Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Erdiana Zukhrotun Nufus (0514040105)
Winda Puspitasari (0514040110)
Husnina Nur Marjani (0514040112)
Juannanda Kresna Akbar (0514040121)
Enggarsari Cahyani (0514040127)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
2.1 Aspek Pembentuk Diri............................................................................. 2
2.1.1 Emosi.............................................................................................. 2
2.1.2 Intelegensi.................................................................................. 4
2.1.3 Kepribadian.............................................................................. 10
1) Warisan Biologis (Heredity)..................................................................10
2) Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)...................................11
3) Warisan Sosial (Social Herritage) atau kebudayaan...................................11
2.2 Perbedaan Individu..........................................................................12
2.2.1 Konsep Diri.............................................................................. 12
2.2.2 Self Esteem............................................................................... 23
2.2.3 Self Efficacy................................................................................... 28
2.2.4 Self Monitoring.........................................................................32
2.3 Dimensi Kepribadian........................................................................40
2.3.1 Big Five.................................................................................... 43
Teori Kepribadian Lima Besar (Big Five Personality Traits Model).....................44
1. Openness to Experience (Terbuka terhadap Hal-hal baru)...........................44
2. Conscientiousness (Sifat Berhati-hati).....................................................44
3. Extraversion (Ekstraversi)....................................................................45
4. Agreeableness (Mudah Akur atau Mudah Bersepakat)...............................45
5. Neuroticism (Neurotisme).....................................................................45
2.3.2 Locus Control........................................................................... 46
2.4 Sikap dan Perilaku............................................................................... 50
2.4.3 Perilaku atau Behavior.....................................................................69
2.4.4 Watak.................................................................................... 75
2.4.5 Karakter........................................................................................ 77
3.1 Definsi Perbedaan........................................................................... 84
3.1.1 Tahapan Perbedaan....................................................................84
3
C. Ciri-Ciri Emosi
2.1.2 Intelegensi
macam bunga yang ada dalam taman tersebut, maka perbuatanya sudah
merupakan perbuatan yang berintelegensi.
Kebebasan
B. Intelegensi dan IQ
2.1.3 Kepribadian
1) Kebudayaan daerah.
2) Agama yang dianut oleh seseorang.
3) Pekerjaan yang digeluti.
4) Cara hidup yang dijalani.
Adapun pembentukan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut ini.
1) Warisan Biologis (Heredity)
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater,
1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks
diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap,
perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu
tersebut. Sementara itu, Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri
mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik
pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya,
kegagalannya, dan sebagainya.
merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta
berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya.
17
1. Pengetahuan.
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang
konsep diri atau penjelasan dari siapa saya yang akan memberi gambaran
tentang diri saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk
citra. diri. Gambaran diri tersebut merupakan kesimpulan dari: pandangan
kita dalam berbagai peran yang kita pegang, seperti sebagai orangtua, suami
atau istri, karyawan, pelajar, dan seterusnya; pandangan kita tentang watak
kepribadian yang kita rasakan ada pada diri kita, seperti jujur, setia, gembira,
bersahabat, aktif, dan seterusnya; pandangan kita tentang sikap yang ada
pada diri kita; kemampuan yang kita miliki, kecakapan yang kita kuasai, dan
berbagai karakteristik lainnya yang kita lihat melekat pada diri kita.
Singkatnya, dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep diri mencakup
segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti
saya pintar, saya cantik, saya anak baik, dan seterusnya.
Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan
adanya diri yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita hanyalah
merupakan rumusan, definisi atau versi subjektif pribadi kito tentang diri
kita sendiri. Penglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuatu dengan kenyataan
diri kita yang sesungguhnya. Demikian juga, gambaran diri yang kita miliki
18
tentang diri kita seringkali tidak sesuai dengan gambaran orang lain atau
masyarakat tentang diri kita. Sebab, di hadapan orang lain atau masyarakat
kita seringkali berusaha menyembunyikan atau menutupi segi-segi tertentu
dari diri kita untuk menciptakan kesan yang lebih baik. Akibatnya, di masa
orang lain atau masyarakat kita kerap tidal, tampak sebagaimana kita melihat
konsep diri (Centi, 1993). Gambaran yang kita berikan tentang diri kita juga
tidak bersifat permanen, terutama gambaran yang menyangkut kualitas diri
kita dan membandingkannya dengan kualitas diri anggota kelompok kita.
Bayangkan bila Anda memberi gambaran tentang diri Anda sebagai anak
yang pandai karena Anda memiliki nilai tertinggi ketika lulus dari suatu
SMA. Namun, ketika Anda memasuki suatu perguruan tinggi yang sangat
sarat dengan persaingan dan merasakan diri Anda dikelilingi oleh siswa-
siswa dari sejumlah SMA lain yang lebih pandai, maka tiba-tiba Anda
mungkin merubah gambaran diri Anda sebagai mahasiswa yang tidak
begitu pandai.
2. Harapan.
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan mau diri yang
dicita-citakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan
tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai
sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa
mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita
sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang
dicita-citakan.
Oleh sebab itu, dalam menetapkan standar diri ideal haruslah lebih realistis,
sesuai dengan potensi atau kemampuan diri yang dimiliki, tidak terlalu tinggi
dan tidak pula terlalu rendah. Adalah sangat tidak realistis.
3. Penilaian.
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita
sendiri. Penilaian konsep diri merupakan pandangan kita tentang harga atau
kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990),
setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai
apakah kita bertentangan:
2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya
menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang
disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita menyukai
konsep diri. Orang yang hidup dengan standar dan harapanharapan
untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang sedang
dikerjakannya, dan akan kemana dirinya akan memiliki rasa harga
diri yang tinggi (high self-esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu
jauh dari standar dan harapan-harapannya akan memiliki rasa harga
diri yang rendah (lowself-esteem). Dengan demikian dapat dipahami
bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri (self-
acceptance), serta harga diri (self-esteem) seseorang.
Konsep diri kita memang tidak pernah terumuskan secara jelas dan
stabil. Pemahaman diri selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan
pengalaman yang terjadi hampir setiap saat. Seorang siswa yang memiliki
20
harga diri tinggi tiba-tiba dapat berubah menjadi rendah diri ketika gagal
ujian dalam suatu mata pelajaran penting. Sebaliknya, ada siswa yang
kurang berprestasi dalam studi dan dihinggapi rasa rendah diri, tiba-tiba
merasa memiliki harga diri tinggi ketika ia berhasil memenangkan suatu
lomba seni atau olah raga.
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak
dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak
memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian
apa pun terhadap diri kita sendiri.
Self Esteem di bedakan menjadi dua kondisi yaitu strong / kuat dan
week / lemah. Orang yang mempunyai self esteem yang kuat akan
mampu membina relasi yang baik dan sehat dengan orang lain ,
bersikap sopan dan menjadikan dirinya menjadi orang yang berhasil.
Ciri ciri orang yang mempunyai self esteem yang kuat adalah :
Critical / mencela.
Self-sentred / mementingkan diri sendiri.
Cintical / sinis atau suka mengolok-olok.
Diffident / malu-malu.
7. Action
Semua yang diatas dapat kita lihat pada suatu makhluk yang ada pada
SEMUA manusia yang bernama Personality (Kepribadian). Personality
berasal dari kata dalam bahasa Latin : Persona, yang berarti Mask (Topeng).
Mengapa topeng ? Jawabannya sangat banyak, tetapi ada yang mengatakan
bahwa apa yang dinamakan Kepribadian seseorang sebenarnya adalah suatu
selubung atau tabir yang menutupi apa yang sebenarnya ada dalam jiwa
seseorang. Kepribadian yang ditampilkan sebenarnya adalah sesuatu yang
43
telah dimodifikasi oleh individu (sadar dan tak sadar) agar sesuai dengan
harapan lingkungan. Dari sekian banyak definisi tentang Personality (yang
membuat ia sendiri pusing) ada satu definisi yang, menurut dia mendekati
atau menggambarkan secara keseluruhan seperti apa Personality itu, yaitu
yang dikemukakan oleh Gordon W Allport :
1. CONSCIOUS | UNCONSCIOUS
44
Sadar dan tak sadar adalah dimensi yang sejak lama ada dalam teori
kepribadian. Para pendukung Psikoanalisis (Freud, Jung, Horney) adalah
orang-orang yang menekankan bahwa kepribadian dikontrol oleh proses yang
tidak disadari. Sementara Psikologi Aliran Humanisme menekankan pada
faktor kesadaran sebagai pembentuk kepribadian (Allport, Rogers, Maslow).
2. HEREDITY | ENVIRONMENT
4. PAST | PRESENT
5. PERSON | SITUATION
6. HOLISTIC |ANALITIC
7. NORMAL | ABNORMAL
terhadap hal-hal yang telah ada serta akan menimbulkan kegelisahan jika
diberikan tugas-tugas baru.
3. Extraversion (Ekstraversi)
5. Neuroticism (Neurotisme)
2 Locus Control
Definisi Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan
kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap
keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus
pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan
bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi.
Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai
bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan
faktor di luar diri yaitu organisasi. Konsep tentang Locus of control (pusat
kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori
pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel
kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu
terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan
Kinicki, 2005).
bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau kampanye mempengaruhi
seseorang.
4 Lou Holtz berpendapat Ability is what you're capable of doing.
Motivation determines what you do. Attitude determines how well you do
it." (Kemampuan adalah apa yang Anda mampu lakukan. Motivasi
menentukan apa yang Anda lakukan. Sikap menentukan seberapa baik
Anda melakukannya.) Funmi Wale-Adegbite berpendapat Success is
80% attitude and 20% aptitude." (Sukses adalah 80% sikap dan 20%
bakat) Diktat pada mata kuliah Psikologi Umum Jurusan Psikologi
Pendidikan dan bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, perilaku adalah segenap manifestasi hayati
individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang
paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang paling dirasakan
sampai yang paling tidak dirasakan.
5 William Wiguna berpendapat bahwa attitude is everything (Sikap adalah
Segalanya), attitude is a little thing, but can make big differences. (Sikap
adalah suatu hal kecil, tetapi dapat menciptakan perbedaan yang besar).
Sikap berperan sangat penting terhadap kesuksesan atau kebahagiaan
seseorang. Sejumlah ilmuwan dari universitas terkemuka di dunia
mengungkapkan bahwa manusia dapat menggali potensinya secara lebih
mendalam dan luas dengan sikap yang positif. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap ribuan orang-orang yang sukses dan terpelajar,
berhasil disimpulkan bahwa 85% kesuksesan dari tiap-tiap individu
dipengaruhi oleh sikap. Sedangkan kemampuan atau technical expertise
hanya berperan pada 15% sisanya.
6 Sri Utami Rahayuningsih (2008) Psikologi Umum 2 Bab 1: Sikap
(Attitude) adalah
1 Berorientasi kepada respon : : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan,
yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan
tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek
2 Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila
55
B. Pembentukan Sikap
1 Teori Keseimbangan
Fokusnya upaya individu untuk tetap konsisten dalam beersikap dalam hidup,
teori keseimbangan dalam bentuk sederhana,melibatkan hubungan-hubungan
antara seseorang dengan dua objek sikap. Ketiga elemen tersebut dihubungkan
dengan:
a Sikap favorable (baik, suka, positif)
b Sikap unfavorable (buruk, tidak suka, negatif)
Pembentukan sikap tersebut dapat dapat seimbang atau tidak seimbang
Hubungan afeksi dapat menghasilkan sistem yang tidak seimbang menjadi
seimbang.
2 Teori Konsistensi Kognitif-Afektif
Fokus: bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka konsisten
dengan afeksinya
Penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi
keyakinannya.
Contoh: tidak jadi makan di restoran X karena temannya bilang bahwa
restoran tersebut tidak halal padahal dia belum pernah makan disana
3 Teori Ketidaksesuaian (Dissonance Theory)
- Fokus: individu; menyelaraskan elemen-elemen kognisi, pemikiran atau
struktur (Konsonansi : selaras).
- Disonansi : ketidakseimbangan, yaitu pikiran yang amat menekan dan
memotivasi seseorang untuk memperbaikinya.
- Terdapat dua elemen kognitif; dimana disonansi terjadi jika kedua elemen
tidak cocok sehingga menggangu logika dan pengharapan
- Misalnya: Merokok membahayakan kesehatan konsonansi dengan
saya tidak merokok; tetapi disonansi dengan perokok.
- Cara mengurangi Disonansi:
57
1 Pendekatan neurobiologis
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas
otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya
mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia
yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi
yang mendasari perilaku dan proses mental.
2 Pendekatan perilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah
respon atas stimulus
yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S -
R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu
seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini
dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak
ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
3 Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses
mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap,
menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum
melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan
proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang
datang.
4 Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia
meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh
alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-
hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan.
Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam
bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
59
5 Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada
pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat
dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya,
konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang
menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat
tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang
dirinya.
2.4.1 Sikap VS Nilai
Sistem nilai adalah urutan tingkat nilai yang dimiliki seseorang dilihat
dari intensitasnya. Jika konten dan intensitas berbeda, maka sistem
nilai hancur. Nilai bersifat tetap dan bertahan lama. Nilai menjadi
dasar persepsi dalam memahami sikap dan motivasi seseorang serta
mempengaruhi perilaku kita
Tipe-tipe Nilai :
1. Terminal
Berupa VISI, cenderung abstrak
Contoh : saya ingin sukses
60
2. Instrumental
Berupa MISI, bagaimana mewujudkan terminal
Contoh : bekerja keras, ulet, selalu berinovasi baru dalam produk
Kelompo Tahun Perkiraan Nilai Kerja Dominan
k Masuk Usia
Kerja Sekarang
Veterans 1950 >60 Pekerja keras,
atau awal konservatif; loyal
1960 pada organisasi
Boomers 1965 - 40 60 Sukses, pencapaian,
1985 ambisi, tidak
menyukai otoritas;
loyal pada karir
Xers 1985 - 25 40 Work/life balance,
2000 team-oriented, tidak
menyukai aturan;
loyal pada hubungan
Nexters 2000 - <25 Percaya diri, sukses
sekarang finansial, self-reliant
but team-oriented;
loyal pada diri
sendiri dan hubungan
SIKAP
Sikap adalah pernyataan/penilaian evaluatif menyangkut benda, orang
atau kejadian. Sikap bisa bertolakbelakang dengan nilai, karena lebih tidak
stabil dan mudah dipengaruhi dibandingkan dengan nilai.
Beberapa komponen sikap:
j Kognitif (bagian dari sikap yang berupa pendapat atau kepercayaan)
k Afektif (bagian dari sikap yang berupa perasaan atau emosional)
l Perilaku (kemauan untuk berperilaku tertentu terhadap seseorang atau
sesuatu)
Jenis-jenis sikap:
a Job Satisfaction (sikap yang menentukan kepuasan seseorang
terhadap pekerjaannya)
b Job Involvement (sikap yang menggambarkan sampai sejauh
mana partisipasi aktif karyawan terhadap pekerjaannya)
c Organization Commitment (sikap yang menunjukkan sampai
mana seseorang melibatkan diri dalam organisasi beserta
dengan tujuan-tujuannya dan ingin menjaga keanggotaannya
dalam organisasi)
Teori Persepsi-diri
Hubungan A-B biasanya jelas ada (positif) dan ini lebih dikuatkan lagi
bahwa sikap digunakan setelah fakta, untuk mencari makna dari tindakan
mereka. (mereka mencari-cari kesimpulan atas pekerjaan / kejadian yang
telah terjadi/mereka lakukan) mereka mencari alasan yang masuk akal
(PERASAAN KUAT) atau sikap hanyalah pernyataan verbal saja
(disonansi kognitif).
a Teori Persepsi-diri
Hubungan A-B biasanya jelas ada (positif) dan ini
lebih dikuatkan lagi bahwa sikap digunakan setelah fakta,
untuk mencari makna dari tindakan mereka. (mereka
mencari-cari kesimpulan atas pekerjaan / kejadian yang telah
terjadi/mereka lakukan) mereka mencari alasan yang masuk
akal (PERASAAN KUAT) atau sikap hanyalah pernyataan
verbal saja (disonansi kognitif).
Sikap Kerja Utama
Hubungan sikap kerja pada :
i Kepuasan Kerja :
69
setiap perilaku juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Hal ini
yang ingin coba dipaparkan dalam tulisan ini, apa tujuan kita
melakukan sesuatu?
Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian
terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak
(kognitif). Timbulnya perilaku (yang dapat diamati) merupakan resultan dari
tiga daya pada diri seseorang, yakni :
Teori Perilaku
A. Teori Medan (Field Theory) teori dari Lewin ini mengadaptasi medan
magnetik dan elektrik dalam konsep psikolgis. Asumsi dari teori ini
adalah setiap orang mempunyai ruang hidup (life space) tertentu yang
merupakan faktor-faktor nyata yang mempengaruhi perilaku individu.
Faktor dalam ruang hidup seseorang terdiri atas unsur internal (person =
p) dan unsur lingkungan (psychologycal environment = E). Teori
berasumsi bahwa perilaku individu dibentuk oleh kondisi dalam diri
75
2.4.4 Watak
Para ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan kepribadian/personality itu tidak hanya mengenai tingkah laku yang
dapat diamati saja, tetapi juga termasuk di dalamnya apakah individu itu.
Jadi, selain tingkah laku yang tampak perlu diketahui faktor yang mendasari
pernyataan tingkah laku tersebut, salah satunya adalah watak.Watak atau
karakter mengandung pengertian strukur batin manusia yang tampak pada
tingkah laku dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri
khas pribadi orang yang bersangkutan. I.R. Poedjawijatna mengemukakan
bahwa watak atau karakter ialah seluruh aku yang ternyata dalam
tindakannya terlibat dalam situasi , jadi memang di bawah pengaruh dari
pihak bakat, temperamen, keadaan tubuh, dan lain sebagainya
(Poedjawijatna, 1970: 129). Watak dapat dipengaruhi dan dididik, tetapi
pendidikan watak itu tetap merupakan pendidikan yang amat individual dan
bergantung pada kehendak bebas dari orang yang dididiknya. Watak pun
diartikan sebagai struktur batin manusia yang nampak dalam tindakan
tertentu dan tetap baik tindakan itu baik maupun buruk. Lebih dari
temperamen yang sangat dipengaruhi oleh kontitusi tubuh dan
pembawaannya lainnya maka watak atau karakter lebih dipengaruhi oleh
77
dimaksud dengan watak itu adalah aspek saja dari keseluruhan pribadi
seseorang atau personality seseorang. Watak dan karakter lebih ditekankan
dalam hubungannya dengan moral dan norma-norma etis daripada aspek-
aspek kepribadian lainnya.
Menurut Kretschmer, terdapat empat tipe bentuk tubuh manusia yang
memengaruhi wataknya, yaitu:
a. Atletis: tinggi, besar, otot kuat, kekar, tegap, dada lebar
b. Astenis: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan dan
kaki kecil
c. Piknis: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pejal
d. Displastis: merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga di
atas
Orang yang berbentuk altetis dan astenis tipe wataknya disebut
schizothim, yang mempunyai sifat antara lain sukar bergaul,
mempunyai kebiasaan yang tetap, sombong, egoistis, dan bersifat
ingin berkuasa, kadang-kadang pesimis, selalu berpikir dahulu masak-
masak sebelum bertindak.
Orang yang berbentuk tubuh psikis tipe wataknya disebut siklothim
dan mempunyai sifat-sifat antar lain mudah bergaul, suka humor,
mudah berubah-ubah, mudah menyesesuaikan diri dengan situasi yang
baru, kurang setia, tidak konsekuen, dan lekas memaafkan orang lain.
Ahli lain, Heymans membagi watak manusia menjadi 8 tipe, sebagai
berikut
a. Gepassioner : revolusioner dan hebat segalanya
b. Kholerikus : garang dan agresif
c. Sentimentil : lekas merayu dan perasa
d. Nerveus : gugup, mudah tersinggung, dan bingung
e. Flegmatikus : tenang, tidak mudah berubah-ubah
f. Sanguinikus : gembira, lincah, optimis
g. Apath : apatis, manusia mesin
h. Amorph : tidak berperangai, lemah, dan lembek
79
2.4.5 Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan
menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan
kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-
kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak
tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai
suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah
tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut
dengan kebiasaan. Mekanisme Pembentukan Karakter:
sadar (conscious mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar
(subconscious mind) atau pikiran subjektif.3 Penjelasan Adi W.
Gunawan mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik
untuk dikutip.
Pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak
bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12 % dari
kemampuan otak. Sedangkan pikiran bawah sadar secara fisik terletak di
medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih di dalam
kandungan. Karena itu, ketika bayi yang dilahirkan menangis, bayi
tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak
asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran bawah sadar bersifat
netral dan sugestif. Untuk memahami cara kerja pikiran, kita perlu tahu
bahwa pikiran sadar (conscious) adalah pikiran objektif yang
berhubungan dengan objek luar dengan menggunakan panca indra
sebagai media dan sifat pikiran sadar ini adalah menalar. Sedangkan
pikiran bawah sadar (subsconscious) adalah pikiran subjektif yang berisi
emosi serta memori, bersifat irasional, tidak menalar, dan tidak dapat
membantah. Kerja pikiran bawah sadar menjadi sangat optimal ketika
kerja pikiran sadar semakin minimal.
Pikiran sadar dan bawah sadar terus berinteraksi. Pikiran bawah sadar
akan menjalankan apa yang telah dikesankan kepadanya melalui sistem
kepercayaan yang lahir dari hasil kesimpulan nalar dari pikiran sadar
terhadap objek luar yang diamatinya. Karena, pikiran bawah sadar akan
terus mengikuti kesan dari pikiran sadar, maka pikiran sadar diibaratkan
seperti nahkoda sedangkan pikiran bawah sadar diibaratkan seperti awak
kapal yang siap menjalankan perintah, terlepas perintah itu benar atau
salah. Di sini, pikiran sadar bisa berperan sebagai penjaga untuk
melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh objek luar.
Dapat diambil sebuah contoh. Jika media masa memberitakan
bahwa Indonesia semakin terpuruk, maka berita ini dapat membuat
81
terjadi...? ternyata setelah dibuka, terlihat ada tiga ular kobra berwarna
hitam dan besar yang keluar dari kotak tersebut. Langsung saja, salah
seorang dari mereka lari ketakutan, sedangkan yang lainnya justru berani
mendekat untuk memegang ular agar tidak membahayakan, dan, tentu
saja, si bayi yang ada di dekatnya tetap tidak memperlihatkan respon
apa-apa terhadap ular.
Nah, begitu juga dengan kehidupan manusia di dunia ini. Kita
semua dihadapkan dengan permasalahan yang sama, yaitu kehidupan
duniawi. Akan tetapi respon yang kita berikan terhadap permasalahan
tersebut berbeda-beda. Di antara kita, ada yang hidup penuh semangat,
sedangkan yang lainnya hidup penuh malas dan putus asa. Di antara kita
juga ada yang hidup dengan keluarga yang damai dan tenang, sedangkan
di antara kita juga ada yang hidup dengan kondisi keluarga yang
berantakan. Di antara kita juga ada yang hidup dengan perasaan bahagia
dan ceria, sedangkan yang lain hidup dengan penuh penderitaan dan
keluhan. Padahal kita semua berangkat dari kondisi yang sama, yaitu
kondisi ketika masih kecil yang penuh semangat, ceria, bahagia, dan
tidak ada rasa takut atau pun rasa sedih. Pertanyaannya yang ingin
diajukan di sini adalah Mengapa untuk permasalahan yang sama, yaitu
kehidupan duniawi, kita mengambil respon yang berbeda-beda?
jawabannya dikarenakan oleh kesan yang berbeda dan kesan tersebut
dihasilkan dari pola pikir dan kepercayaan yang berbeda mengenai objek
tersebut. Untuk lebih jelas, berikut penjelasannya.
Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin
hingga sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum
tumbuh sehingga pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih
terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan
ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua dan
lingkungan keluarga.
Dari mereka itulah, pondasi awal terbentuknya karakter sudah
terbangun. Pondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri.
83
Jika sejak kecil kedua orang tua selalu bertengkar lalu bercerai, maka
seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa perkawinan itu
penderitaan. Tetapi, jika kedua orang tua selalu menunjukkan rasa saling
menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab maka anak akan
menyimpulkan ternyata pernikahan itu indah. Semua ini akan berdampak
ketika sudah tumbuh dewasa. Selanjutnya, semua pengalaman hidup
yang berasal dari lingkungan kerabat, sekolah, televisi, internet, buku,
majalah, dan berbagai sumber lainnya menambah pengetahuan yang
akan mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang semakin besar
untuk dapat menganalisis dan menalar objek luar. Mulai dari sinilah,
peran pikiran sadar (conscious) menjadi semakin dominan. Seiring
perjalanan waktu, maka penyaringan terhadap informasi yang masuk
melalui pikiran sadar menjadi lebih ketat sehingga tidak sembarang
informasi yang masuk melalui panca indera dapat mudah dan langsung
diterima oleh pikiran bawah sadar. Semakin banyak informasi yang
diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang
terbentuk, maka semakin jelas tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari
masing-masing individu. Dengan kata lain, setiap individu akhirnya
memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra diri (self-image), dan
kebiasaan (habit) yang unik. Jika sistem kepercayaannya benar dan
selaras, karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya
akan terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya, jika sistem
kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak baik, dan konsep dirinya
buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan
penderitaan. Dapat diambil sebuah contoh. Ketika masih kecil,
kebanyakan dari anak-anak memiliki konsep diri yang bagus. Mereka
ceria, semangat, dan berani. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa
sedih. Mereka selalu merasa bahwa dirinya mampu melakukan banyak
hal. Karena itu, mereka mendapatkan banyak hal. Kita bisa melihat saat
mereka belajar berjalan dan jatuh, mereka akan bangkit lagi, jatuh lagi,
84
bangkit lagi, sampai akhirnya mereka bisa berjalan seperti kita. Akan
tetapi, ketika mereka telah memasuki sekolah, mereka mengalami
banyak perubahan mengenai konsep diri mereka. Di antara mereka
mungkin merasa bahwa dirinya bodoh. Akhirnya mereka putus asa.
Kepercayaan ini semakin diperkuat lagi setelah mengetahui bahwa nilai
yang didapatkannya berada di bawah rata-rata dan orang tua mereka juga
mengatakan bahwa mereka memang adalah anak-anak yang bodoh.
Tentu saja, dampak negatif dari konsep diri yang buruk ini bisa membuat
mereka merasa kurang percaya diri dan sulit untuk berkembang di kelak
kemudian hari.
Padahal, jika dikaji lebih lanjut, kita dapat menemukan banyak
penjelasan mengapa mereka mendapatkan nilai di bawah rata-rata.
Mungkin, proses pembelajaran tidak sesuai dengan tipe anak, atau
pengajar yang kurang menarik, atau mungkin kondisi belajar yang
kurang mendukung. Dengan kata lain, pada hakikatnya, anak-anak itu
pintar tetapi karena kondisi yang memberikan kesan mereka bodoh,
maka mereka meyakini dirinya bodoh. Inilah konsep diri yang buruk.
Contoh yang lainnya, mayoritas ketika masih kanak-kanak, mereka tetap
ceria walau kondisi ekonomi keluarganya rendah. Namun seiring
perjalanan waktu, anak tersebut mungkin sering menonton sinetron yang
menayangkan bahwa kondisi orang miskin selalu lemah dan mengalami
banyak penderitaan dari orang kaya. Akhirnya, anak ini memegang
kepercayaan bahwa orang miskin itu menderita dan tidak berdaya dan
orang kaya itu jahat. Selama kepercayaan ini dipegang, maka ketika
dewasa, anak ini akan sulit menjadi orang yang kuat secara ekonomi,
sebab keinginan untuk menjadi kaya bertentangan dengan keyakinannya
yang menyatakan bahwa orang kaya itu jahat. Kepercayaan ini hanya
akan melahirkan perilaku yang mudah berkeluh kesah dan menutup diri
untuk bekerjasama dengan mereka yang dirasa lebih kaya.
85
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat kita peroleh bahwa perbedaan
individual adalah hal-hal yang berkaitan dengan psikologi pribadi yang
menjelaskan perbedaan psikologis maupun fisik antara orang-orang serta
berbagai persamaannya.
1.Perbedaan Kognitif
5. Perbedaan Bakat
Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama.
Jenis kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan
perempuan, sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan
perempuan berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibangun
secara sosial budaya. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah
laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi
seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada.
8. Perbedaan Kepribadian
Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas yang
menetukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson,
88
dkk, 1996). Kepribadian sesesorang dapat kita tinjau melalui dua model
yaitu model big five dan model brigg-myers.
b. Model Brigg-Myers
Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. Model ini
meliputi empat dimensi yaitu:
1. Extraversion (E) versus Introversion (I)
Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan
89
1. ada banyak dimensi dan komponen perbedaan. Ini berarti bahwa perbedaan
itu ada pada setiap orang.
4.1 Kecerdasan
A. Pengertian Kecerdasan
William Stern
Kecerdasan adalah kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan
mengatasi kesulitan-kesulitan baru dengan sadar, dengan berfikir
cepat dan tepat.
B. Macam-macam dan Ciri-ciri Kecerdasan
Prof. Dr. Howard Gardner
seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS
merumuskan teori Multiple Intelligences ( kecerdasan ganda / majemuk ).
Dalam teori ini ia memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas
menjadi sembilan kategori kecerdasan dasar, antara lain:
1. Kecerdasan Linguistik
Kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan
kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan
argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi dan
metafora.
Ciri-ciri :
a. Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau
mengajar dengan efektif lewat kata-kata
b. Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan
jelas
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan linguistik
adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual, penyair, copywriter,
penulis dan pengacara.
2. Kecerdasan Logika-Matematika
Kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan
mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis,
menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan
matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu,
serta menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah.
Ciri-ciri :
a. Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi
b. Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis
c. Pandangan hidupnya bersifat rasional
92
6. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan
mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati
kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai
jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intensi, hasrat,
dan motivasi orang lain.
Ciri-ciri :
a. Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka
b. Menjalin kontak mata dengan baik
c. Menunjukan empati pada orang lain
d. Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan
interpersonal adalah manajer, politisi, pekerja sosial, pemimpin,
psikolog, guru atau konsultan.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan untuk menilai kekuatan kelemahan, bakat, ketertarikan
diri sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan,
menyusun dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan
pemeriksaan kedalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi,
temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan
pribadi.
Ciri-ciri :
a. Membedakan berbagai macam emosi
b. Mudah mengakses perasaan sendiri
c. Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan
membimbing hidupnya
d. Mawas diri dan suka meditasi
e. Lebih suka kerja sendiri
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah
perencana, pemuka agama, atau ahli filosofi.
8. Kecerdasan Naturalis
94
Daniel Golleman
dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh
garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di
samping faktor gizi makanan yang cukup. IQ atau daya tangkap ini dianggap
takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran
fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan.
IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami
berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan
belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik
(demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat
IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan
langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang
anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan
banyak.
4.1.2 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan mengatur suasana hati
dan menjaga agar beban stres tideak melumpuhkan kemampuan berpikir
berempati dan berdoa.
MA CA
IQ=
100
Keterangan:
IQ = intelligence quotient atau kecerdasan
100
B. Kecerdasan Emosional
b. Penilaian 360 derajat, mencakup persepsi orang lain. Orang yang tahu
anda dari perspektif yang berbeda-beda baik itu bos anda, pasangan anda,
bawahan anda, dan semua laporan tentang bagaimana mereka melihat anda
berprilaku sama dengan penilaian anda sendiri terhadap diri anda. Para ahli
psikologi umumnya menggunakan penilaian tes 360 derajat yaitu EQ-360.
c. Penilaian kerja, yang terstruktur seperti tes IQ. Tes ini mengukur
kecerdasan emosi sebagai kemampuan. Orang yang memakai tes ini,
penilaian mungkin akan diminta untuk mengenali emosi dalam gambar
orang, pilih tanggapan terhadap situasi kehidupan yang sulit, atau
menunjukkan pemahaman prinsip-prinsip dasar tentang emosi. Para
101
Disamping itu, kecerdasan emosi juga dapat diukur dari beberapa aspek-
aspek yang ada. Goleman(2001, p.42-43) mengemukakan lima kecakapan
dasar dalam kecerdasan emosi,yaitu:
c. Motivation Motivasi
C. Kecerdasan Spiritual
1. Kesadaran Diri
6. Menghargai keragaman
Dengan pembicara ini, teranglah kiranya tipologi Jung itu, yang dapat
diikhtisarkan sebagai label berikut :
Berbagai sistem dan sikap serta fungsi yang hendak membangun seluruh
kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara yang berbeda.
Kompensasi bisa dijelaskan dengan interaksi antara sikap dan ektraversi dan
introversi yang berlawanan. Apabila ektraversi merupakan sikap ego sadar
yang dominan atau superior maka ketidaksadaran akan melakukan
kompensasi dengan mengembangkan sikap intoversi yang direpresikan.
Kompensasi juga terjadi antarfungsi. Seseorang yang menekankan pikiran
dan persaan dalam kesadarannya akan menjadi intuitif, dan bertipe pendirian
secara tak sadar. Demikian juga, ego dan anima pada seorang pria serta
animus pada seorang wanita melahirkan hubungan kompensatorik satu sama
lain. Ego pria normal adalah maskulin sedangkan anima adalah feminine dan
ego wanita yang normal adalah feminin sedangkan animus maskulin.Pada
umumnya, semua isi kesadaran dikompensasikan oleh isi-isi ketidaksadaran.
Prinsip kompensasi memberikan semacam ekuilibrium atau keseimbangan
antara unsur-unsur yang saling bertentangan sehingga mencegah psikhe
menjadi tidak seimbang secara neurotis.
Ketika marah, hitunglah sampai sepuluh sebelum anda berbicara. Jika anda
sangat marah, hitunglah sampai seratus.
Thomas Jefferson
2. Acuhkan terhadap orang-orang yang berusaha membuat kita marah.
Sialnya, beberapa orang mungkin memiliki niat jahat dengan mencoba
membuat anda marah dan mengambil kesenangan dari anda. Namun jika kita
bisa mengacuhkan kata-kata mereka dan tidak merespon dengan cara apapun
provokasi mereka, mereka akan kehilangan minat dan tidak mengganggu kita
di waktu mendatang.
3. Gunakan alasan untuk menghentikan kemarahan.
108
Ketika kita marah, katakan kepada diri sendiri kemarahan ini tidak akan
membantu saya dengan cara apapun. Kemarahan ini akan membuat situasi
lebih buruk. Bahkan jika sebagian dari kita masih marah, suara batin kita
akan membantu kita untuk menjauhkan diri dari emosi kemarahan
4. Bersikap baik pada orang lain.
Visualisasi lain yang disarankan oleh seorang guru spiritual adalah melihat
agen kemarahan sebagai anak berusia 5 tahun. Jika anda berpikir tentang
orang lain sebagai anak berusia 5 tahun yang tak berdaya, kasih sayang dan
pengampunan anda yang akan muncul. Jika adik kecil anda tidak sengaja
menusuk anda, anda tidak akan merasakan kemarahan dan keinginan untuk
membalas. Sebaliknya anda hanya akan merasa dia masih terlalu muda dan
perlu tahu hal-hal yang lebih baik. Latihan ini mungkin sangat berguna bagi
anggota keluarga dekat yang kadang-kadang menimbulkan rasa marah anda.
DAFTAR PUSTAKA
https://khairyararastiti.wordpress.com/tugas-mata-kuliah/psikologi-pendidikan/.
http://abazariant.blogspot.co.id/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html
http://www.akuinginsukses.com/10-cara-praktis-mengatasi-rasa-marah/
20https://epistemicologi.wordpress.com/2013/06/08/teori-afirmasi-dalam-
mengoptimalkan-potensi-diri/
https://khairyararastiti.wordpress.com/tugas-mata-kuliah/psikologi-pendidikan/.
http://www.psikoterapis.com/?en_pembagian-emosi-berdasarkan-nilai-positif-dan-
negatif.,230
http://mediasugesti.com/emosi-positif-dan-emosi-negatif/
http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/03/makalah-kecerdasan-manusia-
intelligence.html
111