You are on page 1of 9

KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

Review:
KAJIAN BIOREMEDIASI PADA TANAH TERCEMAR PESTISIDA

[Study of Bioremediation in Polluted Soil of Pesticides]

Dwi Juli Puspitasari1*, Khaeruddin1


1)
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451- 422611

Diterima 18 Oktober 2016, Disetujui 24 November 2016

ABSTRACT
The use of pesticides to eradicate pests are an integral part in farming system. Pesticides use to
increase production and protect the production of physical defects can also cause pollution on
agricultural land. The presence of pesticide residues in soil and agricultural production can cause
health problems for human and animals and even death. To overcome this problem there needs a
way to degrade hazardous waste in the environment by performing the remediation. Remediation is
carried out by microorganisms fungi, bacteria and algae known as bioremediation. Bioremediation
aims to transform compounds into harmless compounds with the end result are carbon dioxide, water
and biomass cells. The advantages of bioremediation are environmentally friendly, highly efficient,
low cost, can be implemented directly in the field, laboratory and combined with chemical and physical
methods.

Keywords: bioremediation, soil degradation, pesticides, microorganisms

ABSTRAK
Penggunaan pestisida untuk memberantas hama merupakan bagian tak terpisahkan dalam usaha
tani. Penggunaan pestisida selain dapat meningkatkan produksi dan melindungi produksi dari cacat
fisik dapat juga menimbulkan pencemaran pada lahan pertanian. Adanya residu pestisida pada tanah
dan produksi pertanian dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi makhluk lainnya bahkan pada
kematian. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada suatu cara untuk mendegradasi senya wa
berbahaya di lingkungan yaitu dengan melakukan remediasi. Remediasi yang dilakukan oleh
mikroorganisme jamur, bakteri dan alga disebut sebagai bioremediasi. Bioremediasi bertujuan untuk
mengubah senyawa berbahaya menjadi senyawa yang tidak dengan hasil akhir berupa karbon
dioksida, air dan sel biomassa. Kelebihannya adalah ramah lingkungan, sangat efisien, biaya yang
murah, dapat dilaksanakan langsung di lapangan, dilaboratorium dan digabung dengan metode
kimia dan fisika.
Kata kunci: bioremediasi, degradasi tanah, pestisida, mikroorganisme

*) Coresponding Author : lilik56@ymail.com

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 98


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

PENDAHULUAN digunakan semakin baik karena produksi


Peningkatan pertumbuhan penduduk pertanian semakin meningkat.
membutuhkan peningkatan sektor Sistem pertanian berbasis bahan high
pertanian yang cepat dan berkelanjutan. input energi seperti pestisida kimia dapat
Peningkatan sektor pertanian memerlukan menyebabkan terjadinya pencemaran
berbagai sarana yang mendukung yaitu lingkungan terutama lingkungan pertanian.
alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan Pestisida dapat merupakan agen
kimia termasuk pestisida. Pestisida pencemar yang masuk ke lingkungan baik
merupakan bahan kimia atau campuran melalui udara, air maupun tanah dapat
dari beberapa bahan kimia yang berakibat langsung terhadap makhluk
digunakan untuk mengendalikan atau hidup maupun lingkungan. Dampak
membasmi organisme pengganggu berupa ketidakstabilan ekosistem, adanya
tanaman. residu pada hasil panen dan bahan
Penggunaan pestisida dewasa ini olahannya, pencemaran lingkungan dan
sudah merupakan bagian yang tidak keracunan bahkan kematian pada
terpisahkan dari sistem pertanian. manusia (Djojosumarto, 2008). Gangguan
Pestisida digunakan sebagai upaya pestisida akibat adanya residu pada tanah
preventif untuk pengendalian yaitu pada tingkat kejenuhan karena
hama/penyakit. Permintaan pasar yang tingginya kandungan pestisida per satuan
menginginkan produksi pertanian tanpa volume tanah. Sifat pestisida yang
cacat menyebabkan penggunaan persisten sehingga mengalami
pestisida menjadi suatu keharusan untuk pengendapan yang lama pada tanah
mencegah kerusakan tanaman akibat menyebabkan terjadinya degradasi tanah.
hama. Pestisida kimia merupakan input Pestisida yang disemprotkan dapat
yang dianggap paling efektif dalam juga bereaksi dengan senyawa lain
pengendalian hama penyakit. Adanya menjadi senyawa yang lebih kompleks
persepsi petani tentang serangan hama dan tidak mudah terdeteksi. Jika senyawa
penyakit merupakan penyebab utama baru tersebut menjadi senyawa yang lebih
kegagalan panen sehingga penggunaan toksik, maka akan menjadi potensi bahaya
pestisida tidak dapat dihindari. Petani bagi lingkungan termasuk bagi manusia.
menyebut pestisida sebagai obat Adanya residu pestisida pada bahan
sehingga terjadi pemakaian pestisida pertanian dapat berasal dari
berlebih-lebihan. Manfaat pestisida yang pengaplikasian langsung pestisida kepada
tinggi sehingga petani memiliki tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan
ketergantungan yang tinggi pada oleh Sodiq (2000), Munarso dkk (2009),
pestisida, semakin banyak pestisida Stevens dan Kilmer (2009), Tuhumury dkk
(2012) dan Sulistyaningsih dkk (2013),

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 99


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

menyimpulkan masih ditemukan pestisida penggunaan pestisida, mikroorganisme


pada tanaman sayuran, buah-buahan dan dalam proses bioremediasi, analisis
organisme tanah. Kontaminasi tanaman bioremediasi pada dua golongan
dapat juga berasal karena tanaman pestisida, kelebihan dan kekurangan
ditanam pada tanah dimana residu bioremediasi sehingga dapat memberi
pestisida telah mengalami akumulasi. masukan untuk pertimbangan dalam
Hasil penelitian Sani dan Indraningsih memulihkan kondisi lingkungan yang
(2007) menunjukkan adanya interaksi tercemar dengan bahan yang ramah
antara cemaran pestisida pada pakan lingkungan. Kajian ini bertujuan untuk
ternak dan hijauan konsentrat dengan menganalisis bioremediasi sehingga
tingkat residu pestisida dalam serum dan dapat dipertimbangkan penggunaannya
jaringan otak sapi. Pestisida tersebut dalam memulihkan kondisi tanah yang
berasal dari tanaman yang ditanam pada tercemar pestisida. Metoda yang
tanah yang telah terkontaminasi pestisida. digunakan adalah mengkaji artikel proses
Bahaya yang ditimbulkan akibat bioremediasi dari berbagai jurnal baik
penggunaan pestisida kimia terutama nasional maupun internasional.
pada tanah jika tidak segera ditangani
PENGERTIAN BIOREMEDIASI
dapat mengancam lingkungan dan
Remediasi merupakan proses
ekosistem lainnya. Bahan pencemar
dekontaminasi air dan tanah dari senyawa
dapat larut karena air hujan dan dapat
yang berbahaya, seperti hidrokarbon,
mencemari daerah-daerah resapan air
poliaromatik hidrokarbon (PAH), persistant
disekitarnya sehingga perlu upaya untuk
organic pollutant (POP), logam berat,
menurunkan atau menghilangkan residu
pestisida dan lain-lain. Proses remediasi
pestisida di lingkungan. Salah satu upaya
yang menggunakan mikroorganisme
adalah dengan melakukan remediasi.
dikenal sebagai bioremediasi.
Remediasi dapat diartikan sebagai proses
Bioremediasi adalah proses penguraian
pemulihan dari kondisi yang
limbah organik/anorganik polutan dari
terkontaminasi oleh cemaran agar bersih
sampah organik dengan menggunakan
kembali yang dapat dilakukan pada media
organisme (bakteri, fungi, tanaman atau
air, udara dan tanah. Penggunaan
enzimnya) dalam mengendalikan
mikroorganisme dalam proses pemulihan
pencemaran pada kondisi terkontrol
lingkungan tercemar merupakan alternatif
menjadi suatu bahan yang tidak
pilihan yang ramah lingkungan.
berbahaya atau konsentrasinya di bawah
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji
batas yang ditentukan oleh lembaga
mengenai bioremediasi pada tanah yang
berwenang dengan tujuan mengontrol
tercemar pestisida mencakup pengertian
atau mereduksi bahan pencemar dari
bioremediasi, degradasi tanah karena

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 100


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

lingkungan (Munir 2006, Vidali, 2011 dan (i) Melakukan stimulasi aktivitas
Singh et al, 2006). Kelebihan teknologi ini mikroorganisme asli pada lokasi
ditinjau dari aspek komersil adalah relatif tercemar dengan penambahan
lebih ramah lingkungan, biaya nutrient, pengaturan kondis redoks,
penanganan yang relatif lebih murah dan optimalisasi pH.
bersifat fleksibel (Angga, 2011). (ii) Inokulasi mikroorganisme di lokasi
Bioremediasi pada akhirnya menghasilkan tercemar
air dan gas tidak berbahaya seperti CO2. (iii) Penerapan immobilized enzyme
Faktor faktor yang mempengaruhi (iv) Penggunaan tanaman
proses bioremediasi adalah ; mikroba, (phytoremedisi).
Nutrisi dan Lingkungan. Mikroba Teknologi bioremediasi ada dua jenis,
memiliki kemampuan yaitu ex-situ dan in situ. Ex-situ adalah
untuk mendegradasi, mentransformasi pengelolaan yang meliputi pemindahan
dan menyerap senyawa pencemar. secara fisik bahan-bahan yang
Mikroba yang digunakan dapat berasal terkontaminasi ke suatu lokasi untuk
dari golongan fungi, bakteri, ataupun penanganan lebih lanjut . Penggunaan
mikroalga., nutrisi dan bioreaktor, pengolahan lahan
lingkungan. Nutrisi, jenis nutrisi yang (landfarming), pengkomposan dan
dibutuhkan bagi mikroba, diantaranya beberapa bentuk perlakuan fase padat
unsur karbon (C), Nitrogen (N), Posfor (P) lainnya adalah contoh dari teknologi ex-
dan lain lain. ; Lingkungan yang situ, sedangkan teknologi in situ adalah
berpengaruh antara lain oksigen, suhu. perlakuan yang langsung diterapkan pada
DO, dan pH. bahan-bahan kontaminan di lokasi
Kecepatan biodegradasi di tanah tercemar (Vidali 2011).
tergantung pada empat variabel yaitu:
DEGRADASI TANAH KARENA
(i). Ketersediaan pestisida atau metabolit
PENGGUNAAN PESTISIDA
terhadap mikroorganisme.
Tanah sangat penting artinya
(ii). Status physiologis dari
utamanya bagi usaha pertanian karena
mikroorganisme
kehidupan dan perkembangan tanaman
(iii). Perkembangbiakan mikroorganisme
sangat bergantung pada keadaan tanah.
pendegradasi pestisida pada lokasi
Penggunaan tanah untuk usaha-usaha
terkontaminasi
pertanian tanpa diimbangi dengan upaya
(iv). Keberlanjutan populasi
perbaikan akan menyebabkan degradasi
mikroorganisme (Singh et al., 2006).
atau kerusakan tanah. Degradasi atau
Empat teknik yang dapat digunakan dalam
kerusakan tanah adalah hilang atau
bioremediasi adalah
menurunnya fungsi tanah sehingga tanah

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 101


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

mengalami penurunan kemampuan untuk MIKROORGANISME PENDEGRADASI


berproduktif seperti semula (Arsyad, PESTISIDA
2000). Beberapa faktor penyebab tanah Adanya residu pestisida pada
terdegradasi dan rendahnya produktivitas, permukaan tanah menyebabkan masalah
antara lain : deforestasi, mekanisme pada lingkungan. Detoksifikasi lingkungan
dalam usaha tani, kebakaran, penggunaan yang telah mengalami pencemaran dapat
bahan kimia pertanian, dan penanaman dilakukan dengan bioremediasi. Pestisida
secara monokultur (Lal, 2000). didegradasi oleh mikroorgisme yang
Pestisida merupakan bahan kimia menggunakan sebagai sumber karbon,
pertanian yang digunakan untuk mineral atau penerima electron dalam
membasmi Organisme pengganggu rantai respirasi.
tanaman. Setelah aplikasi, residu Beberapa jamur seperti yang telah
pestisida akan terdapat pada tanaman, dimanfaatkan yakni Trametes hirsutus,
tanah, dan organisme tanah. Menurut Phanerochaete chrysosporium,
Tarumingkeng (1992), hal ini disebabkan Phanerochaete sordia dan Cyathusbulleri
lapisan atas tanah memiliki kandungan untuk mendegradasi lindan dan pestisida
organik paling banyak sehingga pestisida yang lain Beberapa isolat bakteri murni
mudah terabsorpsi, terikat kuat sehingga telah digunakan pestisida spesifik sebagai
akan menghambat terjadinya penguapan sumber karbon, nitrogen atau fosfor telah
pestisida. Pestisida yang masuk ke lokasi diisolasi (Singh & Kuhad, 2000). Rosliana
pertanian juga akan memasuki perairan (2001), menemukan bahwa penurunan
melalui irigasi, dan dapat berpindah ke konsentrasi klorpirifos pada tanah terjadi
tanah di lokasi lain karena aliran air akibat adanya adsorpsi dan degradasi
permukaan (runoff). Pestisida akan oleh bakteri. Beberapa bakteri aerob
mengalami proses alam di dalam tanah. genus Bacillus dapat melakukan
Reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh jenis bioremediasi terhadap tanah yang
tanah, kelembaban tanah, pH tanah, tercemar klorpirifos, dengan mengurai dan
temperatur tanah, volatilitas pestisida, memanfaatkan sebagai sumber
mikroorganisme, dan substansi kimia yang energi/nutrien bagi pertumbuhan dan
terkandung di dalam tanah. Oleh perkembangbiakannya. beberapa bakteri
karenanya, laju degradasi satu jenis seperti Flavobacterium sp. (Ghassempour
pestisida tertentu bergantung pada et al., 2002), Pseudomonas sp.
karakteristik fisik tanah, mikroorganisme (Ramanathan and Lalithakumari, 1999),
tanah, dan karakteristik dari pestisida Agrobacterium sp. (Ghassempour et al.,
tersebut. 2002; Yasouri, 2006) and Arthrobacter sp.
(Ohshiro et al., 1996) dapat menggunakan

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 102


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

dasinon yang berbahan aktif organofosfat element (Focht, 1994). Larutan trace
sebagai sumber karbon. element mengandung (dalam mg/l) 169
Bakteri dari genus Pseudomonas, MgSO4.H2O, 288 ZnSO4.7H2O, 250
diketahui sangat aktif dalam melakukan CuSO4.5H2O, 26 NiSO4.6H2O, 28CoSO4
metabolisme pestisida, banyak dan 24 Na2.MoO4.2H2O.
organokimia yang mengkontaminasi tanah Peneyiapan pestisida : tabung
diketahui telah didegradasi dan digunakan erlemeyer 250 ml dan kultur nutrient di
sebagai sumber karbon, termasuk dasinon autoclave selama 20 menit pada 121C.
dan organofosfat lain seperti chlorpyrifos, 500l acetone mengandung pestisida di
parathion, Singh et al. (2006) mengisolasi sterilkan ditambahkan ke autoclave dan
Enterobacter B-14, yang dapat tabung erlemeyer dikeringkan sampai
mendegradasi Chlorpyrifos. Yang et al. aseton menguap secara komplit.
(2006) dan Li et al. (2007) mengisolasi Selanjutnya 100 ml media kultur
Stenotrophomonas species and ditambahkan pestisida sampai sesuai
Sphingomonas species berturut-turut yang dengan konsentrasi yang diinginkan
dapat menggunakan klorpirifos sebagai (Brinch, 2002).
sumber karbon, fosfor. Ifediegwu et al. Teknik Scale-up: Satu milliliter
(2015), mengisolasi bakteri Pseudomonas subkultured Pseudomonas aeruginosa di
aeruginosa, Serretia marcescens and inokulasi ke tabung erlemeyer 250 ml
Klebsiella oxytoca dapat digunakan yang mengandung media kultur nutrient
sebagai bioremediasi klorpirifos di tanah dengan konsentrasi klorpirifos 10 mg/l.
yang terkontaminasi. Han et.al, 2015 Tabung inokulasi diinkubasi pada orbital
mengisolasi bakteri Cupriavidus shaker pada 160 rpm, 30C selama 14
campinensis dapat mendegradasi hari. Setelah 14 hari 1 ml dari media
herbisida asam 2,4-diklorophenoxyacetik kultur diambil dan diletakkan pada media
kultur dengan konsentrasi pestisida 25
BIOREMEDIASI PESTISIDA
mg/l. Tabung diinmubasi pada skaker
1. Bioremediasi pestisida klorpirifos
menggunakan bioreactor scale up pada 160 rpm, 30C selama 14 hari.
(Fulekar and Geetha,2008). Selanjutnya 1 ml dari media kultur
Mikroorganisme adalah kultur murni ditransfer ke kultur 75 dan 100mg/l,
Pseudomonas Aeruginosa. Medium kultur Setiap langkah prosedur melalui
adalah medium FTW yang terdiri atas pengocokan 160 rpm, 30C selama 14
.(Herman &Frankerberger, 1999) (dalam hari. Setelah 90 hari perlakuan dihentikan.
mg/l) : 0.255 K2HPO4, 0.255 KH2PO4, Setiap 14 hari sampel di pindahkan dan
0.255 (NH4)2SO4, 0.05 MgSO4.7H2O, dianalisa menggunakan GC- MS untuk
0.005 CaCO3 and 0.005 FeCl2.4H2O biodegradsi pestisida dan intermediatnya.
dicampur dengan 1 ml larutan trace Pertumbuhan mikrobis dalam tabung

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 103


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

bioreactor dicatat dengan mengukur homogen. Selanjutnya larutan disterilisasi


absorbans pada 550 nm. Hasil yang dalam autoclave pada suhu 121 C
diperoleh menunjukkan biodegradasi selama 15 menit. Setelah agak dingin
klorpirifos pada 10, 25 dan 50 mg/l dituangkan ke dalam cawan petri steril
terdegradasi komplit setelah periode 1, 5, 1520 ml dan didinginkan. Setelah padat
7 hari, berturut turut. . Intemediate cawan petri ditutup dalam posisi terbalik.
adalah 3, 5, 6 asam trichloro-2-pyridion, Metode TPC dilakukan dengan melarutkan
2, 4-bis (1, 1 dimethyiethyl) phenol and 1, 1 g sampel dengan 9 ml NaCL faali (0.9
2 zenedicarboxylic selama bioremediasi. %) ke dalam tabung reaksi. Larutan ini
Selanjutnya senaywa terse but di konversi pengencerannya 10-1 dan pengenceran
menjadi CO2, biomassa dan nutrient. dilakukan sampai 10-6. Setiap kali
2. Bioremediasi pestisida secara in situ melakuan pengenceran larutan diaduk
(Setiyo et.al., 2011) menggunakan vortek. Selanjutnya 0.1 ml
Lahan pertanian yang dibudidayakan larutan untuk pengenceran 10-4 sampai
tanaman sayuran tomat diberi pupuk 10-6 dituang ke media PCA menggunakan
kompos kotoran sapi atau tanpa dipupuk ependorf dari stip steril. Selanjutnya
kompos (sebagai kontrol) dan pada saat larutan disebar dengan sprider yang telah
tanaman berusia 1 bulan disemprot dicelupkan pad alcohol dan dipanaskan.
pestisida Ditane M-45 dengan konsentrasi Kemudian diinkubasi pada suhu ruang
2
1.2 g/l/20 m (dosis redah), 2.4 g/l/20 m2 selama 48 jam. Koloni yang dihitung
2
(dosis sedang), dan 3.6 g/l/20 m (dosis hanya yang berjumlah 30300 koloni.
tinggi). Perkembangbiakan bakteri dan Ekstraksi sampel dilakukan secara
kapang diamati pada sampel tanah yang langsung. Kadar residu pestisida
diambil pada kedalaman 0 cm, 05 cm ditentukan dengan menggunakan
dan 510 cm, selain itu diamati pula Kromatografi gas. Hasil yang diperoleh
konsentrasi residu pestisida dan menunjukkan berdasar pada C/N, dan pH,
kandungan C-organik dan N organik. dapat menghasilkan solusi yang lebih baik
Sampel tanah diambil 0, 2, 4, 7, 15, 30, untuk bioremediasi masalah residu
45, dan 60 hari setelah waktu pestisida dilakukan dengan
penyemprotan pestisida. Analisis populasi mencampurkan kompos dalam
bakteri dilakukan dengan metode TPC pemeliharaan koltikultura. Penyimpangan
pada media PCA. Pembuatan PCA pH dalam proses bioremediasi sebesar
dengan melarutkan 15 g agar, 1 g 0.22, dan pH proses bioremediasi in-situ
dextrosa, 5 tripton, 1.5 g yeast ke dalam antara 6.9 dan 7.12 atau pH netral. Pada
1000 ml aquadest. Larutan tersebut kondisi ini mikroorganisme akan efektif
dipanaskan sambil diaduk dengan mengurangi residu pestisida. Proses
magnetic stirer sampai mendidih dan bioremediasi pada residu pestisida Ditane

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 104


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

M-45 pada pemeliharaan holtikultura dan menambahkan gen yang sebenarnya


dibagi menjadi 1.2 g/l/20 m2, 2.4 g/l/20 ke tanah (Singh et al., 2006)
m2, dan 3.6 g/l/20 m2 disebar di area
KESIMPULAN
secara sempurna, di mana terlihat dari
Bioremediasi dapat digunakan untuk
parameter-parameter akan perkembangan
menghilangkan polutan pestisida secara
populasi mikroorganisme dan jumlah dari
permanen di tanah menggunakan
residu pestisida. Residu pestisida untuk
mikroorganisme. Mikroorganisme yang
setiap dosis adalah 0.251.7% pada 35
digunakan dapat dari golongan jamur
hari atau nilai ini di bawah 0.003 ppm.
ataupun bakteri. Faktor yang perlu
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN diperhatikan ketika melakukan
BIOREMEDIASI. bioremediasi adalah jenis mikroorganisme
Kesuksesan metode bioremediasi
yang akan digunakan, lokasi dan faktor-
ditentukan oleh penggunaan mikroba yang
faktor lingkungan yang mempengaruhi
tepat, di tempat yang tepat dengan faktor-
proses bioderadasi. Hasil akhir dari
faktor lingkungan yang tepat untuk
proses remediasi adalah CO2, air, dan sel
terjadinya degradasi. Kelebihan
biomassa.
bioremediasi adalah dapat dilakukan pada
lokasi (perlakuan lapangan) kurangnya DAFTAR PUSTAKA

biaya dan gangguan Bioremediasi dapat Angga, 2011, Konservasi Tanah dan
Remediasi dalam http://angga.
menghilangkan polutan secara permanen staff.ipb. ac.id /files/2011/04/10-
dan dapat diterima masyarakat, dengna Konservasi-Tanah-Remediasi.pdf,
diakses tangal 29 november 2016.
didukung peraturan dapat digabung Arsyad, S., 2000, Konservasi Tanah dan
dengan metode perlakuan fisika dan kimia Air, Bogor : IPB Press.
Brinch UC, Ekelund F, Jacobsen CS,
(Rani dan Dania, 2014). 2002. Method for spiking soil
Bioremediasi mempunyai samples with organic compounds. J.
Applied and Environmental
keterbatasan (Singh et al., 2006). Residu Microbiology. 68 (4):1808-1816.
yang dihasilkan merupakan senyawa yang Djojosumarto, P. 2008. Panduan Lengkap
Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta :
tidak berbahaya meliputi CO2, air , dan sel Agromedia Pustaka.
biomassa. Banyak senyawa yang Fulekar, MH., Geetha, M. 2008.
Bioremediation of chlorpyrifos by
dianggap berbahaya dapat dirubah Pseudomonas aeruginosa using
menjadi tidak berbahaya dan scale up technique. J. Appl. Biosci.,
12: 657- 660.
memindahkan kontaminan dari satu Ghassempour A, Mohammadkhah A,
medium lingkungan ke tempat lain. Najafi F, Rajabzadeh M. 2002.
Monitoring of the pesticide diazinon
Strategi yang dapat dilakukan untuk in soil, stem and surface water of
meningkatkan kemampuan mendegradasi rice fields. Anal Sci.18(7):779-83.
Ifediegwu, M.C., Agu, K.C., Awah, N.S.,
polutan yaitu : menggunakan sel mikroba Mbachu, A.E., Okeke, C.B., Anaukwu,
untuk mengantar gen melalui konyugasi C.G., Uba, P.O., Ngenegbo, U.C.,

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 105


KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016 ISSN: 2477-5398

Nwankwo, C.M., 2015. Isolation, Singh BK dan Kuhad RC (2000)


Growth and Identification of Degradation of the pesticidelindane
Chlorpyrifos Degrading Bacteria from by white-rot fungi Cyathus bulleri
Agricultural Soil in Anambra State, and Phanerochaete sordida. Pest
Nigeria, Universal Journal of Manag Sci. 56: 142146.
Microbiology Research 3(4). Singh, B.K., Walker, A. 2006. Microbial
Lal. 2000. Soil management in the degradation of organophosphorus
developing countris. Soil Science. compounds. FEMS Microbiol. Rev.
165(1):57-72 30: 428471.
Li, X.; He, J.; and Li, S. 2007. Isolation of Sodiq, M. 2000 Pengaruh Pestisida
Chlorpyrifos Degrading Bacterium, Terhadap Kehidupan Organisme
Shengomonas sp, strain DSP-2 and Tanah, J.Mapeta, vol. 2 No. 5,
Cloning of the MPD Gene. Research http://core.km.open.ac.uk/download/
Microbiology, 158: 143-149. df /12217742.pdf, diakses tanggal
Munarso, S., J Miskiyah,., , dan Broto, W., 17 Agustus 2014.
2009. Studi Kandungan Residu Stevens,T.J., Kilmer, R.I. 2009.
Pestisida Pada Kubis, Tomat, Dan Descriptive and Comparative
Wortel Di Malang Dan Cianjur. analysis of Pesticide Residues
Buletin Teknologi Pascapanen Found in Florida Tomatoes and
Pertanian: Vol. 5. http://pascapanen. Strawberry, BUL331. http://edits.ifas.
litbang.deptan.go. id/assets/media/ ufledu/11241, diakses tanggal 12
publikasi/bulletin/2009_4.pdf,diakses April 2011 .
12 Desember 2012. Sulistyaningsih, Minarti, S., Sjofjan, O.,
Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba 2013, Tingkat residu pestisida dalam
dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi daging kelinci peranakan
Alternatif untuk Pelestarian NewZealand White yang diberi
Lingkungan. Medan: USU. pakan limbah pertanian kubis
Ohshiro, K., Kakuta, T., Sakai, T., Hirota, (Brassica oleracea). J. Ilmu-Ilmu
H., Hoshino, T., Uchiyama, T., 1996. Peternakan 23 (3):47 54.
Biodegradation of organophosphorus Tarumingkeng, R.C., 1992, Insektisida :
insecticides by bacteria isolated from Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak
turf green soil. J. Ferment. Bioeng. Penggunaannya, Jakarta :
82: 299305. Universitas Kristen Krida Wacana.
Rani, K., G. Dhania. 2014. Bioremediation Tuhumury, G.N.C., Leatemia,J. A.,
and Biodegradation of Pesticide from Rumthe,R.Y. dan. Hasinu,J.V. 2012.
Contaminated Soil and Water - A Residu Pestisida Produk Sayuran
Noval Approach, Int. J. Curr. Segardi Kota Ambon, J.Agrologia,
Microbiol. App. Sci. 3(10): 23-33 1(2): 99-105.
Rosliana, N., 2001. Bioremediasi Tanah Vidali, M. 2011. Bioremediation. An
Akibat Paparan Pestisida Klorpirifos. overview. Pure Appl. Chem. 73:
[Tesis]. Bandung: Magister Jurusan 11631172.
Teknik Lingkungan. Institut Yang,C.; Liu, N.; Guo, X., Qiao, C. 2006.
Teknologi Bandung. Cloning of mpd gene from a
Sani., Y., Indraningsih. 2007. Chlorpyrifos degrading bacterium and
Neuropatologi Keracunan use of this strain in bioremediation of
Organofosfat pada Sapi, JITV, vol 12 contaminated soil. FEMS
no. 1. http://bbalitvet.litbang. deptan. Microbiology Letter. 265:118-125.
go.id/ind/attacthments/217_7.pdf, Yasouri, F.N. 2006. Plasmid mediated
diakses 2- Oktober 2012. degradation of diazinon by three
Setiyo, Y, Madew.S.Utama, Wayan TEkja bacterial strains Pseudomonas sp.,
dan I.B.P. Gunadya. 2011. Flavobacterium sp. and
Optimalisasi Proses Bioremediasi Agrobacterium sp.. Asian J. Chem.
Secara In Situ psda Lahan Tercemar 18: 24372444.
Pestisida Kelompok Mankozae, J.
Teknik Industri. 12(1).

Dwi Juli Puspitasari & Khairuddin 106

You might also like