You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu

banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi.

Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan

membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea).

Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua buah membran mukosa yang terlipat

dua membungkus otot dan tulang rawan.

Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar,

membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi

laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara

tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang

diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya,

suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi

sangat lemah sehingga tidak terdengar.

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung

lama (kronis). Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi

dan peradangan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda

adanya masalah yang lebih serius.

Biasanya laringitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40

tahun. Anak-anak tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan termasuk

dalam observasi laringitis akut dimana usianya 3 tahun dan diatasnya.

1
Laringitis akut biasanya biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan

terapi konservatif, morbiditas dan mortalitas tidak dapat diperhitungkan. Pasien

dengan laringitis akut yang berasal dari etiologi infeksi dari pada yang disebabkan

oleh trauma vocal pada akhirnya dapat melukai plika vokalis. Ketidaksempurnaan

produksi suara pada pasien dengan laringitis akut dapat diakibatkan oleh

penggunaan kekuatan aduksi yang besar atau tekanan untuk mengimbangi

penutupan yang tidak sempurna dari glottis selama episode laringitis akut.

Tekanan ini selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika) vocal dan

mengurangi produksi suara. Pada akhirnya menunda kembalinya fonasi normal.

Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri.

Jika pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini

diklasifikasikan sebagai laringitis kronik. Etiologi larigitis akut dapat berupa

penyalahgunaan suara, pemaparan dengan agen yang berbahaya atau agen

infeksius lainnya yang menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas. Agen

infeksius paling banyak adalah virus, akan tetapi kadang-kadang bakteri.

Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa hari. Serak

dapat menetap bila sekresi normal belum pulih. Pemeriksaan tindak lanjut

menunjukkan laring yang normal, akan tetapi hampir tanpa suara. Rujukan kepada

ahli patologi suara akan dapat mengatasi keadaan tersebut.

2
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING

2. 1 Anatomi Laring

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas.

Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih

besar dari bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan

batas bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid.

Batas depannya ialah permukaan belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik,

ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid

dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran kuadrangularis,

kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan

batas belakang ialah m.aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid.

Gambar 2.1 Anatomi Laring

3
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan

ligamentum ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli)

dan plika ventrikukaris (pita suara palsu). Bidang antara plika vokalis kiri

dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan diantara kedua plika ventrikularis,

disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga

laring dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring, glotik dan subglotik.

Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plika

ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika

ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring Morgagni.

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan

bagian interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika

vokalis, dan terletak di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago

terletak antara kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak di bagian

posterior.

Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah plika

vokalis. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum

seratokrikoid (anterior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial,

ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringeal,

ligamentum hiotiroid medial, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum

hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokale yang

menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum

tiroepiglotika.

4
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid,

dan beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang

permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tenggorok

oleh tendo dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan

menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-

otot ini bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago

tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago komikulata, kartilago

kuneiformis dan kartilago tritisea. Kartilago krikoid dihubungkan dengan

kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa

lingkaran. Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat

permukaan belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid,

disebut artikulasi krikoaritenoid. Sepasang kartilago kornikulata melekat

pada kartilago aritenoid di daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago

kuneiformis terdapat di dalam lipatan ariepiglotik, dan kartilago tritisea di

dalam ligamentum hiotiroid lateral. Pada laring terdapat 2 buah sendi yaitu,

artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid. Gerakan laring

dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-ototinstrinsik.

Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,

sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring

tertentu yang berhubungan dengan gerakan pita suara. Otot-otot ekstrinsik

laring ada yang terletak di atas tulang hioid (suprahioid), seperti

m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid. Sedangkan otot-

5
otot ekstrinsik laring yang terletak di bawah tulang hioid (infrahioid) ialah

m.sternohioid, m.omohoid dan m.tirohioid. Otot-otot ekstrinsik suprahioid

berfungsi untuk menarik laring ke bawah, sedangkan otot-otot ekstrinsik

infrahioid menarik laring ke atas. Otot-otot instrinsik yang terletak di bagian

lateral laring ialah m.krikoaritenoidlateral, m.tiroepiglotika, m.vokalis,

m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan m.krikotiroid. Sedangkan otot-otot

instrinsik yang terletak di bagian posterior laring adalah m.aritenoid

transversum, m.aritenoid oblik, m.krikoaritenoid posterior.

Sebagian besar otot-otot instrinsik adalah otot-otot aduktor (kontraksinya

akan mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali m.krikoaritenoid

posterior yang merupakan otot abduktor (kontraksinya akan menjauhkan

kedua pita suara ke lateral).

Gambar 2.2 Anatomi Laring

6
a. Anatomi Laring Bagian Dalam

Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

1. Supraglotis (vestibulum superior),

yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring.

2. Glotis (pars media),

yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta

membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.

3. Infraglotis (pars inferior),

yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.

Beberapa bagian penting dari dalam laring :

Aditus Laringeus

Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral

oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi

atas m. aritenoideus.

Rima Vestibuli.

Merupakan celah antara pita suara palsu.

Rima glottis

Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara

prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea.

Vallecula

Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk

oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.

7
Plika Ariepiglotika

Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari

kartilago epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.

Sinus Pyriformis (Hipofaring)

Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago tiroidea.

Incisura Interaritenoidea

Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.

Vestibulum Laring

Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago

aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea dan

m.interaritenoidea.

Plika Ventrikularis (pita suara palsu)

Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago

aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua

lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.

Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)

Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari

ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara

palsu dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu

8
bersilia dengan beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk

melicinkan pita suara sejati, disebut


appendiks atau sakulus ventrikel laring.

Plika Vokalis (pita suara sejati)

Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh

ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua

per lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea

dan disebut intercartilagenous portion.

A. Perdarahan Laring

Pendarahan umtuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior

dan a.laringis inferior. Arteri laringis superior merupakan cabang dari

a.tiroid superior. Arteri laringis superior berjalan agak mendatar

melewati bagian belakang membran tirohioid bersama-sama dengan

cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membran

ini untuk berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan lantai

dari sinus piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.

Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a.tiroid inferior dan

bersama-sama dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi

krikotiroid, masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari

m.konstriktor dari faring inferior. Di dalam laring arteri itu bercabang-

9
cabang, memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan

a.laringis superior. Pada daerah setinggi membran krikotiroid, a.tiroid

superior juga memberikan cabang yang berjalan mendatari sepanjang

membran itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri ini

mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikoiroid untuk

mengadakan anastomosis dengan a.laringis superior. Vena laringis

superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a.laringis

superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid

superior dan inferior

B. Persarafan Laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis

superior dan n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran

saraf sensorik dan motorik. Nervus laringis superior mempersarafi

m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring di

bawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas m.konstriksor

faring medial, di sebelah medial a.karotis interna dan eksterna, kemudian

menuju ke kornu mayor tulang hioid, dan setelah menerima hunungan

dengan ganglion servikal superior, membagi diri dalam 2 cabang, yaitu

ramus eksternus dan ramus internus. Ramus eksternus berjalan pada

permukaan luar m.konstriksor faring inferior dan menuju ke

m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid

terletak disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran

10
hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringis superior menuju ke

mukosa laring. Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari

n.rekuren setelah saraf itu memberikan cabangnya menjadi ramus kardia

inferior. N.rekuren merupakan cabang dari n.vagus. Nervus rekuren

kanan akan akan menyilang a.subklavia kanan di bawahnya, sedangkan

n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior

berjalan diantara cabang-cabang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan

mediodorsal kelenjar tiroid akan sampai pada permukaan medial

m.krikofaring. Di sebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini

bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior

akan mempersarafi otot-otot instrinsik laring bagian lateral, sedangkan

ramus posterior mempersarafi otot-otot instrinsik laring bagian superior

dan mengadakan anastomosis dengan n.laringis superior ramus internus.

C. Pembuluh Limfa

Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali daerah lipatan vokal.

Disini mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di

daerah lipatan vocal pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan

inferior. Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai

sinus piriformis dan a.laringis superior, kemudian ke atas dan bergabung

dengan kelenjar dari bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh

eferen dari golongan inferior berjalan kebawah dengan a.laringis inferior

11
dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa

diantaranya menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.

Gambar 2.3 Perdarahan dan persarafan laring

D. Histologi Laring

Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia

kecuali pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak

bertanduk. Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet.

E. Laryngeal Mucosa

12
Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara.

Pada daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal

membentuk ligamentum tiroaritenoidea. Mukosa laring dihubungkan

dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai lapisan

submukosa. Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan

kartilago hialin. Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar.

Mukosa laring berwarna merah muda sedangkan pita suara berwarna

keputihan.

2. 2 Fisiologi Laring

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, sirkulasi, respirasi, menelan, emosi

dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar

makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup

aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Terjadi penutupan

aditus laring ialah karena pengangkatan laring keatas akibat kontraksi otot

otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak kedepan

akibat kontraksi m. tiroaritenoid dan m. aritenoid. Selanjutnya m.

ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. Fungsi respirasi laring dengan

mengatur besar kecilnya rima glotis. Selain itu dengan refleks batu, benda

asing yang telah masuk kedalam trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian

juga dengan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan. Dengan

terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial

akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga

13
mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam

proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian

bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan

turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring

mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,

mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk

fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

Tinggi rendahnya nada diatur oleh ketegangan plika vokalis. Bila plika

vokalis dalam aduksi, maka m. krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid

kebawah dan ke depan , menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang

bersamaan m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago

aritenoid ke belakang. Plika vokalis ini dalam keadaan yang efektif untuk

berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. krikoaritenoid akan mengendor.

Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi

rendahnya nada.

14
BAB III

PEMBAHASAN

3. 1 Laringitis

A. Definisi

Laringitis adalah suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh

virus dan dapat pula disebabkan oleh bakteri.

B. Kalsifikasi Laringitis

Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis dibedakan menjadi

laringitis akut dan kronis.

1. Laringitis Akut

a. Definisi

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh

virus dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan

pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A

dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus .

15
b. Etiologi

Penyakit ini sering disebabkan oleh virus. Biasanya merupakan

perluasan radang saluran nafas bagian atas oleh karena bakteri

Haemophilus Influenzae, Staphylococcus, streptococcus, atau

pneumococcus. Timbulnya penyakit ini sering dihubungkan

dengan perubahan cuaca atau suhu, gizi yang kurang/malnutrisi,

imunisasi yang tidak lengkap dan pemakaian suara yang

berlebihan. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim /

cuaca

Menurut Rahul K shah etiologi dari laringitis akut adalah :

1) Infeksi (biasanya infeksi virus dari saluran pernafasa atas)

o Rhinovirus

o Parainfluenza virus

o Respiratory syncytial virus

o Adenovirus

o Influenza virus

o Measles virus

o Mumps virus

o Bordetella pertusis

o Varicella-zozter virus

2) Gastroesophageal reflukx disease


3) Environmental insults (polusi)
4) Vocal trauma

16
5) Komsumsi alkohol berlebihan
6) Alergi
7) Penggunaan suara yang berlebihan
8) Iritasi bahan kimia atau bahan lainnya

c. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri

mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau

nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan

pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,

malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi

pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring

dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi

virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya di dahului oleh

faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini

akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan

merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara

berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut

akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan

iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring

tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat

pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan

merangsang peningkatan suhu tubuh.

17
No Epiglotitis Akut Infra glotis
(Laringotrak
eobronkitis)
1 3-6 tahun <3 tahun
2 Suara Jernih- serak Serak,batuk kering, stridor
3 Disfagia inspiratoar
4 Mengiler -
5 Posisi duduk, mulut terbuka, dagu -
6 mengarah kedepan. Posisi berbaring
7 Jarang kambuh Dapat kambuh
8 Perjalanan cepat Hari-minggu
9 Laringoskopi : Epiglotis bengkak, & Laringoskopi: subglotis
10 warna merah muda (cherry red berwarna kemerahan difus, licin,
epiglotis) dan udem serta adanya sekret
Ro: Oedem Supraglotis (thumb sign ) Kental
Etio: jarang virus, Streptococcus Ro: normal/ steple sign
viridens Etio : virus

d. Gejala Klinis
Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien

sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau

suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal

dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam

pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga

18
menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak

bersuara sama sekali (afoni).


Sesak nafas dan stridor.
Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau

berbicara.
Gejala radang umum seperti demam, malaise.
Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak

kental
Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok

hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion),

nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak

mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.

e. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang

hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita

suara dan juga didapatkan tanda radang akut di hidung atau

sinus paranasal atau paru. Pada pemeriksaan laringoskopi

indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab,

hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan

subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus

elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.

19
Gambar 3.1. Laringitis Akut. Gambaran ini menujukan

wanita umur 62 tahun dengan riwayat laringitis akut eksudatif

intermiten yang telah diterapi secara konservatif.

Gambar 3.2. Laringitis akut, gambaran ini mengambarkan

laring wanita 53 tahun, dengan gejala utama serak dan suara

terengah-engah. Catatan daerah-daerah eritem dan mukosa

normal yang bergantian pada plika vokalis. Juga ditandai

irregularitas pada kontur lipatam-lipatan vocal.

f. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan

subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.

20
Gambar 3.3. Gambaran rontgen laringitis akut, gambaran

steeple sign (panah)

Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika

disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.

g. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang.

h. Diagnosis Banding
Benda asing pada laring
Faringitis
Bronkiolitis
Bronkitis
Pnemonia

i. Penatalaksanaan
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit,

namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :

21
Usia penderita dibawah 3 tahun
Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai

Terapi:
Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
Menghirup udara lembab
Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Menghindari

iritasi faring dan laring, misalnya merokok , makanan pedas,

atau minum es.


Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika

pasien ada demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan

obat anti nyeri / analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan

dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin,

pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral

ataupun spray. Pemberian antibiotika apabila perdangan

berasal dari paru . Antibiotika golongan penisilin anak 50

mg/kg BB dibagi dalam 3 dosi, dewasa 3 x 500 mg perhari.

Menurut Reveiz L, Cardona AF, Ospina EG dari hasil

penelitiannya menjelaskan dari penggunaan penisilin V dan

eritromisin pada 100 pasien didapatkan antibiotik yang lebih

baik yaitu eritromisin karena dapat mengurangi suara serak

dalamsatu minggu dan batuk yang sudah dua minggu.

Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi edema laring.

Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila

penatalaksanaan ini tidak berhasil maka dapat dilakukan

22
endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan

nafas.

j. Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan

pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya

pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan oedem

laring dan oedem subglotis sehingga dapat menimbulkan

obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan

pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik

2. Laringitis Kronik
a. Definisi
Radang kronis laring yang disebabkan oleh sinusitis kronis,

deviasi septum yang berat, polip hidung atau bronkhitis kronis.

b. Etiologi
Penyebab dari laringitis kronik sering disebabkan oleh sinusitis

kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung, bronkhitis

kronik atau tuberkulosis paru. Penyebab tersering pada orang

dewasa antara lain yaitu


Merokok; merokok dapat mengiritasi laring, dapat

menyebabkan peradangan danpenebalan pita suara


Alkoholik; alcohol dapat menyebabkan iritasi kimia pada

laring.
Gastroesophageal reflux disease (GERD)

23
Pekerjaan yang terus menerus terpapar oleh debu dan bahan

kimia; banyak pekerja-pekerja pabrik yang menderita

laringitis kronik seperti pada pekerja pabrik pupuk, pestisida.


Penggunaan suara yang berlebih.

c. Kalsifikasi
Laringitis kronik dapat dibedakan menjadi laringitis kronik non

spesifik dan laringitis kronik spesifik ( laringitis tuberkulosa dan

laringitis luetika)

1) Laringitis Kronik Spesifik


a) Laringitis Tuberkulosa
Definisi
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat tuberkulosis

paru. Sering kali setelah diberi pengobatan, tuberkulosis

parunya sembuh tetapi laringitis tuberkulosis menetap.

Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat

lekat pada cartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik

paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago,

pengobatannya lebih lama.

Patogenesis
Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara

pernapasan, sputum yang mengandung kuman, atau

penyebaran melalui aliran darah atau limfa.


Tuberkulosis dapat menimbulkan gangguan sirkulasi.

Edema dapat timbul di fossa interaritenoid, kemudian ke

24
aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglottis,

serta terakhir ialah dengan subglotik.

Gambaran Klinis
Secara klinis, Laringitis tuberkulosis terdiri dari 4

stadium
1. Stadium Infiltrasi :
Yang pertama-tama mengalami pembengkakan dan

hiperemis ialah mukosa laring bagian posterior.

Kadang-kadang pita suara terkena juga. Pada stadium

ini mukosa laring bewarna pucat. Kemudian di daerah

submukosa terbentuk tuberkel, sehingga mukosa tidak

rata, tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan.

Tuberkel itu makin membesar, serta beberapa tuberkel

yang berdekatan bersatu sehingga mukosa di atasnya meregang.

Pada suatu saat, karena sangat meregang maka akan

pecah dan timbul ulkus.


2. Stadium ulserasi ulkus yang timbul pada akhir stadium

infiltrasi membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya

ditutupi oleh perkijuan, serta sangat dirasakan nyeri

oleh pasien.

3. Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago

laring, dan paling sering terkena adalah kartilago

25
aritenoid dan epiglotis. Dengan demikian terjadi

kerusakan tulang rawan sehingga terbentuk nanah yang

berbau. Proses ini akan berlanjut dan terbentuk sekuester. Pada

keadaan ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat

meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan maka proses ini

berlanjut dan masuk dalam stadium terakhir yaitu stadium

fibrotuberkulosis.
4. Stadium fibrotuberkulosis
Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada

dinding posterior, pita suara dan subglotik

Gejala klinis tergantung pada stadiumnya, disamping

itu terdapat gejala sebagai berikut:


-Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring
-Suara parau yang berlangsung berminggu-minggu dan

pada stadium lanjut dapat timbul afoni


-Hemoptisis
-Nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila

dibandingkan dengan nyeri karena radang lainnya,

merupakan tanda yang khas


-Tanda sistemik TB paru
-Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologik)

terdapat proses aktif (biasanya pada stadium eksudatif

atau pada pembentukan kaverne)

Diagnosis
Dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis
3. Laboratorium : LED, BTA
4. Laringoskopi langsung atau tak langsung
- Aritenoid, plica vocalis, epiglottis merah, bengkak
- Nodul kekuningan pada interaritenoid & epiglotis

26
-Kombinasi ulserasi, edema,granulasi, pembentukan

tuberkuloma
5. Foto rontgen toraks
6. Pemeriksaan patologi anatomi: biopsi

Diagnosis Banding
1. Laringitis Leutika
2. Karsinoma Laring
3. Aktinomikosis Laring
4. Lupus Vulgaris Laring
Penatalaksanaan
1. Obat anti tuberculosis
2. Istirahatkan suara

Tabel 3.1 OAT

Kategor Kasus Jenis Obat

i
1 TB paru (kasus baru), BTA positif 2 RHZE / 4 RH atau

BTA negatif , pada foto toraks: lesi luas 2 RHZE / 4R3H3 atau

(+) 2 RHZE/ 6HE

TB Ekstra pulmonal
2 TB paru kasus kambuh 2RHZES / 1 RHZE / 5

TB Paru kasus gagal pengobatan RHE

2RHZES/1 RHZE/5

H3R3E3 (P2TB)

3 TB paru baru, sputum BTA negative, 2 RHZ / 4RH

rontgen positif dengan kelainan paru 2 RHZ / 4 R3H3

tidak luas 2RHZ / 6 HE

4 TB Paru kronik H seumur hidup

27
Bila mampu H lini ke

Prognosis
Tergantung pada keadaan social ekonomi pasien ,

kebiasaan hidup sehat serta ketekunan berobat. Bila

didiagnosis dapat ditegakkan

b) Laringitis Leutika
Etiologi
Treponema pallidum, bakteri yang berasal dari family

spirochaetaceae

Gambaran Klinik
Dalam hubungan penyakit dilaring yang perlu

dibicarakan ialah luas stadium tertier ( ketiga) yaitu

pada stadium pembentukan guma. Bentuk ini kadang

kadang menyerupai keganasan laring.


Apabila guma pecah maka timbul ulkus. Ulkus ni

mempunyai sifat yang khas yaitu sangat dalam bertepi

dengan dasar yg keras. Ulkus ini Tidak menyebabkan

nyeri dan menjalar dengan cepat.

1. Stadium Primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah ,

palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring

seperti juga penyakit luas diorgan lain. Gambaran

kliniknya tergantung pada penyakit primer, sekunder,

atau tersier.
2. Stadium Sekunder

28
Jarang ditemukan . terdapat eritema pada dinding

faring yang menjalar kearah laring.


3. Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada

tonsil dan palatum. Jarang pada dinding posterior

faring. Guma pada dinding posterior pharing dapat

meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat

menyebabkan kematian., bila sembuh terbentuk

jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan

fungsi palatum secara permanen.

Gejala Klinik
Suara Parau dan batuk kronik. Disfagia timbul bila ada

gumma dekat introitus osepagus. Diagnosis ditegakkan

selain pemeriksaan laringoskopik juga dengan

pemeriksaan serologik.

Pemeriksaan Diagnosis sifilis

-Pemeriksaan Treponema pallidum

-Tes Serologik Sifilis (STS)

Komplikasi
Stenosi laring karena terbentuk jaringan parut

Terapi
1. Pinisilin dosis tinggi
Benzatin penisilin G dengan dosis tergantung

stadium
Std I dan II : 4,8 juta unit
Std laten : 7,2 juta unit

29
Cara : injeksi intramuskular 2,4 juta unit/ kali

dengan interval 1 minggu

2. Pengangkatan skuester
3. Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis

dilakukan Trakeostomi

BAB IV
KESIMPULAN

1. Laringitis adalah suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh virus dan

dapat pula disebabkan oleh bakteri.

2. Etiologi Laringitis

Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti

influenza atau common cold. Menurut Rahul K shah etiologi dari laringitis

akut adalah : Infeksi (biasanya infeksi virus dari saluran pernafasa atas):

Rhinovirus, Parainfluenza virus, Respiratory syncytial virus, Adenovirus,

30
Influenza virus, Measles virus, Mumps virus, Bordetella pertusis,

Varicella-zozter virus, Gastroesophageal reflukx disease, Environmental

insults (polusi), Vocal trauma, komsumsi alkohol berlebihan, alergi,

penggunaan suara yang berlebihan, iritasi bahan kimia atau bahan lainnya.

Penyebab dari laringitis kronik sering disebabkan oleh sinusitis kronis,

deviasi septum yang berat, polip hidung, bronkhitis kronik atau

tuberkulosis paru. Penyebab tersering pada orang dewasa antara lain yaitu

merokok, alkoholik, Gastroesophageal reflux disease (GERD).

3. Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis dibedakan menjadi ;

a. Laringitis akut

b. Laringitis kronik

1) Laringitis Kronik Non Spesifik

2) Laringitis Kronik Spesifik

Laringitis Tuberkulosa

Laringitis Leutika

31
DAFTAR PUSTAKA

Hermani B, Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,


Hidung ,Tenggorokan, Kepala -Leher, edisi ke 5, Jakarta: FK UI 2003

Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak , Edisi ke 2, Jakarta: FK UI,
2003

Anonim . Laringitis Akut. Diakses dari


http://www.scribd.com/doc/39720287/Belibis-A17-Laringitis-Akut. [ Diakses 29
Juli 2012 ]

Anonim. Laingitis Kronis. Diakses dari


http://www.scribd.com/doc/52923642/laringitis-kronis. [ Diakses 29 Juli 2012 ]

Anonim. Laringitis Tuberkulosa.


http://www.scribd.com/doc/98400907/LARINGITIS-TUBERKULOSIS.
[ Diakses 29 Januari 2012 ]

32
Anonim. Medical Journal: Laringitis.
http://dinarhealth.blogspot.com/2010/06/laringitis.html. [ Diakses 31 juli 2012]

Banovetz JD, GAngguan Laring Jinak. Dalam BOIES-Buku Ajar THT.Edisi 6.


Jakarta: EGC, 1997.

Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES- Buku Ajar THT . Edisi 6.
Jakarta: EGC, 1997.

K Shah, Rahul ; Acute Laryngitis, Available at :

http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm. (Diakses : 31 juli 2012)

Rani Aziz, soegondo sidartawan, & Nasir Anna, Panduan Pelayanan Medik Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RS DR. Cipto Mangunkusumo 2004

33

You might also like