You are on page 1of 6

Seperti halnya bahasa, maka wacana pun mempunyai bentuk dan makna.

Kepaduan
makna dan kerapian bentuk merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat keterbacaan
dan keterpahaman wacana. Kepaduan dan kerapian merupakan unsur hakikat wacana atau unsur
yang turut menentukan keutuhan wacana. Pada umumnya wacana yang baik akan memiliki
kohesi dan koherensi. Kohesi diartikan sebagai kepaduan dan keutuhan, sedangkan koherensi
memiliki arti pertalian dan hubungan.Hubungan kohesif ditandai dengan penggunaan piranti
formal yang berupa bentuk linguistik. Piranti yang digunakan sebagai sarana penghubung itu
sering disebut piranti kohesi.

Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak pada bentuk).
Kohesi merupakan organisasi sintaksis dan merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun
secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan Tarigan (dalam jurnal Kohesi dan Koherensi
Antarkalimat dalam Wacana Berita Di Majalah Panjebar Semangat, Hany Uswatun Nisa.
2011.15). Kohesi adalah hubungan antar kalimat di dalam sebuah wacana baik dalam skala
gramatikal maupun dalam skala leksikal tertentu. Menurut Halliday dan Hassan (dalam buku
Analisis Wacana Abdul Rani, dkk 2006: 94), unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur
gramatikal dan leksikal. Hubungan gramatikal itu dibedakan menjadi referensi, substitusi, dan
elips. Selanjutnya, hubungan leksikal diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk leksikal
seperti reiterasi dan kolokasi.
Piranti Kohesi Gramatikal merupakan penanda kohesi yang melibatkan penggunaan
unsur-unsur kaidah bahasa. Seperti yang telah dibahas tadi, unsur gramatikal pada kohesi
dibedakan menjadi beberapa macam.

Yang pertama referensi, berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata buku misalnya
mempunyai referensi kepada sekumpulan kertas yang dijilid untuk menulis dan dibaca. Referensi
eksofor adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa, yaitu pada konteks situasi. Sebagai
contoh: Itu matahari . Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu
benda yang berpijar yang menerang alam ini. Sedangkan referensi endofora adalah pengacuan
terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks. Apabila yang ditunjuk itu sudah lebih dahulu
diucapkan atau ada pada kalimat yang lebih dahulu maka disebut anafora ( referensi mundur ke
belakang), dan jika yang ditunjuk berada di depan atau pada kalimat sesudahnya maka disebut
katafora ( referensi kedepan). Referensi endofora yaitu referensi kepada sesuatu (anteseden) yang

1
berada di dalam teks. Dengan kata lain, hal atau sesuatu yang diacu dapat ditemukan di dalam
teks. Jika yang diacu (anteseden) lebih dahulu dituturkan atau ada pada kalimat yang lebih
dahulu sebelum pronomina dinamakan anafora, sedangkan anteseden yang ditemukan sesudah
pronomina dinamakan katafora. Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora
menggunakan pronomina persona, pronomina petunjuk, dan pronomina komparatif.

Yang kedua Penggantian (Substitusi), yaitu penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur
lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih
besar daripada kata, seperti frasa atau klausa Halliday dan Hassan (dalam buku Analisis Wacana
Abdul Rani, dkk 2006:105). Substitusi merupakan hubungan leksikogramatikal, yakni hubungan
yang ada pada level tata bahasa dan kosa kata; dengan alat penyulihnya berupa kata, frasa, atau
klausa yang maknanya berbeda dari unsur substitusinya. Substitusi mempunyai referen setelah
ditautkan dengan unsur yang diacunya. Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti
orang yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang, kata ganti tempat yaitu kata
yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu, dan sesuatu hal.

Yang ketiga konjungsi, yang berfungsi untuk merangkaikan atau mengikat beberapa
proposisi dalam wacana agar perpindahan ide dalam wacana itu terasa lembut. Sesuai dengan
fungsinya. Konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat digunakan untuk merangkaikan ide, baik
dalam satu kalimat (intrakalimat) maupun antar kalimat. Konjungsi dalam tata bahasa tradisional
termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat Keraf (dalam buku
Analisis Wacana Abdul Rani, dkk 2006:107). Namun, dalam kenyataan pemakaian sehari-hari,
konjungsi juga digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan dua atau lebih proposisi atau ide
yang tertuang dalam beberapa kalimat. Konjungsi digunakan dengan mempertimbangkan pola
berfikir. Penggunaan konjungsi yang tidak mempertimbangkan logika akan membuat wacana
menjadi tidak apik (wellform), terutama dilihat dari kepaduannya. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan keapikan itu adalah (1) ketepatan logika pemakaian (sesuai dengan makna
gramatikal), (2) membentuk suatu kepaduan dan keutuhan, dan (3) derajat kebebasan proposisi.
Proposisi kalimat dianggap memiliki derajat kebebasan jika (a) kalimat memiliki struktur
lengkap (setidaknya mengandung subjek, predikat, dan unsur objek (untuk predikat transitif)),
(b) tidak bergantung pada proposisi dalam kalimat lain, (c) bukan sebagai klausa terikat, dan (d)
bukan potongan kalimat lain (bukan kalimat fragmantaris). Piranti kohesi konjungsi dalam

2
bahasa Indonesia dibagi menjadi beberapa macam, yaitu piranti urutan waktu yang menunjukkan
tahapan-tahapan seperti awal, pelaksana, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan
urutan waktu. Piranti pilihan, dalam pemakaian bahasa di masyarakat pun kesempatan memilih
juga dapat ditemukan. Dalam penggunaan bahasa indonesia kemungkinan untuk memilih sesuatu
seperti peristiwa, barang-barang, keadaan atau hal-hal dapat dijumpai dalam pemakaian secara
tertulis. Piranti alahan, seperti dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan suatu peristiwa
yang secara alami menunjuk sebab-akibat. Mendung hitam, misalnya, berhubungan dengan
hujan. Sebuah peristiwa atau hal yang bisa menyebabkan peristiwa lain itu ternyata tidak berlaku
seperti biasanya. Piranti paraphrase, dalam proses komunikasi, adakalanya pengirm pesan dalam
mengungkapkan sesuatu merasa masih ada sesuatu pesan yang tersirat (termasuk implikatur)
dalam ujarannya. Parafrase merupakan ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Piranti
ketidakserasian, dalam pemakaian bahasa sehari-hari , proposisi yang diurutkan tidak selalu
menunjukkan keserasian. Proposisi yang ditunjukkan itu kadang-kadang menunjukkan
ketidakerassian. Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang
terkadang di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan. Piranti serasian, digunakan apabila
dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama. Hubunagan
kesamaan pada dasarnya berbeda dengan hubungan penambahan. Hubungan kesamaan tidak
menunjukkan adanya penambahan informasi sebelumnya, melainkan menunjukkan adanya
perlakuan sama antara proposisi sebelumnya dan proposisi yang mengikuti. Piranti tambahan,
pada awal memberikan informasi, penutur kadang-kadang tidak menyampaikan seluruh
informasi dengan menggunakan satu kalimat. Informasi tambahan itu kadang-kadang tampak
lepas dari isi informasi seblumnya. Piranti berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat
menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkai dua proposisi atau
lebih. Proposisi yang dirangkai pada umumnya bersifat setara dan memberikan tambahan
keterangan proposisi sebelumnya. Piranti tambahan, dalam masyarakat sering ditemukan
pertentangan. Dalam pemakaian bahasa pun dapat ditemukan hubungan pertentangan. Hubungan
pertentangan terjadi apabila ada dua ide/proposisi yang menunjukkan kebalikan atau
kekontrasan. Piranti pertentangan, dalam masyarakat sering ditemukan pertentangan. Dalam
pemakaian bahasa pun dapat ditemukan hubungan pertentangan. Hubungan pertentangan terjadi
apabila ada dua ide/proposisi yang menunjukkan kebalikan atau kekontrasan. Piranti
perbandingan, dalam perbandingan dapat diketahui perbedaan dan persamaan. Apabila dua hal

3
diperbandingkn akan diketahui perbedaan atau persamaan dan mungkin keduanya. Piranti
teransisi perbandingan digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan persamaan atau
perbedaan antara bagian yang satu dengan yang lain. Piranti sebab-akibat, merupakan dua
kondisi yang berhubungan. Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi
menunjukkan penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Piranti harapan, hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu
harapan atau doa. Piranti ringkasan, berguna untuk menghantarkan ringkasan dan bagian yang
berisi uraian. Biasanya, ringkasan berupa simpulan yang diratik dari sejumlah data yang elah
diungkapkannya, Misalnya, singkatannya, pendekknya, pada umumnya, dan sebagainya. Piranti
misalan atau contohan, berfungsi untuk memperjelas sutu uraian, khususnya uraian yang bersifat
abstrak. Ide atau proposisi yang menunjukkan contohan atau misalan berdasarkan data yang
terkumpul didahului oleh piranti misalan atau contohan. Piranti keragu-raguan, digunakan untuk
mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-
jangan, barang kali,mungkin, dan sebagainya. Piranti konsesi: (memang, tentu saja), dalam
memberi pejelasan, adakalanya pengirim pesan mengakui suatu kelemahan atau kekurangan
yang terjadi diliar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang
atau tentu saja. Proposisi pengakuan itu didasari oleh pengirim pesan, tetapi yang bersangkutan
tidak dapat mengatasi hal yang diakui itu (meskipun pengakuan itu bersifat negatif). Piranti
tegasan, dalam usaha menyampaikan proposisi kepada penerima, pengirim pesan sering
menggunakan berbagai macam cara agar proposisi yang disampaikan itu dapat segera
dipahaminya. Salah satu cara yang dilakkan pengirim pesan adalah dengan menggunakan cara
penegasan. Piranti jelasan, dalam menyampaikan pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan
sesuatu hal (disebut proposisi) ada kalanya, seorang penyampai merasa belum puas dalam
peyampaiannya. Ia sering menggunakan penjelasan lanjutannya yang berisi semua hal, baik yang
tersurat maupun yang tersirat dari peryataan yang telah dinyatakan.

Piranti kohesi leksikal berupa kata atau frase bebas yang mampu mempertahankan hubungan
kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti. Menurut Rentel (dalam buku Analisis
Wacana, Abdul Rani, dkk. 2006:129), pirenti kohesi leksikal terdiri atas dua macam, pertama,
reiterasi (pengulangan), kedua kolokasi.

4
Pada Reiterasi (pengulangan ) terdapat repetisi yang dibagi dalam beberapa macam. Yang
pertama ulang penuh, berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa
pengurangan dan perubahan bentuk. Pengulangan tersebut dapat berfungsi untuk memberi tekana
pada bagian yang diulang. Yang kedua ulang dengan bentuk lain, terjadi apabila sebuah kata
diulang dengan kontruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.
Yang ketiga ulangan dengan hiponim, adalah kata atau frasa yang maknanya termasuk dalam
makna kata atau frasa lain. Chaer (dalam jurnal Analisis kohesi dan koherensi Pada wacana
buletin jumat, Wardah Hanifah. 2014.137). Yang keempat metonim, bagian dari pengulangan
yang bermakna sebutan bagi orang, benda, tempat atau nama tertentu yang dianggap popular dan
dekat dengan masyarakat. Chaer(dalam jurnal Analisis kohesi dan koherensi Pada wacana buletin
jumat, Wardah Hanifah. 2014.137). Yang kelima antonim, adalah nama lain untuk benda atau
hal lain yang maknanya berlawanan, beroposisi dengan kata atau frasa lain dapat digunakan
untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam suatu Chaer (dalam
jurnal Analisis kohesi dan koherensi Pada wacana buletin jumat, Wardah Hanifah. 2014.137).
Yang keenam sinonim, secara semantik mengandung makna istilah atau ungkapan (kata, frasa,
atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Chaer (dalam
jurnal Analisis kohesi dan koherensi Pada wacana buletin jumat, Wardah Hanifah. 2014.137)

Kolokasi artinya makna sama yang ada dalam lingkungan yang sama. Semua hal yang selalu
berdekatan dengan yang lain biasanya diasosiasikan membentuk suatu kesatuan. Kolokasi dirinci
menjadi. (dalam jurnal Analisis kohesi dan koherensi Pada wacana buletin jumat, Wardah
Hanifah. 2014.137-138). Yang pertama kolokasi penuh, yakni pengulangan kata atau frasa pada
kalimat sebelumnya yang ada dalam lingkungan yang sama. Yang kedua ekuivalensi, yakni
hubungan pengulangan pada kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya yang sebandig atau
sepadan.

Selain kohesi terdapat pula koherensi. Dengan menggunakan piranti kohesi seperti di atas
diharapkan sebuah wacana menjadi koherensi. Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan,
bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan
ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Widdowson (dalam buku Analisis Wacana, Abdul
Rani, dkk. 2006:134) Menurut Keraf dalam Mulyana (dalam jurnal Analisis kohesi dan koherensi
Pada wacana buletin jumat, Wardah Hanifah. 2014.138) koherensi adalah keserasian hubungan

5
timbal balik antar unsur-unsur dalam kalimat serta kekompakan hubungan kalimat-kalimat dalam
wacana. Jadi koherensi mengacu pada bagaimana komponen tekstual, seperti konfigurasi konsep
dan hubungan yang mendasari sebuah teks saling berterima dan berkaitan. Dengan kata lain
koherensi adalah pemahaman tentang makna yang dimilki oleh pendengar atau pembaca.

You might also like