Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
BUSTANUL ARIFIN
NIM. 120210301044
UNIVERSITAS JEMBER
2016
PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH BATANG
POHON SINGKONG UNTUK MEMBERIKAN KETERAMPILAN REMAJA
PUTUS SEKOLAH DI DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN
KABUPATEN BONDOWOSO
SKRIPSI
Oleh :
BUSTANUL ARIFIN
NIM 120210301044
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Pendidikan Ekonomi (S1) dan mencapai
gelar sarjana pendidikan
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur Alhamdulilah dan kebahagiaan, skripsi ini penulis
persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda Alm, H. Ali dan ibunda Sumiati yang
selama ini telah berjuang mendidik dan menyayangi saya tiada henti, dan selalu
mendoakan demi keberhasilan dan kesuksesan saya. Semoga Allah SWT
senantiasa melindungi serta membalas semua yang telah engkau berikan
selama ini.
2. Kakak kandung saya Nurul Hidayah dan Lufiyatul Munawarah, kakak angkat
saya Alm, Hj. Alfiyah dan H. Ahmad atas perjuangan, semangat dan doa yang
tiada henti demi keberhasilan dan kesuksesan saya.
3. Almamater yang kubanggakan Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember sebagai tempat menuntut
ilmu.
4. Bapak/Ibu guru di tingkat TK, SD, SMP, SMA, Bapak/Ibu Dosen di Program
Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember, serta semua orang yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dengan penuh keikhlasan.
iii
MOTTO
Kerjakan apa yang bisa di kerjakan, jangan menunda-nunda hingga waktu hampiir
habis
iv
PERNYATAAN
Bustanul Arifin
NIM. 120210301044
v
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi (S1) dan mencapai gelar sarjana pendidikan
Oleh :
Disetujui,
vi
PENGESAHAN
Skripsi yang ber judul Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang
Pohon Singkong Untuk Memberikan Keterampilan Remaja Putus Sekolah di
Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso telah diuji dan
dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Juni 2016
Tempat : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
Tim Penguji
Ketua Sekertaris
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
vii
RINGKASAN
Desa Taman merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso. Jumlah remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman
cukup banyak yaitu pada tahun 2015 sekitar 326 anak, dari 1.394 anak yang
bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah remaja putus sekolah tersebut
sangatlah besar untuk satu desa dan akan menjadi permasalahan bagi desa tersebut.
Kondisi sebagian remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman sangat
memprihatinkan, kondisi ini terlihat dari keterampilan remaja putus sekolah yang
masih rendah, kegiatan sehari-hari yang tidak produktif, tidak memiliki pekerjaan
tetap, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Desa Taman memiliki wilayah yang sangat subur, sebagian besar penduduk
Desa Taman berprofesi sebagai petani, dengan komoditi unggulannya yaitu berupa
singkong. Hasil panen dari lahan yang ditanami singkong tersebut hanya diambil
singkongnya saja. Sedangkan untuk pohon dan daunnya ditinggalkan begitu saja dan
jumlahnya sangat banyak, sehingga berserakan bahkan hinggga menjadi sampah.
Padahal limbah batang pohon singkong itu merupakan salah satu bahan baku yang
dapat dijadikan beraneka ragam kerajinan tangan apabila diberi sentuhan seni dan
kreativitas dari para remaja putus sekolah, dan nantinya akan menjadi suatu bentuk
kerajinan tangan yang mempunyai nilai ekonomis. Melihat fakta yang ada pada desa
tersebut, paneliti tertarik untuk melakukan pemanfaatan limbah batang pohon
singkong tersebut melalui pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
viii
singkong (kap lampu / lampion) dengan tujuan untuk memberikan keterampilan
kepada remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Wringin
Kabupaten Bondowoso.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan (action reserch), yang di
dalamnya terdapat empat langkah sesuai yang dikemukakan oleh Coghlan yailu
diagnosing, planning action, taking action, dan evaluation action. Lokasi penelitian
ditentukan dengan metode purposive area, yaitu dilaksanakan di Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Subjek dalam penelitian ini adalah
remaja putus sekolah yang berusia 13-21 tahun, tidak memiliki pekerjaan tetap, dan
bersedia untuk mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumen.
Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini telah
meningkat. Para peserta pelatihan telah mengetahui cara pemanfaatan limbah batang
pohon singkong dan cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion).
ix
PRAKATA
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sunardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember;
2. Dr. Sukidin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember;
3. Titin Kartini, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember;
4. Dr. Sri Kantun, M.Ed selaku Dosen Pembimbing I, Drs. Sutrisno Djaja, M.M
selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
penyusunan skripsi saya;
5. Dra. Retna Ngesti S, M.P selaku Dosen Penguji I, Titin Kartini, S.Pd, M.Pd
selaku Dosen Penguji II, yang telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan penyusunan skripsi saya;
6. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember
x
7. Masyarakat serta perangkat Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso, yang telah membantu dan ikut serta dalam melancarkan penelitian
skripsi saya.
8. Teman saya Ahmad Khoiruz Zaman,Moh Nur Chakiki, Miftahul Khoiriyah,
Fifit Tria, Inmut Mainnah, dan seluruh teman-teman Pendidikan Ekonomi
Angkatan 2012, terima kasih atas bantuan, motivasi, doa yang telah kalian
berikan. Dan kebersamaan kalian selama menuntut ilmu di Pendidikan
Ekonomi Universitas Jember. Semoga semua yang kita cita-citakan dapat
terkabulkan.
9. Pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua.
Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ................................................................................................ x
BAB 1. PENDAHULUAN
xii
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
xiii
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................... 40
3.5.1 Metode Observasi .......................................................... 40
3.5.2 Metode Wawancara ....................................................... 41
3.5.3 Metode Dokumen .......................................................... 41
3.6 Analisis Data ............................................................................ 42
Pelatihan ............................................................................... 62
4.2 Pembahasan ............................................................................. 67
xiv
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 71
5.2 Saran ............................................................................................ 71
LAMPIRAN .............................................................................................. 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data anak putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan
Tabel 4.2 Tingkat pendidikan penduduk Desa Taman Tahun 2015 ........... 46
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.6 Produk Kerajinan Kap Lampu Hasil Karya Peserta Pelatihan 61
xviii
1
BAB I. PENDAHULUAN
1
2
Jumlah remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso dalam beberapa tahun ini selalu mengalami peningkatan. Hal
ini dibuktikan dengan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso tahun
2013-2015 mengenai jumlah remaja putus sekolah untuk tingkat SD, SMP dan SMA
sederajat, sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data anak putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso
TAHUN ANGKA PUTUS SEKOLAH
2013 268
2014 302
2015 326
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso tahun 2015
berkembang secara wajar baik jasmani, maupun sosialnya. Bila tidak segera
ditangani permasalahan ini kemungkinan akan menjadi beban bagi remaja tersebut
serta akan menjadi masalah yang cukup besar bagi kemajuan negara ini.
Berdasarkan permasalahan yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso, tentunya pemerintah tidak hanya diam saja, tetapi
pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso telah memberikan solusi guna
mengurangi permasalahan remaja putus sekolah. Salah satu solusi tersebut yaitu
dengan cara mengembalikan pekerja anak ke sekolah formal, namun solusi tersebut
kurang optimal, karna jumlah pekerja anak yang dikembalikan ke sekolah formal
masih terbilang sedikit, sedangkan remaja putus sekolah yang ada jumlahnya cukup
banyak.
Pengembalian pekerja anak kesekolah formal oleh pemerintah dilakukan pada
tanggal 1 Juli 2014, dimana pemerintah Kabupaten Bondowoso mengembalikan
pekerja anak sebanyak 60 anak kesekolah formal, sesuai minat mengikuti Kejar
Paket A = 7 anak, Paket B = 15 anak, Paket C = 19 anak, SMP = 6 anak, MTs = 3
anak, SMA = 1 anak, MA = 3 anak, dan SMK = 6 anak. Jumlah itu meningkat dua
kali lipat pada tahun berikutnya. Mayoritas pekerja anak yang ditangani bekerja di
sektor informal seperti buruh angkut barang, kuli bangunan, pemecah batu, pekerja
di sawah dan pembantu. Usia mereka rata rata dari 12 18 tahun (Sumber dari
dinas tenaga kerja kabupaten Bondowoso), kemudian kepada orang tua dari anak-
anak yang telah kembali ke dunia pendidikan agar terus memberikan dukungan dan
motivasi untuk bersekolah sampai tuntas sesuai dengan yang diharapkan dan tidak
lagi mengalami putus sekolah. Hal ini tentunya belum bisa menjadi soslusi yang
terbaik dalam permasalahan putus sekolah yang ada di desa tersebut, karena jumlah
dari angka putus sekolah cukup banyak sedangkan kuota yang diberikan masih
minim, selain itu remaja yang putus sekolah tidak hanya membutuhkan pendidikan
formal saja melainkan juga membutuhkan pengembangan keterampilan sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga remaja putus sekolah dapat
4
berkreasi menciptakan peluang usaha dari potensi sumber daya yang ada disekitar
mereka dan juga dapat membantu perekonomian keluarga mereka.
Desa Taman merupakan salah satu desa dari 13 desa yang ada di Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso. Desa ini memiliki wilayah yang sangat subur,
sebagian besar penduduk Desa Taman berprofesi sebagai petani, dengan komoditi
unggulannya yaitu berupa singkong. Namun tidak semua lahan singkong yang ada
menjadi milik petani Desa Taman seutuhnya, akan tetapi pemilik lahan menyewakan
ladangnya kepada orang kota dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, kemudian
warga Desa Taman hanya menjadi buruh tani pada lahan yang ditanami singkong
tersebut. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu warga
Desa Taman yang menjadi buruh tani, yang menyatakan bahwa :
Desa Taman ini memiliki potensi yang cukup potensial untuk dikembangkan,
yaitu dengan adanya limbah batang pohon singkong yang cukup banyak, yang dapat
dijadikan berbagai kerajinan tangan seperti kap lampu (lampion), tempat pensil,
tempat sendok dan garpu, tempat tissue dan bebrbagai macam kerajinan tangan
lainnya. Dengan memanfaatkan limbah batang pohon singkong untuk dijadikan
sebuah kerajinan yang unik dan menarik, maka nantinya dapat memberikan nilai
ekonomis lebih besar dari hasil kerajinan tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas, seperti banyaknya remaja putus sekolah,
kegiatan remaja yang tidak produktif, kondisi ekonomi keluarga yang rendah, dan
banyaknya limbah batang pohon singkong yang tidak dimanfaatkan, maka perlu
adanya pembinaan kepada para remaja putus sekolah tersebut, dari pembinaan yang
diberikan salah satunya mengenai pelatihan kewirausahaan. Pelatihan kewirausahaan
bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, serta keterampilan
yang dimiliki remaja agar dapat mencapai taraf kesejahteraan yang lebih baik dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada di sekitar masyarakat. Melalui pembinaan
juga berguna untuk memberdayakan remaja yang putus sekolah sehingga mereka
bisa menolong dirinya sendiri tanpa menggantungkan nasib mereka kepada orang
lain dan meningkatkan kepercayaan diri remaja putus sekolah.
Untuk mencapai tujuan pembinaan bagi remaja putus sekolah melalui
pelatihan keterampilan, maka perlu disusun pola pembinaan yang tepat bagi remaja
putus sekolah sehingga permasalahan remaja putus sekolah dapat ditangani.
Pembinaan yang dilaksanakan terhadap remaja putus sekolah tidak dapat dilakukan
oleh pemerintah sendiri tanpa melibatkan peran serta dari masyarakat dan sumber-
sumber yang ada di masyarakat, karena permasalahan yang dialami remaja putus
sekolah semakin kompleks.
Kondisi yang dikemukakan, tentunya apabila tidak dicarikan pemecahannya
akan meningkatkan suatu kondisi masyarakat yang tidak tentram. Pada kondisi
6
Berdasarkan uraian yang tertuang dalam latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana proses pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah di Desa
Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso?
1.2.2 Bagaimana keterampilan yang dimiliki remaja putus sekolah Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso setelah dilakukannya pelatihan
pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong?
9
10
Sekarang di jaman modern ini remaja memiliki arti yang lebih luas lagi, yakni
suatu masa yang sedang mencapai kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Menurut Piaget dalam Sunarto (2002: 51), seorang tokoh pendidikan dan
perkembangan menyatakan pandangannya tentang masa remaja :
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Intergrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif,
kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok.
Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu didalam
proses pertumbuhannya telah mencapai kematangan fisik. Masa remaja merupakan
masa peralihan atau masa transisi dari kehidupan kanak-kanak ke masa dewasa. Pada
periode ini telah terjadi perubahan-perubahan dalam segi psikologi, emosional, sosial
dan intelektual.
Masa remaja merupakan suatu masa dimana para remaja dihadapkan kepada
tantangan-tantangan, batasan-batasan dan kekangan yang datang dari dalam dirinya
terhadap hal-hal atau kejadian yang baru dan harus mempertanggung jawabkan
tindakan yang dilakukannya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Masa remaja menunjukkan masa atau batasan usia yang tercepat antara usia
13-21 tahun dan mencakup seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa
tersebut. Sunarto, (2002: 51)
menjadi goncang, tidak seimbang dan berjalan sangat cepat yang menyebabkan
anak mengalami kesukaran. Pertumbuhan yang paling menonjol terjadi pada
fase usia ini adalah pertumbuhan jasmani, seolah-olah anak tersebut bertambah
tinggi dengan kecepatan yang jauh lebih terasa daripada masa kanak-kanak dulu.
Tumbuhya bertambah cepat, akan tetapi tidak serentak seluruhnya, maka
terjadilah ketidakseimbangan, gerak dan tubuhya tampak kurang serasi,
misalnya ia tampak tingggi kurus dengan kaki, tangan dan hidung lebih besar
daripada bagian tubuh lainya, Darajat (2005: 132)
Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana dapat dilihat
pada batasan:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri, Sunarto (2002: 54)
pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Dipihak lain mereka merasa
diri belum mampu melakukan berbagai hal.
2. Pertentangan, pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam diri mereka juga
menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka maupun orang lain. Pada
umumnya timbul perselisahan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara
si remaja dan orang tua. Selanjutnya pertentangan ini menyebabkan timbulnya
keinginan remaja yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua. Akan tetapi,
keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan memperoleh
rasa aman dan dirumah. Mereka tidak berani mengambil resiko dari tindakan
meninggalkan lingkungan yang aman di antara keluarganya.
3. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya. Mereka
ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja pria mencoba
merokok secara sembunyi-sembunyi, seolah-olah ingin membuktikan apa yang
dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh si remaja. Remaja putri mulai
bersolek menurut mode dan kosmetik terbaru.
4. Keinginan menjelajah kealam sekitar yang lebih luas, misalnya melibatkan diri
dalam kegiatan pramuka dan lain-lain.
5. Menghayal dan fantasi, khayalan dan fantasi remaja banyak berkisar mengenai
prestasi dan tenaga karier. Khalayan dan fantasi tidak selalu bersifat negatif,
dapat juga bersifat positif. Melalui khayalan dan fantasi yang positif dan
kontruktif banyak hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh para remaja.
6. Aktifitas kelompok, kebanyakan remaja-remaja menemukan jalan keluar dari
kesulitan-kesulitannya dengan berkumpul-kumpul melakukan kegiatan bersama-
sama, mengadakan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan ini tumbuh
sedemikian besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri masa remaja.
15
1. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang dimaksudkan adalah ketidakmampuan keluarga untuk
membiayai segala proses yang dibutuhkan selama menempuh pendidikan atau
sekolah dalam satu jenjeng tertentu. Walaupun pemerintah telah mencanangkan
wajib belajar 12 tahun, namun belum berimplikasi secara maksimal terhadap
17
penurunan jumlah anak yang putus sekolah. Selain itu, program pendidikan gratis
yang telah dilaksanakan belum tersosialisasi hingga kelevel bawah.
Konsep gratis belum jelas sasaran pembiayaannya oleh sekolah sehingga
masih dianggap sebagai beban bagi keluarga yang kurang mampu. Hal ini
dikarenakan, selain biaya yang dikeluarkan selama sekolah, anak juga harus
mengeluarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya seperti seragam
sekolah, buku dan alat tulis lainnya, serta biaya akomodasi bagi mereka yang
rumahnya jauh dari sekolah. Hal-hal tersebut masih dianggap sebagai beban oleh
orang tua, karena sebagian besar mata pencaharian warga Desa Taman adalah buruh
tani dengan pendapatan yang minim, sehingga membuat mereka enggan untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Budaya
Maksud dari budaya disini adalah terkait dengan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak dan kebiasaan masyarakat sekitar
terutama masyarakat desa yang beranggapan bahwa tanpa bersekolah anak-anak
mereka dapat hidup dengan layak sama seperti anak-anak lainnya yang bersekolah.
Sehingga hal tersebut dijadikan landasan bagi orang tua untuk menentukan masa
depan anaknya.
pekerjaan secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan dengan hasil semaksimal
mungkin.
Proses pembinaan ini adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam membantu kliennya agar mendapatkan hasil yang lebih baik dengan
mengembangkan sumber daya yang dimiliki dari segi praktis seperti pengembangan
sikap, kemauan dan kemampuan klien tersebut. Dalam hal ini, secara spesifik tujuan
pembinaan remaja disajikan dalam uraian berikut ini:
baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat
bijaksana, sopan dan beradap. Jiwa dari pendidikan islam pembinaan moral atau
akhlak Azmi (2006 : 60)
2.4.3 Pelatihan Pembuatan Kerajinan dari Limbah Batang Pohon Singkong (kap
lampu/lampion)
Kerajinan batang pohon singkong merupakan sebuah karya kerajinan yang
berbahan dasar berupa limbah batang pohon singkong. Kerajinan dari limbah batang
pohon singkong ini dibuat dengan tujuan untuk memanfaatkan limbah batang pohon
singkong yang selama ini dianggap sebagai sampah yang tidak memiliki nilai jual
oleh masyarakat. Padahal apabila limbah limbah batang pohon singkong ini
dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan dan diberi sentuhan seni dan
kreativitas dari para remaja putus sekolah, maka akan menghasilkan suatu karya
yang memiliki nilai jual tinggi, seperti kap lampu atau lampion.
Kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
ini sebagai upaya pembinaan remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan keterampilan remaja
putus sekolah. Selain itu, kegiatan pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
nilai guna batang pohon singkong sebagai potensi Desa Taman, sehingga kegiatan ini
nantinya dapat digunakan sebagai alternatif untuk memperoleh sumber pendapatan
baru khususnya bagi remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso.
Untuk alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pelatihan pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong ini antara lain: limbah limbah batang
pohon singkong, air keras, kabel, dop lampu, lampu, kawat atau besi, gergaji,
pisau/cater, amplas, lem G, vernis/plitur, dan kuas. Proses pembuatannya diawali
dengan mengupas dan membersihkan kulit luar batang pohon singkong terlebih
26
dahulu, kemudian pohon singkong yang sudah dikupas direndam dengan air keras
untuk mengawetkan pohon singkong, kemudian dijemur untuk dikeringkan,
kemudian setelah kering pohon singkong dipotong sesuai dengan bentuk dan
direkatkan pada pola, kemudian dihaluskan dan diwarnai menggunakan vernis atau
plitur.
2.5 Keterampilan
Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan akal,
pikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan
ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah
nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Setiap orang memiliki keterampilan yang
merupakan suatu talenta dari Yang Maha Kuasa. Sebagian orang ada yang menyadari
keterampilan yang dimilikinya, akan tetapi sebagian lagi belum atau tidak menyadari
keterampilan yang ada di dalam dirinya sendiri. Keterampilan pada dasarnya akan
lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk meningkatkan keterampilan, sehingga
apabila keretampilan itu terus diasah, tidak menutup kemungkinan bila akan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.
Menurut Robbins (2000:97) terdapat empat kategori keterampilan, antra lain:
a. Basic Literacy Skill
Keterampilan dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh setiap individu
seperti membaca, menulis, berhitung,serta mendengarkan.
b. Technical Skill
Keterampilan secara teknis yang didapat melalui pembelajaran dalam bidang
teknik.
c. Interpersonal Skill
Keterampilan yang dimiliki setiap individu dalam melakukan komunikasi
satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan
bekerja secara tim.
27
d. Problem Solving
Keterampilan yang dimiliki setiap individu dalam memecahkan atau
menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan logikanya.
a. Faktor Ekonomi
b. Kurangnya minat anak untuk
bersekolah
c. Kurangnya perhatian orang
tua
d. Fasilitas belajar yang kurang
memadai
Keterangan:
BAB III
METODE PENELITIAN
31
32
aktif dengan mengikuti seluruh kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah di
Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, mulai dari proses
identifikasi permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hingga tahap
evaluasi tindakan.
Evaluation
Diagnosing
Action
Taking Planning
Action Action
1. Diagnosing (identifikasi)
Pada tahap ini, peneliti dan partisipan bersama-sama
sama memahami pokok
permasalahan remaja putus sekolah,
sekolah kemudian mengidentifikasi kebutuhan remaja
putus sekolah akan keterampilan, dan menentukan tindakan yang sesuai dengan
kondisi remaja putus sekolah serta potensi yang ada di Desa
Desa Taman. Kegiatan
Focus Group
identifikasi ini dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dan FGD (Focus
Discussion)) dengan instruktur, perangkat Desa Taman dan remaja putus sekolah
Desa Taman. Metode Focus Group Discussion (FGD) ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa
berapa besar kebutuhan remaja putus sekolah akan suatu keterampilan
yang diinginkan untuk dipelajari dan menggali lebih dalam terkait dengan minat
remaja putus sekolah terhadap pelatihan yang peneliti tawarkan.
Keterangan :
besi, gergaji kayu, gergaji triplek, pisau/cater, amplas, lem G, melamin gloss,
thinner, lem fox kuning, bensin dan kuas.
f. Biaya
Dalam penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Bondowoso guna memperoleh
bantuan instruktur pelatihan, dana, dan lain sebagainya.
g. Metode pelatihan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode demonstrasi untuk
menjelaskan tata cara dan bahan apa saja yang diperlukan dalam pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), dan untuk
mendemonstrasikan pembuatan kap lampu kepada peserta pelatihan, dan peserta
juga diberikan kesempatan untuk mempraktikkan membuat kap lampu secara
langsung, namun tetap didampingi oleh instruktur.
singkong ini apabila diberi sentuhan seni dan kreativitas, maka akan menghasilkan
suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Oleh karena itu,
peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di lokasi tersebut.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasannya.
Hasil penelitian mencakup : gambaran umum Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso, gambaran umum subjek penelitian, dan proses pelatihan
pembuatan kerajinan dari limbah pohon singkong untuk memberikan keterampilan
remaja putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.
43
44
Namun dalam hal ini produk kerajinan yang akan dihasilkan lebih terfokus pada
pembuatan kerajinan berupa kap lampu atau lampion yang berbahan dasar dari
limbah batang pohon singkong.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Taman Tahun 2015
Prosentase
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
dari Total Jumlah Penduduk
5. Diploma 3 Jiwa
7. Pasca Sarjana -
Oleh karena itu, remaja Desa Taman sangat membutuhkan sebuah keterampilan baru
yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki setiap remaja.
Sebagian besar penduduk Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso adalah usia remaja, usia dimana para remaja membekali dirinya dengan
pendidikan dan keterampilan yang cukup. Hal ini bertujuan agar remaja dapat
mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya secara optimal, dan dapat
hidup secara mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Namun tidak semua
remaja memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh atau melanjutkan
pendidikannya, banyak remaja-remaja khususnya remaja yang ada didesa tidak bisa
melanjutkan pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Taman khususnya remaja
menyebabkan sumber daya manusia (SDM) di desa tersebut masih tergolong rendah,
kondisi seperti inilah yang menyebabkan masyarakat Desa Taman tidak dapat hidup
secara mandiri, sejahtera dan berkembang. Meskipun Desa Taman memiliki potensi
desa yang cukup potensial seperti pertanian dan perkebunan, namun jika hal tersebut
tidak diimbangi dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka
potensi tersebut tidak akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
membagi subjek penelitian tersebut menjadi dua yaitu informan kunci dan informan
pendukung.
Dalam penelitian ini, yang menjadi informan kunci yaitu remaja putus
sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
sebanyak 8 orang remaja dengan kriteria remaja dengan rentang usia 13-21 tahun,
tidak bersekolah atau putus sekolah, tidak memiliki pekerjaan (menganggur), dan
bersedia mengikuti pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion). Adapun identitas dari masing-masing informan kunci
adalah sebagai berikut :
Dalam penelitian ini, peneliti juga memerlukan adanya tambahan informasi dari
informan pendukung. Yang menjadi informan pendukung yaitu Bapak Tatok Bely
Belnadi selaku Kepala Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
49
dan beberapa orang tua remaja putus sekolah yang menjadi peserta dalam pelatihan
pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion).
Tabel 4.4 Program Kerja Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah
Batang Pohon Singkong
No Tahap Keterangan Target Hasil Temuan
Kegiatan
1. Diagnosing Mengidentifikasi Kebutuhan remaja Remaja putus sekolah
Action kebutuhan remaja putus sekolah Desa Desa Taman
remaja putus Taman dapat menginginkan adanya
sekolah Desa teridentifikasi. kegiatan pelatihan
Taman. keterampilan
50
Berdasarkan hasil wawancara dan FGD, maka tahap identifikasi ini berakhir
pada tahap dimana sudah ditemukannya kebutuhan remaja putus sekolah, yaitu
kebutuhan akan pelatihan keterampilan. Dengan adanya kegiatan pelatihan
keterampilan tersebut diharapkan para remaja putus sekolah Desa Taman memiliki
keterampilan baru.
b. Materi pelatihan
Materi yang disampaikan instruktur kepada peserta dalam proses pelatihan ini
yaitu materi tentang pemanfaatan limbah batang pohon singkong, alat dan bahan
yang dibutuhkan dalam pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong, dan tata cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion) yang meliputi: pemotongan limbah batang pohon
singkong, pembuatan pola kap lampu, perekatan antara pola dengan potongan
pohon singkong, dan pewarnaan menggunakan cairan melamin impra gloss.
Materi disampaikan oleh instruktur secara langsung kepada peserta pelatihan.
54
c. Instruktur
Dalam penelitian ini instruktur merupakan orang yang ahli dan terampil dalam
bidang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion). Peneliti menggunakan Bapak Nur Salim pemilik home industri
kerajinan tangan yang ada di Desa Taman sebagai instruktur yang nantinya akan
memberikan keterampilan mengenai pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion) kepada peserta pelatihan.
d. Peserta pelatihan
Dalam penelitian ini yang menjadi peserta pelatihan adalah remaja putus sekolah
yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, peserta
pelatihan sebanyak 8 remaja putus sekolah. Peserta akan diberikan pengetahuan
materi tentang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion), dan peserta juga akan diberi kesempatan untuk mempraktekkan
secara langsung membuat kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion).
f. Biaya
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dana pribadi dan bantuan dana dari
beberapa pihak, antara lain: peneliti bekerja sama dengan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Bondowoso guna memperoleh
bantuan instruktur, bantuan dari Kepala Desa Taman berupa penyediaan tempat,
bahan baku, bantuan dari Dosen Pendidikan Ekonomi Dr. Sri Kantun. M.Ed
berupa bantuan dana.
g. Metode pelatihan
Dalam penelitian ini, peneliti dalam penyampaian pelatihan menggunakan metode
demonstrasi. Metode demonstrasi ini digunakan untuk menjelaskan tata cara dan
bahan apa saja yang diperlukan dalam pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion). Motode demonstrasi juga digunakan untuk
mendemonstrasikan pembuatan kap lampu kepada peserta pelatihan, dan peserta juga
diberikan kesempatan untuk mempraktikkan membuat kap lampu secara langsung,
namun tetap didampingi oleh instruktur.
56
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama ini, kegiatan dimulai
dengan pemotongan limbah batang pohon
singkong yang telah dikupas kulitnya dan
dikeringkan sebelumnya, pemotongan
dilakukan dengan menggunakan gergaji dan
disesuaikan dengan ukuran yang telah
ditentukan, kemudian batang pohon
singkong yang sudah dipotong dihaluskan
menggunakan amplas agar teksturnya
terlihat lebih halus.
Gambar 4.3 Tahap pertama
Pada tahap ini setiap peserta sudah bisa memotong batang pohon singkong sesuai
ukuran, dan menghaluskan potongan batang pohon singkong menggunakan amplas
kayu.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua yaitu pembuatan dan
perangkaian pola kap lampu dari bambu
dan besi. Terdapat dua bagian dalam
pembuatan pola kap lampu ini, yaitu bagian
atas (tudung) yang berbentuk kerucut, dan
bagian bawah (penyangga) berbentuk kotak
dan ada juga yang berbentuk bulat. Setelah
perangkaian pola selesai, kemudian
sekeliling pola dibalut dengan
.... saya baru tau mas, kalau pohon singkong itu bisa dibuat
menjadi kerajinan seperti ini, gampang ternyata cara buatnya. Padahal
saya kira bakalan susah cara buatnya dan membutuhkan waktu yang
lama, ternyata gampang dan cepat juga proses pembuatannya. Tapi,
kalau untuk buat anyaman bambunya saya belum bisa mas, karna
bambunya itu harus dipotonng tipis sekali. (Mahyono, 21 tahun)
Berdasarkan kegiatan tesebut, secara keseluruhan proses pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong ini memakan waktu kurang lebih
selama satu minggu. Mulai dari proses mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, proses pendampingan dan pemantauan dalam pembuatan produk kap
lampu hingga peserta pelatihan benar-benar dapat membuat sendiri kerajinan
tersebut.
16:00. Pada hari pertama ada beberapa peserta yang datang terlambat, sehingga
pada tanggal 17 Mei 2016 kegiatan dimulai pada jam 14:00 dan berakhir pada jam
16:30. Namun tidak menjadi kendala dalam kegiatan pelatihan ini.
Tahap kedua, evaluasi keterampilan peserta dilakukan dengan cara
melakukan wawancara dan observasi kepada peserta dengan menanyakan kepada
peserta mengenai keterampilan dan pengetahuan peserta setelah dan sebelum
mengikuti pelatihan. Hasil dari wawancara dan observasi tersebut menunjukkan
bahwa peserta pelatihan belum mengetahui bagaimana pemanfaatan limbah batang
pohon singkong, produk kerajinan yg dapat dihasilkan dari bahan tersebut, dan
belum memiliki keterampilan pembuatan kerajinan dari bahan tersebut. Kemudian
setelah pelatihan, peneliti melakukan wawancara dan observasi kembali kepada
peserta pelatihan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pelatihan tersebut. Hasil
wawancara dan observasi menunjukkan bahwa peserta pelatihan memiliki
keterampilan baru tentang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong,
produk kerajinan yang dihasilkan peserta rapi dan beragam, sehingga layak untuk
diperjual belikan. Hal tersebut dipertegas dengan keterangan yang diberikan oleh
Bapak Nur Salim selaku instruktur dalam kegiatan pelatihan ini, keterangan tersebut
adalah sebagai berikut:
.... kap lampu yang dibuat oleh peserta sudah lumayan bagus mas
hasilnya, mereka juga sudah memahami proses demi proses dalam
pembuatan kap lampu ini, mulai dari proses pemotongan hingga
proses penempelan. Bentuk penyangga yang dihasilkanpun juga
cukup beragam, ada yang berbentuk melingkar, kotak, dan agak
mengerucut. Namun untuk menyelesaikan satu produk kap lampu,
mereka membutuhkan waktu yang cukup lama karena mereka masih
kurang cekatan. Tapi sebagai pemula ini sudah lebih dari cukup,
tinggal mengasah keterampilan mereka lebih dalam. ( Nur Salim, 45
tahun)
61
Gambar 4.6 Produk Kerajinan Kap Lampu Hasil Karya Peserta Pelatihan
pohon singkong (kap lampu/lampion). Kegiatan ini diberikan sebanyak dua kali
pertemuan, dengan pertemuan yang singkat ini peserta sudah mampu
mempraktekkan membuat sendiri produk kerajianan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) dengan didampingi instruktur. Produk yang
dihasilkan peserta pelatihan cukup bagus dan beragam.
Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini telah
meningkat. Para peserta pelatihan telah mengetahui cara pemanfaatan limbah batang
pohon singkong dan cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion).
Adanya kegiatan pelatihan seperti ini memberikan dampak positif bagi
remaja putus sekolah di Desa Taman, para peserta merasa senang karena mereka
memiliki kegiatan yang produktif, mereka termotivasi untuk mau berwirausaha dan
memanfaatkan waktu luang mereka yang selama ini terbuang sia-sia, pernyataan lain
juga disampaikan oleh salah satu peserta pelatihan yang menyatakan sebagai berikut:
Berikut ini adalah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam kegiatan pelatihan
pembuatan keajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) di
Desa Taman Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso, antara lain ;
1. Faktor pendukung
a. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah batang pohon singkong,
dimana ketersediaan bahan baku tersebut di Desa Taman sangat melimpah dan
mudah diperoleh. Dengan adanya bahan baku yang melimpah, tentunya dapat
mendukung kelancaran pelatihan ini, dan mampu meminimalkan pengeluaran
untuk membuat kerajinan dari limbah pohon singkong, karena kita tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan untuk memperoleh bahan baku tersebut.
d. Motivasi peserta
Kondisi remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman yang tidak memiliki
pekerjaan dan keterampilan membuat remaja putus sekolah menginginkan
kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas mereka, motivasi ini muncul
karena mereka menginginkan keterampilan baru yang dapat dikuasai agar dapat
hidup mandiri. Adanya motivasi tersebut sangat mendukung jalannya proses
penelitian dan dapat membuat remaja putus sekolah antusias dalam mengikuti
kegiatan pelatihan
2. Faktor penghambat
a. Keterbatasan sarana dan prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana sangat menghambat jalannya kegiatan
pelatihan. Terdapat beberapa peralatan yang jumlahnya terbatas seperti gergaji,
pisau dan amplas, keterbatasan ini terjadi karena peralatan yang digunakan
hanya disediakan oleh instruktur, sehingga peserta harus bergantian dalam
menggunakan peralatan tersebut.
peserta, namun pada pertemuan kedua hanya ada 5 peserta yang mengikuti pelatihan,
sehingga pada pertemuan kedua ini peneliti mencari peserta tambahan untuk
melengkapi jumlah peserta yang telah ditentukan sebelumnya.
tersebut, sampai pada demonstrasi cara pembuatan keajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion). Keterangan tersebut sesuai dengan keterangan
dari instruktur pelatihan :
... Dalam kegiatan pelatihan ini, sebagian besar peserta
pelatihan sangat antusias ketika saya menjelaskan materi dan
mempraktekkan cara membuat kerajinan kap lampu ini mas,
dan ketika ada hal yang tidak dimengerti mereka langsung
menanyakan kepada saya mas, atau mereka minta dijelaskan
kembali supaya lebih faham (Nur Salim, 45 Tahun)
singkong. Sesuai dengan pendapat Moekijat (dalam Kartika A.2011 : 80) bahwa
tujuan pengembangan keahlian dalam pelatihan akan tercapai jika pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh peserta selama mengikuti pelatihan dikembangkan
sehingga dapat meningkatkan kinerja peserta pelatihan.
Setelah peserta pelatihan yakni remaja putus sekolah yang ada di Desa
Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso mengikuti pelatihan pembuatan
kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), keterampilan
peserta manjadi maningkat, khususnya keterampilan mengenai pembuatan kerajianan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion). Peningkatan keterampilan
ini dapat dibuktikan dengan cara membandingkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki peserta pelatihan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari slah satu peserta pelatihan:
... Dengan adanya pelatihan ini saya memiliki keterampilan
baru mas, sebelumnya keterampilan yang saya miliki hanya
keterampilan dibidang otomotif saja, dan sekarang saya
memiliki keterampilan baru, saya bisa membuat kerajinan
tangan dari pohon singkong (Mahyono, 21 tahun)
.... kap lampu yang dibuat oleh peserta sudah lumayan bagus
mas hasilnya, mereka juga sudah memahami proses demi proses
dalam pembuatan kap lampu ini, mulai dari proses pemotongan
hingga proses penempelan. Bentuk penyangga yang
dihasilkanpun juga cukup beragam, ada yang berbentuk
melingkar, kotak, dan agak mengerucut. Namun untuk
menyelesaikan satu produk kap lampu, mereka membutuhkan
waktu yang cukup lama karena mereka masih kurang cekatan.
Tapi sebagai pemula ini sudah lebih dari cukup, tinggal
mengasah keterampilan mereka lebih dalam. ( Nur Salim, 45
tahun)
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong ini
merupakan salah satu upaya untuk memberikan keterampilan bagi remaja putus
sekolah Desa Taman. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso ini telah berhasil dilaksanakan. Proses
pelaksanaan kegiatan pelatihan ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada hambatan dalam pelaksanaannya,
seperti keterlambatan peserta dan keterbatasan ala. Namun,hal tersebut tidak menjadi
kendala besar dalam kegiatan pelatihan ini.
Setelah peserta pelatihan mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan
kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), peserta
memiliki keterampilan baru, khususnya keterampilan tentang pembuatan kerajianan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion). Keterampilan yang
dimiliki peserta ini dibuktikan dengan adanya produk yang dihasilkan peserta
pelatihan, yaitu berupa produk kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion), produk kap lampu yang dihasilkan peserta cukup beragam,
penyangga dari kap lampunya ada yang berbentuk bulat dan ada juga yang berbentuk
kotak. Oleh karena itu, berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dapat dikatakan
berhasil.
5.2 Saran
Salah satu potensi alam yang ada di Desa Taman yaitu adanya limbah
batang pohon singkong yang jumlahnya cukup banyak, dan selama ini belum
dimanfaatkan. Dengan adanya kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong ini, kita dapat memanfaatkan bahan tersebut menjadi produk
71
72
kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi, yaitu berupa kap lampu. Bagi pemerintah
setempat, diharapkan nantinya dapat memanfaatkan bahan tersebut untuk dijadikan
produk kerajianan yang lain, tidak terfokus pada satu produk saja, sehinggan dapat
memciptakan peluang usaha yang lebih luas. Salah satu upaya yang mungkin dapat
dilakukan yaitu dengan memberikan fasilitas agar remaja putus sekolah dapat
mengembangkan potensi diri dan potensi alam secara maksimal.
73
DAFTAR BACAAN
Buku :
Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, Yogyakarta.
Belukar
Kamil. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung:
Alfabeta.
Sarwono Wirawan Sarlito. 2002. Teoro-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja
Gafindo Persada.
Sarwono, Wirawan Sarlito. 2005. Psikologi Remaja, edisi revisi, PT Raja Grafindo,
Persada
73
74
2002. Model Pembinaan Anak Jalanan di Jawa Timur. Jawa Timur: Balitbang
Jurnal :
Sumaryati, Sri & Purwaningrum, Lulu. 2013. Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah
Melalui Usaha Kerajinan Tenun Lidi. Progam Studi Pendidikan Ekonomi
FKIP UNS
Skripsi :
Wahyu, W. Putri. 2006. Upaya Pembinaan Remaja Putus Sekolah Pada Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) Mardi Karya Utama Jombang. Jember: Progam
Studi Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Jember.
76
LAMPIRAN
76
LAMPIRAN B
PEDOMAN PENELITIAN
1. Observasi
No. Data yang ingin diperoleh Sumber data
1. Observasi kegiatan sehari-hari yang dilakukan Informan utama
remaja putus sekolah di Desa Taman Kecamatan penelitian / Remaja
Grujugan Kabupaten Bondowoso. putus sekolah di Desa
2. Observasi keadaan tempat tinggaal, kondisi Taman Kecamatan
keluarga para remmaja putus sekolah, dan Grujugan Kabupaten
pemenuhan kebutuhan pendidikan. Bondowoso
3. Observasi pemanfaatan limbah batang pohon
singkong.
2. Wawancara
No. Data yang ingin diperoleh Sumber data
1. Profil remaja putus sekolah, riwayat pendidikan Subjek penelitian yaitu
remaja, program pembinaan remaja yang pernah remaja putus sekolah di
diikuti, ketertarikan remaja putus sekolah akan Desa Taman
pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah Kecamatan Grujugan
batang pohon singkong. Kabupaten Bondowoso
2. Profil orangtua remaja putus sekolah , pekerjaan Informan tambahan
orang tua.
78
3. Dokumen
No. Data yang ingin diperoleh Sumber data
1. Data penduduk Desa Taman Kecamatan Grujugan Informan tambahan
Kabupaten Bondowoso, baik mengenai jumlah yaitu perangkat Desa
remaja putus sekolah, mata pencaharian penduduk Taman Kecamatan
desa, potensi desa, dan program-program Grujugan Kabupaten
pembinaan yang pernah dilakukan di Desa Taman Bondowoso, dan
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. instansi terkait lainnya.
79
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
SP : Sekarang mana ada orang yang mau nerima kerja kalo Cuma lulusan SD
aja mas, kalo saya punya keterampilan kan bisa saya gunakan untuk
melamar kerja
SP : gak di apa-apakan mas, palingan cuma dibuat kayu bakar sama ibu
dirumah.
87
SP : gak tau juga mas, bingung mau dibuat apa, kan kayu singkong itu gak kuat
mas, gak kayak kayu jati
SP : tertarik sih mas, tapi ya itu, saya bingung mau dibuata apa.
P : Apakah materi dan teknik yang diberikan oleh instruktur dapat anda
mengerti?
SP : iya mas, saya faham apa yang disampaikan oleh pak Nur Salim
P : Apakah anda sudah bisa membuat sendiri produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion)?
88
SP : bisa sih mas, tapi kalo buat anyaman bambunya saya masih belum bisa,
soalnya kan ada tekhnik khusus buat motong bambu dan ngerangkai
polanya mas
SP : Saya merasa senang mengikuti kegiatan pelatihan ini dari awal sampai
akhir mas, karna disini saya mendapatkan banyak hal, seperti pengetahuan
baru, keterampilan baru, dan kegiatan ini juga memotivasi saya untuk
berkembang.
SP : tergantung mas, kalau ada pekerjaan saya kerja, kalau gak ada ya gak kerja
SP : pernah mas
P : Apakah materi dan teknik yang diberikan oleh instruktur dapat anda
mengerti?
SP : iya mas, materi yang disampaikan mudah untuk dipahami, dan juga dapat
memotivasi saya untuk memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai
menjadi barang yang lebih berguna
P : Apakah anda sudah bisa membuat sendiri produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion)?
SP : iya mas saya bisa membuat produk kerajinan dari pohon singkong ini
92
SP : kegiatan seperti ini sangat bagus sekali mas, karna bisa dibuat peluang
usaha. Saran saya, seharusnya produk yang di buat lebih banyak
macamnya mas, jadi kan lebih banyak keterampilan yang kita dapatkan.
SP : tidak ada perlakuan khusus mas, kalau ibu biasanya ditanam lagi sama di
buat kayu bakar
SP : saya kurang tau mas, mungkin dibuat asbak atau apa gitu
P : Apakah materi dan teknik yang diberikan oleh instruktur dapat anda
mengerti?
P : Apakah anda sudah bisa membuat sendiri produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion)?
SP : iya mas, saya bisa membuat kap lampu ini, tapi saya kesulitan untuk buat
polanya mas
SP : iya mas, dengan ikut kegiatan pelatoj=han ini kegiatan saya jadi meningkat
96
SP : kegiatan ini sangat bermanfaat sekali mas, karna bisa menambah nilai guna
suatu barang.
SP : keteranpilan saya jadi meningkat mas, yang awalnya saya tidak bisa
membuat kerajinan dari pohon singkong ini, sekarang saya bisa buat
sendiri.
97
SP : Jumlah remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman ini lumayan cukup
banyak mas, dan kebanyakan mereka gak sekolah lagi karena faktor
ekonomi. Kalau kegiatan mereka ya hanya kumpul-kumpul sama teman
yang gak sekolah juga mas, biasanya kumpul di gardu pinggir jalan,
sambil ngamen, kadang kalau malem sabtu dan malem minggu itu
mereka balap liar di jalan raya depan balai desa. Terus mereka juga tidak
kerja mas, jarang ada yang mau nerima mereka kerja, ya mungkin karna
mereka gak punya ijazah dan keterampilan bekerja.
SP : Tingkat pendidikan remaja di Desa Taman ini cuma sampai SMA mas,
tidak banyak yang melanjutkan sampai ke bangku kuliah. Kalua yang
putus sekolah ya macam-macam mas, ada yang tidak melanjutkan setelah
mereka lulus SD atau SMP. Ada juga yang putus ditengah jalan sebelum
mereka lulus. Dan faktor yang paling dominan menyebabkan mereka itu
putus sekolah ya faktor ekonomi.
SP : tanah liat itu mas, tapi disini cuma dibuat batu bata belum dimanfaatkan
secara optimal. Padahal kan banyak kerajinan dari tanah liat, contohnya
seperti gerabah, kramik, genteng, dan lain sebagainya.
SP : tidak ada mas, warga sekitar kalau masa panen Cuma diambil
singkongnya saja, untuk batang pohonnya ditanam lagi dan dibuat kayu
bakar.
100
SP : 3 anak mas.
SP : kurang biaya mas, tapi anak saya yang namanya hamid itu memang gak
mau sekolah, soalnya temannya ada yang tidak sekolah. Jadi dia ikut-ikut
tidak sekolah
101
SP : kurang tau saya mas, hamid tiap hari main terus mas, mungkin ya gak
pernah
SP : pernah mas, tapi dia gak mau soalnya gak ada temannya.
102
LAMPIRAN F
LAMPIRAN G
6. Ketersediaan alat dan bahan Apabila alat dan bahan baku tersedia Apabila alat dan bahan baku tidak tersedia
baku untuk membuat kerajinan. untuk membuat kerajinan.
7. Dukungan dari pihak-pihak Apabila ada dukungan dari peserta, Apabila tidak ada dukungan dari peserta,
terkait pemateri, dan perangkat desa untuk pemateri, dan perangkat desa untuk
melaksanakan kegiatan pelatihan. melaksanakan kegiatan pelatihan.
8. pemanfaatan limbah limbah Apabila peserta pelatihan ini terbukti Apabila peserta pelatihan ini tidak mampu
batang pohon singkong mampu untuk memngolah dan untuk memngolah dan memanfaatkan
memanfaatkan limbah limbah batang limbah limbah batang pohon singkong
pohon singkong yang ada di lingkungan yang ada di lingkungan sekitar tempat
sekitar tempat pelatihan. pelatihan.
112
LAMPIRAN H
TINGKAT
No. KRITERIA KEBERHASILAN
B CB KB
1. Pemahaman materi pelatihan
2. Peserta pelatihan bisa membuat kerajinan dari
limbah limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion)
3. Keterampilan peserta
4. Kehadiran peserta
5. Ketersediaan waktu dan tempat
6. Ketersediaan alat dan bahan baku
7. Dukungan dari pihak-pihak terkait
8. pemanfaatan limbah limbah batang pohon
singkong
Keterangan:
Berhasil : SB
Cukup Berhasil : CB
Kurang Berhasil : KB
113
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
Gambar 12. Tahap pemberian lem fox kuning pada pola dan limbah
batang pohon singkong yang sudah dipotong
119
LAMPIRAN J
Sekdes
Staf
LAMPIRAN K
LAMPIRAN L
LAMPIRAN M
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : Bustanul Arifin
2. Tempat, tanggal lahir : Jember, 21 Juli 1994
3. Agama : Islam
4. Nama Ayah : H. Ali (Alm)
5. Nama Ibu : Sumiati
6. Alamat : Dusun Curah Kates, RT/RW 01/09,
Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten
Jember Jawa Timur, Kode Pos 68175.
B. Pendidikan