You are on page 1of 5

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL 6

LEACHING
(EKSTRAKSI PADAT CAIR )

LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPNVETERAN JAWA TIMUR
SURABAYA
LEACHING
(EKSTRAKSI PADAT CAIR )

TUJUAN
1. Pengambilan suatu konstituen dalam suatu padatan dengan menggunakan
pelarut.
2. Untuk mengetahui berat dari masing masing komponen di dalam padatan

TEORI
Ekstraksi padat cair adalah proses ekstraksi suatu konstituen yang dapat larut
(solute) pada suatu campuran solid dengan menggunakan pelarut. Proses ini sering
disebut Leaching.Proses ini biasanya digunakan untuk mengolah suatu larutan pekat dari
suatu solute (konstituen) dalam solid (leaching) atau untuk membersihkan suatu solute
inert dari kontaminannya dengan bahan (konstituen) yang dapat larut (washing).
Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah konstituen
yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solid, sifat solid, dan ukuran
partikelnya. Bila konstituen yang akan larut ke dalam solvent lebih dahulu, akibatnya sisa
solid akan berpori-pori. Selanjutnya pelarut harus menembus lapisan larutan dipermukaan
solid untuk mencapai konstituen yang ada dibawahnya, akibatnya kecepatan eekstraksi
akan menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan tersebut ditembus. Tetapi bila
konstituen yang akan dilarutkan merupakan sebagian besar dari solid, maka sisa solid
yang berpori-pori akan segera pecah menjadi solid halus dan tidak akan menghalangi
perembesan pelarut ke lapisan yang lebih dalam.
Umumnya mekanisme proses ekstraksi dibagi menjadi 3 bagian :
Perubahan fase konstituen (solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari bentuk
padat menjadi liquid.
Diffusi melalui pelarut di dalam pori-pori untuk selanjutnya dikeluarkan dari partikel.
Akhirnya perpindahan solute (konstituen) ini dari sekitar partikel ke dalam lapisan
keseluruhannya (bulk).
Setiap bagian dari mekanisme ini akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi, namun
karena bagian pertama berlangsung dengan cepat, maka terdapat kecepatan ekstraksi
secara overall dapat diabaikan.
Pada beberapa solid atau sistem yang akan di ekstraksi, konstituen yang akan
dilarutkan terisolasi oleh suatu lapisan yang sangat sulit ditembus oleh pelarut, misalnya
biji emas didalam rock (batu karang) maka solid ini harus dipecah terlebih dahulu.
Demikian pula bila solute berada dalam solid yang berstruktur selluler akan sulit di
ekstraksi karena struktur yang demikian merupakan tahanan tambahan terhadap rembesan
liquid, misalnya pada ekstraksi gula beet. Untuk mengatasi solid semacam ini terlebih
dahulu dipotong tipis memanjang hingga sebagian dari sel sel solid pecah. Pada ekstraksi
minyak dari biji bijian, walaupun bentuk selnya celluler, ekstraksi tidak terlalu solid karena
solute (konstituen) sudah berbentuk liquid (minyak).
Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor- faktor yang membatasi
kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui pori-pori solid yang
diolah harus kecil, agar jarak perembesan tidak terlalu jauh. Sebaliknya bila mekanisme
solute dari permukaan partikel kedalam larutan keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang
mengontrol, maka harus dilakukan pengadukan dalam proses.
Ada 4 faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi padat cair:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara
partikel dengan liquid,akibatnya akan memperbesar heat transfer material,disamping itu
juga akan memperkecil jarak diffusi. Tetapi partikel yang sangat halus akan membuat tidak
efektif bila sirkulasi proses tidak dijalankan,disamping itu juga akan mempersulit drainage
solid residu. Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran-ukuran partikel dimana suatu
partikel harus cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama,tetapi
juga tidak terlalu kecil hingga tidak menggumpal dan menyulitkan aliran.

2. Pelarut
Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan merusak kontituen atau solute
yang diharapkan(residu).
Disamping itu juga tidak boleh pelarut dengan viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi bebas
dapat terjadi.
Umumnya pada awal ekstraksi pelarut dalam keadaan murni,tetapi setelah beberapa lama
konsentrasi solute didalamnya akan bertambah besar akibatnya rate ekstraksi akan
menurun,pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan
bertambah pekat.

3. Suhu operasi
Umumnya kelarutan suatu solute yang di ekstraksi akan bertambah dengan bertambah
tingginya suhu, demikian juga akan menambah besar difusi,jadi secara keseluruhan akan
menambah kecepatan ekstraksi. Namun demikian dipihak lain harus diperhatikan apakah
dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses.
4. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, maka diffusi eddy akan bertambah,dan perpindahan
material dari permukaan pertikel ke dalam larutan (bulk) bertambah cepat,disamping
itu dengan pengadukan akan mencegah terjadinya pengendapan.

PROSEDUR
Contoh bahan yang digunakan : jenis umbi-umbian( kunyit, laos, jahe, kencur dsb ) / kulit
manggis , pelarut : air/ etanol dsb

Cara Melakukan percobaan:


1. Bahan dikeringkan dalam oven.
2. Tumbuk bahan sampai halus.
3. Kemudian saring ( ayak ) dengan ayakan ukuran beberapa mesh ( bisa divariasi )
4. Setelah di ayak, masukkan ke dalam beaker glass (1000 ml) dan tambahkan
pelarut ( etanol 96% / air) sampai volume tertentu
5. Kemudian diaduk , atur kecepatan pengadukan dalam berbagai waktu pengadukan
6. Setelah itu,pisahkan filtrat dan ampas dengan kertas saring. Filtrat di buang dan
ampas keringkan kemudian timbang berat ampas tersebut.
7. Lakukan percobaan seperti di atas dengan kecepatan pengadukan berbeda
Setelah itu,pisahkan filtrat dan ampas dengan kertas saring. Filtrat di buang dan
ampas keringkan kemudian timbang berat ampas tersebut.
8. Kemudian hitung nilai berat dari masing- masing komponen yang terdapat di dalam
padatan dengan cara menghitung dengan neraca massa.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. Jr. & Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif: Alih Bahasa Hadyana P.
Jakarta:Erlangga.

Jumaeri, dkk, 2003, Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap Kemurnian
Natrium Klorida Pada Proses Pemurnian Garam Dapur Melalui Proses Kristalisasi, Laporan
Penelitian,Lembaga Penelitian UNNES, Semarang.

Nitimihardja, Agung A. 2005. Regulation of The Minister of Industry of The Republic of Indonesia
Number 42/M-IND/PER/11/2005 Regarding Preparation, Packaging and Labeling Of Iodized
Salt,Minister Of Industry Of The Republic Of Indonesia. Tersedia di
www.depperin.go.id/IND/Teknologi/standar/3.pdf [diakses 15/02/10].

Austin, G.T. 1987. Shreves Chemical Process Industries.Kogakusha: McGrawHill.

Elliot, D. 1999. Primary Brine Treatment, 1999 Eltech Chlorine/Chlorate Seminar Technology Bridge
To The Millenium.Ohio: Cleveland.

Vogel. 1979. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. London: Longman

You might also like