Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Definisi
Disebut hipokalemia bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5 meq/L.
Hipokalemia merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam klinik.
Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran
hormon, transpor cairan, perkembangan janin. Untuk menjaga kestabilan kalium di intrasel
diperlukan keseimbangan elekrokimia yaitu keseimbangan antara kemampuan muatan negatif
dalam sel untuk mengikat kalium dan kemampuan kekuatan kimiawi yang mendorong kalium
keluar dari sel. Keseimbangan ini menghasilkan suatu kadar kalium yang baku dalam plasma
yaitu antara 3-3,5 meq/L.
2.2 Epidemiologi
Pada populasi umum, data mengenai hipokalemia sukar diperkirakan, namun
kemungkinan besar berkurang dari 1% subyek sehat mempunyai kalium lebih rendah dari 3,5
meq/L. Asupan kalium berbeda-beda tergantung usia, jenis kelamin, latar belakang etnis dan
status sosioekonomi. Diperkirakan sampai 21% pasien rawat inap memiliki kadar kalium
lebih rendah dari 3,5 meq/L, dengan 5% pasien memiliki kadar kalium lebih rendah dari 3
meq/L.
Pasien yang menggunakan diuretik non-hemat kalium, hipokalemia dapat ditemukan
pada 20-50% pasien. Pasien keturunan Afrika dan wanita lebih rentan, risiko juga
ditingkatkan dengan penyakit seperti gagal jantung dan sindroma nefrotik. Kelompok lain
dengan insidens tinggi menderita hipokalemia termasuk kelompok dengan gangguan pola
makan, insidens berkisar antara 4,6% sampai 19,7%, pasien dengan AIDS di mana sampai
23% pasien rawat inap menderita hipokalemia dan juga pasien alkoholik yang berkisar sampai
12,6% dan diduga disebabkan oleh penurunan readsorbsi kalium pada tubulus ginjal terkait
hipomagnesemia.
2.3 Etiologi
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :
1. Asupan kalium yang kurang
2. Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat
3. Kalium masuk ke dalam sel
Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna antara lain :
Muntah
Selang nasogastrik
Diare
4
Pemakaian pencahar
Pada keadaan muntah atau pemakaian selang nasogastrik, pengeluaran kalium bukan
melalui saluran cerna atas karena kadar kalium dalam cairan lambung hanya sedikit (5-10
meq/L), akan tetapi kalium banyak ke luar melalui ginjal. Akibat muntah atau selang
nasogastrik, terjadi alkalosis metabolik sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi di
glomerulus yang akan mengikat kalium di tubulus distal (duktus koligentes) yang juga
dibantu dengan adanya hiperaldosteron sekunder dari hipovolemia akibat muntah.
Kesemuanya ini akan meningkatkan ekskresi kalium melalui urin dan terjadi hipokalemia.
Pada saluran cerna bagian bawah, kalium keluar bersama bikarbonat (asidosis metabolik).
Kalium dalam saluran cerna bawah jumlahnya lebih banyak (20-50 meq/L).
Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui ginjal dapat terjadi pada pemakaian
diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer (adenoma
kelenjar adrenal). Anion yang tak dapat di reabsorbsi yang berikatan dengan natrium
berlebihan dalam tubulus menyebabkan lumen duktus koligentes lebih bermuatan negatif dan
menarik kalium masuk ke dalam lumen lalu dikeluarkan dengan urin, pada hipomagnesemia,
poliuria dan Salt-wasting nephropathy (sindrom Bartter atau Gitelman, hiperkalsemia).
Pengeluaran kalium berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan
berat pada lingkungan yang panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L.
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian
insulin,peningkatan aktivitas beta-adrenergik (pemakaian 2-agonis), paralisis periodik
hipokalemik, hipotermia.
Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium sebesar 0,4 mmol/L.
Karena insulin mendorong kalium ke dalam sel, pemberian hormon ini selalu
menyebabkan penurunan sementara dari kadar kalium serum. Namun, ini jarang
merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama
penatalaksanaan ketoasidosis diabetes.
b. Deplesi Kalium
Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium tubuh.
Dalam keadaan normal, kalium tubuh total diperkirakan 50 meq/kgBB dan kalium
plasma 3,5-5 meq/L. Asupan kalium yang sangat kurang dalam diet menghasilkan
deplesi cadangan kalium dalam tubuh. Walaupun ginjal memberikan tanggapan yang
sesuai dengan mengurangi ekskresi kalium, melalui mekanisme regulasi ini hanya
cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada umumnya, jika asupan
kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium bersifat moderat. Berkurangnya asupan
sampai <10 meq/hari menghasilkan defisit kumulatif sebesar 250-300 meq (kira-kira
7-8 % kalium total tubuh) dalam 7-10 hari. Setelah periode tersebut, kehilangan lebih
lanjut dari ginjal minimal. Orang dewasa bisa mengonsumsi sampai 85 mmol kalium
per hari, sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat
cukup kalium dalam diet.
c. Kehilangan kalium melalui jalur ekstrarenal
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar dapat
menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai pada pasien
yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain yang bisa mengakibatkan
6
didapatkan gelombang T datar, pemendekan PR dan QRS, dan akhirnya terdapat gelombang
U.
2.8 Penatalaksanaan
Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam :
Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada keadaan :
1. Pasien sedang dalam pengobatan digitalis
2. Pasien dengan ketoasidosis diabetic
3. Pasien dengan kelemahan otot pernapasan
4. Pasien dengan hipokalemia berat (K <2 meq/L)
Indikasi kuat, kalium harus diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu pada
keadaan :
1. Insufisiensi koroner / iskemia otot jantung
2. Ensefalopati hepatikum
3. Pasien memakai obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari
ekstrasel ke intrasel
Indikasi sedang, pemberian kalium tidak perlu segera seperti pada hipokalemia ringan
(K antara 3-3,5 meq/L)
Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral oleh karena lebih mudah.
Pemberian 40-60 meq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 meq/L, sedang pemberian
135-160 meq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 meq/L. Pada hipokalemia ringan,
diberikan KCl oral 20 mmol per hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang
mengandung kalium. KCl oral kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Diet yang
mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 meq/hari. Contoh makanan
yang tinggi kalium adalah kismis, pisang, aprikot, jeruk, avocado, kacang-kacangan dan
kentang).
Pemberian KCl melalui intravena sebaiknya diberikan jika pasien tidak bisa makan
dan mengalami hipokalemia berat. Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCl
disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 meq/jam. Pada keadaan aritmia
yang berbahaya atau kelumpuhan otot pernapasan, dapat diberikan dengan kecepatan 40-100
meq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 meq dalam 100 cc NaCl isotonik. Pemberian dekstrosa
bisa menyebabkan penurunan sementara kalium serum sebesar 0,2-1,4 mmol/L, karena
stimulasi pelepasan insulin oleh glukosa. Bila melalui vena perifer, KCl maksimal 60 meq
dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 cc, sebab bila melebihi ini dapat menimbulkan rasa
nyeri dan menyebabkan sklerosis vena. Pemantauan teratur dari kadar kalium serum
9
diperlukan untuk memastikan bahwa defisit terkoreksi. Kadar kalium dipantau tiap 2-4 jam
jika diberikan secara intravena untuk menghindari hiperkalemia.
2.9 Prognosis
Dengan mengonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengoreksi hipokalemia. Pada
hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat, penurunan kadar kalium secara drastis
dapat menyebabkan masalah jantung yang serius dan dapat berakibat fatal.
HYPOKALEMIA
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
Anamnesa Pribadi
Nama : Sri Hartati
Umur : 45 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln.Tangguk Bongkar X No.59, Kec. Medan Denai
Suku : Batak
dijumpai (-), BAB berdarah tidak dijumpai (-), BAB seperti dempul tidak dijumpai (-), BAB
hitam tidak dijumpai (-). BAK dalam batas normal dijumpai (+). Os mengalami penurunan
berat badan kurang lebih 10 kg sejak 1 bulan terakhir. Penurunan nafsu makan dijumpai (+).
Os juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati (+), yang terkadang hilang timbul. Nyeri
bersifat seperti ditusuk-tusuk dijumpai (+), rasa panas di ulu hati tidak dijumpai (-), rasa perut
seperti kembung dijumpai (+).
Batuk dijumpai (+), batuk berdahak tidak dijumpai (-), batuk darah tidak dijumpai (-).
Sesak napas tidak dijumpai (-). Riwayat demam dijumpai (+), dengan temperatur 38C,
demam bersifat hilang timbul, turun bila diberi obat penurun panas. Keringat malam tidak
dijumpai (-). Riwayat minum obat Tb selama 6 bulan tidak dijumpai (-).
Saat ini Os mengalami kebas-kebas pada tangan dan kaki dijumpai (+), kepala pusing
dijumpai (+), lemas-lemas dijumpai (+). Muka pucat dijumpai semenjak keluhan ini
berlangsung. Kaki bengkak tidak dijumpai, sianosis tidak dijumpai.Riwayat minum obat
sebelumnya ada tetapi Os tidak mengetahui jenis obat apa yang diminum.Riwayat menderita
penyakit hipertensi, diabetes melitus tidak dijumpai dan disangkal oleh Os.
Status Presens
Sensorium : Compos Mentis Anemis : Tidak Dijumpai
Tek. Darah : 90/60 mmHg Ikterus : Tidak Dijumpai
Nadi : 104 x/i Sianosis : Tidak Dijumpai
Pernafasan : 22 x/i Dyspnoe : Tidak Dijumpai
Suhu : 36,5 C Edema : Tidak Dijumpai
Pancaran Wajah: Lemas
Sikap Paksa : Tidak Dijumpai
Ref. Fisiologis : (+) / (+)
Ref. Patologis : (-) / (-)
BB : 37 Kg, TB :150 cm, IMT : 74 % (Kesan :
Under weight)
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Turgor kulit menurun
Kepala : Wajah : Anemis tidak dijumpai (-)
12
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat tidak dijumpai (-)/(-), skelera ikterik
tidak dijumpai (-)/(-), pupil isokor o 3 mm
Telinga/Hidung/Mulut : Dalam batas normal / dalam batas normal / Bibir pucat
Leher : TVJ 2 cmH2O, trakhea medial, pembesaran KGB tidak dijumpai (-), Pembesaran
struma tidak dijumpai (-)
Thoraks Depan : Inspeksi : Simetris
Palpasi : SF Kanan = Kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
BPH R/A : ICR V/VI dextra
BPJ atas : ICR III sinistra
BPJ kanan : LSD
BPJ kiri : LMSC ICR
Auskultasi : SP : Bronkial
ST : Ronkhi (+/+)
Jantung : HR = 104 x/i, regular, desah (-);
M1>M2, P2>PI, A2>A1, A2>P2
Thoraks Belakang : Inspeksi : Simetris
Palpasi : SF Kanan = Kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : SP : Bronkhial
ST : Ronkhi (+/+)
Abdomen : Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri tekan epigatrik
dijumpai (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Oedem tidak dijumpai (-/-), deformitas (-/-), nyeri sendi (-/-), kebas-kebas (+/
+)
Resume:
- Seorang wanita, 45 tahun datang dengan keluhan mual muntah (+), diare (+), nyeri ulu
hati (+), batuk (+), pusing (+), demam (+), lemas (+), kebas-kebas (+).
- Dari hasil pemeriksaan fisik dijumpai : Turgor kulit menurun (+), suara pernafasan
bronkhial, suara tambahan ronkhi pada kedua lapangan paru (+)
- Dari hasil pemeriksaan laboratorium : Leukositosis, Hipokalemi, Hiponatremi.
- Foto Thorax : Tampak infiltrat dan perselubungan pada kedua apeks paru.
Terapi :
- Tirah baring
- Diet MB
- IVFD NaCl0,9% 20 gtt/i
- KCL 2 flc dalam 500 cc NaCl 0,9%
- IVFD Aminofluid 1 fls/hari
- Domperidone 2x1 tab
- Omeprazole 2x1 tab
14
simetris
Palpasi : SF
ka=ki
Perkusi : sonor
di kedua lap
Paru
Auskultasi : SP
: bronkial, ST
: ronki
Jantung
Inspeksi : ictus
cordis tampak
(-)
Palpasi : ictus
cordis teraba
(-)
Perkusi : redup
(+)
Auskultasi : S1
S2 reguler,
murmur (-),
gallop (-)
Abdomen :
Inspekesi :
simetris
Palpasi
:Soepel,
H/L/R: Ttb,
nyeri tekan (-),
Peristaltik (+)
N.
Ektremitas
Superior/inferi
16
or edema (-/-),
lemah (+/+)
Alat kelamin
dan rektum :
TDP
DARAH
RUTIN
RBC 4,59 +
HGB 14
WBC 12,90 +
HCT 37,5
MCV 81,7
RDW-CV 14,2
%
RDW-SD 41,5
MPV 8.8
Ureum 34,00
mg/dl
Creatinin 1,2
mg/dl
Uric Acid 3,20
mg/dl
KGD Ad
nRandom 121
mg/dl
Chlorida
108,00
mmol/L +
Kalium : 1,2
mmol/dl -
Natrium : 129
mmol/dl -
17
Inspeksi : ictus
cordis tampak (-)
Palpasi : ictus
cordis teraba (-)
Perkusi : redup
(+)
Auskultasi : S1
S2 reguler,
murmur (-),
gallop (-)
Abdomen :
Inspekesi :
simetris
Palpasi :Soepel,
H/L/R: Ttb, nyeri
tekan (-),
Peristaltik (+) N.
Ektremitas
Superior/inferior
edema (-/-),
lemah (+/+)
Alat kelamin
dan rektum :
TDP
DARAH RUTIN
RBC 4,59 +
HGB 14
WBC 12,90 +
HCT 37,5
MCV 81,7
RDW-CV 14,2 %
RDW-SD 41,5
MPV 8.8
19
Ureum 34,00
mg/dl
Creatinin 1,2
mg/dl
Uric Acid 3,20
mg/dl
KGD Ad
nRandom 121
mg/dl
Chlorida 120,00
mmol/L
Kalium : 3,8
mmol/dl
Natrium : 135
mmol/dl -
BAB IV
TABEL DISKUSI
No Teori Kasus
20
1. Definisi
Hipokalemia bila kadar kalium dalam Pasien perempuan, usia 45 tahun,
plasma kurang dari 3,5 meq/L. dengan kadar kalium 1,2 meq/L.
2. Etiologi
1. Asupan kalium yang kurang Pasien perempuan 45 tahun datang
2. Pengeluaran kalium yang
dengan keluhan mual muntah
berlebihan melalui saluran
dialami kurang lebih 10 hari
cerna atau ginjal atau keringat :
sebelum masuk rumah sakit.
Muntah
Selang nasogastrik Muntah dialami dengan frekuensi 5
Diare kali dalam sehari, isi muntah apa
Pemakaian pencahar
yang dimakan dan diminum,
3. Kalium masuk ke dalam sel
Pemberian insulin, volume gelas aqua.
Peningkatan aktivitas beta- Os juga mengalami diare dengan
adrenergik (pemakaian 2- frekuensi 4 kali dalam sehari
agonis), sebelum masuk masuk rumah sakit,
Hipotermia.
diare dengan jenis air lebih banyak
daripada ampas.
3. Klasifikasi
Hipokalemia dapat dibagi menjadi : Pasien perempuan 45 tahun, setelah
a. Hipokalemia ringan, yaitu dilakukan pemeriksaan darah
kadar kalium dalam plasma lengkap didapati hasil kadar kalium
antara 3,0-3,5 meq/L dalam plasma sebesar 1,2 meq/L.
b. Hipokalemia sedang, yaitu
Tergolong ke dalam hipokalemia
kadar kalium dalam plasma
berat.
antara 2,5-3,0 meq/L
c. Hipokalemia berat, yaitu kadar
kalium dalam plasma < 2,5
meq/L
21
6. Penatalaksanaan
Pemberian 40-60 meq dapat Pengobatan dalam ruangan :
menaikkan kadar kalium sebesar 1- - Tirahbaring
- Diet MB
1,5 meq/L. - IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Sedang pemberian 135-160 meq - KCL 2 flc dalam 500 cc NaCl
dapat menaikkan kadar kalium 0,9 %
sebesar 2,5-3,5 meq/L. - IVFD Aminofluid 1 fls / hari
Pemberian kalium intravena dalam - Domperidone 2 x 1 tab
- Omeprazole 2 x 1 tab
bentuk larutan KCl disarankan - Sucralfat syrup 3 x CII
melalui vena yang besar dengan
kecepatan 10-20 meq/jam
BAB V
KESIMPULAN
22
Hipokalemia yaitu bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5 meq/L.
Hipokalemia merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam klinik. Kalium berfungsi
dalam sintesis protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran hormon dan transpor
cairan. Pada populasi umum, data mengenai hipokalemia sukar diperkirakan. Sekitar 21%
pasien rawat inap memiliki kadar kalium lebih rendah dari 3,5 meq/L, dengan 5% pasien
memiliki kadar kalium lebih rendah dari 3 meq/L.
Penyebab hipokalemia antara lain, asupan kalium yang kurang, pengeluaran kalium
yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat (contohnya pada keadaan
muntah, diare, selang nasogastrik, pemakaian pencahar), kalium masuk ke dalam sel
(contohnya pada pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik). Klasifikasi
hipokalemia dapat dibagi menjadi hipokalemia ringan (3-3,5 meq/L), hipokalemia sedang
(2,5-3,0 meq/L), dan hipokalemia berat (<2,5 meq/L).
Gejala yang dapat timbul pada hipokalemia adalah kelemahan pada otot, lelah, nyeri
otot, aritmia, tekanan darah dapat meningkat, gangguan toleransi glukosa dan gangguan
metabolisme protein, poliuria, polidipsia, dan lain-lain. Manifestasi yang berat sebagai akibat
dari hipokalemia berat adalah aritmia, eksitabilitas neuromuskular. EKG adalah pemeriksaan
yang bisa memperkirakan gangguan kalium intraseluler.
Hipokalemia dapat dikoreksi dengan pemberian KCl secara oral maupun intravena.
Pemantauan teratur dari kadar kalium serum diperlukan untuk memastikan bahwa defisit
terkoreksi. Kadar kalium dipantau tiap 2-4 jam jika diberikan secara intravena untuk
menghindari hiperkalemia. Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat,
penurunan kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang serius dan
dapat berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA