Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa tersebut terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan
organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan
umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa
muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Neonatal dengan
komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan
kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia (Kementerian Kesehatan, 2015). Komplikasi yang
menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi
(Riskesdas, 2007). Asfiksia saat lahir menjadi penyebab kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta
kematian neonatus di seluruh dunia setiah tahunnya (Kitamura et al, 2010).
Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke
pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan
yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk
mencari pertolongan kesehatan. Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah
penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau
komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik dirumah, sarana pelayanan kesehatan
dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain
manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, atau standar operasional pelayanan lainnya (Kementerian
Kesehatan, 2015).
Sekitar 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas saat lahir; dan kurang
dari 1% membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar selamat. Sebaiknya kurang lebih 90%
bayi baru lahir menjalani transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstra uterin tanpa kesulitan.
DEFINISI
Asphyxia is defined as progressive hypoxemia and hypercapnea accompanied by the
progressive development of metabolic acidosis. The definition has both clinical and
biochemical components, and indicates that, unless the process is reversed, it will lead to cellular
damage and ultimately death of the patient (www.cambridge.org).
membuka untuk meningkatkan aliran darah ke alveoli sehingga oksigen dapat diabsorpsi dan
dibawa ke sleuruh tubuh (Perinasia, 2012)
Bila transisi normal tidak terjadi, cadangan oksigen ke jaringan berkurang dan arteri di usus,
ginjal, otot, dan kulit akan konstriksi. Suatu refleks pertahanan hidup akan berusaha
mempertahankan atau meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak untuk
mempertahankan stabilitas pasokan oksigen. Redistribusi aliran darah ini mempertahankan
fungsi organ-organ vital. Akan tetapi, jika kekurangan oksigen berlanjut, fungsi miokardial
dan curah jantung akan mengalamai penurunan, tekanan darah menurun dan aliran darah
ke semua organ juga akan berkurang (irreversibel) sehingga menyebabkan kerusakan organ-
organ lain atau kematian.
Nilai APGAR adalah metode obyektf untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan berguna
untuk memberikan informasi mengenai keadaan bayi secara umum, serta responnya
terhadap resusitasi. Intervensi resusitasi adalah modifikasi dari nilai APGAR sehingga
resusitasi yang dilakukan pada saat nilai ditentukan harus dicatat. Nilai APGAR ditentukan
pada menit ke-1 dan menit ke-5 setelah lahir. Jika nilai APGAR pada menit ke-5 kurang
dari 7 maka ada tambahan nilai setiap 5 menit sampai 20 menit.
Evaluasi gawat napas menurut (PONEK, 2008) dapat menggunakan Skor Downe adalah
sebagai berikut:
Tabel. 2 Evaluasi gawat napas dengan menggunakan Skor Downe (Ponek, 2008)
Pemeriksaaan Skor
0 1 2
Frekuensi napas <60dpm 60-80 dpm >80dpm
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap
sianosis dengan walaupun diberi
pemberian O2 02
Suara Napas Suara napas di Suara napas di Tidak ada suara
kedua paru baik kedua paru napas di kedua
menurun paru
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan tanpa alat bantu
stetoskop
Evaluasi Total Nilai:
- <4 : Gawat napas ringan
- 4-7 : Gawat napas sedang
- >7 : Gawat napas berat
Nilai APGAR tidak digunakan untuk memulai tindakan resusitasi ataupun menunda
intervensi pada bayi dengan depresi sampai penilaian menit ke-1. Akan tetapi resusitasi
harus segera dimulai sebelum menit ke-1 dihitung.
2. Faktor Intrapartum
Kelahiran dengan ekstraksi Prolaps tali pusat
forsep Solutio placenta
Kelahiran prematur Perdarahan intrapartum
Partus lama (>24 jam) yang banyak
Ketuban pecah lama (>18 Penggunaan anastesi umum
jam sebelum persalinan)
Cairan ketuban hijai kental
bercampur mekonium
Tabel 3. Kerusakan sistem organ yang dapat terjadi setelah resusitasi dan terapi
Sistem Organ Komplikasi yang mungkin Tindakan Pasca Resusitas
terjadi
Otak - Apnea Monitor apnea
- Kejang Memberi ventilasi bila dibutuhkan
- Perubahan pada Memantau glukosa dan elektrolit
pemeriksaan neurologi Mencegah hipertermia
Mempertimbangkan terapi anti kejang;
hipotermia
Paru-paru - Hipertensi pulmoner Mempertahankan oksigenasi dan ventilasi
- Pneumonia adekuat
- Pneumothoraks Mempertimbangkan antibiotik
- Takipnea sementara Melakukan sinarX dan gas darah
- Sindrom aspirasi mekonium Menunda minum jika ada gawat napas
- Defisiensi surfaktan
Kardiovaskuler Hipotensi Memantau tekanan darah dan frekuensi
jantung
Mempertimbangkan penggantian
volume, diikuti pemberian inotropik jika
ada hipotensi
Ginjal Nekrosis tubuler akut Memantau produksi urin
Memantau serum elektrolit
Membatasi cairan bila bayi oliguri
sedangkan volume vaskuler cukup
Gastrointestinal - Ileus Menunda pemberian minum
- Enterokolitis nekrotikans Memberi cairan intravena
Mempertimvangkan nutrisi parenteral
Metabolik/ - Hipoglikemia Memantau gula darah
hematologik - Hipokalsemia, hiponatremia Memantau elektrolit
- Anemia, jika terdapat Memantau hematokrit
riwayat kehilangan darah Memantau platelet
akut
- Trombositopenia
Simpulan:
- Sebagian besar bayi lahir bugar. Hanya sekitar 10% bayi membutuhkan beberapa jenis
bantuan dan hanya 1% yang membutuhkan tindakan resusitasi lengkap untuk bertahan
hidup
- Ketika janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen akan terjadi perpasan cepat diikuti
oleh apneau primer dan penurunan frekuensi jantung, keadaan ini akan membaik
6
dengan rangsang taktil. Jika kekurangan oksigen tetap terjadi, makan akan terjadi
periode apnea sekunder selanjutnya diikutu penurunan frekuensi jantung dan tekanan
darah. Apnea sekunder tidak dapat diatasi dengan pemberian rangsangan; harus
diberikan ventilasi.
- Semua bayi baru lahir perlu penilaian awal untuk menetukan apakah resusitasi
dibutuhkan atau tidak
- Resusitasi harus dilakukan segera karena Anda memiliki waktu kurang lebih 30 detik
untuk melihat respon dari setiap tahap sebelum memutuskan ke tahap berikutnya;
evaluasi dan pengambilan keputusan didasarkan terutama pada pernapasan, frekuensi
jantung dan oksigenasi
- Tahap resusitasi neonatus adalah
A. Tahap awal
- Berikan kehangatan
- Posisikan kepala dan bersihkan jalan napas bila diperlukan*
- Keringkan dan rangsang bayi agar bernapas
- Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung dan oksigenasi
B. Berikan ventilasi tekanan positif dengan alat resusitasi tekanan positif dan pasang
oksimetri*
C. Berikan kompresi dada sambil melanjutkan bantuan ventilasi dan masukkan kateter
vena umbillikalis*
D. Berikan epineprin sambil melanjutkan bantuan kompresi dada*
*pertimbangkan intubasi trakea pada titik-titik ini
DAFTAR PUSTAKA
Cambridge University Press, Fetal and Neonatal Brain Injury: Mechanisms, Management and
the Risks of Practice, Third Edition, www.cambridge.org
Kitamura T, Iwami T, Kawamura T, Nagao K, Tnaka H, Nadkarni VM, Berg RA, Hiraide A
(2010) Conventional and Chest Compression only Cardiopulmonary Resucitation by Standers
for Children who have out of hospital Cardiac Arrest: a Prospectives, nationwide, population
based cohort study. Lancet; 375, 1347-1354.