You are on page 1of 16

ANALISIS JURNAL

THE EFFECTS OF HYDROTHERAPY ON ANXIETY,


PAIN, NEUROENDOCRINE RESPONSES, AND
CONTRACTION DYNAMICS DURING LABOR

Oleh

Fajar Kharisma
NIM 142310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Polisitemiadengan tepat waktu. Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1 Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep.,M.Kes. selaku ketua program
studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember,
2 Ns. Mulia Hakam, M.Kep. selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Komplementer yang selalu memberikan
masukan dalam penulisan makalah ini.
3 teman - teman yang selalu memberikan dukungan pada saat
penulisan makalah, dan
4 semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian
makalah.
Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan
makalah ini banyak kekurangannya dari segi teknik dan metode
penulisan yang jauh dari sempurna. Merupakan suatu
penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Jember, Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................... i
KATA PENGANTAR................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................ 1
1.1..............................................................Latar
Belakang................................................. 1
1.2..............................................................Tujua
n............................................................. 2
1.3..............................................................Implik
asi Keperawatan...................................... 2
BAB 2.
...................................................................
TINJAUN TEORI............................................. 3
2.1..............................................................Penge
rtian........................................................ 3
2.2..............................................................Epide
miologi.................................................... 4
2.3..............................................................Etiolo
gi............................................................ 4
2.4..............................................................Klasif
kasi......................................................... 5
2.5..............................................................Manif
estasi Klinis............................................. 6
2.6..............................................................Patof
siologi dan Pathways................................ 9
2.7..............................................................Komp
likasi dan Prognosis................................. 13
2.8..............................................................Penat
alaksanaan.............................................. 14
2.9..............................................................Peme
riksaan Penunjang................................... 15
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN.............................. 15

2
3.1 Pengkajian.............................................. 16
3.2 Pemeriksaan Penunjang........................... 19
3.3 Analisa data............................................ 20
3.4 Diagnosa................................................. 21
3.5 Intervensi................................................ 21
BAB 4. PENUTUP..................................................... 27
4.1 Kesimpulan............................................. 27
4.2 Saran..................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA................................................... 31

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologi yang
menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Walaupun proses
fisiologis, tetapi pada umumnya menakutkan, karena disertai
nyeri berat, bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan
mental yang mengancam jiwa (Nisman, 2011). Menurut
Cunningham (2004), nyeri persalinan sebagai kontraksi
miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang
berbeda pada masing-masing individu (Judha, Sudarti, Fauziah,
2012).
Berdasarkan data Depkes RI, 2009, terdapat beberapa data
dari WHO, UNICEF, UNFPA, dan Bank Dunia menunjukkan angka
kematian ibu hingga saat ini masih berkurang dari 1% per tahun.
Pada 2005, sebanyak 536000 perempuan meninggal dunia akibat
masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun
1990 yang sebanyak 576000 perempuan. Menurut data WHO,
sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran. Angka kematian yang tinggi umumnya disebabkan
masih kurangnya pengetahuan tentang sebab dan
penanggulangan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
(Prawirohardjo, 2009).
Menurut Danuatmadja (2004), hambatan fisik dan
psikologis pada ibu saat persalinan juga dapat menambah rasa
sakit. Saat yang paling melelahkan, berat, dan kebanyakan ibu
mulai merasakan sakit atau nyeri adalah kala I fase aktif, dalam
fase ini kebanyakan ibu merasakan sakit yang hebat karena
kegiatan rahim mulai lebih aktif. Pada fase ini kontraksi semakin
lama, semakin kuat, dan semakin sering.
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan intensitas
nyeri, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi.
Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding

4
dengan metode nonfarmakologi, namun metode farmakologi
lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek kurang baik.
Metode nonfarmakologi antara lain distraksi, biofeed back,
hipnosis diri, mengurangi persepsi nyeri, serta stimulasi kutaneus
(masase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin, dan
stimulasi saraf elektrik transkutan), hidrotherapy. Pengendalian
nyeri nonfarmakologi lebih murah, simpel, efektif, dan tanpa efek
yang merugikan, metode ini juga dapat meningkatkan kepuasan
selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya
dan kekuatannya (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penulis ingin menganalisis jurnal
tentang metode non farmakologi khususnya Hidrotherapy yang
digunakan dalam persalinan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut, bagaimana cara kerja hidrotherapy dalam mengurangi nyeri dan
cemas saat persalinan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengidentifikasi pembahasan yang berhubungan dengan
masalah.
1.3.2 Mengidentifikasi analisis menggunakan metode PICO
frame work.

5
BAB 2. ISI JURNAL

2.1 Persalinan
2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN,
2008)
2.1.2 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Menurut Mochtar (1998) dalam Sastrawati (2009), sebelum
terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini
memberikan tenda-tanda sebagai berikut :
a Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
b Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c Perasaan sering-sering atau susah kencing karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang
disebut false labor pains.
e Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah bisa bercamput darah (bloody show)
2.1.3 Mekanisme Persalinan
Menurut Sarwono (2005), Hampir 96% janin berada dalam
uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi kepala ini
ditemukan 58 % ubun-ubun kecil terletak kiri depan, 23% di
kanan depan, 11% di kanan belakang, dan 8 % di kiri

6
belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di
sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rektum.
His adalah salah satu kekuatan pad ibu yang menyebabkan
serviks membuka dan medorng janin ke bawah. Pada presentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai
masuk ke dalam rongga panggul.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak
lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala
masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala
janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinlitismus
anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala
membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul
dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter
suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala
janin berada dalam di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala
yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas
diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his
yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula
putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun
kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul
ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis. Sesudah kepala janin
sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah simfisis,
maka dengan subosiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap
his, vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding
rektu. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan
mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, akhirnya

7
dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi
yang disebut putaran paksi luar.
Bahu melintasi pintu atas panggul delam keadaan miring.
Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi
depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih
dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan
trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter
belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.

2.2 Hidrotherapy
2.2.1 Pengertian
Hidroterapi adalah perawatan yang menggunakan air untuk
tujuan kesehatan (Arovah, 2010). Menurut Sidmar (2005),
menyatakan bahwa penggunaan air baik dalam wujud cair,
larutan, dan uap dalam terapi melawan penyakit, trauma, dan
massage (pijatan) dinamakan Hydromassage. Istilah
Hydromassage juga dikenal dengan nama hydrotherapy /
aquamassage

2.2.2 Jenis-Jenis Hidrotherapy


Hydrotherapy memiliki berbagai macam jenis, berikut ini
adalah jenis-jenis Hydrotherapy menurut Kementrian Pendidikan
Nasional Tahun 2010, yaitu :
a Rendaman Air
Rendaman air adalah terapi dengan cara berendam di
dalam bak atau kolam berendam yang diisi air
secukupnya yang suhunya sudah disesuaikan.
b Under Water Massage
Terapi air dengan cara berendam didalam bak berendam
(bathtub) yang dirancang dengan berbagai jet atau nozzle
dengan tekanan dan dan suhu yang bisa diatur atau

8
dikontrol serta dilengkapi jet shower yang bisa diarahkan
sesuai kebutuhan pelanggan.
c Whirpool
Terapi air dengan menggunakan berbagai jet atau nozzle
yang dirancang khusus dengan tekanan dan suhu yang
bisa diatur sesuai ukuran dan kebutuhan tertentu.
d Kolam Terapi (aquamedic)
Kolam terapi yang didesain dengan modifikasi jet shower
dengan tekanan tertentu pada bagian-bagian tubuh
tertentu yang sering mendapatkan keluhan secara
fisiologi dan anatomi. Tekanan dan suhu bisa diatur sesuai
dengan kebutuhan terapi serta dipadukan dengan latihan
untuk aktivitas tubuh dari mulai peregangan,latihan inti
dan rileksasi
.

e Pancuran Air (vichy shower)


Terapi dengan pancuran air dengan tekanan dan suhu
tertentu yang bisa diatur sesuai kebutuhan.
f Terapi air panas dan dingin (contrast bath)
Terapi yang menggunakan dua jenis temperature, hangat
dan dingin.

2.2.3 Efek fsiologis Hydrotherapy


Hydrotherapy memberikan efek fisiologis terhadap
beberapa bagian organ tubuh manusia, seperti yang dijelaskan
oleh Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2010 yaitu:
a Jantung
Ketika berendam dalam air, tekanan hidrostatik air
terhadap tubuh mendorong aliran darah dari lengan dan
kaki menuju ke rongga dada dan dalam beberapa menit
saja darah berakumulasi di pembuluh darah besar
jantung. Efek ini berlangsung lebih cepat dalam air dingin
berhubung sirkulasi darah kulit berkurang. Sebaliknya air
panas mendorong pembesaran pembuluh darah kulit dan
meningkatkan denyut jantung.

9
b Jaringan Lemak
Air hangat mengendurkan otot sekaligus memiliki efek
analgesic. Tubuh yang penat akan menjadi segar kembali
dan hilang rasa penatnya jika berendam dalam air
hangat.nair hangat juga meningkatkan sirkulasi darah
tubuh.
c Endokrin
Berendam dalam air menimbulkan pelepasan dan
peningkatan temporer hormon pertumbuhan tubuh.
Tingkat sirkulasi hormon kortisol meningkat, baik di dalam
air panas maupun didalam air dingin, dan hal ini
menimbulkan rasa euphoria atau kegembiraan bagi
yang bersangkutan. Kelenjar tiroid mengeluarkan lebih
banyak hormon tiroksin yang meningkatkan kecepatan
metabolism tubuh.
d Persyarafan
Berendam dengan air sangat baik untuk menghilangkan
stress. Suhu air lebih rendah dari suhu badan kolam
rendam semula bersifat merangsang. Tetapi jika
berendam lebih lama dari 2menit justru menimbulkan
relaksasi. Oleh karena itu penggunaan kolam air sangat
baik untuk menanggulangi gangguan depresi.

10
BAB 3. INTERVENSI YANG DISARANKAN

3.1 PICO Frame Work


3.1.1 Problem
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi
wanita dan keluarganya. Lancar atau tidaknya proses kelahiran itu banyak
tergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi wanita yang bersangkutan.
Namun, hampir semua tingkah laku manusia (terutama yang disadari) dan proses
biologisnya dipengaruhi oleh proses psikis. Maka, dapat dimengerti bahwa
membesarnya janin dalam kandungan itu mengakibatkan calon ibu yang
bersangkutan mudah capai, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak dan sering
mendapat kesulitan dalam bernafas. Semua pengalaman tersebut mengakibatkan
timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan, konflik-konflik batin dan psikis
lainnya. Semua keresahan hati serta konflik-konflik batin menjadi akut dan
intensif seiiring dengan bertambahnya beban jasmaniah selama kehamilan, lebih-
lebih pada saat mendekati kelahiran bayinya.
Perasaan cemas seringkali menyertai kehamilan terutama pada seorang ibu
yang labil jiwanya. Kecemasan ini mencapai klimaksnya nanti pada saat
persalinan. Rasa nyeri selama persalinan akan berbeda satu
dengan lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi
rasa nyeri: rasa takut, cemas, jumlah kelahiran sebelumnya,
presentasi janin, budaya melahirkan, posisi saat melahirkan,
dukungan keluarga, tingkat beta-endorphin, kontraksi rahim yang
intens selama persalinan dan ambang nyeri alami. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa wanita wanita yang mengalami kecemasan
sewaktu hamil akan lebih banyak mengalami persalinan abnormal. Ketakutan atau
kecemasan juga menyebabkan wanita mengartikan ucapan pemberi perawatan
ataupun kejadian persalinan secara pesimistik atau negatif. Kekhawatiran yang
berlebihan juga bisa membuat otot-otot, termasuk otot di jalan lahir bekerja
berlawanan arah karena dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir
menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan.
Bahkan bisa sampai terhenti.

3.1.2 Intervention

11
Tubuh memiliki metode mengontrol rasa nyeri persalinan
dalam bentuk beta-endorphin. Sebagai opiat alami, beta-
endorphin memiliki sifat mirip petidin, morfin dan heroin serta
telah terbukti bekerja pada reseptor yang sama di otak. Seperti
oksitosin, beta-endorphin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dan
kadarnya tinggi saat berhubungan seks, kehamilan dan kelahiran
serta menyusui. Hormon ini dapat menimbulkan perasaan
senang dan euphoria pada saat melahirkan.
Rasa nyeri pada persalinan merugikan ibu dan janin.
Pemahaman mekanisme rasa nyeri selama proses persalinan
merupakan syarat mengelola rasa nyeri pada persalinan secara
optimal. Salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri saat
persalinan tersebut yaitu dengan teknik hidrotherapy. Teknik
hidrotherapy akan mengurangi kecemasan ibu dan nyeri
persalinan, menurunkan kadar hormon neuroendokrin lebih
efektif untuk wanita dengan nyeri tinggi dibandingkan mereka
dengan rasa sakit yang rendah, dan meningkatkan kontraksi
frekuensi rahim dan durasi berhubungan dengan peningkatan
volume plasma.

3.1.3 Comparation
Jurnal berjudul The Effects of Hydrotherapy on Anxiety,
Pain, Neuroendocrine Responses, and Contraction Dynamics
During Labor dengan intervensi menggunakan metode
hidrotherapy (perendaman, atau mandi) digunakan di seluruh
dunia untuk mempromosikan relaksasi dan mengurangi
kecemasan ibu melahirkan dan nyeri dalam persalinan, tetapi
efek psiko-fisiologis dari intervensi ini tetap tidak jelas. Wanita
yang menggunakan hidroterapi merasa santai dan terhibur oleh
air hangat dan relaksasi dapat berhubungan dengan efek
fisiologis utama perendaman, peningkatan volume darah sentral.
Berendam dalam air menimbulkan pelepasan dan peningkatan

12
temporer hormon pertumbuhan tubuh. Tingkat sirkulasi hormon
kortisol meningkat, baik di dalam air panas maupun didalam air
dingin, dan hal ini menimbulkan rasa euphoria atau
kegembiraan bagi yang bersangkutan. Kelenjar tiroid
mengeluarkan lebih banyak hormon tiroksin yang meningkatkan
kecepatan metabolism tubuh. Hal tersebut didukung dengan
jurnal yang berjudul Barriers to the Use of Hydrotherapy in Labor
menjelaskan bahwa hidroterapi selama persalinan telah terbukti
aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit serta
menghilangkan kecemasan.
Sedangkan, jurnal yang berjudul Effect Of SP6 Acupuncture
Point Stimulation On Labor Pain And Duration Of Labor dengan
intervensi menggunakan metode stimulasi titik akupuntur SP6
menjelaskan bahwa

3.1.4 Outcomes

3.2 Sumber Literatur

13
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jilid 2. Yogyakarta

Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria M. Dkk. 2013. Nursing Intervention Clasification


(NIC). Elsevier Mosby.

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek


Klinis. Ed 6. Jakarta: EGC

Doengoes, EM.2000. Rencana Asuhan keperawatan;


Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasian, Alih Bahasa I
Made Kariasa,dkk.(2001).Jakarta:EGC.

Herdman, T Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2015. Diagnosis


Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta :
EGC

Isbister, James P. 1999. Hematologi klinik: pendekatan


berorientasi masalah. Jakarta: Hipokrates

Moorhead, Sue. Dkk. 2013. Nursing Outcome Clasification (NOC).


Elsevier Mosby.
Smeltzer C. Suzanne,(2002), Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry hartono,dkk.
Jakarta:EGC

15

You might also like