You are on page 1of 3

TUGAS MATA KULIAH

TEKNIK PEMBUATAN AKTA I

oleh;

IDA BAGUS ABHIMANTARA


031624253064

MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
AKTA OTENTIK

Dalam dunia profesi notaris, tentu suatu akta otentik sangat erat kaitannya

dalam bidang kenotariatan. Akta sebagai bukti tertulis dinyatakan sebagai salah

satu alat pembuktian selain bukti saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah

(vide; Pasal 1866 KUH Perdata). Akta otentik adalah akta yang dibuat dan

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, dalam Pasal 1868 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyebutkan bahwa suatu akta otentik

ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh

atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.

Akta otentik yang tidak dibuat sebagaimana yang telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan tidak mengakibatkan akta tersebut tidak berlaku

atau batal demi hukum melainkan secara otomatis akan mempunyai kekuatan

sebagai akta di bawah tangan (vide; Pasal 1869 KUH Perdata).

Salah satu pejabat yang berwenang untuk membuat akta otentik ialah

notaris, hal tersebut dapat kita lihat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN) yang menyebutkan bahwa notaris adalah

pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki

kewenangan lainnya. Dalam Pasal 1 angka 7 UUJN mendefinisikan akta notaris

adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan

tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini. Notaris berwenang membuat

akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang

diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh


yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menyimpan akta,

memberikan grosse, salinan dan kutipan akta (vide; Pasal 15 ayat (1) UUJN).

Dalam hal pembuktian, Akta otentik merupakan alat pembuktian yang

sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang

mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut dan akta

otentik sendiri merupakan alat bukti yang mengikat (vide; Pasal 1870 KUH

Perdata jo Pasal 258 RGb), yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam

akta tersebut harus diakui oleh hakim, yaitu akta tersebut dianggap sebagai benar

selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan

sebaliknya. (vide; Pasal 1865 KUH Perdata)

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Rechtsreglement Buitengewesten

You might also like