You are on page 1of 10

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI

PERSEPSI PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN


DI RUANG 12 (MADRIM) RSJD. AMINO GONDOHUTOMO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Jiwa

Oleh:
Muri Murdiana Agustin 22020115210004
Miski Fahmiatul M 22020115210009
Ervina Hesti Utami 22020115210006
Devi Merry Efendi 22020115210001

PROFESI KEPERAWATAN ANGKATAN XXVI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP
SEMARANG
2015
PRE PLANNING
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI PADA
PASIEN PERILAKU KEKERASAN

A. LATAR BELAKANG
Data pengkajian yang dilakukan selama 4 hari pada tanggal 28
November sampai dengan 2 Desember 2015 di ruang 12 Madrim RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang diperoleh data bahwa 4 dari 10 klien
mengalami gangguan jiwa dengan masalah utama resiko perilaku kekerasan/
perilaku kekerasan.
Pada pasien gangguan jiwa dengan masalah utama perilaku kekerasan
mempunyai masalah yang dapat menyebabkan klien menjadi marah-marah,
agresif, curiga pada orang lain dan bahkan dapat melukai diri sendiri dan
lingkungan sekitar.
Dengan pemberian TAK stimulasi persepsi yang efektif, didukung
dengan lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan klien untuk
berpartisipasi dalam kegiatan, maka klien dapat diajarkan cara mengenal dan
mengontrol perilaku kekerasan. Hal ini didukung oleh Leon Festinger (dalam
Sunarto, 2007) yang menyatakan bahwa perilaku dapat dikarenakan adanya
cognitive dissonance. Cognitive dissonance salah satunya adalah dengan TAK
stimulasi persepsi berupa cara mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan
baik secara fisik dan sosial. Cognitive dissonance dimiliki, sehingga klien
dapat merubah pengertian, sikap dan perilakunya. Sehingga sangat efektif
pemberian TAK stimulasi persepsi bagi klien dengan perilaku kekerasan.
Peningkatan kemampuan klien mengenal dan mengontrol perilaku
kekerasan setelah diberikan TAK stimulasi persepsi disebabkan karena
pemberian strategi pelaksanaan yang sesuai. Perilaku seseorang dapat dirubah
menjadi perilaku yang diinginkan atau adaptif, salah satunya dengan
memodifikasi perilaku (Depkes RI, 2000).
B. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi persepsi
Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Klien dapat membina hubungan yang harmonis antar klien dalam satu
ruang, seperti: memberikan sapa sesama klien.
b. Klien mampu mengetahu cara sehat mencegah perilaku kekerasan
secara fisik
2. TujuanKhusus
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
D. LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain dan juga lingkungan. Selain itu perilaku kekerasan dapat
diartikan sebagai keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung bagi dirinya sendiri ataupun orang lain
(Carpenito, 2000). Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan untuk dapat mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif.
2. Penyebab PK
Perilaku kekerasan dapat disebabkan karena adanya gangguan
konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan (Carpenito, 2000).
3. Akibat PK
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri
orang lain dan lingkungan.
4. Tanda dan Gejala PK
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku berikut ini :
a. Fisik
1) Muka marah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar dan ketus
2) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
c. Perilaku
1) Melempar batu atau memukul benda/orang lain
2) Merusak barang atau benda
3) Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan.
4) Mengamuk atau agresif
5) Melukai diri sendiri/orang lain
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, menyalahkan dan menuntut, ingin berkelahi dan mengamuk.
e. Intelektual
Mendominasi, meremehkan dan sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, meyinggung perasaan orang lain dan tidak perduli.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Mencuri, melarikan diri dan penyimpangan seksual.
5. Fungsi Calm Technique pada Klien PK
Calming tehnique dapat meningkatkan kesadaran klien melalui
pernapasan dan aliran tubuhnya sehingga berkonsentrasi terhadap apa
yang terjadi pada saat ini. Dengan mengalihkan perhatian pada saat ini,
calming tehnique dapat mengontrol emosi pada klien, meningkatkan afek
positif dan mengurangi respon emosi yang negatif.
Prosedur calming tehnique dilakukan dengan meminta pasien untuk
nafas panjang dengan merasakan nafas dan aliran darah ke seluruh tubuh
sambil mengucapkan saya ikhlas, saya pasrah, saya ingin bahagia atau
dengan dzikir.
Berdasarkan jurnal yang berjudul oleh menunjukkan bahwa setelah
dilakukan calming tehnique selama kurang lebih 10 menit dalam waktu
empat hari, klien mengatakan bahwa tehnik ini sudah berhasil
menenangkan perasaan dan pada hari kelima sudah bisa untuk
menenangkan hati.
6. Fungsi Forgiveness Therapi Pada Klien PK
Orang yang tidak memaafkan terkait erat dengan sikap marah, yang
berdampak pada penurunan fungsi kekebalan tubuh. Mereka yang tidak
memaafkan memiliki aktifitas otak yang sama dengan otak orang yang
sedang stres, marah, dan melakukan penyerangan (agresif).
Raut wajah, daya hantar kulit, dan detak jantung termasuk yang juga
diteliti ilmuwan dalam kaitannya dengan sikap memaafkan. Sikap tidak
memaafkan memiliki tingkat penegangan otot alis mata lebih tinggi, daya
hantar kulit lebih tinggi dan tekanan darah lebih tinggi. Sebaliknya, sikap
memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung dan pembuluh
darah.
Kesimpulannya, sikap tidak mau memaafkan yang sangat parah dapat
berdampak buruk pada kesehatan dengan membiarkan keberadaan stres
dalam diri orang tersebut. Hal ini akan memperhebat reaksi jantung dan
pembuluh darah di saat sang penderita mengingat peristiwa buruk yang
dialaminya. Sebaliknya, sikap memaafkan berperan sebagai penyangga
yang dapat menekan reaksi jantung dan pembuluh darah sekaligus memicu
pemunculan tanggapan emosi positif yang menggantikan emosi negatif.
Memfasilitasi memaafkan dilakukan dengan relaksasi, mengingat
kejadian yang membuat marah, merasakan kembali dan melepaskan rasa
marah. Memfasilitasi memaafkan dilakukan untuk mengontrol emosi dan
mencoba memaafkan orang yang pernah membuat klien marah.
E. KLIEN
1. Kriteria Peserta
a. Klien sehat secara fisik
b. Pasien dengan resiko perilaku kekerasan
c. Mampu berkomunikasi dengan baik
d. Klien dalam tenang, kooperatif dan dapat mengungkapkan perasannya
secara verbal dengan baik
e. Bersedia mengikuti TAK dari awal sampai akhir
2. Proses Seleksi
a. Melakukan pengkajian predisposisi
b. Melakukan pengkajian psikososial
c. Melakukan pengkajian status mental

F. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a. Hari/tanggal : Senin, 07 Desember 2015
b. Jam : 10.00 WIB 10.45 WIB
c. Tempat : Ruang 12. Madrim RSJ Dr. Amino Gondohutomo
Semarang
2. Tim perawat
Peran Tugas Pemain
Memimpin pelaksanaan TAK Devi Merry Efendi,
Leader
S.Kep
Membantu Leader dalam Miski Fahmiatul, S.Kep
Co leader
pelaksanaan TAK
Memandu pelaksanaan TAK Ervina Hesti U, S.Kep
Fasilitator Mengarahkan PM selama Muri Murdiana, S.Kep
pelaksanaan TAK
Mengamati pelaksanaan TAK
Pembimbing Klinik dan
Observer Menyimpulkan hasil TAK
Akademik
(Penilaian)

3. Metode dan Media


a. Metode
Dinamika Kelompok
Diskusi dan tanya jawab
Simulasi
b. Media TAK
Nametag pasien dan perawat
Handphone & Speaker
Lembar observasi
Kertas bergambar
Bolpoin
G. SETTING TEMPAT
1. Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan yang nyaman dan tenang

Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Klien
: fasilitator
: Observer / pembimbing

H. PROSES PELAKSANAAN
1. Tahap Persiapan
a. Perawat
1) Identifikasi masalah klien 1-3 hari sebelum TAK dimulai
2) Mempersiapkan sarana dan prasarana
3) Kontrak waktu dengan klien sebelum pelaksanaan TAK
b. Peserta
1) Klien siap mengikuti TAK 1 hari sebelum pelaksanaan
2) Klien hadir 5 menit sebelum TAK dimulai
3) Klien mematuhi tata tertib yang telah ditentukan
2. Tahap Orientasi
Dilakukan dalam waktu 5 menit
a. Salam terapeutik
1) Salam dari perawat
2) Peserta dan perawat mengenakan name tag.
b. Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah klien sudah mengenal masing-masing klien
dan terapis.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Menjelaskan aturan main yaitu :
a) Menyampaikan kepada klien lain mengenai nama dan asalnya
(identitas).
b) Menyampaikan status dan keluarganya kepada klien lain.
c) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok harus
minta ijin kepada pemimpin.
d) Lama kegiatan + 45 menit.
e) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
Dilakukan dalam waktu 45 menit
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.
1) Tanyakan kegiatan, rumah tangga, harian dan olahraga yang biasa
dilakukan klien.
2) Tulis di kertas
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalirkan
kemarahan secara sehat, tarik nafas dalam (calming tehnique),
memukul banta/kasur, bermain bola, senam, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
1) Perawat mempraktikkan.
2) Klien melakukan redemonstrasi.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikka cara penyaluran
kemarahan
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap Terminasi
Dilakukan dalam waktu 10 menit
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan setelah mengikuti TAKS.
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
3) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi social yang
asertif.
2) Menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya

I. EVALUASI
J. DOKUMENTASI
K. DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik
Diri. Jakarta : FIK UI.
http://m.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2008/07/02/41437/peneliti
an-memaafkan-mendatangkan-kesehatan.html#.Vl-pD7-l7Yg
Purwaningsih, Wahyu& Ina Karlina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa cet.2.
Jogjakarta : Nuha Medika
Sari, Padma Sri & Meidiana Dwidiyanti. 2014. Minfullness dengan
pendekatan spiritual pada pasien skizofrenia dengan resiko perilaku
kekerasan. Konas Jiwa XI Riau.
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

You might also like