You are on page 1of 2

Tugas Hukum Laut Internasional

Nama : Oggie Febrianto Kurniawan

NIM : E1111140138

Prodi : Hubungan Internasional

Mata Kuliah : Hukum Laut Internasional

Kasus : Sengketa Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan Malaysia

Fakta : Negara Indonesia dan Malaysia melakukan klaim atas Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai
wilayah negara tersebut, Setelah melakukan serangkaian negosiasi di Jakarta-Kuala Lumpur,
masalah ini tidak menemukan solusi dan kedua negara tetap bersikukuh atas klaim mereka,
Hingga pada akhirnya Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia setuju kasus ini untuk
dibawa ke Mahkamah Internasional.

Tuntutan : Memutuskan negara mana yang memiliki klaim yang lebih sah untuk kedua pulau
tersebut

Keputusan : Kasus dibahas di Mahkamah Internasional dengan argumen masing-masing negara


sehubungan dengan klaim pulau-pulau tersebut. Dan pada tanggal 17 Desember 2002 dengan
kemenangan suara 16 banding 1, Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia dan berhak
atas kedua pulau tersebut.

Aturan : Kedua negara mencoba memakai klaim historis sebagai upaya untuk mengklaim pulau-
pulau tersebut. Indonesia berargumen bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan pulau
Indonesia yang berdasar pada patok Perjanjian Belanda-Inggris pada tahun 1891 yang berisikan
bahwa sepanjang Pulau Kalimantan memotong ke Sebatik merupakan hak negara. Namun,
argument tersebut tidak begitu berkenan bagi Mahkamah Internasional karena patok tersebut
mungkin bisa digunakan jika kasus sengketa ini di wilayah darat, tapi tidak dengan batas laut.

Malaysia telah melakukan kegiatan-kegiatan di pulau tersebut bahkan pada saat pulau tersebut
masih berstatus sengketa. Malaysia membangun mercusuar pada 1962 dan 1963 dan membuat
UU Perlindungan Penyu. Malaysia memiliki keunggulan karena memelihara dan menjaga
kondisi pulau tersebut.

Analisis : Malaysia memenangi kasus ini jika dinilai secara secara objektif adalah karena
memiliki warisan dari Inggris soal effective occupation, di mana effective occupation adalah
suatu tindakan administratif penguasaan suatu wilayah hanya bisa diterapkan pada terra nullius
atau wilayah baru dan wilayah tak bertuan, atau wilayah yang dianggap tak bertuan dan
disengketakan oleh negara. Malaysia mendapatkan pulau-pulau tersebut bukan atas kegiatannya
sendiri tetapi atas kegiatan hukum Inggris yang dilakukan pada tahun 1917, 1933, 1962 dan 1963
jauh sebelum Federasi Malaysia dengan keanggotaan Sabah dibentuk pada 16 September 1963.

You might also like