You are on page 1of 21

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

KHULAFAUR RASYIDIN : ABU BAKAR ASH SHIDDIQ (11-13H)

Dosen Pembimbing :
M. Mukhlis Fahruddin, M.S.I

Nama : Roudlotus Solicha

NIM : 16620082

Jurusan/Kelas : Biologi/C

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A. Latar Belakang......................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Silsilahnya................................................4
1. Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq............................................................4
2. Isteri dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq.............................................4
B. Perjuangan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Berdakwah.........................5
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam...................................5
2. Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam....................................5
C. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah...........7
1. Pertemuan di Saqfah Bani Saidah...................................................8
2. Baiat Ammah terhadap Abu Bakar...................................................8
D. Permasalahan dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq..............9
1. Kebijakan dalam Urusan Keagamaan................................................9
2. Kebijakan dalam Urusan Kenegaraan..............................................12
E. Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar............13
1. Penyebaran dan Kekuasaan Islam...................................................13
2. Peradaban Islam..............................................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H
atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah
beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu
disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya
secara pasti.
Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar lebih berhak atas
kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah
satunya dengan memintanya mengimami shalat berjamaag sekama beliau
sakit. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin
urusan keduniaan, yakni kekhalifahan. Kelompok lain berpendapat bahwa
orang yang paling berhak atas kekhalifahan ialah dari Ahlul bait Rasulullah
yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abi Thalib. Selain itu, masih ada
sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan ialah salah seorang dari kaum Quraisy yang termasuk di dalam
kaum Muhajirin gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa
yang paling berhak atas kekhalifahan ialah kaum Anshar.1
Memang Rasulullah wafat mengejutkan kaum muslimin tetapi
sesungguhnya dalam sakitnya yang terakhir ketika beliau mengalami
gangguan kesehatan sekurang-kurangnya selama tiga bulan. Nabi
Muhammad telah merasakan bahwa ajalnya akan segera tiba.
Masalah suksesi mengakibatkan suasana politik umat islam menjadi
sangat tegang. Padahal semasa hidupnya, nabi bersusah payah dan berhasil
membina persaudaraan sejati yang kokoh di antara sesame pengikutnya,
yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dilambatkannya pemakaman
jenazah beliau menggambarkan betapa gawatnya krisis suksesi itu. Ada tiga

1 Ahmad Amin, Islam Dari Masa ke Masa (Terjemahan dari Yaumul Islam),
Bandung : Rosda, hlm.80

2
golongan yang bersaing keras dalam perebutan kepemimpinan ini: Anshar,
Muhajirin, dan keluarga Hasyim.2
Perbedaan pendapat antar kelompok tersebut akhirnya dapat
diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan
pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak
memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Akhirnya
alasan tersebut dapat diterima, Umar bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash
Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Saad bin Ubadah.
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah
satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang
yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar Ash-
Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra dan
Miraj Rasulullah.3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah
sebagai berikut yaitu:
1. Bagaimana silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
2. Bagaimana perjuangan Abu Bakar dalam berdakwah?
3. Bagaimana proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi
khalifah?
4. Apa saja permasalahan yang timbul di kalangan umat Islam dan
langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq
mengatasinya?
5. Apa saja kemajuan kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq?

2 Amin Said, Nasyatud Daulat Al-Islamiyah, Isa Al-Halabi, Mesir. t.t, hlm. 193.

3 Hassan Ibrahim Hassan, Tarikhul-Islam, As-Siyasi Ad-Dini As-Saqifi Al-


Ijtimai, Jilid I, Kairo: Maktabah An-Nahdah Al-Misriyah, Cetakan ke-9, 1979,
hlm.205

3
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
2. Mengetahui sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq
3. Mengetahui peran penting beliau dalam Islam
4. Mengetahui sejarah perkembangan Islam pada masa beliau menjadi
khalifah
5. Mengambil pelajaran bagaimana cara beliau memimpin umat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Silsilahnya

1. Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun
Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-
anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah
adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Kabah. Ada
cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar
sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun setiap kali
melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai
kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk
mengabdi pad Kabah dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini
diambil dari nama lain Kabah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah
masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama Abu
Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam, Bakar berarti
dini atau awal.
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin
Amir bin Amru bin Kaab bin Saad bin Taim bin Murrah bin Kaab bin Luai bin
Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada

4
kakeknya Murrah bin Kaab bin Luai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair
Salma binti Shakhr bin Amir bin Kaab bin Saad bin Taim. Yang artinya ayah
dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada
masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari
menyebutkan dari jalur Ibnu Luhaiah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah
tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mutaq dan ketiga Utaiq.

2. Isteri dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin Asad
pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan
Asma. Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal
bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman
dan Aisyah. Beliau juga menikahi Asma binti Umais bin Maadd bin Taim al-
Khatsamiyyah, dan sebelumnya Asma diperisteri oleh Jafar bin Abi Thalib.
Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran
tersebut terjadi pada waktu haji Wada di Dzul Hulaifah. Beliau juga menikahi
Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-
Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke
Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus
berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga
Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal
Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah
wafatnya Rasulullah.

B. Perjuangan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Berdakwah

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam


Sosok Abu Bakar As Shiddiq dikenal sebagai shahabat dekat Rasulullah,
dan merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau
menjadi orang yang sangat berjasa besar dalam penyebaran risalah Islam.
Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara
kaumnya. Bahkan Abu Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani
Taim. Dia menjadi orang yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan
sebelum Islam datang Abu Bakar terkenal sebagai orang yang mampu
menjaga diri dari perilaku perilaku jahiliyah seperti minum khamr, zina, dan

5
bahkan diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang tidak pernah
bersujud kepada berhala.
Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab. Dia
bahkan menjadi rujukan dan guru para ahli nasab di zamannya seperti Uqail
bin Abi Thalib dan yang lainnya. Dan Rasulullah pernah bersabda mengenai
hal ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah R.A.
Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang Quraisy yang paling
mengetahui nasab-nasab mereka.
Beliau juga terkenal sebagai saudagar kaya yang sering berdagang ke
negeri Syam. Beliau menjadi sahabat Rasulullah sejak dari kecil hingga
dewasa, bahkan dalam dunia perdagangan saat Rasulullah menjadi
pedagang.

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam


Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak
pernah bersujud kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang
benar dan sesuai dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai
pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh ke berbagai wilayah.
Dalam perjalananya inilah beliau selalu berhubungan dengan penganut
berbagai agama demi mencari agama yang paling benar sesuai fitrah
manusia. Maka banyak penulis yang sering menuliskan bahwa keimanan Abu
Bakar lahir dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai
fitrah.
Dikisahkan pula bahwa beliau sering berbincang dengan orang-orang
yang masih berpegang pada ajaran tauhid semisal Waraqah bin Naufal dkk.
Abu Bakar pernah bercerita bahwa ketika dia duduk di sekitar Kabah, saat
itu Amru bin Nufail juga sedang duduk. Kemudian lewatlah Umayyah ibnu
Abi As Shalt dan bertanya: Bagaimana kabarmu wahai pencari kebaikan?
(maksudnya pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab: Baik
maka Ibnu Abi Shalt pun bertanya kembali: Apa kamu sudah
menemukannya? dan beliau pun menjawab: Belum
a. Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki hubungan
yang kuat dengan Rasulullah Muhammad Saw. Maka ketika Rasulullah
mengajaknya kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang
langsung menerima Islam tanpa sedikitpun keraguan. Adapun kisah
keIslaman beliau adalah sebagai berikut:

6
Kemudian Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya:
Apakah benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy wahai Muhammad? Bahwa
engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kami, membodohkan akal kami, dan
mengkafirkan orang tua kami? Rasulullah menjawab: Benar, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah mengutusku untuk
menyampaikan risalahNya dan mengajakmu menuju Allah dengan benar.
Demi Allah ini adalah risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai Abu Bakar
kepada Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan janganlah engkau
menyembah selainNya dan agar selalu setia dalam ketaatan kepada-Nya.
Kemudian Rosul membacakan Al-Quran dan Abu Bakar tidak mengakui dan
tidak pula mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari berhala,
menanggalkan sekutu-sekutu Allah dan mengakui kebenaran Islam. Dan Abu
Bakar pun pulang dalam keadaan sebagai seorang mukmin yang
membenarkan.
Ibnu Katsir dalam al-Bidyah wa Nihyah menyebutkan beberapa
riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang
masuk Islam dari kalangan laki-laki. Beliau juga merupakan orang yang
pertama kali shalat bersama Nabi Muhammad SAW.
b. Perannya setelah masuk Islam
Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang
yang sangat besar peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam.
Banyak dari sahabat-sahabat besar yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ah
Shiddiq. Diantaranya adalah Zubaeir bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah
bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Mathun, Abi Ubaidah bin
Jarah, Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abil Arqam. Abu Bakar
juga mengajak keluarganya untk memeluk Islam dan berhasil mengislamkan
putrinya Aisyah dan Asma, putranya Abdullah, Istrinya Ummu Rumman, juga
pembantunya Amir bin Qahirah.
Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan dakwah
beliau. Abu Bakar belajar bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad.
Keimanan baginya tak hanya cukup dengan sekedar percaya belaka, namun
lebih dari itu keimanan takkan pernah sempurna sehingga seorang muslim
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Keteguhan beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah ini
menjadikan beliau menjadi orang yang paling dekat dan dicintai oleh
Rasulullah. Sehingga tak heran ketika kabar Isra Miraj sampai kepadanya
tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya mengtakan Jika yang
mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu pasti benar. Tak heran

7
ketika QS. An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama yang menangis
karena menyadari bahwa sahabat dekatnya akan segera meninggalkannya
menghadap sang Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun menjadikan
belaiu sebagai Imam mengantikan Rasulullah saat terbaring sakit dan tak
heran pula, jika umat islam pun membaiat beliau menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah Saw.

C. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah


Wafatnya Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan
banyak dari kalangan sahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga
banyak yang bingung menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para
Shahabat yang tertunduk lesu tak mampu menegakkan kakinya, banyak
yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata, bahkan ada yang mengingkari hal
ini dan bahkan ada pula yang sampai mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah
meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya sebagaiman Musa
AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat
pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan
Rasulullah meninggal.
Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini,
seraya menjelaskan bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang
menimpa agama. Dan wafatnya Roslullah merupakan musibah besar yang
menimpa agama ini. Rasulullah bersabda:

Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah ia
mengingat musibahnya dengan musibah yang menimpaku, sesungguhnya
(musibah yang menimpaku) inilah sebesar-besarnya musibah.
Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw ini karena
umat Islam ketika ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi musibah besar
yang tiada henti. Karena dengan wafatnya Rasulullah maka terputuslah
wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan awal munculnya para nabi
palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik kemunduran
pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai puncaknya.
Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang dengan
tenang mampu menghadapi musibah besar ini. beliau segera berpidato
membacakan ayat Allah menenangkan kaum muslimin. Beliau pun
mengatakan dalam pidatonya bahwa sesungguhnya barang siapa
menyembah Nabi Muhammad Saw maka sesungguhnya Nabi Muhammad

8
Saw. telah meninggal dan barang siapa menyembah Allah SWT maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tak akan pernah mati, kemudian
beliau membacakan QS. Ali Imran [3]: 144
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang,
Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

1. Pertemuan di Saqfah Bani Saidah


Setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai
bertanya-tanya mengenai siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan
umat Islam nantinya. Mengingat bahwa ini merupakan masalah yang penting
bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu pula, berkumpullah kaum Anshar di
Saqfah atau tempat pertemuan Bani Saidah. Saat kaum Muhajirin
mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk mengikuti
pertemuan ini.
Di dalam perjalanannya menuju Saqfah Bani Saidah ini Umar
menceritakan bahwa mereka bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua
orang ini bertanya: Hendak kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin? kami
menjawab: Kami hendak menemui saudara-saudara kami di Saqfah bani
Saidah. Keduanya pun mengingatkan agar kaum Muhajirin mengurungkan
niatnya untuk pergi ke saqfah ini. Namun mereka tetap bersikukuh untuk
pergi kesana. Ketika sampai mereak melihat seseorang yang sedang
terbaring berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar) bertanya: Siapa
ini? mereka menjawab: Dia adalah Saad bin Ubadah. Setelah mereka
duduk sejenak salah seorang dari mereka berrpidato dengan menyatakan
akan keutamaan kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah dan
membawa Islam menuju kemajuan seraya mengingatkan agar kaum
Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu
Umar telah menyiapkan kata-kata yang menurutnya paling indah untuk di
sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegah dan dia menyampaikan
kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak Umar sampaikan.
Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam
perkara ini. Maka Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar selesai berpidato dalam saqfah Bani Saidah dia pun
mengajukan Umar dan Abu Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga

9
menolaknya dan membenci hal itu. Umar juga mengatakan bahwa jikalau
lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk dibandingkan jika dia harus
menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum tersebut. Maka
ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun
mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.

2. Baiat Ammah terhadap Abu Bakar


Setelah Abu Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqfah Bani
Saidah, di hari berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah
terhadap Abu Bakar. Dalam riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan
bahwa saat itu Umar berdiri sedang Abu Bakar duduk, dia berpidato seraya
menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah menjadi orang terdekat
Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua, yang menggantikan beliau
sebagai imam saat beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta agar kaum
muslimin untuk membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam. Saat
itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun ganti
berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah
seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.
Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inagurasi yang diucapkan
sehari setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan
komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi meraih
keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Rasulullah. Di bawah ini adalah
sebagian kutipan dari pidato Abu Bakar yang terkenal itu.
Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,
padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku
dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutilah) aku, tetapi
aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku
pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya.
Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku
dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendaklah kamu taat
kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana
aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidaklah perlu
menaatiku.4

4 Ibnu Hisyam, Sirah Ibn Hisyam, Jilid IV, Mesir: Matbaah Mustafa Al-Babi Al-
Halabi wa Auladuh, 1937, hlm. 340-341

10
D. Permasalahan dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq

1. Kebijakan dalam Urusan Keagamaan


Ada beberapa kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap
Agama antara lain :
a. Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak
mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang
datang dari ummat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di
antara pertentangan tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad
(kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-
orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al Kazzab dari bani
Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman
dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan
dari beberapa kabilah.5
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-
masing. Setiap pemimpin pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan
keamanan dan stabilitas daerah yang ditentukan. Abu Bakar menyampaikan
wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak
melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak
atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta
kecuali untuk dimakan.
Di antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah;
Jika kalian melewati suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di
biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang mereka sembah.Pasukan ini
dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang panji
diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah.
Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin
Khuwailid yang mengaku sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah
yang memimpin pemberontakan dai al-Battah, suatu daerah di
Arab tengah.
2. Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah
al-Kazzab seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi.

5 Amin Said, Nasyatud Daulat Al-Islamiyah, hlm. 210-211

11
Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang terletak
dipesisir timur Arab (Yamamah).
3. Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah,
sebagai pasukan cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan
tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah
Yamamah.
4. Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa
pengikut Aswad al-Ansi (orang yang pertama mengaku sebagai
nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju Hadramaut untuk
menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di
Jazirah Arab selatan.
5. Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk
mengamankan daerah Daba yang terletak diwilayah tenggara,
dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka mengaku
Nabi.
6. Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan
stabilitas daerah Muhrah dan Oman yang terletak dipantai
selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap Islam
dibawa pemimpinan Abu Bakar.
7. Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah
Tihamah yang terletak sepanjang pantai Laut Merah. Mereka
juga membangkang terhadap pimpinan Abu Bakar.
8. Al-Alla bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum
Riddah yang yang murtad dari Islam.
9. Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kudaah dan Wadiah
yang terletak di barat laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga
membelot terhadap kepemimpinan Islam.
10. Khalid bin Said mendapat tugas menghadapi suku-suku
besar bangsa Arab yang ada diwilayah tengah bagian utara
sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga menunjukkan
pembangkangan terhadap Islam.
11. Maan bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum
Riddah yang berasal dari suku Salim dan Hawazin di daerah
Tarif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu
pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu anhu berkeras untuk
mencegah seraya berkata, Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu
apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada

12
Perang Uhud, Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami dengan
dirimu. Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena
kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi
sepeninggalanmu.
Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada
yang lain. Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam
pertempuran ini sehingga berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan
Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua kabilah untuk
membayar zakat.

b. Pengumpulan Al-Quran
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Quran yang
tewas, karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-
Quran, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti
beberapa bagian lagi dari Al-Quran akan musnah. Karena itu, menasehati
Abu Bakar untuk membuat suatu kumpulan Al-Quran kemudian ia
memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau
paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa
pengumpulan Al-Quran ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah Abu
Bakar.6

c. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi,
baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi
pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak,
ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga
untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya
Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang
Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah
Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng
pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam,
sebagai tempat shalat berjamaah, membaca Al-quran dan lain sebagainya.

6 Jalaludin As Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Beirut: Darul Fikr, 1979, hlm. 67 dan
72

13
2. Kebijakan dalam Urusan Kenegaraan
Ada beberapa kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun
daerah. Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib,
Ustman bin Affan, dan Zaid bin tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah
sebagai bendaharawan. Serta Umar bin Khathab sebagai hakim Agung.
Untuk daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan untuk
setiap provinsi ditunjuk seorang amir. Antara lain ;
Itab bin Asid menjadi amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada
masa Nabi
Ustman bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa
Nabi
Al-Muhajir bin Abi Umayyah, amir untuk Sana
Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut
Yala bin Umayyah, amir untuk khaulan
Abu Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima
Muaz bin Jabal, amir untuk Al-Janad
Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran
Abdullah bin Tsur, amir untuk Jarasy
Al-Ula bin hadrami, amir untuk Bahrai
sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria) dipercayakan kepada para pemimpin
Militer.
Para Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga
menetapkan hukum dan melaksanakan undang-undang. Artinya seorang
amir di samping sebagai ppemimpin agama, juga sebagai hakim dan
pelaksana tugas kepolisian. Namun demikian, setiap amir diberi hak untuk
mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib, amil, dan sebagainya.
b. Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu
disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di
antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah,
Amr bin Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
c. Yudikatif

14
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama
masa pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang
berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri,
dan masyarakat dikala itu dikenal alim.
d. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda
yang didapat dari zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain.
Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk
kesejahteraan ummat sesuai dengan aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan
khalifah dilakukan secara musyawarah dengan aklamasi menerima dan
mengangkat Abu bakar. Allah sendiri berfirman :

Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) denngan
musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagaian dari rizki
yang kami berikan kepada mereka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi


Khalifah dengan jalan Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang
tidak ikut dalam pembaiatan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah
setia. Dengan demikian, secara nyata, pengangkatan Abu bakar sebagai
khalifah disetujui.

E. Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar

1. Penyebaran dan Kekuasaan Islam


Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang
harus dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan
wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat
mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada
permasalahan luar negeri.
Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya
yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun
agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri
memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan

15
Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka
berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara
membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang
dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan
Islam.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia.
Pada bulan Muharram tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di
mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke Persia menghadapi perlawanan
sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera
memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk
membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini
segera bergerak menuju wilayah Persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai
teluk Persia, segera diserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan.
Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqiah Zat as-Salasil
artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi
dengan membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok
dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah
ditentukan. Keempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai
berikut :
Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara,
dan Antiokia
Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah
Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan
Yordania.
Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan
Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia
dan Romawi baru tuntas pada masa kekhalifaan Umar bin khathab.

2. Peradaban Islam
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu
kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah
penghimpunan Al-Quran. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada
Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran dari pelepah kurma, kulit
binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang dilakukan sebagai

16
usaha untuk menjaga kelestarian Al-Quran setelah syahidnya beberapa
orang penghapal Al-Quran pada perang Yamamah. Umarlah yang
mengusulkan pertama kalinya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Quran
dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu
Bakar terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia
mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin,
serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah
dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal.
Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini
dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara,
dan kepada rakyat yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan
Al-Quran.
2. Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi
kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar sebagai
penggantinya. Ada beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau
mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah kekhawatiran
akan terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah
Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila
tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan rasa
musyawarah. Ia lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk
mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun
kerabatnya, melainkan memilih seorang yang mempunyai nama
dan mendapat tempat dihati masyarakat serta disegani oleh
rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar
berjalan dengan baik dalam suatu baiat umum dan terbuka
tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu
perpecahan. Abu Bakar yang saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika
melihat kondisi yang cukup tegang, beliau berhasil menarik hati kaum
Anshar dan mengawali pidatonya dengan melunakkan hati Anshar dan
menenangkan keadaan. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran
akan hadits tentang siapa yang berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar.
Namun dalam dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa
kebenaran haruslah disampaikan dengan cara yang benar sehingga tidak
malah menimbulkan perpecahan yang justru merugikan. Begitu pula

18
kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang tidak benar akan sulit untuk
membuahkan kebaikan.
Pemerintahan Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya
yang sempurna, mencakup kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan
sangat menakjubkan. Kita sudah melihat betapa tingginya kesadaran Abu
Bakar terhadap prinsip-prinsip yang berpedoman pada Al-Qur'an sehingga ia
dapat memastikan untuk menanamkan pada dirinya batas antara kebenaran
untuk kebenaran dengan kebohongan untuk kebenaran.
Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong
kaum Muslimin memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam
seperti halnya orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar
zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi. Oleh karena itu
Abu Bakar melaksanakan perang Riddah untuk menyelamatkan Islam dari
kehancuran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amin, Islam Dari Masa ke Masa (Terjemahan dari Yaumul Islam),
Bandung : Rosda, 1987, hlm.80

Amin Said, Nasyatud Daulat Al-Islamiyah, Isa Al-Halabi, Mesir. t.t, hlm. 193

Hassan Ibrahim Hassan, Tarikhul-Islam, As-Siyasi Ad-Dini As-Saqifi Al-Ijtimai,


Jilid I, Kairo: Maktabah An-Nahdah Al-Misriyah, Cetakan ke-9, 1979,
hlm.205

19
Ibnu Hisyam, Sirah Ibn Hisyam, Jilid IV, Mesir: Matbaah Mustafa Al-Babi Al-
Halabi wa Auladuh, 1937, hlm. 340-341

Jalaludin As Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Beirut: Darul Fikr, 1979, hlm. 67 dan 72

20

You might also like