Professional Documents
Culture Documents
PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
Banjar Dinas Kubuanyar, Desa Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kode Pos 81772, E-mail : puskesmaskubutambahani@yahoo.com
NOMOR : 222.I7
TENTANG
PENETAPAN INDIKATOR LAYANAN KLINIS
KEPALA,
PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
Banjar Dinas Kubuanyar, Desa Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kode Pos 81772, E-mail : puskesmaskubutambahani@yahoo.com
JENIS NILAI
NO INDIKATOR
PELAYANAN
1. Pelayanan Gawat 1. Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang 100%
Darurat Bersertifikat(ATLS/ BTLS/ ACLS/
PPGD/ GELS ) yang masih berlaku.
2. Ketersediaan tim penanggulangan bencana 1 Tim
3. Jam buka pelayanan gawat darurat 24 Jam
4. Waktu tanggap pelayanan dokter di Gawat 5 menit terlayani
Darurat setelah pasien datang
5. Ketepatan pelayanan triase . 90 %
6. Kepuasan pasien . 70 %
2. Pelayanan Rawat 1. Ketersediaan dokter sesuai standar 100 %
Jalan permenkes No 75/2014
2. Tempat tidur dengan pengaman 100 %
07.30 s/d 14.30 Setiap
hari kerja
3. Jam buka pelayanan dengan ketentuan kecuali jumat: 07.30
11.30
Sabtu: 07.30-13.30
4. Waktu tunggu rawat jalan 60 %
Tersedia dengan tenaga
5. Ketersediaan layanan VCT (HIV)
terlatih
6. Peresepan obat sesuai formulatorium 100%
7. Pencatatan dan pelaporan TB di 60 %
Pukesmas
8. Kepuasan pasien 80 %
Sesuai persyaratan
3. Pelayanan Farmasi 1. Pemberi pelayanan farmasi
permenkes No 75/2014
Sesuai persyaratan
2. Fasilitas dan peralatan pelayanan farmasi
permenkes No 75/2014
Tersedian dan aptaded
3. Ketersediaan formularium
paling lama 3 thn
4. Waktu tunggu pelayanan obat jadi 30 menit
5. WAktu tunggu pelayanan obat racikan 60 menit
6. Tidak adanya kejadian kesalahan 100 %
Pemberian obat
7. Kepuasan pelanggan 80%
Pelayanan 1. Penanggung jawab laboratorium sesuai 100 %
4.
laboratorium dengan permenkes No 75/2014
2. Fasilitas dan peralatan laboratorium sesuai 100%
Permenkes 75/2014
3. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium 120 menit
4. Tidak adanya kejadian tertukar specimen 100 %
pemeriksaan
Sesuai standar klinik
5. Kemampuan Microskopis TB paru
VCT
6. Kemampuan melakukan pentapisan Tersedia tenaga,
(screening) HIV-AIDS peralatan dan reagen
untuk pemeriksaan
microskopis
tubertulocis
7. Tidak adanya kesalahan pemberian hasil 100 %
pemeriksaan laboratorium
8. Kesesuaian hasil pemeriksaan baku mutu 100 %
eksternal
9. Kepuasan pelanggan 80 %
Ditetapkan di : Kubutambahan
Pada tanggal : 9 mei 2016
KEPALA,
PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
Banjar Dinas Kubuanyar, Desa Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kode Pos 81772, E-mail : puskesmaskubutambahani@yahoo.com
KEPUTUSAN PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
NOMOR : 222.17
TENTANG
PENETAPAN INDIKATOR LAYANAN KLINIS
MEMUTUSKAN
KEDUA : Surat keputusan ini beraku pada tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kubutambahan
pada tanggal : 9 Mei 2016
KEPALA,
PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
Banjar Dinas Kubuanyar, Desa Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kode Pos 81772, E-mail : puskesmaskubutambahani@yahoo.com
PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
Banjar Dinas Kubuanyar, Desa Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kode Pos 81772, E-mail : puskesmaskubutambahani@yahoo.com
Ditetapkan di : Kubutambahan
pada tanggal : 9 Mei 2016
KEPALA,
Maksud dari sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagianbagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis solusi dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain system yang baik secara intrinsic adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi. Sedapat mungkin sasaran
secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien
adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut:
SASARAN I
Standar SKP I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi hampir disemua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien
yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar ,terbentur tempat tidur
/lokasi puskesmas ,adanya kelainan sensori atau akibat situasi lain.
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kalin pencegahan yaitu, pertama, untuk
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan.
Kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan
dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi,
khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, pengambilan darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas , pasien
dengan bar-code, dan cara lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk
identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di
lokasi yang berbeda dipuskesmas , seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau
pasien koma tanpa identitas, Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan
kebijakan dan/atau prosedur untuk memastikan semua situasi yang memungkinkan untuk
diidentifikasi.
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi
SASARAN II
PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Standar SKP II
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien akan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
berbentuk elektronik, lisan, atau secara tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan melalui telpon. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan antara lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
meelaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah
lisan dan telepon termasuk mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima perintah kemudian penerima perintah kembali (read back)
perintah atau hasil pemeriksaan dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan
bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali(read back) bila tidak
memungkinkan seperti di situasi gawat darurat
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon hasil pemeriksaan dibaca kembali secara lengkap oleh
penerima perintah
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara konsisten.
SASARAN III
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
SASARAN IV
Standar SKP IV
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien
Salah lokasi, salah prosedur, adalah suatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di
Puskesmas. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak
adekuat antara anggota tim, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi. Di samping itu asesmen pasien yang tidak
adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar anggota tim. Permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan
yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor
kontribusi yang sering terjadi.
Puskesmas perlu secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang
efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek
berbasis bukti seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety
(2009), juga di The Joint Commissions Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery.
Elemen penilaian sasaran IV
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental de
yang dilaksanakan di Puskesmas
SASARAN V
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
Maksud dan tujuan sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun profesional pelayanan kesehatan.
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran
Kemih , infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene yang bisa dibaca di keputusan WHO, dan berbagai organisasi
nasional dan intemasional. Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang
diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di Puskesmas
SASARAN VI
Standar SKP VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya
Puskesmas perlu mengevaluasi pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan Puskesmas
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh dan
melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan dan lain-lain
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh
dan dampak dari kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau posedur dikembangkan untuk mengarahkan pengukuran
berkelanjutan resiko pasien cidera akibat jatuh di Puskesmas
DITETAPKAN DI : KUBUTAMBAHAN
PADA TANGGAL :
KEPALA PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
PUSKESMAS KUBUTAMBAHAN I
Banjar Dinas Kubuanyar, Desa Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kode Pos 81772, E-mail : puskesmaskubutambahani@yahoo.com