farmakologis), sebagai bahan aditif dalam deterjen, hemiselulosa, dan xilan(4).
dan juga digunakan sebagai obat(1). Pemakaian enzim Xilanase merupakan enzim hidrolase yang
di Indonesia dewasa ini semakin meningkat, terutama mempunyai kemampuan menghidrolisis xilan
di bidang farmasi, makanan, minuman, dan industri menjadi xilosa. Kompleks enzim xilanase dapat
kertas. Kebutuhan domestik atas enzim cukup besar, diklasifikasikan berdasarkan substrat yang
namun ketersediaannya masih tergantung impor. dipecahnya, yaitu b-xiloxidase, endoxilanase,
Selain itu, penelitian dan pengembangan enzim eksoxilanase(5). Enzim xilanase mempunyai nilai
di Indonesia sampai saat ini masih dalam skala komersial yang tinggi dalam bidang industri. Pada
laboratorium(2). Karena itu, perlu dicari terobosan industri kertas, xilanase dapat digunakan untuk
dengan memanfaatkan bahan alam dan organisme mengurangi jumlah kebutuhan bahan kimia pada
hidup seperti tanaman, hewan, dan mikroba. proses pemutihan pulp. Kelebihan dari penggunaan
Mikroba yang berada di dalam jaringan xilanase pada proses pemutihan pulp adalah
tanaman dikenal dengan nama mikroba endofit. meningkatkan hasil yang bebas dari penggunaan
Mikroba yang sebagian atau seluruh hidupnya klorin. Dengan demikian, penggunaan xilanase dapat
berada dalam jaringan tanaman inang ini dapat mengurangi limbah industri yang selama ini menjadi
salah satu faktor pencemar lingkungan.
* Penulis korespondensi, Hp. 08129026821 Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki
e-mail: fskumala@yahoo.com aneka ragam jenis tumbuhan tentulah berpotensi

SHIRLY 1-6.indd 1 5/21/2008 8:21:27 AM


2 KUMALA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

besar untuk pengkajian mikroba endofit. Seleksi dan secara membujur di atas kaca objek steril menjadi 2
skrining dari berbagai tanaman telah dan perlu untuk bagian sama besar. Masing-masing bagian diletakkan
terus dilakukan guna mengisolasi mikroba endofit di atas media CMM yang sudah diberi antibiotik
dari berbagai jenis tanaman. Salah satu tanaman kloramfenikol dengan posisi permukaan belahan
yang menarik untuk diteliti adalah meranti merah menempel pada agar medium. Inkubasi dilakukan
(Shorea balangeran Korth.) yang banyak tumbuh di pada suhu 2730oC (suhu ruang) selama 57 hari(7).
Indonesia, namun informasi terkait potensi mikroba Pengamatan morfologi mikroba endofit
endofitnya masih sangat terbatas. Sebagai tanaman secara makroskopik. Pengamatan koloni secara
hutan, meranti merah merupakan jenis meranti yang makroskopik (visual) dilakukan berdasarkan
banyak digunakan sebagai papan pada bangunan kriteria: warna, permukaan, dan tepian koloni.
rumah dan jembatan, serta merupakan salah satu Kriteria yang sama dianggap sebagai isolat yang
jenis kayu perdagangan yang terpenting dari pesisir sama, dan kriteria yang menunjukkan perbedaan
selatan Kalimantan(6). dianggap sebagai isolat yang berbeda. Setiap koloni
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dengan morfologi berbeda dipisahkan menjadi isolat
mengetahui kemampuan kapang endofit yang tersendiri. Pengamatan morfologi dilakukan kembali
diisolasi dari ranting kayu meranti merah dalam setelah inkubasi selama 57 hari. Apabila masih
menghasilkan enzim xilanase ektraselular. Dari hasil ditemukan pertumbuhan koloni yang berbeda secara
penelitian ini diharapkan dapat diperoleh sumber makroskopik, dilakukan pemisahan lagi sampai
enzim dari fungi endofit yang ramah lingkungan, diperoleh isolat murni, yaitu hanya mengandung satu
khususnya dalam industri kertas. bentuk morfologi koloni yang sama. Masing-masing
isolat murni kemudian dipindahkan ke dalam agar
BAHAN DAN METODE miring sebagai biakan stok dan biakan kerja.
Pengamatan morfologi kapang endofit
BAHAN. Ranting kayu meranti merah (Shorea secara mikroskopik (slide culture). Kertas saring
balangeran Korth.) yang diambil dari ketinggian diletakkan pada dasar cawan Petri, kemudian
9 meter, ranting ke-3, memiliki diameter 0,5 cm, berturut-turut diletakkan di atasnya batang gelas
diperoleh dari Kebun Raya Bogor yang telah berbentuk U dan kaca objek. Cawan Petri tersebut
dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Balitbang kemudian disterilkan dalam otoklaf pada suhu
Botani, Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Medium 121oC, tekanan 2 atm selama 15 menit. Setelah itu,
isolasi kapang, yaitu CMM (Corn Meal Malt) kertas saring dalam cawan Petri dibasahi dengan
agar (Difco), medium fermentasi untuk degradasi air suling steril hingga suasana dalam cawan Petri
xilan berupa PDY (Potato Dextrose Yeast) (Difco), menjadi lembab. Dengan menggunakan jarum Ose
pereaksi untuk analisis produk hasil hidrolisis xilan diambil sedikit miselium yang sudah bersporulasi
adalah asam dinitrosalisilat (DNS) (Sigma), xilan (sampel) dan diletakkan di atas kaca objek. Di atas
(Sigma, Beach Wood) dan xilosa (Sigma), etanol kaca objek tersebut diletakkan kaca penutup, lalu
75%, dan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,3%. cawan Petri diinkubasi pada suhu kamar (27-29oC)
METODE. Isolasi kapang endofit dari ranting selama 72 jam(8).
tanaman meranti merah (Shorea balangeran Produksi enzim dengan fermentasi goyang.
Korth). Terhadap sampel (ranting tanaman) yang Isolat kapang endofit diinokulasikan dalam medium
sehat, tidak terinfeksi mikroba, dan tidak terdapat Potato Dextrose Agar (PDA) selama 7 hari, setelah
luka bekas gigitan serangga, dilakukan sterilisasi itu diambil 5 potong biakan kapang dengan ukuran
permukaan dan tanam langsung pada media 1x1 cm. Potongan tersebut dimasukkan ke dalam
pertumbuhan. Sampel dicuci dengan air mengalir medium fermentasi cair PDY sebanyak 50 ml di
selama 10 menit dan dipotong menjadi 3 potongan dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Fermentasi dilakukan
dengan panjang setiap potongannya lebih kurang 1 dengan pengocokan selama 5 hari, kecepatan 150
cm. Potongan sampel disterilisasi secara bertingkat rpm, dan dilanjutkan dengan fermentasi kembali
dengan mencelupkannya ke dalam etanol 75% selama menggunakan 200 ml medium PDY selama 7
1 menit, memasukkannya ke dalam larutan pemutih hari. Supernatan dipisahkan dari biomassa dengan
(NaOCl 5,3%) selama 5 menit, dan mencelupkannya sentrifugasi 3000 rpm selama 20 menit. Supernatan
lagi ke dalam etanol 75% selama 30 detik. Proses dari hasil fermentasi digunakan untuk pengujian
sterilisasi ini dilakukan di dalan laminar air flow. aktivitas enzim.
Potongan-potongan yang telah disterilkan Pengujian aktivitas enzim xilanase. Pengujian
diletakkan di atas kertas tissue steril dan didiamkan aktivitas enzim xilanase dilakukan menggunakan
sampai etanolnya menguap, kemudian dibelah metode asam dinitro salisilat (DNS).

SHIRLY 1-6.indd 2 5/21/2008 8:21:27 AM


Vol 6, 2008 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 3

Penetapan panjang gelombang serapan HASIL DAN PEMBAHASAN


maksimum xilosa. Larutan stok xilosa 1 mg/ml,
dipipet sebanyak 0,5 ml kemudian diinkubasi pada Data isolat kapang endofit dari ranting
suhu 48oC selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan kayu Shorea balangeran Korth. dan ciri-ciri
1,0 ml pereaksi DNS, lalu dipanaskan pada suhu 100oC morfologisnya. Isolasi terhadap ranting kayu
selama 5 menit, dan ditambahkan air suling hingga meranti merah dengan metode tanam langsung
10,0 ml. Intensitas warna yang terbentuk diukur pada memberikan 9 isolat kapang endofit. Hasil isolasi
panjang gelombang 400-600 nm dengan interval 10 disajikan pada Tabel 1.
menit. Panjang gelombang maksimum adalah panjang Hasil isolasi menunjukkan, sebagian besar
gelombang yang memberikan serapan tertinggi. kapang endofit berupa koloni berwarna putih agak
Pembuatan kurva baku xilosa. Larutan stok kekuningan, bentuk koloni umumnya memiliki tepi
xilosa 1 mg/ml dibuat menjadi lima konsentrasi, rata, meskipun ada yang bergelombang. Isolasi
yaitu 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 mg/ml. Cara pengujian mikroba endofit dari ranting kayu meranti merah
dilakukan dengan menginkubasi masing-masing dilakukan dengan metode tanam langsung, yaitu
larutan pada suhu 48oC selama 10 menit. Setelah ranting langsung ditanamkan pada medium agar.
itu, ditambahkan 1,0 ml pereaksi DNS, dipanaskan Tujuannya adalah untuk memperoleh mikroba
pada suhu 100oC selama 5 menit, dan ditambahkan endofit yang hidup di dalam jaringan tanaman. Dari
air suling hingga 10,0 ml. Intensitas warna yang hasil isolasi ranting kayu meranti merah (Shorea
terbentuk diukur pada panjang gelombang maksimal balangeran Korth.) diperoleh 9 isolat kapang. Pada
488 nm, dan data serapan yang diperoleh diolah umumnya, isolat kapang endofit mempuyai sifat
secara statistik utuk mendapatkan hubungan antara lambat tumbuh, membutuhkan waktu kurang lebih
serapan dan konsentrasi (kurva baku). 57 hari pada suhu kamar (2730C). Pemisahan
Uji aktivitas enzim xilanase. Supernatan hasil isolat-isolat tersebut didasarkan pada perbedaan
fermentasi kapang diambil 0,5 ml, lalu ditambah bentuk koloni secara makroskopik yang meliputi
0,5 ml larutan xilan 1% b/v, dan diinkubasi pada warna serta bentuk permukaan dan tepian koloni,
suhu 48oC selama 10 menit. Untuk menghentikan yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
reaksi, ditambahkan pereaksi DNS sebanyak 1,0 ml, secara mikroskopik dengan metode slide culture.
kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 5 Untuk pertumbuhan kapang endofit digunakan
menit. Setelah itu, ditambahkan air suling hingga medium PDA, karena pada pembiakan mikroba
10,0 ml, lalu diukur intensitas warnanya pada endofit diperlukan zat hara untuk pertumbuhan,
panjang gelombang maksimum. Untuk memperoleh sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme,
konsentrasi sampel, maka serapan larutan sampel dan pergerakan serta unsur-unsur mineral lainnya
dikurangi dengan serapan larutan blangko. yang sesuai bagi mikroba endofit.
Pembuatan kontrol. Supernatan hasil fermenta- Hasil aktivitas enzim ekstraselular
si kapang diambil 0,5 ml, dipanaskan dalam air (supernatan) fermentasi goyang isolat kapang
mendidih selama 5 menit, kemudian ditambah endofit Shorea balangeran Korth. Hasil uji aktivitas
0,5 ml larutan xilan 1% b/v dan diinkubasi pada enzim ekstraselular dari isolat kapang endofit Shorea
suhu 48oC selama 10 menit. Untuk menghentikan balangeran Korth. disajikan pada Tabel 2.
reaksi, ditambahkan pereaksi DNS sebanyak 1,0 ml, Data Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama kapang endofit menghasilkan enzim xilanase, kecuali
5 menit. Setelah ditambahkan air suling hingga kapang SB II35N. Kapang ini tidak menghasilkan
10,0 ml, diukur intensitas warna (serapan)nya pada enzim xilanase kemungkinan karena tidak membawa
panjang gelombang maksimum. Serapan larutan gen untuk menghasilkan enzim xilanase. Dari 9
kontrol dikurangi serapan larutan blangko kemudian isolat kapang endofit Shorea balangeran Korth.,
dikonversikan pada kurva baku xilosa sehingga diperoleh 8 isolat yang memiliki aktivitas enzim
diperoleh konsentrasi kontrol. ekstraselular, yaitu isolat SB II 31A dengan nilai
Aktivitas xilanase dapat dihitung dengan rumus: aktivitas ekstraselular 0,413 u/ml, isolat SB II 32D
Aktivitas enzim (u/ml) = {([S] - [K]) x 1000 x Fp}/ dengan nilai aktivitas ekstraselular 0,360 u/ml, isolat
{waktu inkubasi x BM xilosa}. [S] adalah konsentrasi SB II 35M (0,386 u/ml), isolat SB II 31C (0,120 u/ml),
sampel, [K] adalah konsentrasi kontrol, Fp adalah isolat SB II 33F (1,132 u/ml), isolat SB II 32E (0,933
faktor pengenceran = 20 x (untuk supernatan hasil u/ml), isolat SB II 35L (1,279 u/ml), dan isolat SB II
fermentasi), waktu inkubasi = 10 menit, BM xilosa 33G (0,520 u/ml). Dengan demikian, isolat SB II 35L,
adalah 150,13, dan 1 u/ml setara dengan 1 mikromol menghasilkan enzim ekstraselular dengan aktivitas
produk yang dihasilkan per menit(9). tertinggi, yaitu 1,279 u/ml.

SHIRLY 1-6.indd 3 5/21/2008 8:21:27 AM


4 KUMALA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

Tabel 1. Isolat kapang endofit dari ranting kayu meranti merah dan ciri-ciri morfologisnya.

Diameter
koloni kapang
No. Kode isolat Warna koloni kapang Warna sebalik koloni kapang
hari ke-7
(cm)

SB II 31A Putih seperti kapas, tepi


1. 9,2 Krem kecoklatan
(kapang A) bergerigi

SB II 35N Krem kecoklatan, lingkaran


2. Putih, tepi halus bergelombang
(kapang B) 8,1 konsentris tidak jelas

SB II 32D Putih, mempunyai lingkaran


3. Putih, tepi halus bergelombang
(kapang C) 3,1 konsentris

SB II 35M
4. Putih, tepi halus rata Putih
(kapang D) 4,1

SB II 31C
9,2 Putih kekuningan, tepi halus Putih kuning kecoklatan
5. (kapang E)

SB II 33F Putih kekuningan, mempunyai


6. 7,8 Putih seperti kapas
(kapang F) lingkaran konsentris

SB II 32E Putih krem kecoklatan, mempunyai


7. 9,0 Krem keputihan, tepi halus
(kapang G) lingkaran konsentris

SB II 35L
8. 1,5 Putih abu-abu, tepi bergerigi Krem keabuan
(kapang H)

SB II 33G Putih kehijauan, tepi halus Putih kuning kecoklatan, mempunyai


9.
(kapang I) 5,0 agak bergelombang lingkaran konsentris

Tabel 2. Hasil aktivitas enzim ekstraselular (supernatan) fermentasi goyang isolat kapang endofit
Shorea balangeran Korth.

No. Kode Isolat Aktivitas enzim (u/ml)

1. SB II 31A 0,413

2. SB II 35N 0

3. SB II 32D 0,360

4. SB II 35M 0,386

5. SB II 31C 0,120

6. SB II 33F 1,132

7. SB II 32E 0,933

8. SB II 35L 1,279

9. SB II 33G 0,520

SHIRLY 1-6.indd 4 5/21/2008 8:21:28 AM


Vol 6, 2008 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 5

Penentuan medium yang paling tepat untuk tertentu. Secara umum, faktor fisik dan kimia utama
suatu proses fermentasi memerlukan penelitian yang mempengaruhi aktivitas suatu enzim adalah
yang cermat. Namun pada dasarnya semua suhu, pH, dan kebutuhan oksigen(10).
mikroorganisme membutuhkan air, sumber energi, Pada penelitian ini diperoleh aktivitas enzim
karbon, nitrogen, mineral, vitamin, dan oksigen xilanase yang rendah hal ini mungkin disebabkan tidak
untuk proses aerobik(10). Medium fermentasi yang menggunakan xilan sebagai sumber karbon. Untuk
baik harus menyediakan semua nutrien yang meningkatkan produksi xilanase perlu dilakukan
dibutuhkan oleh mikroba untuk memperoleh penelitian lebih lanjut menggunakan pemicu (trigger)
energi, pertumbuhan, dan bahan pembentuk sel. atau medium fermentasi yang mengandung sumber
Senyawa-senyawa sumber karbon dan nitrogen karbon xilan sebagai penginduksi.
merupakan komponen terpenting dalam medium
fermentasi, karena sel-sel mikroba dan berbagai SIMPULAN
produk fermentasi sebagian besar terdiri dari unsur-
unsur karbon dan nitrogen, garam-garam organik, Isolasi mikroba endofit dari ranting kayu meranti
serta beberapa vitamin dan mineral(11). Medium merah (Shorea balangeran Korth.) menghasilkan 9
fermentasi cair yang digunakan dalam penelitian isolat kapang endofit. Isolat kapang endofit dari ranting
ini adalah PDY. Medium PDY mengandung sumber kayu meranti merah (Shorea balangeran Korth.)
karbon yang berasal dari kentang dan dekstrosa, serta yang menghasilkan enzim xilanase ekstraselular
sumber nitrogen dari ekstrak khamir. adalah SB II 31A dengan nilai aktivitas ekstraselular
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan 0,413 u/ml, isolat SB II 32D dengan nilai aktivitas
inokulum (starter) yang bertujuan untuk mendapatkan ekstraselular 0,360 u/ml, isolat SB II 35M dengan
sel mikroorganime yang sehat, aktif, tersedia dalam nilai aktivitas ekstraselular 0,386 u/ml, isolat SB II
jumlah yang mencukupi, tidak terkontaminasi, 31C dengan nilai aktivitas ekstraselular 0,120 u/ml,
dan mampu berproduksi sesuai yang diharapkan. isolat SB II 33F dengan nilai aktivitas ekstraselular
Karena starter akan langsung dijadikan inokulum 1,132 u/ml, isolat SB II 32E dengan nilai aktivitas
fermentasi, maka kemurnian, kondisi fisiologis, ekstraselular 0,933 u/ml, isolat SB II 35L dengan nilai
dan mutu genetiknya harus sangat diperhatikan. aktivitas ekstraselular 1,279 u/ml, dan isolat SB II 33G
Fermentasi yang dilakukan pada penelitian ini dengan nilai aktivitas ekstraselular 0,520 u/ml.
adalah fermentasi goyang, yaitu menggunakan 50
ml PDY dalam labu Erlenmeyer 250 ml, pada suhu DAFTAR PUSTAKA
kamar (2730oC) selama 5 hari dengan kecepatan
penggoyangan 150 rpm dan dilanjutkan dengan 1. Suhartono MT. Enzim dan bioteknologi. Bogor: PAU
dipindahkan ke 200 ml PDY dalam labu Erlenmeyer Bioteknologi IPB; 1989. hal. 53171.
1000 ml. Dari hasil fermentasi didapat supernatan 2. Suwahyono U. Mikrobiologi enzim dan bioteknologi
dalam perspektif ekonomi dan industri. Jakarta:
(enzim ekstraselular) untuk diuji aktivitasnya.
Direktorat Jendral Bioindustri BPPT; 2000. hal.
Pada pengukuran aktivitas enzim xilanase, 223-4.
inkubasi 48oC dilakukan untuk mempercepat reaksi 3. Petrini O, Sieber TN, Toti L, Virel O. Ecology
enzimatis antara enzim xilanase dengan substrat metabolite production and substrate utilization in
xilan agar reaksi berlangsung dengan sempurna. endophytic fungi. Nat Toxin. 1992.1:185-96
Pemanasan 100oC dilakukan untuk menginaktifkan 4. Wahyudi P. Mikroba endofitik sebagai penghasil
enzim sehingga reaksi enzimatis berhenti. Dalam materi yang bermanfaat. Jakarta: Sub Direktorat
penelitian ini, kontrol menghasilkan serapan yang Bioteknologi Direktorat Pengkajian Ilmu Kehidupan
besar. Hal ini disebabkan karena terdapat gula-gula Deputi Bidang Pengkajian Ilmu Dasar dan terapan
selain xilosa yang berikatan kompleks dengan DNS BPPT Teknologi: 1997. hal. 1-7.
5. Wahyudi P. Skrining mikroba endofitik penghasil
sehingga menghasilkan warna yang serapannya
enzim pemecah mannan, xilan, dan inulin. Jakarta:
terbaca oleh spektrofotometer. Sub Direktorat Bioteknologi Direktorat Pengkajian
Aktivitas enzim xilanase dipengaruhi oleh Ilmu Kehidupan Deputi Bidang Pengkajian Ilmu
beberapa faktor: pH, suhu, konsentrasi substrat, Dasar dan terapan BPPT Teknologi: 1997. hal. 1-6.
dan konsentrasi enzim(11). Kondisi optimum untuk 6. Heyne K. Tumbuhan berguna Indonesia III. Cetakan
suatu proses fermentasi tergantung pada jenis ke-3. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kehutanan;
mikroorganismenya. Pengendalian faktor-faktor 1987. hal. 1420.
fermentasi bertujuan untuk menciptakan kondisi 7. Tomita F. Screening of useful strains in International
yang optimum bagi pertumbuhan dan produksi post graduate university course in microbiology.
metabolit yang diinginkan dari suatu organisme Japan: Japanese National Chemistry Commission
for UNESCO; 1998. p. 223-33.

SHIRLY 1-6.indd 1 5/21/2008 8:21:28 AM


6 KUMALA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

8. Lay BW. Analisa mikroba di laboratorium. Jakarta: 10. Sukmadi RB. Pengantar umum teknologi fermentasi.
PT Raja Grafindo Persada; 1994. hal. 48-9, Disampaikan pada Pelatihan Managemen Poduksi dan
115-7. Teknologi Fermentasi untuk Pembuatan Biokompos
9. Kumala S, Mangunwardoyo W, Dethrian D. Uji Bagi Pondok Pesantren di Propinsi Lampung, Natar,
aktivitas enzim xilanase ekstraselular dan intraselular 21-23 September 1999. Jakarta: Badan Pengkajian
bakteri endofitik tanaman Brucea javanica (L.)Merr. dan Penerapan Teknologi; 1999.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2006.4(2): 11. Rachman A. Pengantar teknologi fermentasi. Bogor:
51-4. PAU Pangan dan Gizi IPB; 1989. hal. 8895.

SHIRLY 1-6.indd 2 5/21/2008 8:21:28 AM

You might also like