You are on page 1of 145

PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH BATANG

POHON SINGKONG UNTUK MEMBERIKAN KETERAMPILAN REMAJA


PUTUS SEKOLAH DI DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN
KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Oleh :

BUSTANUL ARIFIN
NIM. 120210301044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016
PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH BATANG
POHON SINGKONG UNTUK MEMBERIKAN KETERAMPILAN REMAJA
PUTUS SEKOLAH DI DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN
KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Oleh :

BUSTANUL ARIFIN
NIM 120210301044

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Pendidikan Ekonomi (S1) dan mencapai
gelar sarjana pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016

ii
PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur Alhamdulilah dan kebahagiaan, skripsi ini penulis
persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda Alm, H. Ali dan ibunda Sumiati yang
selama ini telah berjuang mendidik dan menyayangi saya tiada henti, dan selalu
mendoakan demi keberhasilan dan kesuksesan saya. Semoga Allah SWT
senantiasa melindungi serta membalas semua yang telah engkau berikan
selama ini.
2. Kakak kandung saya Nurul Hidayah dan Lufiyatul Munawarah, kakak angkat
saya Alm, Hj. Alfiyah dan H. Ahmad atas perjuangan, semangat dan doa yang
tiada henti demi keberhasilan dan kesuksesan saya.
3. Almamater yang kubanggakan Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember sebagai tempat menuntut
ilmu.
4. Bapak/Ibu guru di tingkat TK, SD, SMP, SMA, Bapak/Ibu Dosen di Program
Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember, serta semua orang yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dengan penuh keikhlasan.

iii
MOTTO

Man Jadda Wa Jada (barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka


pasti akan berhasil).

Kerjakan apa yang bisa di kerjakan, jangan menunda-nunda hingga waktu hampiir
habis

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Bustanul Arifin


NIM : 120210301044

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Pelatihan


Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang Pohon Singkong Untuk
Memberikan Keterampilan Remaja Putus Sekolah Di Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali
jika disebutkan sumbernya dan belum diajukan pada institusi manapun, serta bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isi sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan


dan paksaan serta bersedia mendapat sanksi akademik jika dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar.

Jember, 21 Juni 2016

Bustanul Arifin
NIM. 120210301044

v
HALAMAN PERSETUJUAN

PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBH BATANG POHON


SINGKONG UNTUK MEMBERIKAN KETERAMPILAN REMAJA PUTUS
SEKOLAH DI DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN KABUPATEN
BONDOWOSO

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi (S1) dan mencapai gelar sarjana pendidikan

Oleh :

Nama Mahasiswa : Bustanul Arifin


NIM : 120210301044
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Angkatan Tahun : 2012
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 21 Juli 1994

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Sri Kantun, M.Ed Drs. Sutrisno Djaja, M.M


NIP. 19581007 198602 2 001 NIP.19540302 198601 1 001

vi
PENGESAHAN

Skripsi yang ber judul Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang
Pohon Singkong Untuk Memberikan Keterampilan Remaja Putus Sekolah di
Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso telah diuji dan
dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Juni 2016
Tempat : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember

Tim Penguji
Ketua Sekertaris

Dr. Sri Kantun, M.Ed Drs. Sutrisno Djaja, M.M


NIP. 19581007 198602 2 001 NIP.19540302 198601 1 001

Anggota I Anggota II

Dra. Retna Ngesti, S, M.P Titin Kartini, S.Pd, M.Pd


NIP.19670715 199403 2 004 NIP. 19801205 200604 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember

Prof. Dr. Sunardi, M.Pd.


NIP. 19540501 198303 1 005

vii
RINGKASAN

Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang Pohon Singkong Untuk


Memberikan Keterampilan Remaja Putus Sekolah di Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso; Bustanul Arifin, 120210301044; 2016; 69
halaman; Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.

Desa Taman merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso. Jumlah remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman
cukup banyak yaitu pada tahun 2015 sekitar 326 anak, dari 1.394 anak yang
bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah remaja putus sekolah tersebut
sangatlah besar untuk satu desa dan akan menjadi permasalahan bagi desa tersebut.
Kondisi sebagian remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman sangat
memprihatinkan, kondisi ini terlihat dari keterampilan remaja putus sekolah yang
masih rendah, kegiatan sehari-hari yang tidak produktif, tidak memiliki pekerjaan
tetap, dan tingkat pendidikan yang rendah.

Desa Taman memiliki wilayah yang sangat subur, sebagian besar penduduk
Desa Taman berprofesi sebagai petani, dengan komoditi unggulannya yaitu berupa
singkong. Hasil panen dari lahan yang ditanami singkong tersebut hanya diambil
singkongnya saja. Sedangkan untuk pohon dan daunnya ditinggalkan begitu saja dan
jumlahnya sangat banyak, sehingga berserakan bahkan hinggga menjadi sampah.
Padahal limbah batang pohon singkong itu merupakan salah satu bahan baku yang
dapat dijadikan beraneka ragam kerajinan tangan apabila diberi sentuhan seni dan
kreativitas dari para remaja putus sekolah, dan nantinya akan menjadi suatu bentuk
kerajinan tangan yang mempunyai nilai ekonomis. Melihat fakta yang ada pada desa
tersebut, paneliti tertarik untuk melakukan pemanfaatan limbah batang pohon
singkong tersebut melalui pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon

viii
singkong (kap lampu / lampion) dengan tujuan untuk memberikan keterampilan
kepada remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Wringin
Kabupaten Bondowoso.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan (action reserch), yang di
dalamnya terdapat empat langkah sesuai yang dikemukakan oleh Coghlan yailu
diagnosing, planning action, taking action, dan evaluation action. Lokasi penelitian
ditentukan dengan metode purposive area, yaitu dilaksanakan di Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Subjek dalam penelitian ini adalah
remaja putus sekolah yang berusia 13-21 tahun, tidak memiliki pekerjaan tetap, dan
bersedia untuk mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumen.
Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini telah
meningkat. Para peserta pelatihan telah mengetahui cara pemanfaatan limbah batang
pohon singkong dan cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion).

ix
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah skripsi yang berjudul Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari
Limbah Batang Pohon Singkong Untuk Memberikan Keterampilan Remaja Putus
Sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Karya tulis
ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sunardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember;
2. Dr. Sukidin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember;
3. Titin Kartini, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember;
4. Dr. Sri Kantun, M.Ed selaku Dosen Pembimbing I, Drs. Sutrisno Djaja, M.M
selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
penyusunan skripsi saya;
5. Dra. Retna Ngesti S, M.P selaku Dosen Penguji I, Titin Kartini, S.Pd, M.Pd
selaku Dosen Penguji II, yang telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan penyusunan skripsi saya;
6. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember

x
7. Masyarakat serta perangkat Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso, yang telah membantu dan ikut serta dalam melancarkan penelitian
skripsi saya.
8. Teman saya Ahmad Khoiruz Zaman,Moh Nur Chakiki, Miftahul Khoiriyah,
Fifit Tria, Inmut Mainnah, dan seluruh teman-teman Pendidikan Ekonomi
Angkatan 2012, terima kasih atas bantuan, motivasi, doa yang telah kalian
berikan. Dan kebersamaan kalian selama menuntut ilmu di Pendidikan
Ekonomi Universitas Jember. Semoga semua yang kita cita-citakan dapat
terkabulkan.
9. Pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua.
Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jember, 21 Juni 2016

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iii

HALAMAN MOTTO .............................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. v

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ vi

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vii

RINGKASAN ........................................................................................... viii

PRAKATA ................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................. 7

xii
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu .............................................. 99


2.2 Konsep Remaja ........................................................................ 10
2.2.1 Perkembangan Psikologi pada Remaja........................... 15
2.2.2 Remaja Putus Sekolah ................................................... 16
2.3 Pembinaan Remaja Putus Sekolah ........................................ 18
2.4 Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang
Pohon Singkong ....................................................................... 22
2.4.1 Definisi Pelatihan .......................................................... 22
2.4.2 Tujuan Pelatihan ............................................................ 24
2.4.3 Pelatihan Pembuatan Kerajinan dari Limbah Batang
Pohon Singkong (kap lampu/lampion) .......................... 25
2.5 Keterampilan ........................................................................... 26
2.6 Kerangka Berpikir .................................................................. 28

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 30


3.1.1 Prosedur penelitian tindakan .......................................... 30
1. Diagnosing (identifikasi masalah) ................................. 33
2. Planning Action (perencanaan tindakan) ........................ 34
3. Taking Action (pelaksanaan tindakan) ........................... 36
4. Evaluating Action (tindakan evaluasi) ........................... 37
3.2 Kehadiran Peneliti ................................................................... 38
3.3 Metode Penentuan Lokasi Penelitian .................................... 35
3.4 Subjek Penelitian ..................................................................... 39
3.4.1 Informan Pokok / Utama ............................................... 39
3.4.2 Informan Tambahan ....................................................... 39

xiii
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................... 40
3.5.1 Metode Observasi .......................................................... 40
3.5.2 Metode Wawancara ....................................................... 41
3.5.3 Metode Dokumen .......................................................... 41
3.6 Analisis Data ............................................................................ 42

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 43


4.1.1 Data Pendukung .................................................................. 43
4.1.1.1 Gambaran Umum Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso .......................... 43
4.1.1.2 Deskripsi Subjek Penelitian ........................................ 47
4.1.2 Data Utama .......................................................................... 49
4.1.2.1 Proses Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari
Limbah Batang Pohon Singkong (Kap Lampu /
Lampion) .................................................................. 49

4.1.2.1.1 Tahap Identifikasi Permasalahan (Diagnosing) ... 51

4.1.2.1.2 Tahap Perencanan Tindakan (Planing Action) ... 52

4.1.2.1.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan

(Taking Action) ...................................................... 56

4.1.2.1.4 Tahap Evaluasi Kegiatan Pelatihan (Evaluation) 59

4.1.3 Keterampilan Remaja Putus Sekolah Setelah Adanya

Pelatihan ............................................................................... 62
4.2 Pembahasan ............................................................................. 67

xiv
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 71
5.2 Saran ............................................................................................ 71

DAFTAR BACAAN ................................................................................. 73

LAMPIRAN .............................................................................................. 76

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Matriks Penelitian .................................................................. 76

Lampiran B Pedoman Penelitian ................................................................ 77

Lampiran C Pedoman Wawancara ............................................................. 79

Lampiran D Pedoman Observasi ............................................................... 84

Lampiran E Transkip Hasil Wawancara .................................................... 85

Lampiran F Hasil Observasi ....................................................................... 102

Lampiran G Kriteria Keberhasilan ............................................................. 110

Lampiran H Transkip Hasil Kriteria Keberhasilan .................................... 112

Lampiran I Dokumentasi / Gambar ............................................................ 113

Lampiran J Struktur Organisasi Desa Taman ............................................ 121

Lampiran K Surat Ijin Penelitian ............................................................... 122

Lampiran L Surat Keterangan Penelitian ................................................... 123

Lampiran M Lembar Konsultasi Skripsi .................................................... 124

Lampiran N Daftar Riwayat Hidup ............................................................ 126

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data anak putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan

Kabupaten Bondowoso .............................................................. 2

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Taman

Tahun 2015 ................................................................................. 45

Tabel 4.2 Tingkat pendidikan penduduk Desa Taman Tahun 2015 ........... 46

Tabel 4.3 Identitas Informan Kunci .......................................................... 48

Tabel 4.4 Program Kerja Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari

Limbah Batang Pohon Singkong ............................................... 49

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................... 29

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Tindakan ................................. 32

Gambar 3.2 Prosedur pelaksanaan kegiatan FGD (Focus Group Discussion) 33

Gambar 4.1 Peralatan membuat lampion .................................................. 55

Gambar 4.2 Bahan membuat lampion ...................................................... 55

Gambar 4.3 Tahap pertama ....................................................................... 57

Gambar 4.4 Tahap kedua .......................................................................... 57

Gambar 4.5 Tahap ketiga .......................................................................... 58

Gambar 4.6 Produk Kerajinan Kap Lampu Hasil Karya Peserta Pelatihan 61

xviii
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan salah satu modal dasar dalam proses pembangunan


bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa, remaja perlu dibekali dengan pendidikan
dan keterampilan yang cukup dalam kehidupannya. Hal ini bertujuan agar remaja
dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya secara optimal, dan
dapat hidup secara mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Namun tidak semua
remaja memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh atau melanjutkan
pendidikannya, banyak remaja-remaja khususnya remaja yang ada didesa tidak bisa
melanjutkan pendidikan. Fenomena remaja putus sekolah tersebut juga terjadi di
Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, peneliti menemukan bahwasannya
kegiatan sehari-hari remaja putus sekolah di desa tersebut tidak produktif. Kegiatan
mereka sehari-hari itu hanya hura-hura saja, misalnya beberapa dari remaja putus
sekolah tersebut ada yang menggelandang dijalan, duduk-duduk dipinggir jalan dan
mengganggu masyarakat pengguna jalan. Selain itu, ketika jumat malam dan sabtu
malam remaja-remaja tersebut melakukan balap liar dijalan raya. Hal ini tentunya
dapat memicu tindak kriminalitas, sehingga keberadaannya sangat mengganggu
masyarakat sekitar dan pengguna jalan lainnya.
Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, merupakan salah
satu desa yang memiliki jumlah remaja putus sekolah yang cukup banyak. Salah satu
penyebab dari banyaknya remaja putus sekolah tersebut karena ketidakmampuan
orang tua (faktor ekonomi), sehingga kita dapat dengan mudah menemukan remaja
yang mengalami berbagai hambatan seperti anak terlantar, anak putus sekolah,
remaja menggelandang ataupun remaja yang cacat fisik maupun mentalnya.

1
2

Jumlah remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso dalam beberapa tahun ini selalu mengalami peningkatan. Hal
ini dibuktikan dengan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso tahun
2013-2015 mengenai jumlah remaja putus sekolah untuk tingkat SD, SMP dan SMA
sederajat, sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data anak putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso
TAHUN ANGKA PUTUS SEKOLAH
2013 268
2014 302
2015 326
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso tahun 2015

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso tahun 2013-


2015 tersebut, bahwa jumlah remaja Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso yang mengalami putus sekolah selama kurang lebih tiga tahun berturut-
turut telah mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah tersebut terjadi pada
tingkatan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat dan juga
Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Pada tahun 2015 jumlah anak putus
sekolah mencapai angka 326 anak, dari 1.394 anak yang bersekolah. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah anak putus sekolah tersebut sangatlah besar untuk satu
desa dan akan menjadi permasalahan bagi desa tersebut.
Permasalahan remaja yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso bukan hanya permasalahan putus sekolah saja, tetapi remaja-
remaja tesebut juga tidak memiliki keterampilan. Dengan keterampilan yang minim,
para remaja tidak dapat bekerja baik itu di sektor formal maupun nonformal. Dari
permasalahan tersebut tentunya memberikan dampak negatif bagi remaja itu sendiri.
Adanya kondisi keterlantaran yang terjadi sehingga remaja tidak dapat tumbuh dan
3

berkembang secara wajar baik jasmani, maupun sosialnya. Bila tidak segera
ditangani permasalahan ini kemungkinan akan menjadi beban bagi remaja tersebut
serta akan menjadi masalah yang cukup besar bagi kemajuan negara ini.
Berdasarkan permasalahan yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso, tentunya pemerintah tidak hanya diam saja, tetapi
pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso telah memberikan solusi guna
mengurangi permasalahan remaja putus sekolah. Salah satu solusi tersebut yaitu
dengan cara mengembalikan pekerja anak ke sekolah formal, namun solusi tersebut
kurang optimal, karna jumlah pekerja anak yang dikembalikan ke sekolah formal
masih terbilang sedikit, sedangkan remaja putus sekolah yang ada jumlahnya cukup
banyak.
Pengembalian pekerja anak kesekolah formal oleh pemerintah dilakukan pada
tanggal 1 Juli 2014, dimana pemerintah Kabupaten Bondowoso mengembalikan
pekerja anak sebanyak 60 anak kesekolah formal, sesuai minat mengikuti Kejar
Paket A = 7 anak, Paket B = 15 anak, Paket C = 19 anak, SMP = 6 anak, MTs = 3
anak, SMA = 1 anak, MA = 3 anak, dan SMK = 6 anak. Jumlah itu meningkat dua
kali lipat pada tahun berikutnya. Mayoritas pekerja anak yang ditangani bekerja di
sektor informal seperti buruh angkut barang, kuli bangunan, pemecah batu, pekerja
di sawah dan pembantu. Usia mereka rata rata dari 12 18 tahun (Sumber dari
dinas tenaga kerja kabupaten Bondowoso), kemudian kepada orang tua dari anak-
anak yang telah kembali ke dunia pendidikan agar terus memberikan dukungan dan
motivasi untuk bersekolah sampai tuntas sesuai dengan yang diharapkan dan tidak
lagi mengalami putus sekolah. Hal ini tentunya belum bisa menjadi soslusi yang
terbaik dalam permasalahan putus sekolah yang ada di desa tersebut, karena jumlah
dari angka putus sekolah cukup banyak sedangkan kuota yang diberikan masih
minim, selain itu remaja yang putus sekolah tidak hanya membutuhkan pendidikan
formal saja melainkan juga membutuhkan pengembangan keterampilan sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga remaja putus sekolah dapat
4

berkreasi menciptakan peluang usaha dari potensi sumber daya yang ada disekitar
mereka dan juga dapat membantu perekonomian keluarga mereka.
Desa Taman merupakan salah satu desa dari 13 desa yang ada di Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso. Desa ini memiliki wilayah yang sangat subur,
sebagian besar penduduk Desa Taman berprofesi sebagai petani, dengan komoditi
unggulannya yaitu berupa singkong. Namun tidak semua lahan singkong yang ada
menjadi milik petani Desa Taman seutuhnya, akan tetapi pemilik lahan menyewakan
ladangnya kepada orang kota dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, kemudian
warga Desa Taman hanya menjadi buruh tani pada lahan yang ditanami singkong
tersebut. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu warga
Desa Taman yang menjadi buruh tani, yang menyatakan bahwa :

... Sebagian besar lahan singkong disini memang asli milik


beberapa warga Desa Taman mas, tetapi tidak sedikit warga
pemilik lahan yang menyewakan lahan miliknya kepada orang lain,
dengan alasan tidak ada waktu untuk mengurus lahan tersebut dan
lebih praktis disewakan, biasanya paling singkat jangka waktunya
adalah 1 tahun. ( S, 43 tahun )

Hasil dari wawancara diatas menunjukkan bahwa warga Desa Taman


Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso bekerja sebagai buruh tani, Jadi mereka
tidak dapat menikmati hasil dari panen tersebut. Sehingga mereka yang bekerja
sebagai buruh tani kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya kejenjang yang
lebih tinggi.
Hasil panen dari lahan yang ditanami singkong tersebut, penyewa lahan
hanya mengambil singkongnya saja. Sedangkan untuk pohon dan daunnya hanya
ditinggalkan begitu saja dan jumlahnya sangat banyak, sehingga berserakan bahkan
hinggga menjadi sampah. Padahal limbah batang pohon singkong itu merupakan
salah satu bahan baku yang dapat dijadikan beraneka ragam kerajinan tangan apabila
diberi sentuhan seni dan kreativitas dari para remaja putus sekolah, dan nantinya
akan menjadi suatu bentuk kerajinan tangan yang mempunyai nilai ekonomis.
5

Desa Taman ini memiliki potensi yang cukup potensial untuk dikembangkan,
yaitu dengan adanya limbah batang pohon singkong yang cukup banyak, yang dapat
dijadikan berbagai kerajinan tangan seperti kap lampu (lampion), tempat pensil,
tempat sendok dan garpu, tempat tissue dan bebrbagai macam kerajinan tangan
lainnya. Dengan memanfaatkan limbah batang pohon singkong untuk dijadikan
sebuah kerajinan yang unik dan menarik, maka nantinya dapat memberikan nilai
ekonomis lebih besar dari hasil kerajinan tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas, seperti banyaknya remaja putus sekolah,
kegiatan remaja yang tidak produktif, kondisi ekonomi keluarga yang rendah, dan
banyaknya limbah batang pohon singkong yang tidak dimanfaatkan, maka perlu
adanya pembinaan kepada para remaja putus sekolah tersebut, dari pembinaan yang
diberikan salah satunya mengenai pelatihan kewirausahaan. Pelatihan kewirausahaan
bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, serta keterampilan
yang dimiliki remaja agar dapat mencapai taraf kesejahteraan yang lebih baik dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada di sekitar masyarakat. Melalui pembinaan
juga berguna untuk memberdayakan remaja yang putus sekolah sehingga mereka
bisa menolong dirinya sendiri tanpa menggantungkan nasib mereka kepada orang
lain dan meningkatkan kepercayaan diri remaja putus sekolah.
Untuk mencapai tujuan pembinaan bagi remaja putus sekolah melalui
pelatihan keterampilan, maka perlu disusun pola pembinaan yang tepat bagi remaja
putus sekolah sehingga permasalahan remaja putus sekolah dapat ditangani.
Pembinaan yang dilaksanakan terhadap remaja putus sekolah tidak dapat dilakukan
oleh pemerintah sendiri tanpa melibatkan peran serta dari masyarakat dan sumber-
sumber yang ada di masyarakat, karena permasalahan yang dialami remaja putus
sekolah semakin kompleks.
Kondisi yang dikemukakan, tentunya apabila tidak dicarikan pemecahannya
akan meningkatkan suatu kondisi masyarakat yang tidak tentram. Pada kondisi
6

tersebut, menimbulkan tingkat kecemburuan sosial, gangguan ketertiban umum,


tindak kriminalitas dan kejahatan meningkat.
Penelitian yang berkaitan dengan pembinaan remaja putus sekolah ini pernah
dilakukan sebelumnya dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi
Kreatif Melalui Pelatihan Pembuatan Produk Hiasan dari Limbah Pohon Kopi.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, limbah pohon kopi yang awalnya hanya
dianggap sebagai sampah kemudian dimanfaatkan oleh peneliti untuk dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan produk hiasan yang memiliki nilai jual tinggi. Selain
itu, dengan adannya penelitian tersebut dapat memberikan keterampilan dan
pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu diatas, maka dapat dijadikan acuan
dalam penelitian ini, untuk memberikan pembinaan kepada remaja putus sekolah
yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso melalui
pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong. Dengan
pembinaan ini diharapkan remaja putus sekolah memiliki keterampilan, dan mereka
dapat berkarya serta menghasilkan suatu produk kerajinan dari limbah batang pohon
singkong yang memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan latar belakang dan wawancara yang sebelumnya telah dilakukan
oleh peneliti, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :
Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang Pohon Singkong Untuk
Memberikan Keterampilan Remaja Putus Sekolah di Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso
7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang tertuang dalam latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana proses pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah di Desa
Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso?
1.2.2 Bagaimana keterampilan yang dimiliki remaja putus sekolah Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso setelah dilakukannya pelatihan
pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan pelatihan
keterampilan guna membantu remaja putus sekolah menjadi tenaga kerja
yang terampil.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan proses pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus
sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.
2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan yang dimiliki remaja putus
sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso setelah
dilakukannya pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong.
8

1.3.2 Manfaat Penelitian


1. Secara keilmuan (teoritis) penelitian pemberian pelatihan keterampilan
remaja putus sekolah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
sebagai ilmu pengetahuan tambahan khususnya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya.
2. Secara (praktis) hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang pelatihan pembuatan kerajinan dari batang pohon
singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah di Desa
Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.
3. Digunakan sebagai informasi dan masukan tentang hasil yang dicapai
dalam pelaksanaan program pendidikan yang tergerak dalam program
keterampilan (life skill) terkait pada kemampuan serta penyelenggaraan
program yang lebih efektif.
9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori yang berhubungan dengan variabel


penelitian yang dijadikan dasar, seperti tinjauan penelitian terdahulu yang sejenis,
dan teori lain yang menjadi landasan dalam penyusunan penelitian ini. Landasan
teori pada penelitian ini meliputi, tinjauan penelitian terdahulu, konsep remaja,
remaja putus sekolah, pembinaan remaja putus sekolah, pelatihan pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong dan kerangka berpikir.

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu


Tinjauan terhadap penelitian terdahulu berguna sebagai acuan untuk
membandingkan dan juga sebagai tambahan informasi dalam mengkaji permasalahan
yang menjadi bahan sebuah penelitian. Penelitian terdahulu yang dilakukan Jasnimar
(2013) dengan judul Pembinaan Keterampilan Remaja Putus Sekolah di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Bina Remaja (UPT PSBR) Pekanbaru. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Jasminar menunjukkan bahwa, dalam melakukan
pembinaan terhadap remaja putus sekolah, remaja lebih siap menerima pendidikan
yang berkelanjutan yang sifatnya non-formal dengan memberikan kesempatan yang
lebih baik untuk mengembangkan kecakapan hidup berdasarkan potensi yang
dimiliki remaja putus sekolah, meliputi (personal, sosial, akademis, dan vokasional)
dengan melalui program pembinaan keterampilan remaja yang terpadu (seperti UPT
PSBR dan program pelatihan lainnya).
Penelitian sejenis lainnya yang juga menjadi acuan penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Zulfahmi (2009), memeliti tentang Pelatihan
Keterampilan Bagi Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Taruna Jaya Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Dari
penelitiannya menunjukkan hasil bahwa pelayanan yang diberikan panti kepada
warga binaannya sangat berpengaruh dalam pembentukan kemandirian remaja putus

9
10

sekolah, dalam penelitian tersebut lebih ditekankan pada penerapan ekonomi


produktif sebagai hasil dari pembinaan yang telah dilakukan.
Ada beberapa persamaan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Jasnimar (2013) dan Zulfahmi (2009) dengan penelitian ini. Persamaannya adalah
sama-sama melakukan penelitian dengan memberikan pembinaan dan pelatihan
kepada remaja putus sekolah, dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan remaja putus sekolah sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, sehingga remaja tersebut nantinya dapat hidup secara mandiri tanpa
harus berpangku tangan kepada orang lain.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu terletak pada
pelaksanaan pelatihan keterampilan yang diberikan oleh peneliti. Pada penelitian
terdahulu Jasnimar (2013) dah Zulfahmi (2009) pelaksanaan pelatihan dilakukan
melalui instansi atau lembaga sosial terkait seperti (UPT PSBR dan PSBR Taruna
Jaya), dan materi yang diberikan juga beragam seperti, keterampilan menjahit,
otomotif, tataboga, tatabusana, tatarias, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
penelitian ini pelaksanaan pelatihan dilakukan secara mandiri dengan mendatangkan
narasumber dan materi yang diberikan terfokus pada pelatihan pembuatan kerajinan
tangan berbahan dasar dari limbah pohon sigkong.

2.2 Konsep Remaja


Remaja mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik. Kata remaja memiliki tiga arti yakni, mulai dewasa,
sudah sampai umur untuk kawin, dan masa muda. Pada zaman dahulu, pembagian
masa remaja sebagai salah satu tahapan perkembangan manusia dewasa karena sudah
mencapai kematangan seksual dan mampu melakukan reproduksi. Pandangan seperti
ini masih terbawa pada beberapa dekade terakhir, terutama di masyarakat tradisional
dimana sering kita jumpai remaja melakukan pernikahan saat usianya baru lima belas
atau enam belas tahun.
11

Sekarang di jaman modern ini remaja memiliki arti yang lebih luas lagi, yakni
suatu masa yang sedang mencapai kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Menurut Piaget dalam Sunarto (2002: 51), seorang tokoh pendidikan dan
perkembangan menyatakan pandangannya tentang masa remaja :
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Intergrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif,
kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok.

Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu didalam
proses pertumbuhannya telah mencapai kematangan fisik. Masa remaja merupakan
masa peralihan atau masa transisi dari kehidupan kanak-kanak ke masa dewasa. Pada
periode ini telah terjadi perubahan-perubahan dalam segi psikologi, emosional, sosial
dan intelektual.
Masa remaja merupakan suatu masa dimana para remaja dihadapkan kepada
tantangan-tantangan, batasan-batasan dan kekangan yang datang dari dalam dirinya
terhadap hal-hal atau kejadian yang baru dan harus mempertanggung jawabkan
tindakan yang dilakukannya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Masa remaja menunjukkan masa atau batasan usia yang tercepat antara usia
13-21 tahun dan mencakup seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa
tersebut. Sunarto, (2002: 51)

Batas usia remaja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Masa remaja pertama/Early Adolescence (13-15 tahun)
Setelah anak melalui usia (12 tahun) berpindah dari masa kanak-kanak yang
terkenal tenang, tidak banyak debat dan soal, mereka memasuki masa goncang,
karena pertumbuhan cepat disegala bidang terjadi. Pertumbuhan jasmani yang
pada berumur sekolah tampak serasi, seimbang dan tidak terlalu cepat, berubah
12

menjadi goncang, tidak seimbang dan berjalan sangat cepat yang menyebabkan
anak mengalami kesukaran. Pertumbuhan yang paling menonjol terjadi pada
fase usia ini adalah pertumbuhan jasmani, seolah-olah anak tersebut bertambah
tinggi dengan kecepatan yang jauh lebih terasa daripada masa kanak-kanak dulu.
Tumbuhya bertambah cepat, akan tetapi tidak serentak seluruhnya, maka
terjadilah ketidakseimbangan, gerak dan tubuhya tampak kurang serasi,
misalnya ia tampak tingggi kurus dengan kaki, tangan dan hidung lebih besar
daripada bagian tubuh lainya, Darajat (2005: 132)

2. Masa Remaja Pertengahan/Middle Adolescense (16-18 Tahun)


Pada masa ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau
banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narsitic yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-
sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana, peka atau tidak peduli, ramai-
ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri oeidipus complekx (perasaan pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-
kawan dari jenis lain, Sarwono (2005: 25)

3. Masa Remaja Akhir/Late Adolescense (19-21 Tahun)


Masa ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal yaitu:
Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
Terbentuk indentitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
13

Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan


keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public), Sarwono (2005:25).

Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana dapat dilihat
pada batasan:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri, Sunarto (2002: 54)

Mengingat saat mulainya masa remaja yang sangat dipengaruhi oleh


perbedaan-perbedaan perorangan, maka penentuan umur saja belum cukup untuk
mengetahui apakah suatu tahap perkembangan baru telah atau baru mulai.
Penggolongan remaja yang semata-mata berdasarkan usia saja, tidak membedakan
yang keadaan sosial psikologisnya berlain-lainan. Seseorang remaja berada pada
batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah dewasa, akan
tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya.
Menurut Sunarto (2002: 57), ada beberapa hal yang umumnya terjadi pada masa
remaja, diantaranya seperti:

1. Kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja. Mereka


mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Disatu
pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah
14

pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Dipihak lain mereka merasa
diri belum mampu melakukan berbagai hal.
2. Pertentangan, pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam diri mereka juga
menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka maupun orang lain. Pada
umumnya timbul perselisahan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara
si remaja dan orang tua. Selanjutnya pertentangan ini menyebabkan timbulnya
keinginan remaja yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua. Akan tetapi,
keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan memperoleh
rasa aman dan dirumah. Mereka tidak berani mengambil resiko dari tindakan
meninggalkan lingkungan yang aman di antara keluarganya.
3. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya. Mereka
ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja pria mencoba
merokok secara sembunyi-sembunyi, seolah-olah ingin membuktikan apa yang
dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh si remaja. Remaja putri mulai
bersolek menurut mode dan kosmetik terbaru.
4. Keinginan menjelajah kealam sekitar yang lebih luas, misalnya melibatkan diri
dalam kegiatan pramuka dan lain-lain.
5. Menghayal dan fantasi, khayalan dan fantasi remaja banyak berkisar mengenai
prestasi dan tenaga karier. Khalayan dan fantasi tidak selalu bersifat negatif,
dapat juga bersifat positif. Melalui khayalan dan fantasi yang positif dan
kontruktif banyak hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh para remaja.
6. Aktifitas kelompok, kebanyakan remaja-remaja menemukan jalan keluar dari
kesulitan-kesulitannya dengan berkumpul-kumpul melakukan kegiatan bersama-
sama, mengadakan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan ini tumbuh
sedemikian besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri masa remaja.
15

2.2.1 Perkembangan Psikologi pada Remaja


Kehidupan individu selalu mengalami perubahan baik dari segi fisik, psikis
maupun sosialnya, seiring dengan perubahan waktu dan zaman. Struktur aspek
tersebut makin membentuk jaringan struktur yang makin komplek dan tidak
terkecuali pada kehidupan remaja. Pada awalnya remaja sebagai anak, sekarang
beranjak menjadi seorang individu yang memiliki penampilan fisik seperti orang
dewasa, sementara remaja masih mencari-cari identitas dirinya sehingga timbullah
konflik dalam diri remaja, Sarwono (2002: 124)
Perkembangan masa remaja ini diiringi dengan bertambahnya minat-minat
terhadap personal appearance, (penampilan diri), peer group serta kegiatan-
kegiatan klompok sosial lainnya yang anggota-anggotannya terdiri atas jenis kelamin
yang sama ataupun yang berlainan. Proses perkembangan sebelumnya ikut
menentukan sampai sejauh manakah keberhasilan yang dialami seseorang dalam
menyesuaikan dirinya dalam kegiatan sosial. Oleh karena itu sangat penting bagi
para remaja diberikan kesempatan untuk melakukan partisipasi sosial dalam setiap
taraf kehidupan yang beraneka ragam itu. Tetapi agar partisipasi itu dapat berhasil,
hendaknya dilakukan pada taraf kematangan hidup dan pengalaman-pengalaman
masa lalu dari anak. Apabila remaja diberikan bimbingan yang baik, maka remaja
akan menularkan pada teman-temannya, baik itu laki-laki ataupun perempuan, dan
remaja ini akan membentuk kelompok seperti dalam kegiatan-kegiatan permainan,
olahraga atau tari menari dan sebagainya. Dalam perkembangan sosial, interaksi
dengan orang lain sangatlah penting.
Dalam perkembangan sosialnya tidak jarang ditemukan remaja yang masih
mencari-cari identitas dirinya. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja itu
sendiri, yaitu:
16

1. Ketidak stabilan emosi.


2. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
3. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentangan dengan orang tua.
4. Kegelisahan karena banyak hal yang diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
untuk memenuhi semuanya.
5. Memiliki banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
6. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok, Sarwono (2002: 124)

2.2.2 Remaja Putus Sekolah


Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu
lembaga pendidikan tempat dia belajar. Hal ini, arti putus sekolah adalah terlantarnya
anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai Musfiqon (2007:19).
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan putus sekolah adalah suatu
keadaan di mana murid-murid keluar sekolah sebelum waktunya menamatkan
pelajaran dan tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, yang
disebabkan oleh berbagai faktor yang ada di dalam diri anak maupun faktor-faktor
yang ada di luar dirinya.
Beberapa faktor penyebab remaja putus sekolah menurut Musfiqon
(2007:20), antara lain:

1. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang dimaksudkan adalah ketidakmampuan keluarga untuk
membiayai segala proses yang dibutuhkan selama menempuh pendidikan atau
sekolah dalam satu jenjeng tertentu. Walaupun pemerintah telah mencanangkan
wajib belajar 12 tahun, namun belum berimplikasi secara maksimal terhadap
17

penurunan jumlah anak yang putus sekolah. Selain itu, program pendidikan gratis
yang telah dilaksanakan belum tersosialisasi hingga kelevel bawah.
Konsep gratis belum jelas sasaran pembiayaannya oleh sekolah sehingga
masih dianggap sebagai beban bagi keluarga yang kurang mampu. Hal ini
dikarenakan, selain biaya yang dikeluarkan selama sekolah, anak juga harus
mengeluarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya seperti seragam
sekolah, buku dan alat tulis lainnya, serta biaya akomodasi bagi mereka yang
rumahnya jauh dari sekolah. Hal-hal tersebut masih dianggap sebagai beban oleh
orang tua, karena sebagian besar mata pencaharian warga Desa Taman adalah buruh
tani dengan pendapatan yang minim, sehingga membuat mereka enggan untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Kurangnya minat anak untuk bersekolah


Rendahnya minat anak untuk bersekolah dapat disebabkan oleh perhatian
orang tua yang kurang, jarak antara tempat tinggal anak dengan sekolah yang jauh,
fasilitas belajar yang kurang memadai, dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Minat
yang kurang dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, misalnya tingkat
pendidikan masyarakat rendah yang diikuti oleh rendahnya kesadaran akan
pentingnya pendidikan. Ada pula anak yang malas untuk bersekolah karena merasa
minder, tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dibuli dan
dicemooh.

3. Kurangnya perhatian orang tua


Rendahnya perhatian orang tua terhadap anak dapat disebabkan karena
kondisi ekonomi keluarga yang rendah, sehingga perhatian orang tua lebih fokus
pada upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
18

4. Ketiadaan prasarana sekolah


Faktor prasarana yang dimaksud yaitu terkait dengan ketidaktersediaan
prasarana pendidikan berupa gedung sekolah atau alat transportasi dari tempat
tinggal siswa ke sekolah. Masalah ini sering timbul pada sekolah-sekolah yang
berada pada wilayah pedesaan.

5. Fasilitas belajar yang kurang memadai


Fasilitas belajar yang dimaksudkan adalah fasilitas belajar yang ada
disekolah, misalnya (alat, bahan dan media) pembelajaran kurang memadai. Apabila
fasilitas belajar yang dibutuhkan siswa siswa tidak dapat terpenuhi, maka akan
berpengaruh pada turunnya minat siswa untuk bersekolah.

6. Budaya
Maksud dari budaya disini adalah terkait dengan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak dan kebiasaan masyarakat sekitar
terutama masyarakat desa yang beranggapan bahwa tanpa bersekolah anak-anak
mereka dapat hidup dengan layak sama seperti anak-anak lainnya yang bersekolah.
Sehingga hal tersebut dijadikan landasan bagi orang tua untuk menentukan masa
depan anaknya.

2.3 Pembinaan Remaja Putus Sekolah


Pembinaan berarti usaha, tindakan dan kegiatan yang diadakan secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan
juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa
yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan, Azmi (2006:54). Pembinaan diartikan
sebagai bentuk usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian,
pembiayaan, penyusunan program koordinasi pelaksanaan dan pengawasan suatu
19

pekerjaan secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan dengan hasil semaksimal
mungkin.
Proses pembinaan ini adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam membantu kliennya agar mendapatkan hasil yang lebih baik dengan
mengembangkan sumber daya yang dimiliki dari segi praktis seperti pengembangan
sikap, kemauan dan kemampuan klien tersebut. Dalam hal ini, secara spesifik tujuan
pembinaan remaja disajikan dalam uraian berikut ini:

1. Menggali potensi diri remaja sebagai aset bangsa


Masa remaja sebagai masa produktif saat ini disadari dengan baik oleh
generasi tua, namun kurang disadari oleh remaja itu sendiri. Hal inilah yang
menyebabkan banyak remaja atau generasi mudah menghabiskan sebagian besar
waktunya melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan cenderung merusak.
Misalnya, tawuran, hura-hura, atau membuat kriminal. Dari konsep ini perlu kiranya
diadakan pembinaan agar remaja memanfaatkan masa produktifnya untuk berbuat
yang bermanfaat karena ditangannyalah tersimpan masa depan dan aset yang sangat
prosfektif. Hal ini dipertegas oleh Palengkahu yang menyatakan remaja atau generasi
muda adalah aset bangsa yang harus dilestarikan. cara melestarikannya tidak lain
adalah membina mereka agar menemukan potensi diri yang sebenarnya. Artinya,
agar remaja menginvestasikan pikiran, tenaga, keahlian, ilmu, dan kemampuan untuk
membangun bangsa dan negara menggantikan generasi tua yang mulai tidak
produktif.

2. Membentuk remaja yang bermoral dan berakhlak mulia


Dalam setiap program pembinaan atau organisasi remaja, salah satu hal yang
sangat ditekankan secara langsung atau tidak adalah membantu remaja bermoral dan
berakhlak mulia. Ini merupakan tujuan yang memiliki arti penting apapun organisasi
atau program kerja yang dilakukannya. Muhammad Athiyah Al-Abrisy mengatakan:
Pembinaan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral
20

baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat
bijaksana, sopan dan beradap. Jiwa dari pendidikan islam pembinaan moral atau
akhlak Azmi (2006 : 60)

3. Menjadikan manusia cerdas dan terampil


Tujuan dari pembinaan remaja adalah menjadikan remaja tersebut manusia
yang cerdas dan terampil. Cerdas dan terampil disini tidak diartikan secara sempit
tetapi mencakup beragam jenis ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seperti cerdas
dalam arti berwawasan luas berbagai kehidupan, tampil memanage dirinya,
memimpin, memahami orang lain, atau cerdas dan terampil memandang dan
menjalani realitas kehidupan. Banyak kita temukan model-model pembinaan remaja
secara tidak langsung mengajarkan berbagai hal, termasuk di dalamnya keahlian
berkomunikasi dengan orang. Hal ini merupakan dasar penting dalam kehidupan
manusia yang jarang diperoleh dalam pendidikan formal. Melalui organisasi-
organisasi pembinaan seorang remaja dapat menemukan berbagai pengalaman yang
mengarah pada peningkatan kualitas pribadinya. pada akhirnya diterapkan dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.

4. Meminimalisir terjadinya kenakalan remaja


Meskipun diakui bahwa adanya pembinaan remaja tidak menjamin. Akan
tetapi, dapat dipastikan dengan beragamnya bentuk pembinaan remaja akan
meminimalisir terjadinya kenakalan remaja. Jadi secara tersirat tidak ada atau
berkurang waktu senggang yang dapat memicu perilaku negatif yang kerap muncul
di saat tidak ada aktivitas dalam proses pembinaan yang diberikan. Kenakalan remaja
banyak disebabkan oleh banyaknya waktu luang remaja, apalagi kalau sudah
terbentuk dalam suatu kelompok-kelompok yang tidak ada kegiatan yang
bermanfaat, jadi dengan adanya tujuan dari pembinaan remaja itu sendiri bisa
merubah sikap dan prilaku remaja yang tidak baik menjadi lebih baik lagi Azmi
(2006: 60).
21

Selain itu pembinaan dapat diarahkan dalam beberapa aspek, diantaranya:

a. Pembinaan mental dan kepribadian beragama


Diupayakan agar anak dan remaja itu memahami arti agama dan manfaatnya
untuk kehidupan manusia, dengan jalan demikian akan tumbuh pada diri
remaja keyakinan beragama, jika telah tumbuh keyakinan beragama harus
diupayakan latihan-latihan beribadah secara terus menerus, karena itu tempat
pembinaan anak/remaja dan hendaknya dilengkapi dengan tempat beribadah,
seperti mushalla dan masjid.
b. Pembinaan mental untuk menjadi warga negara yang baik
Disini agar anak/remaja memahami sila-sila dari ideologi negara yakni
pencasila. Dan mengupayakan agar dapat melatihkan kebiasaan hidup sebagai
warga negara yang baik, terutama dilingkungan mereka.
c. Membina kepribadian yang wajar
Maksudnya membentuk pribadi anak supaya berkebribadian yang seimbang
yakni seimbang antara emosi dan rasio, fisik dan psikis, keinginan dan
kemampuan dan lain-lain.
d. Pembinaan ilmu pengetahuan
Membina ilmu pengetahuan dilembaga-lembaga juga harus diperhatikan, mulai
dari tingkat sekolah mereka, ada anak/remaja yang sekolah SD, SMP atau
SMA yang droup out (putus sekolah) hal ini yang akan menyulitkan remaja
nanti jika dibina disuatu lembaga, maka harus sesuai dengan kurikulum yang
diajarkan.
e. Pembinaan keterampilan khusus
Masalah pembinaan keterampilan khusus sudah merupakan program pokok
dari pembinaan dari suatu lembaga tertentu, tujuan dari pembinaan
keterampilan itu sendiri adalah agar anak/remaja mempunyai jiwa wirausaha,
mampu berdiri sendiri dan mempunyai daya kreatif, dengan memiliki
22

kemampuan wirausaha maka anak/remaja tidak akan terlantar dalam


kehidupannya nanti setelah mereka keluar dari tempat pembinaan.
f. Pengembangan bakat-bakat khusus Pengembangan bakat disini adalah
mengupayakan penemuan bakat remaja dengan bakat yang terpendam, maka
mereka dapat mengembangkannya sesuai dengan lembaga yang mereka
tempati, seperti dilembaga, Willis (2005: 142-144)
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan remaja putus
sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
apa yang sudah ada kepada yang lebih baik (sempurna) baik melalui pemeliharaan
maupun bimbingan terhadap apa yang sudah ada (yang sudah dimiliki).

2.4 Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang Pohon Singkong


2.4.1 Definisi Pelatihan
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan remaja putus sekolah.
Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan
dalam sistem pengembangan sumber daya manusia, yang di dalamnya terjadi proses
perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses
pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara
maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia tersebut dapat terpenuhi.
Menurut Kamil, (2010:150), pelatihan juga diartikan sebagai proses
pemberdayaan dan pembelajaran, dimana setiap individu harus mempelajari sesuatu
guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan tingkah laku dalam pekerjaan dan
kehidupan sehari-hari untuk menopang ekonami atau pendapatannya.
Berdasarkan definisi pelatihan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelatihan adalah proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan
23

keterampilan dalam rangka meningkatkan sikap dan perilaku setiap individu.


Menurut Kamil (2010: 152) dalam pelatihan terdapat beberapa aspek, diantaranya:

a. Instruktur, yaitu orang-orang yang memberikan pengetahuan dan


keterampilan. Dalam penelitian ini instruktur merupakan orang yang ahli atau
terampil dalam pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion). Peneliti menggunakan pekerja/pegawai home industri
kerajinan tangan sebagai instruktur yang nantinya akan memberikan
keterampilan mengenai pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) kepada peserta pelatihan.
b. Peserta pelatihan, yaitu orang-orang yang membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan. Dalam penelitian ini peserta pelatihan merupakan remaja putus
sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso.
c. Proses pelatihan, yaitu peristiwa penyampaian pengetahuan dan keterampilan.
Dalam hal ini instruktur menyampaikan materi sekaligus mempraktikkan
secara langsung tata cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) kepada peserta pelatihan.
d. Bahan pelatihan, yaitu berbagai materi yang akan disampaikan pelatih kepada
peserta dalam proses pelatihan. Materi yang akan disampaikan dalam
penelitian ini yaitu materi tentang tata cara pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion), dan akan disampaikan oleh
instruktur secara langsung kepada peserta pelatihan.

Untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah, pelatihan diberikan


sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari remaja putus
sekolah dalam menghadapi tuntutan maupun perubahan lingkungan sekitarnya.
Pemberian pelatihan bagi remaja putus sekolah bertujuan untuk memberdayakan,
sehingga remaja putus sekolah menjadi berdaya dan dapat berpartisipasi aktif pada
24

proses perubahan. Pelatihan dapat membantu remaja putus sekolah untuk


menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki.
Pelatihan juga dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan
bekerja seseorang, perubahan sikap terhadap pekerjaan, serta dalam informasi dan
pengetahuan yang mereka terapkan dalam pekerjaannya sehari-hari. Kegiatan
pelatihan dapat terjadi apabila seseorang atau remaja putus sekolah menyadari
perlunya mengembangkan potensi dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
maupun kepuasan hidupnya, oleh sebab itu diperlukan kegiatan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan remaja putus sekolah.
Dalam pembinaan remaja putus sekolah, pelatihan diberikan sebagai uapaya
untuk memberdayakan remaja putus sekolah dalam meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan yang dimiliki remaja putus sekolah dalam
menghadapi tuntutan ataupun perubahan lingkungan sekitarnya untuk hidup mandiri.
Keberhasilan sebuah pelatihan sangat bergantung dari pemilihan metode pelatihan
yang tepat. Pemilihan metode pelatihan tergantung pada tujuan, kemampuan
instruktur, besarnya kelompok sasaran, waktu pelaksanaan pelatihan dan fasilitas
yang tersedia.

2.4.2 Tujuan Pelatihan


Pelatihan yang dilakukan dalam penelitian ini selain bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan remaja putus sekolah dan memberdayakan remaja putus
sekolah agar lebih mandiri dan produktif dalam menjalani kehidupannya, pelatihan
juga memiliki tujuan lain untuk memperoleh tiga hal seperti yang diungkapkan oleh
(Manullang dalam Kartika, 2011) yaitu mengembangkan keahlian, mengembangkan
pengetahuan, dan merubah sikap.
a. Mengembangkan keahlian, dengan maksud agar remaja putus sekolah dapat
mengerjakan pekerjaan lebih cepat dan efisien.
25

b. Mengembangkan pengetahuan, dengan maksud agar remaja putus sekolah dapat


menyelesaikan pekerjaannya secara rasional.
c. Mengembangkan sikap, dengan maksud agar remaja putus sekolah dapat
bekerja sama dengan teman-teman, pegawai dan pimpinan.

2.4.3 Pelatihan Pembuatan Kerajinan dari Limbah Batang Pohon Singkong (kap
lampu/lampion)
Kerajinan batang pohon singkong merupakan sebuah karya kerajinan yang
berbahan dasar berupa limbah batang pohon singkong. Kerajinan dari limbah batang
pohon singkong ini dibuat dengan tujuan untuk memanfaatkan limbah batang pohon
singkong yang selama ini dianggap sebagai sampah yang tidak memiliki nilai jual
oleh masyarakat. Padahal apabila limbah limbah batang pohon singkong ini
dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan dan diberi sentuhan seni dan
kreativitas dari para remaja putus sekolah, maka akan menghasilkan suatu karya
yang memiliki nilai jual tinggi, seperti kap lampu atau lampion.
Kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
ini sebagai upaya pembinaan remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan keterampilan remaja
putus sekolah. Selain itu, kegiatan pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
nilai guna batang pohon singkong sebagai potensi Desa Taman, sehingga kegiatan ini
nantinya dapat digunakan sebagai alternatif untuk memperoleh sumber pendapatan
baru khususnya bagi remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso.
Untuk alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pelatihan pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong ini antara lain: limbah limbah batang
pohon singkong, air keras, kabel, dop lampu, lampu, kawat atau besi, gergaji,
pisau/cater, amplas, lem G, vernis/plitur, dan kuas. Proses pembuatannya diawali
dengan mengupas dan membersihkan kulit luar batang pohon singkong terlebih
26

dahulu, kemudian pohon singkong yang sudah dikupas direndam dengan air keras
untuk mengawetkan pohon singkong, kemudian dijemur untuk dikeringkan,
kemudian setelah kering pohon singkong dipotong sesuai dengan bentuk dan
direkatkan pada pola, kemudian dihaluskan dan diwarnai menggunakan vernis atau
plitur.

2.5 Keterampilan
Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan akal,
pikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan
ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah
nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Setiap orang memiliki keterampilan yang
merupakan suatu talenta dari Yang Maha Kuasa. Sebagian orang ada yang menyadari
keterampilan yang dimilikinya, akan tetapi sebagian lagi belum atau tidak menyadari
keterampilan yang ada di dalam dirinya sendiri. Keterampilan pada dasarnya akan
lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk meningkatkan keterampilan, sehingga
apabila keretampilan itu terus diasah, tidak menutup kemungkinan bila akan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.
Menurut Robbins (2000:97) terdapat empat kategori keterampilan, antra lain:
a. Basic Literacy Skill
Keterampilan dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh setiap individu
seperti membaca, menulis, berhitung,serta mendengarkan.
b. Technical Skill
Keterampilan secara teknis yang didapat melalui pembelajaran dalam bidang
teknik.
c. Interpersonal Skill
Keterampilan yang dimiliki setiap individu dalam melakukan komunikasi
satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan
bekerja secara tim.
27

d. Problem Solving
Keterampilan yang dimiliki setiap individu dalam memecahkan atau
menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan logikanya.

Dalam penelitian ini, keterampilan teknis merupakan kategori keterampilan


yang akan diberikan kepada remaja putus sekolah. Keterampilam teknis adalah
kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metoda, atau teknik spesifik dalam
bidang spesialisasi tertentu. Keterampilan ini merupakan pemahaman dan kecakapan
melakukan aktivitas pekerjaan yang berhubungan dengan bidang khusus atau
pekerjaan tertentu. Keterampilan Teknis biasanya lebih banyak berhubungan dengan
keahlian tangan atau fisik lainnya, namun ada juga beberapa keahlian non-fisik yang
bersifat teknis, seperti keahlian teknis bagi seorang akuntan dan salesman.
Keterampilan ini akan diberikan melalui pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong.
Ruang lingkup keterampilan cukup luas, meliputi kegiatan-kegiatan berupa
perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya. Keterampilan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan membuat kerajinan yang
berbahan dasar dari limbah batang pohon singkong, dengan bakat atau keterampilan
yang dimiliki remaja putus sekolah tersebut keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah perilaku remaja putus sekolah menjadi cekat,
cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan
menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif
dan efisien. Bakat atau keterampilan yang dimiliki remaja putus sekolah merupakan
potensi yang perlu dikembangkan, dan bakat disini adalah bakat-bakat pada bidang
khususnya. Bakat melihat ruang minat atau tugas-tugas yang membangkitkan
perasaan ingin tahu, perhatian dan memberi kesenangan dan kenikmatan. Minat juga
dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana remaja putus
28

sekolah akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang


tinggi hubungan antara bakat dan minat, bakat akan sulit berkembang dengan baik
apabila tidak di awali dengan minat untuk hal tersebut atau hal hal berkaitan dengan
bidang yang akan di tekuni.

2.6 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir dalam penelitian ini menjelaskan kerangka teoritis
tentang pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong untuk
memberikan keterampilan remaja putus sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan teori-teori yang sudah dijabarkan sebelumnya,
maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:
29

Fenomena remaja putus sekolah


disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya :

a. Faktor Ekonomi
b. Kurangnya minat anak untuk
bersekolah
c. Kurangnya perhatian orang
tua
d. Fasilitas belajar yang kurang
memadai

Dampak negatif remaja putus Pelatihan pembuatan kerajinan


sekolah. dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion).
Keberadaannya menganggu
masyarakat Persiapan peserta
Balap liar Penyampaian materi oleh
Memicu tindakan kriminalitas instruktur
Praktik pembuatan kap
lampu atau lampion oles
peserta
Evaluasi hasil praktek

Remaja putus sekolah Desa Taman memiliki


keterampilan baru tentang pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu / lampion) yang
memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


30

Keterangan:

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwasannya faktor penyebab


remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso diantaranya: faktor ekonomi, kurangnya minat anak untuk bersekolah,
kurangnya perhatian orang tua, dan fasilitas belajar yang kurang memadai. Dari
adanya remaja putus sekolah tentunya memberikan dampak negatif seperti,
kenakalan remaja, balap liar, memicu tindakan kriminalitas, dan keberadaannya
mengganggu masyarakat. Dengan adanya kondisi tersebut, maka peneliti tertarik
untuk memberikan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu / lampion) kepada remaja putus sekolah yang memiliki dampak
negatif tersebut. Setelah pemberian pelatihan tersebut diharapkan para remaja putus
sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso memiliki
keterampilan baru tentang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu / lampion) yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
31

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini metode penelitian merupakan tahap perencanaan untuk


menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kerancuan yang
mungkin timbul selama proses penelitian berlangsung untuk ditentukan metode
dalam pemecahannya. Adapun metode penelitian yang akan dijelaskan pada bab ini
meliputi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, metode penentuan
lokasi penelitian, metode penentuan objek dan informan penelitian, metode
pengumpulan data, analisi data dan metode keabsahan data.

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Action Research), yang
menekankan pada kegiatan (tindakan) dengan mengujicobakan suatu ide kedalam
praktek atau situasi nyata dalam skala mikro, dengan harapan kegiatan tersebut
mampu meningkatkan kualitas diri atau kelompok sasaran. Dalam penelitian ini,
metode penelitian tindakan bertujuan untuk merumuskan strategi atau cara
pembinaan remaja putus sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso. Sehingga dengan penelitian tindakan ini dapat memberikan kontribusi
nyata kepada para remaja putus sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso melalui pemberian pelatihan pembuatan kerajinan dari
limbah batang pohon singkong.
Adapun jenis penelitian tindakan (action research) yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu jenis penelitian tindakan partisipasif (participatory action
research), jenis penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian (research)
dengan tindakan (action) yang dilakukan secara partisipatif guna meningkatkan
keterampilan remaja putus sekolah. Artinya, peneliti dalam penelitian ini terlibat
langsung dalam proses penelitian sejak awal. Dengan kata lain peneliti berpartisipasi

31
32

aktif dengan mengikuti seluruh kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah di
Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, mulai dari proses
identifikasi permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hingga tahap
evaluasi tindakan.

3.1.1 Prosedur penelitian tindakan


Prosedur atau langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan penelitian
tindakan (action research) ini menggunakan langkah-langkah penelitian tindakan
menurut Coghlan dalam Sugiyono, yang meliputi beberapa tahap, diantaranya :
Diagnosing (identifikasi masalah), Planning Action (perencanaan tindakan), Taking
Action (pelaksanaan tindakan), Evaluating Action ( evaluasi tindakan). Supaya lebih
jelas peneliti menggambarkan prosedur penelitian tindakan sebagai berikut.

Evaluation
Diagnosing
Action

Taking Planning
Action Action

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Penelitian Tindakan

Sumber : Sugiyono (2015: 49)


33

Berdasarkan prosedur penelitian tindakan (action


( research) tersebut dapat
dijelaskan tahap-tahapnya.
tahapnya. Adapun tahap-tahap
tahap tahap yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Diagnosing (identifikasi)
Pada tahap ini, peneliti dan partisipan bersama-sama
sama memahami pokok
permasalahan remaja putus sekolah,
sekolah kemudian mengidentifikasi kebutuhan remaja
putus sekolah akan keterampilan, dan menentukan tindakan yang sesuai dengan
kondisi remaja putus sekolah serta potensi yang ada di Desa
Desa Taman. Kegiatan
Focus Group
identifikasi ini dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dan FGD (Focus
Discussion)) dengan instruktur, perangkat Desa Taman dan remaja putus sekolah
Desa Taman. Metode Focus Group Discussion (FGD) ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa
berapa besar kebutuhan remaja putus sekolah akan suatu keterampilan
yang diinginkan untuk dipelajari dan menggali lebih dalam terkait dengan minat
remaja putus sekolah terhadap pelatihan yang peneliti tawarkan.

Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan kelompok diskusi terfokus (FGD)


pada remaja putus sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Pembentukan FGD ((Focus Group Discussion)

Pelaksanaan FGD (Focus


( Group Discussion)

Analisis hasil FGD (Focus Group Discussion)

(Focus Group Discussion


Gambar 3.2 Prosedur pelaksanaan kegiatan FGD (Focus Discussion)
34

Keterangan :

1. Pembentukan FGD (Focus Group Discussion)


a. Menginformasikan kepada instruktur, perangkat Desa Taman dan remaja
putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
terkait dengan rencana kegiatan.
b. Melakukan pertemuan antara peneliti dengan instruktur, perangkat Desa
Taman dan remaja putus sekolah untuk membentuk kelompok diskusi
terfokus.

2. Pelaksanaan FGD (Focus Group Discussion)


a. Menjelaskan prosedur kegiatan diskusi kelompok terfokus kepada peserta
FGD.
b. Pelaksanaan inti diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk menentukan
tindakan.
c. Peneliti melakukan dokumentasi seluruh rangkaian kegiatan diskusi untuk
memperoleh data dari peserta FGD.

3. Analisis hasil FGD (Focus Group Discussion)

Dari hasil kegiatan diskusi yang telah peneliti dokumentasikan, kemudian


data tersebut dianalisis dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data
tersebut.

2. Planning Action (perencanaan tindakan)


Pada tahap yang kedua ini yaitu tahap planning action, peneliti dan
Instruktur bersama-sama merencanakan tindakan dan mempersiapkan proses
pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil FGD, rencana tindakan ini dilakukan
dengan cara memberikan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
35

singkong (kap lampu/lampion) kepada remaja putus sekolah di Desa Taman


Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Dalam tahap ini rencana pelaksanaan
pelatihan meliputi:
a. Materi pelatihan
Materi yang disampaikan instruktur kepada peserta dalam proses pelatihan ini
yaitu materi tentang tata cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion), dan disampaikan oleh instruktur secara langsung
kepada peserta pelatihan.
b. Waktu dan tempat pelatihan
Waktu pelaksanaan pelatihan ini dari bulan maret sampai tanggal 20 mei 2016.
Tempat pelatihan dilaksanakan dirumah Bapak Nur salim salah satu warga Desa
Taman.
c. Instruktur
Dalam penelitian ini instruktur merupakan orang yang ahli atau terampil dalam
bidang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion). Peneliti menunjuk Bapak Nur Salim, yaitu pemilik home
industri kerajinan tangan sebagai instruktur yang nantinya memberikan
keterampilan mengenai pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion) kepada peserta pelatihan.
d. Peserta pelatihan
Dalam penelitian ini yang menjadi peserta pelatihan adalah remaja putus sekolah
yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, peserta
pelatihan sebanyak 8 remaja putus sekolah.
e. Alat/bahan pelatihan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pelatihan pembuatan kerajinan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) ini antara lain: limbah
batang pohon singkong, bambu, air keras, kabel, dop lampu, lampu, kawat atau
36

besi, gergaji kayu, gergaji triplek, pisau/cater, amplas, lem G, melamin gloss,
thinner, lem fox kuning, bensin dan kuas.
f. Biaya
Dalam penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Bondowoso guna memperoleh
bantuan instruktur pelatihan, dana, dan lain sebagainya.
g. Metode pelatihan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode demonstrasi untuk
menjelaskan tata cara dan bahan apa saja yang diperlukan dalam pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), dan untuk
mendemonstrasikan pembuatan kap lampu kepada peserta pelatihan, dan peserta
juga diberikan kesempatan untuk mempraktikkan membuat kap lampu secara
langsung, namun tetap didampingi oleh instruktur.

3. Taking Action (pelaksanaan tindakan)


Pada tahap ini, peneliti sebagai fasilitator bersama partisipan melaksanakan
rencana tindakan yang telah dibuat sebelumnya melalui pelatihan pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), dengan harapan
dapat memberikan alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) ini adalah remaja putus
sekolah Desa Taman sebagai peserta, peneliti sebagai fasilitator, pemilik home
industri kerajinan tangan sebagai instruktur, serta perangkat Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso sebagai pihak yang menjembatani penyelenggaraan
pelatihan antara remaja putus sekolah dengan peneliti.
Proses pembuatannya diawali dengan mengupas dan membersihkan kulit
luar batang pohon singkong terlebih dahulu, kemudian pohon singkong yang sudah
dikupas direndam dengan air keras untuk mengawetkan batang pohon singkong,
37

kemudian dijemur untuk dikeringkan, kemudian setelah kering pohon singkong


dipotong sesuai dengan bentuk dan direkatkan pada pola, kemudian dihaluskan dan
diwarnai menggunakan vernis atau plitur.
Pelatihan diberikan melalui demonstrasi pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion) secara langsung oleh instruktur, dengan
maksud untuk memperkenalkan dan memberikan gambaran secara langsung agar
lebih mudah dipahami oleh peserta pelatihan. Selanjutnya, peserta diberi kesempatan
untuk mempraktikkan langsung cara membuat kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion), praktik ini dilakukan sampai peserta mendapatkan
hasil yang terbaik, dan selama praktik ini berlangsung peserta didampingi oleh
instruktur.

4. Evaluating Action (tindakan evaluasi)


Tahap evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan pelatihan pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) yang telah
dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau belum.
Kegiatan evaluasi ini, antara lain :

a. Evaluasi proses kegiatan pelatihan


Evaluasi proses kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan menilai proses
kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari
limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) apakah sudah sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan atau belum.
b. Evaluasi keterampilan peserta
Dalam penelitian ini evaluasi keterampilan peserta digunakan untuk
mengetahui keterampilan peserta sebelum dan setelah mengikuti pelatihan.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mewawancarai peserta pelatihan dengan
tujuan untuk mengetahui keterampilan yang dimiliki peserta.
38

3.2 Kehadiran Peneliti


Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai fasilitator dan pengumpul
data dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah di Desa
Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Oleh karena itu, kehadiran
peneliti sangat dibutuhkan sebagai penggerak dalam melakukan kegiatan penelitian
ini.

3.3 Metode Penentuan Lokasi Penelitian


Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan sebuah penelitian adalah
penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian merupakan tempat dimana
dilakukannya segala aktivitas penelitian, termasuk mencari data-data yang sifatnya
obyektif yang digunakan untuk menjawab masalah yang telah ditetapan. Dalam
penelitian ini, untuk menentukan lokasi penelitian peneliti menggunakan metode
purposive area, artinya penentuan lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja sesuai
dengan tujuan penelitian. Penetuan lokasi ditentukan setelah peneliti melakukan
observasi langsung ke lokasi penelitian. Adapun yang menjadi lokasi penelitian
dalam penelitian ini adalah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso.
Peneliti memilih lokasi di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso, karena pada lokasi tersebut banyak terdapat remaja putus sekolah dan
kebiasaan sehari-hari yang dilakukan remaja dilokasi merupakan kegiatan yang tidak
produktif, seperti bergerombol di warung kopi, nongkrong di pingir jalan dan
mengganggu pengguna jalan yang melintas, kebut-kebutan di jalan dan lain
sebagainya, dan sebagian besar dari mereka malas untuk bekerja karena mereka
sudah merasa nyaman dengan kegiatan mereka sehari-hari. Dilokasi tersebut terdapat
potensi yang perlu di kembangkan, salah satunya adalah limbah batang pohon
singkong yang jumlahnya cukup banyak, dengan adanya limbah batang pohon
39

singkong ini apabila diberi sentuhan seni dan kreativitas, maka akan menghasilkan
suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Oleh karena itu,
peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di lokasi tersebut.

3.4 Subjek Penelitian


Penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, artinya subjek penelitian dipilih dan ditentukan secara sengaja
oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini yaitu masyarakat Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh informan dalam memperoleh dan
mengumpulkan data. Informan merupakan orang yang memahami objek penelitian
dan mampu menjelaskan secara rinci tentang permasalahan yang akan diteliti.
Peneliti menentukan dan mambagi dua kelompok informan yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan, yaitu informan kunci dan informan pendukung,
dengan pembagian ini diharapkan dapat membantu peneliti untuk mempermudah
dalam pencarian data.
3.4.1 Informan Kunci
Informan kunci merupakan aset informasi utama yang dianggap peneliti
memilik banyak informasi tentang topik penelitian. Informan kunci dalam penelitian
ini yaitu remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso, dengan batasan usia 13-21 tahun, tidak memiliki pekerjaan,
dan bersedia mengikuti kegiatan peletihan pembuatan kerajinan dari limbah pohon
singkong. Dalam hal ini, peneliti memilih sebanyak 8 orang remaja putus sekolah
sebagai informan kunci.

3.4.2 Informan Pendukung


Informan pendukung juga diperlukan dengan tujuan memperkuat informan
kunci. Informan pendukung merupakan orang yang dianggap tahu tantang segala
yang berkaitan dengan remaja putus sekolah dan potensi Desa Taman, dan dapat
40

memberikan informasi pendukung sehingga dapat mendukung informasi yang


diberikan informan kunci serta agar dapat digunakan peneliti untuk menjadi bahan
pertimbangan tentang informasi yang sudah peneliti dapatkan dari informan kunci.
Informan pendukung yang dipilih oleh peneliti yaitu:

a. Kepala Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.


b. Orang tua dari remaja putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, maka peneliti
menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam
rangka menumpulkan data dilapangan. Dalam penelitian ini data yang digunakan
oleh peneliti yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh langsung dari objek penelitian, yaitu melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dari dokumentasi dan dari sumber informasi lainnya.

3.5.1 Metode Observasi


Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan oleh peneliti sebagai
metode pendahuluan, dimana dalam penelitian ini metode observasi digunakan
sebagai pengamatan awal untuk mengetahui situasi dan kondisi objek dan subjek
yang akan diteliti secara langsung, selain itu metode observasi juga digunakan untuk
mengamati proses pelaksanaan pelatihan. Peneliti melakukan observasi dengan cara
partisipasi aktif, dimana peneliti berbaur dan berkumpul dengan para informannya
yaitu remaja putus sekolah, masyarakat sekitar dan kepala Desa Taman, tetapi
peneliti tidak ikut kegiatan secara teknis melainkan hanya menyaksikan kegiatan
para informan dan sesekali menanyakan hal yang peneliti kurang faham. Peneliti
41

dalam melakukan observasi dengan menggunakan instrumen observasi dengan


tujuan agar observasi yg dilakukan dapat berjalan sesuai tujuan yang ingin dicapai.

3.5.2 Metode Wawancara


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara semi
terstruktur dengan pertimbangan agar disaat peneliti melakukan wawancara kepada
para informan, peneliti dapat mengeksplorasi informasi secara mendalam, selain itu
juga lebih memudahkan peneliti maupun informan karena wawancara yang
dilakukan seperti percakapan sehari-hari. Informan diberikan kebebasan dalam
memberikan tanggapan, namun peneliti tetap mengarahkan agar wawancara tidak
keluar dari konteks bahasan dan mengarahkan agar wawancara dapat berjalan sesuai
tujuan dari penelitian.
Peneliti menggunakan metode wawancara semi terstruktur ini untuk
mewawancarai informan kunci dan informan pendukung yang mengacu pada
pedoman wawancara, untuk informan kunci dan informan pendukung yaitu remaja
putus sekolah, kepala Desa Taman, orang tua remaja putus sekolah, dengan harapan
dapat menggali data secara lebih mendalam. Peneliti merekam dan mencatat semua
kegiatan wawancara tersebut untuk memperoleh data yang diinginkan.

3.5.3 Metode Dokumen


Dalam penelitian ini, metode dokumen digunakan sebagai metode untuk
memperoleh informasi dan data tambahan (data sekunder) tentang objek dan subjek
penelitian, yang dapat menunjang data primer yang telah peneliti dapatkan
sebelumnya. Data sekunder yang peneliti peroleh diantaranya yaitu data remaja putus
sekolah, data jumlah usia remaja, profil desa dan lain sebagainya.
42

3.6 Analisis Data


Analisis data merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengolah
data yang telah diperoleh dari penelitian. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan
analisis data deskriptif, hal ini lebih menekankan terperincinya uraian dan penafsiran
terhadap data-data yang tersedia yang berkaitan dengan masalah yang dituju dalam
penelitian. Selanjutnya peneliti mengelompokkan dan mengkatagorikan data sesuai
dengan jenisnya masing-masing, kemudian dianalisis yang nantinya dapat digunakan
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Kemudian data tersebut
dikaitkan dengan hasil FGD dan teori yang sesuai dengan topik penelitian untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Setelah data dikaitkan dengan teori
dan konsep-konsep maka akan dapat ditarik kesimpulan yang menjadi jawaban atas
rumusan masalah dari penelitian ini. Kesimpulan dalam penelitian ini diharapkan
mampu menggambarkan bagaimana proses pelatihan pembuatan kerajinan dari
limbah batang pohon singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus
sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.
43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasannya.
Hasil penelitian mencakup : gambaran umum Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso, gambaran umum subjek penelitian, dan proses pelatihan
pembuatan kerajinan dari limbah pohon singkong untuk memberikan keterampilan
remaja putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara


dan dokumen, peneliti memperoleh data dan informasi penting tentang data
pendukung, data utama dan proses pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion) untuk memberikan keterampilan remaja putus
sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.

4.1.1 Data Pendukung


Dalam data pendukung ini, peneliti memperoleh data dan informasi tentang
gambaran umum Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso dan
deskripsi dari subjek penelitian.

4.1.1.1 Gambaran Umum Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten


Bondowoso
Desa Taman merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso. Secara geografis, Desa Taman terletak pada dataran sedang
dan memiliki tanah yang subur dengan topografi wilayah bergelombang sampai
berbukit. Desa Taman memiliki ketinggian 350 meter dan memiliki luas wilayah
652.11 ha. Batas-batas administrasi Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Pancoran, sebelah barat

43
44

berbatasan dengan Desa Dawuhan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa


Pekauman, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegal Mijin.
Desa Taman terbagi dalam 4 Dusun, 10 Rukun Warga (RW), dan 77 Rukun
Tetangga (RT), keempat dusun tersebut yaitu, Dusun Pejagan, Dusun Pasnan, Dusun
Congkrong Barat, dan Dusun Congkrong Timur. Mayoritas penduduk Desa Taman
terdiri dari dua macam suku, yaitu suku Madura dan sebagian kecil lainnya dari suku
Jawa. Berdasarkan Data Administrasi Pemerintah Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso tahun 2015, jumlah penduduk yang tercatat secara
administrasi, jumlah total 5.348 jiwa.
Sebagian besar wilayah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso merupakan wilayah agraris, dan penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani. Perekonomian di Desa Taman masih mengandalkan pada sektor
pertanian dan perkebunan sebagai roda penggerak perekonomian desa.

Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso merupakan salah


satu desa penghasil singkong di wilayah Bondowoso. Banyak perkebunanlahan milik
warga Desa Taman yang ditanami singkong. Banyaknya perkebunan singkong yang
terdapat di daerah tersebut membuat limbah batang pohon singkong sangat
melimpah, karena ketika masa panen petani hanya mengambil singkong dan daunnya
saja, sedangkan untuk batang pohonnya dibuang begitu saja sehingga menjadi
limbah. Limbah batang pohon singkong tersebut selama ini belum dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Taman karena minimnya pemahaman akan manfaat dari limbah
tersebut dan kurangnya keterampilan yang dimiliki penduduk Desa Taman untuk
mengolah limbah batang pohon singkong tersebut. Salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk memanfaatkan limbah batang pohon singkong tersebut adalah
dengan menjadikannya sebagai bahan baku untuk pembuatan kerajinan, dari limbah
tersebut dapat dijadikan berbagai macam bentuk kerajinan seperti tempat tissue,
tempat pensil, asbak, kap lampu dan berbagai macam bentuk kerajinan lainnya.
45

Namun dalam hal ini produk kerajinan yang akan dihasilkan lebih terfokus pada
pembuatan kerajinan berupa kap lampu atau lampion yang berbahan dasar dari
limbah batang pohon singkong.

Ada beberapa sektor mata pencaharian yang ditekuni masyarakat Desa


Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, antara lain :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Taman Tahun 2015

Prosentase
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
dari Total Jumlah Penduduk

1. Petani 2769 70,5%

2. Jasa pemerintahan 97 2,4 %

3. Jasa perdagangan 573 14,5%

4. Jasa angkutan 43 1,1 %

5. Jasa keterampilan 29 0,7 %

6. Jasa lainnya 108 2,7 %

7. Sektor industri kecil 306 7,7%

Jumlah 3925 100%

Sumber : Buku Administrasi Desa Taman Kecamatan Grujugan, Tahun 2015

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa warga masyarakat di Desa


Taman memiliki variasi pekerjaan selain sektor buruh tani dan petani. Setidaknya
karena kondisi lahan pertanian mereka sangat tergantung dengan curah hujan alami.
Di sisi lain, air irigasi yang ada tidak dapat mencukupi untuk kebutuhan lahan
pertanian di Desa Taman secara keseluruhan terutama ketika musim kemarau.
Sehingga mereka pun dituntut untuk mencari alternatif pekerjaan lain.
46

Tingkat pendidikan penduduk Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten


Bondowoso berdasarkan data penduduk tahun 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:

Tabel 4.2 Tingkat pendidikan penduduk Desa Taman Tahun 2015


No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

1. Tidak Tamat Sekolah 326 Jiwa

2. SD Sederajat 429 Jiwa

3. SLTP Sederajat 360 Jiwa

4. SMU Sederajat 231 Jiwa

5. Diploma 3 Jiwa

6. Sarjana (S1) 43 Jiwa

7. Pasca Sarjana -

Jumlah 1.392 Jiwa

Sumber : Buku Administrasi Desa Taman Kecamatan Grujugan, Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan


penduduk Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso masih
tergolong rendah. Karena jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya setaraf SD
sederajat masih mendominasi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dengan
tingkat pendidikan lainnya yang dimiliki masyarakat Desa Taman, keadaan ini
diperparah lagi dengan banyaknya jumlah penduduk Desa Taman yang tidak
bersekolah atau tidak tamat sekolah, yakni sebanyak 326 jiwa. Mayoritas tingkat
pendidikan remaja Desa Taman adalah SMP dan SMA, ada beberapa juga yang
melanjutkan sampai ke perguruan tinggi, namun keterampilan yang dimiliki remaja
Desa Taman masih rendah, terutama bagi remaja yang mengalami putus sekolah.
47

Oleh karena itu, remaja Desa Taman sangat membutuhkan sebuah keterampilan baru
yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki setiap remaja.
Sebagian besar penduduk Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso adalah usia remaja, usia dimana para remaja membekali dirinya dengan
pendidikan dan keterampilan yang cukup. Hal ini bertujuan agar remaja dapat
mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya secara optimal, dan dapat
hidup secara mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Namun tidak semua
remaja memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh atau melanjutkan
pendidikannya, banyak remaja-remaja khususnya remaja yang ada didesa tidak bisa
melanjutkan pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Taman khususnya remaja
menyebabkan sumber daya manusia (SDM) di desa tersebut masih tergolong rendah,
kondisi seperti inilah yang menyebabkan masyarakat Desa Taman tidak dapat hidup
secara mandiri, sejahtera dan berkembang. Meskipun Desa Taman memiliki potensi
desa yang cukup potensial seperti pertanian dan perkebunan, namun jika hal tersebut
tidak diimbangi dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka
potensi tersebut tidak akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

4.1.1.2 Deskripsi Subjek Penelitian


Dalam sebuah penelitian, deskripsi subjek penelitian sangatlah diperlukan.
Untuk mendapatkan deskripsi mengenai subjek penelitian tersebut, maka peneliti
harus mengetahui terlebih dahulu tentang identitas dari masing-masing subjek
penelitian. Identitas tersebut nantinya akan dijadikan landasan untuk mengetahui
lebih dalam mengenai situasi, kondisi, dan latar belakang masing-masing subjek
penelitian. Dengan adanya identitas tersebut diharapkan dapat membantu peneliti
untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, subjek penelitian terdiri dari remaja putus sekolah,
orang tua remaja putus sekolah dan perangkat Desa Taman. Kemudian peneliti
48

membagi subjek penelitian tersebut menjadi dua yaitu informan kunci dan informan
pendukung.
Dalam penelitian ini, yang menjadi informan kunci yaitu remaja putus
sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
sebanyak 8 orang remaja dengan kriteria remaja dengan rentang usia 13-21 tahun,
tidak bersekolah atau putus sekolah, tidak memiliki pekerjaan (menganggur), dan
bersedia mengikuti pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion). Adapun identitas dari masing-masing informan kunci
adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Identitas Informan Kunci


Jenis Pendidikan Status
No Nama Usia
Kelamin terahir

1. Murahmad 21 Tahun Laki-laki SD Bekerja (tidak tetap)

2. Hamid 13 Tahun Laki-laki SD Belum bekerja

3. Saiful 20 Tahun Laki-laki SMA Bekerja (tidak tetap)

4. Mahyono 21 Tahun aki-laki SMA Bekerja (tidak tetap)

5. Wilda 17 Tahun Perempuan SMA Belum bekerja

6. Suharini 18 Tahun Perempuan SMP Belum bekerja

7. Neneng 15 Tahun Perempuan SMP Belum bekerja

8. Wawan 14 Tahun Laki-laki SMA Belum bekerja

Sumber : Data primer (diolah)

Dalam penelitian ini, peneliti juga memerlukan adanya tambahan informasi dari
informan pendukung. Yang menjadi informan pendukung yaitu Bapak Tatok Bely
Belnadi selaku Kepala Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
49

dan beberapa orang tua remaja putus sekolah yang menjadi peserta dalam pelatihan
pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion).

4.1.2 Data Utama


Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara
dan dokumen, peneliti memperoleh data dan informasi penting proses pelatihan
pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) untuk
memberikan keterampilan remaja putus sekolah di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso.

4.1.2.1 Proses Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah Batang Pohon


Singkong (Kap Lampu / Lampion)
Dalam penelitian ini, pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong ditujukan kepada remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso dengan tujuan untuk memanfaatkan
limbah batang pohon singkong yang selama ini belum di manfaatkan, dan juga
untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Ada beberapa tahapan atau prosedur
dalam melakukan pelatihan ini, tahapan tersebut meliputi tahap diagnosing, planning
action, takking action, dan evaluation action.

Tabel 4.4 Program Kerja Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kerajinan Dari Limbah
Batang Pohon Singkong
No Tahap Keterangan Target Hasil Temuan
Kegiatan
1. Diagnosing Mengidentifikasi Kebutuhan remaja Remaja putus sekolah
Action kebutuhan remaja putus sekolah Desa Desa Taman
remaja putus Taman dapat menginginkan adanya
sekolah Desa teridentifikasi. kegiatan pelatihan
Taman. keterampilan
50

2. Planing Merencanakan 1. Ditentukan tindakan


Action proses pelatihan pembuatan
pelaksanaan kerajinan dari limbah
pelatihan batang pohon
singkong untuk
mengatasi
permasalahan remaja
Menentukan putus sekolah di Desa
tindakan, materi, Taman
waktu, tempat, 2. Ditentukan waktu,
instruktur, peserta, tempat, materi,
jadwal, alat dan instruktur, peserta,
bahan, biaya dan alat/bahan, biaya dan
metode pelatihan metode pelatihan
3. Taking Mengimplement Kegiatan pelatihan
Action asikan rencana terlaksana dengan
tindakan yang lancar dan sesuai
telah ditentukan rencana yang telah
yakni melalui ditentukan, yakni pada
pelatihan tangnggal 17 dan 18
pembuatan mei 2016 bertempat di
kerajinan dari rumah Bapak Nur
limbah pohon Pelaksanaan Salim, kegiatan
singkong. kegiatan pelatihan pelatihan dimulai dari
pembuatan kerajinan penyampaian materi,
dari limbah pohon instruktur
singkong dapat mendemostrasikan
berjalan dengan pembuatan lampion,
lancar dan sesuai dan peserta
dengan rencana mempraktikkan secara
yang telah langsung membuat
ditentukan. lampion.
4. Evaluation Ada dua 1. Kegiatan pelatihan 1. Kegiatan pelatihan
tahap berjalan dengan terlaksana sesuai
dalam lancar sesuai dengan rencana yakni pada
kegiatan rencana, dan dapat tangnggal 17 dan 18
evaluasi, mencapai tujuan mei 2016 bertempat di
antara penelitian yang telah rumah Bapak Nur
51

lain: ditetapkan Salim. Namun ada


1. Evaluasi 2. Peserta memiliki keterlambatan waktu
proses keterampilan baru pada hari pertama.
kegiatan mengenai 2. Peserta memiliki
pelatihan pembuatan kerajinan keterampilan baru
2. Evaluasi dari limbah batang mengenai pembuatan
keterampilan pohon singkong. kerajinan dari limbah
peserta. batang pohon
singkong.
Sumber : Data primer

Berikut adalah penjelasan dari tahapan pelatihan pembuatan kerajinan dari


limbah batang pohon singkong :

4.1.2.1.1 Tahap Identifikasi Permasalahan (Diagnosing)

Pada tahap ini, setelah peneliti memahami pokok permasalahan remaja


putus sekolah, kemudian peneliti mengidentifikasi kebutuhan remaja putus sekolah
akan keterampilan, dan menentukan tindakan yang sesuai dengan kondisi remaja
putus sekolah serta potensi yang ada di Desa Taman. Kegiatan identifikasi ini
dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dan FGD (Focus Group Discussion)
dengan instruktur, perangkat Desa Taman dan remaja putus sekolah Desa Taman.
Hasil wawancara dan FGD yang dilakukan peneliti dengan beberapa
informan penelitian menunjukkan bahwa remaja putus sekolah Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso tertarik pada kegiatan pelatihan
keterampilan, seperti keterangan salah satu remaja berikut ini:

... Pelatihan seperti apa ya mas?, kalau pelatihan kerajinan


tangan bagaimana mas. Kan kita bisa membuat barang yang tidak
digunakan lagi menjadi barang yang lebih bermanfaat. (Wilda,
17 tahun).
52

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa remaja putus


sekolah Desa Taman membutuhkan sebuah pelatihan keterampilan. Setelah itu,
peneliti berdiskusi dengan perangkat Desa Taman dan instruktur pelatihan untuk
menentukan tindakan sesuai dengan kebutuhan remaja putus sekolah.

... remaja putus sekolah Desa Taman membutuhkan adanya


kegiatan pelatihan keterampilan, dan di Desa Taman terdapat
limbah batang pohon singkong. Dengan adanya potensi tersebut
kita bisa memanfaatkannya menjadi sebuah kerajinan, dan
memberikan pelatihan keterampilan kepada remaja putus sekolah
Desa Taman, karena pada umumnya usia remaja memiliki
kreativitas lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa,
(Tatok, 43 tahun)

Berdasarkan hasil wawancara dan FGD, maka tahap identifikasi ini berakhir
pada tahap dimana sudah ditemukannya kebutuhan remaja putus sekolah, yaitu
kebutuhan akan pelatihan keterampilan. Dengan adanya kegiatan pelatihan
keterampilan tersebut diharapkan para remaja putus sekolah Desa Taman memiliki
keterampilan baru.

4.1.2.1.2 Tahap Perencanan Tindakan (Planing Action)


Pada tahap ini, peneliti beserta instruktur pelatihan dan perangkat Desa
Taman merencanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan remaja dan
mempersiapkan proses pelaksanaan tindakan. Tindakan yang diberikan yaitu melalui
pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion). Kemudian peneliti mempersiapkan kegiatan pelatihan pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) yang akan
diberikan kepada remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
keterampilan remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memanfaatkan
limbah batang pohon singkong agar memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
53

Berikut ini adalah hal-hal yang dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan


pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion). Yang meliputi:

a. Waktu dan tempat pelatihan


Pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion) ini akan dilaksanakan pada hari senin dan selasa tanggal 17 dan
18 Mei 2016, kegiatan pelatihan dimulai dari jam 13:00 16:00. Waktu tersebut
dipilih sebagai waktu pelaksanaan pelatihan karena kegiatan instruktur pada
bulan mei sangat padat, sehingga instruktur hanya bisa memberikan pelatihan
pada waktu tersebut. Pelatihan ini diberikan sebanyak dua kali pertemuan, pada
pertemuan pertama peserta dibrikan materi tentang pembuatan kerajinan dari
limbah batang pohon singkong, dan praktek memotong dan merangkai pola kap
lampu. Pada pertemuan kedua peserta melanjutkan praktek merekatkan potongan
pohon singkong dengan pola dan finishing. Tempat pelatihan dilaksanakan di
rumah Bapak Nur Salim yang dalam penelitian ini bertindak sebagai instruktur.

b. Materi pelatihan
Materi yang disampaikan instruktur kepada peserta dalam proses pelatihan ini
yaitu materi tentang pemanfaatan limbah batang pohon singkong, alat dan bahan
yang dibutuhkan dalam pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong, dan tata cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion) yang meliputi: pemotongan limbah batang pohon
singkong, pembuatan pola kap lampu, perekatan antara pola dengan potongan
pohon singkong, dan pewarnaan menggunakan cairan melamin impra gloss.
Materi disampaikan oleh instruktur secara langsung kepada peserta pelatihan.
54

c. Instruktur
Dalam penelitian ini instruktur merupakan orang yang ahli dan terampil dalam
bidang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion). Peneliti menggunakan Bapak Nur Salim pemilik home industri
kerajinan tangan yang ada di Desa Taman sebagai instruktur yang nantinya akan
memberikan keterampilan mengenai pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion) kepada peserta pelatihan.

d. Peserta pelatihan
Dalam penelitian ini yang menjadi peserta pelatihan adalah remaja putus sekolah
yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, peserta
pelatihan sebanyak 8 remaja putus sekolah. Peserta akan diberikan pengetahuan
materi tentang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion), dan peserta juga akan diberi kesempatan untuk mempraktekkan
secara langsung membuat kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion).

e. Bahan dan alat


Bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pelatihan pembuatan kerajinan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) ini antara lain:
Bahan yang digunakan antara lain: Alat yang digunakan antara lain:
- Limbah batang pohon singkong - Gergaji kayu
- Bambu - Amplas
- Melamin Gloss dan Thinner - Gergaji triplek
- Lem fox kuning dan Lem G - Kuas
- Kabel, Dop, pitingan dan lampu - Pisau
- Kawat atau besi - Gunting
55

Gambar 4.1 Bahan Gambar 4.2 Peralatan

f. Biaya
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dana pribadi dan bantuan dana dari
beberapa pihak, antara lain: peneliti bekerja sama dengan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Bondowoso guna memperoleh
bantuan instruktur, bantuan dari Kepala Desa Taman berupa penyediaan tempat,
bahan baku, bantuan dari Dosen Pendidikan Ekonomi Dr. Sri Kantun. M.Ed
berupa bantuan dana.

g. Metode pelatihan
Dalam penelitian ini, peneliti dalam penyampaian pelatihan menggunakan metode
demonstrasi. Metode demonstrasi ini digunakan untuk menjelaskan tata cara dan
bahan apa saja yang diperlukan dalam pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion). Motode demonstrasi juga digunakan untuk
mendemonstrasikan pembuatan kap lampu kepada peserta pelatihan, dan peserta juga
diberikan kesempatan untuk mempraktikkan membuat kap lampu secara langsung,
namun tetap didampingi oleh instruktur.
56

4.1.2.1.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan (Taking Action)

Pada tahap ini, pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari


limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) dilaksanakan pada hari senin 17
Mei 2016 jam 14:00 16:30, dan hari selasa tanggal 18 Mei 2016 jam 13:00
15:30, bertempat di rumah Bapak Nur Salim, salah satu warga Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Kegiatan pada hari pertama sedikit
terlambat karna ada beberapa peserta yang datang terlambat, namun tidak menjadi
penghambat dalam kegiatan pelatihan ini. Kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh Ibu Dr.
Sri Kantun, M.Ed selaku dosen pemninbing , Bapak Tatok selaku Kepala Desa
Taman, Bapak Muqaddas selaku Ketua POSDAYA PANDU ULUNG Dusun
Pejagan Desa Taman, Bapak Nur Salim selaku Instruktur pelatihan, peneliti beserta
tim, dan peserta pelatihan.

Kegiatan pelatihan ini dimulai dari penyampaian materi tentang


pemanfaatan limbah batang pohon singkong, kerajinan yang dapat dihasilkan dari
limbah batang pohon singkong, alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), kemudian
instruktur mendemonstrasikan tata cara pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion), setelah itu peserta diberi kesempatan untuk
mempraktekkan secara langsung pembuatan kerajinan dari dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) dengan didampingi oleh instruktur. Adapun langkah-
langkah pembuatan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion) adalah sebagai berikut :
57

1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama ini, kegiatan dimulai
dengan pemotongan limbah batang pohon
singkong yang telah dikupas kulitnya dan
dikeringkan sebelumnya, pemotongan
dilakukan dengan menggunakan gergaji dan
disesuaikan dengan ukuran yang telah
ditentukan, kemudian batang pohon
singkong yang sudah dipotong dihaluskan
menggunakan amplas agar teksturnya
terlihat lebih halus.
Gambar 4.3 Tahap pertama

Pada tahap ini setiap peserta sudah bisa memotong batang pohon singkong sesuai
ukuran, dan menghaluskan potongan batang pohon singkong menggunakan amplas
kayu.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua yaitu pembuatan dan
perangkaian pola kap lampu dari bambu
dan besi. Terdapat dua bagian dalam
pembuatan pola kap lampu ini, yaitu bagian
atas (tudung) yang berbentuk kerucut, dan
bagian bawah (penyangga) berbentuk kotak
dan ada juga yang berbentuk bulat. Setelah
perangkaian pola selesai, kemudian
sekeliling pola dibalut dengan

Gambar 4.4 Tahap kedua menggunakan anyaman bambu yang


nantinya akan dijadikan sebagai media
58

untuk merekatkan batang pohon singkong


yang telah diproses pada tahap pertama.
Pada tahap ini setiap peserta sudah bisa membuat pola kap lampu dan
penyangga kap lampu dari bambu, dengan dua macam bentuk penyangga yaitu
berbentuk kotak dan berbentuk bulat, setiap peserta juga bisa merangkai dan
membalut pola dengan anyaman bambu. Namun pada tahap ini peserta masih blom
bisa membuat anyaman bambu.
3. Tahap Ketiga
Tahap ini merupakan tahap akhir, ada dua
kegiatan yang dilakukan yaitu proses
perekatan antara pola kap lampu dengan
batang pohon singkong yang telah diproses,
dan proses pewarnaan. Untuk proses
perekatan diawali dengan membaluri kedua
sisi pola dan batang pohon singkong dengan
menggunakan lem fox kuning, tunggu
sejenak hingga lem agak mengering,
kemudian rekatkan kedua sisi yang telah
Gambar 4.5 Tahap ketiga
dilapisi lem, kemudian di jemur hingga lem
benar-benar merekat.
Tahap selanjutnya yaitu pewarnaan, untuk warna yang digunakan yaitu warna
transparant, warna ini dipilih agar kap lampu lebih terlihat alami dan mengkilat,
bahan pewarna menggunakan melamin impra gloss.
Pada tahap ini setiap peserta sudah bisa melumasi pola dan potongan batang pohon
singkong dengan lem fox kuning, merekatkan dedua sisi yang telah dilapisi lem, dan
mewarnai menggunakan melamin impra gloss.
59

Berdasarkan langkah-langkah proses pembuatan kerajinan dari limbah


batang pohon singkong (kap lampu/lampion) tersebut dapat diketahui bahwa proses
pembuatan kerajinan kap lampu ini cukup mudah. Para peserta pelatihan sangat
antusias dalam praktek membuat kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion), mereka tidak menyangka jika limbah pohon singkong yang awalnya
tidak memiliki nilai jual, kini dapat dirubah menjadi produk yang memiliki nilai jual
tinggi dan mereka dapat membuatnya sendiri, seperti yang diungkapkan oleh salah
satu peserta pelatihan berikut:

.... saya baru tau mas, kalau pohon singkong itu bisa dibuat
menjadi kerajinan seperti ini, gampang ternyata cara buatnya. Padahal
saya kira bakalan susah cara buatnya dan membutuhkan waktu yang
lama, ternyata gampang dan cepat juga proses pembuatannya. Tapi,
kalau untuk buat anyaman bambunya saya belum bisa mas, karna
bambunya itu harus dipotonng tipis sekali. (Mahyono, 21 tahun)
Berdasarkan kegiatan tesebut, secara keseluruhan proses pembuatan
kerajinan dari limbah batang pohon singkong ini memakan waktu kurang lebih
selama satu minggu. Mulai dari proses mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, proses pendampingan dan pemantauan dalam pembuatan produk kap
lampu hingga peserta pelatihan benar-benar dapat membuat sendiri kerajinan
tersebut.

4.1.2.1.4 Tahap Evaluasi Kegiatan Pelatihan (Evaluation)


Kegiatan evaluasi ini terdiri dari dua tahap yaitu, evaluasi proses kegiatan
pelatihan, evaluasi keterampilan peserta. Tahap pertama, evaluasi proses kegiatan
pelatihan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan
rencana dan jadwal kegiatan yang telah ditentukan atau tidak. Berdasarkan hasil
evaluasi yang dilakukan peneliti, pelaksanaan kegiatan pelatihan sudah sesuai
dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya, yakni kegiatan
pelatihan dilaksanakan pada hari senin dan selasa tanggal 17-18 Mei 2016 jam 13:00
60

16:00. Pada hari pertama ada beberapa peserta yang datang terlambat, sehingga
pada tanggal 17 Mei 2016 kegiatan dimulai pada jam 14:00 dan berakhir pada jam
16:30. Namun tidak menjadi kendala dalam kegiatan pelatihan ini.
Tahap kedua, evaluasi keterampilan peserta dilakukan dengan cara
melakukan wawancara dan observasi kepada peserta dengan menanyakan kepada
peserta mengenai keterampilan dan pengetahuan peserta setelah dan sebelum
mengikuti pelatihan. Hasil dari wawancara dan observasi tersebut menunjukkan
bahwa peserta pelatihan belum mengetahui bagaimana pemanfaatan limbah batang
pohon singkong, produk kerajinan yg dapat dihasilkan dari bahan tersebut, dan
belum memiliki keterampilan pembuatan kerajinan dari bahan tersebut. Kemudian
setelah pelatihan, peneliti melakukan wawancara dan observasi kembali kepada
peserta pelatihan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pelatihan tersebut. Hasil
wawancara dan observasi menunjukkan bahwa peserta pelatihan memiliki
keterampilan baru tentang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong,
produk kerajinan yang dihasilkan peserta rapi dan beragam, sehingga layak untuk
diperjual belikan. Hal tersebut dipertegas dengan keterangan yang diberikan oleh
Bapak Nur Salim selaku instruktur dalam kegiatan pelatihan ini, keterangan tersebut
adalah sebagai berikut:

.... kap lampu yang dibuat oleh peserta sudah lumayan bagus mas
hasilnya, mereka juga sudah memahami proses demi proses dalam
pembuatan kap lampu ini, mulai dari proses pemotongan hingga
proses penempelan. Bentuk penyangga yang dihasilkanpun juga
cukup beragam, ada yang berbentuk melingkar, kotak, dan agak
mengerucut. Namun untuk menyelesaikan satu produk kap lampu,
mereka membutuhkan waktu yang cukup lama karena mereka masih
kurang cekatan. Tapi sebagai pemula ini sudah lebih dari cukup,
tinggal mengasah keterampilan mereka lebih dalam. ( Nur Salim, 45
tahun)
61

Berdasarkan keterangan dari Bapak Nur Salim, menunjukkan bahwa para


peserta pelatihan yakni remaja putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
tentang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion). Hal ini berdasarkan produk kerajinan yang sudah mereka buat
sendiri. Berikut adalah beberapa gambar produk kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) hasil karya dari peserta pelatihan.

Gambar 4.6 Produk Kerajinan Kap Lampu Hasil Karya Peserta Pelatihan

Berdasarkan gambar diatas, dapat dikatakan bahwa produk kerajinan dari


limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) yang dihasilkan peserta
pelatihan sudah cukup bagus, meskipun masih terdapat beberapa bagian yang perlu
disempurnakan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil tersebut yang mengacu pada
kriteria keberhasilan, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pelatihan ini telah
berhasil dilaksanakan, karena peserta pelatihan telah memperoleh keterampilan baru
62

mengenai pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap


lampu/lampion), peserta pelatihan telah memahami materi yang disampaikan
instruktur dan mampu mempraktikkan atau membuat sendiri kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion).

Kegiatan pelatihan pembuatan keajinan dari limbah batang pohon singkong


(kap lampu/lampion) ini sangat bermanfaat bagi remaja putus sekolah. Dengan
adanya kegiatan pelatihan tersebut dapat meningkatkan keterampilan dan
produktivitas remaja putus sekolah, serta menjadi kegiatan yang positif bagi remaja
putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondewoso.
Dalam jangka pendek, adanya kegiatan pelatihan ini dapat menjadikan remaja putus
sekolah yang ada di Desa Taman lebih terampil khususnya dibidang keterampilan,
sehingga mereka dapat hidup secara mandiri. Dan dalam jangka panjang, produk
yang dihasilkan peserta dalam kegiatan pelatihan tersebut nantinya dapat menjadi
potensi sumber pendapatan baru bagi remaja putus sekolah.

4.1.3 Keterampilan Remaja Putus Sekolah Setelah Adanya Pelatihan


Setelah peserta pelatihan mengikuti pelatihan pembuatan kerajianan dari
limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), peserta memiliki keterampilan
baru, khususnya keterampilan mengenai pembuatan kerajianan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion). Keterampilan yang dimiliki peserta ini dapat
dibuktikan dengan cara membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki peserta pelatihan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.
Sebelum mengikuti pelatihan, para peserta belum mengetahui terkait dengan
pemanfaatan limbah batang pohon sinkong, dan mereka belum bisa membuat
kerajinan dari bahan tersebut. Melalui kegiatan pelatihan ini, para peserta diberikan
pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah batang pohon singkong dan peserta juga
diberikan keterampilan mengenai tata cara pembuatan kerajianan dari limbah batang
63

pohon singkong (kap lampu/lampion). Kegiatan ini diberikan sebanyak dua kali
pertemuan, dengan pertemuan yang singkat ini peserta sudah mampu
mempraktekkan membuat sendiri produk kerajianan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) dengan didampingi instruktur. Produk yang
dihasilkan peserta pelatihan cukup bagus dan beragam.
Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini telah
meningkat. Para peserta pelatihan telah mengetahui cara pemanfaatan limbah batang
pohon singkong dan cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion).
Adanya kegiatan pelatihan seperti ini memberikan dampak positif bagi
remaja putus sekolah di Desa Taman, para peserta merasa senang karena mereka
memiliki kegiatan yang produktif, mereka termotivasi untuk mau berwirausaha dan
memanfaatkan waktu luang mereka yang selama ini terbuang sia-sia, pernyataan lain
juga disampaikan oleh salah satu peserta pelatihan yang menyatakan sebagai berikut:

.... terimakasih mas saya sudah diberikan pelatihan


keterampilan seperti ini, saya sangat senang dan tertarik
mengikuti pelatihan ini, karna disini saya bisa mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan baru tentang pemanfaatan
limbah batang pohon singkong ini, sekarang saya sudah bisa
membuat kap lampu sendiri seperti yang diajarkan Pak Nur
Salim, nanti saya akan coba buat lagi dirumah dan hasilnya
akan saya jadikan pajangan dirumah bahkan bisa saya jual.
(Mahyono, 21 tahun).

Hal serupa juga disampaikan oleh Wilda yang memberikan pernyataan


sebagai berikut;
64

... sebenarnya dari awal saya memang ingin mempelajari


keterampilan mas, kalau saya punya keterampilan kan enak,
saya bisa memanfaatkan barang-barang yang gak terpakai, dan
nantinya saya bisa menghasilkan uang dari keterampilan itu.
(Wilda, 18 tahun)

Berdasarkan pernyataan dari beberapa peserta pelatihan tersebut, dapat


diketahui bahwa para peserta merasa senang dengan apa yang sudah mereka peroleh
ketika mengikuti kegiatan pelatihan yang diberikan oleh peneliti, mereka sangat
antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dengan adanya pelatihan tersebut
remaja putus sekolah di Desa Taman menjadi termotivasi untuk berwirausaha dengan
memanfaatkan potensi alam yang ada disekitar Desa Taman Kecamatan Wringin
Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa para
remaja putus sekolah Desa Taman telah memperoleh pengetahuan baru tentang
pemanfaatan limbah batang pohon singkong dan mereka juga mendapatkan
keterampilan baru tentang pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion).

Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka


pelaksanaan Kegiatan pelatihan pembuatan keajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) ini sudah dapat dikatakan berhasil. Tingkat
keberhasilan tersebut dibuktikan dengan adanya dukungan dari masyarakat Desa
Taman, antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan, instruktur yang
sesuai dengan bidang keahliannya, pelaksanaan kegiatan pelatihan yang sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan, dan yang paling terpenting adalah peserta
pelatihan dapat memahami materi yang disampaikan oleh instruktur dan mereka
dapat membuat sendiri produk kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion).
65

Berikut ini adalah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam kegiatan pelatihan
pembuatan keajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) di
Desa Taman Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso, antara lain ;

1. Faktor pendukung
a. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah batang pohon singkong,
dimana ketersediaan bahan baku tersebut di Desa Taman sangat melimpah dan
mudah diperoleh. Dengan adanya bahan baku yang melimpah, tentunya dapat
mendukung kelancaran pelatihan ini, dan mampu meminimalkan pengeluaran
untuk membuat kerajinan dari limbah pohon singkong, karena kita tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan untuk memperoleh bahan baku tersebut.

b. Perangkat Desa Taman


Perangkat Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso sangat
mendukung adanya kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah pohon
singkong ini. Dukungan tersebut ditunjukkan dengan partisipasi Perangkat Desa
Taman dalam mensukseskan kegiatan pelatihan ini, dan bersedia menyediakan
tempat serta alat dan bahan baku yang diperlukan, sehingga memudahkan
peneliti dalam melaksanakan pelatihan pembuatan kerajianan dari limbah batang
pohon singkong.

c. Dukungan dari berbagai pihak


Kegiatan pelatihan ini didukung oleh berbagai pihak, diantaranya Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Bondowoso,
Kepala Desa Taman, Dosen Pendidikan Ekonomi Dr. Sri Kantun. M.Ed, dan
penduduk Desa Taman lainnya.
66

d. Motivasi peserta
Kondisi remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman yang tidak memiliki
pekerjaan dan keterampilan membuat remaja putus sekolah menginginkan
kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas mereka, motivasi ini muncul
karena mereka menginginkan keterampilan baru yang dapat dikuasai agar dapat
hidup mandiri. Adanya motivasi tersebut sangat mendukung jalannya proses
penelitian dan dapat membuat remaja putus sekolah antusias dalam mengikuti
kegiatan pelatihan

2. Faktor penghambat
a. Keterbatasan sarana dan prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana sangat menghambat jalannya kegiatan
pelatihan. Terdapat beberapa peralatan yang jumlahnya terbatas seperti gergaji,
pisau dan amplas, keterbatasan ini terjadi karena peralatan yang digunakan
hanya disediakan oleh instruktur, sehingga peserta harus bergantian dalam
menggunakan peralatan tersebut.

b. Keterlambaran waktu pelatihan


Keterlambatan waktu pelatihan ini menjadi hambatan kedua dalam penelitian
ini. Kegiatan pelatihan pada tanggal 17 Mei 2016 seharusnya dimulai pada pukul
13:00 16:00 WIB, namun dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut baru
dimulai pada pukul 14:00 16:30 WIB . Hal ini terjadi karena ada beberapa
peserta pelatihan yang datang terlambat, namun keterlambatan peserta tidak
mengganggu jalannya kegiatan pelatihan.

c. Rendahnya minat peserta untuk mengikuti pelatihan


Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama semua peserta dapat mengikuti kegiatan pelatihan ini, yakni sebanyak 10
67

peserta, namun pada pertemuan kedua hanya ada 5 peserta yang mengikuti pelatihan,
sehingga pada pertemuan kedua ini peneliti mencari peserta tambahan untuk
melengkapi jumlah peserta yang telah ditentukan sebelumnya.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan pada hasil penelitian diatas, proses pelatihan


pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) ini
terdiri beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Tahap pelaksanaan pelatihan
tersebut meliputi identifikasi kebutuhan remaja putus sekolah Desa Taman, tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), dan tahap evaluasi
kegiatan pelatihan.
Kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion) ini merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan bagi
remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa
kegiatan pelatihan ini telah berhasil mencapai tujuan. Sesuai dengan pendapat
Moekijat (dalam Kartika. 2011 : 78) bahwa kegiatan pelatihan itu dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pelatihan, yang meliputi pengembangan pengetahuan,
pengembangan keahlian dan pengembangan sikap.
Remaja putus sekolah Desa Taman yang dalam hal ini bertindak sebagai
peserta pelatihan memiliki semangat yang tinggi dalam mengikuti pelatihan yang
diberikan, para peserta memperhatikan setiap materi yang disampaikan oleh
instruktur. Instruktur menggunakan metode demonstrasi ketika menyampaikan
materi kepada para peserta, materi tersebut berupa pemberian motivasi kepada
peserta, pemanfaatan limbah batang pohon singkong, kerajinan yang dapat dibuat
dari bahan tersebut, alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kerajinan
68

tersebut, sampai pada demonstrasi cara pembuatan keajinan dari limbah batang
pohon singkong (kap lampu/lampion). Keterangan tersebut sesuai dengan keterangan
dari instruktur pelatihan :
... Dalam kegiatan pelatihan ini, sebagian besar peserta
pelatihan sangat antusias ketika saya menjelaskan materi dan
mempraktekkan cara membuat kerajinan kap lampu ini mas,
dan ketika ada hal yang tidak dimengerti mereka langsung
menanyakan kepada saya mas, atau mereka minta dijelaskan
kembali supaya lebih faham (Nur Salim, 45 Tahun)

Dengan adanya kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang


pohon singkong ini, remaja putus sekolah Desa Taman berhasil memanfaatkan
limbah batang pohon singkong yang selama ini tidak dimanfaatkan, dan mereka juga
berhasil menambah nilai guna dan nilai kemanfaatan dari limbah batang pohon
singkong tesebut dengan cara mengolah limbah batang pohon singkong tersebut
menjadi suatu bentuk kerajinan, yaitu berupa kap lampu/lampion. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wahyu (dalam Suryono 2009 : 97) bahwa dengan mengolah
barang-barang yang tidak terpakai maka dapat meningkatkan nilai suatu barang,
sehingga barang tersebut dapat bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis.
Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka
pelaksanaan Kegiatan pelatihan pembuatan keajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu/lampion) ini sudah dapat dikatakan berhasil. Tingkat
keberhasilan tersebut dibuktikan dengan adanya dukungan dari masyarakat Desa
Taman, antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan, instruktur yang
sesuai dengan bidang keahliannya, pelaksanaan kegiatan pelatihan yang sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan, peserta pelatihan dapat memahami materi yang
disampaikan oleh instruktur dan mereka dapat membuat sendiri produk kerajianan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), serta pendampingan yang
dari berbagai pihak seperti peneliti, dan Instruktur. Kegiatan pendampingan ini
ditujukan agar peserta menjadi ahli dalam hal membuat kerajinan dari limbah pohon
69

singkong. Sesuai dengan pendapat Moekijat (dalam Kartika A.2011 : 80) bahwa
tujuan pengembangan keahlian dalam pelatihan akan tercapai jika pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh peserta selama mengikuti pelatihan dikembangkan
sehingga dapat meningkatkan kinerja peserta pelatihan.

Setelah peserta pelatihan yakni remaja putus sekolah yang ada di Desa
Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso mengikuti pelatihan pembuatan
kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), keterampilan
peserta manjadi maningkat, khususnya keterampilan mengenai pembuatan kerajianan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion). Peningkatan keterampilan
ini dapat dibuktikan dengan cara membandingkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki peserta pelatihan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari slah satu peserta pelatihan:
... Dengan adanya pelatihan ini saya memiliki keterampilan
baru mas, sebelumnya keterampilan yang saya miliki hanya
keterampilan dibidang otomotif saja, dan sekarang saya
memiliki keterampilan baru, saya bisa membuat kerajinan
tangan dari pohon singkong (Mahyono, 21 tahun)

Sebelum mengikuti pelatihan, para peserta belum mengetahui terkait dengan


pemanfaatan limbah batang pohon sinkong, dan mereka belum bisa membuat
kerajinan dari bahan tersebut. Melalui kegiatan pelatihan ini, para peserta diberikan
pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah batang pohon singkong dan peserta juga
diberikan keterampilan pembuatan kerajianan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion). Kegiatan ini diberikan sebanyak dua kali pertemuan, dengan
pertemuan yang singkat ini peserta sudah mampu mempraktikkan membuat sendiri
produk kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion) dengan
didampingi instruktur. Produk yang dihasilkan peserta pelatihan cukup bagus dan
beragam. Keterangan tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh
instrukur pelatihan, bahwa :
70

.... kap lampu yang dibuat oleh peserta sudah lumayan bagus
mas hasilnya, mereka juga sudah memahami proses demi proses
dalam pembuatan kap lampu ini, mulai dari proses pemotongan
hingga proses penempelan. Bentuk penyangga yang
dihasilkanpun juga cukup beragam, ada yang berbentuk
melingkar, kotak, dan agak mengerucut. Namun untuk
menyelesaikan satu produk kap lampu, mereka membutuhkan
waktu yang cukup lama karena mereka masih kurang cekatan.
Tapi sebagai pemula ini sudah lebih dari cukup, tinggal
mengasah keterampilan mereka lebih dalam. ( Nur Salim, 45
tahun)

Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa


keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini telah
meningkat. Para peserta pelatihan telah mengetahui cara pemanfaatan limbah batang
pohon singkong dan cara pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong
(kap lampu/lampion).
71

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon singkong ini
merupakan salah satu upaya untuk memberikan keterampilan bagi remaja putus
sekolah Desa Taman. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang
pohon singkong untuk memberikan keterampilan remaja putus sekolah Desa Taman
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso ini telah berhasil dilaksanakan. Proses
pelaksanaan kegiatan pelatihan ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada hambatan dalam pelaksanaannya,
seperti keterlambatan peserta dan keterbatasan ala. Namun,hal tersebut tidak menjadi
kendala besar dalam kegiatan pelatihan ini.
Setelah peserta pelatihan mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan
kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion), peserta
memiliki keterampilan baru, khususnya keterampilan tentang pembuatan kerajianan
dari limbah batang pohon singkong (kap lampu/lampion). Keterampilan yang
dimiliki peserta ini dibuktikan dengan adanya produk yang dihasilkan peserta
pelatihan, yaitu berupa produk kerajianan dari limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion), produk kap lampu yang dihasilkan peserta cukup beragam,
penyangga dari kap lampunya ada yang berbentuk bulat dan ada juga yang berbentuk
kotak. Oleh karena itu, berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dapat dikatakan
berhasil.

5.2 Saran
Salah satu potensi alam yang ada di Desa Taman yaitu adanya limbah
batang pohon singkong yang jumlahnya cukup banyak, dan selama ini belum
dimanfaatkan. Dengan adanya kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong ini, kita dapat memanfaatkan bahan tersebut menjadi produk

71
72

kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi, yaitu berupa kap lampu. Bagi pemerintah
setempat, diharapkan nantinya dapat memanfaatkan bahan tersebut untuk dijadikan
produk kerajianan yang lain, tidak terfokus pada satu produk saja, sehinggan dapat
memciptakan peluang usaha yang lebih luas. Salah satu upaya yang mungkin dapat
dilakukan yaitu dengan memberikan fasilitas agar remaja putus sekolah dapat
mengembangkan potensi diri dan potensi alam secara maksimal.
73

DAFTAR BACAAN

Buku :

Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, Yogyakarta.
Belukar

Craig A. Merler. 2011. Action Reserch edisi ketiga. Yogyakarta: Perpustakaan


Pelajar

Daratdjat, Zakiah. 1997. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang

Kamil. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung:
Alfabeta.

Kartika A.2011. Mengelola Pelatihan Partisipasif. Bandung: Alfabeta)

Prof. Dr. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung.


Alfabeta

Santrock, J. W. 2003. Andolescence (Perkembengan Remaja). Terjemahan. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono Wirawan Sarlito. 2002. Teoro-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja
Gafindo Persada.

Sarwono, Wirawan Sarlito. 2005. Psikologi Remaja, edisi revisi, PT Raja Grafindo,
Persada

Sarwono Wirawan Sarlito. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sulaeman, Dadang. 1995. Psikologi Remaja : Penerbit Mandar Maju

73
74

Sunarto, Dkk. 2002. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta. Rineka Cipta.

2002. Model Pembinaan Anak Jalanan di Jawa Timur. Jawa Timur: Balitbang

Universitas Jember, 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: University


Pers.

Willis S, Sofyan. 2005. Remaja dan Masalahnya, Bandung. Alfabeta: Bandung

Jurnal :

Hasan. 2009. Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi


Permasalahan Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis : 177-178

Sumaryati, Sri & Purwaningrum, Lulu. 2013. Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah
Melalui Usaha Kerajinan Tenun Lidi. Progam Studi Pendidikan Ekonomi
FKIP UNS

Skripsi :

Hisyam, Ahmad. 2015. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Kreatif


Melalui Pelatihan Pembuatan Produk Hiasan dari Limbah Pohon Kopi.
Jember: Progam Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jember

Irmadatus. 2015. Pengembangan Keterampilan Remaja Dalam Pembuatan


Kerajinan Daun Kopi Kering Pada Masyarakat Miskin Sekitar Perkebunan
Kopi Desa Harjomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Jember:
Progam Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jember.
75

Jasnimar. 2013. Sistem Pembinaan Keterampilan Remaja Putus Sekolah di Unit


Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Bina Remaja (UPT PSBR) Pekanbaru.
Riau: jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negri Sultan Syarif
Kasim Riau

Wahyu, W. Putri. 2006. Upaya Pembinaan Remaja Putus Sekolah Pada Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) Mardi Karya Utama Jombang. Jember: Progam
Studi Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Jember.
76

LAMPIRAN
76

LAMPIRAN A MATRIKS PENELITIAN

Judul Permasalahan Variabel Indikator Sumber Data Metode Penelitian


Pelatihan 1. Bagaimana proses pelatihan Pelatihan Memberikan a. Data Primer, yaitu data a. Metode Penelitian:
Pembuatan pembuatan kerajinan dari Pembuatan Keterampilan yang diperoleh dengan Penelitian Tindakan (Action
Kerajinan Dari limbah batang pohon Kerajinan Remaja pengamatan secara Research)
Limbah singkong untuk memberikan Dari Putus langsung tentang kondisi b. Tempat Penelitian :
Batang Pohon keterampilan remaja putus Limbah Sekolah di remaja putus sekolah di Metode Purposive Area
Singkong sekolah di Desa Taman Batang Desa Taman Desa Taman melalui c. Metode Subjek dan
Untuk Kecamatan Grujugan Pohon Kecamatan observasi dan wawancara. Informan Penelitian :
Memberikan Kabupaten Bondowoso? Singkong Grujugan b. Data Sekunder, yaitu data Metode Purposive Sampling
Keterampilan 2. Bagaimana keterampilan Kabupaten yang diperoleh dari d. Sumber Data :
Remaja Putus remaja putus sekolah Desa Bondowoso berbagai sumber terkait, Data primer dan data
Sekolah di Taman Kecamatan Grujugan seperti data dari Desa sekunder
Desa Taman Kabupaten Bondowoso Taman, BPS, dan pustaka e. MetodePengumpulan Data:
Kecamatan setelah dilakukannya ilmiah lain yang dapat Observasi, wawancara,
Grujugan pelatihan pembuatan mendukung penelitian dan dokumen
Kabupaten kerajinan dari limbah batang data primer. f. Analisis Data :
Bondowoso pohon singkong tersebut? Metode analisis deskriptif
77

LAMPIRAN B
PEDOMAN PENELITIAN

1. Observasi
No. Data yang ingin diperoleh Sumber data
1. Observasi kegiatan sehari-hari yang dilakukan Informan utama
remaja putus sekolah di Desa Taman Kecamatan penelitian / Remaja
Grujugan Kabupaten Bondowoso. putus sekolah di Desa
2. Observasi keadaan tempat tinggaal, kondisi Taman Kecamatan
keluarga para remmaja putus sekolah, dan Grujugan Kabupaten
pemenuhan kebutuhan pendidikan. Bondowoso
3. Observasi pemanfaatan limbah batang pohon
singkong.

2. Wawancara
No. Data yang ingin diperoleh Sumber data
1. Profil remaja putus sekolah, riwayat pendidikan Subjek penelitian yaitu
remaja, program pembinaan remaja yang pernah remaja putus sekolah di
diikuti, ketertarikan remaja putus sekolah akan Desa Taman
pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah Kecamatan Grujugan
batang pohon singkong. Kabupaten Bondowoso
2. Profil orangtua remaja putus sekolah , pekerjaan Informan tambahan
orang tua.
78

3. Dokumen
No. Data yang ingin diperoleh Sumber data
1. Data penduduk Desa Taman Kecamatan Grujugan Informan tambahan
Kabupaten Bondowoso, baik mengenai jumlah yaitu perangkat Desa
remaja putus sekolah, mata pencaharian penduduk Taman Kecamatan
desa, potensi desa, dan program-program Grujugan Kabupaten
pembinaan yang pernah dilakukan di Desa Taman Bondowoso, dan
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. instansi terkait lainnya.
79

LAMPIRAN C

PEDOMAN WAWANCARA SUBJEK PENELITIAN

(REMAJA PUTUS SEKOLAH DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN


KABUPATEN BONDOWOSO)

A. Identitas Subjek Penelitian


1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :

B. Latar Belakang Keluarga


1. Jumlah saudara kandung :
2. Jumlah tanggungan dalam keluarga :
3. Pekerjaan orang tua
a. Ayah :
b. Ibu :
4. Pendidikan orang tua
a. Ayah :
b. Ibu :
C. Pertanyaan yang Berhubungan dengan Kondisi dan Kegiatan Sehari-hari
Subjek Penelitian
1. Apa faktor yang menyebabkan anda tidak bersekolah?
2. Apa kegiatan sehari-hari anda?
3. Apakah anda bekerja?
4. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/kursus keterampilan tertentu?
5. Apakah anda pernah diajarkan keterampilan berwirausaha saat anda
disekolah?
80

6. Apakah anda memiliki keinginan untuk belajar sebuah keterampilan?


7. Apa yang mendorong anda untuk belajar menguasai sebuah keterampilan
tertentu?
8. Apakah anda bersedia jika diberikan pelatihan keterampilan?
9. Pelatihan keterampilan seperti apa yang anda inginkan untuk dipelajari?

D. Informasi yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Limbah Batang Pohon


Singkong
1. Dengan banyaknya limbah batang pohon singkong yang terdapat di
lingkungan sekitar anda, bagaimana perlakuan anda terhadap limbah limbah
batang pohon singkong tersebut?
2. Apakah anda pernah memanfaatkan limbah batang pohon singkong
tersebut?
3. Jika dimanfaatkan, seperti apakah pemanfaatan limbah batang batang pohon
singkong tersebut?
4. Apakah pernah ada program dari pihak tertentu untuk memanfaatkan limbah
batang pohon singkong di desa anda?
5. Apakah anda tertarik untuk mengolah limbah batang pohon singkong
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis?
E. Informasi yang Berhubungan dengan Pelatihan
1. Apakah anda senang menikuti pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah
batang pohon singkong?
2. Apakah materi dan teknik yang diberikan oleh instruktur dapat anda
mengerti?
3. Apakah anda sudah bisa membuat sendiri produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion)?
4. Apakah kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong ini dapat meningkatkan keterampilan anda?
5. Bagaimana tanggapan anda setelah mengikuti pelatihan ini?
81

6. Bagaimana tingkat keterampilan anda sebelum dan sesudah mengikuti


pelatihan ini?
7. Apakah anda ingin mengembangkan keterampilan yang anda peroleh untuk
menghasilkan suatu pendapatan?
82

PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN TAMBAHAN

(PERANGKAT DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN KABUPATEN


BONDOWOSO)

A. Identitas Informan Tambahan


1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Jabatan Informan :
B. Perangkat Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
1. Bagaimana struktur organisasi Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso?
2. Apa pekerjaan mayoritas masyarakat Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso?
3. Berapa jumlah penduduk usia remaja (12-17 tahun) Desa Taman tahun
terahir?
4. Bagaimana kondisi umum remaja Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso?
5. Bagaimana riwayat pendidikan remaja Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso?
6. Berapa jumlah remaja putus sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan
Kabupaten Bondowoso tahun 2013-2015?
7. Adakah kegiatan khusus bagi remaja putus sekolah Desa Taman Kecamatan
Grujugan Kabupaten Bondowoso?
8. Apakah sebelumnya pernah ada program pembinaan bagi remaja putus
sekolah di desa ini?
9. Apa potensi desa yang sekiranya belum dimanfaatkan?
10. Adakah program yang memanfaatkan limbah batang pohon singkong di
desa ini?
83

11. Adakah program dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan remaja


putus sekolah?

PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN TAMBAHAN

(ORANG TUA REMAJA PUTUS SEKOLAH)

A. Identitas Informan Tambahan


1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Orang Tua dari :
B. Informasi yang Berhubungan dengan Orang Tua Remaja Putus Sekolah
1. Berapa jumlah anak yang anda miliki?
2. Berapa jumlah tanggungan dalam keluarga anda?
3. Apa pekerjaan anda?
4. Berapa penghasilan yang anda dapatkan perbulan?
5. Berapa pengeluaran rutin dalam satu hari?
6. Apa yang faktor yang menyebabkan anak anda putus sekolah?
7. Apa kegiatan sehari-hari anak anda ketika tidak bersekolah?
8. Apakah anak anda pernah mengikuti pelatihan keterampilan?
84

LAMPIRAN D

PEDOMAN OBSERVASI PESERTA DALAM KEGIATAN PELATIHAN


PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON SINGKONG
Nama Peserta :
No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan
a. Hadir tepat waktu
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih
bisa digunakan
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai
ukuran
b. Keterampilan menghaluskan potongan
pohon singkong
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan
potongan pohon singkong
85

LAMPIRAN E

TRANSKIP HASIL WAWANCARA SUBJEK PENELITIAN ( REMAJA


PUTUS SEKOLAH DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN
KABUPATEN BONDOWOSO )

A. Identitas Subjek Penelitian


1. Nama : Murahmad
2. Usia : 21 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : Tamat SD
5. Pekerjaan : Serabutan
B. Latar Belakang Keluarga
1. Jumlah saudara kandung :4
2. Jumlah tanggungan dalam keluarga : 6
3. Pekerjaan orang tua
a. Ayah : Buruh Tani
b. Ib : Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan orang tua
a. Ayah : Tamat SD
b. Ibu : Tidak Tamat SD
C. Pertanyaan yang Berhubungan dengan Kondisi dan Kegiatan Sehari-hari
Subjek Penelitian

P : Apa faktor yang menyebabkan anda tidak bersekolah?

SP : Saya tidak melanjutkan sekolah karna kekurangan biaya mas.

P : Apa kegiatan sehari-hari anda?

SP : Gak ada mas, main sama teman-teman.

P : Apakah anda bekerja?

SP : Kalo ada kerjaan ya kerja, kalo gak ada ya nganggur mas.


86

P : Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/kursus keterampilan tertentu?

SP : Gak pernah mas.

P : Apakah anda pernah diajarkan keterampilan berwirausaha saat anda


disekolah?

SP : gak pernah juga mas.

P : Apakah anda memiliki keinginan untuk belajar sebuah keterampilan?

SP : iya mas, saya ingin belajar keterampilan baru

P : Apa yang mendorong anda untuk belajar menguasai sebuah keterampilan


tertentu?

SP : Sekarang mana ada orang yang mau nerima kerja kalo Cuma lulusan SD
aja mas, kalo saya punya keterampilan kan bisa saya gunakan untuk
melamar kerja

P : Apakah anda bersedia jika diberikan pelatihan keterampilan?

SP : Iya mas, saya sangat bersedia

P : Pelatihan keterampilan seperti apa yang anda inginkan untuk dipelajari?

SP : saya ingin belajar membuat sesuatu yang unik mas

D. Informasi yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Limbah Batang Pohon


Singkong

P : Dengan banyaknya limbah batang pohon singkong yang terdapat di


lingkungan sekitar anda, bagaimana perlakuan anda terhadap limbah
limbah batang pohon singkong tersebut?

SP : gak di apa-apakan mas, palingan cuma dibuat kayu bakar sama ibu
dirumah.
87

P : Apakah anda pernah memanfaatkan limbah batang pohon singkong


tersebut?

SP : gak pernah mas

P : Jika dimanfaatkan, seperti apakah pemanfaatan limbah batang batang


pohon singkong tersebut?

SP : gak tau juga mas, bingung mau dibuat apa, kan kayu singkong itu gak kuat
mas, gak kayak kayu jati

P : Apakah pernah ada program dari pihak tertentu untuk memanfaatkan


limbah batang pohon singkong di desa anda?

SP : belum pernah ada mas.

P : Apakah anda tertarik untuk mengolah limbah batang pohon singkong


menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis?

SP : tertarik sih mas, tapi ya itu, saya bingung mau dibuata apa.

E. Informasi yang Berhubungan dengan Pelatihan

P : Apakah anda senang menikuti pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah


batang pohon singkong?

SP : Sangat senang sekali mas

P : Apakah materi dan teknik yang diberikan oleh instruktur dapat anda
mengerti?

SP : iya mas, saya faham apa yang disampaikan oleh pak Nur Salim

P : Apakah anda sudah bisa membuat sendiri produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion)?
88

SP : bisa sih mas, tapi kalo buat anyaman bambunya saya masih belum bisa,
soalnya kan ada tekhnik khusus buat motong bambu dan ngerangkai
polanya mas

P : Apakah kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon


singkong ini dapat meningkatkan keterampilan anda?

SP : iya mas, setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini keterampilan saya


khususnya dalam bidang pembuatan kerajinan menjadi meningkat.

P : Bagaimana tanggapan anda setelah mengikuti pelatihan ini?

SP : Saya merasa senang mengikuti kegiatan pelatihan ini dari awal sampai
akhir mas, karna disini saya mendapatkan banyak hal, seperti pengetahuan
baru, keterampilan baru, dan kegiatan ini juga memotivasi saya untuk
berkembang.

P : Bagaimana tingkat keterampilan anda sebelum dan sesudah mengikuti


pelatihan ini?

SP : setelah mengikuti kegiatan ini, pengetahuan dan keterampilan saya jadi


meningkat mas, saya kan awalnya gak tau kayu singkong ini mau
dijadikan apa, setelah ikut pelatihan ini saya jadi tau bahwa kayu singkong
ini bisa dibuat apa dan bagaimana caranya.
89

A. Identitas Subjek Penelitian


1. Nama : Mahyono
2. Usia : 21
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : Tidak Tamat SMA
5. Pekerjaan : Serabutan
B. Latar Belakang Keluarga
1. Jumlah saudara kandung :2
2. Jumlah tanggungan dalam keluarga : 5
3. Pekerjaan orang tua
a. Ayah : Kuli Bangunan
b. Ibu : Buruh Tani
4. Pendidikan orang tua
a. Ayah : Tamat SD
b. Ibu : Tamat SD

C. Pertanyaan yang Berhubungan dengan Kondisi dan Kegiatan Sehari-hari


Subjek Penelitian

P : Apa faktor yang menyebabkan anda tidak bersekolah?

SP : Faktor Ekonomi mas.

P : Apa kegiatan sehari-hari anda?

SP : kalau tidak ada kerjaan ya main sama teman-teman mas.

P : Apakah anda bekerja?

SP : tergantung mas, kalau ada pekerjaan saya kerja, kalau gak ada ya gak kerja

P : Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/kursus keterampilan tertentu?


90

SP : dulu waktu masih sekolah pernah diajari mas, keterampilan dibidang


otomatif.

P : Apakah anda pernah diajarkan keterampilan berwirausaha saat anda


disekolah?

SP : iya mas, pernah mas dulu waktu SMA

P : Apakah anda memiliki keinginan untuk belajar sebuah keterampilan?

SP : iya mas pingin, buat nambah-nambah skill saya

P : Apa yang mendorong anda untuk belajar menguasai sebuah keterampilan


tertentu?

SP : ingin mengembangkan keterampilan saya aja mas, semakin banyak


keterampilan yang saya bisa kan lebih baik mas

P : Apakah anda bersedia jika diberikan pelatihan keterampilan?

SP : sangat bersedia mas selama kegiatan itu positif

P : Pelatihan keterampilan seperti apa yang anda inginkan untuk dipelajari?

SP : apa saja mas, keterampilan tentang kerajinan tangan juga boleh

D. Informasi yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Limbah Batang Pohon


Singkong

P : Dengan banyaknya limbah batang pohon singkong yang terdapat di


lingkungan sekitar anda, bagaimana perlakuan anda terhadap limbah
limbah batang pohon singkong tersebut?

SP : tidak ada mas.

P : Apakah anda pernah memanfaatkan limbah batang pohon singkong


tersebut?
91

SP : pernah mas

P : Jika dimanfaatkan, seperti apakah pemanfaatan limbah batang batang


pohon singkong tersebut?

SP : ditanam kembali sama dibuat kayu bakar mas

P : Apakah pernah ada program dari pihak tertentu untuk memanfaatkan


limbah batang pohon singkong di desa anda?

SP : belum pernah mas

P : Apakah anda tertarik untuk mengolah limbah batang pohon singkong


menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis?

SP : Iya mas, saya tertarik

E. Informasi yang Berhubungan dengan Pelatihan

P : Apakah anda senang menikuti pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah


batang pohon singkong?

SP : senang mas, karna kegiatan ini bisa meningkatkan pengetahuan saya

P : Apakah materi dan teknik yang diberikan oleh instruktur dapat anda
mengerti?

SP : iya mas, materi yang disampaikan mudah untuk dipahami, dan juga dapat
memotivasi saya untuk memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai
menjadi barang yang lebih berguna

P : Apakah anda sudah bisa membuat sendiri produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion)?

SP : iya mas saya bisa membuat produk kerajinan dari pohon singkong ini
92

P : Apakah kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon


singkong ini dapat meningkatkan keterampilan anda?

SP : iya mas, kegiatan pelatihan ini membuat keterampilan saya di bidang


kerajinan tangan jadi meningkat.

P : Bagaimana tanggapan anda setelah mengikuti pelatihan ini?

SP : kegiatan seperti ini sangat bagus sekali mas, karna bisa dibuat peluang
usaha. Saran saya, seharusnya produk yang di buat lebih banyak
macamnya mas, jadi kan lebih banyak keterampilan yang kita dapatkan.

P : Bagaimana tingkat keterampilan anda sebelum dan sesudah mengikuti


pelatihan ini?

SP : tentunya keterampilan saya jadi meningkat mas, karna sebelumnya


keterampilan yang saya miliki hanya keterampilan dibidang otomotif saja,
dan sekarang saya bisa membuat kerajinan tangan dari pohon singkong
93

A. Identitas Subjek Penelitian


1. Nama : Suharini
2. Usia : 18 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pendidikan : Tamat SMP
5. Pekerjaan : Belum Bekerja
B. Latar Belakang Keluarga
1. Jumlah saudara kandung :2
2. Jumlah tanggungan dalam keluarga : 6
3. Pekerjaan orang tua
a. Ayah : Buruh Tani
b. Ibu : Buruh Tani
4. Pendidikan orang tua
a. Ayah : Tamat SD
b. Ibu : Tamat SD
C. Pertanyaan yang Berhubungan dengan Kondisi dan Kegiatan Sehari-hari
Subjek Penelitian

P : Apa faktor yang menyebabkan anda tidak bersekolah?

SP : saya tidak melanjutkan sekolah karna faktor ekonomi mas

P : Apa kegiatan sehari-hari anda?

SP : tidak ada mas, bantu-bantu orang tua dirumah

P : Apakah anda bekerja?

SP : tidak mas, saya tidak bekerja

P : Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/kursus keterampilan tertentu?

SP : belum pernah mas


94

P : Apakah anda pernah diajarkan keterampilan berwirausaha saat anda


disekolah?

SP : belum pernah mas

P : Apakah anda memiliki keinginan untuk belajar sebuah keterampilan?

SP : iya mas, saya ingin belajar keterampilan.

P : Apa yang mendorong anda untuk belajar menguasai sebuah keterampilan


tertentu?

SP : karna saya ingi belajar keterampilan baru mas

P : Apakah anda bersedia jika diberikan pelatihan keterampilan?

SP : iya mas, saya bersedia

P : Pelatihan keterampilan seperti apa yang anda inginkan untuk dipelajari?

SP : saya sebenarnya ingin belajar keterampilan tataboga mas, tapi kalo


misalkan ada keterampilan yang lain ya tidak apa-apa mas

D. Informasi yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Limbah Batang Pohon


Singkong

P : Dengan banyaknya limbah batang pohon singkong yang terdapat di


lingkungan sekitar anda, bagaimana perlakuan anda terhadap limbah
limbah batang pohon singkong tersebut?

SP : tidak ada perlakuan khusus mas, kalau ibu biasanya ditanam lagi sama di
buat kayu bakar

P : Apakah anda pernah memanfaatkan limbah batang pohon singkong


tersebut?

SP : belum pernah mas


95

P : Jika dimanfaatkan, seperti apakah pemanfaatan limbah batang batang


pohon singkong tersebut?

SP : saya kurang tau mas, mungkin dibuat asbak atau apa gitu

P : Apakah pernah ada program dari pihak tertentu untuk memanfaatkan


limbah batang pohon singkong di desa anda?

SP : belum pernah ada mas

P : Apakah anda tertarik untuk mengolah limbah batang pohon singkong


menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis?

SP : iya mas saya tertarik

E. Informasi yang Berhubungan dengan Pelatihan

P : Apakah anda senang menikuti pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah


batang pohon singkong?

SP : iya mas, saya senang mengikuti pelatihan ini

P : Apakah materi dan teknik yang diberikan oleh instruktur dapat anda
mengerti?

SP : materi yang disampaikan pelatihnya mudah dimengerti mas

P : Apakah anda sudah bisa membuat sendiri produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap lampu/lampion)?

SP : iya mas, saya bisa membuat kap lampu ini, tapi saya kesulitan untuk buat
polanya mas

P : Apakah kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon


singkong ini dapat meningkatkan keterampilan anda?

SP : iya mas, dengan ikut kegiatan pelatoj=han ini kegiatan saya jadi meningkat
96

P : Bagaimana tanggapan anda setelah mengikuti pelatihan ini?

SP : kegiatan ini sangat bermanfaat sekali mas, karna bisa menambah nilai guna
suatu barang.

P : Bagaimana tingkat keterampilan anda sebelum dan sesudah mengikuti


pelatihan ini?

SP : keteranpilan saya jadi meningkat mas, yang awalnya saya tidak bisa
membuat kerajinan dari pohon singkong ini, sekarang saya bisa buat
sendiri.
97

TRANSKIP HASIL WAWANCARA INFORMAN TAMBAHAN

(PERANGKAT DESA TAMAN KECAMATAN GRUJUGAN KABUPATEN


BONDOWOSO)

C. Identitas Informan Tambahan


1. Nama : Tatok Bely Belnadi
2. Usia : 30 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Jabatan Informan : Kepala Desa Tanam
D. Perangkat Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso

P : Bagaimana kondisi umum remaja putus sekolah Desa Taman Kec.


Grujugan Kab. Bondowoso?

SP : Jumlah remaja putus sekolah yang ada di Desa Taman ini lumayan cukup
banyak mas, dan kebanyakan mereka gak sekolah lagi karena faktor
ekonomi. Kalau kegiatan mereka ya hanya kumpul-kumpul sama teman
yang gak sekolah juga mas, biasanya kumpul di gardu pinggir jalan,
sambil ngamen, kadang kalau malem sabtu dan malem minggu itu
mereka balap liar di jalan raya depan balai desa. Terus mereka juga tidak
kerja mas, jarang ada yang mau nerima mereka kerja, ya mungkin karna
mereka gak punya ijazah dan keterampilan bekerja.

P : Apa pekerjaan mayoritas masyarakat Desa Taman Kec. Grujugan Kab.


Bondowoso?

SP : Sebagian besar masyarakat Desa Taman bekerja disektor pertanian mas,


untuk warga yang kurang mampu itu bekerja sebagai buruh tani,
prndapatan mereka minim, sehingga mereka tidak mampu
menyekolahkan anaknya.
98

P : Bagaimana riwayat pendidikan remaja Desa Taman Kec. Grujugan Kab.


Bondowoso?

SP : Tingkat pendidikan remaja di Desa Taman ini cuma sampai SMA mas,
tidak banyak yang melanjutkan sampai ke bangku kuliah. Kalua yang
putus sekolah ya macam-macam mas, ada yang tidak melanjutkan setelah
mereka lulus SD atau SMP. Ada juga yang putus ditengah jalan sebelum
mereka lulus. Dan faktor yang paling dominan menyebabkan mereka itu
putus sekolah ya faktor ekonomi.

P : Adakah kegiatan khusus bagi remaja putus sekolah Desa Taman


Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso?

SP : kegiatannya semacam remaja masjid gitu mas. Itupun tergantung mereka


berminat untuk ikut apa tidak.

P : Apakah sebelumnya pernah ada program pembinaan bagi remaja putus


sekolah atau program dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan
remaja putus sekolah??

SP : belum pernah ada mas, kalau program pemerintah itu ya hanya


pengembalian pekerja anak kesekolah formal, tapi jumlahnya hanya 60
remaja. Jadi belum bisa mencakup semua permasalahan remaja putus
sekolah.

P : Apa potensi desa yang sekiranya belum dimanfaatkan?

SP : tanah liat itu mas, tapi disini cuma dibuat batu bata belum dimanfaatkan
secara optimal. Padahal kan banyak kerajinan dari tanah liat, contohnya
seperti gerabah, kramik, genteng, dan lain sebagainya.

P : Adakah program yang memanfaatkan limbah batang pohon singkong di


desa ini?
99

SP : tidak ada mas, warga sekitar kalau masa panen Cuma diambil
singkongnya saja, untuk batang pohonnya ditanam lagi dan dibuat kayu
bakar.
100

TRANSKIP HASIL WAWANCARA INFORMAN TAMBAHAN

(ORANG TUA REMAJA PUTUS SEKOLAH)

A. Identitas Informan Tambahan


1. Nama : Mariyani
2. Usia : 49 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Orang Tua dari : Hamid
B. Informasi yang Berhubungan dengan Orang Tua Remaja Putus Sekolah

P : Berapa jumlah anak yang anda miliki?

SP : 3 anak mas.

P : Berapa jumlah tanggungan dalam keluarga anda?

SP : ada 5 orang mas

P : Apa pekerjaan anda?

SP : Saya bekerja sebagai buruh tani mas

P : Berapa penghasilan yang anda dapatkan perbulan?

SP : gak tentu mas, tergantung ada tidaknya pekrjaan sekitar 300.000


500.000 mas

P : Berapa pengeluaran rutin dalam satu hari?

SP : kurang lebih 40.000 mas

P : Apa yang faktor yang menyebabkan anak anda putus sekolah?

SP : kurang biaya mas, tapi anak saya yang namanya hamid itu memang gak
mau sekolah, soalnya temannya ada yang tidak sekolah. Jadi dia ikut-ikut
tidak sekolah
101

P : Apa kegiatan sehari-hari anak anda ketika tidak bersekolah?

SP : main sama teman-temannya mas, kadang ikut bantu saya bekerja


disawah.

P : Apakah anak anda pernah mengikuti pelatihan keterampilan?

SP : kurang tau saya mas, hamid tiap hari main terus mas, mungkin ya gak
pernah

P : Apakah anda pernah menyarankan anak anda untuk melanjutkan


sekolah?

SP : pernah mas, tapi dia gak mau soalnya gak ada temannya.
102

LAMPIRAN F

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG
Nama Peserta : Murahmad
No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih Tidak memanfaakan
bisa digunakan bahan sisa
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Terampil
ukuran
Terampil
b. Keterampilan menghaluskan potongan
pohon singkong
Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan Terampil
potongan pohon singkong
103

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG
Nama Peserta : Hamid
No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih Tidak memanfaakan
bisa digunakan bahan sisa
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Kurang Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Kurang Terampil
ukuran
Terampil
b. Keterampilan menghaluskan potongan
pohon singkong
Kurang Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan Terampil
potongan pohon singkong
104

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG
Nama Peserta : Saiful
No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Tidak Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih Tidak memanfaakan
bisa digunakan bahan sisa
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Terampil
ukuran
Terampil
b. Keterampilan menghaluskan potongan

pohon singkong
Kurang Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan Terampil
potongan pohon singkong
105

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG

Nama Peserta : Mahyono


No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih
bisa digunakan Memanfaakan bahan sisa
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Terampil
ukuran
Terampil
b. Keterampilan menghaluskan potongan
pohon singkong
Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan Terampil
potongan pohon singkong
106

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG

Nama Peserta : Wilda


No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih
bisa digunakan Memanfaakan bahan sisa
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Kurang Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Terampil
ukuran
Terampil
b. Keterampilan menghaluskan potongan
pohon singkong
Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan
potongan pohon singkong Terampil
107

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG

Nama Peserta : Suharini


No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih Memanfaakan bahan sisa
bisa digunakan
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Kurang Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Kurang Terampil
ukuran
Terampil
b. Keterampilan menghaluskan potongan
pohon singkong
Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan Terampil
potongan pohon singkong
108

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG

Nama Peserta : Neneng


No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan bakudan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih Tidak memanfaakan
bisa digunakan bahan sisa
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Kurang Terampil
ukuran
b. Keterampilan menghaluskan potongan
Terampil
pohon singkong
Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan
potongan pohon singkong Terampil
109

HASIL OBSERVASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN


PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH POHON
SINGKONG

Nama Peserta : Wawan


No. Indikator Skala Nilai Keterangan
Ya Tidak
1. Kehadiran peserta dalam mengikuti
pelatihan Hadir tepat waktu
a. Hadir tepat waktu
Hadir penuh
b. Hadir dua kali pertemuan
2. Penggunaan bahan baku dan alat
a. Hemat dalam penggunaan bahan baku Kurang Hemat
b. Memanfaatkan sisa bahan yang masih Tidak memanfaakan
bisa digunakan bahan sisa
c. Terampil dalam menggunakan alat
potong Terampil
3. Keterampilan Peserta dalam praktik
membuat kerajinan.
a. Keterampilan memotong bahan sesuai Terampil
ukuran
Terampil
b. Keterampilan menghaluskan potongan

pohon singkong
Kurang Terampil
c. Keterampilan merangkai pola
d. Keterampilan merekatkan pola dengan Terampil
potongan pohon singkong
110

LAMPIRAN G

KRITERIA KEBERHASILAN PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI LIMBAH BATANG POHON


SINGKONG

No. KRITERIA BERHASIL BELUM BARHASIL


1. Pemahaman materi pelatihan Apabila materi yang disampaikan dapat Apabila materi yang disampaikan belum
dipahami oleh peserta. dapat dipahami oleh peserta.
2. Peserta pelatihan bisa membuat Apabila peserta pelatihan bisa membuat Apabila peserta pelatihan belum bisa
kerajinan dari limbah limbah produk kerajinan dari limbah limbah membuat produk kerajinan dari limbah
batang pohon singkong (kap batang pohon singkong. limbah batang pohon singkong.
lampu/lampion)
3. Keterampilan peserta Apabila peserta pelatihan memiliki Apabila peserta pelatihan belum memiliki
keterampilan baru tentang pembuatan keterampilan baru tentang pembuatan
kerajinan dari limbah limbah batang kerajinan dari limbah limbah batang pohon
pohon singkong (kap lampu/lampion) singkong (kap lampu/lampion)
4. Kehadiran peserta Apabila peserta pelatihan bisa hadir dan Apabila peserta pelatihan belum bisa hadir
sesuai dengan subjek penalitian. dan tidak sesuai dengan subjek penalitian.
5. Ketersediaan waktu dan tempat Apabila waktu dan tempat tersedia Apabila waktu dan tempat tidak tersedia
untuk melaksanakan kegiatan pelatihan. untuk melaksanakan kegiatan pelatihan.
111

6. Ketersediaan alat dan bahan Apabila alat dan bahan baku tersedia Apabila alat dan bahan baku tidak tersedia
baku untuk membuat kerajinan. untuk membuat kerajinan.
7. Dukungan dari pihak-pihak Apabila ada dukungan dari peserta, Apabila tidak ada dukungan dari peserta,
terkait pemateri, dan perangkat desa untuk pemateri, dan perangkat desa untuk
melaksanakan kegiatan pelatihan. melaksanakan kegiatan pelatihan.
8. pemanfaatan limbah limbah Apabila peserta pelatihan ini terbukti Apabila peserta pelatihan ini tidak mampu
batang pohon singkong mampu untuk memngolah dan untuk memngolah dan memanfaatkan
memanfaatkan limbah limbah batang limbah limbah batang pohon singkong
pohon singkong yang ada di lingkungan yang ada di lingkungan sekitar tempat
sekitar tempat pelatihan. pelatihan.
112

LAMPIRAN H

HASIL KRITERIA KEBERHASILAN PELATIHAN PEMBUATAN


KERAJINAN DARI LIMBAH BATANG POHON SINGKONG

TINGKAT
No. KRITERIA KEBERHASILAN
B CB KB
1. Pemahaman materi pelatihan
2. Peserta pelatihan bisa membuat kerajinan dari
limbah limbah batang pohon singkong (kap
lampu/lampion)
3. Keterampilan peserta
4. Kehadiran peserta
5. Ketersediaan waktu dan tempat
6. Ketersediaan alat dan bahan baku
7. Dukungan dari pihak-pihak terkait
8. pemanfaatan limbah limbah batang pohon
singkong

Keterangan:

Berhasil : SB
Cukup Berhasil : CB
Kurang Berhasil : KB
113

LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Gambar 1. Kondisi perumahan masyarakat Desa Taman Kecamatan


Grujugan Kabupaten Bondowoso

Gambar 2. Lahan perkebunan singkong yang ada di Desa Taman


Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
114

Gambar 3.Wawancara peneliti dengan remaja putus sekolah Desa


Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso

Gambar 4. Wawancara peneliti dengan remaja putus sekolah Desa


Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso
115

Gambar 5. Wawancara peneliti dengan orang tua remaja putus


sekolah Desa Taman Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso

Gambar 6. Wawancara dengan instruktur pelatihan


116

Gambar 7. penyampaian materi oleh instruktur kepada peserta


pelatihan

Gambar 8. Tahap pengenalan alat dan bahan yang digunakan dalam


kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari limbah batang pohon
singkong (kap lampu / lampion)
117

Gambar 9. Tahap pemotongan dalam proses pembuatan kerajinan dari


limbah batang pohon singkong (kap lampu / lampion)

Gambar 10. Tahap penghalusan batang pohon singkong yang sudah


dipotong
118

Gambar 11. Tahap pembuatan pola

Gambar 12. Tahap pemberian lem fox kuning pada pola dan limbah
batang pohon singkong yang sudah dipotong
119

Gambar 13. Tahap menyusun dan merekatkkan antara pola dengan


limbah batang pohon singkong yang sudah dipotong

Gambar 14. Hasil produk kerajinan dari limbah batang pohon


singkong (kap lampu/lampion)
120

Gambar 15. Hasil produk kerajinan dari limbah batang pohon


singkong (kap lampu/lampion)

Gambar 16. Peneliti dan instruktur beserta peserta pelatihan


121

LAMPIRAN J

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA TAMAN


KECAMATAN GRUJUGAN KABUPATEN BONDOWOSO

BPD Kepala Desa

Sekdes

Staf

Seksi Seksi Urusan Umum Seksi Urusan


Pemerintahan Kesejahteraan pemberdayaan keuangan
sosial masyarakat

Kasun Pejagan Kasun Pasnan Kasun Congkrong Kasun Congkrong


Barat Timur
Sumber : Data Dinding Desa Taman Kecamatan Grujugan, Tahun 2016
122

LAMPIRAN K

SURAT IJIN PENELITIAN


123

LAMPIRAN L

SURAT KETERANGAN PENELITIAN


124

LAMPIRAN M

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI


125
126

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
1. Nama : Bustanul Arifin
2. Tempat, tanggal lahir : Jember, 21 Juli 1994
3. Agama : Islam
4. Nama Ayah : H. Ali (Alm)
5. Nama Ibu : Sumiati
6. Alamat : Dusun Curah Kates, RT/RW 01/09,
Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten
Jember Jawa Timur, Kode Pos 68175.

B. Pendidikan

No. NAMA SEKOLAH TEMPAT TAHUN LULUS

1. MI MIFTAHUL HUDA Jember 2006


CURAH KATES
2. MTs. MIFTAHUL ULUM Jember 2009
PONDOK LABU
3. MAN 2 JEMBER Jember 2012

You might also like