You are on page 1of 264

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

(ANDAL)

REKLAMASI PULAU H
(LUAS 63 Ha)

Di
Kawasan Pantai Utara Jakarta
Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan,
Kota Administrasi Jakarta Utara

PT. TAMAN HARAPAN INDAH


Intiland Tower Penthouse Floor,
Jl. Jenderal Sudirman 32, Jakarta 10220

2015
DAFTAR ISI

SURAT PENGANTAR i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG I1

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT RENCANA KEGIATAN I4


1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan I4
1.2.2. Manfaat Rencana Kegiatan I5

1.3. PELAKSANAAN STUDI I6


1.3.1. Pemrakarsa I6
1.3.2. Pelaksana Studi AMDAL I7

1.4. DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN I8


1.4.1. Status dan Lingkup Rencana I8
1.4.2. Uraian Rencana Kegiatan I8

1.5. KAJIAN ALTERNATIF I 35

1.6. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT I 35

1.7. DAMPAK PENTING HIPOTETIK I 40


1.7.1. Identifikasi Dampak Potensial I 40
1.7.2. Evaluasi Dampak Potensial I 43
1.7.3. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) I 52

1.8. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN I 55


1.8.1. Batas Wilayah Studi I 55
1.8.2. Batas Waktu Kajian I 58

-iii-
BAB II RONA LINGKUNGAN HIDUP

2.1. KOMPONEN FISIK KIMIA II 1


2.1.1. Iklim II 1
2.1.2. Kualitas Udara II 4
2.1.3. Kebisingan II 5
2.1.4. Kualitas Air Laut II 5
2.1.5. Kuantitas Air Permukaan (Banjir) II 7
2.1.6. Hidro Oseanografi II 11

2.2. KOMPONEN BIOLOGI II 31


2.2.1. Fauna Darat II 31
2.2.2. Biota Laut II 32

2.3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA II 37


2.3.1. Luas dan Batas Wilayah II 37
2.3.2. Kependudukan II 38
2.3.3. Sarana dan Prasarana II 40
2.3.4. Kebersihan II 46
2.3.5. Kamtibmas II 46
2.3.6. Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman Jakarta
(PPSNZJ) II 46
2.3.7. Persepsi Masyarakat II 49

2.4. KESEHATAN MASYARAKAT II 49


2.4.1. Banyaknya Sarana dan Prasarana Kesehatan II 49
2.4.2. Banyaknya Dokter Praktek II 50

2.5. TRANSPORTASI DARAT II 50

2.6. TRANSPORTASI LAUT II 51

2.7. KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK II 53

BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1. KRITERIA PRAKIRAAN DAMPAK PENTING III 1

3.2. TAHAP PRA KONSTRUKSI III 2


3.2.1. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Penetapan Lokasi Proyek III 2

-iv-
3.3. TAHAP KONSTRUKSI III 3
3.3.1. Penurunan Kualitas Udara Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material III 3
3.3.2. Peningkatan Kebisingan Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material III 4
3.3.3. Perubahan Pola Arus Akibat Reklamasi III 6
3.3.4. Perubahan Pola Gelombang Akibat Reklamasi III 18
3.3.5. Abrasi Dan Sedimentasi Akibat Reklamasi III 22
3.3.6. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Aktivitas Tenaga Kerja III 30
3.3.7. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Reklamasi III 31
3.3.8. Perubahan Kualitas Air Laut (Suhu) Akibat Pekerjaan Causeway III 33
3.3.9. Peningkatan Volume Sampah Padat Akibat Aktivitas Tenaga Kerja III 34
3.3.10. Gangguan Utilitas Akibat Reklamasi III 35
3.3.11. Terbukanya Kesempatan Kerja Akibat Rekrutmen Tenaga Kerja III 36
3.3.12. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Reklamasi III 36
3.3.13. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Pekerjaan Causeway III 37
3.3.14. Gangguan Kamtibmas Akibat Mobilisasi Alat Dan Bahan Material III 38
3.3.15. Gangguan Kamtibmas Akibat Reklamasi III 39
3.3.16. Gangguan Kamtibmas Akibat Kegiatan Rekrutmen dan Aktivitas
Tenaga Kerja III 40
3.3.17. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Rekrutmen dan Aktivitas
Tenaga Kerja III 40
3.3.18. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan
Bahan Material III 41
3.3.19. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Reklamasi III 42
3.3.20. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Pekerjaan Causeway III 43
3.3.21. Gangguan Transportasi Darat Akibat Mobilisasi Alat Dan Bahan
Material III 43
3.3.22. Gangguan Transportasi Laut Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan
Bahan Material III 44
3.3.23. Gangguan Transportasi Laut Akibat Reklamasi III 45
3.3.24. Gangguan Transportasi Laut Akibat Pekerjaan Causeway III 46

3.4. TAHAP PASCA KONSTRUKSI III 46


3.4.1. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Keberadaan Causeway III 46
3.4.2. Perubahan Pola Arus Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III 47
3.4.3. Perubahan Pola Gelombang Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III 48
3.4.4. Abrasi Dan Sedimentasi Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III 49
3.4.5. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) III 50
3.4.6. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III 51
3.4.7. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Demobilisasi Peralatan III 51

-v-
BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK

4.1. TELAAHAN HOLISTIK TERHADAP DAMPAK PENTING IV 1


4.1.1. Tahap Pra Konstruksi IV 1
4.1.2. Tahap Konstruksi IV 1
4.1.3. Tahap Pasca Konstruksi IV 4

4.2. ARAHAN PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN IV 7


4.2.1. Tahap Pra Konstruksi IV 7
4.2.2. Tahap Konstruksi IV 8
4.2.3. Tahap Pasca Konstruksi IV 14

4.3. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN IV 16

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

-vi-
DAFTAR TABEL

1.1. Tim Penyusun Studi AMDAL Reklamasi Pulau H I7


1.2. Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi Reklamasi Pulau H I 17
1.3. Jenis Peralatan Konstruksi I 17
1.4. Ketinggian Puncak Setiap Segmen Tanggul I 25
1.5. Ukuran Batu Untuk Lereng Bawah Tanggul I 27
1.6. Ukuran Batu Untuk Lereng Atas Tanggul I 27
1.7. Lapisan Filter Tanggul I 28
1.8. Penurunan Muka Tanah Total I 28
1.9. Jadwal Pelaksanaan Reklamasi Pulau H I 34
1.10. Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan I 40
1.11. Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan I 41
1.12. Definisi Operasional Skor Dampak Penting Hipotetik I 43
1.13. Evaluasi Dampak Potensial I 44
1.14. Daftar Dampak Penting Hipotetik I 52
1.15. Batas Waktu Kajian I 58
1.16. Ringkasan Proses Pelingkupan I 59

2.1. Curah Hujan Bulanan 2003-2012 II 1


2.2. Variasi Suhu Bulanan (C) 2003-2012 II 2
2.3. Hasil Pengukuran Kualitas Udara II 4
2.4. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan II 5
2.5. Hasil Analisis Kualitas Air Laut II 6
2.6. Elevasi penting pasang surut (cm), diikatkan pada MSL II 18
2.7. Hasil analisis plankton (Fitoplankton) II 33
2.8. Hasil analisis plankton (Zooplankton) II 34
2.9. Hasil Analisis Benthos II 36
2.10. Luas Wilayah Kelurahan Pluit menurut status tanah II 37
2.11. Luas Wilayah Menurut Peruntukan Tanah II 37
2.12. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk serta Rasio Jenis Kelamin di
Kelurahan Pluit Tahun 2013 II 38
2.13. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kelurahan Pluit Tahun 2013 II 38
2.14. Mobilitas Penduduk Kelurahan Pluit Tahun 2013 II 38
2.15. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Menurut Kelompok Umur II 39
2.16. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian II 40
2.17. Banyaknya Bangunan Rumah Tinggal II 41
2.18. Sarana Jalan II 41
2.19. Sarana Angkutan Jalan II 42
2.20. Sarana Kepentingan Umum II 42
2.21. Bangunan Vital II 43
2.22. Tempat Peribadatan II 43

-vii-
2.23. Bantuan Sosial II 44
2.24. Tingkat Sekolah Dasar (SD) II 44
2.25. Sekolah Menengah Pertama (SLTP) II 44
2.26. Sekolah Menengah Umum (SMU) II 44
2.27. Taman Kanak-kanak II 45
2.28. Kursus Kejuruan/Keterampilan II 45
2.29. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Berdasarkan Tingkat Pendidikan II 45
2.30. Kegiatan Kebersihan II 46
2.31. Jumlah Kapal Berdasarkan GT di PPSNZJ Tahun 2013 II 47
2.32. Jumlah Kapal Yang Mendaratkan Ikan Menurut Jenis Penangkapan Ikan dan Ukuran
Kapal Perikanan Tahun 2013 II 47
2.33. Jumlah Alat Tangkap di PPSNZJ Tahun 2013 II 48
2.34. Jumlah Nelayan Menurut Ukuran dan Alat Tangkap di PPSNZJ, Tahun 2013 II 48
2.35. Persepsi Responden Terhadap Rencana Reklamasi Pulau H II 49
2.36. Sarana dan Prasarana Kesehatan II 49
2.37. Data Dokter Praktek II 50
2.38. Hasil Pengamatan Lalu Lintas Kawasan Pantai Mutiara Tahun 2010 II 50
2.39. Data Lalu Lintas Andal Busway Koridor XII (2012) II 51

3.1. Prakiraan Dampak Penting Reklamasi Pulau H III 53

4.1. Ringkasan Analisis Dampak ............................................................................................. IV 18

-viii-
DAFTAR GAMBAR

I.1. Peta Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta I9
I.2. Peta Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta I 10
I.3. Batas Lokasi Reklamasi Pulau H I 12
I.4. Koordinat Rencana Reklamasi Pulau H I 13
I.5. Peta Jalur Pipa Di Sekitar Rencana Reklamasi Pulau H (Survey PT. LAPI
Ganeshatama Consulting, 2013) I 14
I.6. Peta Fasilitas PHE ONWJ (Pertamina, September 2013) I 15
I.7. Jalur Pengangkutan Material Pasir Laut, Batuan dan Top Soil I 20
I.8. Ponton Penyemprot Pasir I 22
I.9. Ujung Jaringan Pipa, Pembuangan Campuran Secara Mendatar I 23
I.10. Penampang Melintang Tanggul (PT. Taman Harapan Indah, 2014) I 24
I.11. Lokasi segmen pada Pulau H (PT. Taman Harapan Indah, 2014) I 26
I.12. Urutan Pekerjaan Reklamasi I 30
I.13. STA Position Coordinate of Road Plan and Exixsting with Causeway H Island I 31
I.14. Typical Dike Exixsting with Upgrade Road and West Side Causeway of Pantai Mutiara I 32
I.15. Bagan Alir Dampak Potensial I 42
I.16. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik I 53
I.17. Bagan Alir Pelingkupan I 54
I.18. Peta Wilayah Studi I 57

II.1. Curah Hujan Bulanan Rata-Rata (Tahun 2003-2012) II 2


II.2. Variasi Suhu Bulanan 2003-2012 II 2
II.3. Rataan Kelembaban Bulanan 2003-2012 II 3
II.4. Arah dan Kecepatan Angin (Periode 2003 2012) II 4
II.5. Jaringan Drainase Menuju Waduk Pluit II 8
II.6. Hydrograf Debit Banjir Saluran Tubagus Angke II 9
II.7. Hydrograf Debit Banjir Saluran Bandengan II 9
II.8. Hydrograf Debit Banjir Kali Besar II 10
II.9. Hydrograf Debit Banjir Anak Kali Ciliwung II 10
II.10. Hydrograf Debit Banjir Anak Kali Karang II 11
II.11. Kontur penurunan muka tanah (Sumber: Abidin et al. 2001) II 12
II.12. Perubahan elevasi muka tanah di beberapa tempat di Jakarta (Sumber: Abidin et al.,
2009) II 13
II.13. Tahapan reklamasi Pantai Mutiara (Sumber: Lee et al (2003) dalam EXPO 2012) II 14
II.14. Laju penurunan muka tanah (m/tahun) berdasarkan survey (Sumber: EXPO 2012) II 14
II.15. Citra pada bagian A dari reklamasi (Sumber: EXPO 2012) II 15
II.16. Citra pada bagian B dari reklamasi (Sumber: EXPO 2012) II 16
II.17. Citra pada bagian C dari reklamasi (Sumber: EXPO 2012) II 16
II.18. Analisis subsidence menggunakan data LIDAR (Sumber: EXPO 2012) II 17

-ix-
II.19. Subsidence tren menggunakan data LIDAR (Sumber: EXPO 2012) II 17
II.20. Kondisi pasang surut di Pantai Mutiara II 18
II.21. Peta Batimetri Perairan Sekitar Pulau H II 19
II.22. Data Gelombang Di Sekitar Rencana Lokasi Pulau H II 20
II.23. Windrose Jakarta Utara (1989-2012) II 22
II.24. Waverose di Teluk Jakarta dari 1989-2012 II 24
II.25. Gelombang musim barat dengan kondisi eksisting II 25
II.26. Gelombang musim timur dengan kondisi eksisting II 26
II.27. Lokasi sumber input sedimen II 26
II.28. Sedimen tersuspensi pada kondisi eksisting II 27
II.29. Endapan sedimen pada kondisi eksisting II 28
II.30. Endapan sedimen pada kondisi eksisting II 29
II.31. Lokasi titik pengamatan II 30
II.32. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi eksisting II 30
II.33. Lokasi inlet dan Outlet PLTU Muara Karang II 31
II.34. Piramida Penduduk di Kelurahan Pluit Tahun 2013 II 40
II.35. Lokasi Sampling II 52
II.36. Kegiatan Sekitar Proyek (Pulau H) II 54

III.1. Model Rambatan Bising III 5


III.2. Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Materal III 5
III.3. Mesh Model Hidrodinamika III 6
III.4. Kondisi Batas Untuk Pasang Surut III 7
III.5. Perbandingan Seri Waktu Data Pengukuran dan Model III 7
III.6. Korelasi Data Pengukuran Dan Model III 8
III.7. Pola Arus Saat Menuju Pasang Sebelum Reklamasi III 9
III.8. Pola Arus Saat Pasang Sebelum Reklamasi III 9
III.9. Pola Arus Saat Menuju Surut Sebelum Reklamasi III 10
III.10. Pola Arus Saat Surut Pasang Sebelum Reklamasi III 10
III.11. Pola Arus Saat Menuju Pasang sesudah Reklamasi III 11
III.12. Pola Arus Saat Pasang sesudah Reklamasi III 12
III.13. Pola Arus Saat Menuju Surut sesudah Reklamasi III 12
III.14. Pola Arus Saat Surut sesudah Reklamasi III 13
III.15. Lokasi titik tinjau III 14
III.16. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 1 III 15
III.17. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 2 III 15
III.18. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 3 III 16
III.19. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 4 III 17
III.20. Gelombang musim barat dengan kondisi eksisting III 19
III.21. Gelombang musim barat pada dengan Pulau H terbangun III 19
III.22. Gelombang musim timur dengan kondisi eksisting III 20
III.23. Gelombang musim timur dengan Pulau H terbangun III 21
III.24. Sedimen tersuspensi pada kondisi eksisting III 22

-x-
III.25. Sedimen tersuspensi pada kondisi Pulau H terbangun III 23
III.26. Endapan sedimen pada kondisi eksisting III 24
III.27. Endapan sedimen pada kondisi rencana Pulau H III 24
III.28. Sedimen tersuspensi pada kondisi eksisting III 25
III.29. Sedimen tersuspensi pada kondisi Pulau H terbangun III 26
III.30. Endapan sedimen pada kondisi eksisting III 27
III.31. Endapan sedimen pada kondisi pulau H terbangun III 27
III.32. Lokasi titik pengamatan III 28
III.33. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi eksisting III 28
III.34. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi Pulau H terbangun III 29
III.35. Perbandingan pada kedua kondisi III 29
III.36. Sebaran TSS Saat Pasang III 31
III.37. Sebaran TSS Saat Surut III 32
III.38. Perbandingan Suhu Air Laut Di Titik Inlet Sebelum Dan Sesudah Pekerjaan Causeway III 33

IV.1. Bagan Alir Dampak Penting IV 6

-xi-
Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kawasan Pantai Utara Jakarta yang mempunyai panjang pantai sekitar 32 (tiga puluh dua)
kilometer merupakan kawasan strategis bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sekaligus
sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia sebagai pintu gerbang Indonesia, dengan berbagai
aktivitas masyarakat dan pembangunan yang beragam, termasuk obyek vital. Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030 sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2012 telah ditetapkan bahwa Kawasan Pantai Utara Jakarta sebagai Kawasan Strategis
Provinsi. Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Pembagian Zonasi, Pasal
189 ayat (1) dinyatakan bahwa Rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya di
Kecamatan Penjaringan nantinya akan dilakukan pengembangan kawasan hunian dilengkapi
prasarana perdagangan dan jasa, wisata, dan olahraga di Kawasan Pantura Kelurahan Kamal
Muara, Kapuk Muara, dan Kelurahan Pluit.

Kebijakan, rencana dan program penataan kembali Kawasan Pantai Utara Jakarta yang telah
digagas sejak tahun 1990 terus mengalami penyempurnaan. Konsep penataan kembali Pantura
Jakarta yang mencakup konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai lama yang dimuat
di dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta
telah diakomodasi ke dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur. Di dalam Rencana Tata Ruang tersebut, selain mengatur tata ruang
makro Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi,
Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang serta Kota Depok, dimuat juga zonasi perlindungan
dan zonasi pemanfaatan kawasan Pantura. Mengacu ke zonasi tersebut dapat dipahami bahwa
penataan kembali kawasan Pantura Jakarta diarahkan kewujud reklamasi pulau, dimana jarak
antara garis pantai lama dengan pulau reklamasi 200 m. Arahan tata ruang di dalam peraturan
presiden tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030, yang memuat arahan rencana
struktur tata ruang, sistem infrastruktur dan rencana pola ruang kawasan Pantura Jakarta yang
terpisah dari daratan lama, yang pembangunannya melalui pendekatan reklamasi pulau.

Untuk mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008, maka dilakukan studi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Teluk Jakarta (Pantura Tangerang, Jakarta dan Bekasi)
sebagai upaya untuk mengurangi resiko lingkungan terhadap berbagai kegiatan yang ada di
wilayah Pantai Utara Teluk Jakarta. Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
7169/MENLH/03/2011 tentang Hasil Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan
Teluk Jakarta, untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Teluk Jakarta maka perlu
diperhatikan isu-isu strategis lingkungan hidup, antara lain land subsidence, rob dan kenaikan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I1


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

muka air laut, banjir/genangan, abrasi dan kerusakan pantai, degradasi ekosistem mangrove,
ketersediaan dan kerawanan air bersih, sedimentasi, pencemaran perairan akibat limbah domestik
dan industri, penanganan sampah, pemanfaatan ruang laut, tidak adanya visi keberlanjutan dalam
konteks persaingan global/regional wilayah Teluk Jakarta, kebijakan yang ada belum secara jelas
merespon dan mengantisipasi permasalahan yang ada, inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai
dengan kepadatan tinggi dalam pemukiman horisontal, pola penataan spasial yang kurang
mempertimbangkan keseimbangan dan keselarasan sosial dan ekonomi mengakibatkan segregasi
sosial, rawan konflik sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup, kemiskinan dan
hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi lemah.

Untuk memperoleh gambaran utuh tentang dinamika konsep penataan kembali Kawasan Pantura
Jakarta dapat dijelaskan beberapa hal penting tentang pemanfaatan dan resiko lingkungan
kawasan pantai ini. Dalam kurun waktu sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2010, yakni masa
proses penyusunan dan pemantapan konsep penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta tidak
banyak dilakukan perbaikan sarana dan prasarana kawasan pantai, sementara itu proses
pembebanan lingkungan sebagai akibat pembangunan fisik bagian-bagian Kota Jakarta yang
sangat pesat ke segala arah sejak periode tahun 1975 sampai dengan tahun 1995 selain
memberikan manfaat bagi penduduk kota juga menimbulkan permasalahan lingkungan. Masalah
utama yang dihadapi adalah minimnya prasarana drainase, prasarana transportasi, prasarana
sanitasi dan perumahan bagi rakyat. Akumulasi dampak pembangunan fisik berlangsung di
kawasan pantai yang fisiknya merupakan dataran rendah yang sangat datar. Bahkan 40% dari luas
wilayah Jakarta Utara merupakan sub merged land, yakni dataran yang lebih rendah dari muka
laut. Topografi kawasan pantai yang lebih rendah dari muka laut menimbulkan masalah lingkungan
tatkala berfungsi sebagai ujung pembuangan (end of pipe) aliran air permukaan dan aliran limbah
cair. Karena terbatasnya jaringan sanitasi dan drainase kota, maka aktivitas perkotaan terutama di
bagian kota berkepadatan tinggi menimbulkan masalah lingkungan yang serius, sementara itu
bahan-bahan pencemar yang dibawa oleh aliran 13 sungai tersebar di perairan laut dangkal mulai
dari pantai Marunda di sebelah Timur hingga Kamal Muara di sebelah Barat.

Upaya untuk menanggulangi dan mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup dan penyediaan
lokasi pembangunan baru di kawasan pantai dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan
cara reklamasi yang parsial. Awal tahun 1990 muncul masalah lingkungan akibat konflik
penggunaan tanah di kawasan pantai, antara lain gangguan terhadap instalasi PLN di Muara
Karang. Upaya penyelesaian masalah dilakukan melalui rekayasa teknik dengan cara mengatur
aliran sirkulasi air out let air hasil pendinginan mesin, dan menjauhkannya dari lokasi in take air
pendingin. Sejak masa itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan
kajian penataan Pantai Utara Jakarta dan dilanjutkan dengan kajian-kajian sektoral oleh Dinas
Tata Ruang DKI Jakarta, Dinas Perikanan DKI Jakarta dan BAPPEDA.

Di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030, Kawasan Pantura Jakarta ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis untuk kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Pada pasal 101
dimuat arahan Kawasan Strategis Pantura Jakarta sebagai berikut:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I2


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1. Kawasan Strategis Pantura mencakup pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan
pantai dilakukan secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan
perencanaan.
2. Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan
pelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak terhadap
banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi lain yang ada di
Kawasan Pantura.

Pada pasal 102 dinyatakan bahwa:


1. Penyelenggaraan reklamasi Pantura diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil reklamasi siap
bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang terpadu dengan penataan
kembali kawasan daratan Pantura.
2. Penataan kembali kawasan daratan Pantura diarahkan bagi tercapainya penataan ruang yang
berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas lingkungan dan perumahan,
pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan peningkatan fungsi sistem
pengendalian banjir baik itu banjir rob dan kenaikan muka laut/sungai.
3. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali
kawasan daratan Pantura, dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 tentang Penataan
Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta, dijelaskan bahwa Kawasan Reklamasi Pantai
Utara Jakarta adalah kawasan pengembangan lahan baru melalui pembentukan pulau-pulau hasil
kegiatan reklamasi pada perairan laut Teluk Jakarta dalam rangka meningkatkan manfaat
sumberdaya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh orang
atau sekelompok orang dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

PT. Taman Harapan Indah sebagai salah satu pengembang telah memperoleh Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau H seluas 63 Ha dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan surat Nomor 1277/-
1.794.2, tanggal 21 September 2012, dan Persetujuan Prinsip dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta
dengan surat Nomor 543/-1.794.2, tanggal 10 Juni 2014 perihal Perpanjangan Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau H atas nama PT. Taman Harapan Indah (Terlampir).

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL dan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor
2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL
di Wilayah Provinsi DKI Jakarta, maka rencana kegiatan Reklamasi Pulau H seluas 63 Ha
tergolong wajib dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL), yang terdiri dari Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL),
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Di dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I3


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Hidup Nomor 5 Tahun 2012 dijelaskan bahwa untuk kegiatan Reklamasi Pantai (semua besaran)
wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL.

Mengingat intensitas kegiatan reklamasi relatif tinggi, maka besar kemungkinan kegiatan pada
tahap konstruksi dan pasca konstruksi potensial menimbulkan dampak penting (positif dan negatif)
terhadap komponen lingkungan fisik kimia, hayati, sosekbud dan lingkungan binaan di sekitarnya.
Untuk mengendalikan dampak penting tersebut perlu dilakukan identifikasi dampak penting melalui
studi Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) yang didahului dengan penyusunan Kerangka
Acuan (KA-ANDAL). Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Reklamasi
Pulau H (luas 63 Ha) telah mendapat persetujuan dari Komisi Penilai Amdal Provinsi DKI Jakarta
Nomor 48/KA.Andal/-1.774.151 tanggal 12 September 2014. Penyusunan ANDAL ini mengacu
pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan, sesuai dengan kewenangannya dokumen AMDAL ini dibahas oleh
Tim Teknis dan Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakarta dan merupakan AMDAL tunggal.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT RENCANA KEGIATAN

1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan

Tujuan reklamasi dan penataan ruang Kawasan Pantura Jakarta secara umum sesuai
Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi
dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta yang sudah diakomodasikan ke dalam Peraturan
Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta 2030, antara lain:
1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan kota Jakarta
sebagai kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam
perkembangan dunia;
2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan kesejahteraan dan keamanan;
3. Terselenggarannya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya serta kelestarian bangunan
dan lingkungan bersejarah;
4. Mengendalikan pertumbuhan kota Jakarta ke arah Selatan, dan dengan demikian
melindungi wilayah Selatan Jakarta sebagai daerah resapan air.

Tujuan reklamasi atau pembangunan lahan Pulau H adalah:


1. Pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai kota
pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan
kota-kota di dunia;

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I4


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

2. Pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan


kesejahteraan dan keamanan;
3. Mendukung terwujudnya Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta sebagai kawasan
strategis sesuai Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012.
4. Mendukung Pemerintah DKI Jakarta dalam mengembangkan program penyediaan dan
penyiapan lahan hasil reklamasi bagi pembangunan pemukiman, komersial, jasa dan
rekreasi beserta sarana dan prasarana lingkungan yang memadai;
5. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan (revitalisasi)
melalui penataan kembali dan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan, perbaikan
kampung;
6. Kontribusi dalam rangka peningkatan aksesibilitas antara Kawasan Pantura Jakarta
dengan wilayah di sekitarnya.

1.2.2. Manfaat Rencana Kegiatan

Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali
kawasan daratan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Rencana kegiatan reklamasi Pulau H yang akan dilaksanakan oleh manajemen PT. Taman
Harapan Indah, diharapkan dapat memberi manfaat dan kegunaan bagi pihak-pihak sebagai
berikut:

1. Bagi Pemerintah
a. Mendukung program Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) 2030;
b. Mendorong kemajuan sikap, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat serta
kemampuan partisipasi kelembagaan masyarakat dalam pembangunan khususnya
dalam bidang pengadaan lahan reklamasi sebagai lahan potensial yang cukup bagi
kebutuhan masyarakat;
c. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM), memberi lapangan kerja bagi
masyarakat luas, meningkatkan pelayanan jasa pada bidang terkait, serta usaha-
usaha ekonomi produktif masyarakat setempat.

2. Bagi Masyarakat
a. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar proyek, dapat menumbuhkan
usaha ekonomi produktif masyarakat dan pada gilirannya dapat meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta kemampuan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan;

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I5


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

b. Memenuhi kebutuhan lahan reklamasi bagi masyarakat yang lebih berkualitas dalam
jumlah yang cukup;
c. Memelihara kelestarian lingkungan pantai dengan adanya perlindungan pantai oleh
pulau baru sebagai lahan reklamasi;

3. Bagi Perusahaan (Pemrakarsa)


a. Kegiatan reklamasi sebagai lahan yang potensial sebagai sebuah usaha/investasi
(bisnis) jangka panjang diharapkan dapat memberi manfaat/keuntungan ekonomi-
finansial yang layak bagi perusahaan secara berkelanjutan;
b. Memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan memajukan
pembangunan di Wilayah DKI Jakarta;
c. Mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi swasta dan masyarakat sekitar
lokasi proyek dalam mengembangkan kerjasama kemitraan dengan perusahaan lain
dalam tata hubungan kerjasama yang saling mendukung dan memberi keuntungan
yang layak, memenuhi rasa keadilan dan berkelanjutan;
d. Dengan kegiatan ini diharapkan dihasilkan tata ruang terpadu yang berhasil guna dan
berdaya guna, meningkatkan kualitas lingkungan sekitar, serta meningkatkan fungsi
sistem pengendalian banjir.

1.3. PELAKSANAAN STUDI

1.3.1. Pemrakarsa

Nama Pemrakarsa : PT. Taman Harapan Indah


Alamat Kantor : Intiland Tower Penthouse Floor,
Jl. Jenderal Sudirman 32, Kelurahan Karet Tengsin,
Kecamatan Tanah Abang, Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Nomor Telp., Faks. : (021) 5708181, 5708182
Email : info@intiland.com
Penanggung Jawab : Ir. Suhendro Prabowo
Jabatan : Direktur Utama
Jenis Kegiatan : Reklamasi Pulau H.
Lokasi Kegiatan : Kawasan Pantai Utara Jakarta, Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara.
Luas Lahan Reklamasi : 63 Ha (Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H, Nomor
1277/-1.794.2, tanggal 21 September 2012 dan Perpanjangan
Persetujuan Prinsip Nomor 543/-1.794.2, tanggal 10 Juni
2014).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I6


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.3.2. Pelaksana Studi AMDAL

Nama Perusahaan : PT. Geo Mitrasamaya


No. Registrasi Kompetensi : 061/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH, tanggal 24 Desember 2014
Alamat Kantor : Jl. H. Awi No. 30, Jatiluhur, Jatiasih, Kota Bekasi.
Nomor Telp., Faks. : (021) 82429153, 82429154
E-mail : amdal@geomitrasamaya.com; geo_mitrasamaya@yahoo.com
Penanggung Jawab : Drs. Pinondang Tambunan
Jabatan : Direktur Utama

Tim penyusun studi AMDAL Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Tim Penyusun Studi AMDAL Reklamasi Pulau H


No. Nama Jabatan Keahlian
Tim Penyusun
1. Dr. Khoe Susanto K. MS. Ketua Biologi, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (S2 & S3
Tim Ilmu Lingkungan)
(Sertifikat Kompetensi No. 000986/SKPA-P1/LSK-
INTAKINDO/VIII/2013) / K.018.08.10.09.000244, Tanggal 31-08-
2013.
2. Ir. Merdeka Simbolon Anggota Fisik Kimia
(Sertifikat Kompetensi No. 001066/SKPA/LSK-INTAKINDO/XI/2013)
/ K.020.11.10.09.000290, Tanggal 04-11-2013.
3. Drs. Yeremiah R. Tjamin, MSi. Anggota Kualitas Udara
(Sertifikat Kompetensi No. 000995/SKPA-P1/LSK-
INTAKINDO/X/2013) / K.019.10.10.09.000268, Tanggal 02-10-2013.
4. Dr. Urip Rahmani, M.Si. Anggota Sosial Ekonomi Budaya dan Perikanan
(Sertifikat Kompetensi No. 001254/SKPA-P1/LSK-
INTAKINDO/VI/2014) / K.037.06.11.10.000450, Tanggal 22 Juni
2014.
5. Iswanto, S. Kom. Anggota Sistem Informasi
(Sertifikat Kompetensi No. 000856/SKPA/LSK-INTAKINDO/III/2013)
/ A.062.03.13.09.000672, Tanggal 21-03-2013.
Tenaga Ahli
1. Ir. H. Taufik Jaafar Anggota Reklamasi Civil Construction
2. Ir. Hernawan Mahfudz, MS. Anggota Hidrodinamika
3. Santoso, A.Md. Anggota Oceanografi
4. Yusuf Adam Priohandono Anggota Geologi Laut
5. Satria Indratmoko, S.Si. Anggota Sistem Informasi Geografis (GIS)
6. Budi Dwi Handoko, ST. Anggota Transportasi
7. Edward Tambunan, SE. Anggota Sosial Ekonomi
8. Tugiyo, SKM. MSi Anggota Ahli Kesehatan Masyarakat

Pengalaman kerja (Curriculum Vitae) dan foto copy sertifikat Kompetensi Tim Penyusun
AMDAL dan tenaga ahli telah dilampirkan dalam dokumen ANDAL ini. Selain tenaga ahli
tersebut, penyusunan dokumen AMDAL ini juga didukung oleh beberapa tenaga ahli
perencana dari Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I7


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.4. DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

1.4.1. Status dan Lingkup Rencana

Pada saat penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) ini kegiatan fisik reklamasi
belum berlangsung. Kajian ANDAL ini diutamakan untuk bahan pendukung permohonan
surat izin lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan yang akan disampaikan ke BPTSP Provinsi DKI Jakarta. Pelaksanaan
Konsultasi publik sesuai dengan SK. Gubernur KDKI Jakarta No.76 Tahun 2001 tentang
Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
AMDAL, telah dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Juni 2013 (Berita Acara, Notulen dan
Daftar Hadir Terlampir) dan pengumuman rencana kegiatan di Harian Rakyat Merdeka
tanggal 5 Juli 2013 (Lampiran 4).

1.4.2. Uraian Rencana Kegiatan

Berdasarkan Batasan Ruang Kawasan Reklamasi pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 121 Tahun 2012, dijelaskan bahwa Kawasan Reklamasi mencakup kawasan
perairan laut Teluk Jakarta yang diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke
arah laut sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman
laut 8 (delapan) meter dan di dalamnya terdapat kawasan pengembangan lahan baru
melalui pembangunan pulau-pulau hasil kegiatan reklamasi.

Berdasarkan Arahan Pengembangan Kawasan Reklamasi pada Peraturan Gubernur


Provinsi DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012, Reklamasi Pulau H termasuk pada
pengembangan kawasan reklamasi bagian Sub-Kawasan Barat. Dalam arahan juga
dijelaskan terhadap kanal vertikal antara Pulau G dan Pulau H dialokasikan untuk jalur pipa
Bahan Bakar Minyak (BBM) bawah laut dan pipa gas bawah laut dan tidak diperbolehkan
untuk kegiatan lain yang tidak berhubungan langsung. Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun
2014 tentang RDTR dan Pembagian Zonasi, Pasal 189 ayat (1) dinyatakan bahwa Rencana
kawasan yang diprioritaskan penanganannya di Kecamatan Penjaringan (Kelurahan Pluit)
nantinya akan dilakukan pengembangan kawasan hunian dilengkapi prasarana
perdagangan dan jasa, wisata, dan olahraga.

Peta Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta pada
Lampiran I Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 dapat dilihat
pada Gambar I.1.

Berdasarkan lokasi rencana Reklamasi Pulau H terdapat Pipa PHE ONWJ, maka recana
reklamasi Pulau H akan dilakukan pergeseran dengan jarak dengan pipa tersebut 146,58
m, dari jarak minimal 40 meter dari kaki tanggul yang ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor
146 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasarana
Reklamasi Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan
Reklamasi Kawasan Strategis Pantura Jakarta dapat dilihat pada Gambar I.2.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I8


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I9


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 10


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1. Lokasi Kegiatan

Lokasi Kegiatan Reklamasi Pulau H terletak di perairan laut dangkal di sisi Utara
Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara seluas 63
Ha, dengan batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Perairan Pantai Utara Jakarta sampai kedalaman -8 meter.
b. Sebelah Timur : Perairan Kawasan Ancol
c. Sebelah Selatan : Kawasan Pantai Mutiara
d. Sebelah Barat : Perairan Muara Karang

Untuk lebih jelasnya, lokasi rencana kegiatan Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada
Gambar I.3. sedangkan koordinat lokasi rencana Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada
Gambar I.4.

Karakter/tipologi lingkungan dan kegiatan sekitar lokasi proyek adalah sebagai berikut:
a. Saat ini lokasi rencana Reklamasi Pulau H berada di bagian Utara Kawasan Pantai
Mutiara masih berupa perairan laut dangkal yang terbuka dengan kedalaman sampai
dengan -8 meter.
b. Di bagian Selatan adalah kawasan Pantai Mutiara dan Pelabuhan Muara Baru.
c. Bagian Barat terdapat Perairan Muara Karang dan PLTGU Muara Karang.
d. Bagian Timur terdapat Perairan Ancol.
e. Permukiman terdekat adalah di sebelah Selatan yaitu Kelurahan Pluit dan
Kawasan Pantai Mutiara.
f. Batimetri pantai di bagian Selatan rencana Reklamasi Pulau H mencapai kedalaman
-6,00 m.
g. Tipe pasang surut adalah campuran dan cenderung semi diurnal.
h. Berdasarkan hasil survey bawah laut yang dilakukan oleh PT. Ganeshatama
Consulting tahun 2013 untuk mengetahui kondisi dasar laut di areal lokasi reklamasi
Pulau H, di sekitar lokasi proyek saat ini terdapat jalur Pipa PT. Pertamina Hulu
Energi ONWJ , Pipa PLN dan Pipa PT. Nusantara Regas (Gambar I.5).
i. Berdasarkan peta dari Pertamina (Gambar I.6) di sekitar lokasi rencana Reklamasi
Pulau H terdapat fasilitas PHE ONWJ yaitu line 26 PCP-ORF Muara Karang dan
Onshore Receiving Facility (ORF) Muara Karang dan ORF Tanjung Priok yang
berfungsi menyuplai bahan bakar gas ke PLN untuk menerangi wilayah Jakarta.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 11


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 12


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.4. Koordinat Rencana Reklamasi Pulau H

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 13


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.5. Peta Jalur Pipa Di Sekitar Rencana Reklamasi Pulau H (Survey PT. LAPI Ganeshatama Consulting, 2013)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 14


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.6. Peta Fasilitas PHE ONWJ (Pertamina, September 2013)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 15


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

2. Tahapan Rencana Kegiatan

Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. Taman Harapan Indah
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.
Uraian mengenai tahapan rencana kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Konstruksi

Penetapan lokasi proyek areal reklamasi Pulau H seluas 63 Ha sesuai dengan


Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H seluas 63 Ha dari Gubernur Provinsi DKI
Jakarta dengan surat Nomor 1277/-1.794.2, tanggal 21 September 2012 dan
Perpanjangan Persetujuan Prinsip dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan surat
Nomor 543/-1.794.2, tanggal 10 Juni 2014 perihal Perpanjangan Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau H atas nama PT. Taman Harapan Indah (Terlampir) dan sesuai
koordinat yang ditetapkan oleh Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta.

Sebagai pendukung dalam penetapan lokasi proyek, PT. Taman Harapan Indah akan
melakukan studi tematik sesuai dengan Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H,
antara lain:
1) Kajian Hidrodinamika berkaitan dengan penentuan jarak/lebar kanal baik vertikal
maupun horizontal telah dilakukan oleh PT. LAPI Ganeshatama Consulting (2013).
2) Kajian Penanggulangan Banjir yang terintegrasi dengan kebijakan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta telah dilakukan oleh PT. LAPI Ganeshatama Consulting
(2013).
3) Kajian Dampak Pemanasan Global (Global Warming) telah dilakukan oleh PT.
LAPI Ganeshatama Consulting (2013).
4) Masterplan dan Panduan Rancang Kota (Urban Design Guideline/UDGL) yang
sesuai dengan penataan kembali Kawasan Pantura.
5) Perencanaan infrastruktur/prasarana dasar.
6) Perencanaan pengambilan material reklamasi.
Lokasi sumber material harus ditetapkan asalnya agar memudahkan dalam
menentukan jenis dan route pengangkutan material. Lokasi sumber material dipilih
lokasi terdekat dengan lokasi kegiatan dan moda pengangkutan yang mudah.
Area penambangan (pengerukan) pasir laut yang dipilih untuk memenuhi
kebutuhan material pasir dalam rangka proyek reklamasi ini bersumber dari
eksplorasi di wilayah Kabupaten Serang, Provinsi Banten yang telah memiliki Izin
Kuasa Pertambangan Golongan C, serta dokumen AMDAL dan/atau UKL & UPL.
Kebutuhan tanah merah dan batu akan dipenuhi melalui mekanisme
lelang/penunjukkan pihak ke-3 (tiga) sesuai dengan prosedur yang berlaku. Batu
rencananya akan didatangkan dari daerah Kabupaten Serang, Provinsi Banten,
sedangkan tanah merah (top soil) rencananya akan didatangkan dari daerah
Kabupaten Lebak, Provinsi Baten.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 16


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

b. Tahap Konstruksi

Secara garis besar pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap konstruksi proyek
adalah sebagai berikut:

1) Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja


Pada tahap konstruksi proyek Reklamasi Pulau H ( 63 Ha), tenaga kerja yang
terserap dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tenaga kerja konstruksi proyek akan
ditempatkan di bedeng-bedeng (kontainer) sementara yang terdapat di dekat
lokasi reklamasi (Kawasan Pantai Mutiara) dilengkapi dengan fasilitas MCK
Portable (10 unit @ 3 m3/hari) dan secara rutin diangkut oleh mobil air kotor Sudin
Kebersihan Kota Administrasi Jakarta Utara atau swasta yang mempunyai izin
BPTSP. Selain itu, di lokasi bedeng pekerja akan disediakan air PAM, listrik dan
kontainer sampah.

Tabel 1.2. Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi Reklamasi Pulau H


Jumlah Tenaga Kerja
No. Kualifikasi Tenaga Kerja
Orang %
1 Tenaga Ahli (Perencana) 7 2,33
2 Tenaga Ahli Teknik Sipil 4 1,33
3 Tenaga Ahli Bidang Lain 6 2,00
4 Tenaga Pengawas Lapangan 12 4,00
5 Pelaksana (Tukang) 75 25,00
6 Pembantu Pelaksana (Kenek) 188 62,67
7 Tenaga penjaga Keamanan 8 2,67
Jumlah 300 100
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2013

Kebutuhan air bersih tahap konstruksi sebesar 28,8 m3/hari disuplai dari mobil
tanki dengan perhitungan sebagai berikut:
a) Mandi/Cuci Buruh Konstruksi (menginap) = 275 orang x 100 L/orang/hari =
27,5 m3/hari
b) Pegawai / Staf Perencana = 25 orang x 50 L/orang/hari = 1,3 m3/hari

2) Mobilisasi Alat dan Bahan


a) Jenis-jenis peralatan yang dibutuhkan dan akan digunakan dalam kegiatan
Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Jenis Peralatan Konstruksi


No. Jenis Alat Nama Kegiatan Volume
1 Penghampar/penimbun pasir spray pontoon 8
2 Pemuat tanah truck 5
3 Alat penggali exavator Reklamasi 15
4 Alat pancang vertikal drain perforated vertical drain 5
5 Alat Grading grading 15
6 Alat angkut pasir TSHD 50
7 Alat penghampar material spray pontoon 10
Shore
8 Alat pembantu penghampar material CSD 15
Protection
9 Barge barge 8
10 Kapal pembantu kapal 5
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2013

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 17


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

b) Jenis dan volume material utama yang diperlukan untuk adalah:


Jumlah Alat
No. Jenis Material Asal
Kebutuhan Angkut
1 Batu < 1 ton 314.000 m3 Provinsi Banten dan
2 Batu > 1 ton 217.000 m3 Provinsi Lampung Kapal
3 Pasir untuk tanggul dan causeway 2,4 juta m3 Kabupaten Serang dan Ponton
4 Pasir untuk pulau 9,2 juta m3 Kabupaten Lampung
5 Tanah urug (top soil) 315.000 m3 Kabupaten Lebak Truk

Pengangkutan material reklamasi berupa pasir laut dan batu, dll diangkut
melalui laut menggunakan kapal tongkang dengan kapasitas 1.500-3.000 ton
sebanyak 5 kapal/hari, sedangkan material reklamasi yang diangkut melalui
jalan darat adalah tanah (top soil) serta peralatan konstruksi menggunakan truk
maksimal sebesar 110 kendaraan/hari dari daerah Lebak, Banten,
Jabodetabek melalui Jl. Tol Jakarta Merak masuk ke kawasann Pluit Pantai
Mutiara dan akan di dumping di lahan kosong sebelah Utara Regata
Apartment. (Gambar I.7). Lokasi pengambilan material direncanakan dari:
(1) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n
PT. Jetstar (Blok 1) Nomor 540/010/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang:
- 50 53 1.5 LS; 1060 11 50.0 BT
- 50 53 1.5 LS; 1060 14 15.0 BT
- 50 51 49.5 LS; 1060 14 15.0 BT
- 50 51 49.5 LS; 1060 11 50.0 BT
(2) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n
PT. Jetstar (Blok 2) Nomor 540/011/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang:
- 50 53 11.50 LS; 1060 11 50.00 BT
- 50 54 26.10 LS; 1060 11 50.00 BT
- 50 54 26.10 LS; 1060 12 10.00 BT
- 50 54 35.50 LS; 1060 12 10.00 BT
- 50 54 35.50 LS; 1060 13 7.60 BT
- 50 53 59.80 LS; 1060 13 7.60 BT
- 50 53 59.80 LS; 1060 14 15.00 BT
- 50 53 11.50 LS; 1060 14 15.00 BT
(3) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n
PT. Jetstar (Blok 3) Nomor 540/012/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang,
dengan koordinat:
- 50 54 09.80 LS; 1060 13 17.60 BT
- 50 54 09.80 LS; 1060 14 55.90 BT
- 50 54 26.10 LS; 1060 14 55.90 BT
- 50 54 26.10 LS; 1060 17 27.00 BT
- 50 54 58.40 LS; 1060 17 27.00 BT

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 18


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

- 50 54 58.40 LS; 1060 14 40.00 BT


- 50 54 42.10 LS; 1060 14 40.00 BT
- 50 54 42.10 LS; 1060 13 43.10 BT
- 50 54 35.50 LS; 1060 13 43.10 BT
- 50 54 35.50 LS; 1060 13 17.60 BT
(4) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n
PT. Jetstar (Blok 4) Nomor 540/008/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang,
dengan koordinat:
- 50 54 26.10 LS; 1060 17 27.00 BT
- 50 54 58.40 LS; 1060 17 27.00 BT
- 50 54 58.40 LS; 1060 17 47.00 BT
- 50 56 22.00 LS; 1060 17 47.00 BT
- 50 56 22.00 LS; 1060 19 11.40 BT
- 50 56 37.60 LS; 1060 19 11.40 BT
- 50 56 37.60 LS; 1060 19 30.00 BT
- 50 55 08.10 LS; 1060 19 30.00 BT
- 50 55 08.10 LS; 1060 18 54.40 BT
- 50 54 35.50 LS; 1060 18 54.40 BT
- 50 54 35.50 LS; 1060 17 40.00 BT
- 50 54 26.10 LS; 1060 17 40.00 BT
(5) Lokasi pasir di Provinsi Lampung dengan Keputusan Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung
Nomor 540/3710/KEP/II.07/2015 tentang Persetujuan Peningkatan Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi Pasil Laut Kepada PT. Lautan Indonesia Persada; serta
Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/130/II.05/HK/2015 tentang Izin
Lingkungan Rencana Kegiatan Penambangan Pasir Laut Di Kecamatan
RajaBasa Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung oleh PT.
Lautan Indonesia Persada, dengan koordinat:
- -60 0 58.89 LS; 1050 36 16.19 BT
- -60 0 58.89 LS; 1050 37 59.99 BT
- -60 2 38.58 LS; 1050 37 59.99 BT
- -60 2 38.58 LS; 1050 36 16.19 BT
(6) Lokasi batu di Provinsi Banten dan Provinsi Lampung, dengan koordinat:
- 50 54 11.17 LS; 1060 1 14.91 BT
- 50 53 31.30 LS; 1060 4 25.73 BT
- 50 53 11.53 LS; 1060 2 41.00 BT
- 60 1 54.44 LS; 1050 56 52.12 BT
- 50 46 4.05 LS; 1050 47 13.24 BT
(7) Tanah merah (top soil) rencananya akan didatangkan dari daerah
Kabupaten Lebak, Provinsi Baten.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 19


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 20


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

3) Reklamasi
Pekerjaan reklamasi meliputi pengangkutan pasir hingga lokasi yang akan di
reklamasi, pengurugan pasir dan pembangunan tanggul. Aktivitas pengengkutan
pasir dilakukan dari lokasi sumber material urug menuju lokasi Pulau H
menggunakan TSHD. Kegiatan pengurugan dan pembangunan tanggul
direncanakan bertahap, dimana tanggul dilaksanakan pada tahap awal hingga
mencapai sekitar elevasi muka air laut dan selanjutnya diikuti oleh pemasangan
bund dan pekerjaan tanggul. Secara garis besar pekerjaan reklamasi dilakukan
sebagai berikut (Gambar I.12):

a) Pengurugan
(1) Uraian Tentang Pengerukan dan Proses Pengangkutan
Pasir dikeruk dari area konsesi. Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD)
ukuran sedang dan besar, kapasitas 10.000- 40.000 m3 dapat mengeruk
pada kedalaman ini dan sepertinya ukuran inilah yang dipakai oleh para
kontraktor. TSHD menggunakan satu atau dua pipa isap untuk mengeruk
bahan pasir ini dan menempatkan kerukan ini ke hopper. Air yang
berlebih, yang digunakan untuk memompa pasir ke hopper diarahkan ke
pinggir kapal melalui sistem pelimpah. Dalam area galian pasir yang
bagus, THSD ini akan terisi penuh dalam waktu 1,0-2,0 jam. Dalam area
galian dengan komposisi lanau dan lempung yang banyak, pengisian
THSD akan berlangsung lebih lama, hingga beberapa jam, sementara
bahan-bahan halusnya akan dihanyutkan ke pinggir kapal. Setelah
pengisian, THSD ini berlayar ke lokasi reklamasi.

Di tempat reklamasi THSD ini mengeluarkan muatannya ke urugan atau


ke tempat penumpukan bawah laut yang dengan melalui Pengeruk Isap
(stasioner) dimana pasir akan menuju ke sinker line, lalu ke urugan.

(2) Uraian Proses Pengurugan


Proses pengurugan adalah sebagai berikut:

(a) Proses pengurugan


Metode pengurugan dilakukan dengan system gravitasi. Pasir akan
diangkat dengan menggunakan TSHD dari lokasi borrow area ke
lokasi proyek. Setelah TSHD yang berisi muatan pasir sampai ke
lokasi proyek, system penyemprotan pasir akan disambungkan
dengan TSHD. Pasir dipompa melalui pipa untuk kemudian
disebarkan pada lokasi penimbunan menggunakan spray pontoon
atau spray barge. Pontoon ini menyebarkan campuran air dan pasir
secara vertikal ke dalam air. Pada lokasi perairan dalam, pasir
pertama-tama ditimbun dengan menggunakan spray pontoon, lapis

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 21


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

demi lapis. Lapisan pasir yang pertama disebar jangan terlalu tebal
untuk mencegah ketidakstabilan dasar laut. Dua lapisan pasir yang
terletak paling bawah harus memiliki ketebalan tidak lebih dari 0.7 m.
Lapisan pasir setelahnya dapat ditimbun dengan ketebalan 2-3 m.
Setelah timbunan mendekati permukaan air, dimana penggunaan
spray pontoon sudah tidak bisa dilakukan, penimbunan dari atas
permukaan air akan dilakukan. Pasir dialirkan dari kapal dengan
menggunakan pipa kelokasi timbunan. Kemudian timbunan pasir
akan disebar dan didorong menggunakan Bulldozers. Proses
pengurugan terdiri dari:

- Pengurugan Pasir Pada Perairan Dalam


Pada perairan dalam, pertama-tama pasir ditempatkan dengan
menggunakan ponton semprot atau bargas semprot, yang mampu
mengurug area ini secara lapis demi lapis. Lapisan pasir pertama
pada dasar laut haruslah relatif tipis untuk menghindari
ketakstabilan dasar laut (gelombang lumpur). Kedua lapisan
tambahan lainnya haruslah dengan ketebalan tidak lebih dari 0,7
m. Lapisan-lapisan berikutnya (di atas ketebalan 1,4 m) dapat
ditempatkan lapis demi lapis dengan ketebalan 2-3 m. Lapisan-
lapisan yang lebih atas lainnya ditempatkan sebagai urugan
permukaan seperti yang diurakan sebelumnya. Pasir dipompakan
melalui jaringan pipa ke ponton/bargas penyemprot atau penyebar
di lokasi proyek. Ponton ini biasanya membuang campuran air dan
pasir secara vertikal seperti yang disajikan pada Gambar I.8.
Ponton sebar ini dapat secara tepat mengendalikan kecepatan
dan densitas campuran air-pasir dan dapat menggerakkan ponton
pada kecepatan yang beragam agar dapat menempatkan volume
pasir atau tebal lapisan secara tepat. Ponton/bargas semprot ini
dapat digunakan hingga ke kedalaman perairan sekitar 1,0 m
(kedalalaman ini sudah termasuk lapisan pasir yang telah
disebarkan sebelumnya).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 22


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.8. Ponton Penyemprot Pasir

- Pengurugan Pasir Pada Perairan Dangkal


Pada perairan dangkal, pengurugan pasir hanya dapat dilakukan
dengan metode di-atas-air. Perairan ini terlalu dangkal untuk
bargas sebar. Prosedur pengurugan dasar laut ini dapat dilakukan
untuk kontur kedalaman elevasi acuan -6 m. pasir juga dapat
dibuang secara mendatar, di atas muka air (Gambar I.9).
Campuran pasir dan air keluar dari pipa di atas muka air, pasir
akan mengendap dan airnya mengalir kembali ke laut. Buldozer
yang berada di depan pipa akan mendorong pasir yang
mengendap di depan pipa agar pasir tersebut tidak menghalangi
aliran dari pipa. Pasir digunakan untuk membuat pematang yang
sejajar dengan arah pengurugan tetapi terletak di depan ujung
pipa untuk mengarahkan bentuk pengurugan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 23


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.9. Ujung Jaringan Pipa, Pembuangan Campuran Secara


Mendatar

(b) Pemasangan PVD


Pemasangan vertical drain/PVD dilakukan dengan 2 metode yang
berbeda, yaitu dilakukan dari laut dengan pontoon dan pemasangan
dari darat. Untuk mempercepat proses konsolidasi di lokasi rencana
tanggul, pemasangan PVD dilakukan dari pontoon ketika ketebalan
timbunan mencapai sekitar 1.5 atau 2 m. Sementara itu untuk
mempermudah proses pengerjaan, pemasangan PVD diarea
reklamasi dilakukan dari darat ketika timbunan telah berada diatas
muka air laut dan dapat diakses dari darat.

Sedangkan metode pengurugan disesuaikan dengan kedalaman perairan


rencana Pulau H, dimana bagian Utara lebih dalam dibandingkan bagian
Selatan.

(3) Penahapan Pembangunan, Kendala Akibat Stabilitas


Stabilitas tanggul selama dan persis setelah pembangunan merupakan
aspek kritis, khususnya di bagian yang lebih dalam. Untuk penghitungan
stabilitas diperlukan selang waktu pembangunan (minimum) tertentu di
antara beberapa tahapan untuk memastikan stabilitas timbunan pasir
(yang diurug secara bertahap). Kontraktor haruslah mematuhi selang
minimum sebagaimana yang diberikan dan memastikannya dengan
melakukan monitoring penurunan muka-tanah dan tekanan pori. Pada
bagian-bagian yang lebih dalam, dipersyaratkan juga waktu-tunggu
tertentu untuk memberi waktu terjadinya proses konsolidasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 24


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

b) Pekerjaan Tanggul
(1) Tipikal Penampang Melintang
Berdasarkan optimalisasi biaya dan desain hidraulik, ditentukan desain
optimal penampang melintang. Penampang melintang optimal mempunyai
spesifikasi sebagai berikut (lihat Gambar I.10):
(a) Talud tanggul bagian bawah (lower slope) dengan kemiringan 1:6;
(b) Berm direncanakan dengan lebar 8 m pada muka air rencana (Design
Water Level), dengan elevasi pada waktu konstruksi di LWS + 4.4 m;
(c) Talud tanggul bagian atas (upper slope) dengan kemiringan 1:1;

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 25


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.10. Penampang Melintang Tanggul (PT. Taman Harapan Indah, 2014)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 26


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Di sekeliling pulau terdapat berm dengan lebar 8 m yang berfungsi


sebagai pantai publik. Desain tanggul Pulau H telah mempertimbangkan
keberadaan/jarak dengan jalur Pipa Gas Bawah Laut.

(a) Segmen
Berdasarkan desain hidraulik, Pulau H dibagi menjadi 9 segmen.
Segmen-segmen tersebuat adalah segmen-1, segmen 2, segmen3a,
segmen 3b, segmen 3c, segmen 4, segmen 5, segmen 6a, dan
segmen 6b. Gambar I.11 menerangkan lokasi segmen pada pulau H.

(b) Desain Hidraulik


Dalam perencanaan tanggul laut, kriteria desain yang digunakan
adalah sebagai berikut:
- Rencana umur konstruksi adalah 50 tahun
- Penurunan muka tanah (land subsidence) = 7.5 cm/tahun
- Dalam desain, diperhitungkan penurunan muka tanah dalam
waktu 50 tahun
- Muka air rencana (DWL = design water level)

Desain tanggul laut terdiri dari beberapa bagian berikut:


(a) Ketinggian Puncak
Ketinggian puncak desain (setelah 50 tahun) ditampilkan pada Tabel
Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Ketinggian Puncak Setiap Segmen Tanggul


Elevasi Lebar Kemiringan Elevasi
Kemiringan
Segmen Berm Berm lereng Puncak
lereng atas
[LLWS+m] [m] bawah [LLWS+m]
1 2.3 8 1:3 1:6 4,3
2 2.3 8 1:3 1:6 4,3
3a 2.3 8 1:3 1:6 4,3
3b 2.3 8 1:3 1:6 4,3 hingga 4,5
3c 2.3 8 1:3 1:6 4,5
4 2.3 8 1:3 1:6 4,5 hingga 4,0
5 2.3 8 1:3 1:6 4,0 hingga 3,3
6a 2.3 8 1:3 1:6 3,3
6b -2.6 8 1:3 1:6 3,3
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 27


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.11. Lokasi segmen pada Pulau H (PT. Taman Harapan Indah, 2014)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 28


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

(b) Perlindungan Lereng Bawah Tanggul


Penentuan ukuran batuan di lereng bawah tanggul didasarkan pada
besarnya gelombang yang mungkin terjadi pada setiap segmen
tanggul. Gelombang yang datang dengan arah tidak tegak lurus
dengan tanggul dapat memperkecil ukuran batu yang dibutuhkan.
Tabel 1.5 menyajikan informasi tentang ukuran batu yang digunakan
pada setiap segmen tanggul.

Tabel 1.5. Ukuran Batu Untuk Lereng Bawah Tanggul


Ketebalan Lapisan
Segmen Ukuran Batuan
[m]
1 60-300 kg 0,9
2 300-1.000 kg 1,3
3a 1.000-3.000 kg 1,9
3b 1.000-3.000 kg 1,9
3c 1.000-3.000 kg 1,9
4 300-1.000 kg 1,3
5 60-300 kg 0,9
6a 10-60 kg 0,5
6b 10-60 kg 0,5
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

(c) Perlundungan Lereng Atas Tanggul


Lereng atas tanggul merupakan tempat terjadinya rayapan
gelombang. Beban pada bagian lereng yang berada di atas tanggul
lebih kecil dari pada lereng di bagian bawah dikarenakan adanya
berm. Tabel 1.6 merangkum ukuran batu yang dibutuhkan untuk
lereng atas tanggul.

Tabel 1.6. Ukuran Batu Untuk Lereng Atas Tanggul


Ketebalan Lapisan
Segmen Ukuran Batuan
[m]
1 60-300 kg 0,9
2 300-1.000 kg 1,3
3a 1.000-3.000 kg 1,9
3b 1.000-3.000 kg 1,9
3c 1.000-3.000 kg 1,9
4 300-1.000 kg 1,3
5 60-300 kg 0,9
6a 10-60 kg 0,5
6b 10-60 kg 0,5
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

(d) Lapisan Filter (Granular dan Geotekstil)


Lapisan filter digunakan agar tidak terjadi erosi yang terjadi akibat
gradasi ukuran pelindung pantai dengan tanah yang begitu besar.
Batuan berukuran lebih kecil digunakan sebagai lapisan filter.
Lapisan filter untuk tanggul pada setiap segmen dirangkum pada
Tabel 1.7.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 29


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Tabel 1.7. Lapisan Filter Tanggul


Lapisan Filter-1 Lapisan Filter-2
Ukuran
Segmen Ketebalan Ketebalan Ketebalan
batuan Ukuran Ukuran
[m] [m]
1 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 - -
2 300-1.000 kg 1,3 10-60 kg 0,5 - -
3a 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5
3b 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5
3c 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5
4 300-1.000 kg 1,3 10-60 kg 0,5 - -
5 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 - -
6a 10-60 kg 0,5 - - - -
6b 10-60 kg 0,5 - - - -
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

Geotekstil
Geotekstil digunakan untuk mencegah tanah yang dilindungi tererosi.
Dua jenis geoteksitil dipakai. Untuk bagian puncak hingga berm
digunakan geotekstil, sedangkan dari berm hingga dasar tanggul
memakai geomatrass. Ukuran maksimum batuan yang dapat
diletakkan di atas geotekstil adalah 10-60 kg.

(e) Struktur Ujung Bawah (Toe Structure)


Struktur ujung bawah berfungsi untuk menahan lapisan armor dan
erosi di sekitar tanggul. Panjang minimum untuk struktur ujung bawah
didesain minimal 5 kali diameter batuan dengan ketebalan minimal 2
kali diameter batuan.

(f) Penurunan Muka Tanah Total


Penurunan muka tanah total terjadi di area tanggul dan pulau hasil
reklamasi. Besarnya penurunan tanah dapat dilihat pada Tabel 1.8.
Perhitungan ini memakai acuan waktu handover 720 hari.

Tabel 1.8. Penurunan Muka Tanah Total


Elevasi Elevasi
Total Land Elevasi
Timbunan Elevasi puncak
Borehole Settlements Subsidence Desain
Chainage Teoritis Konstruksi di tahun ke-50
referensi [m] [m] Reklamasi
[m+LLWS] [m+LLWS] [m+LLWS]
(b) (c) [m+LLWS]
(a) (d = a-b-c)
0+300 BH-6 10,2 4,29 7,10 1,5 4,41 4,30
0+700 BH-13 9,0 2,98 6,27 1,5 4,52 4,30
1+000 BH-14 10,9 4,63 7,57 1,5 4,77 4,50
1+500 BH-16 9,5 3,39 7,06 1,5 4,61 4,50
2+300 BH-10 8,0 3,00 5,29 1,5 3,50 3,30
2+900 BH-3 8,1 3,09 5,51 1,5 3,51 3,30
BH-5 9,9 3,97 6,81 1,5 4,43 4,30
BH-8 9,7 3,65 6,58 1,5 4,55 4,40
BH-9 9,8 3,65 6,78 1,5 4,65 4,50
BH-12 9,6 3,48 7,13 1,5 4,62 4,50
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 30


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Proses pembuatan tanggul sesuasi dengan urutan berikut:


(1) Pemasangan bund
Ketika penimbunan mencapai sekitar elevasi muka air laut, pemasangan
bund dilakukan disekeliling tanggul. Bund difungsikan untuk
meminimalkan butiran-butiran halus material timbunan terbawa atau
tergerus oleh pergerakan air laut atau gelombang. Setelah bund terbentuk,
penimbunan area reklamasi dapat dilanjutkan sampai elevasi yang
direncanakan.
(2) Pengerjaan tanggul
Pekerjaan tanggul dapat dilakukan secara bersamaan dengan proses
penimbunan area reklamasi. Hal pertama yang harus disiapkan dalam
pengerjaan tanggul adalah proses pengupasan (trimming) kemiringan
tanggul agar sesuai dengan kemiringan yang direncanakan. Kemiringan
terluar dari timbunan akan terbentuk secara alami dari kemiringan
timbunan pasir. Kemiringan ini biasanya mencapai sekitar 1:10. Oleh
sebab itu untuk mencapai kemiringan tanggul 1:6, pengupasan harus
dilakukan. Alat yang biasa digunakan adalah excavator (long arm) atau
grab dredger untuk lokasi yang dalam. Setelah kemiringan tanggul
terbentuk, pemasangan geotektil ditanggul bagian bawah dapat dilakukan.
Kemudian diikuti dengan pemasangan lapisan batu mulai dari batu yang
paling kecil (filter) sampai batuan yang terbesar (armour).

c) Pekerjaan Causeway
Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar pada puncaknya sebesar
30 m dengan tinggi pada puncak LLWS+4m. Causeway ini berfungsi sebagai
penghubung antara daratan dengan pulau reklamasi. Maksimum overtoping yang
diperbolehkan pada causeway ini adalah 5l/s/m.

Material yang digunakan pada konstruksi causeway sama dengan material


reklamasi yakni pasir dan baru yang volumenya telah dihitung dalam kebutuhan
material reklamasi di atas. Untuk lapisan atas causeway digunakan aspal, karena
akan difungsikan sebagai jalan akses ke pulau reklamasi. Pekerjaan causeway ini
akan berlangsung selama 17 bulan.

Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar 30 meter (2 jalur) dan
panjang 300 meter yang digunakan sebagai penghubung antara daratan dengan
pulau reklamasi (Gambar I.13 dan I.14). Hal ini berfungsi untuk mengantisipasi
dampak terhadap gangguan outlet PLTU Muara Karang yang berada di Kawasan
Pantai Mutiara, serta sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 146 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Membangun dan Pelayanan
Perizinan Prasaranan Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 31


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.12. Urutan Pekerjaan Reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 32


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.13. STA Position Coordinate of Road Plan and Exixsting with Causeway H Island

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 33


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Gambar I.14. Typical Dike Exixsting with Upgrade Road and West Side Causeway of Pantai Mutiara

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 34


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

c. Tahap Pasca Konstruksi

Pada Tahap Pasca Konstruksi kegiatan yang ada meliputi:

1) Keberadaan Causeway
Setelah proses pembuatan causeway yang memerlukan pemeliharaan. Hal-hal
yang belum dapat dibahas dalam dokumen seperti koordinasi dengan kegiatan
sekitar (Pertamina dan Pelabuhan Muara Baru), perlu dilakukan
pembahasan/koordinasi sebelum pelaksanaan reklamasi dilakukan. Sedangkan
kajian mengenai sebaran air buangan PLTU Muara Karang setelah causeway
terbentuk akan diuraikan pada prakiraan dampak.

2) Keberadaan Lahan Reklamasi


Setelah proses pengurugan dan pekerjaan tanggul selesai, akan dihasilkan lahan
hasil reklamasi Pulau H seluas 63 Ha dan tanggul. Kegiatan pembangunan di
atas lahan hasil reklamasi Pulau H ini harus mengurus ijin lingkungan tersendiri
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang ada.

3) Demobilisasi Peralatan
Sambil menunggu masa settlement lahan dilakukan pengembalian alat-alat berat
yang telah digunakan dalam pekerjaan reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 35


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Tabel 1.9. Jadwal Pelaksanaan Reklamasi Pulau H


Waktu Pelaksanaan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
NO
Rencana Kegiatan
Tahap Pra Konstruksi
1 Penetapan Lokasi Proyek
Tahap Konstruksi
1 Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja
2 Mobilisasi Alat dan Bahan
3 Reklamasi
4 Pembuatan Causeway
Tahap Pasca Konstruksi
1 Keberadaan Causeway
2 Keberadaan Lahan Reklamasi
3 Demobilisasi Peralatan
Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 36


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.5. KAJIAN ALTERNATIF

Di dalam studi Andal ini tidak dilakukan kajian alternatif karena aspek pertimbangan lingkungan
hidup telah dikaji dalam studi kelayakan proyek.

1.6. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT

PT. Taman Harapan Indah sebagai pemrakarsa dan Kantor Kelurahan Pluit telah melaksanakan
kegiatan konsultasi publik dan partisipasi masyarakat sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat
Dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan. Konsultasi masyarakat ini telah dilakukan pada
tanggal 11 Juni 2013, bertempat di Restoran Moonstar Jl. Pluit Utara Raya No. 56, Pluit dan
dihadiri oleh Camat Penjaringan, Lurah Pluit, LMK, Pengurus RT/RW, BPLHD Provinsi DKI
Jakarta, KLH Kota Administrasi Jakarta Utara serta Tokoh Masyarakat dan nelayan dari Kelurahan
Pluit. Keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL merupakan hal
yang penting bagi kelanjutan dari rencana kegiatan Reklamasi Pulau H ini. Dialog
berkesinambungan bersama masyarakat sekitar yang diprakirakan akan terkena dampak langsung
dan tidak langsung telah dilaksanakan dan hubungan dengan masyarakat sekitar akan tetap
dipelihara. Rangkuman hasil konsultasi publik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Josef Mangondow Kabuloh (Rw.06/Rt.21, Jl.Taman Pluit Kencana Utara No.53, Pluit)
a. Dampak negatf banjir ROB harus diutamakan, antisipasi banjir pemukiman warga di
daratan.
b. Sheetpile pantai mix dengan program Pemda DKI yaitu membangun terlebih dahulu
dengan tanggul raksasa yang pembiayaannya sudah jelas (APBN dan APBD,
Swasta/Consorsium)
c. Pengalaman: pembangunan Pluit City berdampak negatif bagi PLTU, supplier listrik Jawa-
Bali. Sekarang akibat pembangunan Pluit City produktivitas PLTU tinggal 70%. Kalau
reklamasi 15 pulau dilaksanakan, produktivitasnya mungkin tinggal 20%. Apakah dampak
negatif seperti itu sudah masuk dalam kajian Amdal yang dimaksud, belum lagi dampak
negatif bagi kehidupan komunitas kelautan: rumpon, biota laut, terumbu karang, dll.

2. Rudy Trisno (Rw.015, Muara Karang 3B/11)


a. Permasalahan banjir jika terjadi, apa jaminannya yang lebih konkrit.
b. Permasalahan lalu lintas jika bagian reklamasi yang lain belum selesai bagaimana
penanggulangannya.

3. H. Fahyumi N (Ketua Rw.01/04, Muara Angke)


a. Harapan saya selaku Ketua Rw.01 Muara Angke: pada prinsipnya saya setuju, namun
saya mohon kepada PT.Taman Harapan Indah agar bisa memperhatikan dampak
lingkungannya agar terbentuknya Pulau H tidak menimbulkan dampak negatif.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 37


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

b. Saran saya, agar di pinggiran Teluk Jakarta ini ada nelayan yang mengembangkan
budidaya kerang hijau dan bagaimana nanti kalau reklamasi pantai tersebut dilakukan,
dimana tempat budidaya kerang hijau dan rajungan untuk bisa berkarya/bekerja.

4. Nugroho Syam Subagiyo (UPT. Pelabuhan Perikanan Muara Angke)


a. Reklamasi pulau harus mengacu pada UU No.28 Tahun 2007 tentang pengelolaan pantai,
pesisir pulau pulau kecil khususnya Rencana Tata Ruang Pantai, Pesisir yang
diimplementasikan melalui Perda.
b. Reklamasi Pulau H tidak mengganggu akses keluar masuk kapal, nelayan/perikanan yang
basecampnya di Pelabuhan Perikanan Muara Angke.
c. Memberikan kompensasi kepada para nelayan yang terkena dampak lingkungan dari
kegiatan reklamasi (berupa sarana operasional penangkapan ikan).

5. Suherman (Kelompok Usaha Bersama Nelayan Muara Angke)


a. Penyampaian materi sosialisasi oleh konsutan Amdal (bapak Susanto) sangat jelas tidak
seperti sosialisasi amdal sebelumnya kurang jelas dan tidak menguasai materi.
b. Apa yang akan saya tanyakan semuanya sudah dijelaskan oleh konsultan amdal dengan
baik sehingga tidak ada yang akan saya sampaikan lagi.
c. Saya hanya mengharapkan agar pengembang dapat menciptakan lapangan pekerjaan
khususnya buat nelayan tradisional.
d. Agar lebih memperhatikan nasib nelayan-nelayan kecil dari segi pendidikan anak-anak
nelayan.

6. Yudianto (Rw.011 Muara Angke Blok F/8, Rt.006/011, Kel. Pluit)


a. Harus ada jaminan terhadap nelayan tradisional Muara Angke untuk dapat keluar masuk
lokasi kegiatan.
b. Pada saat pembangunan pulau, tidak mengganggu aktivitas nelayan tradisional.
c. Harus ada solusi yang saling menguntungkan akibat dari pembangunan Pulau H.

7. Iis Aris (LMK 020, Rt.04/Rw.020, Perumahan Cinta Kasih Tzu-chi 2, Blok B1-3C, Muara
Angke)
a. Pada dasarnya saya setuju saja, asalkan warga kami yang berasal dari ekonomi
menengah ke bawah dapat menjadi bagian SDM di dalam pekerjaan Pulau H. Termasuk
para nelayan tradisional yang nanti pada akhirnya dapat berpotensi di dalam Pulau H
tersebut, mengingat jarak mata pencaharian nelayan dari daratan wilayah Muara Angke
menjadi sangat jauh. Mohon diberi solusi untuk itu.

8. Andi Jefluddin (Muara Angke Rt.005/27 Rw.02, Pluit Jakarta Utara)


a. Melibatkan warga setempat dalam proses pembangunannya.
b. Ramah lingkungan dan ramah nelayan.
c. Agar nelayan pesisir diizinkan untuk mencari ikan di sekitar pulau yang akan dibangun dan
dapat menjadi sarana untuk pariwisata.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 38


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

d. Memberikan bantuan untuk kepentingan masyarakat guna untuk pendidikan warga yang
berlokasi di Muara Angke.
e. Membuat jalan/akses jalan sendiri baik dalam masa pembangunan ataupun setelah
selesai pembangunan.

9. Ponisih (Warga Kel. Pluit)


a. Jangan menghambat lalu lintas nelayan.
b. Agar memperhatikan banjir ROB.
c. Nelayan harus diperhatikan.
d. Dampak lingkungan harus diperhatikan.

10. Yati (Warga Rw.04/Rt.03, Muara Angke)


a. Reklamasi Pulau H sosialisasinya sangat diterima, beda dengan sosialisasi reklamasi yang
sudah-sudah. Narasumber/ konsultan Amdalnya sangat menguasai bidangnya.

11. Riadi (Warga Rw.10, Muara Karang)


a. Penjelasan oleh konsultan/narasumber (bapak Susanto) sangat sistematis,
penyampaiannya sangat jelas dan menguasai permasalahan reklamasi sehingga dapat
kami terima. Berbeda dengan sosialisasi sebelumnya tidak jelas dan tidak menguasai
permasalahan sehingga kami menolak.
b. Antara pulau-pulau dengan daratan akan terjadi pendangkalan/endapan, agar hal ini
diperhatikan dan menjadi tanggung jawab siapa?
c. Akses nelayan tradisional jangan sampai terganggu akibat pendangkalan tersebut.
d. Agar ada jaminan bagi nelayan untuk bisa masuk/mendekat ke lingkungan sekitar proyek.
e. Agar diberi kebebasan bagi nelayan mendarat/berlabuh/sandar kapal.

12. Fauzi (Warga Rw.011)


a. Regulasi undang-undang pengelolaan pesisir (UU No.27 dan UU No.17 tentang pelayaran)
agar diacu dalam kajian Amdal.
b. Akses nelayan agar tetap dipertimbangkan.

13. Subando (Warga Rw.06)


a. Implementasi Amdal agar diperhatikan.
b. Agar lebih berpihak kepada masyarakat dan lingkungan.
c. Pemukiman penduduk eksisting cenderung terkena banjir ROB.
d. Produktivitas PLTU Muara Karang agar diperhatikan

14. Nugroho (Warga Rt.06)


a. Bagaimana situasi lingkungan setelah reklamasi?
b. Banjir ROB dilingkungan pemukiman nelayan sering terjadi agar diperhatikan.
c. Jarak pantai Mutiara dengan Pulau H 300 meter, agar diperhatikan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 39


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

15. H. Yan M. Sasmita


a. Banjir ROB saat ini cukup tinggi di lingkungan masyarakat/pemukiman nelayan.
b. Harapan nelayan agar proyek ini jangan merusak tatanan kehidupan nelayan.
c. Agar memperhatikan kekeruhan air laut agar tidak mematikan biota laut.
d. Agar memperhatikan kehidupan nelayan, jangan menghambat lalu lintas nelayan.
e. Lingkungan pantai agar diperhatikan dari pencemaran.

16. PLN/GM PLTU Muara Karang (bpk Rudy)


a. Selama ini telah dilakukan koordinasi intensif dengan kami terkait dengan rencana
Reklamasi Pulau H.
b. Kami berharap koordinasi yang sudah baik selama ini dapat dipertahakan/ditingkatkan
sehingga dampak reklamasi terhadap lingkungan sekitarnya (PLTU Muara Karang) dapat
dihindari.

17. Camat Penjaringan (Bpk. Rusdiyanto)


a. Pengembang agar lebih arif dalam memperhatikan kepentingan masyarakat dan
lingkungan.
b. Penataan dan perbaikan infrastruktur perlu diperhatikan.
c. Agar pengembang melakukan CSR bagi masyarakat sekitar.

Tanggapan Konsultan PT Geo Mitrasamaya (Bpk Khoe Susanto)


1. Konsep Reklamasi Pantura Jakarta terintegrasi dengan konsep Revitalisasi, dua hal yang
tidak dapat dipisahkan.
2. Pemrakarsa reklamasi (PT Taman Harapan Indah) mempunyai hak untuk melaksanakan
reklamasi Pulau H, namun juga mempunyai kewajiban revitalisasi yang akan ditandatangani
melalui Perjanjian Kerjasama (PKS) antar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT Taman
Harapan Indah. Di dalam PKS terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
pengembang (PT Taman Harapan Indah) yang nantinya diimplementasikan ke dalam
Program-program CSR bagi Nelayan dan masyarakat pantai sekitar Pulau H (Kelurahan
Pluit).
3. Masyarakat harap bersabar, karena reklamasi saat ini belum dilaksanakan, nantinya setelah
lahan reklamasi terbentuk akan dilakukan pembangunan di atasnya sekaligus dengan
program Revitalisasi dan program CSR bagi masyarakat pesisir dan nelayan.
4. Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memanggil semua pengembang untuk
meminta keseriusan membangun di Jakarta, tidak hanya memiliki izin semata. Tujuannya
agar pengembang segera membangun dan berpartisipasi dalam program Revitalisasi dan
CSR bagi masyarakat sekitar proyek.
5. Untuk penanggulangan ROB ada 2 (dua) skenario, yaitu jangka pendek melalui
pembentukan/penguatan tanggul di pantai oleh Pemda Provinsi DKI Jakarta dan masing-
masing pengembang dan jangka panjang Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat
membangun Tanggul Raksasa (Giant Sea Wall). Sedangkan untuk program pengendalian
banjir di daratan melalui koordinasi wilayah Jabodetabekpuncur, Pengerukan dan Normalisasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 40


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Sungai dan Waduk, pengendalian sampah, penyuluhan masyarakat di bantaran sungai dan
waduk dan lain-lain.
6. Bentuk Pulau Reklamasi Pulau H berjarak 300 m dari daratan dan antar pulau merupakan
hasil kajian Replanning Pulau Reklamasi yang kemudian ditetapkan Melalui Peraturan
Gubernur No. 121 Tahun 2012 mengenai Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantura
Jakarta yang penetapannya melalui kajian, diskusi, koordinasi dan kesepakatan bersama
antar stakeholder yang berkepentingan dibantu berbagai pakar dari Perguruan Tinggi ternama
di Indonesia.
7. Sebelumnya telah dilakukan KLHS Pantura Jakarta bersama dengan wilayah Tangerang dan
Bekasi pada tahun 2010, sebagai bahan masukan bagi penyusunan Peraturan Gubernur No,
121 Tahun 2012 mengenai Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta. KLHS dan
Peraturan Gubernur No, 121 Tahun 2012 mengenai Penataan Ruang Kawasan Reklamasi
Pantura Jakarta juga telah diakomodir dalam Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW
Provinsi Jakarta 2013.
8. Bentuk Pulau Reklamasi Pulau H ini yang berjarak dengan daratan dan jarak antar pulau 300
m, dengan demikian telah mengakomodir berbagai isu lingkungan seperti : Banjir, Alur
pelayaran, Aktivitas Nelayan, keberadaan PLTU Muara Karang dan lain-lain.
9. Di sekitar pulau H tidak terdapat Rumpon dan terumbu karang.
10. Pengangkutan material dan peralatan reklamasi mayoritas melalui transportasi laut, untuk
menghindari gangguan transportasi darat yang saat ini kondisinya sudah jenuh.
11. Nantinya akan dibuat jembatan sementara dari daratan ke Pulau H untuk jalan kerja
reklamasi, sedangkan antar Pulau Reklamasi nantinya akan dibangun jalan penghubung dari
Timur ke Barat.

Tanggapan Pengembang (PT Taman Harapan Indah)


1. Terimakasih atas berbagai saran masukan ibu dan bapak sekalian. Saran masukan ibu dan
bapak akan kami perhatikan, terutama berbagai potensi dampak yang akan muncul pada
saat reklamasi Pulau H.
2. Saat ini sesuai Persetujuan Prinsip Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengenai Reklamasi
Pulau H yang sudah kami peroleh, kami sedang melakukan berbagai kajian seperi : Kajian
Hidrodinamika, kajian penanggulangan banjir, amdal, master plan dan Panduan Rancang
Kota (UDGL) pemanasan global dan lain-lain.
3. Terkait dengan kewajiban kami sebagai pengembang, akan dibuat Perjanjian Kerjasama
(PKS) antara PT Taman Harapan Indah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
4. Program bantuan sosial kemasyarakatan (CSR) untuk masyarakat nelayan dan pesisir
(Warga Kelurahan Pluit dan sekitarnya) akan kami perhatikan dan nantinya akan kami
koordinasikan dengan pihak-pihak terkait.
5. Sebelum pelaksanaan reklamasi Pulau H kami akan berkoordinasi dengan instansi terkait dan
kegiatan sekitar (PLTU Muara Karang).
6. Kami akan melaksanakan reklamasi sesuai arahan Persetujuan Prinsip dan rekomendasi dari
berbagai Instansi terkait.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 41


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.7. DAMPAK PENTING HIPOTETIK

1.7.1. Identifikasi Dampak Potensial

Metode yang digunakan dalam identifikasi dampak potensial ini adalah matriks interaksi
sederhana (Tabel 1.11) yang berguna dalam melihat hubungan sebab akibat antara
komponen kegiatan dan komponen lingkungan. Sementara untuk melihat strata dampak
baik dampak primer, sekunder, tersier dan seterusnya digunakan bagan alir (Gambar I.15).
Sebagai masukan untuk menentukan dampak potensial telah dilakukan diskusi dengan
pemrakarsa guna mendapatkan uraian deskripsi kegiatan, selain itu juga melakukan studi
pustaka dan observasi lapangan guna mendapatkan gambaran komponen lingkungan di
lokasi kegiatan. Hal yang tidak terlewatkan adalah memasukkan informasi yang diperoleh
dari masyarakat melalui konsultasi publik. Pada Tabel 1.10 disajikan dampak potensial yang
mungkin ditimbulkan oleh rencana kegiatan Reklamasi Pulau H.

Tabel 1.10. Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan


Tahapan
Komponen Kegiatan Dampak Potensial Yang Ditimbulkan
Kegiatan
Pra Konstruksi Penetapan Lokasi Proyek Perubahan persepsi masyarakat
Konstruksi Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja Penurunan Kualitas Air Laut
Peningkatan Volume Sampah Padat
Gangguan Fauna
Gangguan Biota Laut
Terbukanya Kesempatan Kerja
Terbukanya Kesempatan Berusaha
Gangguan Estetika Lingkungan
Gangguan Sanitasi Lingkungan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Mobilisasi Alat dan Bahan Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Darat
Gangguan Transportasi Laut
Reklamasi Penurunan Kualitas Air Laut
Gangguan Utilitas
Gangguan Biota Laut
Gangguan Aktivitas Nelayan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Laut
Pekerjaan Causeway Gangguan Aktivitas Nelayan
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Laut
Pasca Konstruksi Keberadaan Causeway Penurunan Kualitas Air Laut
Gangguan Biota Laut
Gangguan Aktivitas Nelayan
Keberadaan Lahan Reklamasi Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
Perubahan Pola Arus
Perubahan Pola Gelombang
Abrasi dan Sedimentasi
Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)
Gangguan Aktivitas Nelayan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 42


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Tahapan
Komponen Kegiatan Dampak Potensial Yang Ditimbulkan
Kegiatan
Perubahan Persepsi Masyarakat
Demobilisasi Peralatan Gangguan Aktivitas Nelayan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Darat
Gangguan Transportasi Laut

Tabel 1.11. Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan

Konstruksi

Konstruksi

Konstruksi
Tahap

Tahap

Tahap
Pasca
Pra
Komponen Kegiatan

Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Keberadaan Lahan Reklamasi


Mobilisasi Alat dan Bahan
Penetapan Lokasi Proyek

Demobilisasi Peralatan
Keberadaan Causeway
Pekerjaan Causeway
No.

Reklamasi
Komponen Lingkungan

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara X
2. Peningkatan Kebisingan X
3. Penurunan Kualitas Air Laut X X X
4. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir) X
5. Perubahan Pola Arus X
6. Perubahan Pola Gelombang X
7. Abrasi dan Sedimentasi X
8. Peningkatan Volume Sampah Padat X
9. Gangguan Utilitas X
10. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) X
BIOLOGI
1. Gangguan Fauna X
2. Gangguan Biota Laut X X X
SOSEKBUD KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja X
2. Terbukanya Kesempatan Berusaha X
3. Gangguan Estetika Lingkungan X
4. Gangguan Sanitasi Lingkungan X
5. Gangguan Aktivitas Nelayan X X X X X
6. Gangguan Kamtibmas X X X X
7. Perubahan Persepsi Masyarakat X X X X X X X
TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat X X
2. Gangguan Transportasi Laut X X X X

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 43


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Rencana Kegiatan
Reklamasi Pulau H

Tahap Tahap
Tahap Konstruksi
Pra Konstruksi Pasca Konstruksi

Rekrutmen dan
Penetapan Lokasi Mobilisasi Alat Pekerjaan Keberadaan Keberadaan Demobilisasi
Aktivitas Tenaga Reklamasi
Proyek dan Bahan Causeway Causeway Lahan Reklamasi Peralatan
Kerja

Terbukanya
Kesempatan
Kerja

Gangguan Peningkatan Peningkatan


Gangguan Penurunan Perubahan Pola Perubahan Pola Gangguan Penurunan Muka
Transportasi Gangguan Utilitas Kuantitas Air Gangguan Fauna Volume Sampah
Terbukanya Transportasi Laut Kualitas Air Laut Gelombang Arus Aktivitas Nelayan Permukaan (Banjir) Tanah
Darat Padat
Kesempatan
Berusaha

Gangguan Gangguan
Penurunan Peningkatan Gangguan Biota Abrasi dan Estetika Sanitasi
Kualitas Udara Kebisingan Laut Sedimentasi Lingkungan Lingkungan

Perubahan Persepsi Masyarakat

Gangguan Kamtibmas

Gambar I.15. Bagan Alir Dampak Potensial

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 44


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.7.2. Evaluasi Dampak Potensial

Dampak-dampak potensial di atas kemudian dievaluasi untuk menentukan apakah perlu


dikaji lebih lanjut dalam Prakiraan Dampak. Evaluasi dilakukan dengan modifikasi metode
Block (Block, 1999) berupa evaluasi masing-masing dampak berdasarkan 3 (tiga) kriteria:
tingkat keseriusan dampak, peluang dampak terdeteksi dan frekuensi dampak. Definisi
operasional 3 (tiga) kriteria tersebut disajikan pada Tabel 1.12.

Tabel 1.12. Definisi Operasional Skor Dampak Penting Hipotetik


Peluang Dampak
Skor Keseriusan Dampak Frekuensi Dampak
Terdeteksi
1 Tidak serius 10 % (sangat kecil) Jarang, 1x per 6 bulan
2 Kurang serius 11 30 % (kecil) Kadang-kadang, 1x per 3 bulan
3 Sedang, dapat dipulihkan 31 69 % (sedang) Berulang, 1x per bulan
4 Serius, sulit dipulihkan 70 89 % (besar) Sering, 1x per minggu
5 Sangat Serius/Katastrofik 90 % (sangat besar) Kontinyu, > 1x per minggu

Penilaian sifat penting menggunakan hasil perkalian skor ketiga kriteria tersebut, dengan
median kemungkinan nilai perkalian sebagai batasan suatu dampak potensial dikatakan
dampak penting hipotetik atau tidak. Tiga kriteria yang dipakai masing-masing mempunyai 5
(lima) kemungkinan nilai, dengan demikian ada 30 nilai perkalian yang mungkin dengan
median 24,5. Dengan demikian suatu dampak potensial dikatakan termasuk dampak penting
hipotetik bila nilai hasil perkalian ketiga kriteria tersebut 25.

Untuk dampak potensial yang tidak termasuk dampak penting hipotetik (DPH) dengan total
skor perkalian tiga kriteria Metode Block yakni skor 20 24, walaupun tidak dilakukan
prakiraan dampak penting namun pengelolaannya tetap dicantumkan dalam RKL dan RPL.

Matriks evaluasi dampak potensial tahap prakonstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi
masing-masing disajikan pada Tabel 1.13.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 45


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Tabel 1.13. Evaluasi Dampak Potensial


Komponen Kegiatan Hasil
Evaluasi Dampak Potensial Dampak Penting
No. Yang Menimbulkan Jenis Dampak Potensial Skor Perkalian 3
(dengan metode block) Hipotetik
Dampak Kriteria
Tahap Pra Konstruksi
1 Penetapan Lokasi Proyek Perubahan persepsi masyarakat a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena penetapan lokasi proyek sesuai dengan
persetujuan prinsip dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi 3
DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012.
b. Peluang terdeteksinya dampak adalah besar, karena hingga saat ini kekuatiran masyarakat terhadap 36 Termasuk DPH
4
dampak reklamasi masih cukup tinggi dan terungkap juga saat konsultasi publik.
c. Frekuensi dampak berulang selama penetapan lokasi proyek, karena persepsi masyarakat terhadap
3
dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan reklamasi.
Tahap Konstruksi
1 Rekrutmen dan Aktivitas Penurunan Kualitas Air Laut a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena air limbah yang dihasilkan dari aktivitas
3
Tenaga Kerja buruh konstruksi proyek merupakan air limbah domestik.
b. Peluang terdeteksinya dampak adalah kecil, karena volume buangan air limbah yang dihasilkan dari 300
2 30 Termasuk DPH
orang pekerja kontruksi diperkirakan sebesar 15 m3/hari tidak dibuang langsung ke perairan laut.
c. Frekuensi dampak kontinyu dari aktivitas pekerja konstruksi akan berlangsung setiap hari selama
5
berlangsungnya pekerjaan konstruksi.
Peningkatan Volume Sampah a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena aktivitas pekerja konstruksi tidak
Padat sekaligus sebanyak 300 orang, namun rekrutmen tenaga kerja dilakukan secara bertahap dan 3
disesuaikan dengan pekerjaan pada tahap konstruksi.
b. Peluang terdeteksinya dampak adalah kecil, karena volume sampah padat yang akan dihasilkan pada 30 Termasuk DPH
2
tahap kontruksi diperkirakan sebesar 0,9 m3/hari.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinue setiap hari selama aktivitas tenaga kerja tahap konstruksi
5
berlangsung.
Gangguan Fauna a. Keseriusan dampak adalah kurang serius karena berdasarkan rona awal jenis fauna darat yang dominan
dijumpai di wilayah studi adalah jenis-jenis burung merandai. Jenis burung yang dijumpai antara lain :
burung pecuk, kuntul, belibis, burung layang layang (Hirundo sp), burung Gereja (Passer montana) dan
2
burung Merpati (Columba livia). Jenis serangga yang sering dijumpai terutama dari jenis Lepidoptera Tidak termasuk
(kupu-kupu) dan Odonata (capung). Jenis hewan mamalia yang dijumpai hanyalah jenis hewan DPH, tidak
10
peliharaan antara lain anjing (Canis canis) dan kucing (Felix sp). dikelola dan
b. Peluang terdeteksinya dampak gangguan fauna sangat kecil, karena di sekitar wilayah studi bukan dipantau
1
daerah habitat satwa liar karena merupakan areal perumahan.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah kontinyu selama adanya aktivitas tenaga kerja pada tahap
5
konstruksi.
Gangguan Biota Laut a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan karena limbah domestik pekerja baik air limbah
3
maupun sampah tidak dibuang langsung ke perairan laut. Tidak termasuk
b. Peluang dampak sangat kecil, karena aktivitas tenaga kerja kontruksi tidak sekaligus dilakukan sebanyak DPH, tidak
1 12
300 orang, melainkan secara bertahap sesuai tahapan pelaksanaan konstruksi. dikelola dan
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah sering, karena aktivitas tenaga kerja akan berlangsung terus- dipantau
4
menerus selama tahap konstruksi.
Terbukanya Kesempatan Kerja a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan karena adanya harapan dari masyarakat
3 27 Termasuk DPH
tehadap ketersediaan lapangan perkerjaan pada kegiatan Reklamasi Pulau H, namun penerimaan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 46


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Kegiatan Hasil


Evaluasi Dampak Potensial Dampak Penting
No. Yang Menimbulkan Jenis Dampak Potensial Skor Perkalian 3
(dengan metode block) Hipotetik
Dampak Kriteria
tenaga kerja disesuaikan dengan kulaifikasi yang dibutuhkan.
b. Dengan penerimaan tenaga kerja yang dominan didatangkan oleh kontrakor, maka peluang yang terjadi
3
adalah sedang.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah berulang, karena rekrutmen tenaga kerja dilakukan setiap bulan
3
selama tahap konstruksi.
Terbukanya Kesempatan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan karena harapan masyarakat adanya aktivitas
Berusaha tenaga kerja yang akan memenuhi kebutuhannya seperti makan dan minum dengan memanfaatkan 3
Tidak termasuk
warung-warung makan di sekitar lokasi proyek.
DPH, tidak
b. Peluang dampak kecil, karena penerimaan tenaga kerja konstruksi tidak sekaligus dilakukan sebanyak 18
2 dikelola dan
300 orang, melainkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan kegiatan konstruksi.
dipantau
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah berulang, karena rekrutmen tenaga kerja dilakukan setiap bulan
3
selama reklamasi.
Gangguan Estetika Lingkungan a. Keseriusan dampak adalah kurang serius karena sumber dampaknya sampah domestik yang telah
2 Tidak termasuk
direncanakan pengelolaannya.
DPH, tidak
b. Peluang dampak kecil, karena dampak primernya peningkatan volume sampah padat yang akan 16
2 dikelola dan
dihasilkan pada tahap kontruksi diperkirakan relatif kecil sebesar 0,9 m3/hari.
dipantau
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah sering. 4
Gangguan Sanitasi Lingkungan a. Keseriusan dampak adalah kurang serius karena sumber dampaknya sampah domestik yang telah
2 Tidak termasuk
direncanakan pengelolaannya.
DPH, tidak
b. Peluang dampak kecil, karena dampak primernya peningkatan volume sampah padat yang akan 16
2 dikelola dan
dihasilkan pada tahap kontruksi diperkirakan relatif kecil sebesar 0,9 m3/hari.
dipantau
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah sering. 4
Gangguan Kamtibmas a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat aktivitas tenaga kerja sedang dan dapat dipulihkan
karena meskipun jumlah tenaga kerja pada saat pekerjaan puncak cukup banyak 300 orang, namun
3
akan diterapkan tata tertib bagi buruh konstruksi baik di lokasi proyek maupun di tempat penampungan
buruh konstruksi.
b. Dampak gangguan kamtibmas akibat aktivitas tenaga kerja sedang dan dapat dipulihkan karena
27 Termasuk DPH
meskipun jumlah tenaga kerja pada saat pekerjaan puncak cukup banyak 300 orang, namun akan
diterapkan tata tertib bagi buruh konstruksi baik di lokasi proyek maupun di tempat penampungan buruh 3
konstruksi.yang akan berlanjut ke gangguan kamtibmas, maka peluang terjadinya dampak adalah
sedang.
c. Frekuensi dampak terjadi dapat berulang selama tahap konstruksi berlangsung. 3
Perubahan Persepsi Masyarakat a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat aktivitas tenaga kerja sedang dan dapat dipulihkan
karena meskipun jumlah tenaga kerja pada saat pekerjaan puncak cukup banyak 300 orang, namun
3
akan diterapkan tata tertib bagi buruh konstruksi baik di lokasi proyek maupun di tempat penampungan
buruh konstruksi.
b. Dampak gangguan kamtibmas akibat aktivitas tenaga kerja sedang dan dapat dipulihkan karena
27 Termasuk DPH
meskipun jumlah tenaga kerja pada saat pekerjaan puncak cukup banyak 300 orang, namun akan
3
diterapkan tata tertib bagi buruh konstruksi baik di lokasi proyek maupun di tempat penampungan buruh
konstruksi.yang akan berlanjut ke gangguan kamtibmas, maka peluang terjadinya dampak sedang.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah berulang, karena rekrutmen tenaga kerja dilakukan setiap bulan
3
selama tahap konstruksi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 47


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Kegiatan Hasil


Evaluasi Dampak Potensial Dampak Penting
No. Yang Menimbulkan Jenis Dampak Potensial Skor Perkalian 3
(dengan metode block) Hipotetik
Dampak Kriteria
2 Mobilisasi Alat dan Bahan Penurunan Kualitas Udara a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena mobilisasi alat dan bahan material
menggunakan kendaraan dan peralatan dengan kondisi kendaraan baik sehingga tingkat emisi
3
kendaraan relatif kecil. Hasil rona lingkungan berdasarkan data sekunder di kawasan Pantai Mutiara
kadar CO sebesar 694 g/m3 dan 523 g/m3 masih dibawah baku mutu (26.000 g/m3).
b. Peluang dampak terhadap kualitas udara tergolong sedang, karena intensitas pengangkutan peralatan 45 Termasuk DPH
dan material selama reklamasi berlangsung cukup tinggi dan berakumulasi dengan aktivitas lalu lintas 3
kegiatan lainnya.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin hampir setiap hari.
Peningkatan Kebisingan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena mobilisasi alat dan bahan material
menggunakan kendaraan dan peralatan dengan kondisi kendaraan baik sehingga tingkat bising relatif
3
kecil. Hasil rona lingkungan berdasarkan data sekunder di kawasan Pantai Mutiara tingkat kebisingan 55
68 dB(A).
b. Peluang dampak terhadap peningkatan kebisingan tergolong sedang, karena intensitas pengangkutan 45 Termasuk DPH
peralatan dan material selama reklamasi berlangsung cukup tinggi dan berakumulasi dengan aktivitas 3
lalu lintas kegiatan lainnya.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin hampir setiap hari.
Gangguan Kamtibmas a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat mobilisasi alat dan bahan bersifat sedang dan dapat
3
dipulihkan, karena merupakan dampak turunan dari perubahan persepsi masyarakat.
b. Peluang dampak terhadap Gangguan Kamtibmas tergolong sedang, karena intensitas pengangkutan
peralatan dan material selama reklamasi berlangsung cukup tinggi dan berakumulasi dengan aktivitas 3 45 Termasuk DPH
lalu lintas kegiatan lainnya.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin hampir setiap hari.
Perubahan Persepsi Masyarakat a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena
mobilisasi alat dan bahan tidak serantak dikerjakan, melainkan secara bertahap sesuai dengan tahapan 3
reklamasi.
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak primernya yakni kualitas udara, kebisingan, 45 Termasuk DPH
3
transportasi darat dan laut, sehingga peluang terjadinya dampak persepsi masyarakat adalah sedang.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin hampir setiap hari.
Gangguan Transportasi Darat a. Keseriusan dampak gangguan transportasi darat adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena mobilisasi
3
alat dan bahan dilakukan secara bertahap sesuai pentahapan pelaksanaan reklamasi.
b. Peluang dampak adalah besar, karena kondisi jalan di sekitar proyek saat ini tergolong padat dan bersifat
4 60 Termasuk DPH
kumulatif dengan kegiatan hunial, jasa perdagangan.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin hampir setiap hari.
Gangguan Transportasi Laut a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena mobilisasi
3
alat dan bahan dilakukan secara bertahap sesuai pentahapan pelaksanaan reklamasi.
45 Termasuk DPH
b. Peluang dampak adalah sedang, karena mobilisasi alat dan bahan bertahap sesuai pentahapan
3
pelaksanaan reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 48


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Kegiatan Hasil


Evaluasi Dampak Potensial Dampak Penting
No. Yang Menimbulkan Jenis Dampak Potensial Skor Perkalian 3
(dengan metode block) Hipotetik
Dampak Kriteria
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin hampir setiap hari.
3 Reklamasi Penurunan Kualitas Air Laut a. Keseriusan dampak adalah kurang serius, karena potensi dampak pengurugan/reklamasi terhadap
2
penurunan kualitas air laut bersifat lokasi dengan intensitas rendah.
30 Termasuk DPH
b. Peluang dampak adalah sedang, karena pengurugan/reklamasi dilakukan di perairan laut dangkal. 3
c. Frekuensi dampak kontinyu > 1 kali per minggu, karena reklamasi dilakukan setiap hari. 5
Gangguan Utilitas a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena berdasarkan lokasi rencana Reklamasi
Pulau H terdapat Pipa PHE ONWJ, maka recana reklamasi Pulau H akan dilakukan pergeseran dengan
jarak minimal dengan pipa tersebut 146,58 m yang akan ditetapkan dalam Peraturan Gubernur tentang 3
Ketentuan Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis
60 Termasuk DPH
Pantura Jakarta.
b. Peluang dampak besar, karena di sekitar lokasi reklamasi Pulau H terdapat jalur Pipa PHE ONWJ, Pipa
4
PLN, Nizam Zachman, Pelabuhan Muara Baru, Kawasan Pantai Mutiara dan PLTGU Muara Karang.
c. Frekuensi dampak kontinyu > 1 kali per minggu, karena reklamasi hampir dilakukan setiap hari. 5
Gangguan Biota Laut a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena biota laut yang terganggu hanya pada
3 Tidak termasuk
kegiatan pengurugan/reklamasi dan perairan sekitar lokasi reklamasi.
DPH, tidak
b. Peluang dampak kecil, karena sebaran dampaknya terbatas (lokal) dan di lokasi sekitar reklamasi bukan 18
2 dikelola dan
habitat potensial biota laut.
dipantau
c. Frekuensi dampak berulang. 3
Gangguan Aktivitas Nelayan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan
3
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap tidak adanya gangguan terhadap aktivitas
36 Termasuk DPH
nelayan.
b. Peluang dampak adalah besar, karena pelaksanaan reklamasi dilakukan di perairan laut. 4
c. Frekuensi dampak berulang. 3
Gangguan kamtibmas a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat mobilisasi alat dan bahan bersifat sedang dan dapat
3
dipulihkan, karena merupakan dampak turunan dari perubahan persepsi masyarakat.
b. Peluang dampak terhadap Gangguan Kamtibmas tergolong sedang, karena intensitas pengangkutan
peralatan dan material selama reklamasi berlangsung cukup tinggi dan berakumulasi dengan aktivitas 3 45 Termasuk DPH
lalu lintas kegiatan lainnya.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin hampir setiap hari.
Perubahan Persepsi Masyarakat a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena
3
merupakan dampak turunan.
b. Peluang terjadinya dampak sedang karena meskipun bukan areal utama aktivitas nelayan, ada
27 Termasuk DPH
kekuatiran timbul gangguan terhadap aktivitas nelayan yang berlanjut terhadap perubahan persepsi 3
masyarakat.
c. Frekuensi dampak berulang. 3
Gangguan Transportasi Laut a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut sedang dan dapat dipulihkan, karena kegiatan
3
pengurugan/reklamasi bertahap dan bukan di jalur pelayaran.
30 Termasuk DPH
b. Peluang dampak adalah kecil, karena akan dilakukan pemasangan rambu keselamatan pelayaran di
2
sekitar lokasi reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 49


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Kegiatan Hasil


Evaluasi Dampak Potensial Dampak Penting
No. Yang Menimbulkan Jenis Dampak Potensial Skor Perkalian 3
(dengan metode block) Hipotetik
Dampak Kriteria
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada kegiatan reklamasi akan
5
dilakukan rutin hampir setiap hari.
3 Pekerjaan Causeway Gangguan Aktivitas Nelayan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan
3
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap tidak adanya gangguan terhadap aktivitas
36 Termasuk DPH
nelayan.
b. Peluang dampak adalah besar, karena pelaksanaan pembuatan Causeway dilakukan di perairan laut. 4
c. Frekuensi dampak berulang. 3
Perubahan Persepsi Masyarakat a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena
3
merupakan dampak turunan.
b. Peluang terjadinya dampak sedang karena meskipun bukan areal utama aktivitas nelayan, ada
27 Termasuk DPH
kekuatiran timbul gangguan terhadap aktivitas nelayan yang berlanjut terhadap perubahan persepsi 3
masyarakat.
c. Frekuensi dampak berulang. 3
Gangguan Transportasi Laut a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut tidak serius, karena pembuatan Causeway bukan di jalur
1
pelayaran. Tidak termasuk
b. Peluang dampak adalah kecil, karena akan dilakukan pemasangan rambu keselamatan pelayaran di DPH, tidak
2 10
sekitar lokasi Causeway. dikelola dan
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali per minggu karena pada pekerjaan Causeway dipantau
5
akan dilakukan rutin hampir setiap hari.
Tahap Pasca Konstruksi
1 Keberadaan Causeway Penurunan Kualitas Air Laut a. Keseriusan dampak adalah kurang serius, karena potensi dampak keberadaan Causeway terhadap
2
penurunan kualitas air laut bersifat lokal dengan intensitas rendah.
a. Peluang dampak adalah sedang, karena keberadaan causeway mempengaruhi sebaran air panas 30 Termasuk DPH
3
buangan dari PLTU Muara Karang.
b. Frekuensi dampak kontinyu > 1 kali per minggu. 5
Gangguan Biota Laut a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena biota laut yang terganggu hanya pada
3 Tidak termasuk
lokasi pembuatan causeway dan perairan sekitar lokasi Causeway.
DPH, tidak
a. Peluang dampak kecil, karena sebaran dampaknya terbatas (lokal) dan di lokasi sekitar Causeway bukan 18
2 dikelola dan
habitat potensial biota laut.
dipantau
b. Frekuensi dampak berulang. 3
Gangguan Aktivitas Nelayan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan Tidak termasuk
3
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap tidak adanya gangguan terhadap aktivitas DPH, tidak
18
nelayan. dikelola dan
b. Peluang dampak adalah sedang, karena causeway berada pada perairan laut dangkal. 3 dipantau
c. Frekuensi dampak kadang-kadang dan berlangsung lama akibat keberadaan causeway. 2
2 Keberadaan Lahan Peningkatan Kuantitas Air a. Keseriusan dampak adalah kurang serius, karena berdasarkan data sekunder rona lingkungan debit
Tidak termasuk
Reklamasi Permukaan (Banjir) banjir saluran Tubagus Angke adalah sebesar 21,80 m3/hari, saluran Bandengan adalah sebesar 31,84
DPH, tidak
m3/detik, saluran Kali Besar adalah sebesar 271,81 m3/detik, anak Kali Ciliwung adalah sebesar 123,99 2 16
dikelola dan
m3/detik, serta anak Kali Karang adalah sebesar 156,51 m3/detik dan berdasarkan hasil pemodelan
dipantau
keberadaan lahan reklamasi Pulau H tidak mempengaruhi kondisi syarat batas elevasi pasang surut di

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 50


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Kegiatan Hasil


Evaluasi Dampak Potensial Dampak Penting
No. Yang Menimbulkan Jenis Dampak Potensial Skor Perkalian 3
(dengan metode block) Hipotetik
Dampak Kriteria
batas muara Kali Karang.
b. Peluang dampak adalah kecil, karena berdasarkan hasil pemodelan keberadaan lahan reklamasi Pulau
2
H tidak mempengaruhi kondisi syarat batas elevasi pasang surut di batas muara Kali Karang.
c. Frekuensi dampak sering dan berlangsung lama akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H. 4
Perubahan Pola Arus a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, perubahan pola arus dipengaruhi oleh
3
perubahan pola gelombang yang akan dipengaruhi musim.
b. Peluang dampak adalah besar, karena keberadaan causeway mepengaruhi arus laut, berdasarkan hasil
pemodelan pada musim barat tinggi gelombang pada lokasi reklamasi mencapai 0.6 m pada kondisi
eksisting, sedangkan pada kondisi reklamasi Pulau H terbangun, tinggi gelombang berkurang drastis
60 Termasuk DPH
terutama di daerah bayangan reklamasi. Di daerah bayangan tersebut mencapai 0.1 m sedangkan pada 4
musim timur tinggi gelombang pada lokasi reklamasi mencapai 0.9 m pada kondisi eksisting, sedangkan
pada kondisi reklamasi Pulau H terbangun, tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah
bayangan reklamasi.Di daerah bayangan tersebut mencapai 0.4 m.
c. Frekuensi dampak kontinyu dan berlangsung lama akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H. 5
Perubahan Pola Gelombang a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, perubahan pola gelombang dipengaruhi musim
3
barat dan musim timur.
b. Peluang dampak adalah besar, karena pada hasil simulasi yang dilakukan menunjukan pada musim
barat tinggi gelombang pada lokasi reklamasi mencapai 0.6 m pada kondisi eksisting, sedangkan pada
kondisi reklamasi Pulau H terbangun, tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah bayangan
60 Termasuk DPH
reklamasi. Di daerah bayangan tersebut mencapai 0.1 m sedangkan pada musim timur tinggi gelombang 4
pada lokasi reklamasi mencapai 0.9 m pada kondisi eksisting, sedangkan pada kondisi reklamasi Pulau
H terbangun, tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah bayangan reklamasi. Di daerah
bayangan tersebut mencapai 0.4 m.
c. Frekuensi dampak kontinyu dan berlangsung lama akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H. 5
Abrasi dan Sedimentasi a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, merupakan dampak turunan dari pola
3
gelombang dan pola arus.
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak primernya yakni pola gelombang dan pola arus, 36 Termasuk DPH
3
sehingga peluang terjadinya dampak abrasi dan sedimentasi adalah sedang.
c. Frekuensi dampak sering dan berlangsung lama akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H. 4
Penurunan Muka Tanah (Land a. Keseriusan dampak adalah serius dan sulit dipulihkan, menurut para ahli penurunan muka tanah di
Subsidence) Jakarta berkisar hingga 15 cm/tahun. Pada beberapa lokasi bahkan dapat mencapai 6 7 cm/Tahun 4
(Abidin et al, 2009)..
80 Termasuk DPH
b. Peluang dampak adalah besar, karena berdasarkan data sekunder yang menggunakan data LIDAR
4
times series menunjukkan laju penurunan adalah 0.1 m pada tahun 2012.
c. Frekuensi dampak kontinyu dan berlangsung lama akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H. 5
Gangguan Aktivitas Nelayan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan Tidak termasuk
3
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap tidak adanya gangguan terhadap aktivitas DPH, tidak
18
nelayan. dikelola dan
b. Peluang dampak adalah sedang, karena lahan reklamasi berada pada perairan laut dangkal. 3 dipantau
c. Frekuensi dampak kadang-kadang dan berlangsung lama akibat keberadaan lahan reklamasi. 2
Perubahan Persepsi Masyarakat a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena 3 27 Termasuk DPH

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 51


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Kegiatan Hasil


Evaluasi Dampak Potensial Dampak Penting
No. Yang Menimbulkan Jenis Dampak Potensial Skor Perkalian 3
(dengan metode block) Hipotetik
Dampak Kriteria
merupakan dampak turunan.
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak primernya yakni kuantitas air permukaan (banjir),
penurunan muka tanah, pola arus dan gelombang, gangguan aktivitas nelayan maka peluang terjadinya 3
dampak persepsi masyarakat adalah sedang.
c. Frekuensi dampak berulang akibat keberadaan lahan reklamasi. 3
3. Demobilisasi Peralatan Gangguan Aktivitas Nelayan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan Tidak termasuk
3
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap tidak adanya gangguan terhadap aktivitas DPH, tidak
18
nelayan. dikelola dan
b. Peluang dampak adalah sedang, karena lahan reklamasi berada pada perairan laut dangkal. 3 dipantau
c. Frekuensi dampak kadang-kadang dan berlangsung 6 bulan selama tahap pasca konstruksi. 2
Gangguan Kamtibmas a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat kegiatan demobilisasi peralatan bersifat sedang dan
3 Tidak termasuk
dapat dipulihkan, karena merupakan dampak turunan dari perubahan persepsi masyarakat.
DPH, tidak
b. Peluang dampak adalah kecil, karena pengelolaan lebih ditekankan pada dampak primernya yakni 18
2 dikelola dan
perubahan persepsi masyarakat.
dipantau
c. Frekuensi dampak terjadi dapat berulang 6 bulan selama tahap pasca konstruksi. 3
Perubahan Persepsi Masyarakat a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat bersifat kecil, karena merupakan dampak turunan,
2 Tidak termasuk
bersifat sementara dan intensitasnya rendah.
DPH, tidak
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak primernya yakni transportasi darat dan laut, 18
3 dikelola dan
sehingga peluang terjadinya dampak persepsi masyarakat adalah sedang.
dipantau
c. Frekuensi dampak berulang selama 6 bulan pada tahap pasca konstruksi. 3
Gangguan Transportasi Darat a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan di Kawasan Pantai Mutiara, menunjukkan bahwa pada persimpangan Jl. Pluit Utara Raya
Tidak termasuk
Jl. Pluit Samudera 2 tergolong cukup padat pada jam sibuk pagi dan sore serta pada hari libur. 3
DPH, tidak
Kepadatan ini bukan hanya disebabkan oleh kegiatan Pantai Mutiara, namun juga oleh kegiatan fasilitas 18
dikelola dan
umum yang dapat dicapai dari jalan-jalan di persimpangan ini antara lain sekolah dan gereja.
dipantau
b. Peluang dampak adalah kecil, karena demobilisasi peralatan lebih banyak melalui laut. 2
c. Frekuensi dampak berulang selama 6 bulan pada tahap pasca konstruksi. 3
Gangguan Transportasi Laut a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut tergolong kurang serius karena intensitasnya rendah dan
2 Tidak termasuk
akan dilakukan pengaturan demobilisasi peralatan secara bertahap
DPH, tidak
b. Peluang dampak adalah kecil, karena demobilisasi peralatan hanya berlangsung singkat dan tidak 12
2 dikelola dan
kontinyu pada masa pasca kontruksi.
dipantau
c. Frekuensi dampak berulang selama 6 bulan pada tahap pasca konstruksi. 3

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 52


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.7.3. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH)

Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial maka diperoleh komponen lingkungan yang
terkena dampak dan akan dikaji dalam dokumen ANDAL yang disebut sebagai dampak
penting hipotetik (DPH). Daftar dampak penting hipotetik (DPH) berdasarkan evaluasi
dampak potensial dapat dilihat pada Tabel 1.14 berikut.

Tabel 1.14. Daftar Dampak Penting Hipotetik


No. Dampak Penting Hipotetik Sumber Dampak

I. Tahap Pra Konstruksi


1. Perubahan Persepsi masyarakat Penetapan lokasi proyek
II. Tahap Konstruksi
1. Penurunan Kualitas Udara Mobilisasi alat dan bahan material
2. Peningkatan Kebisingan Mobilisasi alat dan bahan material
3. Penurunan Kualitas Air Laut Reklamasi, rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
4. Peningkatan Volume Sampah Padat Rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
5. Gangguan Utilitas Reklamasi
6. Terbukanya Kesempatan Kerja Rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
7. Gangguan Aktivitas Nelayan Reklamasi dan pekerjaan causeway
Mobilisasi alat dan bahan material, reklamasi,
8. Gangguan Kamtibmas
rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
Mobilisasi alat dan bahan material, reklamasi,
9. Perubahan Persepsi Masyarakat pekerjaan causeway, rekrutmen dan aktivitas tenaga
kerja
10. Gangguan Transportasi Darat Mobilisasi alat dan bahan material
11. Gangguan Transportasi Laut Mobilisasi alat dan bahan material dan reklamasi
III. Tahap Pasca Konstruksi
1. Penurunan Kualitas Air Laut Keberadaan causeway
2. Perubahan Pola Arus Keberadaan lahan reklamasi
3. Perubahan Pola Gelombang Keberadaan lahan reklamasi
4. Abrasi dan Sedimentasi Keberadaan lahan reklamasi
5. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) Keberadaan lahan reklamasi
6. Perubahan Persepsi Masyarakat Keberadaan lahan reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 53


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Rencana Kegiatan
Reklamasi Pulau H

Tahap Tahap
Tahap Konstruksi
Pra Konstruksi Pasca Konstruksi

Rekrutmen dan
Penetapan Lokasi Mobilisasi Alat Pekerjaan Keberadaan Keberadaan Demobilisasi
Aktivitas Tenaga Reklamasi
Proyek dan Bahan Causeway Causeway Lahan Reklamasi Peralatan
Kerja

Terbukanya
Kesempatan
Kerja

Gangguan Peningkatan
Gangguan Penurunan Perubahan Pola Perubahan Pola Gangguan Penurunan Muka
Transportasi Gangguan Utilitas Volume Sampah
Transportasi Laut Kualitas Air Laut Gelombang Arus Aktivitas Nelayan Tanah
Darat Padat

Abrasi dan
Sedimentasi

Penurunan Peningkatan
Kualitas Udara Kebisingan

Perubahan Persepsi Masyarakat

Gangguan Kamtibmas

Gambar I.16. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 54


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Dampak Potensial
Pra Konstruksi
Perubahan Persepsi Masyarakat
Tahapan Kegiatan:
1. Pra konstruksi Konstruksi
Dampak Penting Hipotetik
2. Konstruksi 1. Penurunan Kualitas udara
3. Pasca konstruksi 2. Peningkatan Kebisingan
3. Penurunan Kualitas Air Laut Pra Konstruksi
4. Peningkatan Volume Sampah Padat Perubahan Persepsi Masyarakat
5. Gangguan Utilitas
6. Penurunan Muka Tanah (land subsidence) Konstruksi
7. Gangguan Fauna 1. Penurunan Kualitas udara
8. Gangguan Biota Laut 2. Peningkatan Kebisingan
9. Terbukanya Kesempatan kerja 3. Penurunan Kualitas Air Laut
10. Terbukanya Kesempatan berusaha 4. Peningkatan Volume Sampah Padat
11. Gangguan Estetika Lingkungan 5. Gangguan Utilitas
12. Gangguan Sanitasi Lingkungan 6. Terbukanya Kesempatan kerja
13. Gangguan Aktivitas Nelayan 7. Gangguan Aktivitas Nelayan
Identifikasi 14. Gangguan Kamtibmas Evaluasi 8. Gangguan Kamtibmas
dampak 15. Perubahan Persepsi Masyarakat dampak 9. Perubahan Persepsi Masyarakat
potensial 16. Gangguan Transportasi Laut potensial
17. Gangguan Transportasi Darat 10. Gangguan Transportasi Laut
11. Gangguan Transportasi Darat
Pasca Konstruksi
1. Penurunan Kualitas Air Laut Pasca Konstruksi
1. Penurunan Kualitas Air Laut
2. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan
2. Penurunan Muka Tanah (land subsidence)
3. Perubahan Pola Arus 3. Perubahan Pola Arus
4. Perubahan Pola Gelombang 4. Perubahan Pola Gelombang
5. Abrasi dan Sedimentasi 5. Abrasi dan Sedimentasi
6. Penurunan Muka Tanah/Land Subsidence 6. Perubahan Persepsi Masyarakat
7. Gangguan Aktivitas Nelayan
8. Gangguan Kamtibmas
9. Perubahan Persepsi Masyarakat
10. Gangguan Transportasi Laut
Komponen Lingkungan: 11. Gangguan Transportasi Darat
1. Fisik kimia
2. Biologi
3. Sosial ekonomi budaya
4. Tata ruang

Gambar I.17. Bagan Alir Pelingkupan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 55


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.8. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN

1.8.1. Batas Wilayah Studi

Wilayah studi adalah ruang dimana komponen/sup-komponen/parameter lingkungan yang


ada di dalamnya dipengaruhi dan dimungkinkan dipengaruhi, baik secara langsung maupun
tidak langsung oleh kegiatan disekitar proyek. Oleh sebab itu, batas wilayah studi ANDAL ini
(Gambar I.18) akan ditentukan berdasarkan:

1. Batas Proyek

Batas-batas proyek Reklamasi Pulau H ini adalah perairan Teluk Jakarta seluas 63 Ha,
yang berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara : Perairan Pantai Utara Jakarta sampai kedalaman -8 meter
b. Sebelah Timur : Perairan Kawasan Ancol
c. Sebelah Selatan : Kawasan Pantai Mutiara
d. Sebelah Barat : Perairan Muara Karang

2. Batas Ekologis

Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara) dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang
secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan. Kawasan
Pantai Mutiara yaitu di sepanjang Jl. Pluit Utara Raya sampai dengan Jl. Pluit Samudera
2 ( 1 km dari lokasi proyek). Untuk Perairan Laut, batas ekologis terluar mencakup jarak
2,0 km ke arah Utara. Adapun rincian masing-masing batas ekologis adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan Utilitas radius 500 m dari lokasi proyek;
b. Perubahan Pola Arus radius 2 km dari lokasi proyek;
c. Perubahan gelombang radius 2 km dari lokasi proyek;
d. Gangguan Transportasi darat radius 1 km dari lokasi proyek;
e. Gangguan Transportasi Laut radius 2 km dari lokasi proyek;
f. Penurunan Kualitas Air Laut radius 1 km dari lokasi proyek;
g. Peningkatan Kebisingan radius 100 m dari lokasi proyek;
h. Penurunan Kualitas Udara radius 100 m dari lokasi proyek;
i. Peningkatan volume sampah padat radius 200 m dari lokasi proyek.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 56


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

3. Batas Sosial

Batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar dengan memperhatikan


hasilidentifikasi komunitas masyarakat yang berada diluar batas proyek dan ekologis
namun berpotensi terkena dampak yang mendasar dari rencana kegiatan. Oleh karena
itu batas sosial adalah batas proyek dengan pemukiman terdekat/sekitar. Dengan
demikian batas kajian sosial meliputi pemukiman-pemukiman penduduk di sekitar proyek
(Kelurahan Pluit), yang meliputi Rw 01, 04, 06, 10, 11, 15, 20 dan 27.

4. Batas Administrasi

Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang ini dapat berupa batas
administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu
dan/atau kegiatan. Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan
mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi (dana, waktu dan tenaga)
maka akan diperoleh batas administrasi yang meliputi:
a. Kelurahan : Pluit
b. Kecamatan : Penjaringan
c. Wilayah : Kota Administrasi Jakarta Utara
d. Provinsi : DKI Jakarta

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 57


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 58


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

1.8.2. Batas Waktu Kajian

Batas waktu kajian masing-masing dampak penting hipotetik disajikan pada Tabel 1.15.
Secara umum batas waktu kajian tahap pra konstruksi, konstruksi sampai pasca konstruksi
adalah mulai tahun 2014 sampai tahun 2024.

Tabel 1.15. Batas Waktu Kajian


Batas Waktu
No. Dampak Penting Hipotetik Keterangan
Kajian (Tahun)
I. Tahap Pra Konstruksi
Selama masa pra konstruksi Reklamasi
1. Perubahan Persepsi masyarakat 2013 2014
Pulau H
II. Tahap Konstruksi
Selama masa konstruksi Reklamasi
1. Penurunan Kualitas Udara 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
2. Peningkatan Kebisingan 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
3. Penurunan Kualitas Air Laut 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
4. Peningkatan Volume Sampah Padat 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
5. Gangguan Utilitas 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
6. Terbukanya Kesempatan Kerja 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
7. Gangguan Aktivitas Nelayan 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
8. Gangguan Kamtibmas 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
9. Perubahan Persepsi Masyarakat 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
10. Gangguan Transportasi Darat 2015 2019
Pulau H
Selama masa konstruksi Reklamasi
11. Gangguan Transportasi Laut 2015 2019
Pulau H
III. Tahap Pasca Konstruksi
5 tahun sejak terbentuknya lahan
1. Penurunan Kualitas Air Laut 2019 2024
reklamasi
5 tahun sejak terbentuknya lahan
2. Perubahan Pola Arus 2019 2024
reklamasi
5 tahun sejak terbentuknya lahan
3. Perubahan Pola Gelombang 2019 2024
reklamasi
5 tahun sejak terbentuknya lahan
4. Abrasi dan Sedimentasi 2019 2024
reklamasi
5 tahun sejak terbentuknya lahan
5. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) 2019 2024
reklamasi
5 tahun sejak terbentuknya lahan
6. Perubahan Persepsi Masyarakat 2019 2024
reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 59


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Tabel 1.16. Ringkasan Proses Pelingkupan


Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan
Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
Tahap Pra Konstruksi
1 Penetapan Lokasi Sosialisasi ke tokoh Persepsi Perubahan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Kelurahan Sebelum
Proyek masyarakat (Kelurahan Pluit) Masyarakat persepsi dipulihkan, karena penetapan lokasi proyek sesuai Pluit dimulai
masyarakat dengan persetujuan prinsip dari Gubernur Provinsi DKI 3 kegiatan
Jakarta dan sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi reklamasi
DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012. Pulau H (2013-
b. Peluang terdeteksinya dampak adalah besar, karena 36 2014)
hingga saat ini kekuatiran masyarakat terhadap Termasuk DPH
4
dampak reklamasi masih cukup tinggi dan terungkap
juga saat konsultasi publik.
c. Frekuensi dampak berulang selama penetapan lokasi
proyek, karena persepsi masyarakat terhadap dampak- 3
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan reklamasi.
Tahap Konstruksi
1 Rekrutmen dan Penyediaan MCK Portable di Kualitas Air Laut Penurunan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Perairan laut Selama
Aktivitas Tenaga lokasi proyek dan di bedeng Kualitas Air Laut dipulihkan, karena air limbah yang dihasilkan dari di sekitar kegiatan
3
Kerja pekerja aktivitas buruh konstruksi proyek merupakan air limbah proyek reklamasi
domestik. dengan Pulau H
b. Peluang terdeteksinya dampak adalah kecil, karena radius 500 berlangsung
30
volume buangan air limbah yang dihasilkan dari 300 m (Tahun 2015-
2 Termasuk DPH
orang pekerja kontruksi diperkirakan sebesar 15 m3/hari 2019)
tidak dibuang langsung ke perairan laut.
c. Frekuensi dampak kontinyu dari aktivitas pekerja
konstruksi akan berlangsung setiap hari selama 5
berlangsungnya pekerjaan konstruksi.
Penyediaan tempat sampah Volume Sampah Peningkatan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Di lokasi Selama
di lokasi proyek dan di Padat Volume Sampah dipulihkan, karena aktivitas pekerja konstruksi tidak proyek dan kegiatan
bedeng pekerja Padat sekaligus sebanyak 300 orang, namun rekrutmen 3 di bedeng reklamasi
tenaga kerja dilakukan secara bertahap dan disesuaikan pekerja Pulau H
dengan pekerjaan pada tahap konstruksi. dengan berlangsung
30
b. Peluang terdeteksinya dampak adalah kecil, karena radius 200 (Tahun 2015-
Termasuk DPH
volume sampah padat yang akan dihasilkan pada tahap 2 m. 2019)
kontruksi diperkirakan sebesar 0,9 m3/hari.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinue setiap
hari selama aktivitas tenaga kerja tahap konstruksi 5
berlangsung.
- Fauna Gangguan Fauna a. Keseriusan dampak adalah kurang serius karena 10 - -
berdasarkan rona awal jenis fauna darat yang dominan 2 Tidak termasuk
dijumpai di wilayah studi adalah jenis-jenis burung DPH, tidak

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 60


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
merandai. Jenis burung yang dijumpai antara lain : dikelola dan
burung pecuk, kuntul, belibis, burung layang layang dipantau
(Hirundo sp), burung Gereja (Passer montana) dan
burung Merpati (Columba livia). Jenis serangga yang
sering dijumpai terutama dari jenis Lepidoptera (kupu-
kupu) dan Odonata (capung). Jenis hewan mamalia
yang dijumpai hanyalah jenis hewan peliharaan antara
lain anjing (Canis canis) dan kucing (Felix sp).
b. Peluang terdeteksinya dampak gangguan fauna sangat
kecil, karena di sekitar wilayah studi bukan daerah 1
habitat satwa liar karena merupakan areal perumahan
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah kontinyu selama
5
adanya aktivitas tenaga kerja pada tahap konstruksi.
- Biota Laut Gangguan Biota a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat - -
Laut dipulihkan karena limbah domestik pekerja baik air
3
limbah maupun sampah tidak dibuang langsung ke
perairan laut. 12
b. Peluang dampak sangat kecil, karena aktivitas tenaga Tidak termasuk
kerja kontruksi tidak sekaligus dilakukan sebanyak 300 DPH, tidak
1
orang, melainkan secara bertahap sesuai tahapan dikelola dan
pelaksanaan konstruksi dipantau
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah sering, karena
aktivitas tenaga kerja akan berlangsung terus-menerus 4
selama tahap konstruksi.
Memprioritaskan tenaga kerja Kesempatan Terbukanya a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Kelurahan Selama
setempat bila kualifikasi dan Kerja Kesempatan dipulihkan karena adanya harapan dari masyarakat Pluit kegiatan
ketrampilan yang dibutuhkan Kerja tehadap ketersediaan lapangan perkerjaan pada 3 reklamasi
sesuai kegiatan Reklamasi Pulau H, namun penerimaan tenaga Pulau H
kerja disesuaikan dengan kulaifikasi yang dibutuhkan. berlangsung
27
b. Dengan penerimaan tenaga kerja yang dominan (Tahun 2015-
Termasuk DPH
didatangkan oleh kontrakor, maka peluang yang terjadi 3 2019)
adalah sedang.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah berulang, karena
rekrutmen tenaga kerja dilakukan setiap bulan selama 3
tahap konstruksi.
- Kesempatan Terbukanya a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat - -
18
Berusaha Kesempatan dipulihkan karena harapan masyarakat adanya aktivitas
Tidak termasuk
Berusaha tenaga kerja yang akan memenuhi kebutuhannya 3
DPH, tidak
seperti makan dan minum dengan memanfaatkan
dikelola dan
warung-warung makan di sekitar lokasi proyek.
dipantau
b. Peluang dampak kecil, karena penerimaan tenaga kerja 2

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 61


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
konstruksi tidak sekaligus dilakukan sebanyak 300
orang, melainkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan kegiatan konstruksi.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah berulang, karena
rekrutmen tenaga kerja dilakukan setiap bulan selama 3
tahap
Penyediaan tempat sampah Estetika Gangguan a. Keseriusan dampak adalah kurang serius karena - -
di lokasi proyek dan di Lingkungan Estetika sumber dampaknya sampah domestik yang telah 2
16
bedeng pekerja Lingkungan direncanakan pengelolaannya
Tidak termasuk
b. Peluang dampak kecil, karena dampak primernya
DPH, tidak
peningkatan volume sampah padat yang akan
2 dikelola dan
dihasilkan pada tahap kontruksi diperkirakan relatif kecil
dipantau
sebesar 0,9 m3/hari.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah sering 4
Penyediaan MCK Portable Sanitasi Gangguan a. Keseriusan dampak adalah kurang serius karena - -
dan tempat sampah di lokasi Lingkungan Sanitasi sumber dampaknya sampah domestik yang telah 2
16
proyek dan di bedeng pekerja Lingkungan direncanakan pengelolaannya
Tidak termasuk
b. Peluang dampak kecil, karena dampak primernya
DPH, tidak
peningkatan volume sampah padat yang akan
2 dikelola dan
dihasilkan pada tahap kontruksi diperkirakan relatif kecil
dipantau
sebesar 0,9 m3/hari.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah sering 4
Penyuluhan dan Penerapan Kamtibmas Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat Pemukiman Selama
tata tertib buruh konstruksi Kamtibmas aktivitas tenaga kerja sedang dan dapat dipulihkan Penduduk kegiatan
proyek karena meskipun jumlah tenaga kerja pada saat dan reklamasi
pekerjaan puncak cukup banyak 300 orang, namun 3 penghuni Pulau H
akan diterapkan tata tertib bagi buruh konstruksi baik di Kawasan berlangsung
lokasi proyek maupun di tempat penampungan buruh Pantai (Tahun 2015-
konstruksi. Mutiara. 2019)
b. Dampak gangguan kamtibmas akibat aktivitas tenaga
27
kerja sedang dan dapat dipulihkan karena meskipun
Termasuk DPH
jumlah tenaga kerja pada saat pekerjaan puncak cukup
banyak 300 orang, namun akan diterapkan tata tertib
3
bagi buruh konstruksi baik di lokasi proyek maupun di
tempat penampungan buruh konstruksi.yang akan
berlanjut ke gangguan kamtibmas, maka peluang
terjadinya dampak adalah sedang.
c. Frekuensi dampak terjadi dapat berulang selama tahap
3
konstruksi berlangsung.
- Persepsi Perubahan a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat 27 Kelurahan Selama
3
Masyarakat Persepsi aktivitas tenaga kerja sedang dan dapat dipulihkan Termasuk DPH Pluit kegiatan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 62


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
Masyarakat karena meskipun jumlah tenaga kerja pada saat reklamasi
pekerjaan puncak cukup banyak 300 orang, namun Pulau H
akan diterapkan tata tertib bagi buruh konstruksi baik di berlangsung
lokasi proyek maupun di tempat penampungan buruh (Tahun 2015-
konstruksi. 2019)
b. Dampak gangguan kamtibmas akibat aktivitas tenaga
kerja sedang dan dapat dipulihkan karena meskipun
jumlah tenaga kerja pada saat pekerjaan puncak cukup
banyak 300 orang, namun akan diterapkan tata tertib
3
bagi buruh konstruksi baik di lokasi proyek maupun di
tempat penampungan buruh konstruksi.yang akan
berlanjut ke gangguan kamtibmas, maka peluang
terjadinya dampak adalah sedang.
c. Frekuensi terjadinya dampak adalah berulang, karena
rekrutmen tenaga kerja dilakukan setiap bulan selama 3
tahap konstruksi.
2 Mobilisasi Alat dan Penggunaan kendaraan Kualitas Udara Penurunan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Badan jalan Selama
Bahan proyek dengan kondisi mesin Kualitas Udara dipulihkan, karena mobilisasi alat dan bahan material yang dilalui kegiatan
dan mobil yang layak menggunakan kendaraan dan peralatan dengan kondisi kendaraan reklamasi
kendaraan baik sehingga tingkat emisi kendaraan relatif pengangkut Pulau H
3
kecil. Hasil rona lingkungan berdasarkan data sekunder alat dan berlangsung
di kawasan Pantai Mutiara kadar CO sebesar 694 g/m3 bahan di (Tahun 2015-
dan 523 g/m3 masih dibawah baku mutu (26.000 sekitar lokasi 2019)
g/m3). proyek
45
b. Peluang dampak terhadap kualitas udara tergolong
Termasuk DPH
sedang, karena intensitas pengangkutan peralatan dan
material selama reklamasi berlangsung cukup tinggi dan 3
berakumulasi dengan aktivitas lalu lintas kegiatan
lainnya
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali
per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin
hampir setiap hari
Penggunaan kendaraan Kebisingan Peningkatan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Pada badan Selama
proyek dengan kondisi mesin Kebisingan dipulihkan, karena mobilisasi alat dan bahan material jalan yang kegiatan
dan mobil yang layak menggunakan kendaraan dan peralatan dengan kondisi dilalui reklamasi
3
kendaraan baik sehingga tingkat bising relatif kecil. Hasil 45 kendaraan Pulau H
rona lingkungan berdasarkan data sekunder di kawasan Termasuk DPH pengangkut berlangsung
Pantai Mutiara tingkat kebisingan 55 68 dB(A). alat dan (Tahun 2015-
b. Peluang dampak terhadap peningkatan kebisingan bahan di 2019)
3
tergolong sedang, karena intensitas pengangkutan sekitar lokasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 63


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
peralatan dan material selama reklamasi berlangsung proyek
cukup tinggi dan berakumulasi dengan aktivitas lalu
lintas kegiatan lainnya
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali
per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin
hampir setiap hari
- Kamtibmas Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat Pemukiman Selama
Kamtibmas mobilisasi alat dan bahan bersifat sedang dan dapat Penduduk kegiatan
3
dipulihkan, karena merupakan dampak turunan dari dan reklamasi
perubahan persepsi masyarakat. penghuni Pulau H
b. Peluang dampak terhadap Gangguan Kamtibmas Kawasan berlangsung
tergolong sedang, karena intensitas pengangkutan Pantai (Tahun 2015-
45
peralatan dan material selama reklamasi berlangsung 3 Mutiara 2019)
Termasuk DPH
cukup tinggi dan berakumulasi dengan aktivitas lalu
lintas kegiatan lainnya
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali
per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin
hampir setiap hari
- Persepsi Perubahan a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat Pemukiman Selama
Masyarakat Persepsi bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena mobilisasi Penduduk kegiatan
3
Masyarakat alat dan bahan tidak serantak dikerjakan, melainkan dan reklamasi
secara bertahap sesuai dengan tahapan reklamasi. penghuni Pulau H
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak Kawasan berlangsung
primernya yakni kualitas udara, kebisingan, transportasi 45 Pantai (Tahun 2015-
3
darat dan laut, sehingga peluang terjadinya dampak Termasuk DPH Mutiara 2019)
persepsi masyarakat adalah sedang.
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali
per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin
hampir setiap hari
Pengaturan mobilisasi alat Transportasi Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan transportasi darat adalah Pada badan Selama
dan bahan reklamasi Darat Transportasi sedang dan dapat dipulihkan, karena mobilisasi alat dan jalan yang kegiatan
3
dilakukan malam hari hingga Darat bahan dilakukan secara bertahap sesuai pentahapan dilalui reklamasi
menjelang pagi hari pelaksanaan reklamasi kendaraan Pulau H
60
b. Peluang dampak adalah besar, karena kondisi jalan di pengangkut berlangsung
Termasuk DPH
sekitar proyek saat ini tergolong padat dan bersifat 4 alat dan (Tahun 2015-
kumulatif dengan kegiatan hunial, jasa perdagangan bahan di 2019)
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali sekitar lokasi
5 proyek
per minggu karena pada saat puncak pekerjaan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 64


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin
hampir setiap hari
Memasang rambu-rambu Transportasi Laut Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut adalah Perairan Selama
pada areal reklamasi. Transportasi Laut sedang dan dapat dipulihkan, karena mobilisasi alat dan Laut sekitar kegiatan
3
bahan dilakukan secara bertahap sesuai pentahapan Lokasi reklamasi
pelaksanaan reklamasi Proyek. Pulau H
b. Peluang dampak adalah sedang, karena mobilisasi alat berlangsung
45
dan bahan bertahap sesuai pentahapan pelaksanaan 3 (Tahun 2015-
Termasuk DPH
reklamasi. 2019)
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali
per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin
hampir setiap hari
3. Reklamasi - Kualitas Air Laut Penurunan a. Keseriusan dampak adalah kurang serius, karena Perairan Selama
Kualitas Air Laut potensi dampak pengurugan/reklamasi terhadap Laut sekitar kegiatan
2
penurunan kualitas air laut bersifat lokasi dengan Lokasi reklamasi
intensitas rendah 30 Proyek Pulau H
b. Peluang dampak adalah sedang, karena Termasuk DPH dengan berlangsung
3
pengurugan/reklamasi dilakukan di perairan laut dangkal radius 1,0 (Tahun 2015-
c. Frekuensi dampak kontinyu > 1 kali per minggu, karena km. 2019)
5
pekerjaan causeway hampir dilakukan setiap hari
Pelaksanaan reklamasi Utilitas (jalur Pipa Gangguan Utilitas a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Perairan Selama
sesuai Persetujuan Prinsip Migas Bawah dipulihkan, karena berdasarkan lokasi rencana Laut sekitar kegiatan
Gubernur Laut (PT. Reklamasi Pulau H terdapat Pipa PHE ONWJ, maka Lokasi reklamasi
Pertamina), recana reklamasi Pulau H akan dilakukan pergeseran Proyek Pulau H
Pelabuhan dengan jarak minimal dengan pipa tersebut 146,58 m 3 dengan berlangsung
Perikanan Nizam yang akan ditetapkan dalam Peraturan Gubernur radius 500 (Tahun 2015-
Zachman, tentang Ketentuan Teknis Membangun dan Pelayanan m. 2019)
60
Pelabuhan Muara Perizinan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis
Termasuk DPH
Baru, Kawasan Pantura Jakarta.
Pantai Mutiara b. Peluang dampak adalah besar, karena di sekitar lokasi
dan PLTGU reklamasi Pulau H terdapat jalur Pipa PHE ONWJ, Pipa
4
Muara Karang) PLN, Nizam Zachman, Pelabuhan Muara Baru,
Kawasan Pantai Mutiara dan PLTGU Muara Karang.
c. Frekuensi dampak kontinyu > 1 kali per minggu, karena
5
pekerjaan tanggul hampir dilakukan setiap hari
- Biota Laut Gangguan Biota a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat 18 - -
Laut dipulihkan, karena biota laut yang terganggu hanya Tidak termasuk
3
pada kegiatan pengurugan/reklamasi dan perairan DPH, tidak
sekitar lokasi reklamasi. dikelola dan
b. Peluang dampak kecil, karena sebaran dampaknya 2 dipantau

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 65


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
terbatas (lokal) dan di lokasi sekitar reklamasi bukan
habitat potensial biota laut.
c. Frekuensi dampak berulang 3
- Aktivitas Nelayan Gangguan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Di perairan Selama
Aktivitas Nelayan dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona laut sekitar kegiatan
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata yang dilalui reklamasi
3
pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan oleh Pulau H
36
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap nelayan. berlangsung
Termasuk DPH
tidak adanya gangguan terhadap aktivitas nelayan. (Tahun 2015-
b. Peluang dampak adalah besar, karena pelaksanaan 2019)
4
reklamasi dilakukan di perairan laut.
c. Frekuensi dampak berulang 3
- Kamtibmas Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat Pemukiman Selama
kamtibmas mobilisasi alat dan bahan bersifat sedang dan dapat Penduduk kegiatan
3
dipulihkan, karena merupakan dampak turunan dari dan reklamasi
perubahan persepsi masyarakat. penghuni Pulau H
b. Peluang dampak terhadap Gangguan Kamtibmas Kawasan berlangsung
tergolong sedang, karena intensitas pengangkutan Pantai (Tahun 2015-
45
peralatan dan material selama reklamasi berlangsung 3 Mutiara dan 2019)
Termasuk DPH
cukup tinggi dan berakumulasi dengan aktivitas lalu perairan laut
lintas kegiatan lainnya. sekitar
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali proyek.
per minggu karena pada saat puncak pekerjaan
5
reklamasi akan terjadi mobilisasi alat dan bahan rutin
hampir setiap hari.
- Persepsi Perubahan a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat Pemukiman Selama
Masyarakat Persepsi bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena 3 Penduduk kegiatan
Masyarakat merupakan dampak turunan. penghuni reklamasi
b. Peluang terjadinya dampak sedang karena meskipun Kawasan Pulau H
bukan areal utama aktivitas nelayan, ada kekuatiran Pantai berlangsung
3
timbul gangguan terhadap aktivitas nelayan yang 27 Mutiara dan (Tahun 2015-
berlanjut terhadap perubahan persepsi masyarakat. Termasuk DPH perairan 2019)
c. Frekuensi dampak berulang. sekitar
proyek
3 dengan
radius 2
km.
- Transportasi Laut Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut sedang Perairan laut Selama
Transportasi Laut dan dapat dipulihkan, karena kegiatan 30 di sekitar kegiatan
3
pengurugan/reklamasi bertahap dan bukan di jalur Termasuk DPH proyek reklamasi
pelayaran. dengan Pulau H

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 66


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
b. Peluang dampak adalah kecil, karena akan dilakukan radius 2 berlangsung
pemasangan rambu keselamatan pelayaran di sekitar 2 km. (Tahun 2015-
lokasi reklamasi. 2019)
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali
per minggu karena pada kegiatan reklamasi akan 5
dilakukan rutin hampir setiap hari.
4 Pekerjaan - Aktivitas Nelayan Gangguan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Di perairan Selama
Causeway Aktivitas Nelayan dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona laut sekitar kegiatan
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata yang dilalui reklamasi
3
pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan oleh nelayan Pulau H
36
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap berlangsung
Termasuk DPH
tidak adanya gangguan terhadap aktivitas nelayan. (Tahun 2015-
b. Peluang dampak adalah besar, karena pelaksanaan 2019)
4
pembuatan Causeway dilakukan di perairan laut.
c. Frekuensi dampak berulang. 3
- Persepsi Perubahan a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat Pemukiman Selama
Masyarakat Persepsi bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena 3 penduduk, kegiatan
Masyarakat merupakan dampak turunan. penghuni reklamasi
b. Peluang terjadinya dampak sedang karena meskipun Kawasan Pulau H
27
bukan areal utama aktivitas nelayan, ada kekuatiran Pantai berlangsung
3 Termasuk DPH
timbul gangguan terhadap aktivitas nelayan yang Mutiara dan (Tahun 2015-
berlanjut terhadap perubahan persepsi masyarakat perairan laut 2019)
c. Frekuensi dampak berulang sekitar
3
proyek.
Pemasangan rambu-rambu Transportasi Laut Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut tidak Perairan laut Selama
pelayaran di sekitar area Transportasi Laut serius, karena pembuatan Causeway bukan di jalur 1 di sekitar kegiatan
reklamasi pelayaran 10 proyek reklamasi
b. Peluang dampak adalah kecil, karena akan dilakukan Tidak termasuk dengan Pulau H
pemasangan rambu keselamatan pelayaran di sekitar 2 DPH, tidak radius 2 berlangsung
lokasi Causeway dikelola dan km. (Tahun 2015-
c. Frekuensi dampak akan berlangsung kontinyu > 1 kali dipantau 2019)
per minggu karena pada pekerjaan Causeway akan 5
dilakukan rutin hampir setiap hari
Tahap Pasca Konstruksi
1 Keberadaan - Kualitas Air Laut Penurunan a. Keseriusan dampak adalah kurang serius, karena Perairan Selama
Causeway Kualitas Air Laut potensi dampak keberadaan Causeway terhadap Laut sekitar kegiatan
2
penurunan kualitas air laut bersifat lokal dengan Lokasi reklamasi
30
intensitas rendah Proyek Pulau H
Termasuk DPH
b. Peluang dampak adalah sedang, karena keberadaan dengan berlangsung
causeway mempengaruhi sebaran air panas buangan 3 radius 2 (Tahun 2015-
dari PLTU Muara Karang. km. 2019)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 67


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
c. Frekuensi dampak kontinyu > 1 kali per minggu 5
- Biota Laut Gangguan Biota a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat - -
Laut dipulihkan, karena biota laut yang terganggu hanya
3 18
pada lokasi pembuatan causeway dan perairan sekitar
Tidak termasuk
lokasi Causeway
DPH, tidak
b. Peluang dampak kecil, karena sebaran dampaknya
dikelola dan
terbatas (lokal) dan di lokasi sekitar Causeway bukan 2
dipantau
habitat potensial biota laut
c. Frekuensi dampak berulang 3
Pemasangan rambu-rambu Aktivitas Nelayan Gangguan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat - -
kaut setelah reklamasi Aktivitas Nelayan dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
selesai. lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata
3 18
pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan
Tidak termasuk
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap
DPH, tidak
tidak adanya gangguan terhadap aktivitas nelayan.
dikelola dan
b. Peluang dampak adalah sedang, karena causeway
3 dipantau
berada pada perairan laut dangkal.
c. Frekuensi dampak kadang-kadang dan berlangsung
2
lama akibat keberadaan causeway.
2 Keberadaan Lahan - Kuantitas Air Peningkatan a. Keseriusan dampak adalah kurang serius, karena - -
Reklamasi Permukaan Kuantitas Air berdasarkan data sekunder rona lingkungan debit banjir
(Banjir) Permukaan saluran Tubagus Angke adalah sebesar 21,80 m3/hari,
(Banjir) saluran Bandengan adalah sebesar 31,84 m3/detik,
saluran Kali Besar adalah sebesar 271,81 m3/detik,
2
anak Kali Ciliwung adalah sebesar 123,99 m3/detik,
16
serta anak Kali Karang adalah sebesar 156,51 m3/detik
Tidak termasuk
dan berdasarkan hasil pemodelan keberadaan lahan
DPH, tidak
reklamasi Pulau H tidak mempengaruhi kondisi syarat
dikelola dan
batas elevasi pasang surut di batas muara Kali Karang.
dipantau
b. Peluang dampak adalah kecil, karena berdasarkan hasil
pemodelan keberadaan lahan reklamasi Pulau H tidak
2
mempengaruhi kondisi syarat batas elevasi pasang
surut di batas muara Kali Karang.
c. Frekuensi dampak sering dan berlangsung lama akibat
4
keberadaan lahan reklamasi Pulau H.
- Pola Arus Perubahan Pola a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Perairan Selama
Arus dipulihkan, perubahan pola arus dipengaruhi oleh Laut sekitar kegiatan
3
perubahan pola gelombang yang akan dipengaruhi 60 Lokasi reklamasi
musim. Termasuk DPH Proyek Pulau H
b. Peluang dampak adalah besar, karena keberadaan dengan berlangsung
4
causeway mepengaruhi arus laut, berdasarkan hasil radius 2 (Tahun 2015-

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 68


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
pemodelan pada musim barat tinggi gelombang pada km. 2019)
lokasi reklamasi mencapai 0.6 m pada kondisi eksisting,
sedangkan pada kondisi reklamasi Pulau H terbangun,
tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah
bayangan reklamasi. Di daerah bayangan tersebut
mencapai 0.1 m sedangkan pada musim timur tinggi
gelombang pada lokasi reklamasi mencapai 0.9 m pada
kondisi eksisting, sedangkan pada kondisi reklamasi
Pulau H terbangun, tinggi gelombang berkurang drastis
terutama di daerah bayangan reklamasi.Di daerah
bayangan tersebut mencapai 0.4 m.
c. Frekuensi dampak kontinyu dan berlangsung lama
5
akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H.
- Gelombang Perubahan Pola a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Perairan Selama
Gelombang dipulihkan, perubahan pola gelombang dipengaruhi 3 Laut sekitar kegiatan
musim barat dan musim timur. Lokasi reklamasi
b. Peluang dampak adalah besar, karena pada hasil Proyek Pulau H
simulasi yang dilakukan menunjukan pada musim barat dengan berlangsung
tinggi gelombang pada lokasi reklamasi mencapai 0.6 m radius 2 (Tahun 2015-
pada kondisi eksisting, sedangkan pada kondisi km. 2019)
reklamasi Pulau H terbangun, tinggi gelombang
berkurang drastis terutama di daerah bayangan 60
reklamasi. Di daerah bayangan tersebut mencapai 0.1 4 Termasuk DPH
m sedangkan pada musim timur tinggi gelombang pada
lokasi reklamasi mencapai 0.9 m pada kondisi eksisting,
sedangkan pada kondisi reklamasi Pulau H terbangun,
tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah
bayangan reklamasi. Di daerah bayangan tersebut
mencapai 0.4 m.
c. Frekuensi dampak kontinyu dan berlangsung lama
5
akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H.
- Abrasi dan Abrasi dan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat Perairan Selama
Sedimentasi Sedimentasi dipulihkan, merupakan dampak turunan dari pola 3 Laut sekitar kegiatan
gelombang dan pola arus. Lokasi reklamasi
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak Proyek Pulau H
36
primernya yakni pola gelombang dan pola arus, dengan berlangsung
3 Termasuk DPH
sehingga peluang terjadinya dampak abrasi dan radius 2 (Tahun 2015-
sedimentasi adalah sedang. km. 2019)
c. Frekuensi dampak sering dan berlangsung lama akibat
4
keberadaan lahan reklamasi Pulau H.
- Muka Tanah Penurunan Muka a. Keseriusan dampak adalah serius dan sulit dipulihkan, 4 80 Di lahan Selama

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 69


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
(Land Tanah (Land menurut para ahli penurunan muka tanah di Jakarta Termasuk DPH hasil kegiatan
Subsidence) Subsidence) berkisar 6 7 cm/Tahun (Abidin et al, 2009).. reklamasi reklamasi
b. Peluang dampak adalah besar, karena berdasarkan Pulau H. Pulau H
data sekunder yang menggunakan data LIDAR times berlangsung
4
series menunjukkan laju penurunan adalah 0.1 m pada (Tahun 2015-
tahun 2012. 2019)
c. Frekuensi dampak kontinyu dan berlangsung lama
5
akibat keberadaan lahan reklamasi Pulau H.
Pemasangan rambu-rambu Aktivitas Nelayan Gangguan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat - -
laut setelah reklamasi selesai. Aktivitas Nelayan dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata
3 18
pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan
Tidak termasuk
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap
DPH, tidak
tidak adanya gangguan terhadap aktivitas nelayan.
dikelola dan
b. Peluang dampak adalah sedang, karena lahan
3 dipantau
reklamasi berada pada perairan laut dangkal.
c. Frekuensi dampak kadang-kadang dan berlangsung
2
lama akibat keberadaan lahan reklamasi.
- Persepsi Perubahan a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat Pemukiman Selama
Masyarakat Persepsi bersifat sedang dan dapat dipulihkan, karena 3 penduduk kegiatan
Masyarakat merupakan dampak turunan. dan reklamasi
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak penghuni Pulau H
primernya yakni kuantitas air permukaan (banjir), 27 Kawasan berlangsung
penurunan muka tanah, pola arus dan gelombang, 3 Termasuk DPH Pantai (Tahun 2015-
gangguan aktivitas nelayan maka peluang terjadinya Mutiara. 2019)
dampak persepsi masyarakat adalah sedang.
c. Frekuensi dampak berulang akibat keberadaan lahan
3
reklamasi.
3. Demobilisasi - Aktivitas Nelayan Gangguan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat - -
Peralatan Aktivitas Nelayan dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
lingkungan penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan mata
3 18
pencaharian nelayan sebanyak 2.692 orang dan
Tidak termasuk
dikaitkan dengan hasil konsultasi publik yang berharap
DPH, tidak
tidak adanya gangguan terhadap aktivitas nelayan.
dikelola dan
b. Peluang dampak adalah sedang, karena lahan
3 dipantau
reklamasi berada pada perairan laut dangkal.
c. Frekuensi dampak kadang-kadang dan berlangsung 6
2
bulan selama tahap pasca konstruksi.
Demobilisasi Peralatan Kamtibmas Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan kamtibmas akibat 18 - -
konstruksi dilakukan melalui Kamtibmas kegiatan demobilisasi peralatan bersifat sedang dan 3 Tidak termasuk
perairan laut dapat dipulihkan, karena merupakan dampak turunan DPH, tidak

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 70


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Pendahuluan

Komponen Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan


Komponen
Kegiatan Yang yang Sudah Direncanakan Hasil Wilayah Batas Waktu
No. Lingkungan Jenis Dampak Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Sejak Awal Sebagai Bagian Skor Perkalian dan Studi Kajian
Terkena Dampak Potensial (dengan metode block)
Dampak Dari Rencana Kegiatan Kesimpulan
dari perubahan persepsi masyarakat. dikelola dan
b. Peluang dampak adalah kecil, karena pengelolaan lebih dipantau
ditekankan pada dampak primernya yakni perubahan 2
persepsi masyarakat.
c. Frekuensi dampak terjadi dapat berulang 6 bulan
3
selama tahap pasca konstruksi.
- Persepsi Perubahan a. Keseriusan dampak perubahan persepsi masyarakat - -
Masyarakat Persepsi bersifat kecil, karena merupakan dampak turunan, 2
Masyarakat bersifat sementara dan intensitasnya rendah. 18
b. Dengan pengelolaan lebih ditekankan pada dampak Tidak termasuk
primernya yakni transportasi darat dan laut, sehingga DPH, tidak
3
peluang terjadinya dampak persepsi masyarakat adalah dikelola dan
sedang. dipantau
c. Frekuensi dampak berulang selama 6 bulan pada tahap
3
pasca konstruksi.
Demobilisasi Peralatan Transportasi Gangguan a. Keseriusan dampak adalah sedang dan dapat - -
konstruksi dilakukan melalui Darat Transportasi dipulihkan, karena berdasarkan data sekunder rona
perairan laut Darat lingkungan di Kawasan Pantai Mutiara, menunjukkan
bahwa pada persimpangan Jl. Pluit Utara Raya Jl.
Pluit Samudera 2 tergolong cukup padat pada jam sibuk
3 18
pagi dan sore serta pada hari libur. Kepadatan ini bukan
Tidak termasuk
hanya disebabkan oleh kegiatan Pantai Mutiara, namun
DPH, tidak
juga oleh kegiatan fasilitas umum yang dapat dicapai
dikelola dan
dari jalan-jalan di persimpangan ini antara lain sekolah
dipantau
dan gereja.
b. Peluang dampak adalah kecil, karena demobilisasi
2
peralatan lebih banyak melalui laut.
c. Frekuensi dampak berulang selama 6 bulan pada tahap
3
pasca konstruksi.
- Transportasi Laut Gangguan a. Keseriusan dampak gangguan transportasi laut - -
Transportasi Laut tergolong kurang serius karena intensitasnya rendah
2
dan akan dilakukan pengaturan demobilisasi peralatan 12
secara bertahap Tidak termasuk
b. Peluang dampak adalah kecil, karena demobilisasi DPH, tidak
peralatan hanya berlangsung singkat dan tidak kontinyu 2 dikelola dan
pada masa pasca kontruksi. dipantau
c. Frekuensi dampak berulang selama 6 bulan pada tahap
3
pasca konstruksi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I 71


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

BAB II
RONA LINGKUNGAN HIDUP

2.1. KOMPONEN FISIKA-KIMIA

Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok.
Untuk memberikan deskripsi rona awal curah hujan, suhu udara, arah dan kecepatan angin di
Pantai Utara Jakarta, diambil dari Stasiun Tanjung Priok untuk data 10 (sepuluh) tahun terakhir.

2.1.1. Iklim

1. Data Iklim

Iklim di lokasi dideskripsikan lewat parameter-parameter: tipe iklim, curah hujan, suhu
udara, kelembaban relatif (RH) udara serta arah dan kecepatan angin. Data iklim yang
dipakai adalah data tahun 2003-2014 dari Stasiun Meteorologi Tanjung Priok, Jakarta
Utara.

a. Tipe Iklim
Data selama tahun 2003-2014 menunjukkan curah hujan tahunan rata-rata sebesar
1.816 mm/tahun. Nisbah rata-rata bulan kering terhadap bulan basah adalah 0,7027
atau 70,27%. Dengan demikian, menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, tipe
iklim daerah sekitar termasuk tipe iklim D. Hal ini berarti iklim di daerah tersebut
tergolong sedang karena jumlah bulan kering relatif sama dibanding jumlah bulan
basah.

b. Curah Hujan
Curah hujan rata-rata bulanannya disajikan pada Gambar II.1. Curah hujan rata-rata
bulanan di atas 100 mm (bulan basah) dijumpai pada bulan NovemberMaret dan
juga di Bulan Mei, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Februari. Curah hujan
bulanan rata-rata di bawah 60 mm (bulan kering) dijumpai pada Bulan Juli -
September.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 1


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.1. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan 2003-2014 (Data Stasiun Meteorologi
Tanjung Priok)

c. Suhu Udara
Variasi suhu bulanan disajikan pada Tabel 2.1 dan Gambar II.2. Suhu minimum
Bulanan terendah dijumpai pada Bulan Februari, dengan nilai 25,0 C; sedangkan
suhu maksimum bulanan tertinggi dijumpai pada Bulan Oktober, dengan nilai 33,3
C. Variasi suhu berkisar antara 6,0 -7,3 C. Variasi suhu terbesar dijumpai pada
Bulan Agustus dan September dengan rentang 25,5- 32,8 C untuk bulan Agustus
dan 25,9-33,1 C untuk bulan September.

Tabel 2.1. Variasi Suhu Bulanan (C) 2003-2014


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Minimum 25.2 25.0 25.6 26.0 26.1 25.8 25.4 25.5 25.9 26.8 26.0 25.6
Rataan 27.8 27.6 28.3 28.9 28.9 28.6 28.3 28.5 28.9 29.3 28.9 28.2
Maksimum 31.2 31.0 32.0 32.9 33.0 32.6 32.4 32.8 33.1 33.3 32.9 31.7
Sumber Data: Stasiun Meteorologi Tanjung Priok

Gambar II.2. Variasi Suhu Bulanan 2003-2014 (Data Stasiun Meteorologi


Tanjung Priok)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 2


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

d. Kelembaban
Kelembaban berkisar dari minimum 69,5% pada bulan Agustus sampai maksimum
80,6% pada bulan Februari, dengan rata-rata 74,0 %. Variasi bulanan kelembaban
sekitar lokasi disajikan pada Gambar II.3.

Gambar II.3. Rataan Kelembaban Bulanan 2003-2014 (Data Stasiun Meteorologi


Tanjung Priok)

e. Arah dan Kecepatan Angin


Kecepatan angin rata-rata bulanan berkisar antara 0,51-5,26 m/s dengan rata-rata
2,78 m/s. Distribusi arah dan kecepatan angin disajikan pada Gambar II.4. Arah angin
dominan berasal dari Barat dengan kecepatan dominan 2,1-3,6 m/s serta dari Timur
Laut dengan kecepatan dominan 3,6-5,7 m/s.

Gambar II.4. Arah dan Kecepatan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 3


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.1.2. Kualitas Udara

Pengukuran terhadap kualitas udara di sekitar lokasi reklamasi, yakni di Pantai Mutiara
(Perairan Laut Dangkal Sisi Utara Kelurahan Pluit) telah dilakukan untuk mengetahui kondisi
kualitas udara sebelum kegiatan reklamasi berlangsung. Hasil pengukuran kualitas udara
disajikan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Hasil Pengukuran Kualitas Udara


WAKTU HASIL
NO PARAMETER BAKU MUTU
PENGUKURAN U1 U2
1 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 400 g/Nm3 1) 6.55 20.59
2 Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 900 g/Nm3 1) < 9.441 < 9.441
3 Karbon Monoksida (CO) 1 jam 26000 g/Nm3 1) 2286 1143
4 Debu (TSP) 24 jam 230 g/Nm3 1) 71.68 31.21
5 Oksidan (O3)* 1 jam 200 g/Nm3 1) < 0.6171 < 0.6171
6 Timbal (Pb)* 24 jam 2 g/Nm3 1) < 0.64 < 0.04
7 Hidrokarbon (HC)* 3 jam 160 g/Nm3 1) 0.0007 0.0074
Temperatur 30C 30C
Kelembaban Relatif 59% 58%
- -
` Kecepatan Angin 4.2 - 14.2 Km/Jam 4.4 - 13.6 Km/Jam
Arah Angin Selatan Selatan
Sumber : PT. Mitralab Buana, September 2013
Keterangan : *) = Parameter yang belum diakreditasi
) = Keputusan Gubernur Prov. DKI Jakarta Nomor 551/2001 (Lampiran I)
U1 = Depan Pos Satpam; U2 = Depan Apartemen Regata

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa secara keseluruhan parameter kualitas udara yang
diukur di 2 (dua) titik lokasi masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan (Keputusan
Gubernur Prov. DKI Jakarta Nomor 551/2001).

2.1.3. Kebisingan

Pengukuran tingkat kebisingan juga dilakukan di sekitar lokasi reklamasi untuk mengetahui
kondisi intensitas bising sebelum kegiatan Reklamasi Pulau H berlangsung. Hasil
pengukuran tingkat kebisingan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan


WAKTU HASIL
No LOKASI BAKU MUTU *)
SAMPLING PENGUKURAN
Depan Pos Satpam 10.45 - 11.00
1 54.7 dBA
Pantai Mutiara (WIB)
Perumahan dan Pemukiman : 55 dBA
Depan Apartemen 11.05 - 11.20
2 50.6 dBA
Regata (WIB)
Sumber : PT. Mitralab Buana, September 2013
Keterangan : *) = Keputusan Gubernur Prov. DKI Jakarta Nomor 551/2001 (Lampiran III)
Tentang Syarat Kebisingan Maksimum yang diperkenankan.

Hasil pengukuran tingkat kebisingan di sekitar lokasi proyek berkisar antara 50,6 54,7
dBA, masih memenuhi nilai baku kebisingan sesuai Keputusan Gubernur Prov. DKI Jakarta
Nomor 551/2001.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 4


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.1.4. Kualitas Air Laut

Pengukuran terhadap kondisi fisik kimia kualitas air laut di sekitar lokasi kegiatan saat studi
ANDAL (2013) ini telah dilakukan di 4 (empat) lokasi untuk mengetahui kondisi kualitas air
laut sebelum kegiatan reklamasi berlangsung. Hasil pengukuran kualitas air laut dapat dilihat
pada Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4. Hasil Analisis Kualitas Air Laut


HASIL UJI
No PARAMETER SATUAN BAKU MUTU **
AL 1 AL 2 AL 3 AL 4
A FISIKA
Coral > 5
1 Kecerahan m 4.5 5.0 1.2 1.5
Mangrove > 3
2 Kekeruhan NTU <5 < 5.0 < 5.0 < 5.0 < 5.0
Tidak Tidak Tidak
3 Kebauan - alami Tidak berbau
berbau berbau berbau
Total Padatan Tersuspensi
4 mg/L 80 24.7 20.4 17.6 18.1
(TSS)*
Alami
5 Suhu C Coral 28 30 28.8 29.4 28.9 29.6
Mangrove 28 32
6 Lapisan Minyak - Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
7 Sampah - Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
B KIMIA
1 pH* - 7 - 8,5 7.20 7.23 7.11 7.18
2 Salinitas % Alami 31.3 30.1 31.2 31.3
3 BOD mg/L 20 12 11 11 12
4 Oksigen Terlarut (DO) mg/L >5 3.18 3.31 3.26 3.14
5 Amoniak (NH-N)* mg/L 0,3 0.75 0.52 0.065 < 0.011
6 Fosfat (PO) mg/L 0,015 1.32 0.76 0.54 0.77
7 Nitrat (NO-N) mg/L 0,008 < 2.21 < 2.21 < 2.21 < 2.21
8 Sianida (CN) mg/L 0,5 < 0.005 < 0.005 < 0.005 < 0.005
9 Sulfida (H)S mg/L 0,01 < 0.04 < 0.04 < 0.04 < 0.04
10 Fenol mg/L 0,002 < 0.1 < 0.1 < 0.1 < 0.1
11 MBAS* mg/L 1 < 0.020 < 0.020 < 0.020 < 0.020
12 Minyak & Lemak* mg/L 1 < 1.41 < 1.41 < 1.41 < 1.41
13 Raksa (Hg) mg/L 0,001 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005
14 Krom Valensi 6 (Cr) mg/L 0,005 < 0.005 < 0.005 < 0.005 < 0.005
15 Arsenat (As) mg/L 0,012 < 0.002 < 0.002 < 0.002 < 0.002
16 Kadmium (Cd)* mg/L 0,001 < 0.0016 < 0.0016 < 0.0016 < 0.0016
17 Timbal (Pb) mg/L 0,008 < 0.025 < 0.025 < 0.025 < 0.025
18 Nikel (Ni) mg/L 0,05 < 0.020 < 0.020 < 0.020 < 0.020
19 Tembaga (Cu)* mg/L 0,008 < 0.004 < 0.004 < 0.004 < 0.004
20 Seng (Zn)* mg/L 0,05 < 0.006 < 0.006 < 0.006 < 0.006
C MIKROBIOLOGI
1 Total Coliform MPN/100mL 1000 0 0 0 0
2 Bakteri Patogen Sel/100ml Nihil Negatif Negatif Negatif Negatif
Sumber : PT. Mitralab Buana, September 2013
Keterangan: * Parameter yang sudah diakreditasi.
** Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 (Lampiran III), Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.
< Menunjukkan milai terkecil dari pengukuran yang didapatkan berdasarkan metode yang digunakan.
AL1 : Air Laut 1, Titik Koordinat S 0600530,0 E 10604713,38
AL2 : Air Laut 2, Titik Koordinat S 0600530,48 E 10604743,86
AL3 : Air Laut 3, Titik Koordinat S 0600457,36 E 10604723,7
AL4 : Air Laut 4, Titik Koordinat S 0600401,09 E 10604738,04

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 5


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Amoniak di lokasi AL1 dan AL2 di atas baku mutu,
dan kadar Fosfat di semua lokasi pengukuran berada di atas baku mutu yang ditetapkan.
Tingginya kadar fosfat dan amoniak menunjukkan perairan di sekitar lokasi proyek telah
terkontaminasi oleh air limbah dari kegiatan domestic di daratan yang terbawa melalui aliran
waduk pluit yang bermuara ke perairan pantai utara. Berdasarkan data pemantauan tahun
2010 dan data pengukuran kualitas air laut tahun 2013, terlihat bahwa parameter Fosfat dan
Amoniak/Nitrat cenderung tinggi.

Sedimen tersuspensi didominasi oleh sumber muara sungai dan berfungsinya pompa Pluit,
sehingga meningkatkan beban sedimen tersuspensi dari 0,14 0,28 g/m^3 oleh
peningkatan laju air (Gambar II.5). Konsentrasi ini lebih (jauh) rendah dari nilai konsestrasi
sampling TSS (Tabel 2.4), sehingga tidak tervalidasi.

Gambar II.5. Sedimen tersuspensi pada kondisi eksisting

2.1.5. Kuantitas Air Permukaan (Banjir)

Informasi kondisi hidrologi di daratan sekitar Pulau H bersumber dari Kajian Sistem Tata Air
Upland Area Reklamasi Pulau H yang dilakukan oleh PT. LAPI Ganeshatama Consulting,
Agustus 2013, yang mencakup jaringan drainase sekitar daratan terdekat di bagian Selatan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 6


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

rencana Pulau H, yaitu yang mengalir menuju Waduk Pluit serta Kali Karang yang berlokasi
di bagian Barat rencana Pulau H.

Debit banjir dari hulu yang mengalir menuju Waduk Pluit didasarkan pada data debit banjir
dengan periode ulang 50 tahun sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar II.6 (Kajian dan
Perencanaan Teknis Sistem Polder Pintu Air Hailai Marina Jakarta, PT. Matra Ciptraripta
Consult, Tahun 2010). Sedangkan debit banjir Kali Karang didasarkan analisa konsultan
dengan periode ulang rencana 25 tahun mengingat kali karang merupakan salah satu kali
besar yang berada dibagian Barat rencana Pulau H.

Debit banjir sistem jaringan drainase menuju Waduk Pluit ditunjukan oleh hisdrograf saluran
Tubagus Angke, saluran Bandengan, saluran Kali Besar, anak Kali Ciliwung dan anak Kali
Karang (Gambar II.7, II.8, II.9, II.10 dan II.11). Debit banjir saluran Tubagus Angke adalah
sebesar 21,80 m3/hari, saluran Bandengan adalah sebesar 31,84 m3/detik, saluran Kali
Besar adalah sebesar 271,81 m3/detik, anak Kali Ciliwung adalah sebesar 123,99 m3/detik,
serta anak Kali Karang adalah sebesar 156,51 m3/detik.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 7


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.6. Jaringan Drainase Menuju Waduk Pluit

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 8


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.7. Hydrograf Debit Banjir Saluran Tubagus Angke

Gambar II.8. Hydrograf Debit Banjir Saluran Bandengan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 9


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.9. Hydrograf Debit Banjir Kali Besar

Gambar II.10. Hydrograf Debit Banjir Anak Kali Ciliwung

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 10


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.11. Hydrograf Debit Banjir Anak Kali Karang

2.1.6. Land Subsidence level untuk Jakarta Utara

Selain banjir yang disebabkan oleh luapan air sungai, daerah Jakarta Utara juga rawan oleh
fenomena banjir rob. Banjir rob merupakan istilah banjir yang disebabkan oleh meluapnya
air laut hingga ke darat. Banjir rob ini umumnya terjadi saat air laut mengalami pasang
tinggi. Banjir rob ini juga terjadi karena ada kecenderungan penurunan muka tanah di
daerah Jakarta Utara. Dengan menurunnya permukaan tanah mempunyai arti bahwa
daratan berada lebih rendah daripada air laut. Permukaan tanah ini umumnya disebabkan
oleh kehilangan cadangan air tanah di dalam tanah Jakarta. Kekosongan ini dikompensasi
dengan menurunnya muka tanah. Penurunan muka tanah di Jakarta di beberapa lokasi
sebesar 6 7 cm/Tahun (Abidin et al, 2009).

Penurunan muka tanah di Jakarta dapat disebabkan oleh empat hal, yaitu: ekstraksi air
tanah yang berlebihan, beban bangunan dan konstruksi, konsolidasi tanah alluvial dan
aktifitas tektonik. Sampai saat ini, tidak terdapat informasi mengenai kontribusi setiap faktor
pada penurunan muka tanah di setiap lokasi dan varasi secara spasial dari penurunan
tersebut. Pada kasus Jakarta, aktifitas tektonik merupakan faktor yang paling sedikit
berpengaruh sedangkan pengambilan air tanah merupakan kontributor tertinggi. Gambar
berikut memperlihatkan kontur penurunan muka tanah selama periode 1982 sampai 1991
dan dari 1991 sampai 1997.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 11


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.12. Kontur penurunan muka tanah (Sumber: Abidin et al. 2009)

Gambar II.13. Perubahan elevasi muka tanah di beberapa tempat di Jakarta (Sumber: Abidin
et al., 2009)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 12


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan Lee et al (2003), Pantai Mutiara direklamasi dengan tiga tahap pembangunan.
Tahap pertama adalah bagian A (Gambar II.14) dibangun dari tahun 1986 sampai 1988,
tahap kedua adalah bagian B diselesaikan tahun 1994 dan tahap ketiga atau bagian C
diselesaikan tahun 2007. Oleh karena itu, penurunan muka tanah telah berlangsung selama
17 tahun terakhir. Dalam rangka keperluan analisis dari laju penurunan suatu titik, referensi
diatur sebesar 0.65 m di jalan bagian barat. Dengan acuan tersebut dan 17 tahun waktu
penurunan, laju penurunan muka tanah dapat dihitung seperti pada Gambar II.15. Hasil
analisis survei tersebut memberikan laju penurunan rata-rata sekitar 2.5 cm/tahun.

Gambar II.14. Tahapan reklamasi Pantai Mutiara (Lee et al (2003) dalam EXPO 2012)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 13


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.15. Laju penurunan muka tanah (m/tahun) (EXPO 2012)

Dari sumber referensi tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut Abidin et al menjelaskan
penurunan muka tanah di Jakarta antara 6-15 cm per tahun dan berdasarkan Lee et al laju
penurunan muka tanah di Pantai Mutiara rata-rata sekitar 2,5 cm per tahun. Dalam Per.
Gub. No. 146 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan
Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dinyatakan asumsi
penurunan muka tanah antara 7-14 cm/tahun, sedangkan desain teknis reklamasi yang
digunakan di Pulau H asumsi penurunan muka tanah sebesar 7,5 cm.

2.1.7. Hidro Oseanografi

Kondisi hidrooseanografi di sekitar rencana Pulau H dapat dijelaskan berdasarkan beberapa


variabel, diantaranya yang didukung oleh kajian dengan tingkat lebih luas namun tetap
relevan terhadap kondisi perairan sekitar Pulau H.

1. Oceanografi

a. Kondisi Pasang Surut Pantai Mutiara


Kondisi pasang surut di pantai Mutiara diperlihatkan oleh Gambar II.16. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bahwa tunggang pasang surut pada tanggal 5 Mei 2012 sampai

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 14


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

dengan tanggal 7 Juni 2012 adalah 1.2 m. Jenis pasang surut adalah diurnal dilihat
dari Gambar II.16 dan perhitungan bilangan Formzhal yaitu sebesar 3.414. Elevasi
penting dari analisis pasang surut di pantai Mutiara ini diperlihatkan oleh Tabel 2.5.
HHWL atau Highest High Water Spring dapat mencapai 66.58 cm dari muka laut rata-
rata sedangkan Lowest Water Spring dapat mencapai -58.42 cm dari muka laut rata-
rata.

Gambar II.16. Kondisi pasang surut di Pantai Mutiara

Tabel 2.5. Elevasi penting pasang surut (cm), diikatkan pada MSL

b. Batimetri
Kondisi batimetri di perairan sekitar rencana Pulau H dijelaskan melalui hasil survai
yang dilakukan pada tahun 2013 (PT. LAPI Ganeshatama Consulting) (Gambar II.17).
Berdasarkan hasil tersebut lokasi rencna Pulau H berada pada kedalaman 6 m d di
bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara berada pada kedalaman -8 m.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 15


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.17. Peta Batimetri Perairan Sekitar Pulau H

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 16


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2. Gelombang

Hasil studi yang dilakukan PT. Taman Harapan Indah bekerjasama dengan PT. LAPI
Ganeshatama Consulting (Agustus 2013) tentang analisis gelombang dapat diuraikan
sebagai berikut:

a. Data Angin dan Gelombang


Data yang digunakan sebagai input untuk kajian kondisi gelombang adalah data dari
model global NOAA Wavewatch III. Pada data tersebut dapat ditentukan gelombang
yang pernah terjadi selama kurun waktu 2000-2012 di daerah Jakarta Utara. Gambar
II.18 memperlihatkan perbandingan data hasil pengukuran dan data model global
memperlihatkan di antara data dan model memperlihatkan korelasi satu sama lain.
Sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis kondisi gelombang di daerah
kajian.

Gambar II.18. Data Gelombang Di Sekitar Rencana Lokasi Pulau H

Variasi tinggi gelombang di seluruh perairan Indonesia diperlihatkan oleh Gambar


II.19. Secara umum energi gelombang di Laut Jawa dekat dengan perairan Teluk
Jakarta dikategorikan sedang. Secara umum pola angin di Jakarta Utara dan
sekitarnya dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan musim, yaitu:
1) Musim barat (Desember, Januari, Februari)
Pada bulan Desember, Januari dan Februari arah angin bertiup dominan dari arah
barat (43.60%), barat laut (25.21%), dan barat daya (12.09%) dengan kecepatan
dominan 3-5 m/det (32.94%), 5-7 m/det (31.24%) dan 1-3 m/det (17.30%). Hal ini

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 17


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

terjadi karena adanya pengaruh dari angin pasat timur laut dimana angin datang
dari daerah bertekanan tinggi di lintang 300 LU menuju daerah bertekanan rendah
di ekuator.
2) Musim Peralihan 1 (Maret, April, Mei)
Pengaruh dari pergerakan matahari dari selatan ke utara pada bulan Maret, April
dan Mei menyebabkan adanya transisi perubahan arah datangnya angin bertiup.
Di Wilayah Tarakan pada musim peralihan 1 ini dominasi angin musim barat
berkurang dengan komposisi arah datang angin yaitu tenggara (18.44%), timur
(16.89%) dan barat daya (13.86%). Sedangkan dari segi kecepatan angin bertiup
musim peralihan 1 ini juga menunjukkan ada pengurangan dari musim barat di
mana prosentasi angin yang bertiup dengan kecepatan 3-5 m/det berkurang dari
32.94% menjadi 39.31%, sedangkan terlihat juga prosentasi rentang kecepatan
angin 1-3 m/det naik menjadi 30.09% dan rentang 5-7 m/det turun menjadi
21.16%.
3) Musim Timur (Juni, Juli, Agustus)
Perubahan pola arah bertiup angin dari musim barat dan peralihan 1 terlihat pada
musim timur ini, dimana dominasi arah angin berasal dari tenggara (50.98%), timur
(25.26%), selatan (13.78%) melampaui prosentase angin yang datang dari lintang
tinggi, hal ini terjadi pengaruh dari adanya angin pasat tenggara dimana daerah
tekanan tinggi terbentuk pada 300 LS. Kecepatan angin berhembus juga
bertambah pada musim timur ini yaitu rentang 3-5 m/det (34.45%), rentang 5-7
m/det bertambah prosentasinya menjadi 33.87% dan rentang 7-9 m/det bertambah
menjadi 14.45%.
4) Musim Peralihan 2 (September, Oktober, November)
Pengaruh dari pergerakan matahari dari utara ke selatan pada bulan September,
Oktober dan November menyebabkan adanya transisi perubahan arah datangnya
angina bertiup. Di Wilayah Jakarta Utara pada musim peralihan 2 ini dominasi
angin musim timur berkurang dan ditandai oleh berkurangnya prosentase angin
dari arah tenggara (29.09%), timur (16.68%) dan selatan (15.37%).

Pola windrose tahunan dari data sepanjang 24 tahun (1989-2012) menunjukkan angin
Tenggara adalah angin dominan dengan frekuensi kejadian mencapai 25.07%.
Dominan kedua adalah angin dari timur dengan frekuensi kejadian 15.20%.
Sedangkan angin dari barat mencapai 14.53%. Kecepatan dominan berada pada
kisaran 3-5 m/detik dengan frekuensi 36.28% , kisaran 5-7 m/detik mencapai 27.36%
sedangkan kecepatan angin dengan kisaran 1-3 m/detik memiliki frekuensi sebesar
21.92%.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 18


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Sumber data: PT. LAPI Ganeshatama Consulting (Agustus, 2013).

Gambar II.19. Windrose Jakarta Utara (1989-2012)

Pola gelombang di wilayah Jakarta Utara yang didapat dari model global Wavewatch
III dapat juga dibagi menjadi empat kategori berdasarkan musim, yaitu:
1) Musim Barat (Desember, Januari, Februari)
Pada bulan Desember, Januari, Februari angin bertiup terutama dari Barat Laut
(39.26%), Barat (32.05%) dan Utara (10.92%) dengan kecepatan dominan 3
sampai 5 m/det (32.94%), 5-7 m/det (31.24%) dan 1-3 m/det (17.30%). Panjang
fetch dari Barat Laut sekitar 145 km menyebabkan gelombang dari Barat Laut
mendominasi frekuensi kejadian dengan persentase sebesar 39.26% diikuti oleh
gelombang dari Barat mencapai 32.05%. Tinggi gelombang dominan adalah 0.6-
1.0 m (25.23%), 1.0-1.4 m (20.10%) dan 0.2-0.6 m (19.19%). Periode gelombang
dominan adalah 5-7 detik (26.77%), 7-9 detik (25.29%), 9-11 detik (23.60%).
Gelombang tertinggi terjadi di musim barat dibandingkan dengan musim lainnya
dengan gelombang yang melebihi 2.2 m mencapai 3.67%.
2) Musim Peralihan I (Maret, April, Mei)
Pergeseran arah angin dominan dan kecepatan pada musim peralihan ini juga
merubah arah gelombang dominan seperti dari Timur (16.13%), penurunan dari
arah Barat (32.05%) dan penurunan dominasi dari arah Barat Laut (10.25%).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 19


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Sedangkan untuk tinggi gelombang dominan tidak berubah secara signifikan


namun terjadi pengurangan nilai ditandai dengan peningkatan di sekitar 0.2
sampai 0.6 m (20.14%), penurunan di 0.6-1.0 m (17.42%) dan 1.0-1.4 m (8.45%)
dibandingkan dengan musim barat. Periode dominan yang terjadi adalah 5-7 detik
(22.83%), 7-9 detik (15.52%) dan 9-11 detik (7.00%).
3) Musim Timur (Juni, Juli, Agustus)
Pada musim timur ini, arah gelombang dominan dari Timur (24.91%), Timur Laut
(2.15%) dan Barat (1.04%). Tinggi dominan berada pada kisaran 0.6-1.0 m
(11.00%) diikuti oleh kisaran 1.0-1.4 m (7.76%) dan 0.2-0.6 m (7.75%). Periode
domain berada pada kisaran 7-9 detik (14.68%) dan 5-7 detik (11.49%).
4) Musim Peralihan II (September, Oktober, November)
Pada musim peralihan kedua ini terlihat bahwa kondisi gelombang mendekati
kondisi musim peralihan pertama dimana tinggi gelombang dominan berada pada
kisaran 0.2-0.6 m (15.55%) dan 0.6-1.0 m (12.77%). Periode gelombang dominan
adalah 5-7 detik (17.96%), 7- 9 detik (11.68%) dan 3-5 detik (5.96%). Sedangkan
arah gelombang dari Timur (15.78%), Timur Laut (4.65%) dan Barat (9.72%).

Pola waverose dari data tahunan selama 24 tahun (1989-2012) menunjukkan


gelombang dominan berasal dari Timur dengan frekuensi kejadian mencapai 14.64%
diikuti oleh dominan kedua dari Barat dengan frekuensi kejadian 13.74% (Gambar
II.20). Sedangkan tinggi gelombang dominan 0.6-1.0 m (16.54%) dan 0.2-0.6 m
(15.63%). Periode gelombang dominan berada pada kisaran 5-7 detik dengan
frekuensi kejadian 19.71%, periode 7-9 detik mencapai 16.73%.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 20


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Sumber data: PT. LAPI Ganeshatama Consulting (Agustus, 2013).

Gambar II.20. Waverose di Teluk Jakarta dari 1989-2012

b. Simulasi Gelombang
Untuk kajian ini (PT. LAPI Ganeshatama Consulting, Agustus 2013) dilakukan
simulasi penjalaran gelombang sampai ke daerah pantai menggunakan model MIKE
SW. Simulasi untuk kondisi eksisting sebelum reklamasi dilakukan menggunakan
gelombang yang paling tinggi yaitu 4 m dan periode 13.017 detik dari arah Utara.
Pada kajian ini digunakan model dari MIKE SW.

1) Desain Simulasi

Hasil simulasi gelombang untuk kondisi maksimum diperlihatkan oleh Gambar


II.21. Arah dominan gelombang sampai ke daerah pantai Mutiara adalah dari Barat

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 21


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Laut sedangkan tinggi gelombang maksimum yang terjadi sebelum gelombang


tersebut pecah adalah sekitar 1.4 m di utara pantai Mutiara. Setelah gelombang
pecah secara berangsur angsur energinya pun berkurang dimana di pantai
Mutiara sekitar 0.8 m. Hal ini pun berlaku untuk kondisi dimana pulau H telah
terbangun tetapi terjadi pengurangan yang cukup signifikan di muara waduk Pluit.

Gelombang musim barat datang dari arah Barat Laut dengan ketinggian
maksimum 4 meter. Hasil simulasi pada musim barat pada kondisi eksisting
diperlihatkan oleh Gambar II.21. Energi gelombang meluruh seiring dengan
penjalaran menuju pantai Jakarta. Tinggi gelombang pada lokasi reklamasi
mencapai 0.6 m pada kondisi eksisting.

Gambar II.21. Gelombang Musim Barat Dengan Kondisi Eksisting

Gelombang musim timur datang dari arah Timur Laut juga dengan ketinggian
maksimum 4 meter. Hasil simulasi pada pada musim timur pada kondisi eksisting
diperlihatkan oleh Gambar II.22. Energi gelombang meluruh seiring dengan
penjalaran menuju pantai Jakarta. Tinggi gelombang pada lokasi reklamasi
mencapai 0.9 m pada kondisi eksisting. Apabila meninjau kedua musim angin
dominan tersebut maka gelombang dari musim timur memberikan gelombang
yang lebih besar di lokasi reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 22


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.22. Gelombang Musim Timur Dengan Kondisi Eksisting

3. Kondisi Sedimentasi Sekitar Pulau H

Kondisi sedimentasi di sekitar rencana Pulau H diidentifikasi melalui hasil survai dan
interpretasi sumber-sumber sedimen potensial di sekitar Pulau H (Gambar II.23), yaitu
muara Kali Karang dan pompa Pluit yang memberikan jumlah sedimen konservatif
sebesar 10 kg/m3 dan 0,001 kg/m3 secara kontinyu.

Gambar II.23. Lokasi sumber input sedimen

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 23


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Pola endapan sedimen diperlihakan oleh Gambar II.24 dan II.25. Untuk endapan
sedimen tanpa sumber pompa Pluit besaran endapan adalah sekitar 0,13 m/tahun.
Warna merah menggambarkan nilai endapan sebesar 0.13 m/tahun dan warna ungu
menyatakan gerusan sebesar 0.13 m/tahun. Pada kajian ini dapat diperlihatkan pola
endapan sedimen secara kualitatif dimana ada beberapa daerah yang mengalami
endapan dan ada beberapa area yang mengalami gerusan. Gerusan terjadi di saluran
muara pompa Pluit, hal ini diakibatkan oleh kecepatan aliran akibat pompa yang lebih
dominan dari pada kecepatan aliran di saluran akibat hidrodinamika pasang surut.
Sedangkan endapan terjadi di sekitar mulut saluran muara pompa Pluit atau sebelah
tenggara dari rencana wilayah reklamasi Pulau H.

Gambar II.24. Endapan sedimen pada kondisi eksisting

Pola endapan sedimen sebagaimana diperlihakan oleh Gambar II.25 menunjukkan


kondisi endapan dengan pompa Pluit. Warna merah menggambarkan nilai endapan
sebesar 0.9 m .Pada kajian ini dapat diperlihatkan pola endapan sedimen secara
kualitatif dimana ada beberapa daerah yang mengalami endapan dan Sedangkan
endapan terjadi di sekitar mulut saluran muara pompa Pluit atau sebelah tenggara dari
rencana wilayah reklamasi Pulau H. Akibat dari adanya sumber sedimen dari pompa
menyebabkan adanya endapan di depan mulut pompa. Pompa yang mengeluarkan
sumber sedimen memberikan pengurangan gerusan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 24


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.25. Endapan sedimen pada kondisi eksisting

4. Sebaran Thermal Di Sekitar PLTU Muara Karang

Kondisi sirkulasi PLTU Muara Karang dijelaskan berdasarkan posisi inlet dan outlet PLTU
Muara Karang diperlihatkan oleh Gambar II.26 berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 25


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.26. Lokasi inlet dan Outlet PLTU Muara Karang

Dengan menggunakan debit outlet dan inlet adalah 12 m3/s untuk outlet Barat dan 48
m/s3 untuk outlet Timur serta thermal konservatif berdasarkan selisih terhadap suhu air
laut normal atau T sebesar 100oC untuk inlet dan 60oC untuk outlet sebelah Timur dan
40oC untuk outlet sebelah Barat, maka outlet sebelah Timur lebih dominan meningkatkan
suhu perairan sekitarnya. Aliran thermal dari outlet sebelah Timur mengalir ke Pantai
Mutiara. Suhu air laut pada posisi inlet saluran air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang
adalah sekitar 30,2 0C.

2.2. KOMPONEN BIOLOGI

2.2.1. Fauna Darat

Jenis fauna darat yang dominan dijumpai di wilayah studi adalah jenis-jenis burung
merandai. Jenis burung yang dijumpai antara lain : burung pecuk, kuntul, belibis, burung
layang layang (Hirundo sp), burung Gereja (Passer montana) dan burung Merpati (Columba
livia). Jenis serangga yang sering dijumpai terutama dari jenis Lepidoptera (kupu-kupu) dan
Odonata (capung). Jenis hewan mamalia yang dijumpai hanyalah jenis hewan peliharaan
antara lain anjing (Canis canis) dan kucing (Felix sp).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 26


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.2.2. Biota Laut

1. Plankton

Berdasarkan informasi dari hasil laporan pemantauan perairan Pantai Mutiara tahun
2010, diketahui bahwa Phytoplankton yang dijumpai saat pasang dan surut berjumlah 12
marga yang terdiri dari kelompok Chrysophyta, Euglenophyta dan Pyrophyta. Kelompok
Chrysophyta mempunyai frekuensi kejadian lebih besar dibanding Euglenophyta dan
Pyrophyta.

Hasil analisis plankton (Fitoplankton) di perairan laut sekitar lokasi rencana Reklamasi
Pulau H dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 27


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 2.6. Hasil analisis plankton (Fitoplankton)


Hasil
No. Individu
AL 1 AL 2 AL 3 AL 4
CHRYSOPHYTA
1 Amphipora sp - 2 1 -
2 Ampora sp 2 2 - -
3 Bacteriastrum hyalinum 3 5 3 4
4 Bacteriastrum varians 2 3 2 1
5 Biddulphia mobiliensis 2 2 3 2
6 Biddulphia sinensis 1 1 3 2
7 Chaetoceros affine 4 3 4 4
8 Chaetoceros brevis 3 2 4 3
9 Chaetoceros curvisetum 5 6 5 6
10 Chaetoceros didymus 4 3 4 4
11 Chaetoceros laevis 1 2 1 1
12 Chaetoceros lorenzianum - - 2 2
13 Chaetoceros pendulum 1 1 2 2
14 Chaetoceros sp 1 1 0
15 Coscinodiscus asteromphalus 2 3 1 2
16 Coscinodiscus sp 5 3 4 3
17 Climacosphenia sp 1 - - 2
18 Ditylum sol 4 6 5 4
19 Eucampia sp - 1 2 -
20 Guinardia flaccida 4 6 5 6
21 Hemiaulus sinensis 1 - 2 2
22 Hemidiscus cuneiformis 2 1 - 1
23 Hyalodiscus stelliger 2 1 - 2
24 Lauderia barealis 9 7 8 7
25 Nitzschia lanceolata 2 2 - -
26 Nitzschia longissima 1 4 3 2
27 Nitzschia seriata 8 13 12 10
28 Nitzschia sigma 2 2 2
29 Pleurosigma angulatum 1 2 2 1
30 Pleurosigma compactum 1 1 - -
31 Pleurosigma elongatum 3 4 2 3
32 Pleurosigma normanii 1 - 2 1
33 Pleurosigma ractum 2 1 - 2
34 Pleurosigma sp - 1 1 -
35 Phizosolenia alata 5 3 4 4
36 Phizosolenia arafurensis 1 2 1 1
37 Phizosolenia calcar avis 2 2 3 3
38 Phizosolenia rebusta 2 2
39 Phizosolenia setigera 4 6 5 4
40 Phizosolenia styliformis 2 4 3 3
41 Phizosolenia stolterfothii 3 5 4 4
42 Phizosolenia sp - 1 - -
43 Stephanopyxis sp 2 2 - 2
44 Thalassionema nitzschiodes 5 5 6 8
45 Thalassiothrix frauenfeldii 15 15 14 10
Jumlah Individu/mL sampel 118 135 126 122
Jumlah Taxa 38 40 35 37
Index Diversitas H' = -E Pi Ln pi 3,3574 3,4031 3,3136 3,4013
(SHANON - WEAVER, 1949)
H-max = LnS 3,6376 3,6889 3,5553 3,6109
Equalitas = H'/H-max 0,9230 0,9225 0,9320 0,9420
Sumber: PT. Mitralab Buana, September 2013
Keterangan: AL1 : Air Laut 1, Titik Koordinat S 0600530,0 E 10604713,38
AL2 : Air Laut 2, Titik Koordinat S 0600530,48 E 10604743,86
AL3 : Air Laut 3, Titik Koordinat S 0600457,36 E 10604723,7
AL4 : Air Laut 4, Titik Koordinat S 0600401,09 E 10604738,04

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 28


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Dari tabel di atas keberadaan Fitoplankton pada AL1 sampai dengan AL4
memperlihatkan jumlah Taxa cukup besar (35 40) dengan indeks diversitas H di
masing-masing titik sampel tergolong cukup tinggi (antara 3,3136 dan 3,6889). Hal ini
menunjukkan kondisi kualitas perairan di sekitar lokasi proyek masih baik bagi kehidupan
fitoplankton. Hal ini didukung oleh keberadaan nutrien seperti fosfat dan nitrat di perairan
laut sekitar lokasi proyek.

Hasil analisis plankton (Zooplankton) di perairan laut sekitar lokasi rencana Reklamasi
Pulau H dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Hasil analisis plankton (Zooplankton)


Hasil
No. Individu
AL 1 AL 2 AL 3 AL 4
ARTHROPODA
CRUSTACEA
1 Acartia sp 1 - 2 1
2 Acartia sp (Nauplius) 3 3 3 3
3 Calanus sp (Nauplius) 2 2 3 1
4 Oithona sp 1 1 -
5 Oithona (Nauplius) 3 3 3 4
6 CEPEPODA (sp1) 1 - -2 2
7 CEPEPODA (sp2 nauplius) 3 2 2
PROTOZOA
CILIATA
8 Amphorellopsis acuta 3 3 4 4
9 Codonellopsis frigita 2 2 1
10 Codonellopsis parva 1 3 2 3
11 Favella sp 1 2 2 1
12 Leprotintinnus nordgvisti - - 2 -
13 Tintinnopsis beroidea 3 3 - 2
14 Tintinnopsis gracilis 2 2 3 2
15 Tintinnopsis radix 4 3 3 4
16 Tintinnopsis sp - - 1 -
17 Tintinnus lusus undae 3 - 3 3
SARCODINA
Globigerina sp - 2 - 1

Jumlah Individu/mL sampel 32 31 35 33


Jumlah Taxa 14 13 15 14
Index Diversitas H' = -E Pi Ln pi 2.5445 2.5278 2.6339 2.5247
(SHANON - WEAVER, 1949)
H-max = LnS 2.6391 2.5649 2.7081 2.6391
Equalitas = H'/H-max 0.9642 0.9855 0.9726 0.9567
Sumber: PT. Mitralab Buana, September 2013
Keterangan: AL1 : Air Laut 1, Titik Koordinat S 0600530,0 E 10604713,38
AL2 : Air Laut 2, Titik Koordinat S 0600530,48 E 10604743,86
AL3 : Air Laut 3, Titik Koordinat S 0600457,36 E 10604723,7
AL4 : Air Laut 4, Titik Koordinat S 0600401,09 E 10604738,04

Dari tabel di atas keberadaan Zooplankton pada AL1 sampai dengan AL4
memperlihatkan jumlah Taxa sedang (13 15) dengan indeks diversitas H di masing-
masing titik sampel tergolong sedang (2,5247 2,6339) yang didominasi oleh jenis
Protozoa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas perairan laut di

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 29


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

sekitar lokasi proyek juga cukup baik bagi kehidupan Zooplankton. Hal ini didukung oleh
keanekaragaman fitoplankton yang cukup banyak di perairan laut sekitar lokasi proyek.

2. Bentos

Bentos mencakup semua organisme yang hidup di dasar atau di dalam dasar perairan.
Peranan bentos di perairan sangat besar, antara lain sebagai pengurai bahan-bahan
organik yang terdapat di dasar atau di dalam perairan dan sebagai indikator biologis
apabila terjadi penurunan kualitas ekosistem perairan.

Berdasarkan informasi dari hasil laporan pemantauan perairan Pantai Mutiara tahun
2010, diketahui bahwa di sekitar wilayah studi terdapat 3 kelas bentos, yaitu Mollusca,
Gastropoda dan Scapoda. Keanekaragaman jenis bentos di sekitar wilayah studi
tergolong sedang, dengan nilai indeks keragaman jenis berkisar antara 2,2114 sampai
2,4104 (tergolong sedang). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan laut di sekitar
lokasi proyek masih cukup baik bagi kehidupan Bentos. Hal ini didukung oleh data
pengukuran kualitas air laut yang menunjukkan parameter yang cenderung berlebih
adalah Fosfat dan Nitrat, bukan golongan logam berat.

Hasil analisis bentos di perairan laut sekitar lokasi rencana Reklamasi Pulau H dapat
dilihat pada Tabel 2.8.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 30


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 2.8. Hasil Analisis Bentos


Hasil
No. Individu
AL 1 AL 2 AL 3 AL 4
MOLLUSCA
BIVALVIA
1 Limaria sp 4 5 5 4
2 Tellina sp1 2 3 3 2
3 Tellina sp2 4 3 - 3
4 Veneridae 3 4 4 2
5 BIVALVIA (sp1) - 2 1 -
6 BIVALVIA (sp2) 2 - 2 2
7 BIVALVIA (sp3) 2 1 - 1
GASTROPODA
8 Atys sp 4 5 4 5
9 Nassarius sp 2 - - 1
10 Velixlum sp 1 1 -
11 Turitella sp 1 - - 1
12 GASTROPODA (sp1) 1 1 1 1
13 GASTROPODA (sp2) - 1 2
SCAPHOPODA
14 Dentallium sp 3 - 2 2
PROTOZOA
FORAMINIFERA
15 Asterorotalia sp 12 10 9 14
16 Cavarotalia sp 14 14 16 15
17 Guingueloculina sp1 8 5 - 6
18 Guingueloculina sp2 5 4 5 4
Jumlah Individu/mL sampel 67 59 55 63
Jumlah Taxa 18 14 13 15
Index Diversitas H' = -E Pi Ln pi 2.4104 2.3287 2.2114 2.2972
(SHANON - WEAVER, 1949)
H-max = LnS 2.7081 3.8074 3.7004 2.7081
Equalitas = H'/H-max 0.8901 0.6116 0.5976 0.8483
Sumber: PT. Mitralab Buana, September 2013
Keterangan: AL1 : Air Laut 1, Titik Koordinat S 0600530,0 E 10604713,38
AL2 : Air Laut 2, Titik Koordinat S 0600530,48 E 10604743,86
AL3 : Air Laut 3, Titik Koordinat S 0600457,36 E 10604723,7
AL4 : Air Laut 4, Titik Koordinat S 0600401,09 E 10604738,04

3. Nekton

Nekton (ikan) merupakan biota air yang mempunyai pergerakan yang lebih bebas
dibandingkan dengan bentos dan plankton. Dengan kebebasannya tersebut, ikan bisa
melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain bila terjadi tekanan terhadap
kehidupannya (perubahan fisik kimia perairan). Perairan laut sekitar lokasi proyek
merupakan areal yang padat dengan aktivitas usaha seperti Kawasan Perumahan Pantai
Mutiara di sebelah selatan, Pelabuhan Muara Baru (Niza Zachman) di sebelah tenggara
dan PLTGU Muara Karang di sebelah barat daya dan bukan areal tangkapan ikan
potensial. Berdasarkan informasi dari Nelayan jenis ikan yang umumnya dijumpai di
sekitar lokasi proyek adalah ikan teri dan ikan tembang.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 31


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA

2.3.1. Luas dan Batas Wilayah

Kelurahan Pluit luasnya 771,19 ha seluruhnya merupakan tanah Negara yang dikelola
oleh PT. Jakarta Propertindo (d/h PT. Pembangunan Pluit Jaya) dan Dinas Perikanan
Peternakan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa
2. Sebelah Timur : Sepanjang Tepi Waduk Pluit sebelah Barat
3. Sebelah Selatan : Jl. Pluit Karang Selatan Jl. Pluit Selatan
4. Sebelah Barat : Kali Muara Angke Kali Cisadane.

Luas wilayah Kelurahan Pluit menurut status tanah dan peruntukannya dapat dilihat pada
Tabel 2.9 dan 2.10.

Tabel 2.9. Luas Wilayah Kelurahan Pluit menurut status tanah


No. Status Tanah Luas (Ha)

1. Tanah Negara 95,02


2. Tanah Milik 58,91
3. Tanah Wakaf 0,60
4. Tanah HGB 596,60
5. Lain - lain 20,06
Jumlah 771,19 ha
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Pengelolaan tanah tersebut dilakukan oleh PT. Jakarta Propertindo untuk wilayah Muara
Karang dan Pluit, sedangkan untuk wilayah Muara Angke dibawah pembinaan Dinas
Perikanan Peternakan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta.

Tabel 2.10. Luas Wilayah Menurut Peruntukan Tanah


No. Peruntukan tanah Luas (Ha)
1. Perumahan 655,51
2. Industri -
3. Fasilitas Umum 38,56
4. Fasilitas Sosial 57,06
5. Lain - lain 20,06
Jumlah 771,19 ha
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa status tanah yang dominan di Kelurahan Pluit
adalah tanah HGB dengan peruntukan perumahan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 32


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.3.2. Kependudukan

Kelurahan Pluit terdiri dari 19 Rukun Warga (RW), 233 Rukun Tangga (RT) dan 19 Lembaga
Musyawarah Kelurahan (LMK). Jumlah penduduk di Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara pada tahun 2013 sebanyak 3.664 jiwa yang terdiri dari 24.230
jiwa laki-laki dan 24.683 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Pluit
sebanyak 14.499 KK. Dengan luas wilayah Kelurahan Pluit sebesar 7,719 km2, maka
kepadatan penduduk di Kelurahan Pluit sebesar 6.342 jiwa/km2. Jumlah dan kepadatan
penduduk tersaji pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk serta Rasio Jenis Kelamin di
Kelurahan Pluit Tahun 2013
Luas Jumlah (Jiwa)
Kepadatan jiwa/km2 Rata-rata Jiwa per KK
Wilayah (km2) L P Total
7,719 24.230 24.683 48913 6.342 3,37
Sumber : Kecamatan Penjaringan Dalam Angka Tahun 2014

Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Pluit menunjukkan
bahwa penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Rasio jenis
kelamin penduduk Kelurahan Pluit adalah 98. Ini berarti bahwa setiap 100 orang perempuan
terdapat 98 laki-laki. Data jumlah penduduk serta rasio jenis kelamin disajikan pada Tabel
2.12.

Tabel 2.12. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kelurahan Pluit Tahun 2013
Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin
24.230 24.683 98,16
Sumber: Kecamatan Penjaringan Dalam Angka Tahun 2014

Kenaikan dan penurunan penduduk bisa disebabkan oleh adanya migrasi dan banyaknya
kelahiran atau kematian. Migrasi disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk baik yang
datang ataupun yang keluar ke/dari suatu wilayah. Jumlah kelahiran, kematian, penduduk
yang datang dan yang pindah dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Mobilitas Penduduk Kelurahan Pluit Tahun 2013


Jumlah Penduduk Kelahiran CBR Kematian CDR Datang Pindah
48.913 626 138 1345 1173
Sumber: Kecamatan Penjaringan Dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 pada umumnya jumlah penduduk
yang lahir dan datang lebih banyak daripada jumlah penduduk yang mati dan pindah.
Besarnya Reit Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate (CBR)) menunjukkan banyaknya kelahiran
per 1000 penduduk. CBR di Keluarah Pluit sebesar 12,80 yang dibulatkan menjadi 12
artinya terdapat 12 kelahiran per 1000 penduduk. Reit Kematian Kasar (Crude Death Rate

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 33


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

(CDR) sebesar 2,82 yang dibulatkan menjadi 3 artinya terdapat 3 (tiga) penduduk yang
mati per 1000 penduduk.

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.14,
Gambar Piramida Penduduk tersaji pada Gambar II.27, sedangkan jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2.15.

Tabel 2.14. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Menurut Kelompok Umur


WNI WNA
Umur Keterangan
No. L P L P %
(Tahun) Jumlah Jumlah Jumlah
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1. 04 1.674 1.594 3.268 - - - 3.268 7,06
2. 59 1.746 1.676 3.422 - - - 3.422 7,39
3. 10 14 1.694 1.639 3.333 - - - 3.333 7,20
4. 15 19 1.814 1.609 3.423 1 2 3 3.426 7,40
5. 20 24 1.751 1.576 3.327 3 1 4 3.331 7,19
6. 25 29 1.808 1.668 3.476 2 3 5 3.481 7,52
7. 30 34 1.903 1.716 3.619 2 4 6 3.625 7,83
8. 35 39 1.898 1.584 3.482 3 2 5 3.487 7,53
9. 40 44 1.774 1.611 3.385 4 4 8 3.393 7,33
10. 45 49 1.829 1.503 3.332 4 3 7 3.338 7,21
11. 50 54 1.744 1.533 3.277 8 4 12 3.289 7,10
12. 55 59 1.662 1.489 3.151 5 4 9 3.160 6,82
13. 60 64 1.587 1.391 2.978 3 4 7 2.985 6,44
14. 65 69 666 811 1.478 4 1 5 1.483 3,20
15. 70 74 476 587 1.063 2 6 8 1.071 2,31
16. 75 keatas 76 147 223 2 2 4 227 0,49
Jumlah 24.102 22.134 46.236 43 40 83 46.319 100,00
Sumber: Monografi Kelurahan (2009)

Berdasakan Tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk paling banyak dijumpai pada
kelompok umur 30-34 tahun sebanyak 3.625 jiwa (7,83%). Usia yang dikatakan masih
inproduktif antara 0-14 tahun berjumlah 10.023 jiwa (21,64%), usia produktif antara 15 64
berjumlah 33.516 jiwa (72,36%) dan yang dikatakan non-produktif usia 65 ke atas
berjumlah 2.780 jiwa (6,00%). Hasil perhitungan diketahui bahwa Rasio Beban
Ketergantungan (depedency ratio) penduduk di Kelurahan Pluit sebesar 38,20% dibulatkan
menjadi 38%. Ini berarti bahwa setiap seratus penduduk usia produktif di Kelurahan Pluit
menanggung 38 jiwa penduduk in-produktif dan non produktif.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 34


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.27. Piramida Penduduk di Kelurahan Pluit Tahun 2013

Tabel 2.15. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
Jenis Kelamin Persentase
Jumlah
No. Jenis Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan (%)
(Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa)
1. Karyawan Swasta/Negeri/TNI 8067 5712 13779 42,50
2. Pedagang 6934 3820 10754 33,17
3. Nelayan 2692 - 2692 8,30
4. Pensiunan 539 240 779 2,40
5. Pertukangan 31 - 31 0,10
6. Penganguran 618 370 988 3,05
7. Fakir miskin 357 267 624 1,92
8. Lain-lain 841 1931 2772 8,55
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jenis mata pencaharian penduduk yang dominan di
Kelurahan Pluit adalah Karyawan Swasta/Negeri/TNI sebanyak 13.779 jiwa (42,5%).

2.3.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Pluit dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bangunan Rumah Tinggal

Banyaknya bangunan rumah tinggal di Kelurahan Pluit dapat dilihat pada Tabel 2.16
berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 35


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 2.16. Banyaknya Bangunan Rumah Tinggal


Banyaknya
No. Jenis Bangunan Keterangan
Bangunan
1. Bangunan Permanen 10.582 Unit
2. Bangunan Bantaran Kali/Liar 750 Unit Kali Muara Angke
JUMLAH 11.332 Unit
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Berdasarkan data di atas, bangunan rumah tinggal liar yang berada di bantaran Kali
Muara Angke cukup banyak yairu 750 unit bangunan rumah tinggal. Hal ini menunjukkan
adanya rentang kondisi ekonomi yang besar antara kelas masyarakat menengah-tinggi
dan kelas masyarakat bawah.

2. Sarana Jalan

Sarana jalan yang terbangun di Kelurahan Pluit terdiri dari jalan rotocol, jalan ekonomi,
jalan MHT dan lain-lain. Secara rinci sarana jalan dapat dilihat pada Tabel 2.17 berikut.

Tabel 2.17. Sarana Jalan


No. Jenis Jalan Panjangnya
1. Jalan Protokol 20,78 Km
2. Jalan Ekonomi 10,05 Km
3. Jalan MHT 5,12 Km
4. Lain lain 13,08 Km
JUMLAH 50,03 Km
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jalan yang dominan di Kelurahan Pluit adalah
jalan protocol sepanjang 20,78 Km.

3. Sarana Angkutan Jalan

Sarana angkutan jalan yang terdapat di Kelurahan Pluit dapat dilihat pada Tabel 2.18
berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 36


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 2.18. Sarana Angkutan Jalan


No. Jenis Angkutan No. Bus Jumlah Keterangan
1. Bus Patas P 37 17 Mr. Angke Blok M
2. Trans Jakarta - - Pluit Pinang Ranti
3. Truk 25
4. Kopami U 02 23 Mr. Karang Senen
5. Metromini U 30 20 Mr. Karang Kota
6. Ojek Sepeda Motor B 01 10 Mr. Angke Grogol
7. Ojek Sepeda B 011 50 Mr. Angke Mr. Baru
8. Angkot KWK B 06 25 Mr. Angke - Pademangan
JUMLAH 268
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Di samping sarana angkutan tersebut juga ada angkutan kendaraan umum yang
berlintas antara lain : Bajaj, Taxi, Colt (Oprengan) dan lain-lain. Dengan banyaknya jenis
angkutan jalan di wilayah Kelurahan Pluit, maka memperpadat kondisi lalu lntas pada
jaringan jalan yang ada di Wilayah Kelurahan Pluit.

Adapun sarana angkutan perahu Nelayan di pendaratan ikan Muara Angke sebanyak
8.779 buah yang terdiri dari:
a. Kapal Motor : 1.580 Buah
b. Motor Tempel : 6.729 Buah
c. Lain lain : 470 Buah

4. Sarana Kepentingan Umum

Banyaknya Sarana Kepentingan Umum di Kelurahan Pluit dalam bulan ini dapat dilihat
pada Tabel 2.19 berikut.

Tabel 2.19. Sarana Kepentingan Umum


No. JENIS SARANA JUMLAH KETERANGAN
1. Mandi Cuci Kakus 6 Rw. 01 dan 011 Mr. Angke
2. Hydran Percontohan 4 PHPT Mr. Angke
3. Pompa Penanggulangan Banjir 15 Pluit, Muara Karang dan Muara Angke
4. Mini Plant PAM Jaya 1 Muara Karang
5. Booster PAM Jaya 1 Muara Karang
6. Lain - lain 1 Muara Karang
JUMLAH 28
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa sarana kepentingan umum yang dominan di
Kelurahan Pluit adalah Pompa Penanggulangan Banjir dan MCK.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 37


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

5. Bangunan Vital

Banyaknya Bangunan Vital di Kelurahan Pluit dapat dilihat pada Tabel 2.20 berikut.

Tabel 2.20. Bangunan Vital


No. JENIS BANGUNAN JUMLAH KETERANGAN

1. PLTU / PLTG 2 Pikiterm Jabar


2. Telkom 1 STO
3. PAM JAYA 2 Cabang
Penjaringan, Pluit, Muara Karang, Muara
4. Polsek / Pospol 3
Angke
5. Pemadam Kebakaran 2 Pluit, Muara Angke
6. Gedung Pemerintah 7
7. Gedung Swasta 70
8. Gedung Pertemuan 1 Muara Angke
9. Gedung Pelayanan Kesehatan 7 Klinik
JUMLAH 95
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Pembangkit listrik Tenaga Uap yang berlokasi di Jl. Pluit Utara Raya mendistribusikan ke
sekitar DKI Jakarta dan Jawa Barat. Gedung Pemerintah dimaksud yaitu : Kantor
Kelurahan Pluit, Puskesmas, PHPT, Kantor Perwakilan Kecamatan Pulau Seribu, dan
lain-lain. Sedangkan gedung swasta yaitu: PT. Pembangunan Pluit Jaya, Jawa Barat
Indah dan CO, Gedung Developer, Bank bank, dan lain-lain.

6. Sarana Peribadatan

Banyaknya tempat peribadatan di Kelurahan Pluit dapat dilihat pada Tabel 2.21 berikut.

Tabel 2.21. Tempat Peribadatan


No. Jenis Tempat Peribadatan Banyaknya
1. Masjid 7
2. Musholla 3
3. Gereja 14
4. Pura 1
5. Kuil / Klenteng / Vihara 11
JUMLAH 36
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa tempat peribadatan yang dominan di Kelurahan
Pluit adalah Gereja dan Kuil/Klenteng/Vihara.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 38


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

7. Bidang Sosial

Dalam rangka meringankan beban masyarakat karena dampak krisis moneter dan krisis
ekonomi Kepala Kelurahan Pluit bekerja sama dengan/dermawan atau pengurus RT dan
RW serta tokoh masyarakat telah mengadakan bantuan kepada masyarakat kurang
mampu di Kelurahan Pluit, Khususnya di wilayah Muara Angke dan luar wilayah
Kelurahan Pluit. Adapun bantuan yang diberikan berupa:

Tabel 2.22. Bantuan Sosial


No. Jenis Kegiatan / Bantuan Kelurahan Pluit Luar Kelurahan Pluit
1. Bantuan Sosial Sembako di Eks Kebakaran 2 1
JUMLAH 2 1
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

8. Bidang Pendidikan

Banyaknya sarana pendidikan di wilayah Kelurahan Pluit adalah:

a. Pendidikan Formal
Sarana pendidikan formal yang ada diwilayah Kelurahan Pluit, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.23. Tingkat Sekolah Dasar (SD)


JUMLAH
No. Jenis Sekolah
Gedung Sekolah Murid Guru
1. Negeri 2 2 541 55
2. Bersubsidi 0 0 0 0
3. Swasta 8 8 921 110
4 Ibtidiyah 1 1 112 5
JUMLAH 11 11 1.574 170
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Tabel 2.24. Sekolah Menengah Pertama (SLTP)


JUMLAH
No. Jenis Sekolah
Gedung Sekolah Murid Guru
1. Negeri 1 1 287 21
2. Bersubsidi 0 0 0 0
3. Swasta 9 9 1,109 31
4 Ibtidiyah 1 1 89 0
JUMLAH 11 11 1,485 52
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Tabel 2.25. Sekolah Menengah Umum (SMU)


JUMLAH
No. Jenis Sekolah
Gedung Sekolah Murid Guru
1. Negeri 1 1 589 35
2. Bersubsidi 0 0 0 0
3. Swasta 4 4 929 50
JUMLAH 5 5 1,518 85
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 39


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa sarana pendidikan formal SD hingga SLTA di
Kelurahan Pluit tergolong cukup banyka (memadai).

b. Pendidikan Non Formal


Sarana Pendidikan non Formal yang ada di wilayah Kelurahan Pluit, adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.26. Taman Kanak-kanak


JUMLAH
No. Jenis Sekolah
Gedung Sekolah Murid Guru
1. Negeri 0 0 0 0
2. Bersubsidi 0 0 0 0
3. Swasta 10 10 995 52
JUMLAH 10 10 995 52
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Tabel 2.27. Kursus Kejuruan/Keterampilan


No. Macam / Jenis Kursus Banyaknya
1. Bahasa Inggris 10
2. Montir Mobil 2
3. Setir Mobil 2
4. Komputer 6
5. Kecantikan 3
6. Elektronik 22
7. Lain - lain 5
JUMLAH 50
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Sarana pendidikan non formal yang ada di wilayah Kelurahan Pluit cukup banyak
untuk mendukung peningkatan ketrampilan warga yang putus sekolah.

Masyarakat Kelurahan Pluit pada umumnya sudah mampu mengenyam pendidikan yang
juga didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana pendidikan negeri ataupun
swasta. Walaupun masih ada penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang relatif
rendah yaitu tidak bersekolah, tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SMP. Adapun jumlah
penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat ada Tabel
2.28.

Tabel 2.28. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Jenis Kelamin
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)
1. Tidak sekolah 781 933 1714
2. Tidak tamat SD 2648 3459 6107
3. Tamat SD 4847 4911 9758
4. Tamat SMP 5506 5599 11105
5. Tamat SMA 7347 5419 12766
6. Tamat Akademi/P.T. 2942 1776 4718
Sumber: Monografi Kelurahan Pluit (2009)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 40


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.3.4. Kebersihan

1. Sarana dan Petugas Kebersihan

Banyaknya Sarana dan Petugas Kebersihan di wilayah Kelurahan Pluit terdiri dari
kontainer 12 buah, truk 10 buah, gerobak 40 dan petugas 159 orang.

2. Kegiatan Kebersihan

Kegiatan Kebersihan bulan ini di wilayah Kelurahan Pluit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.29. Kegiatan Kebersihan


No. Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi
1. Setiap minggu dalam sebulan Kerja Bakti kebersihan lingkungan Wilayah Kelurahan Pluit
2. Setiap Jumat dalam sebulan PSN Wilayah Kelurahan Pluit
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

2.3.5. Kamtibmas

Disamping Pos Linmas di Kelurahan Pluit terdapat 2 Pos Polisi, 2 Sub Pos Polisi, 1 Pos
Mitra dan 1 Pos Polsek Metro Penjaringan dengan Kekuatan Anggota sebagai berikut:
1. Polsek Metro Penjaringan : 150 Personil
2. Pos Polisi Pluit Indah : 10 Personil
3. Pos Polisi Muara Karang : 10 Personil
4. Sub Pos Polisi : 10 Personil
5. Pos Mitra Babinsa : 10 Personil
Jumlah : 190 Personil

Dalam rangka menanggulangi Keamanan dan Ketertiban di wilayah Kelurahan Pluit


disamping Anggota Linmas, Kepolisian dibantu juga oleh Mitra Babinsa 78 orang dan
Bantuan Polisi (Banpol) 30 orang personil yang tersebar di beberapa lingkungan RW.

2.3.6. Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman Jakarta (PPSNZJ)

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman Jakarta (PPSNZJ sebagai salah satu
pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa, termasuk pelabuhan perikanan kelas A yang
terletak di Muara Baru, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dan berbatasan langsung
dengan sebelah utara yaitu laut Jawa, sebelah barat yaitu Pantai Seruni, kawasan Waduk
Pluit, sebelah selatan yaitu Kelurahan Penjaringan, dan sebelah timur yaitu Pelabuhan
Sunda Kelapa. Lahan yang dimiliki secara keseluruhan sekitar 98 ha, yang terbagi dalam
tiga wilayah yaitu kawasan industri 48 ha, kawasan fasilitas perum dan UPT PPSJ 10 ha
dan kolam pelabuhan 40 ha. Areal PPSNZJ seluas 1.110.000 m2 dikelola oleh UPT Pusat

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 41


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

(UPTP). Lahan di sekitar PPS Jakarta terdiri dari wilayah perekonomian, pariwisata dan
industri.

Unit penangkapan ikan terdiri dari kapal, alat tangkap dan nelayan. Berikut adalah
penjelasan mengenai unit penangkapan ikan yang terdapat di PPS Nizam Zahman Jakarta.

1. Kapal Perikanan

Kapal-kapal yang terdapat di PPS Nizam Zahman Jakarta meliputi kapal perikanan kayu
maupun besi. Unit penangkapan di PPSNZJ memiliki ukuran yang berbeda, ukuran
berdasarkan Gross Tonnage (GT) terdiri dari 6 (enam) kategori ukuran kapal yaitu 11-20
GT, 21-30 GT, 31-50 GT, 51-100 GT, 101-200 GT dan >200 GT. Di PPSNZJ didominasi
oleh ukuran kapal 51-100 GT sebesar 505 unit. Ukuran kapal juga menentukan daerah
tangkapan ikan, semakin besar GT akan semakin jauh daerah tangkapan (fishing
ground). Jumlah kapal perikanan berdasarkan GT dapat dilihat pada Tabel 2.30.

Tabel 2.30. Jumlah Kapal Berdasarkan GT di PPSNZJ Tahun 2013


No. Ukuran Kapal (GT) Jumlah Kapal (Unit)
1. 11-20 2
2. 21-30 383
3. 31-50 136
4. 51-100 505
5. 101-200 438
6. >200 14
Jumlah 1.478
Sumber : PPSNZJ, tahun 2013

Jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di PPSNZJ tahun 2013 sebanyak 3.911
unit. Jumlah kapal terbanyak yang mendaratkan hasil tangkapan di PPSNZJ tahun 2013
adalah Bouke Ami sebnyak 1.530 Unit. Secara rinci jumlah kapal yang mendaratkan hasil
tangkapan di PPSNZJ tahun 2013 tersaji pada Tabel 2.31.

Tabel 2.31. Jumlah Kapal Yang Mendaratkan Ikan Menurut Jenis Penangkapan Ikan
dan Ukuran Kapal Perikanan Tahun 2013
Jenis Alat Penangkapan Ikan (Unit)
Ukuran Kapal
Jumlah Rawai Pukat Bouke Pancing Pancing
Perikanan (GT) Gillnet Pengangkut
Tuna Cincin Ami Cumi Ulur
Jumlah 3.911 587 1.154 29 1.530 8 11 592
>5 - - - - - - - -
5-10 - - - - - - - -
11-20 10 2 - - - - - 8
21-30 1.129 109 7 15 796 - - 202
31-50 359 66 2 5 254 1 - 31
51-100 1.338 266 488 - 454 1 4 125
101-200 1.048 141 656 9 26 6 7 203
>200 27 3 1 - - - - 23

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 42


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2. Alat penangkapan ikan

Alat tangkap yang dioperasikan kapal-kapal yang masuk ke PPS Nizam Zahman Jakarta
antara lain Rawa Tuna, Pukat Cincin, Jarring Insang Hanyut, Bouke Ami, Pancing Ulur,
Pancing Cumi, Pukat Ikan. Pada tahun 2013, alat tangkap yang mendominasi adalah
Bouke Ami sebanyak 539 unit . Jumlah alat tangkap yang berada di PPSNZJ sebanyak
1.353 unit dan dapat dilihat pada Tabel 2.32.

Tabel 2.32. Jumlah Alat Tangkap di PPSNZJ Tahun 2013


No. Jenis Alat Tangkap Jumlah Alat Tangkap (Unit)
1. Rawai tuna/longline 339
2. Pukat cincin/purse seine 426
3. Jaring insang hanyut/gillnet 23
4. Bouke ami/stick hed drift net 539
5. Pancing cumi/squid jig 9
6. Pancing ulur/handline 13
7. Pukat ikan/fish net 4
Jumlah 1.353
Sumber : PPSNZJ, T2013

3. Nelayan

Masyarakat nelayan dalam sistem perikanan tangkap merupakan elemen penting dalam
sebuah unit penagkapan iakan disamping kapal penangkap ikan dan alat tangkap yang
digunakan. Jumlah nelayan pada setiap jenis alat tangkap jumlahnya sesuai dengan
alat tangkap dan ukuran kapal. Kapal dengan alat tangkap long line > 30 GT
membutuhkan sekitar 15 orang nelayan dalam pengoperasiannya. Alat tangkap gill net >
30 GT membutuhkan sekitar 10 orang, sedangka alat tangkap purse seine membutuhkan
sekitar 30 nelayan dalam pengoperasiannya. Secara rinci jumlah nelayan yang berada di
PPSNZJ pada tahun 2013 tersaji pada Tabel 2.33.

Tabel 2.33. Jumlah Nelayan Menurut Ukuran dan Alat Tangkap di PPSNZJ, Tahun 2013
Ukuran Kapal (GT)
Alat tangkap Jumlah
11-20 21-30 31-50 51-100 101-200 >200
Pengangkut - 83 35 204 950 174 1446
Bouke ami - 3637 1286 2737 219 - 7879
Gillnet - 32 16 - 282 67 397
Handline - 12 48 154 267 - 481
Huhate - 14 - 20 - - 34
Longline 21 782 416 1695 890 - 3804
Pancing cumi - 116 - 27 71 - 214
Fish net - - - - 6 - 6
Purse seine - 191 110 5809 8991 57 15168
Jumlah 21 4867 1911 10646 11676 308 29429
Sumber : PPSNZJ, Tahun 2013

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 43


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.3.7. Persepsi Masyarakat

Sikap dan Persepsi responden (masyarakat) terhadap rencana kegiatan Reklamasi Pulau H
yang berada pada wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan ditanggapi beragam
oleh masyarakat sekitar dengan berbagai macam pendapat dan tanggapan. Namun, pada
umumnya masyarakat belum memberikan respon yang positif terhadap rencana kegiatan ini,
karena belum memahami tujuan dari kegiatan reklamasi, begitupula teknis pelaksanaan
kegiatan reklamasi serta manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat dari kegiatan
Reklamasi Pulau H. Persepsi masyarakat di Wilayah Studi yang diwakili oleh responden
dapat dilihat pada Tabel 2.34 berikut.

Tabel 2.34. Persepsi Responden Terhadap Rencana Reklamasi Pulau H


Jumlah Tanggapan
No. Tanggapan
(responden)
1. Setuju 58
2. Tidak Setuju 2
3 Abstain 5
Sumber : Rekapitulasi Survei Responden di Kelurahan Pluit, 2013

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa mayoritas responden (89,2%) menyatakan setuju
dengan rencana reklamasi Pulau H.

2.4. KESEHATAN MASYARAKAT

2.4.1. Banyaknya Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan Prasarana Kesehatan yang ada di wilayah Kelurahan Pluit adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.35. Sarana dan Prasarana Kesehatan


No. Jenis Sarana dan Prasarana Banyaknya
1. Rumah Sakit 0
2. Puskesmas 1
3. Posyandu 8
4. UPGK 5
5. Karang Balita 2
6. Dokter Praktek 54
7. Apotik 6
8. Klinik Kesehatan 1
9. Sin She 5
10. Akupuntur 3
11. PPKB 18
12. BKIA 1
13 Klinik KB 1
14. Taman Gizi 1
15. Kursus 8
16. Lain lain 0
JUMLAH 114
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 44


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa sarana dan prasarana kesehatan yang dominan di
Kelurahan Pluit adalah Dokter Praktek, PPKB dan Posyandu.

2.4.2. Banyaknya Dokter Praktek

Dokter yang praktek di wilayah Kelurahan Pluit, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.36. Data Dokter Praktek


No. Jenis Dokter Banyaknya
1. Ahli Jantung 2
2. Ahli Kandungan 2
3. Ahli Bedah 3
4. Ahli Penyakit Dalam 1
5. Ahli Penyakit Mata 1
6. Psikiater 1
7. Psikholog 1
8. Dokter Hewan 4
9. Dokter Gigi 12
10. Dokter Umum 25
11. Lain - lain 2
JUMLAH 54
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013

2.5. TRANSPORTASI DARAT

Hasil pemantauan Kawasan Pantai Mutiara tahun 2010 (Tabel 2.37), menunjukkan bahwa pada
persimpangan Jl. Pluit Utara Raya Jl. Pluit Samudera 2 tergolong cukup padat pada jam sibuk
pagi dan sore serta pada hari libur. Kepadatan ini bukan hanya disebabkan oleh kegiatan Pantai
Mutiara, namun juga oleh kegiatan fasilitas umum yang dapat dicapai dari jalan-jalan di
persimpangan ini antara lain sekolah dan gereja.

Tabel 2.37. Hasil Pengamatan Lalu Lintas Kawasan Pantai Mutiara Tahun 2010
Volume (SMP/jam) Volume Kapasitas Rasio
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Lokasi Arah Kap.
(08.00 (12.00 (16.00 (08.00 (12.00 (16.00
11.00) 15.00) 19.00) 11.00) 15.00) 19.00)
Jl. Pantai Menuju ke Utara (Jl. Pantai 611 545 413 1950 0.313 0.279 0.212
Mutiara Utara Raya)
Raya Menuju ke Timur (Lokasi 364 369 554 1950 0.187 0.189 0.284
Kawasan Pantai Mutiara)
Sumber: Laporan Implementasi RKL & RKL, 2010

Berdasarkan data Andal Busway Koridor XII (2012), flow lalu lintas di Jl. Pluit Selatan memiliki
kecepatan 50-65 km/jam dengan panjang antrian mencapai 20-30 m. Hasil pencacahan volume
kendaraan di Jl. Pluit Selatan yang memiliki kapasitas 4950 smp/jam adalah sebagai berikut:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 45


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 2.38. Data Lalu Lintas Andal Busway Koridor XII (2012)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of
Jam Pengamatan V/C Rasio
Service)
08.00-09.00 0,80-0,86 E (Sangat Buruk)
12.00-13.00 0,76-0,78 D (Buruk)
17.00-18.00 0,82-0,87 E (Sangat Buruk)

2.6. TRANSPORTASI LAUT

Pemantauan jumlah dan aktifitas kapal di sekitar perairan Pantai Mutiara yang dilakukan oleh
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) yang akan mempengaruhi
kapasitas dermaga dan kolam pelabuhan. Menurut Sam (2012) rasio tingkat pemanfaatan
dermaga dan kolam pelabuhan di PPSNZJ sudah mencapai 100% bahkan pemanfaatan dermaga
dan kolam pelabuhan di PPSNZJ sudah melebihi kapasitas dan daya tampungnya. Perlu ada
pengaturan dan pengelolaan kapal yang bersandar di PPSNZJ dan pengaturan selama ini
dilakukan oleh petugas syahbandar perikanan. Peningkatan aktifitas kapal perikanan mendorong
pertumbuhan pelabuhan. Mulai dari peningkatan pembangunan dermaga dan kolam pelabuhan
untuk memenuhi kapasitas dan daya tampungnya, sampai pada peningkatan bahan-bahan
pemenuhan kebutuhan dan berbekalan kapal perikanan. Dengan demikian, dari aspek ini
pengelolaan pelabuhan perikanan sesuai dengan konsep Eco Port.

Kapal-kapal yang terdapat di PPS Nizam Zahman Jakarta meliputi kapal perikanan kayu maupun
besi. Unit penangkapan di PPSNZJ memiliki ukuran yang berbeda, ukuran berdasarkan Gross
Tonnage (GT) terdiri dari 6 (enam) kategori ukuran kapal yaitu 11-20 GT, 21-30 GT, 31-50 GT, 51-
100 GT, 101-200 GT dan >200 GT. Di PPSNZJ didominasi oleh ukuran kapal 51-100 GT sebesar
505 unit dari total kapal 1.478 unit (PPSNZJ, tahun 2013). Ukuran kapal juga menentukan daerah
tangkapan ikan, semakin besar GT akan semakin jauh daerah tangkapan (fishing ground).

Jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di PPSNZJ tahun 2013 sebanyak 3.911 unit.
Jumlah kapal terbanyak yang mendaratkan hasil tangkapan di PPSNZJ tahun 2013 adalah Bouke
Ami sebnyak 1.530 Unit.

Data dari pipp.djpt.kkp.go.id pada April 2015, memperlihatkan frekuensi kunjungan kapal di
Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman sebanyak 262 kali, dengan rincian kategori kapal > 20 30
GT sebanyak 86 kali, > 30 50 GT sebanyak 13 kali, > 50 100 GT sebanyak 99 kali dan > 100
200 sebanyak 64 kali.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 46


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Gambar II.28.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 47


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

2.7. KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK

Saat ini, kegiatan yang berada di sekitar lokasi proyek antara lain adalah: Lokasi Rencana
Reklamasi Pulau F, G dan I, serta jalur Pipa Migas PHE ONWJ, jalur Pipa PLN, Pelabuhan Muara
Baru, Kawasan Pantai Mutiara dan PLTGU Muara Karang (Gambar II.29).

Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman adalah pelabuhan yang terletak di teluk Jakarta. lebih
tepatnya di Kelurahan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara. Untuk mendukung sistem
distribusi perikanan pada pelabuhan ini, pelabuhan ini dilengkapi dengan akses jalan utama yang
menghubungkan pelabuhan perikanan tersebut ke beberapa lokasi strategis di wilayahnya. Untuk
menunjang pengolahan maupun pemasaran, dalam hal ini ekspor maupun impor dalam produk
perikanan pelabuhan ini ditunjang juga dengan akses jalan menuju bandara dengan jarak tempuh
25 km ke Bandara Soekarno Hatta dan 35 km ke Bandara Halim Perdana Kusuma. Untuk
menunjang kegiatan distribusi melalui laut, pelabuhan ini ditunjang dengan akses jalan darat
sejauh 3 km dari Pelabuhan Sunda Kelapa dan 12 km dari Pelabuhan Tanjung Priok. Untuk
menunjang kegiatan perikanan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Pelabuhan Perikanan
Nizam Zachman ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai termasuk di dalamnya
terdapat 49 perusahaan yang berlokasi di pelabuhan dengan kegiatan usaha baik kegiatan
utamanya sebagai perusahaan penangkapan sampai dengan perusahaan pengolah produk
perikanan dan pemasaran produk perikanan, sampai dengan perusahaan yang mendukung
kegiatan kelautan dan perikanan di dalam pelabuhan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 48


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Rona Lingkungan Hidup

Sumber Peta: Perubahan Per. Gub. No. 146 Tahun 2014


Keterangan: Pulau D sedang proses reklamasi, Pulau L seluas 119 Ha telah direklamasi (sedang penyelesaian tanggul) dan Pulau Lainnya Belum Direklamasi

Gambar II.29. Kegiatan Sekitar Proyek (Pulau H)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II 49


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1. KRITERIA PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dalam melakukan prakiraan dampak penting, terlebih dahulu diindikasikan dampak penting
hipotetik yang timbul dengan mengacu pada pelingkupan dampak penting hipotetik yang terdapat
dalam Kerangka Acuan (KA-ANDAL). Terhadap dampak penting hipotetik yang diindikasikan
timbul, maka dengan menggunakan berbagai metode prakiraan dampak penting seperti yang
dikemukakan pada BAB III ini, akan dilakukan analisis dampak penting untuk mengetahui besaran
dampak serta sifat penting dampak, dan selanjutnya akan dikaji keterkaitan masing-masing
dampak penting dalam BAB evaluasi dampak penting.

Jenis dampak penting hipotetik yang timbul pada masing-masing tahapan kegiatan adalah sebagai
berikut:

Tahap Pra Konstruksi


1. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari Penetapan lokasi proyek

Tahap Konstruksi
1. Penurunan kualitas udara yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
2. Peningkatan kebisingan yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
3. Penurunan kualitas air laut yang bersumber dari reklamasi, rekrutmen dan aktivitas tenaga
kerja
4. Peningkatan volume sampah padat yang bersumber dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
5. Gangguan utilitas yang bersumber dari reklamasi
6. Terbukanya kesempatan kerja yang bersumber dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
7. Gangguan aktivitas nelayan yang bersumber dari reklamasi dan pekerjaan causeway
8. Gangguan kamtibmas yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material, reklamasi,
rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
9. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material,
reklamasi , pekerjaan causeway, rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
10. Gangguan transportasi darat yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
11. Gangguan transportasi laut yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material dan
reklamasi

Tahap Pasca Konstruksi


1. Kualitas air laut dari keberadaan lahan reklamasi dan causeway
2. Perubahan pola arus yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
3. Perubahan pola gelombang yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 1


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

4. Penurunan muka tanah (land subsidence) yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
5. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi

3.2. TAHAP PRA-KONSTRUKSI

3.2.1. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Penetapan Lokasi Proyek

Dampak perubahan persepsi masyarakat bersumber dari kegiatan penetapan lokasi


proyek pada tahap pra-konstruksi reklamasi.

Lokasi Reklamasi Pulau H berada di wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan,


Kota Administrasi Jakarta Utara seluas 63 Ha sesuai dengan Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau H dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1277/-1.794.2, tanggal 21
September 2012 dan Perpanjangan Persetujuan Prinsip Nomor 543/-1.794.2, tanggal 10
Juni 2014. Kegiatan reklamasi ini diprakirakan akan berdampak terhadap perubahan
persepsi masyarakat akibat adanya kekhawatiran masyarakat sekitar terkena dampak
negatif dari kegiatan proyek.

PT. Taman Harapan Indah sebagai Pemrakarsa Kegiatan berkoordinasi dengan Kantor
Kelurahan Pluit telah melakukan konsultasi publik dan sosialisasi rencana kegiatan dengan
masyarakat sekitar sebagaimana diatur dalam SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76
Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi dalam Proses AMDAL. Dalam konsultasi publik/sosialisasi rencana kegiatan
tersebut telah dijelaskan berbagai dampak positif dan dampak negatif yang mungkin timbul
akibat kegiatan reklamasi, dan berbagai masukan/usul/tanggapan serta harapan-harapan
dari masyarakat sekitar juga telah terungkap, antara lain adanya kekhawatiran terjadinya
banjir rob di pemukiman warga/nelayan, gangguan biota laut, gangguan aktivitas lalu lintas
kapal nelayan tradisional, memperhatikan kehidupan nelayan, agar pengembang lebih arif
dalam memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan, penataan dan perbaikan
infrastruktur serta melakukan CSR bagi masyarakat sekitar, sehingga dialog dan
hubungan dengan masyarakat sekitar yang diprakirakan terkena dampak langsung dan
tidak langsung perlu diperhatikan.

Ditinjau dari besaran dampak, kegiatan penetapan lokasi proyek reklamasi terhadap
perubahan persepsi masyarakat tergolong dampak negatif besar, karena jumlah
komunitas nelayan yang berada di sekitar wilayah studi (Kelurahan Pluit) banyak, yaitu
2.692 orang dan di selatan lokasi proyek merupakan areal kawasan pemukiman penduduk
Pantai Mutiara.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 2


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas (Kelurahan Pluit), sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung selama tahap prakonstruksi dan dapat
berlanjut hingga tahap pascakonstruksi reklamasi Pulau H, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi
masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain (rencana reklamasi Pulau F, G, dan I
Bagian Barat) yang ada di sekitar lokasi reklamasi Pulau H, sehingga tergolong
dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat ini dapat dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat


termasuk kategori dampak penting.

3.3. TAHAP KONSTRUKSI

3.3.1. Penurunan Kualitas Udara Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material

Dampak penurunan kualitas udara bersumber dari kegiatan mobilisasi alat dan bahan
material reklamasi.

Mobilisasi alat dan bahan material diperkirakan akan meningkatkan kadar debu dan emisi
gas seperti CO, CO2, NO2, SO2 di udara akibat emisi kapal dan kendaraan bermotor yang
digunakan.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali,
alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu
alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal
pembantu yang berjumlah 136 unit. Jenis dan volume material utama yang diperlukan
untuk konstruksi Pulau H adalah Batu < 1 ton (314.000 m 3), Batu > 1 ton (217.000 m3),
Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3), Pasir untuk pulau (9,2 juta m3) dan Tanah urug/top soil
(315.000 m3).

Jalur mobilisasi alat dan bahan material akan memanfaatkan jalur eksisting untuk
mobilisasi yang melalui darat. Dengan penggunan truk angkut 20 ton, silt content 8,5%,
maka faktor emisi debu adalah 2,548 kg/km. Hasil estimasi sebaran debu dengan model

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 3


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

line source Caline4 dengan kecepatan angin rata-rata 3 m/s dan mixing height 300 m,
menunjukkan pada jarak 25 m, kegiatan pengangkutan alat dan bahan akan menyebabkan
peningkatan konsentrasi debu sebesar 271,7 g/m3 (Lampiran 11). Hasil pengukuran
terakhir kualitas udara ambien (September 2013) menunjukkan konsentrasi debu sebesar
71,68 g/m3. Dengan demikian saat kegiatan mobilisasi berlangsung konsentrasi debu di
sepanjang jalan akan mencapai 343,4 g/m3. Angka ini telah melebihi baku mutu (230
g/Nm3). Ditinjau dari besaran dampak, dampak kegiatan mobilisasi alat dan bahan
material reklamasi terhadap penurunan kualitas udara tergolong dampak negatif besar.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi namun berlangsung singkat selama mobilisasi alat dan
bahan material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi
masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap penurunan kualitas udara ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap penurunan kualitas udara termasuk
kategori dampak penting.

3.3.2. Peningkatan Kebisingan Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan material akan berdampak terhadap kebisingan akibat
aktivitas kendaraan pengangkut alat berat dan bahan material konstruksi.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali,
alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu
alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal
pembantu yang berjumlah 136 unit. Jenis dan volume material utama yang diperlukan
untuk konstruksi Pulau H adalah Batu < 1 ton (314.000 m 3), Batu > 1 ton (217.000 m3),
Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3), Pasir untuk pulau (9,2 juta m3) dan Tanah urug/top soil
(315.000 m3).

Besaran dampak kebisingan di lingkungan sekitar jalan akses dihitung berdasarkan model
rambatan bising (Gambar III.1). Pemodelan rambatan bising menunjukkan pada jarak 25
m tingkat kebisingan akan mencapai 64 dBA (Gambar III.2). Hasil pemantauan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 4


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

menunjukkan tingkat kebisingan di sekitar lokasi Reklamasi Pulau H adalah 54,7 dBA (U1)
dan 50,6 dBA (U2). Dengan demikan saat kegiatan konstruksi proyek reklamasi Pulau H
akan mencapai 64 dBA. Tingkat kebisingan ini sudah melebihi baku tingkat kebisingan
sesuai KepMenLH No. 48 Tahun 1996 sebesar 55 dBA bagi peruntukkan perumahan dan
pemukiman.

Gambar III.1. Model Rambatan Bising

Gambar III.2. Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan
Material

Ditinjau dari besaran dampak, dampak kegiatan mobilisasi alat dan bahan material
reklamasi terhadap peningkatan kebisingan tergolong dampak negatif besar.
Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 5


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung singkat selama mobilisasi alat dan bahan
material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap peningkatan kebisingan ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap peningkatan kebisingan termasuk


kategori dampak penting.

3.3.3. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Aktivitas Tenaga Kerja

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak 300 orang


berpotensi menghasilkan limbah cair domestik dari kegiatan Mandi Cuci Kakus (MCK).
Limbah cair domestik tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
menurunnya kualitas air laut dengan parameter utama pH, Total Suspended Solid (TSS),
Ammonia (NH3), fosfat (PO4) dan BOD. Besaran dampak yang disebabkan dari rekrutmen
dan aktivitas tenaga kerja terhadap penurunan kualitas air laut tergolong dampak negatif
kecil, karena limbah cair pekerja konstruksi tidak dibuang langsung ke perairan laut dan
keberadaan pekerja konstruksi tidak sekaligus, melainkan bertahap sesuai kemajuan
pekerjaan di lapangan.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak relatif terbatas di dekat bedeng pekerja, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung cukup lama selama aktivitas tenaga kerja
dan pekerjaan reklamasi berlangsung, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi
Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (kualitas air laut
dan persepsi masyarakat), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap penurunan kualitas air laut ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 6


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak aktivitas tenaga kerja reklamasi terhadap
penurunan kualitas air laut termasuk kategori dampak penting.

3.3.4. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Reklamasi

Penurunan kualitas air laut berupa peningkatan TSS dapat terjadi pada saat kegiatan
pekerjaan reklamasi. Prakiraan besaran dampak peningkatan TSS dilakukan dengan
pemodelan sebaran TSS dengan skenario beban sebesar 10 kg/m 3. Pemodelan dilakukan
dengan bantuan software MIKE 21 untuk daerah cakupan titik koordinat (sistem UTM 48S)
Barat Laut 684439; 9343000 dan titik Tenggara 720913; 9322324, dengan mesh model
tanpa dan dengan Pulau H. Hasil pemodelan menunjukkan konsentrasi TSS dapat
mencapai 500 mg/L di lokasi pengisian pasir reklamasi. Konsentrasi TSS akan kembali
normal pada jarak 100 300 m. Perairan terdampak saat surut (Gambar III.3) lebih luas
dibanding saat pasang (Gambar III.4).

Gambar III.3. Sebaran TSS Saat Pasang

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 7


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.4. Sebaran TSS Saat Surut

Rona awal TSS di perairan lokasi reklamasi Pulau H saat pengurugan berkisar 17,6-24,7
mg/L. Dengan demikian saat kegiatan berlangsung TSS akan meningkat menjadi 517,6-
524,7 mg/L, sehingga besaran dampak tergolong negatif besar.

Evaluasi sifat penting dampak adalah sebagai berikut:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak tinggi karena TSS berpotensi meningkat 500 mg/L dan berlangsung
lama selama pekerjaan reklamasi, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi
Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 8


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

6. Dampak terhadap penurunan kualitas air laut ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap penurunan kualitas air laut termasuk
kategori dampak penting.

3.3.5. Peningkatan Volume Sampah Padat Akibat Aktivitas Tenaga Kerja

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak 300 orang juga
berpotensi menghasilkan sampah padat berupa sisa-sisa makanan, minuman dan lain-lain
yang apabila tidak dikelola dengan baik juga akan mengakibatkan menurunnya kualitas air
laut di sekitarnya. Volume sampah padat yang akan ditimbulkan dari aktivitas tenaga kerja
sebesar 0,9 m3/hari yang tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak sempit, terbatas di sekitar bedeng pekerja, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif kecil berlangsung selama aktivitas tenaga kerja berlangsung,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (kualitas air laut,
persepsi masyarakat), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap peningkatan volume sampah padat ini dapat dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap peningkatan volume sampah padat
termasuk kategori dampak penting.

3.3.6. Gangguan Utilitas Akibat Reklamasi

Kegiatan Pengurugan/Reklamasi Pulau H dan pekerjaan tanggul akan berdampak


terhadap utilitas yang ada di sekitar proyek (jalur Pipa PHE ONWJ dan Pipa PLN).
Terhadap jarak tanggul dengan Pipa PHE ONWJ dan Pipa PLN telah ditetap jarak
146,58 m dari jarak minimal yang ditetapkan pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 146 Tahun 2014 yaitu jarak minimum kaki tanggul 40 m. Dampak terhadap
gangguan utiltas ini berupa kemungkinan pecahnya pipa PHE ONWJ dan PLN yang akan
berakibat terhadap gangguan suplai bahan bakar sehingga suplai listrik sistem Jawa Bali
akan terganggu. Dengan demikian, besaran dampaknya tergolong negatif besar. Terkait
dengan keamanan pipa PHE ONWJ, dengan asumsi pesimis dapat dijelaskan sebagai

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 9


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

berikut: Elevasi berm 2,3 m, lebar berm 8 m, tinggi tanggul + 4,3 m (segmen 1, 2 dan 3 a),
slope tanggul bagian atas 1 : 3, dan slope tanggul bagian bawah 1 : 6,. Jadi jarak puncak
tanggul ke kaki lereng tanggul sekitar 49 m. Dengan desain jarak ke pipa PHE ONWJ
sekitar 146,58 m, maka reklamasi pulau H disimpulkan aman bagi pipa PHE ONWJ. Hal ini
termasuk aktivitas konstruksi dan penempatan alat berat untuk pembuatan tanggul dan
pengurugan lahan reklamasi.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak banyak, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi
Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi
masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan utilitas ini sulit dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan utilitas termasuk kategori
dampak penting.

3.3.7. Terbukanya Kesempatan Kerja Akibat Rekrutmen Tenaga Kerja

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi Reklamasi Pulau H diprakirakan akan


berdampak positif terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat. Kegiatan konstruksi
Reklamasi Pulau H dengan luas 63 Ha akan menyerap tenaga kerja sebanyak 300
orang dan diprakirakan dapat menyerap tenaga kerja sekitar (Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan). Dalam pelaksanaan reklamasi, pemrakarsa (PT. Taman Harapan Indah)
akan bekerjasama dengan beberapa kontraktor sehingga rekrutmen akan dilakukan oleh
masing-masing kontraktor yang ditunjuk. Dengan ikut sertanya penduduk sekitar
(Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) sebagai tenaga kerja konstruksi proyek akan
mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Namun demikian, tenaga kerja konstruksi
reklamasi memerlukan keahlian dan kualifikasi yang sulit dipenuhi dari warga sekitar,
sehingga dampaknya tergolong dampak positif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Tidak Penting (P).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 10


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi namun berlangsung singkat selama rekrutmen tenaga
kerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (pendapatan
masyarakat dan kamtibmas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,
sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja


termasuk kategori dampak penting.

3.3.8. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Reklamasi

Kegiatan reklamasi pada tahap konstruksi akan berdampak terhadap aktivitas nelayan
yakni maneuver ponton, barge, alat pemasang batu untuk tanggul, serta peralatan yang
lainnya. Berdasarkan laporan hasil pembinaan dan kegiatan pemerintah Kelurahan Pluit,
Februari 2013, yang bermatapencaharian sebagai nelayan sebanyak 2.692 orang.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas akan mengganggu aktivitas nelayan yang ingin melintas
mencari ikan (melaut) ke Pantai Utara Jakarta maupun ke Pantai Utara Tangerang.

Data dari pipp.djpt.kkp.go.id pada April 2015, memperlihatkan frekuensi kunjungan kapal di
Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman sebanyak 262 kali, dengan rincian kategori kapal >
20 30 GT sebanyak 86 kali, > 30 50 GT sebanyak 13 kali, > 50 100 GT sebanyak 99
kali dan > 100 200 sebanyak 64 kali. Hal ini menunjukkan di pelabuhan tersebut
didominasi oleh kapal-kapal besar yang melaut di perairan laut dalam dan bukan di area
rencana Reklamasi Pulau H.

Pada saat konsultasi publik terungkap adanya kekuatiran nelayan terganggu aktivitasnya
akibat kegiatan reklamasi. Kegiatan reklamasi Pulau H yang berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap aktivitas nelayan dan perikanan samudra adalah pada saat mobilisasi
kapal TSHD, ponton/barge pengangkut pasir dan batu serta aktivitas pengurugan dan
pekerjaan tanggul. Besaran dampak tergolong dampak negatif besar.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H dan Causeway,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 11


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi,


sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (pendapatan
masyarakat dan persepsi masyarakat), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi
Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H (rencana reklamasi Pulau F dan G), sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan termasuk
kategori dampak penting.

3.3.9. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Pekerjaan Causeway

Kegiatan pekerjaan causeway sepanjang 300 m diprakirakan akan berdampak terhadap


gangguan aktivitas nelayan yakni maneuver ponton, barge, alat pemasang batu untuk
tanggul, serta peralatan yang lainnya. Besaran dampak yang disebabkan dari pekerjaan
causeway sama dengan dampak kegiatan reklamasi Pulau H terhadap gangguan aktivitas
nelayan, yaitu tergolong dampak negatif besar. Dengan adanya mobilisasi kapal
pengangkut material dan pekerjaan fisik bangunan Causeway, akan mengakibatkan
aktivitas nelayan yang biasanya melintasi di perairan sekitar lokasi causeway akan
terganggu, dan para nelayan harus berputar ke arah utara dengan jarak lintas sekitar 1,0
km ke arah tengah.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi causeway, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung singkat selama pekerjaan causeway,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (pendapatan
masyarakat dan persepsi masyarakat, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi
Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi Pulau H
(recana reklamasi Pulau F dan G), sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan termasuk
kategori dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 12


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

3.3.10. Gangguan Kamtibmas Akibat Mobilisasi Alat Dan Bahan Material

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan material konstruksi/pengangkutan batu, tanah urug dan
pasir urug proyek Reklamasi Pulau H diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas
di sekitar lokasi proyek. Dampak yang akan terjadi merupakan dampak primer (langsung)
akibat kasus pencurian alat dan bahan proyek, maupun dampak turunan (sekunder) akibat
penurunan kualitas udara, kebisingan, pengotoran badan jalan dan gangguan kelancaran
lalu lintas darat maupun laut di sekitar lokasi proyek yang dapat menimbulkan gangguan
kamtibmas. Pada saat konsultasi publik, terdapat kekuatiran masyarakat terutama
penghuni perumahan Pantai Mutiara akan terganggu akibat mobilisasi alat dan bahan
material reklamasi yang melintas di sekitar perumahan Pantai Mutiara, sehingga hal ini
perlu mendapat perhatian.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali,
alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu
alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal
pembantu yang berjumlah 136 unit. Jenis dan volume material utama yang diperlukan
untuk konstruksi Pulau H adalah Batu < 1 ton (314.000 m3), Batu > 1 ton (217.000 m3),
Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3), Pasir untuk pulau (9,2 juta m3) dan Tanah urug/top soil
(315.000 m3).

Pada rona lingkungan menunjukan bahwa hasil pemantauan Kawasan Pantai Mutiara
tahun 2010, menunjukkan bahwa pada persimpangan Jl. Pluit Utara Raya Jl. Pluit
Samudera 2 tergolong cukup padat pada jam sibuk pagi dan sore serta pada hari libur.
Kepadatan ini bukan hanya disebabkan oleh kegiatan Pantai Mutiara, namun juga oleh
kegiatan fasilitas umum yang dapat dicapai dari jalan-jalan di persimpangan ini antara lain
sekolah dan gereja.

Data persepsi masyarakat menunjukkan 89,2% setuju, sehingga besaran dampak


terhadap kamtibmas tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama mobilisasi alat dan bahan
material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,
sehingga tergolong dampak Penting (P).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 13


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

6. Dampak terhadap gangguan kamtibmas ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan kamtibmas termasuk


kategori dampak penting.

3.3.11. Gangguan Kamtibmas Akibat Reklamasi

Kegiatan reklamasi Pulau H seluas 63 Ha diprakirakan akan berdampak terhadap


Kamtibmas. Dampak yang akan terjadi terhadap kamtibmas merupakan dampak turunan
(sekunder) akibat berbagai potensi dampak negatif yang muncul selama pelaksanaan
reklamasi. Pada saat konsultasi publik terungkap adanya kekuatiran masyarakat/persepsi
negatif masyarakat aka terkena dampak negatif selama kegiatan reklamasi Pulau H
berlangsung terutama akibat pencemaran perairan, gangguan terhadap aktivitas nelayan,
gangguan terhadap transportasi darat dan laut dan gangguan terhadap utilitas yang
terdapat di sekitar lokasi Pulau H.

Kekuatiran/persepsi negatif masyarakat ini pada akhirnya berpotensi menimbulkan


dampak lanjutan berupa gangguan kamtibmas Mengingat pekerjaan reklamasi
berlangsung di perairan pantai/laut, besaran dampak kegiatan reklamasi tehadap
kamtimas tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Tidak Penting (TP).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain (rencana reklamasi Pulau F dan G)
yang ada di sekitar lokasi reklamasi Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan kamtibmas ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan kamtibmas termasuk


kategori dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 14


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

3.3.12. Gangguan Kamtibmas Akibat Kegiatan Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak 300 orang


diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas. Aktivitas buruh konstruksi proyek
Reklamasi Pulau H yang kurang sesuai dengan budaya masyarakat sekitar serta adanya
dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas buruh konstruksi tersebut pada
akhirnya dapat menimbulkan gangguan kamtibmas. Mengingat di sekitar lokasi proyek
saat ini terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan privacy, ketenangan dan
kenyamanan yang tinggi seperti Kawasan Pantai Mutiara, maka hal ini perlu diperhatikan
dan diantisipasi sejak dini. Besaran dampak tergolong dampak negatif besar, karena
jumlah tenaga kerja yang akan ada cukup banyak (sebanyak 300 orang) dan bedeng
pekerja berada di kawasan pemukiman elit Pantai Mutiara yang tergolong padat.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H dan di bedeng
pekerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama rekrutmen dan aktivitas
tenaga kerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,
sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan kamtibmas ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan kamtibmas termasuk


kategori dampak penting.

3.3.13. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak 300 orang


diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas. Aktivitas buruh konstruksi proyek
Reklamasi Pulau H yang kurang sesuai dengan budaya masyarakat sekitar serta adanya
dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas buruh konstruksi tersebut pada
akhirnya dapat menimbulkan gangguan terhadap masyarakat sekitar. Mengingat di sekitar
lokasi proyek saat ini terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan privacy, ketenangan
dan kenyamanan yang tinggi seperti Kawasan Pantai Mutiara, maka hal ini perlu
diperhatikan dan diantisipasi sejak dini. Pada saat konsultasi publik, terdapat harapan
masyarakat Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara untuk dapat bekerja
selama reklamasi Pulau H berlangsung.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 15


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Besaran dampak yang disebabkan dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja terhadap
perubahan persepsi masyarakat tergolong dampak negatif besar, karena jumlah tenaga
kerja yang akan ada cukup banyak (sebanyak 300 orang) dan bedeng pekerja berada di
kawasan pemukiman elit Pantai Mutiara yang tergolong padat.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H dan Bedeng
Pekerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama rekrutmen dan aktivitas
tenaga kerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat ini dapat dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat


termasuk kategori dampak penting.

3.3.14. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat Dan Bahan Material

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan material konstruksi/pengangkutan batu, tanah urug dan
pasir urug proyek Reklamasi Pulau H diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas
di sekitar lokasi proyek. Dampak yang akan terjadi merupakan dampak turunan (sekunder)
akibat penurunan kualitas udara, kebisingan, pengotoran badan jalan dan gangguan
kelancaran lalu lintas darat maupun laut di sekitar lokasi proyek yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap masyarakat sekitar. Kekuatiran tersebut telah disampaikan warga
pada saat konsultasi publik sehingga perlu mendapat perhatian.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali,
alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu
alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal
pembantu yang berjumlah 136 unit. Jenis dan volume material utama yang diperlukan
untuk konstruksi Pulau H adalah Batu < 1 ton (314.000 m 3), Batu > 1 ton (217.000 m3),
Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3), Pasir untuk pulau (9,2 juta m3) dan Tanah urug/top soil
(315.000 m3). Mengingat, bahan material dan peralatan yang digunakan selama pekerjaan
reklamasi banyak, maka besaran dampak Mobilisasi Alat Dan Bahan Material terhadap
kamtibmas tergolong dampak negatif besar.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 16


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama mobilisasi alat dan bahan
material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat ini dapat dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat


termasuk kategori dampak penting.

3.3.15. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Reklamasi

Kegiatan reklamasi Pulau H seluas 63 Ha diprakirakan akan berdampak terhadap


Perubahan Persepsi Masyarakat. Dampak yang akan terjadi terhadap perubahan persepsi
masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder) akibat berbagai potensi dampak
negatif yang muncul selama pelaksanaan reklamasi seperti gangguan terhadap aktivitas
nelayan, gangguan terhadap transportasi darat dan laut, gangguan terhadap kegiatan
sekitar/utilitas. Kekuatiran/persepsi negatif masyarakat ini telah disampaikan pada saat
konsultasi publik. Mengingat pekerjaan reklamasi berlangsung di perairan pantai/laut dan
dikaitkan dengan data persepsi masyarakat menunjukkan 89,2% setuju, besaran dampak
kegiatan reklamasi tehadap persepsi masyarakat tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Tidak Penting (TP).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung selama reklamasi, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat ini dapat dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 17


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat


termasuk kategori dampak penting.

3.3.16. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Pekerjaan Causeway

Kegiatan pekerjaan causeway diprakirakan akan berdampak terhadap perubahan persepsi


masyarakat. Perubahan persepsi masyarakat terhadap rencana pembangunan Causeway
merupakan bagian dari kekuatiran masyarakat terhadap Reklamasi Pulau H yang telah
disampaikan pada saat konsultasi publik, karena Causeway merupakan bagian dari
kegiatan Reklamasi Pulau H. Mengingat di wilayah studi (Kelurahan Pluit) penduduk yang
bermatapencaharian sebagai nelayan sebanyak 2.692 orang dan dikaitkan dengan data
persepsi masyarakat menunjukkan 89,2% setuju, maka dampak pekerjaan causeway
terhadap perubahan persepsi masyarakat tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekiar lokasi Causeway, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung singkat selama pekerjaan causeway,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,
sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat ini dapat dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat


termasuk kategori dampak penting.

3.3.17. Gangguan Transportasi Darat Akibat Mobilisasi Alat Dan Bahan Material

Kegiatan molilisasi alat dan bahan material pada tahap konstruksi proyek reklamasi Pulau
H diprakirakan akan berdampak terhadap transportasi darat pada badan jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut alat dan bahan konstruksi/tanah urug tersebut. Pengangkutan alat
berat dan bahan material konstruksi sebagian dilakukan melalui jalan darat terutama jalan
lingkungan Kawasan Pantai Mutiara. Pengangkutan alat berat dan bahan konstruksi/tanah
urug melalui jalan darat akan mengakibatkan meningkatnya arus lalu lintas, pengotoran
badan jalan dan dapat menyebabkan kerusakan badan jalan bila melampaui daya dukung
badan jalan yang dilalui. Jenis dan volume material utama yang akan melalui darat adalah
tanah urug/top soil sebesar 315.000 m3. Mobilisasi tanah urug ini akan dilakukan dengan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 18


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

dump truk kapasitas 20 m3 dan berlangsung selama 6 bulan. Dengan demikian bangkitan
truk di jalan sekitar seperti Jl. Pluit Samudera dan Jl. Pantai Mutiara akan mencapai 6-7
truk/jam atau 20 smp/jam, maka dampak mobilisasi alat dan bahan material terhadap
gangguan transportasi darat tergolong dampak negatif besar.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama mobilisasi alat dan bahan
material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,
sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan transportasi darat ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan transportasi darat


termasuk kategori dampak penting.

3.3.18. Gangguan Transportasi Laut Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Material

Data dari pipp.djpt.kkp.go.id pada April 2015, memperlihatkan frekuensi kunjungan kapal di
Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman sebanyak 262 kali, dengan rincian kategori kapal >
20 30 GT sebanyak 86 kali, > 30 50 GT sebanyak 13 kali, > 50 100 GT sebanyak 99
kali dan > 100 200 sebanyak 64 kali. Hal ini menunjukkan di pelabuhan tersebut
didominasi oleh kapal-kapal besar yang melaut di perairan laut dalam dan bukan di area
rencana Reklamasi Pulau H.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali,
alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu
alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal
pembantu yang berjumlah 136 unit.

Jenis dan volume material utama yang akan melalui laut adalah Batu < 1 ton (314.000 m 3),
Batu > 1 ton (217.000 m3), Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3) dan Pasir untuk pulau (9,2 juta
m3). Mengingat volume peralatan dan bahan material yang akan digunakan selama
kegiatan reklamasi berlangsung tergolong besar, maka dampak mobilisasi alat dan bahan
material terhadap transportasi laut tergolong dampak negatif besar.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 19


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi
Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama mobilisasi alat dan bahan
material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi
masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap transportasi laut ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan transportasi laut termasuk
kategori dampak penting.

3.3.19. Gangguan Transportasi Laut Akibat Reklamasi

Besaran dampak yang disebabkan dari reklamasi seluas 63 Ha terhadap gangguan


transportasi laut tergolong dampak negatif besar, karena lokasi Pulau H berdekatan
dengan Pelabuhan Samudra Nizam Zachman yang merupakan pelabuhan samudra
terbesar di Indonesia dengan aktivitas yang sangat padat. Dengan adanya reklamasi yaitu
kegiatan manuver alat-alat berat yang akan mengakibatkan aktivitas kapal Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif rendah berlangsung selama reklamasi Pulau H, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi
masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,
sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan transportasi laut ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan transportasi laut termasuk
kategori dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 20


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

3.3.20. Gangguan Transportasi Laut Akibat Pekerjaan Causeway

Kegiatan pekerjaan causeway diprakirakan akan berdampak terhadap gangguan


transportasi laut. Besaran dampak merupakan dampak turunan yang disebabkan dari
pekerjaan causeway terhadap gangguan transportasi laut tergolong dampak negatif kecil,
karena lokasi Causeway bukan areal jalur pelayaran. Dengan adanya pekerjaan causeway
yaitu kegiatan manuver alat-alat berat yang akan mengakibatkan aktivitas kapal Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Tidak Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Causeway, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung singkat selama pekerjaan causeway,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi
masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap gangguan transportasi laut ini dapat dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan transportasi laut termasuk
kategori dampak penting.

3.4. TAHAP PASCA KONSTRUKSI

3.4.1. Penurunan Kualitas Air Laut (Suhu) Akibat Keberadaan Causeway

Keberadaan causeway Pulau H dengan struktur masif sepanjang 300 m berpotensi


menyebabkan perubahan suhu air laut. Prakiraan besaran dampak perubahan suhu
dilakukan lewat pemodelan perubahan suhu di titik inlet PLTU Muara Karang. Pemodelan
dilakukan dengan bantuan software MIKE 21 untuk daerah cakupan titik koordinat (sistem
UTM 48S) Barat Laut 684439; 9343000 dan titik Tenggara 720913; 9322324, dengan
mesh model tanpa dan dengan Pulau H. Debit di dua titik outlet PLTU Muara Karang
adalah 12 m3/s untuk outlet Barat dan 48 m3/s untuk outlet Timur. Hasil pemodelan
menunjukkan pada suhu di titik inlet akan menurun 0,8-1,0 C (Gambar III.5).

Suhu air laut pada posisi inlet saluran air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang adalah
sekitar 30,2 0C, sehingga tergolong dampak positif kecil.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 21


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.5. Perbandingan Suhu Air Laut Di Titik Inlet Sebelum Dan Sesudah Pekerjaan
Causeway

Debit outlet dan inlet yang diambil adalah 12 m3/s untuk outlet barat dan 48 m3/s untuk
outlet timur. Skenario simulasi menggunakan thermal konservatif dari selisih terhadap
temperatur air laut normal atau T sebesar 100 C untuk inlet dan 60 C untuk outlet sebelah
timur dan 40 C untuk outlet sebelah barat. Data arus yang digunakan adalah hasil simulasi
hidrodinamika.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Causeway, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif rendah berlangsung selama bangunan causeway ada,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi
masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,
sehingga tergolong dampak Penting (P).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 22


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

6. Dampak terhadap perubahan pola arus ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan pola arus termasuk
kategori dampak penting.

3.4.2. Perubahan Pola Arus Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H diprakirakan akan berdampak terhadap perubahan


pola arus. Prakiraan besaran dampak dilakukan dengan membandingkan pola arus
sebelum dan sesudah reklamasi.

Pemodelan dilakukan dengan bantuan software MIKE 21 untuk daerah cakupan titik
koordinat (sistem UTM 48S) Barat Laut 684439; 9343000 dan titik Tenggara 720913;
9322324, dengan mesh model tanpa dan dengan Pulau H seperti pada Gambar III.6 dan
kondisi batas pasang surut seperti pada Gambar III.7; sedangkan untuk debit discharge
meliputi outlet PLTU 60 m3/s, Kali Karang 60 m3/s, dan inlet PLTU 60 m3/s.

Gambar III.6. Mesh Model Hidrodinamika

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 23


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.7. Kondisi Batas Untuk Pasang Surut

Verifikasi model hidrodinamika dilakukan dengan data lapangan tanggal 9 Mei 2013 4:00
sampai dengan tanggal 13 Mei 2013 4:00 saat kegiatan survei dilakukan. Pada simulasi
periode ini adalah periode spring. Hasil perbandingan time-series diperlihatkan oleh
Gambar III.8, sedangkan trendline dan korelasi diperlihatkan pada Gambar III.9. Verifikasi
memberikan hasil yang baik baik dengan sedikit perbedaan magnitudo dan fasa.

Gambar III.8. Perbandingan Seri Waktu Data Pengukuran dan Model

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 24


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.9. Korelasi Data Pengukuran Dan Model

Hasil pemodelan pola arus sebelum reklamasi disajikan pada Gambar III.10 sampai
dengan Gambar III.13 yang mewakili kondisi menuju pasang, pasang, menuju surut dan
surut. Terlihat pola arus akibat operasi pompa memperlihatkan nilai kecepatan yang lebih
dominan daripada arus akibat pasang surut. Pada kondisi sebelum reklamasi terlihat
bahwa arus dari arah pompa Pluit dapat dengan bebas mengalir ke arah lepas pantai.
Sedangkan pada elevasi muka air tidak terdapat perbedaan signifikan secara spasial di
wilayah kajian dengan kata lain pada wilayah kajian memiliki fasa yang sama yang dilalui
oleh pasang surut dari lepas pantai.

Gambar III.10. Pola Arus Saat Menuju Pasang Sebelum Reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 25


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.11. Pola Arus Saat Pasang Sebelum Reklamasi

Gambar III.12. Pola Arus Saat Menuju Surut Sebelum Reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 26


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.13. Pola Arus Saat Surut Pasang Sebelum Reklamasi

Hasil simulasi perubahan pola arus akibat reklamasi Pulau H disajikan pada Gambar III.14
sampai dengan Gambar III.17. Terlihat bahwa reklamasi pulau H pada keempat kondisi
tidak ada perubahan pola arus yang berarti dengan asumsi pompa bekerja dengan baik.
Kondisi sirkulasi arus pasang surut sedikit berbeda dengan pada kondisi eksisting dimana
di sebelah selatan reklamasi Pulau H kecepatan arus sangat kecil.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 27


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.14. Pola Arus Saat Menuju Pasang sesudah Reklamasi

Gambar III.15. Pola Arus Saat Pasang sesudah Reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 28


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.16. Pola Arus Saat Menuju Surut sesudah Reklamasi

Gambar III.17. Pola Arus Saat Surut sesudah Reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 29


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Perbandingan parameter hidrodinamika seperti elevasi dan kecepatan arus dilakukan pada
4 titik. Titik 1 berada di dekat pompa Pluit, titik 2 di dekat rencana reklamasi Pulau H, titik
3 pada muara saluran pompa pasar ikan dan yang terakhir titik 4 di dekat antara muara
Kali Karang dan sebelah barat pantai Mutiara (Gambar III.18).

Gambar III.18. Lokasi titik tinjau

Tidak ditemukan perbedaan kecepatan arus yang berarti antara kondisi sebelum dengan
sesudah reklamasi; pengoperasian pompa yang ada memberikan perbedaan kecepatan
yang signifikan.

Pada titik 1, berfungsinya pompa memberikan perubahan terhadap besaran kecepatan.


Pada kondisi eksisting tanpa pompa kecepatan rata - rata hanya mencapai 0.0015 m/s
meningkat menjadi 0.017 m/s dengan kehadiran pompa Pluit. Selanjutnya juga
diperlihatkan tidak perubahan yang signifikan dengan terbangunnya reklamasi Pulau H
dimana besaran kecepatan rata - rata tetap di sekitar 0.017 m/s.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 30


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.19. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 1

Gambar III.20. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 2

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 31


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Pada titik 2 berfungsinya pompa Pluit juga menambah besaran kecepatan arus dari 0.03
m/s menjadi 0.08 m/s. Sedangkan dibangunnya reklamasi Pulau H tidak memberikan
dampak pengurangan maksimum ataupun minimum kecepatan arus.

Pada titik 3 yaitu titik saluran pompa Pasar Ikan bermuara, keberadaan pompa tersebut
meningkatkan besaran kecepatan sedangkan hadirnya reklamasi Pulau H tidak
mengurangi kecepatan akibat terhalangnya pengaruh arus pasang surut.

Pada titik 4 atau titik dimana keluarnya outlet 2 PLTU Muara Karang seperti pada kasus
sebelumnya pompa meningkatkan besaran kecepatan daripada kondisi tanpa pompa,
namun pada titik 4 ini berbeda dengan titik 3 dimana kehadiran reklamasi Pulau H tidak
memberikan perubahan kecepatan.

Dampak yang terjadi berupa perubahan kecepatan arus intensitasnya rendah, namun
perubahan ini bersifat permanen. Dampak perubahan kecepatan arus ini termasuk
dampak negatif kecil.

Gambar III.21. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 3

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 32


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.22. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 4

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif rendah berlangsung lama selama lahan reklamasi Pulau H
berada, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan pola arus ini sulit dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan pola arus termasuk
kategori dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 33


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

3.4.3. Perubahan Pola Gelombang Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H diprakirakan akan berdampak terhadap perubahan


pola gelombang. Prakiraan besaran dampak dilakukan dengan membandingkan pola
gelombang sebelum dan sesudah reklamasi.

Pemodelan gelombang dilakukan dengan software MIKE SW, dengan skenario tinggi
gelombang maksimum 4 m dan periode 13,017 s dari Utara.

Pola gelombang sebelum reklamasi untuk kondisi maksimum diperlihatkan pada Gambar
III.23 dan Gambar III.24. Arah dominan gelombang sampai ke daerah pantai Mutiara
adalah dari Barat Laut sedangkan tinggi gelombang maksimum yang terjadi sebelum
gelombang tersebut pecah adalah sekitar 1.4 m di utara pantai Mutiara. Setelah
gelombang pecah secara berangsur angsur energinya pun berkurang dimana di pantai
Mutiara sekitar 0.8 m. Hal ini pun berlaku untuk kondisi dimana pulau H telah terbangun
tetapi terjadi pengurangan yang cukup signifikan di muara waduk Pluit.

Gelombang musim barat datang dari arah Barat Laut dengan ketinggian maksimum 4
meter. Hasil simulasi pada musim barat pada kondisi eksisting dan kondisi reklamasi
terbangun diperlihatkan oleh Gambar III.23 dan Gambar III.24. Energi gelombang meluruh
seiring dengan penjalaran menuju pantai Jakarta. Tinggi gelombang pada lokasi reklamasi
mencapai 0.6 m pada kondis eksisting, sedangkan pada kondisi reklamasi Pulau H
terbangun, tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah bayangan reklamasi. Di
daerah bayangan tersebut mencapai 0.1 m.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 34


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.23. Gelombang musim barat dengan kondisi eksisting

Gambar III.24. Gelombang musim barat pada dengan Pulau H terbangun

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 35


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gelombang musim timur datang dari arah Timur Laut juga dengan ketinggian maksimum 4
meter. Hasil simulasi pada pada musim timur pada kondisi eksisting dan kondisi reklamasi
terbangun diperlihatkan oleh Gambar III.25 dan Gambar III.26. Energi gelombang meluruh
seiring dengan penjalaran menuju pantai Jakarta.Tinggi gelombang pada lokasi reklamasi
mencapai 0.9 m pada kondisi eksisting, sedangkan pada kondisi reklamasi Pulau H
terbangun, tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah bayangan reklamasi.Di
daerah bayangan tersebut mencapai 0.4 m.

Apabila meninjau kedua musim angin dominan tersebut maka gelombang dari musim timur
memberikan gelombang yang lebih besar di lokasi reklamasi baik pada kondisi eksisting
maupun kondisi reklamasi Pulau H terbangun. Pada kondisi Pulau H terbangun di daerah
bayangan bangunan reklamasi tinggi gelombang yang terjadi lebih tinggi pada musim timur
diakibatkan bentuk morfologi Pulau H yang terbuka kearah timur.

Gambar III.25. Gelombang musim timur dengan kondisi eksisting

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 36


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.26. Gelombang musim timur dengan Pulau H terbangun

Hasil kajian dari simulasi gelombang memberikan gambaran bahwa pembangunan


reklamasi Pulau H dapat mengurangi efek serangan gelombang di daerah bayangan Pulau
H baik pada musim barat yaitu sebesar 83% dan musim timur sebesar 65%. Hal ini
diakibatkan oleh morfologi Pulau H yang terbuka di sebelah timur. Besaran dampak
keberadaan lahan reklamasi terhadap pola gelombang ini tergolong negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi Pulau H,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan pola gelombang ini sulit dipulihkan, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Penting (P).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 37


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan pola gelombang termasuk
kategori dampak penting.

3.4.4. Abrasi Dan Sedimentasi Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi

Perubahan abrasi dan sedimentasi merupakan dampak turunan perubahan pola arus.
Prakiraan besaran dampak dilakukan lewat pemodelan transpor sedimen.

Pola endapan sedimen diperlihakan oleh Gambar III.27 dan Gambar III.28. Warna merah
menggambarkan nilai endapan sebesar 0.9 m .Pada kajian ini dapat diperlihatkan pola
endapan sedimen secara kualitatif dimana ada beberapa daerah yang mengalami
endapan dan Sedangkan endapan terjadi di sekitar mulut saluran muara pompa Pluit atau
sebelah tenggara dari rencana wilayah reklamasi Pulau H. Pola endapan pada scenario
eksisting dan rencana tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Namun akibat dari adanya
sumber sedimen dari pompa menyebabkan adanya endapan di depan mulut pompa.
Pompa yang mengeluarkan sumber sedimen memberikan pengurangan gerusan sehingga
tampak pada Gambar III.27 dan Gambar III.28 hampir tidak terjadi gerusan dengan efek
sedimentasi bertambah ditandai dengan bertambahnya area-area dimana terjadi
sedimentasi.

Gambar III.27. Endapan sedimen pada kondisi eksisting

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 38


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.28. Endapan sedimen pada kondisi pulau H terbangun

Untuk melihat perbedaan antara kondisi eksisting dan reklamasi Pulau H terbangun
dilakukan ekstraksi data pada titik tertentu seperti yang diperlihatkan oleh Gambar III.29.
Titik tersebut berada pada mulut muara saluran pompa Pluit. Pada Gambar III.30
memperlihatkan area tersedimentasi yaitu di dekat saluran keluar dari Pompa Pluit.
Gambar III.30 dan Gambar III.31 tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan
terjadinya sedimentasi di lokasi kajian. Dan juga pada kondisi eksisting dan Pulau H
terbangun tidak ada perbedaan yang signifikan. Terlihat pada Gambar III.32 adanya
perbedaan sekitar 0.05% dalam sedimentasi dasar perairan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 39


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.29. Lokasi titik pengamatan

Gambar III.30. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi eksisting

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 40


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Gambar III.31. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi Pulau H terbangun

Gambar III.32. Perbandingan pada kedua kondisi

Besaran dampak perubahan abrasi dan sedimentasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keberadaan reklamasi Pulau H tidak mempengaruhi sirkulasi sedimen di lokasi studi.
2. Terjadi pengendapan sedimen di lokasi muara pompa Pluit akibat sedimen yang
dibawa oleh pompa Pluit dan gerusan dari muara secara lokal. Tidak terdapat
perbedaan perubahan level dasar air yang signifikan antara lokasi eksisting dan
reklamasi Pulau H.
3. Besaran dampak tergolong dampak negatif kecil.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 41


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (P).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi Pulau H,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (kualitas air laut
dan persepsi masyarakat), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain (rencana reklamasi Pulau F, G dan I
Bagian Barat) yang ada di sekitar lokasi reklamasi, sehingga tergolong dampak Penting
(P).
6. Dampak terhadap perubahan Abrasi dan Sedimentasi ini sulit dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap penurunan kualitas air laut termasuk
kategori dampak penting.

3.4.5. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H seluas 63 Ha pada tahap pasca konstruksi akan
berdampak terhadap penurunan muka tanah (land subsidence). Informasi land subsidence
dari sumber referensi Abidin et al penurunan muka tanah di daratan Jakarta antara 6-15
cm/tahun. Dalam Per. Gub. No. 146 Tahun 2014 tentang Pedomen Teknis Membangun
dan Pelayanan Perizinan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta
sebagai acuan referensi penurunan muka tanah antara 7-14 cm/tahun, sedangkan desain
teknis reklamasi yang digunakan di Pulau H asumsi penurunan muka tanah sebesar 7,5
cm. Besaran dampak yang disebabkan keberadaan lahan reklamasi terhadap penurunan
muka tanah tergolong dampak negatif besar.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Penting (P).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di lokasi lahan reklamasi Pulau H, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif rendah berlangsung singkat selama masa settlement lahan
reklamasi, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif sejalan dengan waktu, sehingga tergolong dampak Penting
(P).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 42


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

6. Dampak terhadap penurunan muka tanah ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat
digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap penurunan muka tanah termasuk
kategori dampak penting.

3.4.6. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi

Keberadaan lahan reklamasi diperkirakan akan berdampak terhadap perubahan persepsi


masyarakat. Dampak yang akan muncul tergolong dampak negatif kecil, mengingat
lingkungan sekitar Pulau H merupakan kawasan pemukiman Pantai Mutiara dan terdapat
perkampungan nelayan serta padat dengan berbagai kegiatan sekitar PLTU Muara
Karang, Pelabuhan Nusantara Nizam Zachman dan lain-lain). Keberadaan pulau reklamasi
diapresiasi positif oleh masyarakat, sebagaimana terekam dalam survai responden dimana
89,2% responden menyatakan setuju dengan kegiatan reklamasi Pulau H. Jika demikian,
maka dampak terhadap reklamasi Pulau H dapat berpotensi bersifat negatif, jika harapan
masyarakat terhadap kesempatan kerja, pencemaran lingkungan, gangguan terhadap
akses nelayan tidak terealisasi.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:


1. Jumlah manusia yang terkena dampak banyak, sehingga dampak dapat digolongkan
menjadi Penting (TP).
2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H, sehingga dampak
dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).
3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung selama lahan reklamasi Pulau H berada,
sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).
5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi
Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).
6. Dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat ini dapat dipulihkan, sehingga
dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat


termasuk kategori dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 43


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Prakiraan Dampak Penting

Tabel 3.1. Prakiraan Dampak Penting Reklamasi Pulau H

Pra Konstruksi

Konstruksi

Konstruksi
Tahap

Tahap

Tahap
Pasca
Komponen Kegiatan

Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Keberadaan Lahan Reklamasi


Mobilisasi Alat dan Bahan
Penetapan Lokasi Proyek

Demobilisasi Peralatan
No.

Keberadaan Causeway
Pekerjaan Causeway
Reklamasi
Komponen Lingkungan

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara -b/p
2. Peningkatan Kebisingan -b/p
3. Penurunan Kualitas Air Laut -k/p -b/p +k/p
4. Perubahan Pola Arus -k/p
5. Perubahan Pola Gelombang -k/p
6. Abrasi dan Sedimentasi -k/p
7. Peningkatan Volume Sampah Padat -k/p
8. Gangguan Utilitas -b/p
9. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) -b/p
SOSEKBUD KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja +k/p
2. Gangguan Aktivitas Nelayan -b/p -b/p
3. Gangguan Kamtibmas -b/p -k/p -k/p
4. Perubahan Persepsi Masyarakat -b/p -b/p -b/p -k/p -k/p -k/p
TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat -b/p
2. Gangguan Transportasi Laut -b/p -k/p -k/p
Keterangan:
- = negatif
+ = positif
k = kecil
b = besar
p = penting
tp = tidak penting

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III 44


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

BAB IV
EVALUASI SECARA HOLISTIK
TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

4.1. TELAAHAN HOLISTIK TERHADAP DAMPAK PENTING

Sebagaimana diuraikan pada BAB III tentang analisis prakiraan dampak penting yang
menghasilkan informasi mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting
(DP). Selanjutnya akan dilakukan evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak
penting, baik dampak penting yang tergolong dampak primer, sekunder maupun tersier. Evaluasi
terhadap dampak penting tersebut dilakukan dengan menggunakan instrument bagan alir dampak
penting, sehingga akan terlihat mana dampak penting yang tergolong dampak langsung (primer)
dan mana dampak penting yang tidak langsung (sekunder atau tersier). Hasil evaluasi terhadap
dampak penting hipotetik tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan upaya-upaya
pengendalian dampak negatif dan penanganan dampak positif yang dituangkan dalam Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

4.1.1. Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap prakonstruksi adalah penetapan lokasi. Kegiatan ini
akan menimbulkan dampak penting berupa perubahan persepsi masyarakat. Dampak ini
merupakan dampak langsung (primer).

4.1.2. Tahap Konstruksi

Kegiatan pada tahap konstruksi meliputi rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja, mobilisasi alat
dan bahan, reklamasi dan pekerjaan causeway.

Kegiatan rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja akan menimbulkan dampak penting
terbukanya kesempatan kerja, penurunan kualitas air laut dan peningkatan volume sampah
padat, yang selanjutnya akan menimbulkan dampak turunan berupa perubahan persepsi
masyarakat dan gangguan kamtibmas. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dapat mencapai
300 orang.

Rekrutmen tenaga kerja sebanyak 300 orang ini merupakan dampak positif primer. Dalam
pelaksanaan konstruksi proyek, pemrakarsa kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) akan
bekerjasama dengan beberapa kontraktor sehingga rekrutmen akan dilakukan oleh masing-
masing kontraktor/sub kontraktor yang ditunjuk. Tenaga kerja konstruksi proyek yang akan
direkrut oleh masing-masing kontraktor/sub kontraktor sebagian berasal dari penduduk
sekitar proyek (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan). Dengan ikut sertanya penduduk

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 1


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

sekitar (Kecamatan Penjaringan) sebagai tenaga kerja konstruksi proyek akan mengurangi
jumlah pengangguran yang ada. Hal ini sejalan dengan harapan masyarakat sekitar dan
tokoh masyarakat yang disampaikan pada saat konsultasi publik dan wawancara dengan
responden yang mengharapkan adanya manfaat dari pembangunan proyek yang berkaitan
dengan penyerapan tenaga kerja lokal. Terbukanya kesempatan kerja ini pada akhirnya
akan berdampak lebih lanjut (dampak sekunder dan tersier) terhadap persepsi positif
masyarakat (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) dan kamtibmas.

Aktivitas tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak 300 orang berpotensi menghasilkan
limbah cair domestik dari kegiatan mandi cuci kakus (MCK). Limbah cair domestik tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kualitas
air laut di sekitarnya dengan parameter utama pH, Total Suspended Solid (TSS), Ammonia
(NH3), Phospat (PO4) dan BOD. Dampak terhadap penurunan kualitas air laut merupakan
dampak langsung (primer) yang akan berdampak terhadap kehidupan biota laut dan
persepsi masyarakat (dampak sekunder dan tersier).

Kegiatan buruh konstruksi sebanyak 300 orang tersebut akan menghasilkan sampah padat
berupa sisa-sisa makanan, minuman dan lain-lain. Dampak terhadap sampah padat ini
merupakan dampak langsung (dampak primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap
persepsi masyarakat (dampak sekunder) dan gangguan kamtibmas (dampak tersier).

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan akan berdampak penting primer berupa gangguan
transportasi darat dan transportasi laut. Transportasi tanah urug (tanah merah) sebanyak
315.000 m3 akan berdampak terhadap transportasi darat pada badan jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut (Jl. Pluit Raya dan jalan lingkungan Kawasan Pantai Mutiara).
Kegiatan tersebut akan mengakibatkan meningkatnya arus lalu lintas, pengotoran badan
jalan dan dapat mengakibatkan kerusakan badan jalan bila tonase kendaraan pengangkut
alat dan bahan konstruksi melampaui daya dukung badan jalan yang dilalui. Dampak
terhadap transportasi darat ini merupakan dampak primer yang akan berdampak lebih lanjut
terhadap kualitas udara (dampak sekunder), persepsi masyarakat (dampak tersier) dan
kamtibmas (dampak kuarter). Aktivitas truk pengangkut tanah urug juga merupakan sumber
kebisingan yang berpotensi melebihi baku tingkat kebisingan.

Kegiatan mobilisasi pasir urug dan batu akan meningkatkan aktivitas transportasi laut.
Dampak ini merupakan dampak primer. Gangguan transportasi laut akan menimbulkan
dampak sekunder gangguan aktivitas nelayan yang selanjutnya akan berdampak terhadap
persepsi masyarakat dan kamtibmas (dampak sekunder dan tersier).

Kegiatan Reklamasi Pulau H seluas 63 Ha akan menimbulkan dampak penting Penurunan


Kualitas Air Laut, Gangguan Utilitas, Gangguan Aktivitas Nelayan, Gangguan Kamtibmas,
Perubahan Persepsi Masyarakat, Gangguan Transportasi Laut. Kegiatan reklamasi akan
meningkatkan Total Suspended Solid (TSS) air laut sekitar lokasi Pulau H. Peningkatan TSS

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 2


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

ini berpotensi mecapai lebih dari 5 kali kondisi biasa tanpa kegiatan. Meningkatnya TSS ini
akan mengakibatkan berkurangnya penetrasi sinar matahari ke dalam perairan sehingga
produktivitas primer menurun dan kandungan oksigen terlarut dalam perairan laut akan
berkurang. Hal ini pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan biota laut (plankton,
benthos dan nekton).

Kegiatan reklamasi akan berdampak terhadap gangguan utilitas di sekitar rencana


Reklamasi Pulau H. Berdasarkan lokasi rencana Reklamasi Pulau H terdapat Pipa PHE
ONWJ, maka recana reklamasi Pulau H akan dilakukan pergeseran dengan jarak minimal
dengan pipa tersebut 146,58 m yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur 146 Tahun
2014 tentang Ketentuan Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasarana Reklamasi
Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Dampak terhadap gangguan utilitas merupakan
dampak langsung (dampak primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi
masyarakat (dampak sekunder) dan kamtibmas (dampak tersier).

Kegiatan reklamasi dan pekerjaan causeway diprakirakan akan berdampak terhadap


aktivitas nelayan di sekitarnya akibat pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan.
Mengingat saat ini, di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Pluit) terdapat Pelabuhan Muara Baru
dan Pelabuhan Nizam Zahman yang beraktivitas di sekitar lokasi proyek, maka hal ini perlu
mendapat perhatian. Dampak gangguan terhadap aktivitas nelayan merupakan dampak
langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat
(sekunder) dan kamtibmas (tersier).

4.1.3. Tahap Pasca Konstruksi

Kegiatan tahap pascakonstruksi meliputi keberadaan causeway, keberadaan lahan


reklamasi, demobilisasi peralatan.

Keberadaan causeway akan menyebabkan dampak penting penurunan kualitas air laut.
Keberadaan causeway yang konstruksinya masif akan mengubah pola persebaran buangan
air pendingin PLTU Muara Karang. Debit di dua titik outlet PLTU Muara Karang adalah 12
m3/s untuk outlet Barat dan 48 m3/s untuk outlet Timur. Hasil pemodelan menunjukkan pada
suhu di titik inlet akan menurun 0,8-1,0 C. Dampak kualitas air laut (suhu) merupakan
dampak positif yang bersifat langsung (primer).

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H akan berdampak penting terhadap pola arus
Keberadaan lahan reklamasi seluas 63 Ha dan causeway akan mengakibatkan terjadinya
perubahan pola arus menyusur pantai (longshore current) di sekitar lokasi proyek.
Perubahan ini merupakan dampak langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut
terhadap abrasi dan sedimentasi (dampak sekunder), persepsi masyarakat (dampak tersier)
dan kamtibmas (dampak kuarter). Dampak yang terjadi merupakan dampak lanjutan yang
prosesnya dimulai sejak tahap konstruksi dan terus berlanjut hingga tahap pasca konstruksi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 3


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H juga berdampak penting terhadap pola gelombang
Keberadaan lahan reklamasi seluas 63 Ha akan mengakibatkan terjadinya perubahan
pola gelombang di sekitar lokasi proyek. Perubahan pola gelombang ini merupakan dampak
langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap abrasi dan sedimentasi
(dampak sekunder), persepsi masyarakat (dampak tersier) dan kamtibmas (dampak
kuarter). Dampak yang terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai sejak
tahap konstruksi dan terus berlanjut hingga tahap pasca konstruksi.

Keberadaan lahan reklamasi juga akan mengakibatkan terjadinya abrasi dan sedimentasi
akibat perubahan pola arus (arus menyusur pantai) dan pola gelombang di sekitar lokasi
proyek. Dampak yang akan terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai
sejak tahap konstruksi dan terus berlanjut hingga tahap pasca konstruksi. Dampak abrasi
dan sedimentasi ini merupakan dampak sekunder yang akan berdampak lebih lanjut
terhadap persepsi masyarakat dan kamtibmas.

Pada tahap pasca konstruksi yang berdampak penting terhadap penurunan muka tanah
adalah keberadaan lahan reklamasi. Dampak yang terjadi merupakan dampak langsung
(primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat (dampak
sekunder).

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H seluas 63 Ha akan berdampak penting terhadap


persepsi masyarakat. Dampak yang terjadi merupakan dampak turunan (sekunder/tersier)
akibat dampak-dampak negatif yang akan muncul akibat keberadaan lahan reklamasi dan
demobilisasi peralatan konstruksi, seperti banjir, abrasi dan sedimentasi yang akan berlanjut
terhadap dampak gangguan kamtibmas.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 4


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

Rencana Kegiatan
Reklamasi Pulau H

Tahap Tahap
Tahap Konstruksi
Pra Konstruksi Pasca Konstruksi

Rekrutmen dan
Penetapan Lokasi Mobilisasi Alat Pekerjaan Keberadaan Keberadaan Demobilisasi
Aktivitas Tenaga Reklamasi
Proyek dan Bahan Causeway Causeway Lahan Reklamasi Peralatan
Kerja

Terbukanya
Kesempatan
Kerja

Gangguan Peningkatan
Gangguan Penurunan Perubahan Pola Perubahan Pola Gangguan Penurunan Muka
Transportasi Gangguan Utilitas Volume Sampah
Transportasi Laut Kualitas Air Laut Gelombang Arus Aktivitas Nelayan Tanah
Darat Padat

Abrasi dan
Sedimentasi

Penurunan Peningkatan
Kualitas Udara Kebisingan

Perubahan Persepsi Masyarakat

Gangguan Kamtibmas

Gambar IV.1. Bagan Alir Dampak Penting

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 5


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

4.2. ARAHAN PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengelolaan lingkungan hidup disusun untuk menangani dampak penting yang telah diprediksi dari
kajian ANDAL dengan menggunakan pendekatan-pendekatan rasional yang akan diterapkan
melalui pendekatan teknologi, sosial ekonomi dan institusi. Pendekatan teknologi adalah cara-cara
pengelolaan lingkungan hidup yang berorientasi pada teknologi yang dapat digunakan untuk
mengelola dampak penting lingkungan hidup dari suatu kegiatan. Pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan melalui aplikasi teknologi yang dapat diterapkan oleh pemrakarsa dengan
mempertimbangkan biaya dan kemampuan. Pendekatan sosial ekonomi dilakukan dalam rangka
menanggulangi dampak besar dan penting melalui tindakan-tindakan yang bermotifkan sosial
ekonomi, penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk masyarakat serta bantuan sosial
kemasyarakatan lainnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Pemrakarsa. Pendekatan
institusi adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh Pemrakarsa dalam rangka
menanggulangi dampak besar dan penting lingkungan hidup. Pendekatan ini mencakup
pengelolaan lingkungan melalui koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam pengawasan
dampak lingkungan dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengendalian dampak
lingkungan hidup.

4.2.1. Tahap Pra-Konstruksi

1. Perubahan Persepsi Masyarakat

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Melakukan sosialisasi rencana kegiatan Reklamasi Pulau H kepada
masyarakat/tokoh masyarakat sekitar (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan).
b. Memberi informasi kepada masyarakat luas tentang rencana kegiatan reklamasi
Pulau H melalui pengumuman di media masa dan pengumuman di Kantor
Kelurahan Pluit.
c. Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek
terutama Kelurahan Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) berkaitan
dengan rencana kegiatan Reklamasi Pulau H seluas 63 Ha.
d. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan serta sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan persepsi masyarakat dilakukan dengan wawancara secara purposive
sampling dengan responden yang dapat mewakili aspirasi masyarakat sekitar
(Kelurahan Pluit). Data yang ada ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 6


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

4.2.2. Tahap Konstruksi

1. Penurunan Kualitas Udara

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Menggunakan kendaraan angkutan proyek yang layak operasi (lulus uji KIR).
b. Pengangkutan tanah urug melalui jalan raya tidak melebihi kapasitas angkut dan
ditutup terpal sehingga tidak tercecer.
c. Pengaturan waktu mobilisasi alat dan bahan material, yaitu pukul 22.00-05.00
d. Membatasi kecepatan kendaraan pengangkut saat melewati daerah perumahan
e. Menempatkan petugas kebersihan untuk membersihkan badan jalan sekitar
(Kawasan Pantai Mutiara) yang dilalui kendaraan pengangkut bila ada ceceran
tanah urug yang dapat mengakibatkan tebaran debu.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan kualitas udara tahap konstruksi di lokasi proyek dilakukan dengan
pengambilan sampel udara dengan gas sampler dan kertas saring untuk dianalisis di
laboratorium sesuai Standar Nasinonal Indonesia (SNI). Parameter yang diukur adalah
CO, SO2, NO2, dan debu. Data yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu udara
ambient (SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001) serta rona awal pada
studi ANDAL.

2. Peningkatan Kebisingan

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Menggunakan kendaraan angkutan proyek yang layak operasi (lulus uji KIR)
b. Pengaturan waktu mobilisasi alat dan bahan material, yaitu pukul 22.00-05.00
c. Pengangkutan sebagian besar peralatan dan bahan material reklamasi melalui jalur
laut.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan tingkat kebisingan tahap konstruksi di lokasi proyek dilakukan dengan alat
Sound Level Meter. Data yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu kebisingan
(SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001) serta rona awal pada studi
ANDAL.

3. Penurunan Kualitas Air Laut

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Pengelolaan Reklamasi:
1) Mengatur penurunan pasir ke dasar laut pada kecepatan rendah dalam volume
yang relatif kecil, tersebar dan merata.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 7


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

2) Pentahapan pekerjaan reklamasi (zonasi)


3) Menjaga dan mengontrol sambungan pipa penyemprot pasir setiap hari selama
pekerjaan pengurugan/reklamasi berlangsung.
4) Memasang silt screen untuk meminimalkan penyebaran sedimen dan padatan di
perairan sekitar Pulau H.
5) Pengurugan tanah merah (top soil) pada lokasi-lokasi ruang terbuka hijau/taman
dilakukan setelah penanggulan sehingga tidak tercecer ke perairan di sekitar
recana Pulau H.
6) Memasang drainase vertikal (vertical drain) untuk mempercepat konsolidasi
bahan urugan.
7) Pentahapan pekerjaan pembuatan tanggul (zonasi)
8) Pengaturan peletakan batuan untuk mengurangi turbulensi air laut

b. Pengelolaan Pekerjaan Causeway:


1) Pengaturan pekerjaan Causeway dari daratan ke pulau reklamasi
2) Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar pada puncaknya sebesar
30 m dengan tinggi pada puncak LLWS+4m. Causeway ini berfungsi sebagai
penghubung antara daratan dengan pulau reklamasi. Maksimum overtoping
yang diperbolehkan pada causeway ini adalah 5l/s/m.

c. Pengelolaan Aktivitas Tenaga Kerja:


1) Menyediakan tempat sampah (basah dan kering) di lokasi proyek untuk
menampung sampah dari aktivitas buruh konstruksi dan mengangkutnya setiap
hari ke lokasi pembuangan akhir bekerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan
Kota Administrasi Jakarta Utara/pihak swasta yang memiliki Izin BPTSP Provinsi
DKI Jakarta.
2) Menyediakan sarana MCK Portable di sekitar lokasi proyek selama tahap
konstruksi reklamasi dan bila sudah penuh disedot/diangkut dengan Mobil Air
Kotor Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi Jakarta Utara.
3) Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) bagi buruh konstruksi
untuk tidak membuang sampah padat dan limbah cair ke perairan laut dan pantai
sekitar lokasi proyek.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan kualitas air laut di sekitar lokasi kegiatan dilakukan dengan pengambilan
sampel air laut menggunakan jerigen putih volume 2 liter untuk dianalisis di
laboratorium sesuai SNI. Data yang ada dibandingkan dengan baku mutu sesuai KEP.
51/MENLH/2004 Lampiran III untuk Biota Laut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 8


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

4. Peningkatan Volume Sampah Padat

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Tenaga kerja konstruksi proyek akan ditempatkan di bedeng-bedeng sementara
(kontainer) yang terdapat di dekat lokasi reklamasi (Kawasan Pantai Mutiara)
dilengkapi dengan kontainer sampah terpisah untuk sampah organik dan
anorganik.
b. Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) buruh konstruksi untuk tidak
membuang sampah padat ke perairan laut dan pantai di perairan pantai/laut dan di
bedeng pekerja.
c. Menyediakan tempat-tempat sampah di pantai sekitar lokasi proyek dan di bedeng
pekerja yang dipisahkan antara sampah organik dan anorganik untuk menampung
sampah padat dari aktivitas buruh konstruksi reklamasi.
d. Melakukan pengawasan kebersihan lingkungan di sekitar lokasi reklamasi dan di
bedeng pekerja secara kontinyu setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan
khusus selama konstruksi reklamasi berlangsung.
e. Membersihkan perairan sekitar proyek dan bedeng pekerja dari sampah-sampah
yang ada setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan khusus selama tahap
konstruksi reklamasi berlangsung.
f. Secara periodik, setiap hari sampah padat yang terkumpul diangkut ke lokasi
pembuangan akhir bekerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi
Jakarta Utara atau pihak swasta yang mempunyai izin dari BPTSP Provinsi DKI
Jakarta.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan sampah padat di area lokasi bedeng pekerja dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang diperoleh dan dianalisis secara
deskriptif.

5. Gangguan Utilitas

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Melakukan pekerjaan tanggul dan reklamasi sesuai pedoman teknis pada Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 146 Tahun 2014 yakni jarak minimal kaki
tanggul pulau reklamasi adalah 40 m terhadap jaringan pipa PHE ONWJ. Jarak
minimal dasar tanggul dengan pipa PHE ONWJ yang akan dilakukan di reklamasi
Pulau H adalah 146,58 m.
b. Pengaturan posisi peralatan pembuatan tanggul dan pengurugan pada jarak aman
terhadap pipa PHE ONWJ
c. Menghentikan kegiatan pengurugan/reklamasi apabila terjadi gangguan terhadap
utilitas di sekitar lokasi reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 9


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

d. Melakukan koordinasi dengan PT. Pertamina, Pelabuhan Perikanan Nizam


Zachman, Pelabuhan Muara Baru, Pengelola Kawasan Pantai Mutiara dan PLTGU
Muara Karang.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan utilitas di sekitar lokasi reklamasi Pulau H terutama pada pipa PHE ONWJ
dilakukan dengan pengamatan di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif.

6. Terbukanya Kesempatan Kerja

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Menginformasikan adanya lowongan kerja yang dibutuhkan melalui Kantor
Kelurahan Pluit dan Kecamatan Penjaringan.
b. Bekerjasama dengan unsur Kelurahan Pluit untuk mengisi peluang kesempatan
kerja. Mengutamakan/memprioritaskan kepada penduduk sekitar proyek (Kelurahan
Pluit, Kecamatan Penjaringan) untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada
sepanjang memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang
dibutuhkan.
c. Mewajibkan kepada Kontraktor Pelaksana Reklamasi Pulau H untuk menggunakan
tenaga kerja sekitar proyek (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) sepanjang
memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan kesempatan kerja di sekitar lokasi proyek dilakukan dengan mengkaji data
yang ada di bagian personalia proyek. Data yang ada dianalisis secara deskriptif.

7. Gangguan Aktivitas Nelayan

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Pengelolaan Reklamasi:
1) Melakukan koordinasi/sosialisasi adanya rencana kegiatan reklamasi Pulau H
kepada komunitas nelayan yang bermukim di sekitar lokasi proyek (Kelurahan
Pluit).
2) Melakukan koordinasi dengan organisasi masyarakat (ormas) atau kelompok
masyarakat, seperti himpunan nelayan, dewan kelurahan, tokoh masyarakat dan
lain-lain.
3) Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi reklamasi,
terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik berlangsung
sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 10


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

4) Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi tanggul,


terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik berlangsung
sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek.

b. Pengelolaan Pekerjaan Causeway:


1) Melakukan koordinasi/sosialisasi adanya rencana kegiatan pembuatan
Causeway Pulau H kepada komunitas nelayan yang bermukim di sekitar lokasi
proyek (Kelurahan Pluit).
2) Melakukan koordinasi dengan organisasi masyarakat (ormas) atau kelompok
masyarakat, seperti himpunan nelayan, dewan kelurahan, tokoh masyarakat dan
lain-lain.
3) Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi Causeway
Pulau H terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik
berlangsung sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi
proyek.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan gangguan aktivitas nelayan di lokasi proyek dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan bentuk-bentuk gangguan lingkungan yang terjadi di
lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

8. Gangguan Kamtibmas

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Pengelolaan Mobilisasi alat dan bahan material:
1) Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat kegiatan mobilisasi alat
dan bahan material Reklamasi Pulau H seperti penurunan kualitas udara,
kebisingan dan gangguan transportasi darat dan laut.
2) Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Linmas,
Babinsa, aparat Kel. Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan dan lain-lain).

b. Pengelolaan Reklamasi:
1) Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat kegiatan Reklamasi Pulau
H seperti penurunan kualitas air laut, peningkatan kuantitas air permukaan, dan
gangguan transportasi darat dan laut.
2) Menempatkan satuan petugas pengaman di sekitar lokasi reklamasi.
3) Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman, Linmas, Babinsa, aparat Kel. Pluit, Lembaga
Musyawarah Kelurahan dan lain-lain).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 11


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

c. Pengelolaan Aktivitas Tenaga Kerja:


1) Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat aktivitas buruh konstruksi
Pulau H seperti penurunan kualitas air laut dan peningkatan volume sampah
padat.
2) Menempatkan satuan petugas pengaman di sekitar lokasi proyek dan bedeng
pekerja.
3) Mewajibkan penggunaan tanda pengenal (ID card) bagi yang keluar masuk ke
lokasi proyek.
4) Mewajibkan kepada pekerja/buruh konstruksi proyek untuk mematuhi peraturan
dan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek selama tahap
konstruksi reklamasi berlangsung.
5) Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Linmas,
Babinsa, aparat Kel. Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan dan lain-lain).

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan kamtibmas di di sekitar lokasi proyek dilakukan dengan pengamatan dan
pencatatan bentuk-bentuk gangguan lingkungan yang terjadi di lapangan, mengkaji
data yang tersedia di bagian keamanan PT. Taman Harapan Indah. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif.

9. Perubahan Persepsi Masyarakat

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Pengelolaan mobilisasi alat dan bahan material:
1) Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama
dengan Sudin Perhubungan Kota Administrasi Jakarta Utara selama Mobilisasi
alat dan bahan material Reklamasi.
2) Mengelola berbagai dampak yang akan muncul selama mobilisasi alat dan
bahan material Reklamasi Pulau H (kualitas udara, kebisingan, transportasi darat
dan laut).

b. Pengelolaan Reklamasi:
1) Melakukan sosialisasi rencana Reklamasi Pulau H kepada masyarakat/tokoh
masyarakat Kelurahan Pluit dan instansi terkait (Pelabuhan Samudra Nizam
Zachman, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ, PT PLN, PT Nusantara Regas dll)
2) Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama
dengan Pelabuhan Samudra Nizam Zachman, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ,
PT PLN, PT Nusantara Regas, Kelurahan Pluit, Lembaga Musyawarah
Kelurahan Pluit selama pekerjaan reklamasi.
3) Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 12


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

4) Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap konstruksi
Reklamasi Pulau H (kualitas air laut, abarasi dan sedimentasi, kuantitas air
permukaan, sampah padat, biota laut, transportasi darat dan laut) serta
gangguan terhadap utilitas sekitar proyek

c. Pengelolaan pekerjaan Causeway:


1) Mengelola berbagai dampak yang akan muncul selama pekerjaan tanggul
reklamasi Pulau H (kualitas air laut, transportasi laut dan gangguan aktivitas
nelayan).
2) Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama
dengan Pelabuhan Samudra Nizam Zachman, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ,
PT PLN, PT Nusantara Regas selama pekerjaan Causeway Pulau H

d. Pengelolan aktivitas tenaga kerja:


1) Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat aktivitas buruh konstruksi
Pulau H seperti penurunan kualitas air laut dan peningkatan volume sampah
padat.
2) Mewajibkan kepada pekerja/buruh konstruksi proyek untuk mematuhi peraturan
dan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek selama tahap
konstruksi reklamasi berlangsung.
3) Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan persepsi masyarakat dilakukan dengan wawancara secara purposive
sampling dengan responden yang dapat mewakili aspirasi masyarakat sekitar
(Kelurahan Pluit). Data yang ada ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

10. Gangguan Transportasi Darat

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Sebelum kegiatan mobilisasi alat dan bahan material konstruksi dimulai,
pemrakarsa proyek (PT Taman Harapan Indah) akan menginformasikan,
berkoordinasi/komunikasi dengan tokoh masyarakat kawasan Pantai Mutiara
b. Pengangkutan tanah urug/tanah merah oleh kontraktor/suplier dilakukan sesuai jalur
transportasi darat yang telah ditentukan sesuai SOP dan berkoordinasi dengan
Dinas Perhubungan dan Transpotasi DKI Jakarta.
c. Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) nantinya akan memeriksa
kebenaran lokasi tanah urug/tanah merah dan memiliki Dokumen Lingkungan
(AMDAL dan/atau UKL/ UPL).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 13


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

d. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memberikan uang jaminan


perbaikan/pemeliharaan jalan ke Pemda/Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara
dan mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara Nomor 13
tahun 2000 tentang Reklamasi/Pengurugan.
e. Pengangkutan alat dan bahan material konstruksi/tanah urug dilakukan tidak pada
jam-jam sibuk, yaitu pada malam hari antara pukul 22.00 05.00 WIB.
f. Kendaraan pengangkut tanah dilengkapi dengan penutup/terpal dan muatan tanah
urug tidak melebihi kapasitas angkut kendaraan yang digunakan sehingga tanah
tidak tercecer dan mengotori badan jalan.
g. Tonase kendaraan pengangkut tanah yang digunakan tidak melampaui daya
dukung/kapasitas badan jalan yang dilalui sehingga tidak terjadi kerusakan badan
jalan.
h. Kendaraan pengangkut tanah dibersihkan terlebih dahulu sebelum meninggalkan
lokasi sumber tanah galian dan lokasi proyek.
i. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah wajib menjaga kebersihan dan kondisi
badan jalan, dan harus menempatkan petugas pengelola kebersihan jalan di sekitar
proyek setiap hari selama pengangkutan tanah berlangsung.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan transportasi darat di sekitar proyek dilakukan dengan pengamatan dan
pencatatan lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskriptif dengan metode daya
dukung beban jalan (V/C Ratio) dan tingkat pelayanan badan jalan, serta kecepatan.

11. Gangguan Transportasi Laut

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Pengangkutan pasir urug oleh kontraktor/suplier dilakukan sesuai jalur transportasi
laut yang telah ditentukan sesuai SOP dan berkoordinasi dengan Suku Dinas
Perhubungan dan Transpotasi Laut Kota Administrasi Jakarta Utara.
b. Mengikuti peraturan pelayaran yang berlaku di wilayah yang dilewati dari lokasi
pengerukan sampai ke lokasi reklamasi/proyek dan sebaliknya, termasuk
kelengkapan sarana navigasi.
c. Berkoordinasi dengan Pelabuhan Nizam Zachman dan Kesyahbandaran Pelabuhan
Sunda Kelapa.
d. Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek,
terutama pada saat tambat di lokasi mooring sehingga tidak mengganggu kapal-
kapal yang lewat ke daerah tersebut.
e. Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) nantinya akan memeriksa
kebenaran lokasi penambangan pasir urug dan memiliki Dokumen Lingkungan
(AMDAL dan/atau UKL/UPL).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 14


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan gangguan transportasi laut di sekitar proyek dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskriptif.

4.2.3. Tahap Pasca Konstruksi

1. Penurunan Kualitas Air Laut (Suhu)

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Melakukan maintenance dredging pada kanal sisi Selatan Pulau H agar outlet dari
PLTU Muara Karang tidak terganggu.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan kualitas air laut di sekitar lokasi kegiatan dilakukan dengan pengambilan
sampel air laut menggunakan jerigen putih volume 2 liter untuk dianalisis di
laboratorium sesuai SNI. Data yang ada dibandingkan dengan baku mutu sesuai KEP.
51/MENLH/2004 Lampiran III untuk Biota Laut.

2. Perubahan Pola Arus

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Melakukan maintenance dredging di lokasi terjadinya sedimentasi berdasarkan hasil
pemantauan setelah pulau H terbentuk sesuai rekomendasi dari Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman dan Kesyahbandaran Sunda Kelapa.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan perubahan pola arus tahap pasca konstruksi di sekitar perairan laut lokasi
kegiatan dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif dan visual, yakni dalam bentuk grafik stickplot arus
berdasarkan waktu, dari gambar stickplot tersebut akan terlihat kecepatan dan arah
selama pengukuran.

3. Perubahan Pola Gelombang

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Melakukan maintenance dredging di lokasi terjadinya sedimentasi berdasarkan hasil
pemantauan setelah pulau H terbentuk sesuai rekomendasi dari Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman dan Kesyahbandaran Sunda Kelapa.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan perubahan pola gelombang tahap konstruksi di lokasi proyek dilakukan
dengan pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 15


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

secara deskriptif dan visual, yakni dalam bentuk grafik stickplot gelombang
berdasarkan waktu, dari gambar stickplot tersebut akan terlihat tinggi gelombang dan
arah selama pengukuran.

4. Abrasi dan Sedimentasi

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Melakukan maintenance dredging di lokasi terjadinya sedimentasi berdasarkan hasil
pemantauan setelah pulau H terbentuk sesuai rekomendasi dari Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman dan Kesyahbandaran Sunda Kelapa.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan perubahan pola gelombang tahap konstruksi di lokasi proyek dilakukan
dengan Pengamatan langsung di lapangan. Data yang ada dibandingkan dengan data
abrasi dan sedimentasi awal sebelum kegiatan dimulai.

5. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Mematangkan lahan hasil reklamasi agar terkonsolidasi sebelum digunakan untuk
pembangunan di atasnya selama 3 tahun.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan terhadap penurunan muka tanah (Land Subsidence) tahap pasca
konstruksi di sekitar perairan laut lokasi kegiatan dilakukan dengan pengamatan dan
pencatatan di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan visual.

6. Perubahan Persepsi Masyarakat

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:


a. Tetap melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi
kegiatan terutama dengan Kelurahan Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK)
Pluit selama pasca konstruksi reklamasi Pulau H.
b. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait.
c. Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap pasca
konstruksi Reklamasi Pulau H (perubahan pola arus, abrasi dan sedimentasi,
morfologi pantai dan penurunan muka tanah).
d. Merealisasikan Program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi warga
masyarakat sekitar (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) dan program
penerimaan tenaga kerja yang ada pada tahap pasca konstruksi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 16


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

Arahan pemantauan lingkungan adalah:


Pemantauan persepsi masyarakat dilakukan dengan wawancara secara purposive
sampling dengan responden yang dapat mewakili aspirasi masyarakat sekitar
(Kelurahan Pluit). Data yang ada ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

4.3. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN

Rekomendasi kelayakan lingkungan kegiatan reklamasi Pulau H seluas 63 Ha dilakukan dengan


menekankan keberlanjutan ekologis. Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting secara holistik
diketahui rencana Reklamasi Pulau H seluas 63 Ha menimbulkan dampak penting, baik positif
maupun negatif. Dampak positif yang ditimbulkan adalah peningkatan kesempatan kerja dan
penurunan suhu air laut di intake PLTU Muara Karang, yang mempunyai efek multiplier penting
berupa peningkatan efisiensi produksi listrik dan dengan demikian peningkatan pendapatan PLN.
Sementara dampak negatif penting yang timbul berupa penurunnan kualitas air laut (peningkatan
TSS), perubahan pola arus, perubahan pola gelombang, abrasi dan sedimentasi, gangguan
utilitas, gangguan transportasi darat, transportasi laut, serta penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan.

Dampak-dampak negatif seperti penurunan air laut dapat dikelola lewat perencanaan teknis
reklamasi yang baik; sedangkan perubahan pola arus, pola gelombang, serta dampak turunannya
berupa aberasi dan sedimentasi dapat dikelola dengan disain bentuk pulau yang meminimalkan
perubahan pola arus dan pola gelombang.

Dampak penting gangguan utilitas dapat dikelola dengan mengeser posisi pulau dan menjaga
jarak aman dengan utilitas yang ada.

Dengan demikian dapat disimpulkan kegiatan reklamasi Pulau H seluas 63 Ha layak lingkungan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 17


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

Tabel 4.1. Ringkasan Analisis Dampak


No. Dampak Penting Hipotetik Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak

Tahap Pra Konstruksi


1. Perubahan Persepsi Masyarakat PT. Taman Harapan Indah sebagai Pemrakarsa Kegiatan berkoordinasi Besarnya Dampak: Semua dampak penting yang timbul dapat dikelola
dengan Kantor Kelurahan Pluit telah melakukan konsultasi publik dan Besar dengan disain bentuk Pulau H, menggeser posisi
sosialisasi rencana kegiatan dengan masyarakat sekitar sebagaimana diatur Pulau H untuk menjaga jarak aman dengan utilitas
dalam SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Sifat Penting Dampak: yang ada, serta perencanaan teknis pelaksanaan
Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Penting reklamasi yang baik.
Proses AMDAL. Dalam konsultasi publik/sosialisasi rencana kegiatan
tersebut telah dijelaskan berbagai dampak positif dan dampak negatif yang
mungkin timbul akibat kegiatan reklamasi, dan berbagai
masukan/usul/tanggapan serta harapan-harapan dari masyarakat sekitar
juga telah terungkap, antara lain adanya kekhawatiran terjadinya banjir rob
di pemukiman warga/nelayan, gangguan biota laut, terumbu karang,
gangguan aktivitas lalu lintas kapal nelayan tradisional, memperhatikan
kehidupan nelayan, agar pengembang lebih arif dalam memperhatikan
kepentingan masyarakat dan lingkungan, penataan dan perbaikan
infrastruktur serta melakukan CSR bagi masyarakat sekitar, sehingga dialog
dan hubungan dengan masyarakat sekitar yang diprakirakan terkena
dampak langsung dan tidak langsung perlu diperhatikan.
Tahap Konstruksi
1. Penurunan Kualitas udara Hasil pengukuran kualitas udara ambien pada saat studi ANDAL dilakukan, Besarnya Dampak:
terlihat bahwa kualitas udara masih berada di bawah baku mutu yang Besar
ditetapkan (SK. Gubernur KDKI Jakarta No. 551 tahun 2001)
Sifat Penting Dampak:
Penting
2. Peningkatan Kebisingan Tingkat kebisingan di sekitar lokasi kegiatan berkisar antara 54,7 dBA (U1) Besarnya Dampak:
dan 50,6 dBA (U2), masih di bawah nilai ambang batas yang dipersyaratkan Besar
(SK. GUB. KDKI Nomor 551 Tahun 2001). Sifat Penting Dampak:
Penting
3. Penurunan Kualitas Air Laut Pengukuran terhadap kondisi fisik kimia kualitas air laut di sekitar lokasi Besarnya Dampak:
kegiatan saat studi ANDAL (2013) ini telah dilakukan di 4 (empat) lokasi Besar
untuk mengetahui kondisi kualitas air laut sebelum kegiatan reklamasi
berlangsung menunjukkan bawah parameter kualitas air laur TSS dan Sifat Penting Dampak:
kekeruhan masih di bawah baku mutu Keputusan Menteri Negara Penting
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 (Lampiran III), Baku Mutu Air Laut
untuk Biota Laut.
4. Peningkatan volume sampah padat Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak Besarnya Dampak:
300 orang juga berpotensi menghasilkan sampah padat berupa sisa-sisa Kecil
makanan, minuman dan lain-lain yang apabila tidak dikelola dengan baik
juga akan mengakibatkan menurunnya kualitas air laut di sekitarnya. Sifat Penting Dampak:
Volume sampah padat yang akan ditimbulkan dari aktivitas tenaga kerja Penting
sebesar 0,9 m3/hari.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 18


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

No. Dampak Penting Hipotetik Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak

5. Gangguan utilitas Utilitas yang ada di sekitar lokasi rencana reklamasi Pulau H adalah jalur Besarnya Dampak:
Pipa PHE ONWJ dan Pipa PLN, Pelabuhan Muara Baru, Kawasan Pantai Besar
Mutiara dan PLTGU Muara Karang. Terhadap jarak tanggul dengan Pipa
PHE ONWJ dan Pipa PLN telah ditetap jarak minimal 146,58 m. Sifat Penting Dampak:
Penting
6. Terbukanya Kesempatan kerja Berdasarkan data rona awal, diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Besarnya Dampak:
Pluit sebanyak 46.567 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja di Kelurahan Kecil
Pluit sebesar 32.419 jiwa.
Sifat Penting Dampak:
Penting
7. Gangguan Aktivitas Nelayan Berdasarkan laporan hasil pembinaan dan kegiatan pemerintah Kelurahan Besarnya Dampak:
Pluit, Februari 2013, yang bermatapencaharian sebagai nelayan sebanyak Besar
2.692 orang jiwa dan Berdasarkan data statistik perikanan tangkap Tahun
2012, jenis-jenis ikan yang banyak dijumpai di sekitar wilayah Teluk Jakarta Sifat Penting Dampak:
adalah: cumi-cumi (58.337 spesies), cakalang (30.553 spesies), layang Penting
(23.670 spesies), madidihang (13.661 spesies) dan tuna mata besar (13.594
spesies).
8. Gangguan Kamtibmas Berdasarkan data rona awal, wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Besarnya Dampak:
Penjaringan merupakan kawasan yang padat penduduk dan ramai, baik Kecil
pada siang hari maupun malam hari. Kegiatan yang berlangsung cukup
kompleks, yakni perkantoran, pertokoan, jasa perdagangan, industry, mal, Sifat Penting Dampak:
hotel dan pemukiman penduduk. Keadaan Kamtibmas di wilayah ini cukup Penting
rawan terhadap tingkat kejahatan kriminal.
9. Perubahan Persepsi Masyarakat Hasil pengamatan yang dilakukan melalui wawancara dan dialog terhadap Besarnya Dampak:
65 responden masyarakat yang dianggap dapat mewakili aspirasi Kecil
masyarakat sekitar (Kelurahan Pluit), terlihat bahwa sebanyak 58 responden
menyatakan setuju terhadap pembangunan proyek dengan alasan adanya Sifat Penting Dampak:
kesempatan kerja dan peluang berusaha, dan sebanyak 2 responden Penting
mengharapkan agar pemrakarsa memperhatikan masalah lingkungan,
seperti genangan air/banjir, kemacetan lalu lintas, kebisingan dan polusi
udara (debu).
10. Gangguan transportasi darat Saat ini kondisi lalu lintas pada badan jalan di sekitar lokasi proyek tergolong Besarnya Dampak:
padat pada jam sibuk pagi dan sore hari. Besar

Sifat Penting Dampak:


Penting
11. Gangguan transportasi laut Pemantauan jumlah dan aktifitas kapal di sekitar perairan Pantai Mutiara Besarnya Dampak:
yang dilakukan oleh Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Kecil
Jakart (PPSNZJ) yang akan mempengaruhi kapasitas dermaga dan kolam
pelabuhan. Menurut Sam (2012) rasio tingkat pemanfaatan dermaga dan Sifat Penting Dampak:
kolam pelabuhan di PPSNZJ sudah mencapai 100% bahkan pemanfaatan Penting
dermaga dan kolam pelabuhan di PPSNZJ sudah melebihi kapasitas dan
daya tampungnya. Perlu ada pengaturan dan pengelolaan kapal yang

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 19


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

No. Dampak Penting Hipotetik Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak

bersandar di PPSNZJ dan pengaturan selama ini dilakukan oleh petugas


syahbandar perikanan. Peningkatan aktifitas kapal perikanan mendorong
pertumbuhan pelabuhan. Mulai dari peningkatan pembangunan dermaga
dan kolam pelabuhan untuk memenuhi kapasitas dan daya tampungnya,
sampai pada peningkatan bahan-bahan pemenuhan kebutuhan dan
berbekalan kapal perikanan. Dengan demikian, dari aspek ini pengelolaan
pelabuhan perikanan sesuai dengan konsep Eco Port.
Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas air laut Pengukuran terhadap kondisi fisik kimia kualitas air laut di sekitar lokasi Besarnya Dampak:
kegiatan saat studi ANDAL (2013) ini telah dilakukan di 4 (empat) lokasi Kecil
untuk mengetahui kondisi kualitas air laut sebelum kegiatan reklamasi
berlangsung menunjukkan bawah parameter kualitas air laur TSS dan Sifat Penting Dampak:
kekeruhan masih di bawah baku mutu Keputusan Menteri Negara Penting
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 (Lampiran III), Baku Mutu Air Laut
untuk Biota Laut.
2. Perubahan Pola Arus Pola arus akibat operasi pompa memperlihatkan nilai kecepatan yang lebih Besarnya Dampak:
dominan daripada arus akibat pasang surut. Pada kondisi sebelum Kecil
reklamasi terlihat bahwa arus dari arah pompa Pluit dapat dengan bebas
mengalir ke arah lepas pantai. Sedangkan pada elevasi muka air tidak Sifat Penting Dampak:
terdapat perbedaan signifikan secara spasial di wilayah kajian dengan kata Penting
lain pada wilayah kajian memiliki fasa yang sama yang dilalui oleh pasang
surut dari lepas pantai.
3. Perubahan pola gelombang Energi gelombang meluruh seiring dengan penjalaran menuju pantai Besarnya Dampak:
Jakarta. Tinggi gelombang pada lokasi reklamasi mencapai 0.6 m pada Kecil
kondis eksisting, sedangkan pada kondisi reklamasi Pulau H terbangun,
tinggi gelombang berkurang drastis terutama di daerah bayangan reklamasi. Sifat Penting Dampak:
Di daerah bayangan tersebut mencapai 0.1 m. Penting

4. Abrasi dan sedimentasi Perubahan abrasi dan sedimentasi merupakan dampak turunan perubahan Besarnya Dampak:
pola arus. Prakiraan besaran dampak dilakukan lewat pemodelan transpor Kecil
sedimen. Pemodelan dilakukan untuk 2 skenario yaitu tanpa dan dengan
beroperasinya pompa Pluit dengan sumber sedimen sungai yang bermuara Sifat Penting Dampak:
di sekitar lokasi reklamasi Pulau H yaitu muara Karang Angke, dan Penting
Cengkareng. Masing masing memberikan jumlah konservatif sedimen
sebesar 10 kg/m3 secara kontinyu di setiap sumber debit. Tambahan
sumber sedimen adalah dari sumber pompa yang diasumsikan cukup kecil
yaitu sebesar 0.001 kg/m3.
5. Penurunan muka tanah (land Menurut para ahli penurunan muka tanah di Jakarta berkisar hingga 15 Besarnya Dampak:
subsidence) cm/tahun. Pada beberapa lokasi bahkan dapat mencapai 6 7 cm/Tahun Besar
(Abidin et al, 2009).
Sifat Penting Dampak:
Penting

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 20


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
Evaluasi Secara Holistik

No. Dampak Penting Hipotetik Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak

6. Perubahan Persepsi Masyarakat Hasil pengamatan yang dilakukan melalui wawancara dan dialog terhadap Besarnya Dampak:
65 responden masyarakat yang dianggap dapat mewakili aspirasi Kecil
masyarakat sekitar (Kelurahan Pluit), terlihat bahwa sebanyak 58 responden
menyatakan setuju terhadap pembangunan proyek dengan alasan adanya Sifat Penting Dampak:
kesempatan kerja dan peluang berusaha, dan sebanyak 2 responden Penting
mengharapkan agar pemrakarsa memperhatikan masalah lingkungan,
seperti genangan air/banjir, kemacetan lalu lintas, kebisingan dan polusi
udara (debu).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV 21


Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha)
DAFTAR PUSTAKA

Van bemmelen, R.W, 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes

Kastoro and Birowo S. 1977. Hasil Pendahuluan Pengamatan Arus dari Beberapa Tempat di Teluk
Jakarta dan Sekitarnya. Lembaga Oseanologi Nasional Jakarta

Odum, E.P.1980. Fundamental of Ecology. W.B. Sounders, Philadelphia

Ongkosongo, O.S.R. 1981. Pola pertumbuhan pantai di Jawa. PIT IAGI ke IX, Yogyakarta: 22 p

Ongkosongo, O.S.R. 1990. Sedimen Dasar Teluk Jakarta. LON LIPI, Jakarta

American Public Health Association 1992. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater. 18th Ed.APHA-AWWA-WPCF. Washington DC

Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) (1995), Oceanography
Research Centre Indonesian Institute of Science. Kondisi lingkungan perairan Teluk Jakarta
dan sekitarnya

Suyarso, 1995. Atlas Oseanologi Teluk Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (P2O LIPI), Jakarta, 160 pp

Block, M.R. 1999. Identifying Environmental Aspects and Impacts. Asq.Milwaukel

Ongkosongo, O.S.R. 2001. Background to the Study Sites in the Bay of Jakarta and Kepulauan Seribu,
Unesco Reports in Marine Science 40

Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI). 2004


DISHIDROS-TNI AL, 2008. Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia. Dinas Hidro-Oseanografi TNI-
AL,Jakarta Utara

Kementrian Pekerjaan Umum 2010. JCDS: Atlas Jakarta Coastal Defense

Taurusman, A.A. (2010). Community structure of macrozoobenthic feeding guilds in responses to


eutrophication in Jakarta Bay. Biodiversitas 11(3):133-138

Timotius, 2010. Fenomena Genangan Air Laut Akibat Pasang (Rob)

Pantai Mutiara, 2010. Laporan Implementasi RKL dan RPL Kawasan Pantai Mutiara

Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelindo II, 2012. Analisa Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Pelabuhan di Kalibaru Jakarta Utara

Badan Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelindo II, 2012. Pola Arus Di Utara Pulau Jawa

Data Statistik Perikanan Tangkap, 2012. Perikanan Laut

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok (2003 2012), 2013

PT. Ganeshatama Consulting, 2013. Laporan Akhir Pemodelan Hidrodinamika Laut Reklamasi Pulau H

PT. Ganeshatama Consulting, 2013. Laporan Akhir Kajian Sistem Tata Air Polder Pluit Jakarta Utara

PT. Ganeshatama Consulting, 2013. Laporan Akhir Kajian Global Warming Reklamasi (Pulau H)

PT. Ganeshatama Consulting, 2013. Laporan Akhir Kajian Sistem Tata Air Upland Area Reklamasi
Pulau H

Kelurahan Pluit, Februari 2013. Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit
DAFTAR PERBAIKAN
ANDAL DAN RKL-RPL REKLAMASI PULAU H
BERDASARKAN NOTULEN PEMBAHASAN
TIM KOMISI PROVINSI DKI JAKARTA
Kamis / 21 Mei 2015

I. Informasi Umum
1. Kegiatan Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha) berlokasi di Kawasan Pantai Utara Jakarta, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kota Adminsitrasi Jakarta Utara
2. Rencana kegiatan: Luas lahan reklamasi 63 Ha (Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H Nomor 1277/-1.794.2 tanggal 21 September 2012 dan Perpanjangan
Persetujuan Prinsip Nomor 543/-1.794.2 tanggal 10 Juni 2014)
3. Penanggung Jawab Kegiatan
Perusahaan : PT. Taman Harapan Indah
Alamat : Intiland Tower Penthouse Floor,
Jl. Jenderal Sudirman 32, Kelurahan Karet Tengsin,
Kecamatan Tanah Abang, Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Penanggung Jawab : Ir. Suhendro Prabowo
Jabatan : Direktur Utama

4. Konsultan Penyusun
Perusahaan : PT. Geo Mitrasamaya
Nomor Registrasi Kompetensi : 061/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
Masa Berlaku : 24 Desember 2014 s.d. 23 Desember 2017
Penanggungjawab : Drs. Pinondang Tambunan
Alamat : Jalan H. Awi No.30, Jatiluhur, Jatiasih, Kota Bekasi
Kualifikasi Tim Penyusun AMDAL:
- 4 (empat) orang Kompetensi Ketua Tim
- 1 (satu) orang Kompetensi Anggota Tim

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 1


PT. Taman Harapan Indah
II. Masukan, Saran dan Tanggapan dari Komisi Penilai Amdal Daerah Provinsi DKI Jakarta
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
Pimpinan Rapat (Ir. Andono Warih, M.Sc)
Masukan, saran dan tanggapan dari Tim Teknis agar dikonsultasikan kepada Tim Teknis Semua masukan tim teknis telah
diakomodir dan dikonsultasikan ke tim
teknis (Andal, RKL dan RPL)
Perbaikan agar disampaikan kembali kepada Tim Teknis untuk mendapatkan persetujuan Perbaikan Andal, RKL dan RPL telah
disampaikan ke tim teknis.
Bp. Dida Kusnida
1 Antisipasi adanya land subsidence 15 cm/tahun terutama pada saat pasca rekonstruksi (Abidin Sesuai arahan Pergub No. 146 tahun
et.al, 2009) bandingkan dengan konsolidasi proses ( 7 7,5 cm/tahun) 2014 tentang Pedoman Teknis
Membangun dan pelayanan Perizinan
Prasarana Reklamasi Kawasan
Strategis pantura Jakarta land
subsidence harus diasumsikan antara
7-14 cm/tahun. Dalam desain reklamasi
Pulau H land subsidence diasumsikan
sebear 7,5 cm/tahun. Hal ini mengacu
pada land subsidence di daratan
Selatan Pulau H (Kawasan pantai
Mutiara) sebesar 2,5-6 cm/tahun
selama 17 tahun. ANDAL, Hal II 16.
2 Dijelaskan secara prinsip bagaimana terjadinya penurunan suhu di daerah inlet PLTGU. Terjadinya penurunan suhu di daerah
(Bagaimana causeway menjamin terjadinya penurunan suhu tersebut di atas) inlet PLTGU akibat keberadaan
Causeway, karena massa air buangan
(outlet) PLTGU terpisah dengan
massa air inlet PLTGU akibat
keberadaan Causeway yang masif.
ANDAL, Hal III 33.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 2


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
3 Pasang silt screen di sekitar daerah pengisian bahan material reklamasi secara gravitasi Sesuai arahan Pergub No. 146 tahun
(suspended material di permukaan laut) 2014 tentang Pedoman Teknis
Membangun dan pelayanan Perizinan
Prasarana Reklamasi Kawasan
Strategis pantura Jakarta, setiap
pengembang reklamasi diwajibkan
memasang Silt Screen, maka di lokasi
Pulau H juga akan dipasang silt screen
untuk mencegah penyebaran padatan
tersuspensi ke perairan sekitarnya.
Telah dicantumkan di RKL Hal II 2.
4 Rona awal untuk kualitas air laut, membandingkan dua hasil pengukuran dapat dilakukan jika Telah diperbaiki. Data yang
lokasinya sama. Jika lokasinya berbeda tidak dapat dijadikan sebagai dasar dicantumkan untuk hasil pengukuran
kualitas air laut saat studi andal
Reklamasi Pulau H. Andal Hal II 5
s/d. II 6.
Agar dibuat peta geometri sebelum, selama reklamasi dan setelah reklamasi Mengingat kajian Andal ini difokuskan
untuk kegiatan reklamasi, maka peta
geometri setelah reklamasi belum
dapat ditampilkan.
I Wayan Nurjaya
1 Sebaiknya ditambahkan Sub Bab Geologi Pesisir Teluk Jakarta pada Bab II Komponen Fisik Kimia Telah diperbaiki. Andal Hal II 11 s/d.
karena masalah utama di daratan Pantai Jakarta adalah land subsidence yang berdampak kepada II 17.
banjir di Jakarta Utara
2 Terminologi komponen oseanografi sebaiknya mengacu kepada aturan AMDAL seperti batimetri, Telah diperbaiki. Andal Hal II 18.
pasang surut, gelombang dan arus. Karena di dokumen masih ada hidro dinamka, tidak salah tetapi
disesuaikan dengan aturan AMDAL

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 3


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
3 Pada batimetri Gambar II.22 dan Gambar II.23 mohon digabung dan digambarkan kontur-kontur Telah diperbaiki. Andal Hal II 19.
kedalaman
4 Data gelombang dari angin dan Model Global NOA pada Gambar II.24 terlihat tidak memiliki Telah diperbaiki. Andal Hal II 20.
kemiripan dan pola yang baik karena selisih data cukup besar, lagi pula terlihat kontradiktif. Bila
data angin naik, data dari model rendah. Mohon diperiksa kembali. Bila perlu tidak usah
dibandingkan karena grid model terlalu besar dibandingkan dengan satu titik pengukuran, terlihat
tidak bagus.
5 Mohon ada penjelasan-penjelasan yang lebih kaya lagi dari gambar-gambar model yang telah Penjelasan tentang model telah
dibuat, terutama metode-metode yang digunakan dan arti fisik dari gambar termasuk keterangan dijelaskan pada Andal Bab III.
gambar-gambarnya
6 Mohon kalau ada hasil simulasi dispersi thermalnya dilengkapi dalam dokumen terkait dengan Telah dicantumkan. Andal Hal III 33.
Gambar II.36, pada halaman II.35
7 Pada dampak penting sudah bagus ada skenario model yang telah dilakukan, cuma belum terlihat
Telah dilengkapi pada setiap model
ada hasil validasi modelnya yang dicantumkan di dokumen Andal
Bab III.
8 Pada matriks RPL (hal III-6) dalam kolom metode pengumpulan dan analisis data belum jelas Telah diperbaiki. RPL Hal III 6.
dinyatakan, misalnya perubahan pola gelombang Pengukuran langsung di lapangan dengan
pelampung. Abrasi dan sedimentasi metode pengumpulannya belum ada.
Mohon dapat melengkapi sehingga pelaksana RPL nanti dapat lebih jelas
9 Matrik RKL/RPL, ada perubahan gelombang, abrasi agar dibuat lebih detail metodenya sehingga Telah diperbaiki RKL Hal II 11 dan
memudahkan dalam pengawasan RPL Hal III 6.
DR. Suyud w. Utomo, M.Si
1 Tenaga kerja yang akan digunakan apakah ada yang dari tenaga kerja asing. Pengalaman Tenaga kerja level tukang dan kenek
lapangan banyak yang tenaga kenek/tenaga tukang tidak bisa berbahasa Indonesia, konon mereka rencananya semuanya berasal dari
orang asing yang dibawa pemborong. tenaga kerja Indonesia. Andal Hal I - 17
2 Jelaskan tenaga kerja level mana saja yang menggunakan tenaga kerja asing? Untuk tenaga kerja asing yang
digunakan rencananya level pengawas

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 4


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
(manajemen konstruksi).
Andal Hal I 17.
3 Terselenggaranya ruang yang berwawasan lingkungan seperti apa yang dimaksud ini.? Telah diperbaiki. Andal Hal I 5.
4 Kontribusi dalam perbaikan lingkungan hal 1-5 konkritnya seperti apa? Kontribusi dalam rangka perbaikan dan
peningkatan kualitas lingkungan
(revitalisasi) melalui penataan kembali
dan penyediaan sarana dan prasarana
lingkungan seperti perbaikan jalan,
saluran drainase, penghijauan,
perbaikan sanitasi lingkungan dan
perbaikan kampung. Andal Hal I 5.
5 Selain pemukiman terdekat apakah ada nelayan yang beroperasi diwilayah studi, apakah ada Di wilayah studi bukan areal tangkapan
nelayan yang mobilitasnya di wilayah studi? ikan/biota laut karena bukan daerah
potensial habiat ikan/biota laut.
Aktivitas nelayan hanya melintas di
sekitar wilayah studi untuk beraktivitas
di utara Pantura Jakarta.
6 Semua material urug, batu, tanah, pasir harus sudah mendapatkan izin lingkungan Telah dicantumkan di RKL untuk
persyaratan supplier pasir, batu dan
tanah merah (top soil). RKL Hal II 9
s/d. II 10.
7 Pemantauan tenaga kerja dilakukan dengan menganalisis asal tenaga kerja dari mana saja, apakah Telah diperbaiki. RPL III 3 dan III 4.
ada yang dari tenaga kerja local, berapa banyak dll IV-10
8 Di sosialisasi ada permintaan jaminan nelayan tradisional tidak terganggu mobilitasnya, bagaimana Pengelolaan terhadap gangguan
hasil kajian kok tidak ada? aktivitas nelayan telah dicantumkan di
RKL hal II 6.
Prakiraan dampak terhadap aktivitas

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 5


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
nelayan telah dicantumkan di dokumen
Andal Hal III 6 dan III 7.
9 Permintaan warga agar warga menengah kebawah menjadi bagian SDA dalam pembangunan, Dalam dokumen Andal telah
bagaimana realisasinya? diprakirakan dampak Reklamasi Pulau
H terhadap Terbukanya Kesempatan
Kerja bagi masyarakat sekitar. Andal
Hal III 36.
Warga sekitar akan diprioritaskan
sebagai tenaga kerja apabila
memenuhi persyaratan dan kualifikasi
yang dibutuhkan. Telah dicantumkan di
RKL Hal II 6.
10 Di RKL RPL tidak terlihat permintaan warga dari hasil sosialisasi seperti no 8 dan 9 Tidak semua apa yang disampaikan
warga/masyarakat diakomodir di
RKL/RPL. Masukan warga yang
diakomodir adalah yang terkait
dengan isu lingkungan seperti:
kesempatan kerja, pencemaran air
laut, gangguan aktivitas nelayan,
gangguan transportasi darat dan laut.
Semua kekuatiran warga yang terkait
isu lingkungan telah diakomodir di
RKL dan RPL.
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sunda Kelapa (Bp. Agus)
Harus menjalin koordinasi yang baik dengan Syahbandaran dan seluruh stakeholders baik di darat Sebelum dan selama kegiatan
maupun di laut reklamasi berlangsung akan dilakukan
koordinasi dengan semua stake holder

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 6


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
di darat maupun di laut. Telah
dicantumkan di RKL Hal II 10.
Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Ditjenhub Kementerian Perhubungan (Bp. Rio)
1 Agar pemrakarsa memperhatikan peraturan yang terkait dengan perairan dalam pelaksanaan Semua ketentuan peraturan
Reklamasi Pulau H perundang-undangan baik di tingkat
pusat (Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Menteri) maupun di tingkat
daerah (Perda dan Gubernur) akan
diperhatikan dalam pelaksanaan
reklamasi Pulau H.
2 Kegiatan pengerukan harus tercover dalam dokumen AMDAL sehingga pada saat pengurusan Izin Dalam desain reklamasi Pulau H ini
Pengerukan tidak perlu Adendum AMDAL tidak ada pengerukan. Telah
dicantumkan di dokumen. Andal Hal
I 21 s/d. I 32.
3 Agar seluruh peralatan dan material yang dibutuhkan akan digunakan pada Kegiatan Reklamasi Telah dicantumkan di dokumen. Andal
Pulau H dicantumkan di dalam dokumen AMDAL. Pola pengambilan materialnya juga agar Hal I 17.
diuraikan di dalam dokumen.
4 Pedoman Teknis Pengerukan Reklamasi dari Kementerian Perhubungan agar dapat dijadikan Desain reklamasi Pulau H ini telah
acuan sehingga dapat memperkaya dokumen mengakomodir/mengacu Pedoman
Teknis Pengerukan Reklamasi dari
Kementerian Perhubungan
5 Harus ada MoU dengan seluruh pihak stakeholders, terutama terkait dengan utilitas-utilitas eksisting MoU dengan pihak pihak terkait saat ini
masih dalam proses
6 Perlu adanya antisipasi dengan kegiatan sekitar di Reklamasi Pulau H Dampak terhadap kegiatan sekitar
telah dikaji dalam Andal dapat dilihat di
hal III 35. Pengelolaan dampak
terhadap kegiatan sekitar telah

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 7


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
dicantumkan di RKL Hal II 5 dan
Pemantauannya di RPL Hal III 3.
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (Ibu Dameria Siagian)
1 Sebelum dilaksanakan kegiatan reklamasi perlu dilakukan pengukuran kedalam laut Pengukuran kedalaman laut telah
dilakukan. Peta Bathimetri telah
dicantumkan di Andal Hal II 19.
2 Setelah pelaksanaan reklamasi, pengukuran kedalaman laut kembali dilakukan sehingga diketahui Pemantauan terhadap proses
apakah ada sedimentasi di alur ataupun kolam pelabuhan sedimentasi telah dicantumkan di RPL
Hal III 3.
3 Jadwal kegiatan reklamasi, agar dikomunikasikan ke seluruh stakeholder sehingga dapat Akan diperhatikan. Sebelum dan
disesuaikan terhadap kegiatan lainnya selama reklamasi Pulau H akan
dilakukan koordinasi dengan pihak-
pihak terkait. Telah dicantumkan di
RKL Hal II 8.
4 Penunjukan unit sebagai tempat pengaduan, sehingga jika ada pengaduan atau permasalahan Pembentukan Posko dan Personil
dapa segera terselesaikan Humas untuk mengakomodir aspirasi
masyarakat telah dicantumkan di
dokumen RKL Hal II 8.
5 Perlu sosialisasi bukan hanya kepada PPS Nizam Zachman tetapi yang lebih penting kepada : Akan diperhatikan dan dikoordinasikan
- Pemilik kapal
- Pengguna jasa di PPSNZJ / investor
- Masyarakat di PPSNZJ
6 Rambu-rambu yang jelas untuk keamanan kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan Pemasangan rambu-rambu
keselamatan pelayaran telah
dicantumkan di RKL Hal II 10.
7 Apakah dimungkinkan untuk tukar guling Saat ini belum terpikirkan untuk
melakukan tukar guling.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 8


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
8 Kalau ada kerusakan atau sedimen terhadap alur / kolam pelabuhan maka diminta pengembang Pada prinsipnya dampak yang timbul
yang akan bertanggung jawab dan mengembalikan ke semula terhadap kegiatan sekitar akibat
kegiatan Reklamasi Pulau H menjadi
tanggungjawab pemrakarsa (PT Taman
Harapan Indah). Pengelolaan dan
pemantauan gangguan terhadap
kegiatan sekitar telah dicantumkan di
RKL Bab II dan RPL Bab III.
Ir. Suryadarma
1 Abrasi merupakan dampak dari adanya perubahan pola arus Dampak terhadap abrasi telah dikaji di
Andal Hal III 22. Pengelolaan abrasi
telah dicantumkan di RKL Hal II 4 dan
Pemantauan Abrasi di RPL Hal III 3.
2 Masukan dan saran pada pembahasan sidang Tim Teknis belum diakomodasi Masukan dan saran pembahasan
sidang Tim Teknis telah diakomodir di
dokumen Andal Bab I, II, III, IV, RKL
Bab II dan RPL Bab III.
Liliansari Loadin SKM, M.Si
1 Evaluasi rona, data kualitas air laut 2010 dan 2012, titik yang baru dibandingkan dengan titik yang Telah diperbaiki di Andal Hal II 6.
lama? Tidak ada evaluasi, mengapa terjadi penurunan
2 Indikator keragaman biota laut seharusnya dapat di evaluasi terkait dengan kualitas air Telah dicantumkan di Andal Hal II 34.
3 RKL-RPL jangan normatif, agar dibuat lebih spesifik terkait dengan pengukuran dan metode-nya. RKL Bab II dan RPL Bab III telah
diperbaiki.
4 RKL-RPL-nya agar diperbaiki, terutama indikatornya agar tidak dibuat normatif, indikator harus Indikator telah diperbaiki. RKL Bab II
dibuat terukur dan RPL Bab III.
5 Mengapa abrasi terkadang menjadi sumber dampak tetapi terkadang menjadi dampak Abrasi merupakan dampak primer
akibat perubahan pola arus dan

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 9


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
gelombang. Abrasi menjadi sumber
dampak bila menimbulkan dampak
turunan/lanjutan
6 Lama konstruksi jika tidak yakin waktunya, agar jangan diberikan batasan waktunya Lama konstruksi telah ditentukan
sesuai dengan progress saat ini dan
masih sesuai/relevan. Andal Hal I 34.
Ir. Hesti D. Nawangsidi, MT
1 Agar lebih dijelaskan dalam dokumen Andal bagaimana terkait dengan pelaksanaan reklamasi. Desain teknis reklamasi telah
dijelaskan di Andal Hal I 29.
2. Informasi penambahan terkait tidak hanya vertical drain Metode kompaksi dan pencegahan
likuifaksi telah dilengkapi di Andal Hal
I 29.
3. SImulasi harus diuraikan asumsi dan parameternya didalam dokumen Asumsi dan parameter simulasi
pemodelan telah dicantumkan di awal
sub bab Andal Bab III yang
dicantumkan pemodelan.
4. Hasil model jika tidak terlihat pada gambar, agar dapat diuraikan di dalam dokumen Telah diperbaiki/dilengkapi di Andal Hal
III 8 s/d. III 33.
5. Gangguan transportasi laut akibat pengangkutan, dasarnya apa sehingga kesimpulannya negatif? Telah dicantumkan di Prakiraan
Dampak Andal Hal III -
6. Apa beda antara sedimentasi dengan kualitas air karena menggunakan parameter yang sama yaitu Pemodelan sedimen tersuspensi
TSS, lebih baik menggunakan ketebalan per satuan waktu memodelkan pola sedimentasi TSS
eksisting saat terjadi perubahan pola
arus (terutama arus yang melambat),
sedangkan pemodelan sebaran TSS
memodelkan pola sebaran beban TSS
yang masuk ke perairan saat reklamasi

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 10


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
7. RKL agar dapat diusulkan kelembagaan dengan stakeholders terkait, misalnya dengan pelabuhan Telah dilengkapi di RKL Hal II 8.
Nizam Zachman, KSOP sunda kelapa. Hasil koordinasi agar ditembuskan kepada Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta
Masukan Tertulis
1 Hal I-11 Butir (f) : Kedalaman -2 m LWS tidak berlaku untuk Pulau H. Pulau H berlokasi lebih Telah diperbaiki,
Utara dari Pantai Mutiara, sehingga garis pantai Pulau H adalah batas Utara Pantai (ANDAL, Hal. I 11).
Mutiara. Batinetri bagian Selatan Pulau H adalah sekitar -6,00 m (Gambar 1.5).
2 Hal I-21 Dalam Proses Pengurugan perlu dijelaskan pemasangan vertical drain, karena Telah dijelaskan,
diperlukan untuk akselerasi pemadatan lahan Pulau H dan menghindarkan land (ANDAL, Hal. I 29).
subsidence (lihat Gambar 1.10).
3 Hal I-22 Pengurugan Pasir pada Perairan Dangkal : Di Pulau H tidak terdapat batimetri -1,00 m, Telah diperbaiki,
sehingga uraian tersebut tidak relevan. (ANDAL, Hal. I 22).
4 Hal I-25 Desain Hidraulik : ditambahkan kriteria desain, seperti pasang surut, sea level rise, Telah ditambahkan,
wave set-up dan wave set down, storm surge, dll yang dipertimbangkan, sehingga (ANDAL, Hal. I 25).
dirancang tinggi tanggul, final elevation lahan, dan slope.
5 Hal II-21 Batimetri bagian Selatan Pulau H adalah -1,2 m dikoreksi. Garis pantai di Selatan Telah diperbaiki,
Pulau H adalah batas Utara Pantai Mutiara. Batimetri bagian Selatan Pulau H adalah - (ANDAL, Hal. II 21).
6,00 m (Gambar 1.5).
6 Hal II-22 Gambar II.22 dan Gambar II.23 Batimetri Dishidros dan Hasil Survey tidak terbaca. Telah diperbesar, (ANDAL, Hal. II 22)
7 Hal II-24 Gambar II.25 terlampau makro. Telah dihapus.
8 Hal II-31 Sedimen Tersuspensi : perlu diuraikan konsentrasi sedimen tersuspensi dari muara Telah ditambahkan,
Kali Karang dan pompa waduk Pluit. Gambar II.31 : satuan tidak terbaca. (ANDAL, Hal. II 30).
9 Hal II-33 Gambar II.33 Bed Level Change perlu diuraikan dan disebutkan satuan waktunya. Telah diuraikan, (ANDAL, Hal. II 31).
10 Hal III-4 Penurunan kualitas udara : Disebutkan model line sources untuk prediksi kualitas Telah dilampirkan,
udara yang digunakan, termasuk parameter dan cara kerja model. (ANDAL, Lampiran 11).
11 Hal III-9 Disebutkan model perubahan arah dan kecepatan arus sesudah reklamasi Pulau H Telah ditambahkan,
s/d III-15 yang digunakan, termasuk parameter dan cara kerja model. (ANDAL, Hal. III 6 s/d. III 8).

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 11


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
12 Hal III-17 Disebutkan model perubahan gelombang sesudah reklamasi Pulau H yang digunakan, Telah ditambahkan,
dan termasuk parameter dan cara kerja model. (ANDAL, Hal. III 18).
III-18
13 Hal III-19 Abrasi dan Sedimentasi: dalam uraian Hal III-19 s/d III-28 tidak ada penjelasan tentang Telah ditambahkan,
abrasi. (ANDAL, Hal. III 22).
14 Hal III-20 Sedimen Tersuspensi tanpa Sumber Pompa Pluit: Disebutkan model perubahan Telah ditambahkan,
sedimen tersuspensi sesudah reklamasi Pulau H yang digunakan, termasuk parameter (ANDAL, Hal. III 22).
dan cara kerja model.
15 Hal III-21 Endapan Sedimen tanpa Sumber Pompa Pluit: Disebutkan model perubahan endapan Telah ditambahkan,
sedimen sesudah reklamasi Pulau H yang digunakan, termasuk parameter dan cara (ANDAL, Hal. III 22).
kerja model.
16 Hal II-22 Sedimen Tersuspensi dengan Sumber Pompa Pluit: Disebutkan model perubahan Telah ditambahkan,
sedimen tersuspensi sesudah reklamasi Pulau H yang digunakan, termasuk parameter (ANDAL, Hal. III 22).
dan cara kerja model.
17 Hal III-25 Endapan Sedimeni dengan Sumber Pompa Pluit: Disebutkan model perubahan Telah ditambahkan,
endapan sedimen sesudah reklamasi Pulau H yang digunakan, termasuk parameter (ANDAL, Hal. III 22).
dan cara kerja model.
18 Hal III-29 Penurunan Kualitas Air Laut: Disebutkan model perubahan kualitas air (konsentrasi - Telah ditambahkan, (ANDAL, Hal.
TSS) sesudah reklamasi Pulau H yang digunakan, termasuk parameter dan cara kerja III 31).
model. - Pemodelan sedimen tersuspensi
Apa beda sub-bagian ini dengan prediksi perubahan sedimen tersuspensi? memodelkan pola sedimentasi TSS
eksisting saat terjadi perubahan pola
arus (terutama arus yang melambat),
sedangkan pemodelan sebaran TSS
memodelkan pola sebaran beban
TSS yang masuk ke perairan saat
reklamasi.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 12


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
19 III-31 Perubahan Suhu Akibat Pekerjaan Causeway: Disebutkan model perubahan suhu Telah ditambahkan,
sesudah pekerjaan causeway yang digunakan, termasuk parameter dan cara kerja (ANDAL, Hal. III 34).
model.
20 III-33 Perlu dilakukan analisis tingkat keamanan pipa PHE ONWJ : Telah diperbaiki,
Analisis pesimis : Elevasi berm 2,3 m; lebar berm 8 m; tinggi tanggul +4,3 m (segmen (ANDAL, Hal. III 35).
1, 2, dan 3a), slope tanggul bagian atas 1 : 3; dan slope tanggul bagian bawah 1 : 6.
Jadi jarak puncak tanggul ke kaki lereng tanggul sekitar 49 m. Dengan desain jarak ke
pipa PHE ONWJ sekitar 146,58 m, maka reklamasi Pulau H dianggap aman bagi pipa
PHE ONWJ. Hal ini termasuk aktifitas konstruksi oleh penempatan alat berat untuk
pembuatan tanggul dan pengurugan lahan reklamasi.
21 III-34 Yang disebutkan hanya jumlah nelayan. Perlu dijelaskan tentang frekuensi aktifitas Telah diperbaiki,
nelayan untuk dibandingkan dengan frekuensi aktifitas reklamasi. (ANDAL, Hal. III 36).
22 III-35 Yang disebutkan hanya panjang causeway. Perlu dijelaskan tentang frekuensi aktifitas Telah diperbaiki,
nelayan untuk dibandingkan dengan frekuensi aktifitas pembangnan causeway. (ANDAL, Hal. III 37).
23 III-40 Gangguan transportasi darat akibat mobilisasi alat dan bahan reklamasi: Harus Telah diperbaiki,
dianalisis volume lalu-lintas angkutan alat dan bahan reklamasi melalui jalan darat (ANDAL, Hal. III 43).
untuk dibandingkan dengan volume lalu-lintas yang tertera pada Tabel 2.41 Hal II-54.
24 III-41 Gangguan transportasi laut akibat mobilisasi alat dan bahan reklamasi: Harus Telah diperbaiki,
dianalisis volume lalu-lintas angkutan alat dan bahan reklamasi melalui jalan laut untuk (ANDAL, Hal. III 44).
dibandingkan dengan volume lalu-lintas yang tertera pada Tabel 2.34 dan Tabel 2.35
Hal II-51.
25 III-43 Gangguan transportasi laut akibat pembangunan causeway: harus dijelaskan dan Telah diperbaiki,
dirinci sumber gangguan terhadap transportasi laut (misalnya oleh angkutan bahan (ANDAL, Hal. III 46).
konstruksi causeway; atau oleh keberadaan causeway).
26 III-43 Penurunan kualitas air laut oleh keberadaan causeway: Disebutkan model perubahan Telah diperbaiki,
suhu air laut sesudah keberadaan causeway yang digunakan, termasuk parameter dan (ANDAL, Hal. III 46).
cara kerja model.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 13


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
27 III-44 Perubahan pola arus oleh keberadaan lahan reklamasi: Disebutkan model perubahan Telah diperbaiki,
pola arus sesudah keberadaan lahan reklamasi yang digunakan, termasuk parameter (ANDAL, Hal. III 47).
dan cara kerja model.
Yang disebutkan pola arus perlu jelas: arah dan kecepatan arus.
28 III-45 Perubahan pola gelombang oleh keberadaan lahan reklamasi: Disebutkan model Telah diperbaiki,
perubahan pola gelombang sesudah keberadaan lahan reklamasi yang digunakan, (ANDAL, Hal. III 48).
termasuk parameter dan cara kerja model.
29 III-45 Abrasi dan sedimentasi oleh keberadaan lahan reklamasi: Disebutkan model Telah diperbaiki,
perubahan abrasi dan sedimentasi sesudah keberadaan lahan reklamasi yang (ANDAL, Hal. III 48).
digunakan, termasuk parameter dan cara kerja model.
Dalam uraian harus dijelaskan tentang abrasi.
30 III-46 Penurunan muka tanah: Disebutkan model penghitungan land subsidence yang Telah diperbaiki,
digunakan, termasuk parameter dan cara kerja model. (ANDAL, Hal. III 50).
RKL
31 II-2 Penurunan kualitas udara: Dapat ditambahkan pengaturan waktu mobilisasi alat dan Telah diperbaiki,
bahan material, yaitu pukul 22.00 05.00. (RKL, Hal. II 2).
32 II-2 Peningkatan kebisingan : Dapat ditambahkan pengaturan waktu mobilisasi alat dan Telah diperbaiki,
bahan material, yaitu pukul 22.00 05.00 (RKL, Hal. II 2).
33 II-2 Penurunan kualitas air laut: Telah diperbaiki,
Pengeluaran lapisan dasar yang merupakan alas bahan urugan selanjutnya dilakukan (RKL, Hal. II 2).
dengan cara mengatur penurunan pasir ke dasar laut pada kecepatan rendah dst. :
Uraian tidak jelas! Dalam rencana reklamasi Pulau H tidak dijelaskan ada kegiatan
pengerukan lapisan dasar!
34 II-3 Perubahan pola arus: Telah diperbaiki,
Yang dikelola adalah perubahan arus, bukan gelombang. (RKL, Hal. II 3).
Apakah pengelolaan akan dilakukan dengan pemasangan tetrapod?

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 14


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
35 II-4 Perubahan gelombang: Apakah pengelolaan akan dilakukan dengan pemasangan Telah diperbaiki,
tetrapod? (RKL, Hal. II 4).
36 II-5 Gangguan utilitas: dapat ditambahkan pengaturan posisi peralatan pembuatan tanggul Telah diperbaiki,
dan pengurugan pada jarak aman terhadap pipa PHE ONWJ. (RKL, Hal. II 4).
RPL
37 Disesuaikan dengan RKL. Telah disesuaikan.
Ir. Alvinsyah, MSE
Masukan masukan belum diakomodasi secara tepat Telah diperbaiki masukan saat
pembahasan tim teknis
Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta (Bp. Junaedi)
1 Sejauh mana perizinan reklamasi Pulau H sebelum melanjutkan tahapan pelaksanaan Pulau H Perizinan saat ini sampai perpanjangan
tersebut ? Pualau H ini bertema apa nantinya? izin reklamasi Pulau H (Lampiran 3).
2 Penetapan luasan rencana reklamasi harus dipastikan perizinannya, karena terkait Raperda Reklamasi Pulau H akan mengikuti
Pantura Jakarta, Pulau H termasuk di dalamnya semua ketentuan/perizinan yang ada.
3 Penjadwalan pelaksanaan Reklamasi Pulau H ini agar didetailkan, pihak mana yang terlibat sesuai Jadwal reklamasi Pulau H telah
dengan tahapan di dalamnya, rencana pengambilan material reklamasi, perjalanan material, dicantumkan di Andal Hal I 34.
pelaksanaan reklamasi dan pengawasannya
4 Kapal untuk pengangkut material reklamasi seperti apa? Dalam pelaksanaan kegiatan agar Jenis kapal yang akan digunakan
berkoordinasi dengan instansi terkait sesuai jadwal no.3 di atas (Dinas Perhubungan dan adalah TSHD telah dicantumkan di
Transportasi Provinsi DKI Jakarta, Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok, Kantor KPLP Tanjung Andal hal I 21 dan koordinasi dengan
Priok dan KSOP Sunda Kelapa / Tanjung Priok) menyangkut perihal alur pelayaran (keselamatan semua stake holder terkait akan
pelayaran) dan penempatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) diperhatikan (RKL Hal II 8).
5 Perizinan SIKK (Surat Izin Kerja Keruk) dan SIKR (Surat Izin Kerja Reklamasi) agar diurus terlebih Akan diperhatikan dan diurus ke
dahulu ke Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan sebelum pelaksanaan reklamasi dilaksanakan Ditjenhub Kementerian Perhubungan.
6 Keterkaitan Pulau H dengan pulau lain, terutama perihal transportasi daratannya, mengingat Dampak terhadap transportasi darat
kebijakan transportasi JR di Provinsi DKI Jakarta telah dicantumkan di Andal Hal III 43
dan pengelolaannya di RKL Hal II 9.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 15


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
7 Dampak sosial/masyarakat khususnya nelayan di Pelabuhan Nizam Zachman, apa upaya yang Dampak gangguan aktivitas nelayan
dilakukan terkait dampak masyarakat/sosial tersebut tradisional dan Nelayan Pelabuhan
Nizam Zachman telah dicantumkan di
Andal Hal III 35 dan pengelolaannya
di RKL Hal II 5.
8 Kajian Andalalin pasca konstruksi agar dipenuhi Dokumen Andal ini hanya membahas
kegiatan Reklamasi Pulau H tidak
termasuk kegiatan pembangunan di
atasnya
Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta (Bp. Lili Rahardjo)
1 Sebelum dalam tahap pra konstruksi, pemrakarsa menyampaikan perencanaan pengambilan Akan diperhatikan dan dikoordinasikan
material reklamasi untuk diberikan rekomendasi teknis pengambilam material oleh Dinas dengan Dinas Perindustrian dan Energi
Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta dengan melampirkan Kajian Rencana Pengambilan Provinsi DKI Jakarta.
Material, Rencana Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi dan Kajian Kondisi Bawah Dasar Laut
2 Material reklamasi harus dilakukan uji material reklamasi di Laboratorium yang terakreditasi Akan diperhatikan dan dilaksanakan.
Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan (Ibu Eny Suparyani)
1 Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan sebagai pembina masyarakat nelayan Dampak gangguan transportasi laut
menginginkan jaminan (seperti yang dikehendaki nelayan dan investor) bahwa selama proses telah dicantumkan di Andal hal III 45
pengangkutan material tidak mengganggu alur kapal dan bongkar muat. Bagaimana simulasinya? dan pengelolaannnya di RKL Hal II 9.
2 Apabila ada aset-aset Pemerintah Pusat/Provinsi yang terkena proyek, maka proses penghapusan Akan diperhatikan, namun dari kajian
dan konversi penggantiannya harus dikerjakan lebih dulu awal di lokasi proyek tidak ada aset
pemerintah yang akan dihapus/
konversi penggantian.
3 Selain kajian-kajian terkait Reklamasi, perlu juga dibuat kajian valuasi ekonomi sumber daya laut Kajian valuasi ekonomi sumber daya
yang hilang laut yang hilang tidak masuk lingkup
Andal dan lokasi proyek dan sekitarnya
bukan wilayah sumberdaya laut yang

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 16


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
potensial berprospek ekonomi tinggi.
4 Agar pemrakarsa dapat mensosialisasikan ke masyarakat terkait pelaksanaan reklamasi, manfaat Sosialisasi awal saat penyusunan KA
dan dampaknya terhadap masyarakat sehingga dapat menjernihkan sikap skeptis masyarakat Andal telah dilakukan kepada
terkait pelaksanaan reklamasi masyarakat sekitar termasuk komunitas
nelayan (Lampiran 5).
UPPP. Muara Angke (Bp. H. Iwan)
1 Pulau H dampaknya tidak begitu langsung terhadap Muara Angke karena lebih dekat ke Muara Dampak terhadap kegiatan sekitar
Baru telah dicantumkan di Andal Hal III 5
dan Pengelolaannya di RKL Hal II 5.
2 Agar ada koordinasi dan komunikasi terkait dengan pelaksanaan reklamasi kepada stakeholders Koordinasi dan komunikasi akan
dilakukan dengan stake holder terkait.
Telah dicantumkan di RKL hal II 8.
KPLH JU (Ibu Endah)
1 Perhitungan pasirnya agar ditentukan berapa rit karena akan mempengaruhi beban lalu lintas Telah dicantumkan di Andal Hal I 18.
2 Matriks RKL-RPL, pelaporan agar menambahkan instansi KPLH Jakarta Utara Telah dilengkapi. RKL Bab II dan RPL
Bab III.
3 Implementasinya untuk tahap konstruksi agar dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan dan pada tahap pasca Akan diperhatikan dan dilaksanakan
konstruksi setiap 6 (enam) bulan ke instansi yang berwenang dengan tembusan ke KPLH Jakarta (RKL Bab I).
Utara
BPTSP Provinsi DKI Jakarta (Bp. Cucu Asmara)
Semua perijinan yang harus dimiliki dalam Kegiatan Reklamasi Pulau H, agar diurus ke BPTSP Akan diperhatikan dan dilaksanakan.
Provinsi DKI Jakarta
Sekretariat Walikota Jakarta Utara
1 Memperhatikan masalah kehidupan nelayan: Lokasi Reklamasi Pulau H bukan areal
- Apakah reklamasi ini merubah kondisi biota laut yang mempengaruhi penghasilan nelayan. Jika yangkapan ikan/habitat biota laut yang
reklamasi ini mengubah kondisi lingkungan apa yang akan dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan potensial. Prakiraan dampak terhadap
- Apakah masyarakat nelayan secara operasional jadi lebih sulit untuk mencari ikan jika reklamasi gangguan aktivitas nelayan telah

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 17


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
terjadi apalagi ada sekian banyak pulau reklamasi di Pesisir Jakarta Utara dicantumkan di Andal Hal III 36 dan
pengelolaannya di RKL Hal II 6.
2 Dampak terhadap daratan Jakarta Utara Dampak reklamasi Pulau H terhadap
- Apakah rekalamasi ini berdampak pada air pasang laut atau tidak kemudian apakah berpengaruh Aspek Hidrodinamika telah
pada rob yang sering melanda Jakarta Utara dicantumkan di Andal Hal III 7 sampai
III 32.
3 Mohon agar ada studi terkait nomor 1 dan 2 yang akurat dan sudah diuji di lapangan Studi tematik yang menjadi kewajiban
pemrakrsa sesuai arahan Peraturan
Gubernur Tentang Izin Prinsip
Reklamasi telah dilaksanakan dan
diakomodir dalam Andal (Bab II dan
Bab III)
Formapel Jakarta Utara (Bp. Satria)
1 Pemrakarsa harus memperhitungkan dampak penting yang muncul dengan reklamasi ini, terutama Sesuai diskusi diskusi sebelumnya
terkait dengan kepentingan masyarakat dan lingkungan baik yang ada di darat maupun di laut. banjir dan kenaikan muka air laut
Untuk kepentingan masyarakat di darat, apa yang dapat dilakukan pemrakarsa berkaitdan denganbukan termasuk dampak penting.
dampak negatif yang timbul seperti makin tingginya permukaan air laut dan banjir? Dampak terhadap masyarakat (Tenaga
kerja, Aktivitas Nelayan, Transportasi
darat dan laut, Persepsi Masyarakat
dan Kamtibmas) telah dikaji dalam
Andal (Bab III)
2 Apa upaya pemrakarsa untuk mengantisipasi kepentingan masyarakat lingkungan sekitar yang Kompensasi berupa Revitalisasi
masih menjadikan laut sebagai sumber mata pencahariannya? Apakah ada kompensasi selama Kawasan Pantura Jakarta yang
mereka tidak bisa mencari makan akibat adanya pelaksanaan Reklamasi Pulau H ini? merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Reklamasi Pantura
Jakarta

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 18


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
Kelurahan Pluit Kota Administrasi Jakarta Utara (Bp. Eddy S.A)
1 Agar memperhatikan dampak terhadap masyarakat terutama nelayan Prakiraan dampak terhadap gangguan
aktivitas nelayan telah dicantumkan di
Andal Hal III 36 dan pengelolaannya
di RKL Hal II 6.
2 Pemrakarsa agar melaporkan setiap kegaiatan yang akan dilaksanakan kepada instansi terkait dan Akan diperhatikan dan dilaksanakan.
berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan masyarakat.
3 Agar memperhatikan arus pengangkutan material yang melewati darat, dampaknya terhadap Dampak gangguan transportasi darat
kemacetan, polusi udara dan kerusakan fasilitas umum. telah dicantumkan di Andal Hal III 43
dan Pengelolaannya di RKL Hal II 9.
LMK RW.016 Pantai Mutiara, Kel. Pluit (Bp. Antony Kosim)
1 Harus ada involved pemerintah RI/Pemda, ikut saham minimal 51% dalam developer Hal ini kewenangan Pemerintah Pusat
dan Pemda Provinsi DKI Jakarta.
2 Developer harus berkredibilitas baik sehingga dapat mengelola kawasan secara berkelanjutan dan Akan diperhatikan.
berkesinambungan
3 Mendukung atas perkembangan Reklamasi Jakarta Masyarakat pada umumnya
mendukung Reklamasi dengan catatan
dampak negatifnya harus diminimalisir
dan dampak positifnya ditingkatkan.
4 Pulau-pulau yang direklamasi dengan fungsi / tata kota yang jelas yaitu : pemukiman, restoran, Kegiatan di atas Pulau Pulau Reklamsi
reklasi, pasar ikan, apartemen, hotel, dermaga, dll. telah dibuat master plannya. Namun
Andal ini hanya membahas kegiatan
Reklamasinya saja.
HSNI (Bp. Iyan)
1 Agar apa yang terdapat dalam dokumen AMDAL, dapat diimplementasikan dengan benar oleh Akan diperhatikan dan dilaksanakan.
pemrakarsa
2 Dari 17 pulau yang akan dibangun, agar pemrakarsa dapat berpikir bersama untuk kepentingan Akan diperhatikan dan dikoordinasikan.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 19


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
nelayan sehingga mereka tidak terganggu mata pencahariannya
3 Agar dipikirkan bersama, masalah pengerukan sedimen yang setiap tahunnya menjadi masalah di Pengelolaan sedimentasi telah
Laut Jakarta dicantumkan di RKL Hal II 4.
WALHI (Bp. Nana)
1 Dalam dokumen agar diperkuat terkait data biota laut seperti terumbu karang, ikan dan rumput laut Di lokasi wilayah studi tidak ada
terumbu karang dan rumput laut dan
bukan wilayah tangkapan ikan/habitat
biota laut yang potensial.
2 Agar dapat diperjelas untuk rencana permukaan lokasi reklamasi dan bandingkan dengan Rencana level desain reklamasi dan
daratan/pesisir di sebrang lokasi tanggul telah dicantumkan di Andal Hal
I 21 sampai I 32.
3 Agar lebih mengkaji lebih dalam terkait dengan dampak lingkungan hidupnya dibandingkan dengan Dampak reklamasi Pulau H terhadap
teknik pembangunannya komponen lingkungan telah
dicantumkan di ndal Bab III.
Sekretariat Komisi Penilai Amdal Daerah
1 I 40 Tabel 1.10 Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan berbeda dengan Tabel 1.11 Telah diperbaiki Andal Hal I 41.
I 41 Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dengan Komponen Lingkungan
a. Pada Tahapan Kegiatan Konstruksi, Komponen Kegiatan Pekerjaan Causeway,
- Tabel 1.10 tidak ada dampak perubahan pola arus, perubahan pola gelombang,
abrasi dan sedimentasi. Tabel 1.11 ketiga komponen lingkungan tersebut ada
b. Pada Tahapan Kegiatan Pasca Konstruksi, Komponen Kegiatan Keberadaan
Causeway,
- Tabel 1.10 tidak ada dampak perubahan pola arus, perubahan pola gelombang,
abrasi dan sedimentasi. Tabel 1.11 ketiga komponen lingkungan tersebut ada
- Tabel 1.10 ada dampak penurunan kualitas air laut, dan gangguan biota laut, tetapi
pada tabel 1.11 tidak ada komponen lingkungan biota laut

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 20


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
2 I - 42 Gambar I.15 Bagan Alir Dampak Potensial Telah diperbaiki Andal Hal I 42.
a. Pada Tahap Kegiatan Konstruksi, Kegiatan Reklamasi:
- Ada dampak peningkatan volume sampah padat, tetapi dampak ini tidak ada pada
identifikasi dan matriks interaksi
b. Pada tahap kegiatan konstruksi, kegiatan pekerjaan causeway:
- Tidak ada dampak perubahan pola arus, pola gelombang, abrasi dan sedimentasi,
konsisten dengan identifikasi dampak tetapi tidak konsisten dengan matriks interaksi
c. Pada tahap kegiatan pasca konstruksi, kegiatan keberadaan causeway:
- Ada dampak perubahan persepsi masyarakat, dampak tersebut tidak ada pada saat
identifikasi dan matriks interaksi
- Ada dampak penurunan kualitas air laut dan gangguan biota laut, konsisten dengan
identifikasi dampak tetapi tidak konsisten dengan matriks interaksi
- Tidak ada dampak pola arus, pola gelombang, abrasi dan sedimentasi, konsisten
dengan identifikasi dampak tetapi tidak konsisten dengan matriks interaksi
d. Pada tahap kegiatan pasca konstruksi, kegiatan demobilisasi peralatan:
- Tidak ada dampak gangguan aktivitas nelayan, tidak konsisten dengan identifikasi
dampak dan matriks interaksi
3 I - 47 Tabel 1.13 Evaluasi Dampak Potensial Telah diperbaiki Andal Hal I 47.
- Pada tahap konstruksi, kegiatan reklamasi tidak ada evaluasi dampak peningkatan
volume sampah padat, konsisten dengan identifikasi dampak dan matriks interaksi,
tetapi tidak konsisten dengan bagan alir
4 I - 48 Tabel 1.13 Evaluasi Dampak Potensial Telah diperbaiki Andal Hal I 48.
- Pada tahap konstruksi, kegiatan pekerjaan causeway tidak ada evaluasi dampak pola
arus, pola gelombang, abrasi dan sedimentasi, konsisten dengan identifikasi dampak
dan bagan alir, tetapi tidak konsisten dengan matriks interaksi
5 I - 49 Tabel 1.13 Evaluasi Dampak Potensial, tahap pasca konstruksi, kegiatan keberadaan Telah diperbaiki Andal Hal I 49.
causeway

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 21


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
a. Tidak ada evaluasi dampak pola arus, pola gelombang, abrasi dan sedimentasi,
konsisten dengan identifikasi dampak dan bagan alir, tetapi tidak konsisten dengan
matriks interaksi
b. Tidak ada evaluasi dampak perubahan persepsi masyarakat, tidak konsisten dengan
bagan alir, tetapi konsisten dengan identifikasi dan matriks interaksi
c. Ada evaluasi dampak penurunan kualitas air laut dan gangguan biota laut, konsisten
dengan identifikasi dan bagan alir, tetapi tidak konsisten dengan matriks interaksi
6 I - 52 Tabel 1.14 Daftar Dampak Penting Hipotetik Telah diperbaiki Andal Hal I 52.
a. Pada pekerjaan causeway, ada DPH perubahan pola arus, perubahan pola
gelombang, abrasi dan sedimentasi, dan perubahan persepsi masyarakat. Tetapi
pada tabel 1.13 evaluasi dampak potensial, tidak dievaluasi
b. Pada pekerjaan causeway, ada DPH Gangguan Tranportasi Laut. Tetapi pada tabel
1.13 evaluasi dampak potensial, hasil evaluasi komponen ini tidak termasuk DPH
dengan total skor 10 (tidak termasuk DPH, tidak dikelola dan dipantau)
c. Pada keberadaan causeway, ada DPH perubahan pola arus, perubahan pola
gelombang, abrasi dan sedimentasi. Tetapi pada tabel 1.13 evaluasi dampak
potensial, tidak dievaluasi
d. Pada demobilisasi peralatan, perubahan persepsi masyarakat menjadi DPH tetapi
pada evaluasi dampak tidak menjadi DPH
7 I - 53 Gambar I-16. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik Telah diperbaiki Andal Hal I 53.
a. Pada Tahap Konstruksi, Pekerjaan Causeway
- Ada DPH Perubahan Pola Arus, Pola Gelombang dan Perubahan Persepsi
Masyarakat tetapi pada tahap evaluasi dampak, komponen ini tidak dievaluasi;
- Ada DPH Gangguan Transportasi Air Laut, tetapi pada tahap evaluasi dampak,
komponen ini tidak termasuk DPH dengan total skor 10 (tidak termasuk DPH, tidak
dikelola dan dipantau);
- Abrasi dan sedimentasi tidak termasuk DPH, tetapi pada tabel 1.14 Daftar DPH

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 22


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
termasuk DPH
b. Pada Tahap Pasca Konstruksi, Keberadaan Causeway
- Ada DPH Perubahan Pola Arus tetapi pada tahap evaluasi dampak, komponen ini
tidak dievaluasi;
- Perubahan Pola Gelombang dan Abrasi dan sedimentasi tidak termasuk DPH, tetapi
pada tabel 1.14 Daftar DPH termasuk DPH
c. Pada Tahap Pasca Konstruksi, Demobilisasi Peralatan
- Ada DPH Perubahan Persepsi Masyarakat, tetapi pada hasil evaluasi dampak tidak
termasuk DPH dengan skor 18 (tidak termasuk DPH, tidak dikelola dan dipantau)
8 Hal Tabel 1.16 Ringkasan Proses Pelingkupan, Telah diperbaiki Andal Hal I 68.
I - 68 - Tahap konstruksi, pekerjaan causeway, untuk dampak potensial gangguan
transportasi laut, hasil perkalian dan kesimpulan tidak sesuai dengan skor pada
evaluasi dampak potensialnya
9 Hal Pada tahap konstruksi, perubahan pola arus, perubahan pola gelombang, abrasi dan Telah diperbaiki Andal Hal III 1.
III-1 sedimentasi diinformasikan ada yang bersumber dari pekerjaan causeway, tetapi pada
bab III belum ada analisis dampak penting untuk mengetahui besaran dampak serta sifat
penting dampak untuk masing-masing komponen lingkungan tersebut yang bersumber
dari pekerjaan causeway
10 Hal Kesimpulan untuk abrasi dan sedimentasi agar diperbaiki karena pada kesimpulan Telah diperbaiki Andal Hal III 30.
III - 28 analisis disebutkan dampak terhadap penurunan kualitas air laut
11 Hal Pada tahap pasca konstruksi, penurunan kualitas air laut, perubahan pola arus, Telah diperbaiki Andal Hal III 2.
III - 2 perubahan pola gelombang, diinformasikan ada yang bersumber dari pekerjaan
causeway, tetapi pada bab III belum ada analisis dampak penting untuk mengetahui
besaran dampak serta sifat penting dampak untuk masing-masing komponen lingkungan
tersebut yang bersumber dari pekerjaan causeway
12 Hal Dinyatakan bahwa kegiatan tahap konstruksi yang berdampak penting terhadap abrasi Telah diperbaiki Andal Hal IV 1 s/d.
IV - 3 dan sedimentasi adalah kegiatan reklamasi dan pekerjaan causeway. Hal ini tidak terlihat IV 6.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 23


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
pada gambar IV.1 Bagan Alir Dampak Penting. Abrasi dan sedimentasi tidak menjadi
dampak turunan dari kegiatan pekerjaan causeway
13 Hal Dinyatakan bahwa kegiatan tahap pasca konstruksi yang berdampak penting terhadap Telah diperbaiki Andal Hal IV 1 s/d.
IV - 6 pola gelombang adalah keberadaan lahan reklamasi dan causeway. Hal ini tidak terlihat IV 6.
pada gambar IV.1 Bagan Alir Dampak Penting. Pola Gelombang hanya diakibatkan dari
keberadaan lahan reklamasi
14 Hal Dinyatakan bahwa kegiatan tahap pasca konstruksi yang berdampak penting terhadap Telah diperbaiki Andal Hal IV 1 s/d.
IV - 7 abrasi dan sedimentasi adalah keberadaan lahan reklamasi dan causeway. Hal ini tidak IV 6.
terlihat pada gambar IV.1 Bagan Alir Dampak Penting. Pola Gelombang hanya
diakibatkan dari keberadaan lahan reklamasi
15 Hal Pada telaahan holistik terhadap dampak penting untuk tahap pasca konstruksi (4.1.3) Telah diperbaiki Andal Hal IV 7 s/d.
IV - 16 terdapat 6 (enam) DPH yaitu penurunan kualitas air laut, perubahan pola arus, perubahan IV 16.
pola gelombang, abrasi dan sedimentasi, penurunan muka tanah dan perubahan persepsi
masyarakat. Tetapi Pada Bagian 4.2. Arahan Pengelolaan Dampak Lingkungan, hanya
diuraikan arahan pengelolaan untuk 5 (lima) DPH. Dampak Abrasi dan sedimentasi tidak
diuraikan arahan pengelolaannya.
16 Hal Agar dibedakan antara Izin PPLH dan Izin Lainnya. Izin Membangun Prasarana tidak Telah diperbaiki RKL-RPL Hal IV 1.
IV - 1 termasuk Izin PPLH
17 Belum ada paraf tim teknis Sedang proses

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 24


PT. Taman Harapan Indah
DAFTAR PERBAIKAN
ANDAL DAN RKL-RPL REKLAMASI PULAU H
BERDASARKAN NOTULEN PEMBAHASAN
TIM TEKNIS PROVINSI DKI JAKARTA
Kamis / 2 April 2015

I. Informasi Umum
1. Kegiatan Reklamasi Pulau H (Luas 63 Ha) berlokasi di Kawasan Pantai Utara Jakarta, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kota Adminsitrasi
Jakarta Utara
2. Rencana kegiatan:
Luas lahan reklamasi 63 Ha (Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H Nomor 1277/-1.794.2 tanggal 21 September 2012 dan Perpanjangan Persetujuan
Prinsip Nomor 543/-1.794.2 tanggal 10 Juni 2014)
3. Penanggung Jawab Kegiatan
Perusahaan : PT. Taman Harapan Indah
Alamat : Intiland Tower Penthouse Floor, Jl. Jenderal Sudirman 32, Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kota
Administrasi Jakarta Pusat.
Penanggung Jawab : Ir. Suhendro Prabowo
Jabatan : Direktur Utama

4. Konsultan Penyusun
Perusahaan : PT. Geo Mitrasamaya
Nomor Registrasi Kompetensi : 061/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
Masa Berlaku : 24 Desember 2014 s.d. 23 Desember 2017
Penanggungjawab : Drs. Pinondang Tambunan
Alamat : Jalan H. Awi No.30, Jatiluhur, Jatiasih, Kota Bekasi

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 1


PT. Taman Harapan Indah
Kualifikasi Tim Penyusun AMDAL :
- 4 (empat) orang Kompetensi Ketua Tim
- 1 (satu) orang Kompetensi Anggota Tim

II. Masukan, Saran dan Tanggapan dari Tim Teknis Penilai Amdal Daerah Provinsi DKI Jakarta
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
Pimpinan Rapat (Ir. Andono Warih, M.Sc)
1 Pembahasan saat ini menjadi bahan dasar untuk sidang Pembahasan Substansi dokumen Andal, RKL dan
Andal RKL-RPL dengan Komisi Penilai Amdal RPL telah diperbaiki sesuai arahan tim
teknis sebagai bahan untuk
pembahasan Andal, RKL dan RPL
2. Berdasarkan PerMenlh Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana
Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta
Penerbitan Izin Lingkungan, maka pembahasan ini dimulai dengan
penyampaian paparan atas Andal dan dokumen RKL-RPL oleh
pemrakarsa dan konsultan (Rangkaian Mulai dari Kerangka Acuan,
Metode, DPH, Penetapan Dampak Penting, Arahan Pengelolaan dan
Pemantauan, RKL-RPL)
3 Prakiraan dampak, semua sifat dampaknya penting tetapi besaran Telah diperbaiki di Bab Prakiraan BAB III
dampaknya kecil. Apakah benar demikian? Dampak Penting (Bab III)
4 Berdasarkan PerMenlh Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Rumus-rumus dan asumsi yang Lampiran 11
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa metode digunakan dalam Prakiraan Dampak
prakiraan dampak penting menjelaskan tentang prakiraan besaran Penting telah dilampirkan.
dan sifat penting untuk masing-masing DPH termasuk rumus-rumus
dan asumsi prakiraan dampak. Dalam dokumen ini belum dilampirkan
rumus-rumus dan asumsi prakiraan dampak tersebut

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 2


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
5 Sebelum dilakukan Sidang Komisi Penilai Amdal, agar dokumen Substansi dokumen Andal, RKL dan
diperbaiki dahulu sesuai dengan masukan, saran dan tanggapan dari RPL telah diperbaiki sesuai masukan,
Tim Teknis saran dan tanggapan tim teknis sebagai
bahan untuk pembahasan Andal, RKL
dan RPL.
6 Perbaikan agar disampaikan kembali kepada Tim Teknis untuk Dokumen yang telah diperbaiki telah
mendapatkan persetujuan disampaikan kembali kepada tim teknis.
DR. Suyud w. Utomo, M.Si
1 Hal I-9 terdapat Gambar Pulau-Pulau Reklamasi, Dokumen Amdal
harus mengkaji kegiatan-kegiatan sekitar yang terkait, sebagian dari
kajian tersebut sudah diuraikan. Ada beberapa hal yang masih perlu
dikonfirmasi:
a. Apakah sudah ada kegiatan reklamasi di pulau G dan pulau I? a. Saat ini belum ada kegiatan ANDAL, II 54.
Bagaimana dengan jadwal pelaksanaan reklamasi pulau-pulau reklamasi di Pulau G dan Pulau I.
tersebut? Karena jika Pulau G jadwal pelaksaan reklamasi terlebih
dahulu maka harus diantisipasi dampaknya
b. Hal I-11 sudah menguraikan kegiatan sekitar lokasi yang terkena b. Dampak reklamasi pulau H telah ANDAL, I 47.
dampak. Apakah kegiatan sekitar lokasi tersebut hanya diprakirakan resikonya terhadap
diidentifikasi kegiatannya atau sudah memperhitungkan resiko kegiatan sekitar sebagai DPH
dampak kegiatan tersebut? Gangguan Utilitas.
c. Bagaimana antisipasi terhadap kegiatan Pelabuhan Muara Baru c. Pemodelan dampak pembangunan ANDAL, II 31
dan PLTGU Muara Karang ? Apakah ada permodelannya? causeway terhadap PLTGU Muara dan III 33.
Karang telah dicantumkan di
dokumen Dampak reklamasi Pulau
H terhadap Pelabuhan Muara Baru

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 3


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
telah diantisipasi di RKL
(pengelolaan dampak transportasi
laut)
2 Prakiraan dampak masih banyak yang bersifat normatif/kualitatif atau Prakiraan dampak yang bersifat ANDAL, BAB III
berdasarkan hasil simulasi. Jika berdasarkan hasil simulasi, dalam kuantitatif/simulasi/pemodelan telah
prakiraan dampak harus disampaikan. Apakah hasil simulasi tersebut dicantumkan di dokumen.
ada didalam lampiran atau didalam pembahasan dokumen.
3 Hal I-28, terdapat Gambar 1.13 Ujung Jaringan Pipa, Pembuangan
Campuran Secara Mendatar.
- Apa yang dimaksud dengan pembuangan campuran? - Yang dimaksud dengan pembuangan ANDAL, I 21
campuran adalah campuran pasir dan s/d. I 23.
air yang disemprotkan secara
mendatar untuk selanjutnya pasir
akan mengendap di lokasi yang
diurug dan airnya akan kembali ke
laut.
- Apa maksud dari gambar tersebut? - Maksud dari Gambar I.9 tersebut ANDAL, I 23.
- Apakah nanti pelaksanaanya akan seperti gambar tersebut? untuk menjelaskan metode
- Terkait dengan kekeruhan, apakah sudah dibuat permodelannya? pengurugan/reklamasi di Pulau H
- Dalam prakiraan dampak, kegiatan ini menggunakan metode apa? dengan menggunakan pipa untuk
Apakah sudah dibuat permodelannya menyemprotkan pasir
4. Hal I-28, terdapat pernyataan, hal-hal yang belum dapat dibahas Koordinasi dengan kegiatan sekitar RKL, II 5.
dalam dokumen seperti koordinasi dengan kegiatan sekitar (Pertamina dan Pelabuhan Muara Baru)
(Pertamina dan Pelabuhan Muara Baru), perlu dilakukan telah dicantumkan di RKL
pembahasan/koordinasi sebelum pelaksanaan reklamasi dilakukan.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 4


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
- Kapan akan dilakukan koordinasi dengan Petamina dan
Pelabuhan Muara Baru? Agar segera dikonkretkan dan
dimasukkan ke dalam dokumen RKL-RPL
5. Hal I-31, Hasil Pelibatan Masyarakat.
- Saran dari masyarakat cukup tajam dan kompleks, mulai dari - Saran dan masukan konsultasi publik ANDAL, I 35
jaminan untuk nelayan, banjir, rob, implementasi AMDAL, dsb. telah diakomodir dalam penentuan s/d. I 39.
Hasil dari konsultasi publik agar benar-benar diperhatikan. DPH dan prakiraan dampak penting
dan RKL.
- Apakah dari 13 DPH tersebut sudah memasukkan hasil dari - Hasil konsultasi publik telah ANDAL, I 35
konsultasi publik? dicantumkan dan sebagai masukan s/d. I 39.
untuk pelingkupan.
- Komitmen dari pemrakarsa untuk mengakomodir saran-saran dari - CSR untuk nelayan dan masyarakat RKL, II 12.
masyarakat pada saat konsultasi publik tersebut, CSR untuk pesisir telah dicantumkan di RKL.
nelayan dan masyarakat pesisir. Agar diperiksa kembali RKL-RPL
apakah sudah meng-cover hal tersebut?
6 Gangguan Biota Laut tidak termasuk DPH, tidak dikelola dan dipantau - Tenaga kerja konstruksi 300 orang ANDAL, I 17.
dikarenakan peluang dampak sangat kecil, karena aktivitas tenaga bertahap tidak sekaligus maksudnya
kerja konstruksi tidak sekaligus dilakukan sebanyak 300 orang, akan disesuaikan dengan progress
melainkan secara bertahap sesuai dengan tahap konstruksi. pekerjaan reklamasi di lapangan.
- Apa maksud dari tidak sekaligus dilakukan 300 orang, melainkan Pada tahap awal persiapan reklamasi
secara bertahap? dibutuhkan hanya sekitar 50 orang
- Berapa pekerja yang tinggal di basecamp dan lokasi kegiatan? dan akan meningkat hingga puncak
Dampak sanitasi lingkungannya agar diperjelas untuk di basecamp pekerjaan reklamasi akan terdapat
dan lokasi kegiatan 300 orang tenaga konstruksi di
lapangan.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 5


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
- Tenaga kerja konstruksi yang tinggal
di bedeng pekerja di Selatan lokasi
Pulau H sekitar 275 orang.
- Kebutuhan air bersih, pengolahan air
limbah dan sampah padat di bedeng
pekerja dan sekitarnya telah
dicantumkan di dokumen.
7 Prakiraan dampak masih bersifat normatif/kualitatif, tapi jika Prakiraan dampak yang bersifat ANDAL, Bab III.
digunakan permodelan dan data menjadi spesifik untuk kegiatan kuantitatif/simulasi/pemodelan telah
reklamasi ini. Agar diperbaiki kembali dicantumkan di dokumen.
8 Mengapa Konsultasi Publik masih mengacu kepada SK. Gubernur Konsultasi publik telah mengacu pada Lampiran 6
KDKI Jakarta No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional SK. Gubernur KDKI Jakarta No.76
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Tahun 2001 tentang Pedoman
AMDAL, seharusnya sudah mengacu kepada PerMenLH Nomor 17 Operasional Keterlibatan Masyarakat
Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses dan Keterbukaan Informasi dalam
Analisasi Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan Proses AMDAL, seharusnya sudah
mengacu kepada PerMenLH Nomor 17
Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses
Analisasi Dampak Lingkungan Hidup
dan Izin Lingkungan. Hal ini telihat
dengan telah ditunjuknya/ditetapkannya
perwakilan masyarakat dalam proses
Amdal

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 6


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
9 Bab IV:
a. Judulnya Evaluasi Secara Holistik, mengapa tidak Evaluasi a. Judul Evaluasi Secara Holistik ANDAL, Bab IV.
Dampak saja? sesuai pedoman penyusunan Andal
b. Mengapa isi dari BAB IV ini masih terdapat DPH berdasarkan Permen LH No. 16
c. Pada bagian 4.2. Arah Pengelolaan Dampak Lingkungan, Tahun 2012
mengapa masih terdapat uraian dampak yang sebenarnya sudah b. Istilah DPH di bab IV telah ANDAL, Bab IV
dibahas pada bab sebelumnya, contoh: dihilangkan
- Perubahan persepsi masyarakat, terdapat uraian Dampak yang c. Arahan pengelolaan dampak ANDAL, IV 7
akan terjadi terhadap perubahan persepsi masyarakat lingkungan telah diperbaiki s/d. IV 16.
tergolong kecil, intensitasnya relatif tinggi, luas persebaran
dampak cukup luas, komponen lingkungan yang terkena
dampak lebih dari satu komponen, bersifat kumulatif, dst .....
10 Dokumen RKL RPL, pemrakarsa yang akan mengimplementasikan. Dokumen RKL dan RPL telah dipelajari
Agar pemrakarsa benar-benar memahaminya dan apakah oleh Pemrakarsa
pemrakarsa dapat melakukannya atau tidak?
11 Untuk instansi pengawas agar dimasukkan BPLHD Provinsi DKI Telah dicantumkan di RKL-RPL RKL-RPL
Jakarta.
12 Coba diperiksa lagi dokumen Andal dengan Kerangka Acuannya. Dokumen ANDAL telah disesuaikan/
diverifikasi dengan KA-ANDAL
Ir. Suryadarma
1 Dalam pelingkupan penurunan kualitas air laut, dampak turunannya Penurunan kualitas air laut dampak ANDAL, I 42.
apa? Seharusnya dampaknya tidak langsung ke perubahan persepsi turunannya adalah gangguan biota laut
masyarakat yang akan berdampak lebih lanjut
terhadap perubahan persepsi
masyarakat

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 7


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
2 - Pola arus mengapa dilihat dari pasang surut, seharusnya dari - Pola arus telah dikaji berdasarkan - ANDAL, I 47.
musim. Apakah ada kemungkinan terjadinya abrasi dan pasang surut dan musim (selama
sedimentasi? Bagaimana bentuk pengelolaannya? Seharusnya setahun)
menjadi DPH. - Abrasi dan sedimentasi telah - ANDAL, I 47.
- Bagaimana dampaknya terhadap perubahan pola air dan akibatnya dicantumkan sebagai DPH
terhadap daerah/kegiatan lain. Hal tersebut yang perlu diantisipasi - Dampak perubahan pola arus, abrasi - ANDAL, I 47.
dan sedimentasi telah dicantumkan di
dokumen
- Pengelolaan Abrasi dan sedimentasi - RKL, II 4.
telah dicantumkan di RKL
3 Pola arus dan pola gelombang tidak berdiri sendiri. Ada perubahan Dampak perubahan pola arus, pola ANDAL, I 42.
pola arus dan perubahan pola gelombang, dampaknya apa? gelombang, abrasi dan sedimentasi
telah dicantumkan di dokumen
RKL-RPL
4 Bentuk Pengelolaan Penurunan Air Laut adalah pengeluaran lapisan Uraian keseluruhan metode/teknik ANDAL, I 21
dasar yang merupakan alas bahan urugan, reklamasi yang akan digunakan di s/d. I 32.
- Apakah akan dibuat sandkey? Akan dibuat tanggul, dibersihkan dulu Pulau H telah diperbaiki
lumpurnya, diisi pasir baru untuk lokasi tanggul? Hal ini tidak
dijelaskan di dalam dokumen, tetapi dalam RKL-RPLnya diuraikan
- Jika ada pengeluaran lapisan dasar harus dihitung dulu volume
lumpur yang akan dikeluarkan, akan dilakukan dumping dimana?
- Jika pengurugan terlebih dahulu, relatif di cukup kedalaman sekitar
5 8 meter, pada saat musim barat apakah pasirnya tidak hanyut
jika tidak ada pengaman tanggul terlebih dahulu? Hal ini juga akan
berdampak kepada hal lainnya

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 8


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
5 Dampak Gangguan Aktivitas Nelayan, sebenarnya bukan ke nelayan - Dampak reklamasi Pulau H terhadap - ANDAL, I 47
saja. Tetapi ada keberadaan Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Pelabuhan Perikanan Nizam dan I 65.
dan Pelabuhan Sunda Kelapa sehingga perlu adanya koordinasi. Zachman dan Pelabuhan Sunda
Sebelum ada reklamasi, mereka bisa menggunakan jalur lurus dalam Kelapa telah dicantumkan di dampak
pelayarannya, tetapi dengan adanya pulau, mereka harus belok terhadap kegiatan sekitar.
terlebih dahulu. Dalam dokumen tidak dibahas terkait kedua - Koordinasi dengan pengelola - RKL, II 5.
pelabuhan tersebut Pelabuhan Perikanan Nizam
Zachman dan Pelabuhan Sunda
Kelapa telah dicantumkan di RKL.
Masukan Tertulis
1 Apa benar keadaan batimetri di lokasi studi berada pada kedalaman 0 Telah diperbaiki ANDAL, I 11.
m LWS (garis pantai) sampai kedalaman 2 LWS (lihat halaman I-
11). Bukankah lokasi Pulau H berada pada kedalaman 6m s/d 8 m
(lihat Gambar 1.5 dan Tabel 1.4). Agar dikoreksi.
2 Dalam proses pengurugan, apakah dilakukan pengurugan terlebih Penjelasan mengenai metode/teknik ANDAL, I 29.
dahulu baru dibuat/dibentuk tanggul, atau dibuat tanggul terlebih reklamasi telah diuraikan di dokumen.
dahulu. Konsekwensinya bila diurug terlebih dahulu maka akan ada Tidak dilakukan pengerukan pada dasar
material pasir yang hanyut terbawa arus yang akan berdampak laut.
terhadap sedimentasi dan kualitas air laut. Perlu dijelaskan.
3 Apakah dengan adanya Causeway nantinya akan dimanfaatkan Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, I 29.
sebagai jalan penghubung antara lahan reklamasi Pantai Mutiara
dengan Pulau H, karena pada Gambar I.10 tidak terlihat ada
hubungan antara jalan yang ada di kawasan Pantai Mutiara dengan
Tanggul pada Causway. Agar diklarifikasi.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 9


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
4 Dalam Jadwal Pelaksanaan pada Tabel 1.10, tidak terlihat Pengangkutan tanah top soil masuk ANDAL, I 18
pengangkutan tanah Top Soil. Kegiatan ini masuk kegiatan mobilitas dalam kegiatan mobilisasi alat dan s/d. I 20.
alat dan material atau masuk kegiatan pengurugan. Agar dijelaskan. material.
5 Agar dikaji kembali proses pelingkupan, antara lain : a. DPH penurunan kualitas air laut ANDAL, I 42
a. Apakah dengan menetapkan penurunan kualitas air laut sebagai tidak menimbulkan DPH terhadap dan I 47.
DPH apakah terhenti sampai dikualitas air laut saja. Setelah itu biota laut karena lokasi sekitar
lantas apa. Seharusnya dengan terganggunya kualitas air laut Pulau H adalah PLTGU dan
maka yang akan terganggu adalah kehidupan biota laut. Sehingga Pelabuhan, bukan daerah
seharusnya biota laut merupakan dampak penting hipotetik (DPH) tangkapan ikan (habitat biota laut)
juga. yang potensial
b. Bila perubahan pola gelombang maupun perubahan pola arus b. Abrasi dan sedimentasi sebagai ANDAL, I 42
ditetapkan sebagai DPH dengan skor 60 dan disebutkan bahwa dampak turunan dari perubahan dan I 47.
perubahannya bersifat permanen baik pada tahap konstruksi pola arus dan gelombang telah
maupun tahap pasca konstruksi, lantas akibatnya apa terhadap dimasukkan sebagai DPH dan
lingkungan dan tentu tidak berhenti disitu saja. Dengan terjadinya prakiraan dampaknya telah dikaji
perubahan pola arus maupun perubahan pola gelombang yang
perlu diantisipasi adalah dimana akan terjadi abrasi dan dimana
terjadinya sedimentasi. Hal inilah yang perlu diantisipasi dan
bagaimana mengelolanya, karena disebutkan perubahan morfologi
pantai merupakan dampak turunan dari pola arus dan perubahan
pola gelombang akan tetapi dianggap tidak penting dan tidak
serius. Apakah ini tidak kontradiktif dimana dampak primernya
dianggap serius, sulit dipulihkan dan bersifat permanen, akan
tetapi dampak turunannya dianggap tidak serius dan tidak penting.
Agar dikaji kembali.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 10


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
6 Seharusnya dilihat lagi dampak primer yang menjadi DPH dan DPH penurunan kualitas air laut tidak ANDAL, I 42
dampak lanjutannya atau dampak sekundernya yang akan menerima menimbulkan DPH terhadap biota laut dan I 47.
dampak sebaiknya juga ditetapkan sebagai DPH. Seperti pada karena lokasi sekitar Pulau H adalah
Gambar 1.15. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik, dampak PLTGU dan Pelabuhan, bukan daerah
terhadap pola arus dan perubahan pola gelombang tidak langsung tangkapan ikan (habitat biota laut) yang
memberikan dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat, akan potensial
tetapi bila terjadi pola arus dan pola gelombang kemungkinan
terjadinya abrasi dan sedimentasilah yang dikhawatirkan masyarakat Abrasi dan sedimentasi sebagai ANDAL, I 42
sehingga timbul persepsi negatif. Demikian pula dengan terjadinya dampak turunan dari perubahan pola dan I 47.
penurunan kualitas air laut tidak langsung berdampak terhadap arus dan gelombang telah dimasukkan
persepsi masyarakat, akan tetapi dengan terjadinya penurunan sebagai DPH dan prakiraan dampaknya
kualitas air laut maka akan mengganggu biota perairan yang akan telah dikaji
menyebabkan terjadinya persepsi negatif bagi masyarakat. Agar dikaji
kembali.
7 Terkait dengan perbaikan dari pertanyaan No. 4 dan No.5 maka perlu Prakiraan Dampak Penting telah ANDAL, Bab III.
dikaji kembali dalam prakiraan dampak penting pada Bab III dan akan diperbaiki
tercermin nantinya pada Tabel 3.1. (bukan Tabel 5.1.).
RKL-RPL
8 Apa benar pengelolaan penurunan kualitas air laut dengan cara - Penjelasan mengenai metode/teknik ANDAL, I 29.
pengeluaran lapisan dasar yang merupakan alas bahan urugan. reklamasi telah diuraikan di dokumen.
Apakah semua lumpur yang ada dilokasi reklamasi akan dikeruk Tidak dilakukan pengerukan pada
terlebih dahulu dan baru digelar pasir urug. Bila benar kegiatan itu dasar laut.
maka berapa volume lumpur hasil kerukan yang dihasilkan dan akan - Pengelolaan kualitas air laut telah RKL, II 2.
di dumping dimana. Perlu diklarifikasi karena dalam dokumen Andal dicantumkan dalam dokumen.
tidak ada informasi tersebut.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 11


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
9 Apakah pengelolaan perubahan pola arus maupun pengelolaan pola Telah diperbaiki RKL, II 3 dan
gelombang bentuk pengelolaannya sama persis. Agar diklarifikasi. II 4.
10 Perlu diklarifikasi rencana pengelolaan perubahan pola arus dan
perubahan pola gelombang, antara lain :
a. Apakah pengelolaan dampak yang akan dilakukan berupa a. Pengelolaan dampak Abrasi dan RKL, II 4.
memasang bangunan/turap penahan gelombang di sekeliling Sedimentasi di luar pulau H telah
tanggul reklamasi Pulau H dengan Beton tetrapod. Bukankah dicantumkan di dokumen.
perlindungan lahan reklamasi dengan memasang tetrapod
merupakan bagian dari perlindungan lahan reklamasi dari
hantaman gelombang agar tidak merusak lahan reklamasi yang
sudah dibentuk. Akan tetapi dengan terbentuknya pulau yang
menjorok ketengah laut akan dapat membelokkan gelombang
ataupun arus laut, yang kemungkinan dapat menyebabkan abrasi
ataupun sedimentasi ditempat lain. Hal inilah harus diantisipasi.
Jadi agar dipahami bahwa pengelolaannya bukan terhadap pulau
yang terbentuk dan sudah disiapkan perlindungannya dari
kemungkinan dirusak oleh gelombang laut akan tetapi daerah lain
yang tidak terlindungi dan mungkin terkena dampak. Agar
diklarifikasi.
b. Apakah bentuk pengelolaannya berupa pemantauan terhadap pola b. Hasil pemantauan pola arus,
dan kecepatan arus, proses abrasi dan sedimentasi. Apakah gelombang, abrasi dan sedimentasi
bentuk pengelolaannya hanya berupa pemantauan saja, lantas untuk mengkoreksi/ validasi hasil
kalau sudah dipantau mau diapakan. Agar dijelaskan. pemodelan
c. Diatas disebutkan akan dipantau apakah terjadi abrasi ataupun c. Abrasi dan sedimentasi telah ANDAL, I 47.
sedimentasi. Kalau kegiatan ini diperkirakan akan menyebabkan dimasukkan sebagai DPH dan

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 12


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
terjadinya abrasi dan sedimentasi ditempat lain, kenapa dalam prakiraan dampaknya telah dikaji
identifikasi dampak kedua komponen tersebut tidak diidentifikasi
dan tidak menjadi DPH. Agar diklarifikasi.
11 Apa hubungannya kemungkinan gangguan terhadap keberadaan Arahan Pergub. Prov. DKI Jakarta No. ANDAL, I 8.
utilitas yang ada dengan SOP yang terdapat pada Pergub. Prov. DKI 146 Tahun 2014 terutama jarak minimal
Jakarta No. 146 Tahun 2014 karena pedoman tersebut tidak lokasi Pulau H dengan Kabel Bawah
mengatur bila terjadi gangguan terhadap utilitas yang ada. Yang perlu Laut dijadikan acuan untuk penetapan
dijelaskan adalah bagaimana agar tidak terjadi gangguan terhadap jarak aman Pulau H dengan lokasi
utilitas yang ada, dan bila terjadi gangguan terhadap utilitas yang ada Kabel Bawah Laut (prinsip menghindari
apa yang harus dilakukan. Yang perlu dijelaskan bentuk pengelolaan terjadinya dampak).
seperti apa yang harus dilakukan.
12 Perlu di klarifikasi bentuk pengelolaan pada tahap pasca konstruksi,
antara lain :
a. Apakah bentuk pengelolaan yang akan dilakukan akibat terjadinya a. Pengelolaan abrasi dan sedimentasi RKL, II 4.
perubahan pola arus dan perubahan pola gelombang adalah di luar pulau H telah dicantumkan di
dengan menjaga keutuhan tanggul pantai/breakwater penahan RKL
gelombang agar tidak terjadi abrasi. Lahan reklamasi telah
dirancang dengan membuat tanggul yang tahan terhadap
hantaman gelombang, dan dengan sendirinya akan terus dirawat
agar lahan reklamasi yang terbentuk tidak rusak. Ini bukan
pengelolaan lingkungan akan tetapi bentuk perawatan terhadap
keberadaan lahan hasil reklamasi. Yang perlu dikelola adalah bila
arah arus dan kelombang berbelok karena adanya pulau reklamasi
ini dan menghantam pantai yang ada, atau menyebabkan
terjadinya abrasi ditempat lain, apa yang harus dilakukan. Hal

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 13


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
inilah yang perlu dijelaskan.
b. Apakah bentuk pengelolaan berupa pemantauan terhadap b. Hasil pemantauan pola arus,
perubahan pola gelombang dan perubahan pola arus dan proses gelombang, abrasi dan sedimentasi
terjadinya abrasi dan sedimentasi. Lantas setelah dilakukan untuk mengkoreksi/validasi hasil
pemantauan bila terjadi abrasi dan sedimentasi, selanjutnya apa pemodelan.
yang akan dilakukan. Agar dijelaskan.
Liliansari Loadin SKM, M.Si
1 - Tahapan reklamasi harus jelas terlebih dahulu, sehingga dapat Metode tahapan pekerjaan reklamasi ANDAL, I 21
diperkirakan dampaknya baru merumuskan RKL-RPL-nya. telah dicantumkan/diperbaiki di s/d. I 32.
- Apakah dalam Kerangka Acuan sudah masuk keseluruhan tahapan dokumen.
reklamasi ? Mengapa didalam dokumen Andal, terdapat beberapa
hal yang tidak diuraikan. Jika dalam Kerangka Acuan belum
mencakup keseluruhan tahapan reklamasi, dokumen Andal
harusnya sudah dapat menjelaskan secara detail
2 Deskripsi kegiatan kurang lengkap, agar dilengkapi dengan kajian Deskripsi kegiatan telah dilengkapi. ANDAL, I 21
studi yang telah dilakukan s/d. I 32.
3 Kajian studi dan simulasi yang telah dilakukan sudah bagus dan data Hasil studi tematik telah dicantumkan di ANDAL, Bab III.
yang dihasilkan juga bagus, tetapi tidak terlihat pemanfaatannya di dokumen Andal (prakiraan dampak
dokumen Andal dan RKL RPL penting)
4 Hasil sosialisasi Hal I-31, pembangunan Pluit City berdampak negatif Dampak terhadap PLTGU Muara ANDAL, III 33.
bagi PLTU, supplier listrik Jawa-Bali. Sekarang akibat pembangunan Karang telah dicantumkan di dokumen
Pluit City produktivitas PLTU tinggal 70%. Kalau reklamasi 15 pulau
dilaksanakan, produktivitasnya mungkin tinggal 20%. Apakah dampak
negatif seperti itu sudah masuk dalam kajian Amdal yang dimaksud ?
Pernyataan ini harus dapat dijelaskan didalam dokumen

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 14


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
5. Klarifikasi yang diberikan terhadap tanggapan masyarakat agar Telah diperbaiki. ANDAL, I 38
diperbaiki, dibuat lebih menjawab pertanyaan dari masyarakat dan s/d. I 39.
pembahasannya tidak terlalu luas.
6. Dalam rona awal, terdapat kajian perubahan iklim tetapi tidak telihat Hasil kajian perubahan iklim telah
pemanfaatannya dari kajian tersebut. digunakan untuk desain teknis tanggul
Pulau H
7. - Untuk data kualitas, apakah ada data primer? Sampling telah dilakukan pada tahun ANDAL, II 4 s/d.
- Dalam Kerangka Acuan Andal disetujui September 2014, tetapi 2013 dan telah dicantumkan dalam II 6.
data-data yang disajikan tahun 2010 dan 2013. Sedangkan di dokumen.
dalam Kerangka Acuan dijelaskan akan dilakukan sampling.
Apakah sudah dilakukan pengambilan sampling?
- Apakah data-data sekunder yang disajikan masih valid untuk
digunakan?
- Pengambilan data-data sekunder agar dapat dijelaskan kapan
waktu pengambilannya
8 Pada Kualitas Air laut, terdapat tabel kualitas air laut tahun 2010 (hal Telah diperbaiki. ANDAL, II 6.
II-10) dan tabel kualitas air laut tahun 2013 (II-12), tetapi tidak ada
uraian terkait dengan perbandingan dan penjelasannya.
9 Untuk komponen Biologi, hasil analisisnya dilengkapi dengan Hasil analisi komponen biota laut telah ANDAL, II 32
intrepetasi. Komponen biologi agar dijadikan indikator dalam RKL- dilengkapi. s/d. II 36.
RPL
10 Dalam RKL-RPL:
- Jangan digabungkan antara pemantauan dan pengelolaan Penggunaan pemantauan di uraian RKL, Bab II.
- Indikator harus terukur RKL telah diperbaiki
Indikator telah diperbaiki

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 15


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
Ir. Hesti D. Nawangsidi, MT
1 Pada waktu penyiapan lahan, apa upaya yang dilakukan agar Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, I 21
settlement dapat dikendalikan. Agar dijelaskan didalam dokumen s/d. I 32.
2. Agar ada klarifikasi pada statement yang diberikan oleh masyarakat di Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, I 35
dalam Sosialisasi Publik. Karena tidak semua statement tersebut s/d. I 39.
memberikan informasi yang benar
3. Seharusnya apa yang ada di dalam dokumen RKL-RPL adalah RKL dan RPL telah disesuaikan dengan ANDAL, Bab III
komponen yang sudah dilakukan uji dan dianggap penting. hasil Prakiraan Dampak Penting dan RKL.
4. Dokumen harus diperbaiki menyeluruh karena tim penyusun AMDAL Telah diperbaiki keseluruhan Andal, RKL dan
harus mengetahui pelaksanaan kegiatan reklamasi secara detail. RPL
Banyak kegiatan reklamasi pada bagian perancangan yang tidak
diuraikan didalam dokumen, padahal banyak tindakan-tindakan yang
sudah disiapkan di dalam perancangan. Oleh karena itu banyak data
dan informasi untuk keperluan desain ditulis dalam rona lingkungan,
misalnya: storm surge, sea level rise, land subsidence level
5. Rona Lingkungan harus diuji kembali mana yang relevan, perlu dan Telah diperbaiki. ANDAL, I 21
digunakan untuk perkiraan dampak. Data-data yang disampaikan s/d. I 32.
belum tentu sama dengan modelnya. Karena dalam prakiraan
dampak juga tidak jelas model yang digunakan. Agar disesuaikan
sehingga angka yang digunakan sama, contoh data batimetri:
- Hal I-11 disebutkan kedalaman -2 m bagian Selatan
- Hal I-22 tertulis pada bagian Selatan sebesar -6,0 m
- Hal II-33 pada gambar di sekitar utara berkisar 5 dan 6
- Pada uraiannya Hal II- 32, bagian Selatan rencana Pulau H adalah
sekitar -1,2 m dan di bagian Utara sekitar -8 m

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 16


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
Reklamasi merupakan permasalahan engineering sehingga harus
pasti.
6. Rona lingkungan: Telah diperbaiki. ANDAL, Bab II.
- Informasi yang ada di dalam rona lingkungan, tidak ada
kesimpulannya. Jika tidak dimanfaatkan sebaiknya dihilangkan
dalam rona lingkungan
- Terdapat informasi prakiraan jika Pulau H terbangun tetapi
dimasukkan dalam rona lingkungan, contoh hal II-41 dan hal II-42
terkait dengan simulasi gelombang
7. Prakiraan dampak: Telah diperbaiki ANDAL, Bab III.
- Hampir seluruhnya subyektif dan tidak ada dasarnya, prakiraan
dampak langsung kepada kesimpulan, contoh untuk land
subsidence menggunakan data 6 7 cm/Tahun (Abidin et al, 2009)
padahal data eksisting yang dimiliki banyak dan perhitungan
prakiraannya dan argumentasinya tidak ada. Jika tidak ada
dasarnya, maka prakiraan dampak tersebut bersifat subyektif dan
tidak valid
- Hasil modelling agar dijelaskan model yang digunakan, metode,
teknik, simulasi, cara kerja, parameter yang pertimbangkan, proses
kerja, data yang digunakan, hasilnya dan interpretasinya sehingga
dapat disimpulkan prakiraan dampaknya
8. RKL-RPL
- Agar bisa diimplementasikan oleh pemrakarsa Telah diperbaiki RKL-RPL
- Jika ada yang dimitrakan dengan pihak lain agar dijelaskan
- Tidak normatif, jika koordinasi harus jelas subyeknya

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 17


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
9. Perlu adanya kajian terkait dengan dampak termal suhu laut. Air Telah dicantumkan dalam prakiraan ANDAL, III 33.
outlet dari sebelah timur masuk ke Pantai Mutiara dan kemudian dampak penting.
Pulau H membangun cause way, tadinya laut bebas, lalu tercampur
dan balik kembali ke inlet pendingin dan suhunya menurun sehingga
dapat beroperasi dengan baik. Tujuan dibangunnya causeway adalah
untuk memutarkan aliran lebih jauh, harus dibuktikan berapa?
Pulau lain melakukan model hidrodinamika, dengan mencari titik yang
mendekati inlet pendingin, sehingga dapat dibuktikan bahwa terjadi
penurunan suhu. Kerjasama dengan PLN dan PLTU dapat lebih
mudah
11. Utilitas pipa PHE ONWJ, berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor Telah dicantumkan di dokumen. ANDAL, I 8 dan
146 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Membangun dan III 35.
Pelayanan Perizinan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis
Pantura Jakarta bahwa reklamasi Pulau H akan dilakukan pergeseran
dengan jarak minimal dengan pipa tersebut 146,58 m.
Kajian studi harus menyatakan berapa jarak aman-nya, karena
dampak yang dikhawatirkan adalah pipanya settlement, crack, dsb.
Jadi harus dihitung berapa jarak amannya.

12. Dokumen agar diperbaiki kembali, lebih fokus, rencana kegiatan yang Dokumen telah dipebaiki secara Andal, RKL dan
diduga akan menimbulkan dampak, deskripsi kegiatan lingkungan keseluruhan RPL
sekitar yang relevan saja, data yang digunakan valid, prakiraannya
juga harus valid dan dapat dipertanggungjawabkan, serta RKL-
RPLnya harus mengikuti.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 18


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
Masukan Tertulis
1. Hal penting yang tidak dikaji dalam dokumen ANDAL adalah potensi Hasil kajian telah dicantumkan di ANDAL, III 33.
dampak terhadap perubahan suhu air laut yang berasal dari outlet prakiraan dampak penting
PLTU Muara Karang.
Walaupun dalam KA ANDAL tidak dikategorikan sebagai DPH,
dampak tersebut perlu dikaji untuk memberikan informasi bagi para
pihak.
2. Konstruksi substansi dokumen ANDAL :
- Data dan informasi dibedakan antara yang dibutuhkan untuk - Telah dihilangkan
perancangan (design) tanggul dan lahan reklamasi dengan data
dan informasi untuk analisis dampak lingkungan. Uraian pada Hal
II-16 s/d Hal II-31 tentang kenaikan muka laut (sea level rise); land
subsidence; storm surge adalah data yang diperlukan untuk
perancangan tanggul dan lahan.
- Uraian tentang kondisi lingkungan hanya yang relevan dengan - Telah diperbaiki ANDAL, II 3.
kajian dampak lingkungan. Perubahan iklim (Hal II-4) hanya
merupakan uraian umum.
- Uraian pada Hal II-41 dan Hal II-42 adalah prakiraan perubahan - Telah diperbaiki ANDAL, II 25.
gelombang sesudah Pulau H terbangun, bukan kondisi tinggi
gelombang eksisting.
- Prakiraan dampak tidak dibangun berdasarkan logical framework - Prakiraan Dampak penting telah ANDAL, Bab III.
serta tidak menjelaskan metode prediksi yang digunakan, cara diperbaiki.
kerja model, penjelasan tentang hasil simulasi, dan kriteria dampak
penting cenderung normatif, sehingga kesimpulan tentang
prakiraan dampak cenderung loncat dan subyektif. Hal ini

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 19


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
mencakup sebagian besar prakiraan dampak dalam Bab III.
Jika sifatnya subyektif, maka relatif tidak rasional dan dampak penting
yang dipilih menjadi tidak valid.
3. RKL dan RPL:
- Cara pengelolaan cenderung normatif dan tidak spesifik. Misalnya : - Telah diperbaiki. RKL, II 3.
pengaturan pekerjaan causeway dari darat ke pulau reklamasi (Hal
II-3).
- Cara pengelolaan harus dapat dilaksanakan oleh pemrakarsa - Telah diperbaiki. RKL, II 1.
secara mandiri atau bekerjasama dengan pihak lain. Misalnya :
Pengangkutan tanah tidak melampaui kapasitas angkut (Hal II-1).
- Pengelolaan lingkungan campur aduk dengan pemantauan - Telah diperbaiki. RKL, Bab II.
lingkungan (Hal II-3, II-4, II-5, dst).
4. Koordinat pada Gambar 1.4 merupakan koordinat baru atau lama Gambar I.4 dan I.5 adalah koordinat ANDAL, I 13
(Gambar 1.5)? baru. dan I 14.

5. Hal I-12 Uraian tentang batimetri -2 m berjarak hingga 300 m, dan Telah diperbaiki ANDAL, I 11.
seterusnya : seharusnya yang diuraikan adalah batimetri pada lokasi
Pulau H. Bandingkan dengan data elevasi dasar laut bagian Selatan
sebesar -6,0 m pada Tabel 1.4 dan Gambar II.33.
6. Jika jarak minimal menurut PerGub DKI Jakarta No. 146 Tahun 2014 Telah dicantumkan. ANDAL, I 8 dan
adalah sebesar 146,58 m, berapa rancangan jarak Pulau H terhadap III 33.
jalur pipa PHE ONWJ? Jarak dihitung dari ujung toe atau lower slope
atau yang lain? Dampak yang dikhawatirkan terjadi pada pipa bawah
laut adalah kejadian settlement. Mengapa dampak terhadap
kemungkinan settlement pipa PHE ONWJ tidak dikaji?

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 20


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
7. Gambar II.48 Lokasi inlet dan oulet PLTU Muara Karang seharusnya Telah diperbaiki ANDAL, II 40
menggambarkan posisinya terhadap Pantai Mutiara dan rencana dan III 33.
Pulau H, sehingga dapat memberikan penjelasan tentang aliran
efluen dari outlet Timur PLTU Muara Karang.
8. Hal II-65 Transportasi darat : belum menjelaskan tentang kapasitas Telah dilengkapi ANDAL, II 50
jalan eksisting. s/d. II 51.
9. Hal II-65 Transportasi laut : uraian tidak relevan dan tidak Telah diperbaiki ANDAL, II 51.
memberikan informasi untuk pengkajian dampak lingkungan.
10. Apakah studi hidrodinamika PT LAPI Ganeshatama Consulting PT LAPI Ganeshatama Consulting
menggunakan software MIKE SW (Hal II-39) menggunakan software MIKE SW.

Tim penyusun AMDAL perlu memperbaiki dokumen ANDAL, RKL


dan RPL:
11. Menyusun kembali deskripsi rencana kegiatan dengan memuat Telah diperbaiki ANDAL, I 21
seluruh data yang dipertimbangkan dalam rancangan tanggul dan s/d. I 32.
lahan reklamasi yang menjadi boundary condition. Di samping itu data
numerikdan informasi deskriptif diperbaiki secara cermat dan spesifik
untuk rencana reklamasi Pulau H.
12. Komponen untuk menjelaskan rona lingkungan hidup dipilih yang Rona Lingkungan Awal telah diperbaiki ANDAL, Bab II.
relevan, bukan hal-hal umum, dan yang digunakan untuk analisis keseluruhan.
prakiraan dampak.
13. Prakiraan dampak perlu diperbaiki secara menyeluruh. Pada Prakiraan dampak penting telah ANDAL, Bab III.
prinsipnya prakiraan dampak harus dapat menjelaskan secara diperbaiki keseluruhan.
memadai proses analisis yang dilakukan oleh tim penyusun, sehingga
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 21


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
14. Dokumen RKL dan RPL memuat hal-hal praktis yang dapat Telah diperbaiki RKL dan RPL.
dilaksanakan pemrakarsa.
Ir. Alvinsyah, MSE
1 Gangguan Transportasi Darat
- Hal II-65, tabel 2.40 Hasil Pengamatan lalu Lintas. Pada kolom Telah diperbaiki ANDAL, II 50
volume kapasitas rasio, berdasarkan data yang disajikan terlihat s/d. II 51.
bagus. Tetapi pada uraian disebutkan cukup padat. Secara angka,
interpretasi terlihat tidak konsisten, sehingga perlu adanya data
dukungan hasil verifikasi di lapangan
- Bab III, prakiraan dampaknya hanya dinyatakan negatif besar. Telah diperbaiki ANDAL, III 44.
Kapan rencana pelaksanaan reklamasinya? Secara reporting perlu
ditunjukkan prediksi untuk tahun 2015, hal ini bisa didapatkan dari
data pada tahun 2010 dan tahun 2013, tahun 2015 dapat dilihat
trend-nya, bagaimana perubahannya sehingga bisa ditunjukkan
prakiraan dampaknya negatif dan besar
- Gangguan lalu lintas berkaitan dengan time dan space. Dari segi Telah diperbaiki ANDAL, III 44.
time telah dapat dari data yang ada, tetapi terkait dengan space,
kajian ini dibatasi oleh lingkup wilayah. Pengangkutan alat dan
materialnya tidak disebutkan sumbernya darimana. Pengangkutan
pada malam hari antara pukul 21.00 05.00 WIB. Pernyataan
tersebut harus ditunjukkan perhitungannya. Pemrakarsa harusnya
memiliki informasi terkait dengan sumber material dan jalur lalu
lintasnya seperti apa, sehingga didapatkan arahan pengelolaannya.
Kewajiban dari pemrakarsa adalah memberikan arahan kepada
kontraktor untuk meminimalkan resiko gangguan lalu lintas ini.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 22


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
2 Gangguan Transportasi laut
- Implikasi pada tahap konstruksi, pemrakarsa sudah memiliki Telah diperbaiki RKL, II 9.
strategi pelaksanaannya terkait siapa kontraktornya dan bagaimana
caranya
- Pergerakan laut ini ada Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman dan Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, II 51.
Muara Angke. Prediksi dampaknya adalah dampak penting. Harus
dijelaskan apa ukurannya sehingga disimpulkan mengganggu?
Harus ada rekomendasi dari bentuk pengelolaannya sehingga
resiko gangguan terhadap kegiatan pelayaran dari Pelabuhan
Perikanan Nizam Zachman dan Muara Angke dapat diminimalkan.
Hal tersebut belum terlihat di dalam dokumen, agar dapat
dieksplorasi kembali
3 Pemrakarsa reklamasi harus mengetahui informasi terkait dengan Akan diperhatikan ANDAL, I 34.
time schedule pelaksanaan reklamasi pulau lainnya, hal ini
dimaksudkan agar pelaksanaan reklamasi dapat berjalan dengan
simultan. Informasi tersebut dapat menggambarkan time overlapping-
nya Pulau H sehingga dapat digunakan untuk mengantisipasi dampak
akumulatif
4 Terdapat missing link antara kesimpulan dampak, rona dan Telah diperbaiki keseluruhan terkait ANDAL, I 42,
prakiraannya. transportasi darat dan laut. II 50 s/d. II 51
dan III 44.
5 RKL-RPL harusnya ada kajian studi tematik. Kajian tersebut dipakai Saat ini belum ada kajian lalu lintas.
dan dikemas dalam konsep pengelolaan dampak. Apakah RKL-RPL
ini sudah berdasarkan kajian studi tematiknya? Agar dilampirkan studi
tematik yang paling relevan

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 23


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
6 Strategi pengelolaan harusnya terukur tidak hanya normatif Telah diperbaiki RKL, II 9.
7 - Apakah sudah ditentukan jalur yang akan dilalui oleh dump truk Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, I 20
pada malam hari dan RKL, II 9.
- Bagaimana dengan strategi mobilisasi dump truck
- Adakah kawasan yang dapat digunakan untuk lokasi dump truk
berkumpul
- Strategi terkait mobilisasi dump truck agar dapat lebih dipertajam
dalam RKL-RPL
Dr. Ikbal Mahmud, M.Eng
1 AMDAL adalah kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan baik Dampak positif maupun negatif yang ANDAL, Bab III.
positif maupun negatif. Dampak positifnya harus kita optimalkan, dan akan muncul akibat reklamasi pulau H
negatifnya harus kita minimalkan. Apa kerugian dari kegiatan telah diuraikan dalam prakiraan dampak
reklamasi, dapat diuraikan didalam dokumen sehingga didapatkan penting
gambaran negatif dari kegiatan reklamasi dan bagaimana cara Cara meminimalkan dampaknya telah RKL, Bab II.
meminimalkannya diuraikan di RKL.
2. Karena kegiatan pelaksanaan reklamasi ini banyak bersinggungan Masukan untuk BPLHD/Komisi Penilai
dengan beberapa kegiatan di sekitar lokasi. Sebaiknya pada saat Amdal Provinsi DKI Jakarta
pembahasan sidang Amdal dengan Komisi Penilai Amdal agar dapat
diundang kegiatan-kegiatan sekitar yang terkait, agar tidak timbul
persoalan ketika pelaksanaannya.
3 Agar dapat disajikan gambaran kondisi eksisting lapangan seperti Telah dicantumkan ANDAL, I 12.
apa, dapat berupa uraian dan dilengkapi dengan foto-foto
4 Terkait dengan pengambilan material di sumbernya, harus ada kajian Lokasi rencana sumber material (pasir, ANDAL, I 20.
mengenai perencanaan dan pengambilan material reklamasi dan batu dan tanah merah) telah
harus mendapat persetujuan dari Dinas Perindustrian dan Energi dicantumkan di dokumen.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 24


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
Provinsi DKI Jakarta. Hal ini tercantum dalam Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau H atas nama PT. Taman Harapan Indah Nomor
1227/-1.794.2 tanggal 21 September 2012. Hal ini belum tergambar
didalam dokumen Andal. Lokasi pengambilan material juga harus
dijelaskan lebih detail dalam dokumen Andal
5 Berkaitan dengan tenaga kerja konstruksi berjumlah 300 orang, Telah diuraikan di dokumen ANDAL, I 17.
- Bagaimana dengan penempatan tenaga kerjanya, apakah di darat
atau di laut?
- Bagaimana dengan kebutuhan air bersihnya
- Bagaimana pengelolaan air limbahnya
- Bagaimana pengelolaannya sampah
- Lengkapi dengan kajian sosialnya
6 Pekerjaan causeway, agar lebih mendetailkan informasi terkait:
- Apa saja pekerjaannya? - Perkejaan sama dengan reklamasi - ANDAL, I 29.
- Material yang diperlukan - Material pasir dan baru - ANDAL, I 29.
- Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan causeway - Selama 17 bulan. - ANDAL, I 29.
- Dampak yang ditimbulkan dari pekerjaan causeway - Dampak pekerjaan causeway - ANDAL, I 40.
- Mengapa diperlukan pekerjaan causeway - Mengurangi panas air laut sebagai - ANDAL, I 29.
- Dimensi ketinggiannya apakah mengganggu lalu lintas dibawahnya intake PLTU Muara Karang.
Apa maksud dari pernyataan berfungsi untuk mengantisipasi dampak - Dimensi: tinggi +4 m LLWS, panjang - ANDAL, I 29.
terhadap gangguan PLTU Muara Karang 300 m, lebar 30 m.
7 Kegiatan reklamasi, apakah benar tidak ada gangguang biota laut Biota laut tidak termasuk dampak ANDAL, I 47
baik pada kegiatan konstruksi maupun pasca konstruksi? Agar penting karena lokasi sekitar Pulau H dan II 32.
diperiksa kembali adalah PLTGU dan Pelabuhan, bukan
daerah tangkapan ikan, plankton dan

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 25


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
benthos yang potensial .
8 RKL RPL agar ditambahkan lokasi pengamatan dan koordinatnya, Telah dilengkapi. RKL, II 13 s/d.
tidak hanya tertulis di sekitar lokasi proyek. II 15 dan RPL,
III 8 s/d. III 10.
Masukan Tertulis
1. - Dokumen KA. Andal dikirim kepada Tim Teknis pada bulan Karena proses perbaikan dan
Juli 2013 Mengapa penyusunan Dokumen Andal, RKL, RPL rekomendasi KA Andal berlangsung
baru dilakukan sekarang, setelah 1,5 tahun. Agar dijelaskan. lama, sehingga penyusunan dokumen
Andal, RKL dan RPL nya
menyesuaikan
2. I-2 Beberapa pernyataan disini: Bentuk pulau-pulau reklamasi telah ANDAL, I 47.
1. Sekitar 40% dari luas wilayah Jakarta Utara adalah daratan diatur dalam Per. Gub. Prov. DKI
yang lebih rendah dari muka laut Jakarta No. 121 Tahun 2012. Dalam
2. Ada 13 sungai bermuara ke pantai Jakarta Utara antara Per. Gub. Tersebut bentuk pulau-pulau
Marunda sampai Kamal Muara. reklamasi tidak menempel darat
Dari kedua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa eksisting, serta dibentuk kanal lateral
keberadaan pulau hasil reklamasi yang disusun seperti dan vertikal untuk memperpanjang
pagar dalam Gambar I.1, nanti sangat berpotensi menambah aliran 13 sungai di Jakarta. Dampak
genangan (banjir) diwilayah Jakarta Utara, karena aliran air kuantitas air permukaan telah
sungai pasti akan melambat. Agar ditanggapi. dicantumkan dalam dokumen.
3. I-2 Disini dijelaskan bahwa salah satu amanat dalam Perda. Prov. Pengelolaan dampak terhadap aktivitas RKL, II 6.
DKI Jakarta nomor 1 tahun 2002, pasal 101 adalah nelayan telah dicantumkan di dokumen
Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kepentingan RKL. Kepentingan nelayan pada
nelayan. Terkait amanat Perda ini, jelaskan apa yang akan dasarnya adalah kegiatan CSR dan
dilakukan Pemrakarsa untuk para nelayan ini, baik pada tahap mempehatikan jalur nelayan, hal ini

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 26


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
konstruksi dan maupun pada tahap pasca konstruksi (operasi) telah diatur dalam Per. Gub.No. 121
nanti. Tahun 2011 yang mengatur kanal
lateral dan vertikal untuk jalur nelayan.
4. I-7 Sebagaimana telah disampaikan dalam sidang Ka. Andal Telah dilengkapi ANDAL, I 7.
dulu, Tim Penyusun Dokumen agar dilengakpi dengan Ahli
Kesehatan Masyarakat.
5. I-8 Dengan pertimbangan adanya Pipa PHE ONWJ, maka lokasi Lokasi reklamasi digeser ke arah Timur ANDAL, I 14.
reklamasi akan digeser. Agar dijelaskan, kearah mana dan sejauh 146,58 m dari Pipa PHE ONWJ.
seberapa jauh lokasi pulau H akan digeser.
6. I-11 Disini dijelaskan bahwa lokasi reklamasi untuk pulau H sangat Koordinasi dengan pihak terkait masih RKL, II 5.
bersinggungan dengan beberapa kegiatan yang sudah eksis, dalam proses dan telah dicantumkan
seperti pipa PT. Pertamina, pipa PLN, pipa PT. Nusantara dalam RKL.
Regas dan beberapa fasilitas milik negara lainnya. Mengacu Sejauh ini belum dilakukan koordinasi,
pada Tabel 1.10 (Jadwal Pelaksanaan Reklamasi), dimana karena menunggu perijinan reklamasi
pada pertengahan tahun 2015 ini kegiatan reklamasi sudah selesai.
akan dimulai. Berkenaan dengan hal ini, agar dijelaskan
sudah sejauh mana koordinasi telah dilakukan dengan pihak-
pihak terkait. Lampirkan bukti-bukti hasil kesepatan dengan
pihak-pihak tersebut.
7. I-11 Beri gambaran, seperti apa kondisi lahan eksisting dan Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, I 12.
lingkungan disekitarnya saat ini dan sertakan foto-foto.
8. I-6 Material pengurugan
Melihat besarnya kebutuhan material pengurugan, maka
harus dipastikan pengambilan bahan-bahan urugan tsb. tidak
akan merusak lingkungan dilokasi pengambilan. Terkait hal

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 27


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
ini:
1. Jelaskan nama lokasi tempat pengambilan material. Nama Sumber material pengurugan telah ANDAL, I 18
desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi (untuk material dicantumkan di dokumen s/d. I 20.
didarat) dan koordinat (untuk material yang diambil dilaut).
2. Lampirkan Izin Pengambilan Material Urugan yang dimiliki Izin Pengambilan Material Urugan telah ANDAL, I 18
pihak penyuplai material dari Instansi yang berwewenang. dicantumkan dalam dokumen. s/d. I 19.
9. I-18 Tabel 1.3 Jenis Peralatan Konstruksi Telah diperbaiki ANDAL, I 17.
Didalam tabel ini yang harus disajikan adalah nama alat yang
dibutuhkan, bukan fungsi alat. Tabel 1.3 agar diperbaiki.
10. I-19 Untuk material urugan yang dibutuhkan agar dibuat tabel Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, I 18.
seperti berikut.
NO. JENIS JUMLAH ASAL ALAT
MATERIAL KBUTUHAN MATERIAL ANGKUT

11. I-19 Lazimnya sebelum kegiatan reklamasi dilakukan, area yang Tidak ada pengerukan lumpur. Metode/ ANDAL, I 21
akan direklamasi dibersihkan, lumpur-lumpur yang ada teknik reklamasi telah diuraikan di s/d. I 32.
dikeruk dan dipindahkan ketempat lain. Bagaimana dengan dokumen.
reklamasi Pulau H ini? Bila ada, agar dijelaskan: Berapa
jumlah material yang akan dikeruk, kemana akan dipindahkan
dan harus dipastikan bahwa penempatan hasil keruk ini tidak
akan mengganggu area yang ditempatinya. Jelaskan juga
kegiatan pengerukan ini didalam Tabel 1.10 (Jadwal
Pelaksanaan).

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 28


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
12. I-22 Causeway
1. Berapa ketinggian causeway dan apakah keberadaan Telah dicantumkan di dokumen ANDAL, I 29.
causeway yang membentang dari pulau H ke daratan
tidak akan mengganggu lalu lintas laut antara pulau H
dengan daratan nantinya ?.
2. Salah fungsi causeway adalah untuk antisipasi dampak Causeway dibangun untuk ANDAL, III 33.
terhadap gangguan PLTU Muara karang. Agar dijelaskan, memperpanjang aliran air buangan
maksudnya apa ?. (outlet) air bahang PLTU karena
memutar lebih jauh, sehingga akan
terjadi penurunan suhu di lokasi inlet air
pendingin PLTGU. Telah dicantumkan
di dokumen.
13. I-28 Pengerukan, pengangkutan dan pengurukan. Disamping
material pasir, agar dijelaskan juga:
1. Bagaimana proses pengerukan, pengangkutan, dumping 1. Proses reklamasi telah dijelaskan. ANDAL, I 21.
dan pengurukan materail batu dan tanah (top soil).
2. Untuk transportasi melalui darat, agar dijelaskan rute jalan 2. Telah dijelaskan dalam dokumen. ANDAL, I 18.
yang akan dilewati dan dihitung ritase kendaraan.
3. Jelaskan perparkiran kendaraan di area dumping (lokasi, 3. Telah dijelaskan dalam dokumen. ANDAL, I 18.
kapasitas dll).
14. I-29 Pada Tahap Pasca Reklamasi, agar ditambahkan kegiatan Kegiatan yang potensial menimbulkan ANDAL, I 33.
Pemeliharaan Tanggul dan Pulau Hasil Reklamasi. dampak pada tahap pasca konstruksi
adalah keberadaan causeway,
keberadaan lahan reklamasi dan
demobilisasi peralatan. Keberadaan

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 29


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
reklamasi termasuk tanggul dan lahan
reklamasi hanya menunggu masa
settlement selama 5 tahun untuk
selanjutnya dilakukan pembangunan di
atas pulau reklamasi.
15. I-30 Tabel 1.10 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan yang potensial menimbulkan ANDAL, I 34.
Didalam tabel ini agar ditambahkan: dampak pada tahap pasca konstruksi
1. Pada Tahap Prakonstruksi. Tambahkan Pengurusan adalah keberadaan causeway,
Perizinan dan kegiatan Sosialisasi keberadaan lahan reklamasi dan
2. Tahap Pasca Konstruksi. Tambahkan Pemeliharaan demobilisasi peralatan. Keberadaan
Tanggul & Pulau reklamasi termasuk tanggul dan lahan
reklamasi hanya menunggu masa
settlement selama 5 tahun untuk
selanjutnya dilakukan pembangunan di
atas pulau reklamasi.
17. I-31 Hasil Pelibatan Masyarakat Hasil konsultasi publik telah diakomodir ANDAL, I 35
Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sekitar telah dalam dokumen. s/d. I 39.
dilakukan pada tanggal 11 Juni 2013. Diingatkan lagi,
beberapa saran dan harapan masyarakat seperti lalu lintas
kendaraan saat konstruksi, memanfaatkan tenaga kerja lokal,
akses jalur nelayan, konpensasi dan lain-lain agar benar-
benar diperhatikan oleh pemrakarsa.
18. I-36 Gangguan Transportasi Darat Telah diinformasikan dalam deskripsi ANDAL, I 18.
I-38 Didalam Tabel 1.11 Identifikasi dampak potensial, Tabel 1.12 kegiatan.
I-53 Matrik interakaksi dan Tabel 1.17 Batas waktu kajian, muncul

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 30


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
Gangguan Transportasi Darat, bahkan dalam Gambar 1.16
Bagan alir pelingkupan, menjadi DPH. Sementara didalam
Diskripsi Rencana Kegiatan, Transportasi Darat sama sekali
tidak disinggung. Agar diklarifikasi dan ditambahkan.
19. I-41 Didalam Evaluasi Dampak Potensial (Tabel 1.14), mengapa Biota laut tidak termasuk dampak ANDAL, I 47
Gangguan Biota Laut tidak menjadi DPH. Pengurugan laut penting karena lokasi sekitar Pulau H dan II 32.
seluas 62 Ha, jelas akan mengganggu bioat laut, bahkan adalah PLTGU dan Pelabuhan, bukan
memusnahkan biota laut yang tertimbun material reklamasi. daerah tangkapan ikan, plankton dan
Agar diklarifikasi. benthos yang potensial .
RKL-RPL
20 - Pada Tahap Konstruksi Tidak ada pengerukan dasar laut. ANDAL, I 21
Sekiranya ada Kegiatan Pengerukan Lumpur dalam area Metode reklamasi telah diuraikan di s/d. I 32.
reklamasi, agar ditambahkan dalam Sumber Dampak. dokumen.
21 - Lokasi Pengelolaan, Kata-kata sekitarnya sebaiknya Telah diperbaiki RKL dan RPL.
dihilangkan, karena membingungkan. Agar diganti dengan
tempat atau lokasi yang lebih jelas.
22 II-10 Agar ditambahkan: Biota laut tidak termasuk dampak ANDAL, I 47
Penimbunan lahan (laut) seluas lebih dari 63 Ha, akan penting karena lokasi sekitar Pulau H dan II 32.
menimbulkan dampak terhadap Biota Laut. adalah PLTGU dan Pelabuhan, bukan
daerah tangkapan ikan, plankton dan
benthos yang potensial .
Dinas Penataan Kota (Bp. Joni)
Kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam SIPPT agar dapat Akan diperhatikan nantinya. Andal ini
direalisasikan hanya membahas kegiatan
pengurugan/reklamasi Pulau H

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 31


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
Biro Penaataan Kota dan LH (Ibu Frida)
1 - Kegiatan ini sudah dikeluarkan Persetujuan Prinsip Reklamasi
Pulau H Nomor 1277/-1.794.2 tanggal 21 September 2012 dan
Perpanjangan Persetujuan Prinsip Nomor 543/-1.794.2 tanggal 10
Juni 2014).
- Terkait kedua surat tersebut, di dalam Surat Perpajangan
Persetujuan Prinsip-nya dinyatakan bahwa Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau H Nomor 1277/-1.794.2 tanggal 21 September
2012 masih berlaku.
- Hal I-3, agar kalimat namun Persetujuan Prinsip tersebut telah Telah diperbaiki di dokumen ANDAL, I 3.
mendapat perpanjangan dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dapat
diganti karena kedua surat tersebut masih berlaku.
- Hal I-16 hanya disebutkan Surat Perpanjangan Persetujuan Prinsip, Telah diperbaiki di dokumen ANDAL, I 16.
sebaiknya dicantumkan kedua surat tersebut Surat Persetujuan
Prinsip dan Surat Perpanjangan Persetujuan Prinsip
2 Kajian yang ditetapkan dalam Izin Persetujuan Prinsip, pada halaman Akan diperhatikan dan diproses sesuai ANDAL, I 16.
I-16 diinformasikan bahwa telah dilaksanakan kajian tersebut. Tetapi ketentuan
secara administrasi akan diterima oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta setalah mendapat pengesahan dari masing-masing SKPD
yang ditetapkan dalam Persetujuan Prinsip tersebut, yaitu:
- Kajian Hidrodinamika harus disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi DKI Jakarta
- Kajian Penanggulangan Bajir disahkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi DKI Jakarta
- Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 32


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
direkomendasikan oleh BPLHD Provinsi DKI Jakarta
- Masterplan dan Panduan Rancangan Kota (Urban Design
Guideline/UDGL) dikoordinasikan oleh Dinas Penataan Kota
- Kajian Dampak Pemanasan Global (Global Warming) disahkan
oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta
- Perencanaan Pengambilan Material Reklamasi yang
direkomendasikan oleh Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi
DKI Jakarta
- Perencanaan infrastruktur/prasarana dasar yang direkomendasikan
oleh SKPD terkait di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Ketika semua kajian telah disahkan oleh SKPD terkait, pemrakarsa
dapat melaporkan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta untuk dapat
diterbitkan Izin Pelaksanaannya
3 Terkait kontribusi PT. Taman Harapan Indah harus tertuang dalam Akan diperhatikan dan dilaksanakan
Surat Perjanjian Pemenuhan Kewajiban. Surat Perjanjian ini dibuat
setelah pemrakarsa mendapatkan Izin Pelaksanaan.
4 Dalam Surat Perpanjangan Persetujuan Prinsip Rekalamasi Pulau H
Nomor 543/-1.794.2 tanggal 10 Juni 2014:
- PT. Taman Harapan Indah dalam pelaksanaan reklamasi Hal yang terkait dengan kewajiban dan
dikenakan kewajiban, kontribusi dan kontribusi tambahan. Hal ini keharusan yang ditetapkan oleh
akan ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemenuhan Kewajiban Pemda/Gubernur Provinsi DKI Jakarta
- PT. Taman Harapan Indah juga diharuskan untuk menyusun akan diperhatikan dan dilaksanakan.
rencana bisnis dalam pemanfaatan kawasan reklamasi dan
disampaikan kepada Gubernur
- Mengingat persetujuan prinsip ini akan habis masa berlakunya

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 33


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
pada bulan Juni 2015, agar semua kajian yang sudah dilaksanakan
agar segera disahkan oleh SKPD sehingga pemrakarsa tidak harus
memperpanjang persetujuan prinsip kembali tetapi bisa mengurus
Izin Pelaksanaan
Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan (Bp. Herman)
1 Agar ada sinergi antara pemrakarsa dan konsultan AMDAL dan Akan diperhatikan dan telah dilakukan
konsultan perencana dalam membuat perencanaan pelaksanaan koordinasi antara pemrakarsa dan
reklamasi konsultan penyusun Andal.
2 Bagaimana cara mengatasi degradasi lingkungan dan meningkatkan Pengelolaan semua dampak penting RKL, Bab III.
pelestarian lingkungan di Zona Teluk Jakarta yang diperkirakan muncul akibat
reklamsi Pulau H telah dicantumkan di
RKL
3 Harus memperhatikan utilitas dibawah laut-nya - Dampak terhadap utilitas bawah laut - ANDAL, III 35.
telah dicantumkan di dokumen
- Pengelolaan dampak gangguan - RKL, II 5.
utilitas telah dicantumkan di RKL
Ka. Sub Bid AMDAL (Ir. Rina Suryani, MT)
1 Terkait dengan lokasi pengambilan material untuk urugan. Lokasi Saat ini belum ditetapkan MoU dengan RKL, II 10.
tempat sumber material harus sudah memiliki Izin Lingkungan. Izin Perusahaan Suplier Material Urug,
Lingkungan tersebut agar dapat dilampirkan namun persyaratan tersebut telah
dicantumkan di RKL.
2 - Dokumen Andal harus menjelaskan terkait dengan volume Tidak ada pengerukan dasar laut. ANDAL, I 21
pengerukan, lokasi pengerukan yang berizin, waktu pengerukan, Metode reklamasi telah diuraikan di s/d. I 32.
ritasi dan bagaimana pengangkutannya, karena ini akan diperlukan dokumen.
dalam pengurusan izin di Kementerian Perhubungan.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 34


PT. Taman Harapan Indah
No MASUKAN, SARAN, TANGGAPAN KETERANGAN HALAMAN PARAF
- Volume pengerukan dan lokasi dumping akan dimasukkan ke
dalam diktum tersendiri pada Izin Lingkungan
3 Lokasi dumping harus sesuai dengan rekomendasi dari KSOP Tidak ada pengerukan dasar laut. ANDAL, I 21
Metode reklamasi telah diuraikan di s/d. I 32.
dokumen.

Andal RKL-RPL Reklamasi Pulau H 35


PT. Taman Harapan Indah
TANGGAPAN
PERBAIKAN KEDUA ANDAL, RKL dan RPL RENCANA REKLAMASI PULAU H

Hesti D. Nawangsidi

ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF


Hal I-21 Dalam uraian Sub-bab 3) Reklamasi: diawali dengan penjelasan tentang sistem Penanggulan akan dilakukan simultan
reklamasi, yang menjelaskan tentang hubungan antara metode pengurugan dengan pengurugan. Telah dicantumkan di
dengan pembangunan tanggul, apakah pengurugan hingga selesai baru ditanggul; Andal. Hal I-21
atau simultan antara pengurugan dengan penanggulan; atau cara lainnya.
Penjelasan dapat dikembangkan dari uraian Hal I-28 alinea terakhir dan Hal I-29
dengan uraian yang lebih rinci. Hal ini penting dijelaskan untuk memprakirakan
potensi disperse bahan urugan keperairan sekitar. Catatan: penanggulan sesudah
seluruh penggelaran material urug selesai dilakukan akan memberikan dampak
yang berbeda dengan penggelaran material urug dilakukan secara simultan dengan
penanggulan.
Hal II-11 - Uraian tentang land subsidence: apakah bagian dari Hidrooseanografi? - Land subsidence telah dikeluarkan dari
s/d II-18 - Bagaimana menyimpulkan potensi land subsidence dari sumber Abidin, et al sub bab Hidrooseanografi. Andal Hal II-11
dengan sumber Lee, et al? s/d II-18.
- Informasi land subsidence dari sumber
referensi Abidin et al penurunan muka
tanah di Jakarta antara 6-15 cm per tahun
dan berdasarkan Lee et al laju penurunan
muka tanah di Pantai Mutiara rata-rata
sekitar 2, 5 cm per tahun digunakan
sebagai informasi. Dalam PerGub No. 146
tahun 2014 sebagai acuan referensi

-1-
ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
penurunan muka tanah antara 7-14
cm/tahun. Sedangkan desain teknis
reklamasi yang digunakan di Pulau H
asumsi penurunan muka tanah sebesar
7,5 cm. Telah dicantumkan di Andal Hal
II-13.
Hal II-27 Gambar II.28 Sedimen tersuspensi: satuan adalah g/m3. Bagaimana validasinya Satuan beban sedimen g/m3 mempunyai
dibandingkan dengan data TSS pada Tabel 2.5 Hal II-6? dimensi yang sama dengan rona TSS (mg/L
atau g/m3). Beban sedimen ini (0,14-0,28
g/m3) adalah peningkatan yang berasal dari
limpasan air Kali Karang dan kali
Cengkareng serta limpasan pompa Pluit.
Hal II-28 - Gambar II.29 dan II.30 Endapan sedimen (bed level change): satuan waktu? Satuan waktu endapan sedimen adalah per
dan II-29 - Apakah dengan dan tanpa pompa Pluit mempengaruhi bed change di intake tahun telah dicantumkan di Andal Hal II-23.
saluran air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang? Hasil simulasi harus sangat
hati-hati, karena saluran air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang sangat
sensitive terhadap endapan sedimen, karena mempengaruhi debit dan suhu air
laut. Simulasi ini harus diverifikasi kembali.
- Gambar II.30 hasil simulasi menunjukkan endapan hingga 0,9 m di dalam saluran
air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang, apakah mungkin? Sedang kedalaman
saluran hanya sekitar 2 2,5 m. Harus diverifikasi kembali.
- Apalagi jika dikaitkan dengan Gambar II.31 dan II.32 pada Hal II-30: bed level
change tertinggi pada lokasi 12 yang terletak di Utara pantai Mutiara, bukan
kearah Barat. Bagaimana menghubungkan hasil simulasi satu dengan lainnya?
Hal III-22 - Sub-Bab 3.3.5 Abrasi dan Sedimentasi: bagian ini adalah prakiraan pada Tahap Telah diperbaiki.Sub bab 3.3.4. Andal Hal
s/d III-30 Pasca Konstruksi, yakni sesudah Pulau H terbangun secara keseluruhan, jadi III-38
dipindahkan menggantikan Sub-Bab 3.4.4.
- Karena tidak ada prakiraan tentang abrasi (penggerusan/erosi), nomenklatur

-2-
ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
abrasi dihapus saja.
Hal III-30 Sub-Bab 3.3.6 Penurunan Kualitas Air Akibat Aktivitas Tenaga Kerja: dihitung Limbah cair domestik pekerja/buruh
beban limbah 300 pekerja dan diuraikan bahwa limbah cair domestik diolah konstruksi ditampung di MCK Portable dan
sebelum dibuang. Dalam hal ini pada Hal I-17 butir 1) harus diuraikan cara secara rutin diangkut oleh mobil air kotor
pengolahan limbah cair domestik pekerja. Sudin Kebersihan Kota Administrasi Jakarta
Utara atau swasta yang mempunyai izin
BPTSP. Telah dicantumkan di Andal I-17.
Hal III-31 Sub-bab 3.3.7 Harus disebutkan metode yang digunakan dalam prakiraan sebaran Telah diperbaiki Andal Hal III-7
TSS. Jika diasumsikan beban material reklamasi pada tahap konstruksi yang
potensial tersebar keperairan laut di sekitarnya adalah 10 kg, maka prakiraan
konsentrasi sedimen tersuspensi yang terdispersi ke perairan laut di sekitar
kegiatan reklamasi Pulau H maksimum adalah 500 mg/l baik pada saat pasang
maupun surut (perhatikan konsentrasi dengan warna hijau muda). Pada saat
pasang konsentrasi tertinggi berada di sekitar bagian Selatan rencana Pulau H dan
pada saat surut berada di sekitar Baratdaya rencana Pulau H di sekitar lokasi
intake saluran air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang.
Legenda Gambar III.36 dan III.37 diperjelas supaya terlihat satuannya.
Hal III-33 - Sub-bab 3.3.8 Dipindahkan ke Tahap Paska Konstruksi Sub-bab 3.4.1. Telah diperbaiki Andal Hal III-21.
Perubahan suhu air laut terjadi sesudah causeway terbangun.
- Harus disebutkan metode prakiraan perubahan suhu yang digunakan.
- Disebutkan suhu air laut 28,8oC, dimana? Suhu pada intake saluran air pendingin
PLTU/PLTGU Muara Karang adalah 30,2oC.
Hal III-34 Sub-bab 3.3.9: Bagaimana mungkin 0,9 m3/hari sampah menjadi dampak penting? Sampah padat menjadi dampak penting
Pertimbangannya tidak relevan. untuk mengantisipasi pengotoran
lingkungan baik di darat (dekat perumahan

-3-
ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
pantai mutiara) maupun di perairan laut
sekitar lokasi Pulau H, Meskipun besaran
dampaknya kecil (0,9 ,m3/hari).
Pertimbangan sifat penting dampak
Peningkatan Volume Sampah Padat akibat
mobilisasi tenaga kerja telah dicantumkan di
Andal Hal III-9.
Hal III-36 Sub-bab 3.3.12: Sumber yang mengganggu aktifitas nelayan dan perikanan Telah dicantumkan di Andal Hal III-11.
samudra kegiatan apa? Kaitkan dengan uraian pada bagian b) Hal I-21 s/d I-29.
Apakah maneuver ponton, barge, alat pemasang batu untuk tanggul, atau yang
lain? Harus ada penjelasan sehingga dikategorikan sebagai dampak penting.
Hal III-37 Sub-bab 3.3.13: Sumber apa yang mengganggu aktifitas nelayan dan perikanan Telah dicantumkan di Andal Hal III-12.
samudra dalam pekerjaan causeway? Kaitkan dengan uraian pada bagian e) Hal I-
29. Harus ada penjelasan sehingga dikategorikan sebagai dampak penting.
Hal III-38 Sub-bab 3.3.14: Jika gangguan kamtibmas disebabkan mobilisasi alat dan bahan Telah dicantumkan di Andal Hal III-13.
material, harus dinyatakan persepsi masyarakat terhadap lalu-lintas mobilisasi alat
dan bahan material, sehingga dapat dianggap sebagai dampak besar dan penting.
Hal III-39 Sub-bab 3.3.15: Jika gangguan kamtibmas disebabkan kegiatan reklamasi, harus Telah dicantumkan di Andal Hal III-14.
dinyatakan persepsi masyarakat terhadap aktifitas reklamasi, sehingga potensial
membentuk sikap negatif masyarakat dan selanjutnya potensial mempengaruhi
gangguan kamtibmas.
Hal III-40 Sub-bab 3.3.17: Bagaimana menyimpulkan sebagai dampak besar dan penting? Telah dicantumkan di Andal Hal III-15, pada
Tidak ada informasi tentang proporsi masyarakat yang berpersepsi positif atau saat konsultasi publik terungkat tingkat
negatif terhadap rekrutmen dan aktifitas tenaga kerja. pengangguran di Kelurahan Pluit,
Kecamatan Penjaringan cukup tinggi dan

-4-
ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
warga mengharapkan bekerja selama
kegiatan Reklamasi Pulau H berlangsung.
Selain itu, jumlah buruh konstruksi tergolong
banyak 300 orang, yang berpotensi
menimbulkan gangguan kamtibmas di
tempat penampungan sementara di dekat
perumahan Pantai Mutiara sehingga
dampaknya tergolong besar. Penentuan
sifat penting dampak menggunakan 6
kriteria dampak penting sesuai Permen LH
No. 16 Tahun 2012.
Hal III-41 Sub-bab 3.3.18: Bagaimana menyimpulkan sebagai dampak besar dan penting? Telah dicantumkan di Andal Hal III-16.
Tidak ada informasi tentang proporsi masyarakat yang berpersepsi positif atau
negatif terhadap mobilisasi alat dan bahan material.
Hal III-42 Sub-bab 3.3.19: Bagaimana menyimpulkan sebagai dampak besar dan penting? Telah dicantumkan di Andal Hal III-17.
Tidak ada informasi tentang proporsi masyarakat yang berpersepsi positif atau
negatif terhadap reklamasi.
Hal III-43 Sub-bab 3.3.20: Bagaimana menyimpulkan sebagai dampak besar dan penting? Telah dicantumkan di Andal Hal III-18.
Tidak ada informasi tentang proporsi masyarakat yang berpersepsi positif atau
negatif terhadap pekerjaan causeway.
Hal III-45 Sub-bab 3.3.23: Apa dasar menyimpulkan bahwa dampak reklamasi terhadap Dampak reklamasi terhadap transportasi
transportasi laut adalah negatif kecil? laut merupakan dampak negatif besar.
Telah diperbaiki di Andal Hal III-20.
Hal III-46 Sub-bab 3.3.24: Apa dasar menyimpulkan bahwa dampak pekerjaan causeway Karena lokasi Causeway bukan wilayah alur
terhadap transportasi laut adalah negatif kecil? pelayaran. Andal Hal III-21.

-5-
ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
Hal III-46 Sub-bab 3.4.1: dipindahkan dari Sub-bab 3.3.8. Telah diperbaki. Andal Hal. III-22.
Hal III-50 Sub-bab 3.4.5: Bagaimana relasi reklamasi Pulau H dengan land subsidence dan Karena dari pengalaman lahan reklamasi
apa dasar menyimpulkan merupakan dampak negatif besar? yang telah diurug di Pantura Jakarta terjadi
land subsidence setiap tahunnya. Andal Hal
III-39.
Hal III-51 Sub-bab 3.4.6: Bagaimana menyimpulkan sebagai dampak besar dan penting? Dampak perubahan persepsi masyarakat
Tidak ada informasi tentang proporsi masyarakat yang berpersepsi positif atau terhadap keberadaan lahan reklamasi
negatif terhadap keberadaan lahan reklamasi. merupakan dampak lanjutan, karena sejak
awal (prakonstruksi) terdapat persepsi
negatif masyarakat, dan terdapat kekuatiran
masyarakat akan terkena dampak negatif
selama tahap konstruksi Reklamasi Pulau H
(Hasil Konsultasi Publik Lampiran 6 ANDAL)
dan pengalaman konstruksi reklamasi di
Pantura Jakarta terjadi persepsi negatif
masyarakat, maka diprakirakan setelah
lahan reklamasi Pulau H terbentuk akan
terjadi perubahan persepsi masyarakat (Hal
III-39).
Hal III-52 Sub-bab 3.4.7: Bagaimana menyimpulkan sebagai dampak besar dan penting? Dampak demobilisasi peralatan terhadap
Tidak ada informasi tentang proporsi masyarakat yang berpersepsi positif atau perubahan sikap dan persepsi masyarakat
negatif terhadap demobilisasi peralatan. bukan dampak penting. Telah dihilangkan.
Andal Hal III-40.

-6-
ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
RKL
II-3 Perubahan pola arus : Telah diperbaiki RKL Hal II-9.
Bagaimana cara mengelola melalui pengerukan pada lokasi sedimentasi dan
pemasangan breakwater pada lokasi abrasi? Pada tahap konstruksi, pemantauan
pola arus (arah dan kecepatan) tidak dapat langsung diikuti oleh pengerukan dan
pembuatan breakwater. Cara pengelolaan harus logis.
II-4 Perubahan pola gelombang: Telah diperbaiki RKL Hal II-9.
Bagaimana cara mengelola melalui pengerukan pada lokasi sedimentasi dan
pemasangan breakwater pada lokasi abrasi? Pada tahap konstruksi, pemantauan
gelombang tidak dapat langsung diikuti oleh pengerukan dan pembuatan
breakwater. Cara pengelolaan harus logis.
II-7 Gangguan kamtibmas : Telah diperbaiki RKL Hal II-5.
Pengelolaan berbagai dampak negatif oleh mobilisasi peralatan, reklamasi, aktifitas
buruh dan lain-lain harus dijelaskan secara rinci. RKL adalah pedoman pemrakarsa
melakukan tindakan operasional, jadi harus rincidan jelas apa yang dikelola.
II-7 Perubahan persepsi masyarakat: Telah diperbaiki RKL Hal II-6.
Pengelolaan berbagai dampak negatif oleh mobilisasi peralatan, reklamasi,
pembuatan causeway, dan aktifitas buruh harus dijelaskan secara rinci. RKL
adalah pedoman pemrakarsa melakukan tindakan operasional, jadi harus rinci dan
jelas apa yang dikelola.
II-9 Gangguan transportasi laut: Telah diperbaiki RKL Hal II-8.
Sehingga pengangkutan material reklamasi melalui laut harus berkoordinasi
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Terlebih di Selatan Pulau H
terdapat pelabuhan perikanan samudra Nizam Zachman dan pelabuhan perikanan
Sunda Kelapa.

-7-
ANDAL TANGGAPAN KETERANGAN PARAF
II-10 Penurunan kualitas air laut: Telah dicantumkan di RKL Hal II-9.
Bagaimana cara menjaga kanal di Selatan Pulau H dari sedimentasi?
II-10 Perubahan pola arus: Telah diperbaiki RKL Hal II-9.
Apakah maintenance dredging pada lateral kanal akan mengatasi perubahan pola
arus oleh keberadaan lahan reklamasi dan causeway?
II-11 Perubahan pola gelombang: Telah diperbaiki RKL Hal II-9.
Apakah maintenance dredging pada lateral kanal akan mengatasi perubahan pola
arus oleh keberadaan lahan reklamasi dan causeway?
II-12 Penurunan muka tanah (Land Subsidence): Land subsidence di Pulau H merupakan
Penurunan muka tanah terjadi dimana? Jika terjadi di Pulau H, tidak termasuk Dampak Lingkungan yang terjadi di lokasi
lingkup dampak lingkungan. proyek, sehingga tetap diperlukan
pengelolaan lingkungan (RKL) dan
pemantauan lingkungan (RPL). RKL Hal
II-10. dan RPL Hal III-6.
II-12 Perubahan persepsi masyarakat: Telah diperbaiki di RKL Hal II-11.
Pengelolaan berbagai dampak negatif selama tahap pasca konstruksi Pulau H
harus dijelaskan secararinci. RKL adalah pedoman pemrakarsa melakukan
tindakan operasional, jadi harus rinci dan jelas apa yang dikelola.
RKL Disesuaikan dengan RPL. Telah disesuaikan RKL Bab II dan RPL Bab
III.

-8-

You might also like