Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul Proses Aminasi. Meskipun banyak hambatan
yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan malakah ini.
Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi
kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
Proses kimia - Aminasi 2
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar 1
Daftar isi 2
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aminasi adalah proses dimana suatu gugus amina dimasukkanke sebuah
molekul organik. Enzim yang mengkatalisis reaksiini, yang disebut aminases. Hal ini
dapat terjadi dalam beberapa cara termasuk reaksi dengan amonia atau amina lain
seperti alkilasi,aminasi reduktif dan reaksi Mannich. Salah satu produksi bahan
kehidupan sehari-hari yang menggunakan bahan yang dapat diperbaharui adalah
produksi amina rantai panjang melalui proses aminasi alkohol rantai panjang. Amina
rantai panjang merupakan turunan dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen
telah digantikan oleh gugus alkil dari asam lemak dan bersifat kationik, basa ,dan aktif
secara biologis. Amina rantai panjang dapat berupa amina primer, sekunder dan tersier
dilihat dari jumlah gugus alkil yang terikat pada atom nitrogen (Gervajio, 2005).
Amphetamine telah disintesis pada tahun 1887 oleh ilmuwan Jerman yang
bernama L. Edeleano. Pada tahun 1927, peneliti bernama Gordon Ales dari USA
menemukan bahwa amphetamine dapat berefek sebagai pengganti ephedrine.
Kemudian, pada tahun 1930 diketahui bahwa amphetamine dapat meningkatkan
tekanan darah dan tahun 1932 dipasarkan sebagai benzedrine secara over the counter
inhaler untuk mengobati hidung yang tersumbat (nasal congestion). Selanjutnya, pada
tahun 1935 diketahui efek stimulansia dari amphetamine untuk pertama kalinya. Pada
tahun 1938, untuk pertamakalinya dipublikasikan hasil laporan bahwa amphetamine
dapat menyebabkan addiction (kecanduan) dan penyakit kejiwaan.
Tahun 1940, amphetamine digunakan untuk peningkat performa oleh orang
Jepang, Jerman dan Amerika dalam Perang Dunia II. Pada saat itu, amphetamine
digunakan oleh militer dalam peperangan. Efek stimulansia yang dihasilkan oleh
amphetamine ini digunakan untuk membantu prajurit agar tetap siaga selama berjam-
jam. Pada tahun 1950-1953, amphetamine diberikan kepada pasukan Amerika dalam
perang di Korea.
Amina rantai panjang dan turunannya telah diketahui memiliki banyak
kegunaannya antara lain sebagai pelembut pakaian (Reck, 1962) juga dapat digunakan
sebagai anti iritasi pada shampoo yang mengandung natrium laurelsulfat dan zinc
piridinthione (Gerstein, 1977). Oktadekilamin juga dapat digunakan bersama dengan
Proses kimia - Aminasi 4
lemak sebagai obat dan bersifat spesifik artinya tidak berbahaya bagi manusia
(Banerjee, 2007). Turunan oleilamina dan stearilamina dapat menggantikan zink dialkil
ditiofosfat sebagai bahan pelumas (Kocsis, 2010). Senyawa amina rantai panjang dapat
dibuat dengan cara hidrogenasi rantai panjang dengan katalis nikel atau kobalt dengan
tekanan sebesar 100-500 Psi (Allain, 1983).
Berdasarkan uraian di atas yang telah menyebutkan banyak manfaat yang
didapat dari senyawa amina, maka dari itu makalah ini akan membahas proses aminasi
dalam pembuatan senyawa amina rantai panjang secara detail.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1 dan 2. (Atas (1) : Produksi anilin oleh reduksi nitrobenzen , Bawah (2) :
Reduksi fase uap dari nitrobenzen menjadi anilin)
Tanpa menggunakan bejana bertekanan tinggi dan katalis, reduksi harus dilakukan
oleh pereaksi yang bekerja di bawah tekanan atmosfer. Reduktor yang biasa digunakan pada
aturan ini adalah:
1. Logam dan asam
Logam yang digunakan adalah : Fe, Zn, Sn, Al sebagai sumber elektron. Asam yang
digunakan adalah : HCl, H2SO4 sebagai sumber ion H+. HNO3 jarang digunakan karena
mempunyai sifat sebagai oksidator kuat.
2. Logam dan basa
Logamnya adalah : Fe, Zn, Sn, Al
Basa : NaOH, KOH
3. Sulfida
Untuk mereduksi sebagian senyawa polinitro aromatik menjadi nitro amina dan
mereduksi aminoantraquinon menjadi antraquinon.
4. Sulfit (Na-sulfit dan bisulfit)
5. Hidrogen (H2) dengan katalis
Penggunaan hidrogen sebagai reduktor, biasanya dengan katalisator. Reduksi dengan
hidrogen disebut hidrogenasi.
6. Elektrolisa
Ion hidrogen dihasilkan dari elektrolisa. Hidrogen inilah yang kemudian melakukan
reduksi.
7. Na-hidrosulfit
8. Metal hidrida
9. Natrium dan Na-alkoholat
Pereduksi tersebut di atas memiliki kekuatan mereduksi yang berbeda. Yang paling
banyak digunakan adalah logam dan asam. Dengan memilih reduktor yang sesuai dan
mengatur kondisi operasi, maka reduksi dapat dihentikan tidak sampai hasil akhir.
Pengaruh kekuatan zat pereduksi tersebut dapat dilihat pada hasil reduksi nitrobenzena
sebagai berikut :
Proses kimia - Aminasi 8
a. Mekanisme Elektronik :
Penataan ulang :
Proses kimia - Aminasi 9
Jadi ada 3 tahap reaksi, yang setiap tahapannya membutuhkan 2 mol H2 dan
3 atom Fe yang menjadi ion Fe2+. Hidrogen juga dihasilkan dari reaksi samping
berikut ini:
b. Termodinamika
Usaha Memperbesar hasil :
1. Logam berlebih (2,5-5 mol/mol senyawa nitro)
2. HCl berlebih
3. H2O berlebih
4. H2O hasil samping tidak diusir karena berfungsi sebagai pensuspensi
5. Suhu dicari yang optimum
c. Kinetika
Untuk mempercepat Reaksi :
1) Memperbesar A
2) Logam dan asam diperbesar
3) Suhu dinaikkan sampai optimum
Proses kimia - Aminasi 10
digunakan untuk penyiapan zat warna atau untuk menyerap hidrogen sulfida. Pengadukan
dalam bejana yang mengandung logam sedikit sulit.
Aminasi dengan reduksi biasa dilakukan dalam bejana besi cor (kapasitas 1600 gal,
atau lebih besar) dan reduksi alkali dalam bejana baja karbon dengan berbagai ukuran yang
dibutuhkan. Bejana biasanya dilengkapi dengan dengan nozzle yang berada di dasarnya,
sehingga lumpur besi oksida atau seluruh muatan dapat keluar setelah reaksi selesai.
Pada beberapa reduktor, sebuah batang pengaduk vertikal yang terbuat dari besi cor
digunakan untuk menjaga partikel besi dalam suspensi pada bagian bawah bejana dan untuk
merawat semua komponen reaksi yang mengalami kontak. Pengaduk juga berfungsi untuk
membantu agar difusi senyawa amina berada jauh dari permukaan logam dan dengan demikian
kontak antara tubuh nitro dan permukaan katalitik menjadi lebih sering terjadi.
Pada skala yang kecil, perengkahan amonia bisa menghasilkan hidrogen untuk reduksi.
Transpor dan penyimpanan hidrogen sebagai amonia berbentuk padat, dan prosedur
perengkahan (cracking) melibatkan sebuat pipa panas yang dimasukkan dengan katalis dan
dicelup dalam tangki garam yang telah dilelehkan. Nitrogen yang ikut bersama hidrogen yang
dihasilkan bersifat inert.
b. Etilen oksida
Proses kimia - Aminasi 14
Untuk menghindarkan reaksi lanjutan jika diinginkan hasinya adalah amina primer
maka amoniak harus sangat berlebih (ratio amoniak: alkohol besar). Selain itu dalam
reaksi terbentuk air, air harus diikat supaya tidak membentuk NH4OH yang apabila
terjadi maka berarti amoniak pengolah berkurang.
Bila dibandingkan reaktivitas RCH2X, RCH2OH dan RCH2SO3H maka pada
reaksi amonolisis yang paling reaktif adalah RCH2X.
Proses kimia - Aminasi 16
Hasil monoetanolamina bersifat lebih reaktif daripada amoniak. Sehingga apabila NH3
kurang tetapi etilenoksida masih banyak maka akan terjadi reaksi lanjutan :
Jika etilena oksida masih ada, amak DEA akan melanjutkan reaksi membentuk
trietanolamina (TEA).
Oleh karenanya, jika hanya diinginkan MEA sebagai hasil atau DEA atau TEA, maka
perbandingan pereaksi harus diatur. Rasio amoniak terhadap etilena oksida menentukan
hasil yang diperoleh. Contoh lain adalah reaksi pembentukan urea.
Proses kimia - Aminasi 17
Untuk memperbesar hasil yang diperoleh, maka faktor yang harus diperhatikan adalah:
1. NH3 berlebih
2. Tekanan
3. Suhu
Penggantian dari substituen nuklir seperti hidroksil (-OH), kloro (-Cl) atau asam
sulfonat (-SO3H) dengan amino (-NH2) menggunakan amonia (amonolisis), telah dilakukan
selama waktu tertentu, keberadaan gugus induksi (yang menginduksi) membuat proses
penggantian menjadi lebih mudah. Sebagai contoh, 1,4-dikloro-2-nitrobenzena bisa diuabh
menjadi 4-kloro-2-nitroanilin dengan menggunakan larutan amonia. Molekul-molekul lain
memberikan lebih banyak kesulitan dalam proses, dan bejana tekan dibutuhkan untuk produksi
anilin dari klorobenzena atau dari fenol. (gambar 3).
Amonia adalah pereaksi yang terbilang relatif murah, dan prosesnya dapat
diseimbangkan dengan menghasilkan amina yang diinginkan. Jalan lain untuk mendapatkan
amina adalah dengan melalui reduksi menggunakan reagen (pereaksi) yang mahal (besi (Fe),
seng (Zn), atau gas hidrogen (H2)) yang membuat harga dari sebuah proses amonolisis menjadi
agak mahal. Amina yang tersubstitusi bisa dihasilkan dengan menggunakan amonia yang
tersubstitusi (amina). Peralatannya adalah bejana besi tekan yang tidak stabil ; stainless steel
juga dapat digunakan untuk konstruksi bejana.
Oleh karena itu, aminasi atau reaksi dengan menggunakan amonia, digunakan untuk
membentuk amina aromatik dan alifatik. Reduksi dari senyawa nitro adalah proses kuno untuk
menghasilkan amina, tapi amonia atau amonia yang telah tersubstitusi (amina) bereaksi
langsung untuk membentuk amina. Produksi anilin dengan amonolisis melampaui jumlah yang
dihasilkan dengan reduksi (dari nitrobenzen).
Senyawa fungsi oksigen juga berperan dalam proses amonolisis, sebagai contoh:
1. Metanol ditambah katalis alumunium fosfat menghasilkan monometilamina
(CH3NH2), dimetilamina [(CH3)2NH], dan trimetilamina [(CH3)3N]
2. 2-naptol ditambah katalis natrium amonium sulfit (NaNH3SO3) (reaksi Bucherer),
menghasilkan 2-naptilamina
3. Etilen oksida menghasilkan monoetanolamina (HOCH2CH2NH2), dietanolamina
[(HOCH2CH2)2NH], dan trietanolamina [(HOCH2CH2)3N]
4. Glukosa ditambah katalis nikel menghasilkan glukamin
5. Sikloheksanon ditambah katalis nikel menghasilkan sikloheksilamina
Metilamina dihasilkan dengan mereaksikan gas metanol dengan katalis pada suhu 350oC-
400oC dan 290 psi (2,0 Mpa), kemudian mendestilasi campuran rekasi. Pada mono-, di-, atau
trimetilamina sangat mungkin dilakukan proses recycle pada produk yang tidak diinginkan.
Sebuah campuran yang setimbang dari tiga etanolamina dihasilkan ketika etilen oksida
digelembungkan melalui 28% larutan amonia pada suhu 30-40oC. Dengan mensirkulasi ulang
produk dari reaksi, mengubah temperatur, tekanan, dan rasio amonia terhadap etilen oksida
(namun selalu mempunyai amonia berlebih), maka sangat mungkin utuk membuat amina yang
diinginkan menjadi dominasi. Diluent gas juga mengubah rasio hasil.
CH2CH2O + NH3 HOCH2CH2NH2 + H2O
monoetanolamina
2CH2CH2O + NH3 (HOCH2CH2)2NH + 2H2O
dietanolamina
Proses kimia - Aminasi 20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aminasi adalah proses pembentukan amina. Aminasi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Aminasi secara reduksi
Adalah proses pembuatan amina berdasarkan reaksi reduksi. Aminasi
dengan reduksi biasa dilakukan dalam bejana besi cor.
2. Amonolisis
Adalah proses pembuatan amina dari reaksi dengan amonia.
Aminasi dengan cara reduksi adalah proses kuno untuk menghasilkan amina,
tapi amonia atau amonia yang telah tersubstitusi (amina) bereaksi langsung untuk
membentuk amina (cara amonolisis). Sehingga produksi anilin dengan amonolisis
melampaui jumlah yang dihasilkan dengan reduksi (dari nitrobenzen).
Tanpa menggunakan bejana bertekanan tinggi dan katalis, reduksi harus
dilakukan oleh pereaksi yang bekerja di bawah tekanan atmosfer. Reduktor yang biasa
digunakan pada aturan ini adalah
1. Logam dan basa
2. Logam dan asam
3. Sulfida
4. Sulfit (Na-sulfit dan bisulfit)
5. Hidrogen (H2) dengan katalis
6. Elektrolisa
7. Na-hidrosulfit
8. Metal hidrida
9. Natrium dan Na-alkoholat
Faktor-faktor yang mempengaruhi amonolisis, adalah:
1. Kelarutan
2. Pengadukan
3. Efek derivat halogen
4. Efek gugus nitro
5. Suhu
6. Konsentrasi NH3
Proses kimia - Aminasi 22
DAFTAR PUSTAKA