Professional Documents
Culture Documents
Konservasi
Reny Setyo W
Oleh :
Reni Setyo Wahyuningtyas
RINGKASAN
I. PENDAHULUAN
81
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
82
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
83
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
84
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
85
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
86
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
87
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
88
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
89
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
Tabel 1. Teknik persiapan lahan dan olah tanah untuk beberapa spesies
pohon di hutan sekunder
No Jenis Teknik persiapan lahan
.
1. Acacia mangium pembersihan lahan + bajak 1 kali + garu 1 kali
2. Anisoptera costata pembersihan jalur bersih 1,5 m, tanpa olah
tanah
3. Enterolobium bersih total, TOT (langsung buat lubang tanam
cyclocarpum dengan tugal)
4. Eucalyptus deglupta pembersihan lahan + bajak 1 kali + garu 1 kali
5. Gmelina arborea pembersihan lahan mekanis dengan bulldozer
6. Hymenaea courbaril pembersihan lahan + bajak 2 kali + garu 1 kali
7. Peronama canescens pembersihan lahan + pembajakan 2 kali + garu
1 kali
8. Shorea johorensis pembersihan jalur bersih 2-3 m, tanpa olah
tanah
9. Shorea leprosula pembersihan jalur bersih 3 m, tanpa olah tanah
10 Shorea ovalis pembersihan jalur bersih 1 meter, tanpa olah
. tanah
Sumber : Puslitbang Hutan Tanaman (2006)
90
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
Tabel 2. Teknik persiapan lahan dan olah tanah untuk beberapa jenis
pohon pada jenis tanah Podzolik merah kuning dengan vegetasi
awal alang-alang
No Jenis Teknik persiapan lahan
.
1. Acacia mangium bajak total 1 kali
2. Eucalyptus deglupta bajak total 1 kali + bajak jalur 1
kali
3. Gmelina arborea bajak total 1 kali
4. Khaya antotheca bersih/bajak jalur 1 kali
5. Melaleuca cajuputi pembersihan lahan +bajak 1 kali
+ garu
6. Paraserianthes bajak total 1 kali
falcataria
7. Schima walichii bajak total 1 kali + bajak jalur 1
kali
8. Shorea macrophylla bajak total 1 kali + bajak jalur 1
kali
9. Switenia macrophylla pembersihan lahan + bajak 1 kali
Sumber : Hendromono et al. (2003 dalam Puslitbang Hutan Tanaman,
2006),
Nasrun et al. (2002).
91
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
92
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
93
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
94
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
2. Penggunaan Mulsa
Mulsa merupakan material yang dihamparkan di atas permukaan
tanah dengan tujuan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengurangi
pertumbuhan gulma dan penyakit.
95
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
b. mulsa sisa panen (trash mulches), adalah residu sisa panen yang
dihamparkan di permukaan tanah.
Aplikasi mulsa yang lain yaitu teknik mulsa vertikal (slot mulch).
Mulsa vertikal adalah lubang atau penampang yang di dalamnya diisi
dengan limbah hutan, sisa tanaman atau seresah (mulsa). Jebakan
mulsa sering disebut rorak, berukuran kecil atau sedang yang dibuat di
bidang olah atau di saluran peresapan atau pada saluran pembuangan
air dengan tujuan untuk: a) menampung dan meresapkan air aliran
permukaan ke dalam tanah dan b) memperlambat laju aliran
permukaan. Ukuran rorak disesuaikan dengan keadaan lahan dengan
lebar 0,49-0,60 m dan dalam 0,3-0,5 m. Jarak antar barisan jebakan
mulsa ditentukan oleh kemiringan lahan atau berkisar antara 3-5 m.
Jebakan mulsa ini merupakan tempat meletakkan rumput hasil
penyiangan yang sekaligus berfungsi untuk menampung air aliran
permukaan. Menurut Subagyono (2007), alur yang diberi mulsa vertikal
dapat meningkatkan infiltrasi lebih besar daripada alur tanpa mulsa,
mulsa vertikal juga bisa mengurangi laju evaporasi.
96
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
97
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
98
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
sebab itu, pada topografi yang miring perlu dibuat teras yang
bentuknya disesuaikan dengan kemiringan dan kondisi lahan. Bentuk
teras yang dapat dibuat antara lain adalah:
IV. PENUTUP
99
Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 81 96)
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi tanah dan air. Bogor, IPB Press. Hal 154
155.
Buckman, H.O dan N.C. Brady. 1969. The nature and properties of soils.
The Macmillan Company, New York.
Fahmuddin, A. dan Widianto. 2004. Petunjuk praktis konservasi tanah
pertanian lahan kering. World Agroforestry Centre ICRAF
Southeast Asia. Bogor Hal 59-60
Hasibuan, I. 2009. Olah tanah konservasi. Pertanian berkelanjutan.
http://sistempertanianberkelanjutan.blogspot.com/2009/09/olah-
tanah-konservasi.html (diakses 17 Maret 2010)
Johannis, M.L. 2008. Pertanian berkelanjutan pertanian konservasi.
Sumber Sinar Harapan. Media Tani. Jumat, 8 Februari.
http://mediatani.wordpress.com/2008/02/08/pertanian-
berkelanjutan-pertanian-konservasi/ (Diakses 15 Maret 2010).
Evans, J. 1992. Plantations forestry in the tropics. Tree planting for
industrial, social, environtmental and agroforestry
purposes.Second editions. Oxford University Press. New York.
LIPTAN. 1994. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No.
145/94. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, Jayapura.
http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0138.pdf. (diakses
17 Maret 2010)
100
Melestarikan Lahan Dengan Olah Tanah
Konservasi
Reny Setyo W
101