Professional Documents
Culture Documents
NIM : 406151015
Fakultas : Kedokteran
Mengetahui,
(dr. Luh Putu E. Santi M., Sp. Rad) (dr. Luh Putu E. Santi M., Sp. Rad)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, yang
memungkinkan laporan kasus berjudul Seorang laki-laki dengan Hidronefrosis ini dapat diselesaikan
tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun pada saat melaksanakan kepaniteraan klinik Ilmu Radiologi di RSUD
Semarang pada periode 13 Februari 2017 18 Maret 2017, dengan berbekalkan pengetahuan, bimbingan,
serta pengarahan yang diperoleh baik selama kepaniteraan maupun pada saat kuliah pra-klinik.
Banyak pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus ini, dan untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1 dr. Luh Putu E. Santi M., Sp. Rad, selaku pembimbing laporan kasus
2 dr. Oktina Rachmi Dachliana, Sp. Rad dan dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp. Rad
3 Pimpinan dan staff RSUD Semarang
4 Rekan ko-asisten selama kepaniteraan Ilmu Radiologi di RSUD Semarang
Walau telah berusaha menyelesaikan laporan kasus ini dengan sebaik-baiknya, penulis menyadari
bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
membangun akan diterima dengan senang hati untuk perbaikan di masa mendatang, sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1 Anatomi Ginjal.................................................................................................. 2
2 Fisiologi Ginjal.................................................................................................. 6
3 Ureter................................................................................................................. 8
4 Hidronefrosis..................................................................................................... 9
2.4.1 Etiologi...................................................................................................... 9
2.4.4 Penatalaksanaan......................................................................................... 17
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh,
elektrolit, dan asam-asam dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan
non elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal
seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat
terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesikolitiasis, batu prostat, dan batu
uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan
infeksi yang ditimbulkannya.1
Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang dikenal
sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal
karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan
mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan
ginjal.1 Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan
akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini
dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen,
seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat
menimbulkan urosepsis.2
Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bisa mendadak (akut) bila
sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin sering didapati. Di Amerika Serikat,
insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 % pada wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya
dapat bermacam macam dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering.3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang yang pada orang
dewasa berukuran panjang 10-13 cm (4 -5 inci), lebar: 5-7,5 cm (2-3 inci), dan berat +
150 gram. Persentase berat ginjal: 0,5% dari berat tubuh. Terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal
kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini
disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri
adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus
vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah
pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan
posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.4
Usus halus
Fleksura lienalis
5
12 (ginjal kanan) dan iga 11-12 (ginjal kiri).
6
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distalis.
Terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
Medula
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Columna renalis Bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, Bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
Suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus
Hilus renalis
memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis Bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.
Calix minor Percabangan dari calix major.
Calix major Percabangan dari pelvis renalis.
Disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix
Pelvis renalis
major dan ureter.
Ureter Saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
7
Gambar 2. Anatomi dan Histologi Ginjal5
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle,
tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus
ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal)
Berdasarkan letaknya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di
mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya
sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta
medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki
lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah
panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta4.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah
memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang
akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-
superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.
8
Gambar 3. Perdarahan Ginjal5
a. Filtrasi glomerular
9
seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui
glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula
Bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan
yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan
hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan
kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula
Bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak
hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh
permeabilitas dinding kapiler.
b. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif
zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
c. Sekresi
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam
sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier
membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium
kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang
diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
10
hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti
mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada
awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara
teurapeutik.
2.3. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin
dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh
sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan
gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urin ke buli-buli.4
2.4. Hidronefrosis
11
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi kalau obtruksi terjadi di salah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak7.
2.4.1 Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu
tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh:
Jaringan fibrosa
Arteri atau vena yang letaknya abnormal
Tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan
ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
12
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan,
rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi
ureter.
2.4.3 Diagnosis
Diagnosa penyakit hidronefrosis bisa merasakan adanya massa di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan
13
darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu
membuang limbah metabolik ini.10
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:
USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
a. Ginjal normal
b. Mild hidronefrosis
c. Moderate hidronefrosis
d. Severe hidronefrosis
14
Tujuan dari pemeriksaan kontras radiologi BNO-IVP adalah untuk mendapatkan
gambaran radiologi, anatomi dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis
dari ginjal, ureter, dan buli-buli. Pemeriksaan ini juga bertujuan menilai keadaan
anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu BNO-IVP dapat mendeteksi adanya batu
semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos
abdomen. Jika BNO-IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih
akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan
pielografi retograde.
BNO-IVP mampu mendokumentasikan aliran kontras pada batu ginjal atau BSK
dan juga dapat melihat aliran kontras pada saluran kemih bagian atas. Hasil foto
radiologi tersebut dapat diinterpretasikan oleh dokter ahli radiologi.
Ketidaksiapan dalam mempersiapkan foto BNO-IVP dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan prosedur dan menghasilkan hasil foto radiologi yang tidak
diharapkan.11
Bahan kontras yang dipakai:
a. Conray (Meglumine iothalamat 60%)
b. Hypaque sodium/sodium diatrizoate 50%
c. Urografin76% (methyl glucamine diatrizoat)
d. Urografin 60-70%
Saxton (1969) membagi dosis untuk orang dewasa dengan berat badan 70 kg dan
sesuai kadar ureum kreatinin menjadi 3 yaitu
1. Dosis rendah : 12 gr lod
2. Dosis menengah : 12-13 gr lod
3. Dosis tinggi : 30 gr lod
Untuk medapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan persiapan yaitu puasa,
yang dimaksudkan agar usus besar dan kecil bersih dari fecalit dan gas sehingga
tidak menutup kontur ginjal atau kontras dalam traktus urinaria.
Pada menit-menit pertama tampak kontras mengisi glomeruli dan tubuli ginjal
sehingga terlihat pencitraan dari parenkim (nefrogram) ginjal. Fase ini disebut
sebagai fase nefrogram. Selanjutnya kontras akan mengisi system pelvikalises
pada fase pielogram. Tujuan dari fase ini adalah untuk mengetahui apakah fungsi
ekskresi dari ginjal masih baik atau tidak.
15
Perlu diwaspadai bahwa pemberian bahan kontras secara intravena dapat
menimbulkan reaksi alergi berupa urtikaria, syok anafilaktik, sampai timbulnya
laringospasmus. Disamping itu IVP tidak boleh dikerjakan pada pasien gagal
ginjal, karena pada keadaan ini bahan kontras tidak dapat diekskresi oleh ginjal
dan menyebabkan kerusakan ginjal yang lebih parah karena bersifat nefrotoksik.11
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan fungsi
dari traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi:
Kelainan congenital
Trauma
2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada
lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.
16
3. Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax)
sebanyak 4 tablet.
5. Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk
memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar
bersih dari sisa makanan / faeces.
6. Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan
tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan).11
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat
kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam
ginjal. Harus diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.
17
2. Lima belas menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang
baik, maka foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografi
untuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm
mencakup gambaran pelviokaliseal, ureter dan buli-buli mulai terisi
media kontras dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen, pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan
umbilicus.
3. Tiga puluh menit
Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit
setelah menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan
bahan kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi
antero-posterior sama seperti foto abdomen.
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam.
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan
dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto
kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya
dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen.
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void.
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang
tidak normal) pada kasus posthematuri.
18
Gambar 5. Foto Tahapan BNO-IVP15
19
2.4.4 Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari
hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi
ginjal.
Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau
tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam
kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan
mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal
rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan.9
Pada hidronefrosis akut:
Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui
sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
Pada Hidronefrosis kronis :
Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter
yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter
dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda.9
2.4.5 Prognosis
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. Prognosis untuk hidronefrosis kronis
belum bisa dipastikan.9
20
BAB III
LAPORAN KASUS
1 Identitas pasien
Nama : Tn. M
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Status Pernikahan : Sudah menikah
Tanggal Masuk : 18 Februari 2017
No. RM : 389***
2 Anamnesis
Data anamnesa diperoleh pada tanggal 20 Februari 2017 di ruang rawat inap
Prabu Kresna Rumah Sakit Umum Daerah Semarang dan didukung oleh rekam medik
pasien.
3 Keluhan Utama
21
dan warna urin kuning jernih. Pasien mengaku jarang minum air putih dan lebih sering
mengkonsumsi kopi atau teh.
7 Riwayat Keluarga
8 Riwayat Sosioekonomi
Pasien bekerja sebagai karyawan. Kesan ekonomi cukup.
9 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
GCS : E4M6V5
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala :
22
Normocephal, rambut berwarna hitam keabu-abuan, tidak mudah dicabut.
Mata :
Bentuk simetris, pupil anisokor, sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-)
Hidung :
Bentuk normal, sekret (-), deviasi septum (-)
Telinga :
Normooti, discharge (-/-)
Mulut :
Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1,
Thorax :
- Jantung :
- Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : iktus kordis teraba
- Perkusi :
Batas atas jantung di ICS II midclavicula line sinistra
Batas kanan jantung sejajar ICS IV parasternal line dextra
Batas kiri jantung di ICS V midclavicula line sinistra .
- Auskultasi : bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
- Paru :
- Inspeksi: bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,
- Palpasi: stem fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru
- Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Ekstremitas
- Edem ekstremitas atas (-/-) bawah (-/-),
- Kelemahan anggota gerak kanan dan kiri :
Kekuatan otot : ekstremitas atas 5, bawah 5
Abdomen
- Inspeksi : datar
23
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen. Nyeri ketuk CVA +/-
- Palpasi : supel, nyeri tekan supra pubik (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar.
10 Pemeriksaan Penunjang
24
Mikroskopis
- Lekosit : 8-10
- Eritrosit : 1-3
- Silinder : Negatif
- Epithel : 6-8
- Kristal : negatif
- Amorf : negatif
- Bakteri : PO3 (2+) Bakteri
- Trikomonas : negatif
- Lain-lain : negatif
Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan USG Abdomen
Pasien mengaku sudah pernah melakukan USG Abdomen di RS lain dengan hasil
batu ginjal. Hasil USG Abdomen tidak ada.
2. Pemeriksaan BNO-IVP
25
26
Foto Polos:
Tampak opasitas multiple pada paravertebral kanan setinggi VL 1 dan VL 2
Ginjal Kanan:
27
Ukuran, letak dan bentuk normal, kontras tampak pada menit ke-15, PCS
tampak melebar, kaliks minor clubbing, tak tampak filling defect maupun
distorsi kaliks.
Ureter Kanan:
Tak melebar, tak tampak kinking, tak tampak pelebaran maupun bendungan.
Ginjal Kiri:
Ukuran, letak dan bentuk normal, kontras sudah tampak pada menit ke-5, PCS tak
melebar, kaliks minor cupping, tak tampak filling defect maupun distorsi kaliks.
Ureter Kiri:
Tak melebar, tak tampak kinking, tak tampak pelebaran maupun bendungan
Vesika Urinaria:
Dinding regular, tak tampak filling defect, tak tampak additional shadow maupun
indentasi
Post Miksi:
Tampak sisa urin pada kedua PCS dan ureter dan vesika urinaria.
KESAN:
Delayed function ginjal kanan
Hidronefrosis kanan grade III ec multiple nefrolithiasis
Fungsi eskresi ginjal kiri baik
11 Tatalaksana
Obat injeksi :
- Infus RL 20 tetes per menit
- Inj. Cefotaxime 2 x 1 amp
- Inj. Ketorolac 3 x 1 amp
- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
12 Prognosis
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Manifestasi dari hidronefrosis adalah asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka
disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Namun dalam kasus ini,
pasien hanya mengeluhkan nyeri di pinggang kanan, sehingga proses infeksi dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan foto polos tampak opasitas multiple pada paravertebral kanan setinggi
VL 1 dan VL 2. Sedangkan pada pemeriksaan IVP, ginjal kanan PCS tampak melebar, kaliks
minor clubbing. Kesan: hidronefrosis kanan grade III ec multiple nephrolithiasis. Hal ini sejalan
dengan riwayat kebiasaan pasien yg sering mengkonsumsi kopi atau teh dan jarang minum air
putih yang menyebabkan resiko terbentuknya batu ginjal dan sesuai dengan gejala klinis yang
dialami pasien tersebut.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2005. Hal: 1052-1064
30