You are on page 1of 7

Pengertian Anamnesis

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.

Tujuan Anamnesis
Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang
sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka
informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang
hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum
sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan
anamnesis yang benar.
Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang
dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan
dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas
seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu
pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat
mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan
selanjutnya.

Jenis Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis atau
Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu
anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab
semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik
karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia
rasakan.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien
yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien
anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat
dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam
praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.

Persiapan untuk anamnesis


Anamnesis yang baik hanya dapat dilakukan apabila dokter yang melakukan anamnesis tersebut
menguasai dengan baik teori atau pengetahuan kedokteran. Tidak mungkin seorang dokter akan
dapat mengarahkan pertanyaan-pertanyaannya dan akhirnya mengambil kesimpulan dari
anamnesis yang dilakukan bila dia tidak menguasai dengan baik ilmu kedokteran. Seorang
dokter akan kebingungan atau kehilangan akal apabila dalam melakukan anamnesis tidak tahu
atau tidak mempunyai gambaran penyakit apa saja yang dapat menimbulkan keluhan atau gejala
tersebut, bagaimana hubungan antara keluhan-keluhan tersebut dengan organ-organ tubuh dan
fungsinya. Umumnya setelah selesai melakukan anamnesis seorang dokter sudah harus mampu
membuat kesimpulan perkiraan diagnosis atau diagnosis banding yang paling mungkin untuk
kasus yang dihadapinya. Kesimpulan ini hanya dapat dibuat bila seorang dokter telah
mempersiapkan diri dan membekali diri dengan kemampuan teori atau ilmu pengetahuan
kedokteran yang memadai.
Meskipun demikian harus disadari bahwa tidak ada seorang dokterpun yang dapat dengan yakin
menyatakan bahwa dia pasti selalu siap dan mampu mendiagosis setiap keluhan pasiennya.
Bahkan seorang dokter senior yang sudah berpengalaman sekalipun pasti pernah mengalami
kebingungan ketika menghadapi pasien dengan keluhan yang sulit dianalisa.

Cara melakukan anamnesis


Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter,
antara lain :
1. Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi
pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana
diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.

2. Penampilan dokter
Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan
pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari pada yang tampak
lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter yang tampak ramah, santai akan lebih mudah
melakukan anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.

3. Periksa kartu dan data pasien


Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan
cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi
kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu
datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk
pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data
kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.

4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya


Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa
menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti
cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien
bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau
informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga
melantur kemana mana.

5. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti


Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat dimengerti
pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit
dimengerti, berika penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.

6. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang dokter melakukan
anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.

7. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik pasien.
Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi bebas atau
posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat
bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu,
pucat dan lain-lain.

8. Gunakan metode yang sistematis


Anamnesis yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang
baku. Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada informasi yang terlewat.

Tantangan dalam Anamnesis


1. Pasien yang tertutup
Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab pertanyaan-
pertanyaan dokternya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau tertekan, tidak
leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya yang demikian karena gangguan
depresi atau psikiatrik. Tergantung masalah dan situasinya kadang perlu orang lain (keluarga atau
orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter (heteroanamnesis),
tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien
dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-hari berikutnya setelah
pasien lebih tenang dan lebih terbuka.

2. Pasien yag terlalu banyak keluhan


Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke dokter dengan begitu banyak keluhan dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-milah keluhan mana yang
merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan
latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang
merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak keluhan harus
dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau kebetulan pada saat
tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.

3. Hambatan bahasa dan atau intelektual


Seorang dokter mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang mayoritas
penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai. Keadaan semacam ini dapat
menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter harus segera belajar bahasa daerah
tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan perawat atau
petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan selama
anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang karena
intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan dokternya.
Seorang dokter dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan
dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.

4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa


Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan dengan penderita
gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan
tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut
terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung
dan kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.

5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan


Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan marah dan
cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter yang pernah
memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan yang
dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan
diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut terpancing
dengan menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter
juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan
menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.

Sistematika Anamnesis
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang baku
sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis seorang dokter
tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini
juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya.
Sistematika tersebut terdiri dari :
1. Data umum pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat kebiasaan/sosial
7. Anamnesis sistem
1. Data umum pasien
a. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
b. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
c. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk
menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan
penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
d. Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat
sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya.
Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau
untuk data epidemiologi penyakit.
e. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan
pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-
pekerjaan sebelumnya.
f. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
g. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan)
seorang pasien menurut agamanya.
h. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan ras/suku bangsa tertetu.

2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Tidak jarang pasien datang
dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan cermat untuk
menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang
dokter sudah mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan
dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu dalam mengarahkan pertanyaan-
pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan
diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan diagnosis.
Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat
penyakit sekarang, yakni : (1) kronologi atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi
keluhan utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha berobat. Selama melakukan
anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara detail dan lengkap.
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan munculnya
keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya
apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya
datang mencari pertologan medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala tersebut bersifat akut
atau kronik, apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor yang mencetuskan atau
memperberat penyakit atau faktor-faktor yang memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut
bersifat serangan maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan dan durasi
atau lamanya serangan tersebut.
Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang menyertai keluhan
atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha berobat yang sudah dilakukan untuk
penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan atau tindakan apa saja yang sudah dilakukan dan obat-
obat apa saja yag sudah diminum.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu secara
lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat ini merupakan
kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
5. Riwayat penyakit Keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang tidak cukup hanya
menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi,
saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan dianjurkan untuk
membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi
untuk menderita penyakit yang sama.
6 Riwayat Kebiasaan/Sosial
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi penyebab
penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu menanyakan apakah pasien
mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan sudah berapa lama dan berapa
banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia
remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-
obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.
7. Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara singkat dan sistematis
menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada dan belum disebutkan oleh pasien.
Keluhan ini mungkin saja tidak berhubugan dengan penyakit yang sekarang diderita tapi
mungkin juga merupakan informasi berharga yang terlewatkan.

Kesimpulan Anamnesis
Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan dari anamnesis yang
dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal
atau diagnosis banding dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis dan
sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang sulit dengan banyak keluhan
yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka cobalah dengan membuat daftar masalah atau
keluhan pasien. Daftar tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan fisik
atau pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada akhirnya dapat dibuat suatu
diagosis kerja yang lebih terarah.

a. Identitas pasien diperlukan sebagai pasca tindakan dapat pula sebagai data mortem
(dental forensic
b. Keluhan utama (Chief Complaint CC)
Berkaitan dengan keluhan oleh pasien datang kedokter gigi keluhan utama pasien akan
berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam menentukan tindakan yang akan
dilakuhkan kepada pasien. Contoh rasa sakit ataupun ngilu rasa tidak nyaman,
pembengkakan, perdarahan, halitosis, rasa malu karena penampilan.

c. Present illness (Present Illness PI)


Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka perlu dilakuhkan pengembangan
masalah yang ada dalam keluhan utama dan lain - lain. Mencari tahu kapan pasien
merasakan sakit/ rasa tidak nyaman sejak pertama kali terasa, apakah bersifat berselang
atau terus menerus, dilihat apakah terlalu pasien merasakan sakit, dilihat faktor pemicunya
contoh lokasi, faktor pemicu, karakter, keparahan, penyebaran.

d. Riwayat medik (medikal history/ PMH)


Apakah pasien pernah rawat inap dirumah sakit karena dengan gejala umum demam,
penurunan berat badan serta gejala umum lainnya. Perawatan bedah, radiologi, alergi obat
dan makanan, anestesi, dan rawat inap dirumah sakit karena penyakit riwayat umum. Jika
pasien pernah rawat inap.
e. Riwayat dental (Post Medical History PDH)
Apakah pasien pernah datang kedokter gigi karena akan mempengaruhi seseorang dokter
gigi dalam meninjau tindakan perawatan pada pasien yaitu pasien rutin kedokter gigi apa
tidak, sikap pasien datang kedokter gigi saat dilakuhkan perawatan, keluhan gigi pasien,
perawatan restorasi, dll. Jika pasien pernah datang kedokter gigi.

f. Riwayat keluarga (Famili History FH)


Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan riwayat penyakit keluarga,
seperti ayah ibu pernah rawat inap dirumah sakit, ayah ibu pernah berkunjung kedokter
gigi memeriksakan keluhan.

g. Riwayat sosial (Sosial History SH)


Riwayat sosial yang dapat dipertimbangkan
1. Apakah pasien masih memiliki keluarga
2. Keadaan sosial ekonomi pasien
3. Pasien pergi kekeluar negeri
4. Riwayat seksual pasien
5. Kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan
6. Informasi tentang diet makan pasien

Prognosis adalah yang digunakan dalam menyampaikan suatu tindakan untuk memprediksi
perjalanan penyakit yang didasarkan pada informasi diagnosis yang tersedia. istilah medis ini
yang menunjukkan prediksi dokter tentang bagaimana pasien akan berkembang, dan apakah ada
kemungkinan pemulihan. Istilah ini juga sering digunakan dalam laporan medis dari pandangan
dokter pada suatu kasus, seperti prognosis penyakit kanker, patah kaki dan lain lain. Tujuan
dari prognosis adalah untuk mengkomunikasikan prediksi dari kondisi pasien di masa datang,
dengan penyakit yang telah dideritanya.Fungsi dari prognosis ini adalah menentukan rencana
terapi selanjutnya, sabagai bahan pertimbangan perawatan dan rehabilitasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat prognosa, seperti Sifat atau ciri ciri
gangguan yang dialami pasien, Fungsi apa yang paling tinggi tingkat aktivitasnya dan yang
masih bisa berfungsi dengan baik dan Masalah umum, misalnya jika terjadi pada usia awal.
Biasanya pronosisnya lebih buruk, terutama untuk perkembangan selanjutnya. Sehingga kita
harus memperhatikan adanya Dukungan sosial yang mungkin akan diterima pasien dari
lingkungan untuk membuatnya lebih baik dan Bentuk tindakan yang efektif serta tindakan yang
pernah gagal dilakukan, penting untuk diperhatikan.

Sebuah prognosis tidak selalu berakibat fatal, tetapi hanya mengungkapkan apa yang paling
mungkin terjadi di masa depan berdasarkan apa yang diketahui pada saat dilakukan pemeriksaan.
Untuk membuat prognosis yang akurat ,sangat sulit. Terkadang diagnosis tidak akurat, terjadi
baik karena hasil tes tidak akurat, atau karena salah tafsir informasi. Terkadang diagnosis yang
tepat, tetapi prognosis tidak akurat. Kadang-kadang kedua diagnosis dan prognosis yang akurat.

Penilaian atau prediksi dilakukan dengan sangat hati hati sehingga bisa mencapai prognosis
yang akurat, berdasarkan diagnosis yang ada. Hal Ini merupakan upaya untuk mengantisipasi
adanya konsekuensi yang lebih berat lagi pada saat pemulihan atau penyembuhan suatu penyakit.
Untuk mewujudkan penyembuhan yang efektif dibutuhkan prognosis yang efektif pula.

Contoh lain, yaitu Prognosis kanker payudara mengacu pada kesempatan untuk penyembuhan
atau perpanjangan hidup (survival) dan tergantung pada di mana kanker berada, ukuran kanker,
adanya gejala, jenis kanker paru-paru, dan status kesehatan secara keseluruhan pasien. Untuk
orang didiagnosis dengan kanker, prognosis mungkin suram, memprediksi kematian hanya
dalam beberapa bulan atau minggu yang singkat, disinilah perlunya perhatian dalam
penyampaian hasil dari prognosis itu sendiri.
Untuk menyusun rencana perawatan dapat dilakukan secara bertahap melalyi prosedur berikut
ini:
1 Membuat daftar masalah sesuai dengan prioritas kebutuhan atau kegawatannya. Masalah
pasien pada umumnya dapat dikelompokkan sesuai keterkaitannya dengan keluhan utama,
komplikasi-komplikasi medik yang potensial dan berbagai kondisi atau penyakit oral yang ada.
2 Langkah berikutnya ialah membuat daftar berbagai kemungkinan solusi dan implikasinya
dalam rencana perawatan untuk setiap masalah.
3 Memilih kemungkinan solusi terbaik untuk setiap masalah tersebut dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan pasien, pertimbangan teknis, dan kebutuhan perawatan dental
yang lain.
4 Tahapan selanjutnya ialah menyusun solusi masalah pasien tersebut berdasarkan Skala
prioritasnya mulai dari perawatan simptomatik, pengendalian penyakit, diikuti dengan
perawatan aktif dengan prosedur restoratif.
5 Memilih cara pendekatan perencanaan perawatan yang tepat sesuai dengan yang
dikehendaki pasien mulai dari perawatan darurat, pengendalian penyakit, perawat
an menyeluruh, terbatas atau perawatan yang sifatnya sementara.

Pada waktu mengelola kasus-kasus oral perlu diperhatikan beberapa unsur yang harus
dilibatkan dalam perencanaan perawatan, antara lain:
Rencana prosedur diagnostik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis difinitif perlu
dinyatakan dalam perencanaan perawatan.
Perencanaan harus disusun runtut sesuai dengan masalah yang ada.
Edukasi pasien dimasukkan dalam perencanaan perawatan.
Perlu dinyatakan langkah langkah asesmen dan tindak lanjut yang akan dilakukan termasuk
evaluasi pasta perawatan
Perawatan tambahan yang harus dilakukan sebagai konsekuensi perawatan atau tindakan
yang akan dilakukan.

You might also like