LITERARURE REVIEW

Partisipasi dalam perencanaan dan program pembangunan telah menjadi semakin

penting untuk bantuan pembangunan internasional sejak 1980 dengan ditekankan pada
memfasilitasi dan menampung keunggulan pengetahuan masyarakat setempat (Chambers,
1983; 1997). Meskipun partisipasi dapat terjadi pada berbagai tingkatan, tujuan utama
adalah penggabungan dari pengetahuan masyarakat setempat dalam proses pengambilan
keputusan proyek (Mansuri & Rao, 2004). Partisipasi juga dapat dianggap sebagai proses
untuk meningkatkan pengambilan keputusan (Parkins dan Mitchell, 2005). Pendekatan
partisipatif memerlukan pertimbangan dari beragam perspektif dan sudut pandang serta dari
berbagai pemangku kepentingan (Gibbons, 1999).

Pengembangan pariwisata lokal mengharuskan orang yang mempengaruhi pariwisata

harus terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan rencana aksi. Pendekatan
bottom-up seperti ini dapat dipastikan bahwa dirasakan pembangunan memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat (Simpson, 2001).

Demikian juga, analisis faktor yang terkait dengan partisipasi adalah pentingnya
untuk memahami alasan mengapa orang berpartisipasi dalam tertentu kegiatan atau tidak.
Pengetahuan dan pemahaman orang, usia dan jender, keaktifan dalam keanggotaan
masyarakat, pendapatan, manfaat yang dirasakan, kepentingan, dan budaya dan agama
merupakan faktor umum yang terkait dengan intensitas partisipasi (Sirisongkram et al,
1999;. Garrod, 2003; Pattarnrakha, 2003).

Putnam (1993) menganggap modal sosial sebagai mekanisme utama untuk

mempengaruhi orang untuk berpartisipasi bagi pembangunan masyarakat. Plummer dan
Fitzgibbon (2006) memberikan bukti empiris bahwa modal sosial memiliki peran penting
dalam bidang pembangunan. Modal sosial bisa dilihat sebagai keluarga dan kekerabatan,
struktur kelas dalam masyarakat, jaringan sosial dan koneksi, norma dan kepercayaan
bersama; dan terdiri dari struktur dan komponen kognitif (Harris dan De Renzio, 1997;
Woolcock, 1998; Harpham et al., 2002; Jones, 2005).