You are on page 1of 19

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI

JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
ABSTRAK
Korosi sangatlah dihindari pada kondisi apapun dan , terutama di perusahaan yang
berkecimpung dan berhubungan dengan logam seperti perusahaan minyak dan gas,perusahaan
pertambangan, perusahaan manufaktur logam, dan lain-lain. Korosi sangat berbahaya karena
dapat menurunkan kekuatan dan sifat mekanik pada suatu logam seperti Fe. Turunnya kekuatan
logam mempengaruhi kinerja dari suatu logam tersebut dan menyebabkan kurang maksimalnya
dari alat tersebut. Hal ini sangat berbahaya pada suatu industri bila terus dibiarkan. Korosi selain
dapat mendegradasi suatu logam seperti Fe. Korosi sendiri juga dipengaruhi oleh oksigen.
Percobaan ini bertujuan agar dapat mengetahui apa yang tejadi pada suatu logam (besi) jika
terjadi perbedaan konsentarasi oksigen sehingga menghasilkan beda potensial yang dapat
menyebabkan korosi dan menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel aerasi. Untuk
melakukan percobaan ini, bahan yang diperlukan yaitu aerator, sebuah multitester, jembatan
garam, dan dua buah beakerglass 1000ml. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu dua buah
logam besi dan larutan NaCl 3% sebanyak 750ml. Untuk melakukan percobaan ini, pertama
kali yang dilakukan yaitu memasukkan logam besi kedalam beakerglass yang sudah tersisi
larutan NaCl 3%. Lalu kedua beakerglass ini dihubungkan dengan jembatan garam, sedangkan
kedua logam dihubungkan dengan multitester. Mengatur letak logam agar terjadi beda potensial
antara kedua logam sebesar nol. Selanjutnya, aerator diinjeksikan kesalah satu beakerglass
sehingga oksigen dapat masuk kedalam larutan. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan beda
potensial. Beda potensial ini kemudia dicatat tiap menitnya sampai menit ke-lima. Dari
percobaan didapat bahwa tiap kenaikan waktu (menit) akan mengakibatkan beda potensial
semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada menit pertama sampai menit ke-lima yaitu -2,2V, -
6,4V, -3,7V, -12,3Vdan -48,8V dengan jumlah oksigen terlarut sebesar 0 mol pada deaerasi dan
4,46 x 10-17 molar; 5,24 x 10-17 molar; 4,78x10-17 molar; 6,606x10-17molar dan 32,75x10-16
molar pada aerasi.

Kata Kunci : Korosi, Sel aerasi, Potensial, Oksigen

LAPORAN PRAKTIKUM
i
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
DAFTAR ISI
ABSTRAK .....i
DAFTAR ISI .ii
DAFTAR GAMBAR.iii
DAFTAR TABEL..iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.1
I.2 Rumusan Masalah1
I.3 Tujuan Percobaan 1
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Mekanisme Korosi..2
II.2 Sel Deferensial Aerasi 3
II.3 Polarisasi.4
BAB III METODE PERCOBAAN
III.1 Diagram Alir.6
III.2 Alat dan Bahan Percobaan....6
III.3 Metode Percobaan.7
III.4 Skema Percobaan .7
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan
IV.1 Analisis Data...9
IV.2 Pembahasan..12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....13
DAFTARP PUSTAKA .iii
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

LAPORAN PRAKTIKUM
ii
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Skema demonstrasi korosi yang disebabkan oleh konsentrasi oksigen ......... 5
Gambar II.2 Kombinasi polarisasi aktivasi dan konsentrasi ............................................... 6
Gambar III.1. Diagram Alir Skema Percobaan ................................................................... 7

LAPORAN PRAKTIKUM
iii
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Gambar Skema Percobaan ................................................................................ 8


Tabel IV.1 Data Hasil Pengamatan ..................................................................................... 10
Tabel IV.2. Data Hasil Perhitungan Molaritas .................................................................... 12

LAPORAN PRAKTIKUM
iv
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari akan seringkali dijumpai proses korosi yang terjadi di
lingkungan sekitar kita. Seperti korosi yang terjadi pada barang barang logam Fe (Besi) salah
satu contohnya korosi pada ketel yang terbuat Fe, peralatan kendaraan yang terbuat Fe,dll.
Sebenarnya korosi tidak hanya terjadi pada logam Fe, bisa terjadi pada logam yang non ferrous
seperti Al, ,dan logam non inert lainnya.
Korosi sangatlah dihindari pada kondisi apapun dan , terutama di perusahaan yang
berkecimpung dan berhubungan dengan logam seperti perusahaan minyak dan gas,perusahaan
pertambangan, perusahaan manufaktur logam, dll. Korosi sangat berbahaya karena dapat
menurunkan kekuatan dan sifat mekanik pada suatu logam seperti Fe. Turunnya kekuatan
logam mempengaruhi kinerja dari suatu logam tersebut dan menyebabkan kurang maksimalnya
dari alat tersebut. Hal ini sangat berbahaya pada suatu industri bila terus dibiarkan. Korosi selain
dapat mendegradasi suatu logam seperti Fe, korosi juga dapat menghasilkan lapisan yang
melindungi logam itu sendiri seperti yang terjadi pada logam Al. Pada kondisi tertentu sudah
banyak perlindungan maupun pengendalian korosi pada suatu logam agar tidak terkorosi.
Korosi sendiri juga dipengaruhi oleh oksigen. Dalam praktikum kali ini akan mencari
bagaimana hubungan jumlah kandungan oksigen dengan proses korosi pada reaksi elektrolisa,
dimana dua logam yang memiliki potensial yang berbeda dihubungkan pada lingkungan yang
korosif.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menunjukkan adanya beda potensial antara 2 larutan dengan perbedaan
konsentrasi oksigen?
2. Bagaimana menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel aerasi

I.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan percobaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan adanya beda potensial antara 2 larutan dengan perbedaan konsentrasi
oksigen.
2. Menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel aerasi

LAPORAN PRAKTIKUM
1
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mekanisme Terjadi Korosi
Korosi merupakan penurunan kualitas yang disebabkan oleh reaksi kimia bahan logam
dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam . Korosi yang di berdasarkan proses elektro-
kimia
(electrochemical process) terdiri dari 4 komponen utama yaitu:
a) Anode (Anoda)
Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron dari atomatom logam
netral untuk membentuk ion ion yang bersangkutan. Ion-ion ini mungkin tetap tinggal dalam
larutan atau bereaksi membentuk hasil korosi yang tidak larut. Reaksi pada anoda dapat
dituliskan dengan persamaan :
M M Z+ + ze-
Dengan z adalah valensi logam dan
umumnya z = 1, 2, atau 3
b) Cathode (Katoda)
Katoda biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan
dalam kondisi-kondisi tertentu. Reaksi yang terjadi pada katoda berupa reaksi reduksi. Reaksi
pada katoda tergantung pada pH larutan yang bersangkutan, seperti :
1) pH < 7 : H+ + e- H ( atom )
2H H2 ( gas )
2) pH 7 :2H2O+O2+4e- 4OHc)
c) Elektrolit
Elektrolit adalah larutan yang mempunyai sifat menghantarkan listrik. Elektrolit dapat
berupa larutan asam, basa dan larutan garam. Larutan elektrolit mempunyai peranan penting
dalam korosi logam karena larutan ini dapat menjadikan kontak listrik antara anoda dan katoda
d) Anoda dan Katoda harus terhubung
secara elektris Antara anoda dan katoda harus ada hubungan listrik agar arus dalam sel korosi
dapat mengalir. Hubungan secara fisik tidak diperlukan jika anoda dan katoda
merupakan bagian dari logam yang sama.
(M. Fajar Sidiq,2013)
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan /
reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai
kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif
(elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah
peristiwa korosi.Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi
(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.Dari
reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air.
(Yoga Digda Pratama,2011)

LAPORAN PRAKTIKUM
2
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Pada material logam, proses korosi terjadi secara elektrokimia, yaitu reaksi kimia
dimana terjadi perpindahan elektron dari unsur kimia satu ke unsur kimia lainnya. Atom logam
memiliki karakteristik memberikan/kehilangan elektron, hal tersebut dinamakan reakasi
oksidasi.

Dimana M menjadi bermuatan ion positif n+ karena kehilangan elektron. Sebaliknya apabila
suatu unsur menerima pemberian elektron dari unsur pemberi elektron, hal tersebut dinamakan
reaksi reduksi.

Dimana ion Mn+ menerima elektron sehingga muatannya menjadi M. Lokasi dimana
ditemukannya reaksi reduksi dinamakan katoda. Sedangkan lokasi ditemukannya reaksi
oksidasi dinamakan anoda. Biasanya reaksi reduksi dan oksidasi berjalan beriringan namun bisa
dianggap sebagai setengah reaksi apabila reaksi yang ditunjukkan hanya salah satu reaksi saja.
(Callister & Rethwisch, 2014)

II.2 Sel Diferensial Aerasi: Konsentrasi Oksigen


Kandungan oksigen pada sebuah larutan merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi korosi pada besi dan berbagai macam logam. Mengurangi kadar oksigen dengan
deaerasi merupakan cara untuk menghambat korosi, seperti pada kasus boiler yang dioperasikan
menggunakan air yang telah di-deaerated.
Sel diferensial aerasi dapat mengakibatkan crevice, Lap Joints, debu dan debris. Pada
kondisi tersebut, area yang kurang oksigen akan menjadi anoda, sedangkan area yang
mempunyai akses oksigen bebas menjadi katoda.
Korosi akibat sel aerasi terjadi dimana terdapat perbedaan konsentrasi dari oksigen
terlarut (DO) dari dua titik yang berbeda pada logam yang sama. Karena arah rekasi selalu
mengarah pada kondisi setimbang, satu-satunya cara agar tercapai kesetimbangan adalah
dengan mereduksi konsentrasi oksigen yang tinggi. Reaksinya sebagai berikut

LAPORAN PRAKTIKUM
3
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Gambar II.1 Skema demonstrasi korosi yang disebabkan oleh konsentrasi oksigen.
(Roberge, 2008)
II.3 Polarisasi
Polarisasi merupakan perubahan potensial dari keadaan stabil, misalnya dari potensial
elektroda rangkaian terbuka sebagai hasil dari aliran arus. Hal ini juga mengacu pada perubahan
potensial elektroda selama elektrolisis, sehingga potensial dari sebuah anoda menjadi lebih
mulia, dan bahwa katoda lebih aktif, dibandingkan potensial masing-masing reversibel. Sering
dilakukan dengan pembentukan lapisan pada permukaan elektroda.
Polarisasi adalah salah satu bentuk reaksi korosi yang merupakan penyebab timbulnya
karat pada kerusakan logam. Secara definitif polarisasi itu adalah proses pengutuban ion
hidrogen secara kimia listrik sehingga terbentuk gas hidrogen dengan bantuan pengikatan
elektron yang dihasilkan dari proses degradasi logam.
Polarisasi kadang-kadang juga disebut sebagai "overvoltage" atau "overpotential".
Dalam beberapa buku elektrokimia, ada perbedaan antara tegangan berlebih dan potential
berlebih. Yang pertama mengacu pada perbedaan antara potensial elektroda yang sebenarnya
di mana elektrolisis dimulai dan potensial elektroda reversibel (potensial redoks standar), yang
terakhir mengacu pada potensi penyimpangan dari keseimbangan potensial dalam suatu sistem.
Dalam konteks korosi, polarisasi mengacu pada pergeseran potensial dari potensial
rangkaian terbuka (potensial korosi bebas) dari sistem korosi. Jika pergeseran potensial dalam
arah "positif" (atas Ecorr), hal itu disebut "polarisasi anodik". Jika pergeseran potensial dalam
arah "negatif" (bawah Ecorr), hal itu disebut "polarisasi katodik".
Untuk semua logam dan paduan dalam lingkungan basah, polarisasi katodik selalu
mengurangi laju korosi. Proteksi katodik pada dasarnya penerapan polarisasi katodik ke sistem
korosi. Untuk sistem non-pasif (misalnya baja dalam air laut), polarisasi anodik selalu
meningkatkan laju korosi. Untuk sistem yang menunjukkan transisi aktif ke pasif, polarisasi

LAPORAN PRAKTIKUM
4
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
anodik akan meningkatkan laju korosi pada awalnya dan kemudian menyebabkan penurunan
drastis laju korosi. Perlindungan anodik dasarnya penerapan polarisasi anodik ke sistem korosi.

Gambar II.2 Kombinasi polarisasi aktivasi dan konsentrasi.


(Whitten, et al., 2013)

LAPORAN PRAKTIKUM
5
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Diagram Alir

Mulai

Prepasi Alat dan


Bahan

Merangkai rangkain
listrik

Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan


garam

Menginjeksikan Tanpa injeksi oksigen


oksigen pada gelas 1 pada gelas 2

Mencatat potensial yang timbul

Analisa data dan pembahasan

Selesai

Gambar III.1 Diagram Alir Skema Percobaan

III.2 Alat dan Bahan Percobaan


III.2.1 Alat-Alat Percobaan
1. Beaker Glass 1000 ml 2 Buah
2. Multitester 1 Buah
3. Jembatan Garam 1 Buah
4. Aerator 1 Buah
III.2.2 Bahan-Bahan Percobaan
1. Logam Fe dengan luas permukaan sama 2 Buah
2. Larutan NaCl 3% 750 ml

LAPORAN PRAKTIKUM
6
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
III.3 Metode Percobaan
1. Mengisi kedua beaker glass masing-masing dengan larutan 3% NaCl sebanyak 750 ml.
2. Menghubungkan kedua beaker glass tersebut dengan jembatan garam pipa U.
3. Mencelupkan lempeng baja yang sudah diamplas ke dalam masing-masing beaker glass
dan menghubungkan dengan multitester seperti pada gambar.
4. Mengatur posisi kedua lempeng baja tersebut hingga multitester menunjukan harga beda
potensial nol.
5. Menginjeksikan oksigen dengan menggunakan aerator di salah satu beaker glass.
6. Mencatat potensial yang timbul setelah beberapa menit.

III.4 Skema Percobaan


Tabel III.1 Gamber Skema Percobaan

Menyiapkan larutan 3% NaCl


Menyaipkan alat dan bahan
sebanyak 750 ml
berupa voltameter, kabel, dan
jembatan garam

Menyusun rangkaian seperti gambar dibawah ini dan meginjeksikan


aerator

LAPORAN PRAKTIKUM
7
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Mencatat perubahan
potensial yang terjadi

LAPORAN PRAKTIKUM
8
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Data


Tabel IV.1 Data Hasil Pengamatan
Waktu (Menit) Beda Potensial (mV) Keterangan ( )

0 0 Dearisasi

1 -2,2 Aerasi

2 -6,4 Aerasi

3 -3,7 Aerasi

4 -12,3 Aerasi

5 -48,8 Aerasi

a) Reaksi yang terjadi


Sebelum di couple (Aerasi)
Anoda : 2Fe 2Fe2+ + 4e- E = -0,44 V
Katoda : O2 + 2H2O + 4e- 4OH- E = 1,23 V
: 2Fe + 2O2 + 2H2O 2Fe2+ + 4OH- E = 0,79 V
Sebelum di couple (Daerasi)
Anoda : 2Fe 2Fe2+ + 4e- E = -0,44 V
Katoda : 2H2O + 4e- 4H2 + 2OH- E = - 1,23 V
: 2H2O + 2Fe 2Fe2+ + 2OH- + 4H2 E = 0,79 V
Setelah di Couple :
Sel Aerator, Bersifat katodik :O2 + 2H2O + 4e- 4OH- E = 1,23 V
Sel Deaerator, Bersifat anodic :2Fe 2Fe2+ + 4e- E = -0.44 V
O2 + 2H2O + 2Fe 4OH- + 2Fe2+ E = 0,79 Volt
b) Mencari nilai OH-

0.059 []
Persamaan Nerst: = ..(4.1)
[]

LAPORAN PRAKTIKUM
9
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Pada waktu (t) 1 menit dan beda potensial (V) 2,2x10-3

0.059 []
=
[]
0.059 [106 ]^2
2,2 3 = 0,79
4 4

2,2x10-3 = 0,79 - 0,01475 [ 2log10-6 - 4log[OH-]]


2,2x10-3 = 0,79 - 0,01475 [-4log[OH-] - 12]
2,2x10-3 = 0,79 + [0,059log[OH-] + 0,177]
-0,7878= 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -16,35
[OH-] = 4,46 x 10-17 molar
Pada waktu (t) 2 menit dan beda potensial (V) 6,4x10-3

0.059 []
=
[]
0.059 [106 ]^2
6,4 3 = 0,79
4 4

6,4x10-3 = 0,79 - 0,01475 [ 2log10-6 - 4log[OH-]]


6,4 x10-3 = 0,79 - 0,01475 [-4log[OH-] - 12]
6,4 x10-3 = 0,79 + [0,059log[OH-] + 0,177]
-0,7836 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -16,28
[OH-] = 5,24 x 10-17 molar
Pada waktu (t) 3 menit dan beda potensial (V) 3,7x10-3

0.059 []
=
[]

0.059 [106 ]^2


3,7x10E 3 = 0,79
4 4

3,7x10-3 = 0,79 - 0,01475 [ 2log10-6 - 4log[OH-]]


3,7x10-3 = 0,79 - 0,01475 [-4log[OH-] - 12]
3,7x10-3= 0,79 + [0,059log[OH-] + 0,177]
-0,7863 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -16,32

LAPORAN PRAKTIKUM
10
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
[OH-] = 4,78x10-17 molar
Pada waktu (t) 4 menit dan beda potensial (V) 12,3x10-3

0.059 []
=
[]
0.059 [106 ]^2
12,3 3 = 0,79
4 4

12,3x10-3 = 0,79 - 0,01475 [ 2log10-6 - 4log[OH-]]


12,3x10-3 = 0,79 - 0,01475 [-4log[OH-] - 12]
12,3x10-3 = 0,79 + [0,059log[OH-] + 0,177]
-0,7777 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -16,18
[OH-] = 6,606x10-17 molar
Pada waktu (t) 5 menit dan beda potensial (V) 48,8x10-3

0.059 []
=
[]

0.059 [106 ]^2


48,8 3 = 0,79
4 4

48,8x10-3 = 0,79 - 0,01475 [ 2log10-6 - 4log[OH-]]


48,8x10-3 = 0,79 - 0,01475 [-4log[OH-] - 12]
48,8x10-3 = 0,79 + [0,059log[OH-] + 0,177]
-0,7412 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -15,56
[OH-] = 2,75x10-16 molar
d) Data hasil perhitungan molaritas
Tabel IV.2 Data Hasil Perhitungan Molaritas
Waktu Beda Potensial Keterangan OH-
(Menit) (V) ( ) (Molar)

0 0 Dearisasi -

1 -2,2x10-3 Aerasi 4,46 x 10-17

2 -6,4x10-3 Aerasi 5,24 x 10-17

LAPORAN PRAKTIKUM
11
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3 -3,7x10-3 Aerasi 4,78x10-17

4 -12,3x10-3 Aerasi 6,606x10-17

5 -48,8x10-3 Aerasi 32,75x10-16

IV.2 Pembahasan
Sel diferensial aerasi adalah gaya elektromotif yang terjadi akibat perbedaan
konsentrasi oksigen dalam sebuah larutan elektrolit pada elektroda yang sama. Perbedaan
potensial terjadi akibat kelarutan oksigen yang berbeda. Elektroda yang memiliki kelarutan
oksigen paling besar akan bersifat katodik sedangkan kelarutan oksigen yang paling rendah
akan bersifat sebagai anodik. Adapun dalam praktikum ini bahan yang diperlukan antara lain:
2 buah beaker glass 1000ml, sebuah multimeter, jembatan garam, dan aerator. Sedangkan bahan
yang diperlukan yaitu dua buah logam Fe dengan luas permukaan sama dan larutan NaCl 3%
sebanyak 500ml. Adapun langkah-langkah percobaan ini adalah pertama mengisi kedua beaker
glass masing-masing dengan larutan NaCl 3% sebanyak 500 ml. Kemudian menghubungkan
kedua beaker glass dengan jembatan garam. Lalu menyelupkan lempeng Fe yang sudah
diamplas ke dalam masing-masing beaker glass serta menghubungkannya dengan multimeter.
Mengatur posisi logam agar multimeter menunjukkan nilai beda potensial nol. Menginjeksikan
oksigen menggunakan aerator pada salah satu beaker glass . Hal ini mengakibatkan terjadi
perubahan beda potensial. Beda potensial ini kemudia dicatat tiap menitnya sampai menit ke-
lima.
Dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa tiap kenaikan waktu (menit)
akan mengakibatkan beda potensial berubah. Hal ini dapat dilihat pada menit pertama sampai
menit ke-lima yaitu -2,2x10-3 V; -6,4x10-3V; -3,7x10-3 V; -12,3x10-3 V; dan -48,8x10-3 V. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatknya konsentrasi oksigen
menimbulkan naiknya beda potensial, namun pada menit ke 3 terjadi penurunan. Logam besi
pada kondisi ini akan mengakibatkan logam menjadi katoda dengan persamaan:
O2 + 2H2O + 4e- 4OH-
Sedangkan pada logam yang miskin oksigen akan bersifat anoda dengan persamaan:
Fe Fe2+ + 2e-

LAPORAN PRAKTIKUM
12
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Dari percobaan itu dapat disimpulkan bahwa pemberian oksigen akan mengubah nilai
potensial dari suatu material dengan jumlah oksigen terlarut sebesar: 4,46 x 10-17 molar; 5,24 x
10-17 molar; 4,78x10-17 molar; 6,606x10-17molar dan 32,75x10-16 molar. Dengan perubahannya
potensial ini oksigen mengakibatkan besi berubah perilaku dari katoda ke anoda ataupun
sebaliknya. hal ini dapat disebabkan karena terjadi kodisi jenuh pada larutan, mengakibatkan
terlalu banyaknya ion hidroksida(OH-) yang terbentuk dan menghambat laju dari korosi
terhadap logam.
Menurut Sulistijono (1999), keberadaan oksigen meningkatkan efisiensi reaksi
katodik, sehingga laju reaksi anodic juga meningkat. Hal tersebut disebabkan dalam reaksi
redoks laju reaksi oksidasi dan reduksi seimbang. Suplai oksigen yang diberikan ke logam,
awalnya menjadikan logam tersebut bersifat anoda, sehingga akan terkorosi. Namun, pada suatu
titik dimana kondisi oksigen sudah jenuh di permukaan logam, maka akan terbentuk suatu
lapisan pasif yang mengubah sifat logam yang semulabersifat anoda menjadi katoda.
Berdasarkan teori tersebut, pada menit ketiga, potensial sel mengalami penurunan, pada titik
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa telah terbentuk lapisan pasif oksigen di permukaan
logam, sehingga sifat logam tersebut berubah dari anoda ke katoda.

LAPORAN PRAKTIKUM
13
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Dari percobaan sel aerasi ini, kelompok kami menarik kesimpulan bahwa :
1. Dengan penambahan oksigen akan mengakibatkan terjadi perbedaan potensial dengan besar
beda potensial 0 pada deaerasi dan pada aerasi sebesar -2,2V, -6,4V, -3,7V, -12,3V dan -
48,8V dengan jumlah oksigen terlarut sebesar 0 mol pada deaerasi dan 4,46 x 10-17 molar;
5,24 x 10-17 molar; 4,78x10-17 molar; 6,606x10-17molar dan 32,75x10-16 molar pada aerasi..
2. Pada material yang konsentrasi oksigen tinggi akan menjadi katoda sedangkan konsentrasi
oksigen rendah menjadi anoda sehingga terkorosi

V.2 Saran
Untuk percobaan sel aerasi terdapat kendala, salah satunya volt pada multitester tidak
stabil, untuk itu disarankan agar sebelum melakukan praktikum di bersihkan alat-alat
praktikumnya.

LAPORAN PRAKTIKUM
14
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
DAFTAR PUSTAKA

Callister, W. D. & Rethwisch, D. G., 2014. Materials Science and Engineering An


Introduction. 9th penyunt. Hoboken: John Wiley & Sons,Inc..
Roberge, P. R., 2008. Corrosion Engineering : Principles and Practice. Chicago: McGraw-
Hill.
Whitten, K. W., Davis, R. E. & Peck, L., 2013. General Chemistry. 10th penyunt. Texas:
Cengage Learning.

LAPORAN PRAKTIKUM
v
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

You might also like