You are on page 1of 94

NILAI-NILAI ISLAM DALAM SENI TRADISIONAL DEBUS DI MENES

PANDEGLANG BANTEN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Iis Sulastri

NIM: 1110051000184

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M
Nama: Iis Sulastri
Nim: 1110051000184

ABSTRAK
Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten

Kesenian tradisional Debus berkembang pada abad ke-16, pada masa pemerintahan
Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan
kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras,
memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain.
Dari pernyataan diatas muncul pertanyaan. Adapun pertanyaan mayornya adalah
bagaiman proses penyebaran debus kepada rakyat Indonesia? Sedangkan pertanyaan minornya
adalah meliputi siapa yang pertama kali menyebarkan kesenian tradisional debus di Indonesia?
Debus sebagai suatu kesenian tradisional di daerah Banten merupakan kesenian yang
tumbuh dan berkembang. Pada waktu para penyebar agama Islam di Indonesia, pada awalnya
kesenian debus digunakan sebagai media penyebaran ajaran Islam.
Manusia merupakan makhluk sosial dan mkhluk budaya, maka manusia selalu
berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak mungkin bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa adanya bantuan dari orang lain, karena pada dasarnya manusia saling
membutuhkan.
Metode yang digunakan oleh penulis adalah studi kepustakaan dan mencari literature-
literatur yang relevan dengan konteks dan judul yang dibahas dalam abstrak ini.
Konon kesenian yang disebut sebagai debus ada hubungannya dengan tarikat Rifaiyah
yang dibawa oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad ke-16. Para pengikut tarikat ini ketika
sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena "bertatap muka" dengan
Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke tubuh mereka. Filosofi yang mereka
gunakan adalah "lau haula walla Quwata ilabillahil 'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya
melainkan karena Allah semata.
Permainan debus merpukana peninggalan sejarah yang masih hidup hingga sekarang.
Pada masa kesultanan dan masa perjuangan, debus merupakan sarana untuk melawan kekuasaan
penjajah dan mengusirnya dari bumi Indonesia. Simbolisasi keagamaan dalam kesenian debus
menimbulkan sikap religius bagi para pemainnya, karena keyakinan mereka bahwa suatu
pelanggaran norma agama akan menghilangkan kemampuan yang telah mereka miliki.
Kata kunci: Debus, kesenian, penyebaran, Islam, tradisional
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan


Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dengan segala kemudahan
dari-Nya penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Strata satu (S1).

Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas doa dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap keilmuan
yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam


Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA. Sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Rahmat Baihaky, MA. Dan Fita Fathurakhmah, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Prof. Dr. Murodi, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada
penulis.
6. Abah Rohani, Abah Satibi Darwis. Ketua Debus yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan wawancara dan penelitian dalam rangka
mengumpulkan data-data untuk menyusun skripsi ini.

iv
7. Kang Rohimi, selaku anggota debus yang selalu meluangkan waktu untuk
penulis dalam rangka pengumplan data untuk menyusun skripsi. tak lupa
pula untuk Sukmara, Teteh Rohayah, Herni yang sudang mengajari
Pencak Silat kepada penulis. Beserta seluruh anggota debus yang sudah
membantu dalam kelancaran pengumpulan data-data untuk menyusun
skripsi.
8. Ayahanda Sarjiyo Kusumo dan Ibunda Kawariah yang telah membesarkan
dengan kasih sayang, mendidik, selalu memberikan doa dan berjuang
membanting tulang agar penulis bisa menyelesaikan kuliahn. Pengorbanan
Bapak dan Mamak akan menjadi tombak untuk menunjang kesuksesan
saya, tanpa kalian saya tidak akan pernah berada di muka bumi ini.
Semoga keberkahan dan kebaikan senantiasa dilimpahkan kepada Bapak
dan Mamak serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
9. Nenek Sanapiah nenek yang terbaik. Terimakasih banyak sudah
mededikasikan hidupnya untuk mendampingi penulis dan adik. Meskipun
sudah lansia tetap saja selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk
penulis dan adik ketika kami berkumpul, I love nenek. Tak lupa kepada
adinda Sri Rahayu yang baik hati yang selalu mengalah demi kebaikan
kita bersama I love sayang.
10. Abah Kasan dan Mah Eno yang sudah menjaga penulis, memberikan kasih
sayang seperti kepada anak sendiri, memberikan support. Terimakasih
banyak sudah mejadi orang tua kedua di saat orang tua penulis nun jauh
disana. Terimakasih juga buat Kang Anda Suhanda, terimakasih banyak
atas bantuan dalam kelancaran pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
11. Untuk sahabat-sahabat saya yang luar biasa, Qimut, Diana, Tuti, Yanti,
yang selalu memberikan support. tak lupa pula terimkasih banyak kepada
Killua yang sudah memberikan support, dengan segenap pengertiannya
selalau bersedian mendengarkan keluh kesah saya, terimakasih semuanya.
Mudah-mudahan Allah memebalas kebaikan semuanya dengan balasan
yang membahagiakan amin.

v
12. Rekan-rekan mahasiswa KPI (F) angkatan 2010, yang telah
bersama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda, jalan-jalan dan saling
berbagi rasa. Kalian luar biasa dan teristimewa.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis kembalikan semoga semua yang teah
diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah dan bermanfaat bagi penulis
maupun yang lain.

Jakarta, 2 Juli 2014

Iis Sulastri

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah .......................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian ................................................................................. 8

F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian nilai-nilai ................................................................................... 14

B. Tradisi Islam di Banten ............................................................................... 21

1. Pengertian Debus ................................................................................. 25

2. Hakikat Debus ...................................................................................... 27

3. Unsur-unsur Debus ............................................................................... 27

4. Kegiatan Debus ..................................................................................... 31

viii
5. Ritual Debus.......................................................................................... 34

BAB III PROFIL KELOMPOK DEBUS MENES PANDEGLANG BANTEN

A. Sejarah Seni Tradisional Debus di Banten .................................................. 42

B. Profil Debus di Menes Pandeglang Banten ................................................. 43

C. Tujuan Kelompok Debus Menes Pandeglang Banten ................................. 45

D. Kegiatan Kelompok Debus ......................................................................... 45

E. Sarana dan Prasarana Debus........................................................................ 48

BAB IV ISLAM DAN DEBUS: NILAI-NILAI ISLAM DALAM SENI TRADISIONAL

DEBUS DI MENES PANDEGLANG BANTEN

A. Nilai Akidah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang

Banten .......................................................................................................... 50

B. Nilai Syariah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang

Banten .......................................................................................................... 53

C. Nilai Akhlak dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang

Banten .......................................................................................................... 57

D. Nilai Ibadah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang

Banten .......................................................................................................... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 62

B. Saran-saran .................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 65

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai wilayah kepulauan dengan keadaan geografi yang berbeda-

beda memiliki corak kebudayaan yang beraneka ragam. Kehidupan budaya Indonesia

pada zaman Islam seperti pada zaman sebelumnya berpusat di istana raja dan di pusat-

pusat pemerintahan di daerah. Corak kebudayaan feodal zaman Hindu masih

dipertahankan terus dan mewarnai bentuk ungkapan seni zaman kekuasaan raja-raja

Islam, yang kemudian digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan Islam,

diantara contoh yang ada dan menjadikan penelitian dalam penulisan skripsi ini

adalah Debus. Semula seni tradisional Banten masih kental dengan warisan Hindu

yang masih dipertahankan hingga kini, hingga mengalami Islamisasi di Banten 1

Sebagaimana dikatakan bahwa Islam merupakan agama dan komponen

penting yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat Indonesia.2

Pribumi Nusantara, dalam konteks Islamisasi mengalami pengislaman masal pada

abad ke-9 H/ 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara masal. Para pakar

sejarah berpendapat bahwa masuk islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran

pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan

politik yang berarti. Yaitu, ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak

Islam, seperti kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.3

1
Wiyoso Yudoseputro, pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia,(Bandung: Angkasa
Bandung, 1986), cet, ke.1, hal.1-2
2
Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), ed.1, cet. ke-3, hal.1
3
Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Fajar Interpratama Offset, 2007),
cet. ke-7

1
Dalam konteks pengembangan Islam di Nusantara, Thomas Arnold dalam The

Preaching of Islam mengatakan bahwa, kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk

seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan

jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam

masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai

rahmatan lilalamin.4

Dalam sejarah penyebaran agama Islam, terutama di Pulau Jawa banyak

ditemukan literatur bahwa pada masa awal, dai sebagai penyebar Islam banyak

dipegang peranannya oleh parawali Sembilan yang lebih dikenal dengan

walisongo.5 Walisongo di sini diartikan sebagai sekumpulan orang (semacam

dewan dakwah) yang dianggap memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada

masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.6

Media yang dikembangkan oleh para wali dalam gerakan dakwahnya adalah

melalui media kesenian budaya setempat, di samping melalui jalur sosial-ekonomi.

Lebih tepatnya pengislaman kultur atau mengkulturkan Islam. Sebagai contoh adalah

dengan media kesenian wayang dan tembang-tembang Jawa yang dimodifikasi dan

disesuaikan oleh para wali dengan konteks dakwah. Di antara para wali yang

melakukan akulturasi adalah sunan Kudus.

Sunan Kudus, nama lain dari Sunan Kudus adalah Jafar Shadiq, Raden

undung, atau Raden Untung, dan Raden Amir Haji. Sunan Kudus terkenal sebagai

4
Thomas Arnold dalam The Preaching Of Islam
5
Kata wali berasal dari Al-Quran yang banyak memiliki artai antar lain: penolong, yang
berhak, yang berkuasa. Wali juga memiliki arti pengawal, kekasih, ahli waris dan pengurus. nama-
nama Walisongo: Sunan Gersik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan
Bonang (Makhdum Ibrahim), Sunan Drajat, Sunan Kudus (Jafar Shadiq), Sunan Giri, Sunan Kalijaga,
Sunan Muria (Raden Umar Said), Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).
6
Selamet mulyana, Runtuhnya Kkeradjaan Hindu Jawa dan Timbulnja Negara-negara Islam
di Nusantara, (Jakarta: Baharata, 1968).hal. 19

2
ulama besar yang menguasi ilmu hadits, ilmu tafsir Al-Quran, ilmu sastra, mantik

dan terutama sekali ilmu fiqih. Dengan ketinggian ilmunya itulah, maka kemudian

beliau dijuluki Waliyul Ilmi yang artinya wali yang menjadi gudang ilmu. Di

samping itu, beliau juga merupakan seorang pujangga besar yang dengan daya

kreativitasnya berinisiatif mengarang dongeng-dongeng pondok yang bersifat dan

berjiwa seni Islam. Pola dakwah yang dikembangkan banyak bercorak pada bidang

kesenian. Salah satu karya ciptanya yang terkenal adalah Gending Maskumambang

dan Mijil.7

Dalam konteks penyebaran dan pengembangan dakwah di Banten, terdapat

media yang masing-masing dipergunakan, yaitu Debus yang menjadi fokus penelitian

ini. Dahulu di zaman colonial, seni tradisional ini berkembangn dengan baik, karena

selain dipergunakan untuk berdakwah juga untuk menentang kekuasaan penjajah

Belanda. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah mengenai kesenian

tradisional debus. Mengenai kesenian tradisional debus yang menjadi bahasan ini juga

tidak terlepas dari perkembangan agama Islam di pulau Jawa, khususnya di daerah

Banten. Bahkan lebih dari itu pertumbuhan kesenian debus di Banten adalah juga

bersamaan dengan bangkitnya perlawanan masyarakat Banten terhadap kekuasaan

Belanda yang ingin menguasai Banten, yaitu pada abad ke-16. Pada waktu itu

perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda dilakukan dengan berbagai

cara namun semuanya itu mempunyai satu tujuan untuk mengusirnya dari bumi

Indonesia.

Namum kini, seni tradisional ini mengalami perubahan dan nyaris terlupakan

karena kurang perhatian, baik dari pemerintah maupun masyarakat Banten itu sendiri.

7
Muhammad Syamsu as Ulama, Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya ,(Jakarta:
Lentera, 1999), hal.55

3
Menurut Kang Rohimi, menurunnya eksistensi seni tradisional debus di mata

masyarakat dan tergesernya oleh perkembangan zaman yang modern, sehingga

menjadikan masyarakat sedikit demi sedikit melupakan kebudayaan ini, dan terlena

dengan kehadiaran budaya-budaya baru yang di anggap lebih keren dan menarik.

Padahal tampa disadari kesenian ini semakin lama akan hilang dengan sendirinya.

Kejadian semacam ini yang mendorong saya ingin meneliti mengenai seni tradisional

debus. Tampa sepengetahaun masyarakat banyak ternyata debus sudah masuk

mancanegara yaitu Malaysia, Belanda, Hongkong. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, ini adalah permasalhan yang harus segera diselesaikan, dengan

mengembalikan kesedaran masyarakat akan pentingnya melestarikan kesenian

tradisional debus dan kesenian tradisional yang lainnya. Sangat Ironis sekali karena

kurang adanya perhatian atau pemeliharaan dari pihak-pihak yang seharusnya

berwenang dan bertugas menangani masalah tersebut.

Debus sebagai suatu kesenian tradisional di daerah Banten merupakan

kesenian yang tumbuh dan berkembang. Pada waktu para penyebar agama Islam di

Indonesia, kesenian debus digunakan sebagai media penyebaran ajaran Islam. Konon

kesenian debus ini ada hubungannya dengan tarekat Rifaiah yang di bawa oleh

Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad ke-16 . para pengikut tarekat ini ketika dalam

kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena bertatap muka dengan

Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke tubuh mereka. Filosofi yang

mereka gunakan adalah lau haula walla Quwata ilabillahil aliyyil adhim atau

tiada daya upaya melainkan karena Allah SWT semata, jadi Allah SWT mengijinkan,

maka pisau, golok, parang atau peluru sekalipun tidak akan melukai mereka. Kesenian

sejenis ini tidak hanya ada di Banten, tetapi juga berkembang di daerah Aceh dan

Minangkabau dengan sebutan rapaI deboih dan meudaboih. Di Indonesia, secara

4
umum permainan debus dapat ditemukan dalam dua aliran tarekat, yaitu tarekat

Qadariyah dan tarekat Rifaiyah.8

Seni Tradisional Debus adalah permainan yang berupa berbagai macam

atraksi, seperti: memecahkan buah kelapa dengan cara dibenturkan ke kepala sendiri,

memotong buah kelapa dan membakarnya di atas kepala, menggoreng telur dan

kerupuk di atas kepala, menyayat tubuh dengan sejata tajam seperti golok dan pisau,

membakar tubuh dengan minyak tanah atau berjalan-jalan di atas bara api, memakan

kaca dan atau bola lampu, memanjat tangga yang anak tangganya adalah mata golok-

golok tajam dengan bertelanjang kaki, dan menyiram tubuh dengan air keras. Konon

kesenian yang disebut sebagai debus ada hubungannya dengan tarikat Rifaiyah yang

dibawa oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad ke-16. Para pengikut tarikat ini

ketika sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena

"bertatap muka" dengan Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke

tubuh mereka. Filosofi yang mereka gunakan adalah "lau haula walla Quwata

ilabillahil 'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Jadi,

kalau Allah mengizinkan, maka pisau, golok, parang atau peluru sekalipun tidak akan

melukai mereka.9 Kesenian debus merupakan suatu kesenian yang bersifat religius

magis. Hal ini dapat dibuktikan pada waktu sebelum permainan dimulai selalu

membaca doa-doa dari Al-Quran dengan maksud untuk memohon dan meminta

perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT. Semoga semua permainan

terhindar dari segala mara bahaya, karena dalam kesenian debus ada adegan-adegan

8
Fahrul Bahri An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwah (bekal Perjuangan Dai), (Jakarta: Amzah,
2008), cet ke-1, .hal.12
9
An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwa hal.13

5
yang tidak masuk akal di mana para pemain dengan sengaja melukai dirinya dengan

sejata tajam.10

Seorang pemain debus harus kuat, tabah dan yakin kepada diri sendiri. Mereka

harus taat menjalankan kewajiban-kewajiban agama Islam, tahan lapar, tahan tidak

tidur, tahan tidak bergaul dengan istri selama waktu yang ditentukan dan lain-lain,

persyaratan yang jika untuk orang kebanyakan dirasakan berat.11 Berangkat dari latar

belakang tersebut, perlu dilakukan kajian lebih lanjut dan mendalam. Atas dasar

beberapa pemikiran diatas, penulis mencoba untuk menyusun sebuah karya tulis

dalam bentuk skripsi dengan judul. Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus

di Menes Pandeglang Banten

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada: aspek Nilai-

nilai Islam yang terkandung dalam Seni Tradisional Debus di Menes

Pandeglang Banten.

2. Perumusan Masalah

Nilai-nilai Islam apa sajakah yang terkandung dalam Seni Tradisional Debus

di Menes Pandeglang Banten?

C. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan pokok pembahasan di atas, maka tujuan penulisan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa nilai-nilai Islam apa sajakah yang

terkandung dalam seni tradisional debus di Menes Pandeglang Banten.

10
An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwahhal.53
11
An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwahhal.54

6
D. Manfaat dan Kegunaan penelitian

1. Manfaat penelitian

a. Manfaat Akademis

Dalam konteks akademis, penelitian ini dapat menjadi referensi atau

perbandingan bagi studi-studi yang akan datang. Dan memeberikan

sumbangan pemikiran mengenai Seni Tradisional Debus kepada pembaca,

masyarakat, Khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan anggota debus di Menes Pandeglang

Banten.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai

Komunikasi Antar budaya dan Antar kelompok. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan,

terutama di bidang dakwah dan Komunikasi Antar budaya dan Antar

Kelompok.

7
E. Metodologi Penelitian

a. Metode penelitian

Adapun metode12 yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian analisis deskriftif dengan menggunakan pendekatan kualitatif,13 yaitu sutau

penelitian yang berupaya menghimpun data, mengelola, menganalisa dan menafsirkan

secara kualitatif.14 Oleh karena itu, data-data penelitian yang dikumpulkan dalam

wujud konsep-konsep.15

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif yang bersumber pada data deskriftif,16 yaitu dengan cara

penulisan menggmabarkan permasalahan dengan didasari oleh data-data yang ada

kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan.

12
Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan yakni usaha dimana dilakukan dengan
menggunakan metode-metode tertentu. Lihat Sutrisno Hadi, Metodolog Riset, (Yogyakarta: UGM
Press, 1997), hal. 3
13
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek penelitian yang dapat
diamati. Definisi lain penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara
terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan , perasaan, dan perilaku individu atau
sekelompok orang. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hal.4
14
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada
(Denzin dan Lincoln, 1987). Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 5
15
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), hal.4
16
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta:
Magna Script, 2004)

8
3. Data Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari dua sember

yang berbeda, yaitu:

a. Data Primer, yaitu merupakan data utama. Data primer merupakan hasil

wawancara secara langsung kepada kelompok debus yang ada di Menes

Pandeglang banten.

b. Data Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data yang berfungsi sebagai data pendukung. Data

sekunder didapat dari buku-buku, internet, penelitian terdahulu, dan

sumber-sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas.

4. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek yaitu pelaku pokok pembicaraan, sesuatu yang menjadi pusat

pengamatan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah pemimpin

kelompok debus di Menes pandeglang Banten.

b. Objek Penelitian

Objek yaitu sesuatu yang menjadi sasaran pembicaraan. Adapun yang

menjadi objek penelitian ini adalah Nilai-nilai yang terkandung dalam Seni

Tradisional Debus.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data yang

sedang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi:

9
a. Riset Lapangan (Field Research)

Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi yang dalam hal

ini adalah sekertariat pimpinan debus di Menes Pandeglang Banten.

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang digunakan

dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan Langsung) yaitu teknik pengumpulan data

dengan cara melaksanakan kegiatan langsung pada perusahaan

untuk mencatat data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

2. Wawancara (Interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan

melakukan tatap muka secara langsung dengan pihak yang

bersangkutan yakni dengan mengadakan Tanya jawab sesuai dengan

data-data yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang akan

dibahas. penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur,

yaitu wawancara yang bebas dimana penelitian tidak menggunakan

pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan kepada ketua dan anggota

debus.

3. Dokumentasi yaitu sumber data yang berupa catatan resmi, juga

termasuk dokumen-dokumen yang mengungkapkan suatu

gambaran, seperti: biografi, autobiografi, surat-surat, buku harian,

dan lain-lain, termasuk hasil dari wawancara terhadap orang-orang

terkait dalam kegiatan penelitian ini.

10
b. Riset Kepustakaan (Library Reasearch)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini

adalah studi kepustakaan dengan membaca, memahami dan mengaalisa

buku-buku serta menulusuri berbagai literatur yang relevansinya

dengan pembahasan ini, serta literatur lain sebagai penunjang untuk

dikaji lebih juga guna mencari landasan pemikiran dalam upaya

pemecahan masalah.

6. Teknik Mengolah dan Analisis Data

a. Mengolah data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi suatu

yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan

Biklen,1982).17

b. Analisis Data

Semua data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan

metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian yang digunakan,

karena penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif, maka analisis

berdasarkan pernyataan keadaan dan ukuran kualitas (bersifat non-

statistik) yaitu cara melaporkan data mengklasifikasikan serta menjelaskan

semua data yang terkumpul secara apa adanya.

17
Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif hal.248

11
F. Tinjauan Pustaka

Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa buku maupun

tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang akan penulis tulis. seperti berikut ini:

1. Tesis yang berjudul Debus, Islam dan Kiyai: study kasus di desa Tegal

sari, Serang. Karya Isman Pratama Nasution tahun 1995. Dalam tesis ini

penulis melihat debus dari sedut antropologi. Tulisan Isman ini memiliki

kelebihan dalam analisis antropologi.

2. Tesis yang berjudul Debus sebagai Fenomena Keagamaan (Study

Kultural Debus Banten). Karya Nauval Syamsu, S.Ag tahun 2003.

Dalam tesis ini penulis lebih mengedepankan sejarah debus dan

perkembangan debus di Banten. Dalam penelitian ini hanya membahas

sejaran an perkemangan debus saja, tidak membahas nilai-nilai Islam yang

terkandung dalam Seni Tradisional Debus.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini, penulis memprioritaskan isi tulisan ini mejadi

lima bab yang terdiri dari sub-sub bab yang sesuai dengan pokok yang hendak

dibatasi. Adapun pembahasan sistematika dalam penulisan secara lengkap adalah

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab I Terdiri dari Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah,

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Manfaat

dan Kegunaan penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan

Sistematika Penulisan.

12
BAB II : Tinjauan Teoritis

Bab II ini meliputi Nilai-nilai Islam, Tradisi Islam di Banten, Pengertian

Debus, Unsur-unsur Debus, Kegiatan Debus dan Ritual Debus.

BAB III : Deskripsi Umum tentang Profil

Bab III menjelaskan tentang Profil Debus di Menes Pandeglang Banten,

mencakup Sejarah adanya Seni Tradisional Debus di Banten, Visi dan Misi

Kelompok Debus, Kegiatan Debus, Sarana dan Prasarana Kegiatan.

BAB IV : Analisis

Bab IV ini meliputi Analisis Data, mencakup nilai-nilai Islam dalam Seni

Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten.

BAB V : Penutup dan Saran

Bab V ini, diantaranya mencakup Kesimpulan dan Saran.

13
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Nilai

Manusia merupakan makhluk sosial dan makhluk budaya, maka tentunya

manusia selalu berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. Dalam hal ini,

manusia tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya bantuan

dari orang lain. Karena pada dasarya manusia saling membutuhkan, dalam rangka

membangkitkan sifat sosialitasnya, manusia akan terjadi masalah-masalah sosial yang

bahwa masalah sosial itu selalu ada kaitannya dengan yang dekat dengan nilai-

nilai.18 Dapat dikatakan bahwa nilai berkaitan dengan hubungan manusia dengan

manusia lainnya, dalam arti bermasyarakat.

Filsafat Jerman-Amerika, Hans Jonas menyatakan, nilai adalah the addressee

of a yes, sesuatu yang ditujukan dengan ya kita, karena nilai selalu mempunyai

konotasi positif sehingga nilai menjadi sesuatu yang kita ia kan dan kita aminkan.19

Hal tersebut sesuai dengan pengertian nilai menurut E. Kosasih, bahwa nilai adalah

sesuatu yang penting, berguna atau bermanfaat bagi manusia.20 Sehingga nilai

merujuk pada hal-hal yang positif.

Dalam Ensiklopedi Britanica yang dikutip oleh Nour Syam menyebutkan

bahwa nilai itu adalah sesuatu penetapan atau suatu kualitas sesuatu objek yang

18
Ahmadi dalam Jalaludin dan Abdillah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan (Jakarta: Gaya Media Pratama.1997). hal.122
19
Karl Bertenes, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2011). cet. XI, hal.149
20
E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012). Hal.46

14
menyangkut suatu jenis apresiatif atau minat.21 Sedangkan Burbecher membedakan

nilai itu kedalam dua bagian yaitu:

Nilai intrinsik dan instrumental. Nilai instrumental ialah nilai yang dianggap baik
karena bernilai untuk sesuatu yang lain, selanjutnya, nilai intrinsik adalah yang di
anggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dirinya, nilai
merupakan sesuatu yang ada hubungannya dengan subjek manusia. Nilai akan
selalu muncul apabila manusai (sebagi makhluk sosial) ini mengadakan
hubungan sosial atau dengan kata lian hidup bermasyarakat dengan menusia
lain.22

Sesuai dengan penjelasan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa, nilai merupakan sesuatu yang positif dan tidak bisa lepas dari hubungan

manusia dengan manusia lainnya. Hal itu menjadikan nilai sebagai apresiasi manusia

dengan menetapkan sesuatu hal, jika pribadi menganggap sesuatu itu bernilai maka

sesuatu itu akan bernilai.

Nilia-nilai ajaran Islam meliputi tiga bidang yaitu Aqidah, Syariah dan

Akhlak.

1. Akidah

Akidah berasal dari bahasa Arab: aqada-yaqidu-uqdatan-wa aqidatan,

artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan

hati nurani terikat kepadanya.23 Akidah juga bisa disebut sebagai kepercayaan dasar

atau keyakinan pokok.24 Sesuai dengan maknanya, yang dimaksud dengan akidah

ialah bidang ke imanan dalam Islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini

oleh seseorang muslim atau mukmin, yang termasuk bidang akidah ialah rukun Iman,

21
Jalaludin dan Abdillahhal.113
22
Jalaludin dan Abdillahhal.114
23
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.13
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2007), cet. VII, hal.1115

15
yaitu iman kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya,

kepada rasul-rasul-Nya, kepada hari akhir, dan kepada Qada dan Qadar.

2. Syariah

Syariah adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia,

hubungan manusia dan alam sekitar, berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits.25

Peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut dengan

Ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam

seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan

haji termasuk kepada Ibadah, yaitu Ibadah khusus yang materi dan tatacaranya telah

ditentukan secara permanen dan rinci dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulull ah SAW.

3. Akhlak

Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqu yang menurut

bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.26 Akhlak merupakan

bagian ajaran Islam yang mengatur tingkah laku manusia. Ibnu Maskawaih

mendefinisikan akhlak dengan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya

melakukan perbuatan-perbuatan baik tanpa melalui pertimbangan pikiran.27 Dalam

Islam selain akhlak juga istilah etika. Etika adalah sesuatu ilmu tentang yang baik

dan buruk.28

Akhlak berdasarkan objeknya dibedakan menjadi dua yaitu: pertama, akhlak

kepada khaliq. Kedua akhlak kepada makhluk. Terbagi menjadi akhlak kepada

25
Kamus Besar Bahasa Indonesia hal.1115
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia hal.20
27
http : //www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-Islam-pengertian.html, Pengertian
Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup, diakses pada hari Sabtu, 11 Januari
2014. 11.53 Wib
28
K. Bertenes, Etika hal.6

16
Rasulullah SAW, akhlak kepada keluarga, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada

sesama atau orang lain dan akhlak kepada alam.29

a. Akhlak kepada Allah

Sikap dan tingkah laku perbuatan seorang muslim kepada khaliq Al-

Mabud bi-haq, adalah sebagai pencerahan jiwa umat yang taat dan patuh,

takwa dan pasrah kepada kesadaran yang utuh, bahwa segala yang dimiliki,

mulai dari kehidupan pribadinya dan apa yang diperolehnya, seperti hibah dan

warisan, sampai pada yang diusahakannya dengan bekal keahlian,

keterampilan dan ketekunan sehinga dapat mencapai kedudukan yang mulai,

semua yang diterimanya semata-mata karena munnah dan fadl (pemberian

dan penghargaan) dari Allah.30

Sikap dan tingkah laku umat Islam terhadap Khaliq berlandaskan

kesadaran, bahwa Allah yang menciptakan dirinya dan apa saja yang

merupakan kelengkapan hidupnya, allah berkuasa pula untuk mencabut apa

saja yang diberikan itu, juga ia sadar bahwa Allah mengetahui, bukan saja

yang nyata dari segala sepak terjangnya, tapi juga yang jauh tersembunyi

dalam lubuk hati seseorang.31

b. Akhlak kepada makhluk; terbagi menjadi sebagai berikut:

1) Akhlak kepada Nabi atau Rasul

Setiap umat Islam yakin, bahwa Muhammad adalah Rasul

Allah, dan merupakan kewajiban bagi muslim dan muslimah untuk


29
Anwar,Akidah Akhlakhal.213
30
Kh. Abdullah Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Seri Media
Dakwah). hal.20
31
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakathal. 21

17
beriman kepada Allah, kepada Rasulullah SAW, dan kepada para

Rasul-Rasul yang lain. Menyatakan pengakuan dan bersaksi bahwa

Muhammad SAW adalah Rasul Allah . itulah pernyataan yang harus

dilakukan oleh setiap umat Islam sebagai selayaknya orang yang

mengakui dan menyakini kebenaran Rasulullah. Kesaksian dan

pengakuan ini tidak boleh dan tidak pantas sebagai kesaksian palsu,

sebab kepentingan kesaksian itu bukan kepentingan pribadi

Muhammad SAW., tetapi kepentingan pribadi masing-masing umat

Islam itu sendiri yang memerlukan petunjuk, untuk kebaikan dan

kesejahteraan hidup dunia dan akhirat mereka.32

2) Akhlak kepada diri sendiri

Setiap umat Islam harus menyadari sepenuhnya bimbingan

Allah melalui sunnah Rasulullah SAW, agar selalu membersihkan dan

mensucikan dirinya dan sadar sepenuhnya bahwa ukuran dasar Islam

tentang akhlak adalah:

Seorang muslim berkewajiban memperbaiki dirinya sebelum

bertindak keluar, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri,

karena ia dikenakan tanggung jawab terhadap keselamatan dirinya dan

lingkungan masyarakatnya.33

32
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakathal.40
33
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakathal.66

18
3) Akhlak terhadap tetangga

Setiap umat Islam harus mengetahui bahwa tetangga

mempunyai hak. Kewajiban setiap muslimin dan muslimah terhadap

tetangganya itu diatur di dalam Al-Quran maupun Al-Hadits, di dalam

Al-Quran Allah SWT menerangkan yang artinya:

dan berbaktilah kepada Allah SWT.: jangan mempersekutukan Dia

dengan apapun jua; dan terhadap kedua ibu bapak berbuat baiklah,

demikian juga terhadap keluarga yang dekat, anak yatim, orang

miskin, tetangga yang dekat, tetangga jauh, teman seiring, orang-

orang dalm perjalanan dan orang-orang yang menjadi sahayamu,

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang congkak dan

sombong, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan (An-Nisa:

36).34

4) Akhlak terhadap sesama muslim

Setiap muslim mempunya hak-hak dan kewajiban tertentu

terhadap saudara muslim lainnya, karena mereka telah dipersaudarakan

Allah, seperti tertera dalam surat Al-Hujurat, ayat 10, sebagai berikut:

34
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakathal.114

19
Sesungguhnya umat yang beriman satu terhadap lainnya adalah

saudara (kandung), hendaknya selalu diusahakan perdamaian di

antara para mereka yang bersaudara itu, selalu bertaqwalah kepada

Allah, semoga kamu selalu mendapat curahan rahmat dari Allah.35

5) Akhlah kepada non muslim

Setiap manusia meskipun mereka kafir, mereka adalah

Makhluk Allah SWT, yang mempunyai hak hidup di atas bumi ini.

Aka tetapi ada perbedaan prinsip antara yang muslim dan kafir. Maka

Islam memberi batasan khusus dalam sistem pergaulan yang

merupakan tata cara atau akhlak pergaulan dengan orang yang kafir.36

4. Identifikasi nilai-nilai budaya sebagai karakter bangsa

Terindentifikasi sejumlah nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa

sebagai berikut, Nilai dan Deskripsi Nilai dalam Pendidikan:

a. Religious sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang di anutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur perilaku ayng didasari pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
c. Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras perilaku yang menunjukkan upaya sunggug-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri sikap an perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.37

35
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakathal.
36
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakathal.160
37
Kementrian pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pembangunan Kurikulum, Badan
Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk

20
B. Tradisi Islam di Banten

Banten sebagai salah satu daerah yang kaya akan budaya tradisional,

perkembangan kesenian di Banten yang hampir surut. Sampai saat ini terdapat

beberapa bentuk kesenian yang masih bertahan di Banten yaitu:

1. Pencak Silat

Pencak silat merupakan seni beladiri yang berakar dari budaya asli bangsa

Indonesia. Disinyalir dari abad ke 7 Masehi silat sudah menyebar ke pelosok

nusantara. Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika

penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran

agama Islam pada abad ke15 di Nusantara. Kala itu pencak silat telah diajarkan

bersama-sama dengan pelajaran agama di pesantren-pesatren dan juga surau-

surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat,

menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah.

Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Banten yang

namanya sangat dikenal untuk ilmu silatnya juga penyebarannya tidak terlepas

dari ajaran agama Islam. Tidak heran banyak nama dari jurus dan gerakan

perguruan silat asli Banten diambil dari aksara dan bahasa arab. Pencak silat

Banten mulai dikenal seiring dengan berdirinya kerajaan Islam Banten yang

didirikan pada abad 15 masehi dengan raja pertamanya Sultan Hasanudin.

Perkembangan pencak silat pada saat itu tidak terlepas dari dijadikannya silat

sebagai alat untuk penggemblengan para prajurit kerajaan sebagai bekal

Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta,
2012), hal.7-10

21
ketangkasan bela negara yang diajarkan oleh para guru silat yang mengusasai

berbagai aliran.

2. Debus

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan

pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-

1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang

luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda

kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain.38

3. Rudat Banten

Rudat adalah kesenian tradisional khas Banten yang merupakan perpaduan

unsur tari, syair shalawat, dan olah kanuragan yang berpadu dengan tabuhan

terbang dan tepuk tangan. Rudat terdiri dari sejumlah musik perkusi yang

dimainkan oleh setidaknya delapan orang penerbang (pemain musik) yang

mengiringi tujuh hingga dua belas penari.Menurut beberapa tokoh Rudat, nama

Rudat diambil dari nama alat yang dimainkan dalam kesenian ini. Alat musik

tersebut berbentuk bundar yang dimainkan dengan cara dipukul. Seni Rudat mulai

ada dan berkembang pada masa pemerintahan Sinuhun Kesultanan Banten II,

Pangeran Surosowan Panembahan Pakalangan Gede Maulana Yusuf (1570-1580

M).

38
http://www.pesantrenglobal.com/debus-seni-mistis-islam-tanah-banten/. Diakses pada 07-
01-2014, hari selasa pukul 12.42

22
5. Tari Dzikir Saman Banten

Dzikir Saman yang ada di Banten berbeda dengan Saman yang ada di

Aceh, disini para pemainnya terdari dari laki-laki dengan membentuk lingkaran.

Sambil berputar, sambil menyebutkan shalawat Nabi Muhammad SAW. Seni

Dzikir Saman ini tidak diiringi dengan perangkat alat musik, hanya nyanyian

dengan menyebut asma Allah, alok dan gerakan tubuh yang berputar-putar. Seni

ini sudah ada sejak dahulu, biasanya dalam acara tertentu seperti Khol Syeh Abdul

Khodir Jailani, Rasullan, dan acara keagamaan lainya.

6. Ubrug Banten

Istilah ubrug diambil dari bahasa Sunda yaitu saubrug-ubrug yang artinya

bercampur baur. Dalam pelaksanannya, kesenian ubrug ini kegiatannya memang

bercampur yaitu antara pemain atau pelaku dengan nayaga yang berada dalam

satu tempat atau arena. Waditra yang digunakan dalam ubrug yaitu kendang besar,

kendang kecil, goong kecil, goong angkeb (dulu disebut katung angkub atau

betutut), bonang, rebab, kecrek dan ketuk. Busana yang dipakai yaitu: juru

nandung mengenakan pakain tari lengkap dengan kipas untuk digunakan pada

waktu nandung. Pelawak atau bodor pakaiannya disesuaikan dengan fungsinya

sebagai pelawak yang harus membuat geli penonton.

Urutan pertunjukan ubrug yakni sebagai berikut :

a. Tatalu, gamelan ditabuh sedemikian rupa sehingga kedengaran semarak

selama 10-15 menit yang dimulai pada pukul 21.00 WIB.

b. Lalaguan, Ini kemudian disambung tatalu singkat sekitar 2 menit

dilanjutkan dengan Nandung.

23
c. Lawakan, lakon atau cerita yang akan disuguhkan.

d. Soder, yaitu beberapa ronggeng keluar dengan menampilkan goyang

pinggulnya. Para pemain memakaikan kain, baju, topi atau yang lainnya ke

tubuh ronggeng. Sambil dipakai, para ronggeng terus menari beberapa saat

dan kemudian barang-barang tadi dikembalikan kepada pemiliknya dan si

pemilik menerima dengan bayaran seadanya. Soder berlangsung + 20-30

menit.

7. Tari Cokek Banten

Cokek adalah sebuah tarian tradisional dari daerah Tangerang yang

dimainkan kali pertama sekitar abad ke-19. Ketika itu, tarian ini diperkenalkan

oleh Tan Sio Kek, seorang tuan tanah. Tionghoa di Tangerang yang sedang

merayakan pesta. Dalam perayaan pesta itu, Tan Sio Kek mengundang beberapa

orang ternama yang tinggal di Tangerang. Tan Sio Kek mengundang juga tiga

orang musisi yang berasal dari daratan Cina. Ketika itu, para musisi Cina hadir

sambil membawa beberapa buah alat musik dari negara asalnya. Salah satu alat

musik yang mereka bawa yakni Rebab Dua Dawai. Atas permintaan Tan Sio Kek,

group ini juga memainkan beberapa alat musik tradisional dari daerah Tangerang,

seperti seruling, gong serta kendang.

8. Dog-dog Lojor Banten

Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer

Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung

Halimun (berbatasan dengan Sukabumi, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini

dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di

sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun

24
sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau

Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman

kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.

Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena

mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama.

9. Golok Banten

Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun

sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara. Hingga saat ini kita juga

bisa melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat. Ukuran, berat, dan

bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya. Golok

memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih

pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong semak dan dahan

pohon. Golok biasanya dibuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada

pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi

membutuhkan pengasahan yang lebih sering.39

1. Pengertian Debus

Debus adalah salah satu kesenian di Banten yang sampai saat ini masih

bertahan dan lebih dikenal dibandingkan dengan bentuk kesenian lainnya. Ada

pendapat bahwa debus adalah permainan yang menunjukkan kekebalan seseorang

baik dari senjata api, senjata tajam, api dan sebagainya, sementara ada kelompok lain

yang menyatakan bahwa yang disebut dengan kesenian debus adalah kesenian yang

39
http://budayabanten.blogspot.com/ Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten, diakses pada
hari kamis, 13 Februari 2014, pukul 12.22 Wib

25
menggunakan perangkat yang memang telah digunakan sejak zaman kesultanan

Banten. Jika pendapat kedua benar, maka dapat dikatakan bahwa tidak semua

permainan kekebalan merupakan kesenian debus.

Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa debus merupakan suatu jenis

permainan untuk membuktikan kekebalan, dan alat yang digunakan disebut dabus,

yaitu sebuah alat dari kayu yang ujungnya diberi besi tergantung yang runcing;

kemampuan ajaib untuk tahan tidak luka memegang rantai yang dibakar hangus,

praktik kekebalan diri dari pukulan dan tusukan.40

Ada dua pendapat tentang makna kata debus itu sendiri yaitu, Atjeh

mengatakan bahwa kata debus berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Arab. Akar kata

dari debus ialah dabbus yang berarti sepotong besi tajam.41 Sedangkan pendapat

kedua menyatakan bahwa kata debus berasal dari bahasa lokal, yaitu bahasa Sunda,

yaitu kata tembus yang dikaitkan dengan tajamnya alat tersebut yang dapat menembus

tubuh seseorang jika dipukulkan.42

Dengan mengutip dari beberapa sumber, Vredenbregt menyebutkan beberapa

padanan kata debus. Debus juga dapat dijumpai dalam beberapa literature di luar

Banten, misalnya di Jawa, dalam kitab Serat Tjentini digambarkan tentang suatu jenis

permainan yang disebut gabusan, debus atau gedebus. Sementara si Aceh permainan

seperti ini desebut Rapai atau disebut juga daboih atau meudaboih. Sementara di

Sumatera Barat permainan sejenin ini disebut badabuih atau dabuih, yang meruoakan

kata dari bahasa Minang dan berakar kata dari bahasa Arab yaitu dabbus yang berarti

40
Imron Arifin. Debus, Ilmu kekebalan dan kesaktian dalam Tarekat Rifaiyah, (1993). hal.25
41
Abu Bakar Atjeh. Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: Ramadhani 1993), hal.357
42
Di Banten juga dikenal sebuah kesenian yang disebut Al-Madad. Kesenian ini merupakan
pengembangan dari kesenian debus. Lihat Ismetullah Abbas, Sejarah dan Objek Spiritual Banten,
(1990), hal. 9

26
jarum tusuk. Dari beberapa daerah yang penulis ketahui, permainan kesenian debus

inipun berkembang di Cirebon dan Banyuwangi.

2. Hakekat Debus

Menurut Isman dalam permaianan ritual debus ada tiga pokok yan harus

diperhatikan dan tidak terpisahkan, yaitu shalawat, dzikir dan permainan debus.43

Begitu pentingnya, jika salah satu hilang maka debus sebagai suatu permainan akan

kehilangan maknanya. Seorang informan menyatakan kepada isman bahwa:

Ada tiga unsur yang penting dalam debus yang harus ada dan tidak boleh
ditinggalkan salah satunya. Jika salah satu ditinggalkan maka itu bukan debus.
Jika ada pertunjukkan debus hanya sahalawat saja, maka itu bukan debus tetapi
shalawatan. Jika pertunjukkan debus hanya dzikir, maka itu bukan debus tetapi zikir,
jika ada pertunjukkan debus hanya olah batin saja, maka itu bukan debus tetapi atraksi
kekebalan.

3. Unsur-unsur Debus

Dalam permaianan debus terdapat beberapa unsur yang saling terkait dan

harus mendapat perhatian tersendiri. Menurut Vredenbregt, terdapat beberapa unsur

dalam permainan debus di Banten, unsur-unsur ini merupakan sesuatu yang penting

dan saling terkait antara satu dan lainnya, unsur-unsur tersebut adalah pemimpin atau

syeikh debus, pemain, permainan, peralatan, pertunjukkan dan musik pengiring.44

a. Unsur pemimpin

Pada setiap kelompok debus selalu ada salah seorang yang jadi pemimpin.

Pemimpin debus adalah orang yang dituakan dalam kelompok tersebut. Dalam

permainan debus, seorang pemimpin atau syeikh debus merupakan unsur yang

terpenting.

43
Isman Pratama Nasution, Debus, Islam, dan Kiyai: Studi Kasus di desa Tegalsari Serang,
(Jakarta: Universitas Indonesia 1995). Hal.18
44
Vredenbregt, Debus in West Java hal. 305-309

27
Keberhasilan suatu permainan tergantung sejauh mana peran dan keahlian

seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Syeikh debus, disamping sebagai

pemimpin debus, ia juga biasanya sebagai pemimpin tarekat (leader of mystical

fraternity) di kampung tersebut.45

Seorang pemimpin tidak sebatas memimpin suatu pertunjukkan, lebih dari itu

ia adalah seorang motivator yang membuat mereka berani melakukan atraksi.

Vredenbregt menulis bahwa prmain debus berani karena syeikh.

Melihat kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin debus, kadangkala

kemampuan seperti itu yang kemudian berkembang dan sering menjadi kultus

individu terhadap seorang syeikh. Dikatakan bahwa seorang syeikh terbebas dari

kesalahan jika terjadi kesalahan terhadap seorang pemian. Padahal kalau

diperhatikan, kehidupan seorang syeikh debuspun tidak berbeda dengan kalangan

masyarakat biasa.

Lebih jauh Vredenbregt memberikan penjelasan tentang peranan syeikh debus,

antara lain sebagai instruktur yang memberikan perintah kepada para pemain,

sebagai wasilah (perantara) kepada Syeikh Abdul Qadir Jailani.46

b. Unsur Pemain

Adanya seorang pemimpin mensyaratkan adanya orang yang dipimpin,

anggota atau anak buah. Anggota kelompok debus sebagai pemain debus.

Biasanya pemain debus adalah orang yang telah mencapai usia balig (dewasa)

atau yang dikatakan oleh Vredenbregt telah mempunyai hak sendiri dan

kewajiban terhadap tuhan. Usia mereka antara 30-40 tahun, namun ada juga yang

berusia antara 18-20. Mereka umumnya adalah masyarakat yang hidup di sekitar
45
Vredenbregt, Debus in West Javahal. 304
46
Vredenbregt, Debus in West Javahal. 307-308

28
tempat tinggal syeikh debus, anda pun ada dari kampung lain hanya beberapa

orang saja.47

c. Unsur Peralatan

Debus merepakan sebutan untuk peralatan yang digunakan dalam permainan

debus, yang berbentuk kayu silinder dengan rantai besi kecil di sekelilingnya dan

terdapat paku besi di tengah-tengahnya dengan ujungnya yang tajam. Ada dua

ukuran dari peralatan tersebut, yaitu besar dan kecil.48

d. Unsur Permainan

Dalam uraian di atas sudah di jelaskan inti dari permainan debus adalah

pertunjukkan kekebalan dari benda-benda tajam. Permainan debus atau

pertunjukkan debus, menurut Vredenbregt terbagi dalam dua teknik; pertama apa

yang disebut dengan teknik A.

Teknik A, pemain debus memegang sebuah debus kecil kemudian ia

melakukan beberapa gerakan tarian seraya mengangkat debus tersebut di atas

kepalanya sambil memutar-mutarkanya di sekitar kepala yang menimbulkan suara

gemerincing, ia menusukkan debus tersebut pada tubuh mereka sambil berseru

Allahu Akbar. Sementara dalam teknik B. pemain menggunakan debus besar

yang dipanggul di atas pundaknya lalu diangkat dengan memegang ujungnya

sambil menari, sementara temannya membawa pulu baik yang kecil maupun yang

besar di pundak mereka ataupun debus kecil yang dijadikan sebagai alat

pemukul.49

47
Vredenbregt, Debus in West Javahal. 306
48
Vredenbregt, Debus in West Javahal. 306
49
Menurut Ismetullah Al-Abbas. Syeikh Al-Madad atau Syeikh Al-Madat adalah orang yang
mengembangkan kesenian debus. Lihat Sejarah dan Objek Spiritual Banten. Ismetullah Abbas. 1990.
Hal.9

29
Para pemain debus kemudian membentuk gerakan melingkar dan saling

berhadapan. Pemain yang memegang debus besar menusukkan ujung debus (al-

madad) pada beberapa bagian tubuhnya sementara pemain lain bersiap untuk

memukul ujung debus yang lain dengan palu. Sambil berteriak Syeikh al-

madad,50 pemain yang lain menjawab dengan kata Hadir,51 lalu memukullah

pemian debus yang memegang debus kecil ataupun palu.

e. Unsur Musik Pengiring

Alat musik untuk pingiring permainan debus terdiri atas gendang besar,

gendang kecil, goong, terompet, dan kecrek.52

Bentuk-bentuk tarian yang diperankan oleh pemian debus diiringi oleh

permainan musik sebagai pelengkap dan daya tarik permianan itu sendiri, selain

itu juga, pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran, dzikir, shalawat dan pembacaan

wawacan Syeikh atau hikayat Syeikh53 yang dibacakan oleh seorang pemimpin.

Vredenbregt menggambarkan bahwa permainan debus ini biasanya dilakukan

pada malam hari setelah shalat megrib, namun dimungkinkan juga dilakukan juga

pada waktu yang lain, misalnya pertunjukkan yang dilakukan di siang hari karena

keterkaitan dengan acara yang lain.

Pertunjukkan debus tidak dapat dilakukan secara mendadak. Ada beberapa

peraturan yang harus ditaati oleh Syeikh dan anggota debus. Syeikh harus

berpuasa, tidak boleh melakukan hubungan seks ataupun hal-hal lain yang

50
Al-Abbas. Sejarah dan Objek Spiritual Banten hal.10
51
Kata hadir pada beberapa kelompok diucapkan ketika doa atau amalan selesai. Kata ini
adalah simbolisasi penyatuan diri dengan amalan.
52
http://zmughnii.blogspot.com/2013/05/5-kesenian-unik-banten.html. Diakses pada hari
selasa tanggal 07 Januari 2014, pukul 12.09 Wib
53
Wawacan Syeikh termuat dalam sebuah buku yang dikenal dengan Manaqib Syeikh. Buku
ini berisi tentang kisah kehidupan Syeikh Abdul Qadir Jailani.

30
dianggap tabu, hal ini dilakukan supaya iman kuat atau memperoleh kekuatan

spiritual.54

Pembacaan surat al-fatihah merupakan hal pertama yang harus dilakukan oleh

para pemain, Syeikh sendiri memohon perlindungan dan bantuan khusus dari Nabi

Muhammad, Syeikh Mochtar Palembang, syeikh Halil Aceh, dan Syeikh Abdul

Qadir Jailani.pembacaan surat al-fatihah ini diperuntukkan bagi nama-nama di

atas. Setelah itu secara bersamaan mereka membaca wawacan Syeikh dan

pembacaan ini berlangsung selama pertunjukkan berlangsung.

Kemudian Syeikh debus menyiapkan air kelapa, air minum, kemenyan dan

bunga kemboja yang diletakkan di hadapannya, lalu ia membaca beberapa ayat

Al-Quran sambil membakar kemenyan. Terkadang Syeikhpun melakukan

tindakan-tindakan megis seperti meniup ujung debus, meminyaki ujungnya

ataupun menusuk-nusukkannya di dada secara berulang-ulang. Kemudian syeikh

mengahadapkan kepala pemain sambil membasuh rambutnya.55

4. Kegiatan Debus

Dalam pelaksanaan pertunjukkan debus terikat pada ketentuan- ketentuan

sebagai seni pertunjukkan pada umumnya dan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi ada

juga kegiatan-kegiatan atau pertunjukan- pertunjukan lainnya sebagai berikut:

a. Pembukaan, sebelum acara resmi dimulai maka beberapa lagu-lagu yang

dimainkan dengan alat musuk tradisional dimainkan sebagai lagu pembukaan

disebut dengan "gembung".

b. Pelaksanaan Zikir, yaitu menyebut keagungan dan kebesaran Tuhan yang Maha

Esa secara dilagukan dan berulang-ulang. Dengan dzikir ini membuktikan bahwa

54
Vredenbregt,Debus in West Java hal. 308. Puasa biasanya dilakukan sehari sebelumnya.
55
Vredenbregt,Debus in West Java hal. 309

31
pemain dan permainan kesenian debus bukan merupakan kesenian yang

mengandung ilmu sihir atau dengan meminta perantaraan roh seperti pada

kesenian Kuda Lumping di mana pemimpin rombongan kesenian tersebut

umumnya berfungsi sebagai penanggung jawab spiritual yang harus membawa

para pelakunya kearah in trance. Selain itu juga harus dapat menyadarkan kembali

pemain apabila sudah dianggap cukup dalam melakukan salah satu atraksi. Pada

permainan debus tidaklah demikian, setiap pemain dalam melakukan kegiatannya

selalu dalam keadaan sadar.

c. Beluh atau mocopat; merupakan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi

Muhammad SAW. Yang dilagukan berulang-ulang tanpa putus selama permainan

debus berlangsung.56

d. Pencak silat; merupakan adegan pertama yang dilakukan oleh satu atau dua

pemain, dengan atau tanpa menggunakan senjata tajam. Seorang pesilat

haruspercaya diri, cepat, tepat, tajam penglihatan dan juga kelincahan.

e. Permainan debus; atraksi di mana seorang pemain memegang alat debus (kecil)

dan ujungnya yang runcing ditempelkan ke perut. Seorang pemain lain memegang

kayu pemukul atau gada yang lalu dipukulkan kuat-kuat pada tanggkai debus.

Pukulan dilakukan berkali-kali dan ternyata tidak melukai. Posisinya tidak hanya

berdiri saja, atau pada perut saja tetapi juga dengan merebahkan diri dan pada

bagian-bagian tubuh yang lain. Debus yang besar biasanya untuk main syeh atau

ketua debus sendiri. Bila terjadi "kecelakaan" atau pemain terluka, biasanya

segera disembuhkan oleh syeh.

f. Mengupas buah kelapa dengan gigi; seorang pemain menguliti sebuah kelapa

yang masih bersabut. Setelah terkupas kemudian dibelah. Kadang-kadang di

56
K. Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus (Jakarta: Proyek Media Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1982),hal.63

32
dalam buah kelapa kita lihat ada bihun. Dan ini bukan bihun bohongan tetapi

benar-benar bihun yang suka dimasak. Jadi bukan sulap karena setiap penonton

boleh memegangnya untuk membuktikan apakah benar itu bihun.

g. Menggoreng telur dan kerupuk di atas kepala; di atas seorang pemain diletakkan

semacam tungku api yang terbuat dari buah kelapa yang dibelah. Kemudian diisi

dengan kain-kain yang telah diberi minyak tanah dan dibakar. Setelah api menyala

diletakkanlah sebuah penggorengan (wajan) yang sudah diisi dengan minyak

kelapa. Setelah minyak mendidih barulah telur dan kerupuk dimasukkan. Untuk

membalikkan makanan tadi hanya menggunakan tangan telanjang tanpa

menggunakan alat. Walaupun tangan mereka dimasukkan dalam minyak mendidih

tetapi tidak merasakan apa-apa bahkan yang terasa hanyalah rasa dingin saja.

h. Mengerat atau menoreh tubuh; dengan senjata tajam (golok, pisau). Perut, lengan,

bahkan lidah ditoreh atau dipotong. Walaupun pisau dan golok tadi cukup tajam

(dicoba untuk memotong rambut) tatapi pemain tetap segar-bugar tiak ada luka

sedikit pun. Memang secara akal hal ini sangat sulit untuk diterima tatapi apabila

tuhan menghendaki itu bisa saja terjadi. Atraksi ini tampak sangat mengerikan

sehingga terkadang ada penonton tidak tahan melihatnya.57

i. Main api; dengan obor menyala seorang pemain membakar tubuhnya, atau

berjalan-jalan diatas bara. Pemain tidak mengalami luka bakar sedikit pun.

j. Makan kaca atau bola lampu listrik; dengan lahap pemain debus memperlihatkan

kekebalannya memakan pecahan kaca dan bola lampu listrik. Semua dilakukan

dengan sadar dan bukan seperti sulap yang biasa kita lihat. Kaca atau bola lampu

dimakan seperti krupuk.

57
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debushal, 64

33
k. Memanjat tangga yang anak tangganya adalah mata golok-golok tajam; seorang

pemain dengan tidak merasa takut menaiki sebuah tangga kayu yang anak

tangganya adalah golok yang sangat tajam sekali. Dalam keadaan biasa tapak

kakinya akan putus, tetapi sang pemain melakukan dengan tenang dan ternyata

tanpa cidera. Permainan ini sangat mencekam para penonton. Rasanya sungguh

tidak masuk akal.

l. Dan lain-lain, sebenarnya masih banyak lagi atraksi lain yang dapat

dipertunjukkan. Menurut keyakinan para pemain, semua atraksi tadi dapat

dilakukan bukan karena ia yang kuat, melainkan berkat ridha dan lindungan Allah

SWT semata-mata.58

5. Ritual Debus

Akulturasi debus dengan Islam merupakan suatu bentuk sakralisasi

kebudayaan, sehingga dikatakan bahwa hubungan debus dengan Islam seperti mata

uang yang tidak memiliki arti jika salah satu bagiannya hilang. Konsep ini dapat

dipahami bahwa hanya muslimlah yang dapat mempelajari permainan debus. Konsep

ini harus diketengahkan, karena pada dasarnya debus bukan semata permainan

pertunjukkan kekebalan tubuh terhadap benda-benda tajam, namun lebih dari itu

debus merupakan sikap kepasrahan totalitas kepada Allah SWT.59

Beberapa ritual yang harus dilakukan oleh anggota debus. Disini penulis tidak

akan menulis seluruh ritual karena masing-masing kelompok memiliki ritual yang

khas, namun ada beberapa ritual yang lazim dilaksanakan, yaitu penyerahan keahlian

dari seorang guru yang dilakukan antara lain dengan pembacaa syeikh (manaqib

58
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debushal, 65
59
Nauval Syamsu, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 91-92

34
syeikh Abdul Qadir Jailani). Yang dimaksud ritual saat ini adalah ritual permainan

debus.60

Ritual dalam permainan debus sebenarnya adalah bentuk-bentuk keagamaan

yang dilandaskan atas ajaran agama atau yang bernafaskan keagamaan. Dalam

permainan debus, suatu ritual yang harus dilaksanakan dengan benar, hal ini terkait

dengan tingkat kesiapan dan keberhasilan suatu pertunjukkan. Berhasilnya suatu

permainan bukan hanya keselamatan pemain tetapi juga keselamatan penonton,

karena bisa saja terjadi kecelakaan yang menimpa penonton, apalagi ketika penonton

dilibatkan langsung dalam pertunjukkan. Ketika pertunjukkan akan dimulai, kegiatan

ritual dimulai denganmembaca wawacan syeikh. Vredenbregt menggambarkan:

sebelum melakukan pertunjukkan syeikh memberikan pengarahan kepada


para pemain, lalu ia melakukan beberapa ritual, kemudian ia menyalami semua
pemain yang akan pentas dan memberi minum pemain dengan air yang telah diberi
mantra.61
Anggapan yang mengatakan bahwa ritual debus berlangsung ketika permainan

dilakukan adalah pendapat yang keliru. Ritual dalam kelompok debus sebenarnya

dimulai ketika seorang pemain debus bergabung dalam kelompoknya. Beberapa ritual

yang terlihat paling penting adalah amalan dan puasa.

Kedua bentuk ritual ini memiliki pengaruh yang sangat besar. Puasa

merupakan latihan pengendalian diri menahan hawa nafsu. Puasa dalam ritual ini

bukan seperti puasa Ramadhan yang lazim dilaksanakan oleh kaum muslimin, puasa

Ramadhan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim,

sedangkan puasa dalam ritual ini merupakan upaya pengolahan batin dengan tetap

mengingat Allah SWT.62

60
Seorang murid yang telah memenuhi syarat akan memperoleh ijazah, yaitu keikhlasan
seorang guru untuk menurunkan ilmu atau kemampuan kepada muridnya.
61
Vredenbregt hal. 313
62
Vredenbregt, Debus in West Java hal. 316

35
Jumlah hari puasa yang harus dilakukan seorang murid bergantung kepada

kemampuan apa yang ingin ia peroleh, misalkan ada puasa yang hanya dilakukan 3

hari, 7 hari sampai 40 hari dan bahkan ada puasa tidur,63 dimana ia tidak boleh

menguap selama menjalani ritual tersebut. Perbedaan kuantitas tersebut bergantung

juga pada kelompok yang ia ikuti. Adapun larangan yang harus dipatuhi, tidak

berzinah, tidak mencuri, tidak berjudi. Semua yang dilarang oleh agama maka itu

menjadi larangan dalam debus.

Ritual yang berlangsung dalam debus sebenarnya dimulai sejak seseorang ikut

bergabung dalam suatu kelompok tersebut. Nauval menyebutkan ada lima kegiatan

ritual yang harus dilakukan oleh anggota: Pertama, persiapan ritual, seseorang yang

akan bergabung diamati dan diwawancarai oleh pemimpin; Kedua, pelaksanaan ritual,

anggota yang diterima harus melakukan beberapa ritual seperti berpuasa atau

membaca sesuatu yang telah ditetapkan oleh syeikh Ketiga, ritual pengujian, setelah

beberapa saat atau beberapa hari (tergantung persetujuan dari syeikh), anggota akan

diuji secara langsung oleh syeikh; Keempat, ritual pemantapan; dan Kelima, ritual

untuk meningkatkan kemampuan murid atau disebut ritual peningkatan.64

Dalam tahap pertama, keinginan seseorang untuk menjadi anggota adalah

faktor yang paling menentukan. Dikatakan bahwa diterima atau tidaknya suatu

kemepuan tergantung sejauh mana niat orang tersebut. Keikhlasan tidak hanya dari

pihak guru yang memberikan ilmunya, tetapi juga dari murid yang akan menerima.

63
Pelaksanaan puasa yang dilakukan oleh kelompok debus mungkin berbeda-beda tetapi
menurut kang Anda, puasa yang di lakukan oleh beliau adalah puasa di hari lahinya, jumlah puasa yang
dilakukan pun berbeda-beda bergantung pada keinginan ilmu yang ingin dicapai, mulai dari 1-40 hari,
akan tetapi jarang sekali yang melakukan puasa sampai 40 hari. Proses berbuka puasa ketika hari
terakhir puasa biasanya dengan minum air kelapa dan makan gula merah. Wawancara pribadi dengan
Kang Anda, pada Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12 Wib, Kp Rengat Girang
64
Nauval Syamsu, Debus Sebuah Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten, (Jakarta,
Uiniversitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 73

36
Seorang syeikh atau guru kadangkala telah mengetahui niat yang terkandung dalam

jiwa calon murid.

Setelah tahap pertama selesai, tahap kedua syeikh menugaskan calon murid

untuk membaca beberapa amalan zikir, misalnya pembacaan tasybih, tahlil, tahmid

atau takbir. Bentuk zikir disesuaikan dengan kemampuan yang ingin diperoleh,

bentuk zikir yang paling pendek adalah membaca berulang-ulang tasybih, tahlil,

tahmid ataupun takbir, sedangkan yang panjang adalah pembacaan ayat kursi atau

zikir khusus yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Jumlahnyapun beragam,

penulis pernah mendengar ada yang cukup tiga kali saja tetapi ada juga yang harus

dibaca ribuan kali dalam sekali zikir, karena dalam pandangan syeikh, tingkatan

murid dalam beberapa hal berbeda. Ritual zikir ini biasanya dilakukan setelah shalat

wajib atau tahajud.65

Amalan-amalan yang digunakan ada yang dikutip langsung dari Al-Quran,

misalnya saja kewajiban mengamalkan surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas ataupun potongan

dari sursr-surst panjang. Setiap ayat-ayat surat yang diamalkan memiliki keutamaan

dan tujuan tertentu. Contohnya pengamalan surat Al-Kahfi untuk memperoleh

kekuatan tahan panas.66

Selain dari Al-Quran, ada juga amalan yang menggunakan bahasa lokal, dari

yang penulis ketahui bahasa yang digunakan baik bahasa Sunda atau bahasa Jawa,

sudah jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Amalan seperti ini disebut juga

dengan mantra dan ada yang menyebutnya dengan sebutan gembel. Beberapa mantra

yang ditulis oleh Nauval antara lain:

65
Syamsu, Debus Sebuah Fenomena Keagamaanhal. 74
66
Nasution, Debus Islam dan Kiyaihal.98

37
Bima bayu geni mati geni
Murup mati
Sirep besi itu jadi abu
Atau campuran kutipan dari Al-Quran dan bahasa lokal, seperti:

Bismillah
Urat kawat bangbalung besi
Potong tulang nyambung tulang
Potong daging nyambung daging
Potong urat nyambung urat
Potong kulit nyambung kulit
Rep sirep rep sidem (100) x67
Beberpa mantra yang dikemukakan oleh Kang Anda salah seorang pemian debus,

antara lain:

Nabiatis batu trails


Natonggong batu belengkong
Nasirah aji nurilah (3x)

Sawarang has sawarang Has


Aing nyaho kabuyutan sia
Sawarang has sawarang Has (3x)

Urat kengkeng urat uangkeng


Urat nukasebut geger
Baji balung bagi rasa
Rasa kaula syaidina Ali (3x)

Nyai Sambang jeng Aki Sambang


Ulah nyungsum kana balung
Ulah nyungsum kana tulang
Ulah nyungsum kana daging
Ulah nyungsum kana kulit
Ulah nyungsum kana bulu
Mun rek nyungsum kana batu jeng kana kayu
Rep disirep ku Kanjeng Nabi Muhammad SAW (3 x).68

67
Syamsu, Debus Sebuah Fenomena Keagamaanhal. 75
68
Wawancar pribadi dengan Kang Anda, Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12 Wib, Kp Rengat Girang

38
Pada tahap ketiga, seorang murid akan diuji, apakah ia telah berhasil

mendapatkan apa yang diinginkannya atau ia gagal. Penulis sendiri pernah

menyaksikan kegagalan seorang murid dan ia harus mengulangi lagi dari awal.

Kegagalan ini bisa saja karena murid kurang dalam melakukan amalan atau ia

memiliki keinginan terhadap sesuatu ketika ia berpuasa.

Tahap keempat, yaitu pemantapan keahlian juga dilakukan dengan ritual yang

khas, ada kelompok yang melakukannya sampil membaca wawacan syeikh dengan

membakar kemenyan. Penulis pernah menyaksikan ritual seperti itu.

Jalannya ritual dimulai dengan pembacaan surat Al-fatihah, kemudian

berzikir, pembacaan wawacan syeikh dan terakhir doa. sementara ada juga yang

cukup dengan mantra-mantar yang dibaca oleh syeikh, yang kemudian dilanjutkan

dengan memberikan air atau tindakan magislainnya.

Seorang murid diberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya,

sehingga ia tidak hanya memiliki satu keahlian saja. Keahlian lain juga tidak didapat

begitu saja, beberapa ritual harus dilakukan oleh murid, namun biasanya sang guru

tidak lagi ikut secara langsung memberikan bimbingan. Tingkatan keahlian seorang

murid akan diuji oleh sang guru di hadapan murid lainnya.

Di samping ritual yang dilakukan sebelum kegiatan pertunjukkan, simbol

Islam yang digunakan adalah beberapa bacaan ketika pertunjukkan berlangsung.

Teriakan takbir yang dilanutunkan beberapa kali maupun wawacan syeikh yang tetap

dibaca oleh seorang syeikh debus ketika permainan sedang berlangsung. Seperti yang

dijelaskan di atas bahwa sikap pemain debus merupakan keyakinan kepada Allah

SWT yang memberikan kekebalan. Vredenbregt menggambarkannya sebagai berikut:

39
Syeikh A, menjelaskan bahwa pemain debus yang baik adalah yang tidak

pernah mengalami luka-luka ketika ia melakukan pertunjukkan. Ini terjadi kerena

keyakinannya kepada kekuasaan Allah SWT. Alat debus yang terbuat dari besi akan

menjadi sangat lembut bagi seorang pemain debus. Diapun harus pasrah kepada Allah

SWT jika ia berusaha menahan tajamnya besi tersebut, otomatis perlindungan Allah

SWT akan hilang.

Syeikh B, menyatakan bahwa inti dari debus adalah tauhid, sementara Syeikh

C, mengungkapkan bahwa debus itu sendiri bermakna percaya kepada Allah SWT

dan harus terjadi secara sadar. Jika pemain sedang fana dan hanya mengeluarkan

nafsu, maka kemungkinan terjadi kecelakaan sangat besar, namum ia pasrah

sepenuhnya kepada Allah SWT, diyakini bahwa kecelakaan tidak akan terjadi.69

Di samping keyakinan dan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah SWT, para

pemain pun sepenuhnya percaya akan kemampuan syeikh debus untuk melindungi

mereka. Perlindungan syeikh sendiri sebenarnya sebatas doa-doa yang dibacakan

syeikh. Ini mengisyaratkan bahwa syeikh sendiri memohon perlindungan Allah SWT,

bukan ia yang melindungi anak buahnya.

Maka dapat dikatakan bahwa ada tiga unsur utama dalam permaianan debus,

keyakinan atau tauhid kepada Allah SWT, keyakinan akan kemampuan syeikh untuk

memohon perlindungan dan rasa percaya diri pemain. Dari penjelaskan ini dapat

dikatakan bahwa permainan debus di Banten bukan hanya bentuk dari suatu

pertunjukkan kesenian rakyat yang diwariskan masa Sultan Ageng Tirtayasa, tetapi

lebih dari itu, permainan debus adalah wujud dari suatu keyakinan akan doktrin-

69
Vredenbregt, Debus in West Javahal. 316-317

40
doktrin agama Islam yang mereka yakini yang terejawantahkan dalam sikap

keberagaman mereka, religiusitas dalam kehidupan sehari-hari.

Budaya dan agama dalam permainan melebur menjadi satu, budaya sebagai

bentuk dari pemikiran manusia dan agama sebagai bentuk keyakinan melahirkan pola

baru dalam kehidupan masyarakat, meskipun tidak membentuk suatu agama budaya:

baru, tatapi paling tidak telah terjadi proses akulturasi pada masyarakat Banten, antara

budaya lokal dengan nilai-nilai ajaran Islam. Pelarutan antara agama dan budaya

tersebut sebenarnya merupakan perlindungan kebudayaan atas ajaran agama, sehingga

perilaku dan kebudayaannya terasa ada nuansa suci dan sakral. Tihami menjelaskan

bahwa sakralisasi kebudayaan masyarakat dan kulturasi agama dalam masyarakat

adalah penyebab kuatnya Islam di daerah-daerah tertentu. 70

70
H. M.A Tihami, M.A.. Islam Banten: Telaah Historis dan Sosio Kultural. (Makalah Dialog Al-Hukama).
Hal.2

41
BAB III

PROFIL KELOMPOK DEBUS MENES PANDEGLANG BANTEN

A. Sejarah Seni Tradisional Debus di Banten

Sebagai mana telah di singgung sedikit dalam bab sebelumnya mengenai

sejarah adanya bebus. Kebudayaan Indonesia yang telah berkembang sepanjang

sejarah bangsa merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang terus menerus

diusahakan untuk meningkatkan pembinaan dan pemeliharaannya. Kebudayaan

nasional Indonesia memang lebih berorientasi ke kebudayaan warisan nenek

moyang serta kebudayaan suku-suku bangsa Indonesia. Pengembangan dan

pembinaan kebudayaan nasional sangat erat kaitannya dengan kebudayaan suku-

suku bangsa di daerah. Salah satu dari sekian banyak kesenian tradisional adalah

kesenian tradisional debus. Kesenian ini tumbuh dan berakar dari masyarakat biasa

yaitu masyarakat pedesaan, di mana dalam kesenian tersebut mempunyai fungsi

memanifestasikan suatu kekebalan pada seseorang terhadap berbagai senjata tajam.

Kekebalan tersebut diperoleh dengan suatu cara yang mana di dalam meletakkan

dasar-dasar kekebalan tersebut adalah dari ajaran agama yaitu agama Islam. 71

Kesenian tradisional debus pada mulanya timbul pada waktu para penyebar

agama Islam (di Jawa adalah Wali Sanga) menyebarkan agama Islam dengan

menggunakan sarana kesenian sebagai alat penyebar agama di kalangan penduduk

pada masa itu. Perkembangan kesenian debus di Banten adalah juga bersamaan

dengan bangkitnya perlawanan masyarakat Banten, yaitu pada abad ke-16 sejak

masa kekuasaan Sultan Agung Tirtayasa (1651-1682), debus digunakan untuk

71
K. Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus, (Jakarta: Proyek Media Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1982), hal.1-3

42
membangkitkan semangat juang rakyat untuk melawan Belanda. Pada waktu itu

perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda dilakukan dengan berbagai

cara namun semua itu mempunyai satu tujuan untuk mengusirnya dari bumi

Indonesia. Kesenian Debus yang berkembang pada masa Sultan Ageng Tirtayasa

maupun Sultan Maulana Hasanudin erat kaitannya dengan penyebara agama Islam.

Tujuan yang utama selain untuk alat penyebara agama Islam juga untuk

mempertebal serta menambah semangat prajurit kesultanan Banten di dalam

mengahadapi musuh Banten yaitu kompeni Belanda yang akan mencoba

menanamkan kekuasaannya di daerah Banten.72

B. Profil Debus di Menes Pandeglang Banten

Debus Banten, khususnya di Menes dahulunya disebut dengan Karasme (kreasi

keramean). Debus yang menjadi penelitian penulis, hingga sekarang sudah 50 tahun

berdiri. Debus yang di pimpin oleh abah Rohani, alamat Kampung Cipicung, usia 72

tahun. Abah Rohani Sudah banyak mencetak murid yang sekarang masih melestariakn

kesenian tradisional ini, beliau dibantu oleh beberapa pelatih dan juga pemain yang

sedah memenuhi syarat untuk membatu melatih murid yang baru, berikut adalah yang

membatu pelestarian debus yang penulis teliti: Abah Saedi sebagai pelatih, alamat

Kampung Dahu, Usia 45 tahun. Abah Sorman sebagai pelatih, alamat Kampung

Cipicung, usia 40 tahun.

Bapak Rihimi, alamat Kampung Cipicung, usia 37 tahun. Beliau adalah putra

pertama dari Abah Rohani. Beliau memegang alat musik gendang 1 dan juga sebagai

pemain debus. Bapak Roman berasal dari Kampung Cipicung berusia 39 tahun, sebagai

pemain alat musik goong. Abah Supri berasal dari Kampung Dahu berusia 55 tahun,

72
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debushal.16

43
sebagai pemaian alat musik terompet. Kang Empang Permana berasal dari Kampung

Cipicung, usia 28 tahun, sebagai pemain alat musik gendang 2 dan beliau juga sebagai

pemain debus. Bapak Soleman berasal dari Kampung Cipicung, usia 45 tahun, sebagai

pemain alat musik kecrek.

Keanggotaan Debus Peuntas


Ketua
Abah Rohani
Alamat Kp. Cipicung , usia 72 tahun

Pelatih
Abah Saedi
Alamat Kp Dahu, usia 45 tahun
Abah Sorman
Alamat Kp Cipicung, usia 40 tahun

Pemain Musik
Rohim
Alamat Kp Cipicung, usia 37 tahun, pemain Gendang 1
Embang Permana
Alamat Kp Cipicung, usia 28 tahun, pemain Gendang 2
Rohman
Alamat Kp Cipicung, usia 39 tahun, pemain Goong
Soleman
Alamat Kp Cipicung, usia 45 tahun, pemain Kecrek
Abah Supri
Alamat Kp Dahu, usia 55 tahun, pemain terompet

Anggota /Pemain
Laki-laki perempuan
1. Abah Udin 1, Rohayah
2. Abah Arma 2, Herni
3. Bapak Katini 3, Asmi
4. Bapak Komarudin 4, Maesaroh
5. Bapak Toni 5, Rosiana
6. Sukmara 6, Sukaesih
7. Romli 7, Rohmah
8. Yadi 8, Rodian
9. Ujang 9, Rusmiati
10. Mamat 10, Samsiah 73

11. Rohim
12. Roni

73
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19.20 wib di lokasi
latihan, Kp Cipicung.

44
C. Tujuan Kelompok Debus Menes Pandeglang Banten

Keberadaan Seni Tradisional debus ini hampir kalah dengan kesenian

modern, jadi tujuan berdirinya kelompok debus ini sangat sederhana, menurut

Bapak Rohimi tujuannya adalah untuk melestarikan kebudayaan nenek moyang,

membuat generasi baru yang akan meneruskan, jangan sampai kesenian ini hilang

dari daerah Banten, dan ingin menjadikan kesenian ini menjadi kembali seperti

dulu bahkan naik ketingkat yang lebih tinggi, sehingga orang diluar sana lebih tau

akan keberadaan kesenian Tradisioal debus dan pencak silat ini.

Tujuan utama dalam mempelajari debus dan pencak silat adalah untuk

menjaga diri dan untuk membela diri di saat ada orang yang akan mencelakakn

kita. Persis dengan sumpah yang dilakukannya yaitu bela diri, bela bangsa dan

bela Negara.74

D. Kegiatan Kelompok Debus

Latihan rutin yang di lakukan pada setiap malam rabu dan malam minggu

menggunakan musiak tradisional, mulai dari latihan pencak silat sampai dengan

latihan debus, akan tetapi latihan debus jarang di lakukan melihat yang banyak

mengikiti latihan adalah anak-anak kecil. Sehingga yang lebih rutin adalah latihan

pencak silat. Walupun begitu peserta latihan tidak pernah sedikit yang ingin berlatih

bahkan ada dari luar kampung tersebut yang ingin berlatih pencak silat dan debus.

Peserta latihan terdiri dari anak-anak kecil baik laki-laki dan perempuan, remaja dan

dewasa.

Mengapa pencak silat selalu ada dalam kegiatan debus, karena menurut bapak

Rohimi antara debus dengan pencak silat tidak bisa dipisahkan, dalam kegiatan

74
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani dan Kang Rohimi, Minggu 9 Maret 2014 pukul
19.32 wib di lokasi latihan, Kp Cipicung .

45
debus sudah pasti di awali dengan pencak silat terlebih dahulu. Jadi pencak silat dan

debus sudah menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa di pisahkan atau tidak

bisa di hilangkan salah satunya.75

1. Komponen yang terdapat dalam pencak slat yaitu:

a. Barung yaitu jusur pencak silat.

b. Pincid yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih

melenturkan gerakan tubuh.

c. Tepakan yaitu jurus tingkatan pencak silat.

d. Karawangan yaitu pembukakan naik tepakan atau naik jurus.

e. Tabas yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih

melenturkan gerakan tubuh.

f. Bongbang yaitu gerakan tambahan atau goyang pisik untuk melenturkan

gerakan tubuh.76

2. Permainan debus

a. Pencak silat, yaitu pertunjukkan pencak silat baik perempuan ataupun

laki-laki, kecil atau yang sudah dewasa.

b. Pembacaan mecapat atau bacaan yang dilakukan oleh pemimpin atau

seikh

c. Ngajarak, yaitu menusukan semacam jarum sebesar jarum sol sepatu,

yang biasanya ditusuk adalah bagian tubuh seperti tangan, leher. Dan

tanpa mengeluarkan darah sedikitpun.

d. Behel, yaitu membengkokkan besi. Besi yang digunakan sebesar itu jari

tangan dan dibengkokkan oleh dua orang dari kedua ujung besi tersebut.

75
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, selasa 11 Maret 2014 pukul 19.45 Wib, di lokasi
latihan, Kp Cipicung Cikedal Pandeglang Banten
76
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, sabtu 15 Maret 2014 pukul 19.25 wib, di lokasi
latihan, Kp Cipicung Cikedal Banten

46
e. Tidur di atas beling, yaitu beling di taruh di tanah kemidian pemain

berguling-guling di atas beling tersebut.

f. Makan bara api, yaitu bara apa kayu atau batok kelapa dimakan laksana

memakan kerupuk tanpa merasa panas.

g. Makan bola lampu, yaitu pemain memakan bola lampu seperti layaknya

memakan kerupuk.

h. Kelapa ajaib, yaitu mengupas kelapa yang ternyata didalamnya terdapat

permen, kain, agar-agar, bubur, sarimi, susu.

i. Ngadewa, yaitu orang diikat, diselang seling oleh golok, ditutup

menggunakan kayu berupa dangka atau peti mati.

j. Menaiki pohon, yang pohonnya sejenis pohon pinang tetapi berduri,

kemudian pohon tersebut di naiki, dan hasilnya yang menaiki tidak

sedikit pun cidera atau tertusuk.

k. Memotong tubuh, yaitu memotong tangan, lidah bahkan memotong leher

pemain lainnya seperti menyembelih hewan, dengan menggunakan silet

dan dolok yang tajam, akan tetapi pemain tidak sedikitpun terluka.

l. Tebak-tebakkan yaitu mata seorang pemain di tutup menggunakan

perekat, kemudian diikat dengan semacam sabuk dengan sangat erat

kemudian ditutup dengan kain. Pemain yang lainnya memegang bendera

berwarna-warni. Hasilnya pemain yang ditutup matanya bisa

mengendarai motor , dan bisa menebak warna bendera apa yang diminta

oleh penonton.

m. Al-madad Sulton, yaitu alat yang digunakan pada masa kesultanan.

Bentuknya besi runcing di pangkalnya terdapat kayu bentuk bulat dan

pemukulnya terbuat dari kayu. Ketika alat ini digunakan, biasanya di

47
tancapkan di perut lalu pemain yang lainnya memukulkan pada pangkal

dengan alat pemukulnya.77

E. Sarana dan Prasarana Debus

1. Pengertian sarana dan prasarana

Kata Sarana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah

segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan

tujuan. Sedangkan kata Prasarana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) ialah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya

suatu proses usaha, Pembanngunan dan lain sebagainya.78

Sarana yang di gunakan untuk atraksi Debus

No Nama Alat Kegunaan Alat

1 Air Untuk media pembacaan doa

2 Jarum, sebesar jarum sol Ngajarak

3 Besi Behel

4 Beling Atraksi tidur di atas beling

5 Arang Makan bara api

6 Bola lampu Di kunyah

7 Kelapa Atraksi kelapa ajaib

8 Golok Ngadewa dan memotong tubuh

9 Kayu Ngadewa

10 Kain Ngadewa

77
Wawancara langsung pada saat pementasan Debus, 2 Maret 2014 pukul 14.40 Wib, di Kp
Bangkuyung, Jiput Pandeglang
78
Muhrosyida.blogspot.com//perbedaan sarana dan prasarana. Diakses pada 10 Juli 2014.
Pukul 12.32 Wib

48
11 Tali Ngadewa

12 Pohon duri Atraksi menaiki pohon berduri

13 Silet Menyayat tubuh

14 Motor Tebak-tebakkan

15 Bendera Tebak-tebakkan

16 Hansaplas Tebak-tebakkan

17 Kain dan ikatan mata Tebak-tebakkan

18 Tangga golok Atraksi tangga golok

19 Penggorengan dan minyak Atraksi menggoreng kerupuk dengan

tengan

20 Al-madad sulton Atraksi Al-madad

21 Alat music Tabuhan

Prasarana yang dibutuhkan untuk proses kelancaran atraksi debus adalah

tempat, penerangan, sound system.79

79
Wawancar pribadi dengan kang Rohimi, Selasa 4 Maret 2014 pukul 21.15 wib, dilokasi
latihan, Kp Cipicung

49
BAB IV

ISLAM DAN DEBUS

Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten

A. Nilai Akidah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten

Nilai akidah mencakup nilai keimanan yang meliputi, Iman kepada Allah,

iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari

akhir atau kiamat dan iman kepada qada dan qadar.80 Implementasi iman dalam

permaianan atau pun ritual debus, sebagai berikut:

1. Pokok dari segala akidah adalah beriman kepada Allah SWT, yang berpusat

pada pada pengakuan terhadap eksistensi dan kemahaesaan-Nya. Keimanan

kepada Allah ini merupakan keimanan yang menduduki peringkat pertama.

Dari situ dengan sendirinya akan lahir keimanan pokok-pokok (rukun) iman

yang lain. Pengakuan terhadap kemahaesaan itu, Esa dalam segala-galanya,

dan Esa dalam Dzat-Nya. Dia maha Esa dalam sifat-sifat-Nya, Dia maha esa

dalam wujud-Nya, artinya hanya Allah sajalah yang wajibul wujud, sedangka

yang lai hanyalah mumkinul wujud.81 Iman kepada Allah dengan kaitannya

permainan debus: para pemain debus diwajibkan untuk percaya dan yakin

kepada Allah. Di dalam setiap permainan debus banyak atraksi yang sangat

ekstrim dan membutuhkan keyakinan untuk melakukannya. Para pemain

debus selalu diajarkan agar selalu yakin dan memasrahkan diri kepada Allah

dengan filosofinya yakni la haula walla quwata ilabillahi aliyyil adzim.82

80
Anwar, Akidah Akhlakhal.14
81
Anwar, Akidah Akhlakhal.89
82
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan Kp Cipicung

50
2. Iman kepada malikat maksudnya adalah menyakini adanya malaikat meskipun

kita tidak dapat melihat mereka dan meyakini bahwa mereka adalah salah satu

makhluk ciptaan Allah.83

3. Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, berarti kita wajib beritikad atau

mempunyai keyakinan bahw Allah SWT mempunyai beberapa kitab yang

telah diturunkan kepada para Nab-Nya.84 Iman kepada kitab Allah, dalam

proses untuk menjadi pemain debus tidak mudah terdapat banyak ritual-ritual

yang harus dilakukan oleh para pemain. Ritual yang harus dilakukan oleh para

pemain amalan-amalan surat- surat pendek ataupun surat-surat panjang yang

diambil dari Al-Quran. Gunanya melatih memperkokoh keimanan dan

keyakinan kepada Allah SWT.85

4. Iman kepada Rasul yaitu mempercayai bahwa Allah SWT, telah mengutus

para Rasulnya untuk membawa syiar agama atau membimbing umat manusia

kepada jalan yang benar dan diridhai Allah SWT.86 Para pemain debus adalah

beragama Islam, sudah pasti beriman kepada rasul. Dalam proses permainan

ini para pemain deberikan amalan dan bacaan shalawat kepada Rasulullah

SAW. Dengan bershalawat dalam debus ini menandakan para pemian beriman

kepa Rasul. Tujuan bersalawat untuk memohon syafaat dari Kanjeng Nabi

Muhammad SAW 87

5. Iman kepada hari kiamat, hari kiamat adalah hari dibinasakan dan dihancurkan

alam semesta yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju

kehidupan kekal di akhirat. Iman kepada hari kiamat adalah meyakini dengan

83
Anwar, Akidah Akhlakhal.124
84
Anwar, Akidah Akhlakhal.137
85
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan Kp Cipicung
86
Anwar, Akidah Akhlakhal.150
87
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 21 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan Kp Cipicung

51
sepenuh hati datangnya hari kiamat dan munculnya alam akhirat tempat

manusia mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan sewaktu hidup di

dunia di hadapan Allah SWT.88 Kaitannya dengan permainan debus adalah,

setiap pemain debus selalu berusaha menjalankan segala perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya. Karena yakin bahwa segala sesuatu yang dilakukan di

dunia ini akan medapatkan balasan sekecil apapun di hari kiamat.89

6. Beriman kepada qadha dan qadar adalah bahwa setiap manusia wajib

mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwasannya

segala sesuatu yang dilakukan oleh seluruh makhluk, baik yang sengaja,

seperti makan, minum, duduk, berdiri ataupun yang tidak disengaja seperti,

terjatuh, terpeleset, pingsan, dan sebagainya telah ditetapkan oleh Allah SWT,

sejak zaman azali dan sudah ditulus di dalam Lauhul Mahfudz (papan tulis

yang terpelihara).90 Iman kepada qada dan qadar, kaitannya dengan permainan

debus, menurut uraian yang disampaikan oleh ketua kelompok debus yang

penulis teliti. Setiap pemian debus selalu diajarkan untuk yakin atas apa yang

dilakukannya dan berserah diri kepada Allah SWT. Ketika pemain debus

dalam atraksinya mengalami kegagalan maka pemain yakin kepada takdir baik

ataupun takdir buruk yang diterimanya. Menurut beliau pula, hidup dan mati

sengan bersama seni, yang penting salalu berada dalam jalur yang benar.91

88
Anwar, Akidah Akhlakhal.174
89
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan Kp Cipicung
90
Anwar, Akidah Akhlakhal.191
91
Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25, Kp
Limuspiit

52
B. Nilai Syariah dalan seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten

Nilai syariah meliputi syahadat, shalat, membayar zakat, puasa, menunaikan

ibadah haji bagi yang mampu, doa, taubat, bersyukur, berdzikir dan pernikahan.

Implementasi nilai syariah dalam permaianan debus, sebagai berikut:

1. Syahadat, merupakan rukun Islam pertama, yang artinya jika seseorang ingin

menjadi muslim, maka ia harus mengucapkan syahadat. Maka, itu artinya ia

siap menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Disa mping

sayahadat merupakan pintu manusia untuk memeluk agama Islam, para

pemain debus adalah beragama Islam dan hanya orang-orang muslim saja

yang dapat mempelajarinya, karena dalam prosesnya terdapat ritual-ritual

agama yang akan dilaksanakan oleh anggota debus, seperti dzikir, amalan

surat-surat pendek ataupun surat-surat panjang yang diambil dari Al-Quran,

kemudian shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Shalat menurut arti bahasa adalah berdoa. sedangkan menurut istilah adalah

menghadapkan jiwa dan raga kehadirat Allah (sebagai bentuk pengabdian)

dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimuali dengan takbir dan

diakhiri dengan salam, sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan.92

Shalat disamping kewajiban kita kepada Allah juga termasuk kebutuhan kita

selaku hamba kepada Tuhannya. Dalam debus diwajibkan untuk tidak

meninggalkan kewajiban shalat fardu, karena setiap yang dilarang oleh agama

itu juga termasuk kedalam larangan dalam kesenian debus.93

92
Drs. H. NH. Rifai, Pedoman Ibadah, (Jombang: Lintas Media), hal.24
93
Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25, Kp
Limuspiit

53
3. Zakat adalah bagian tertentu dari kekayaan yang Allah SWT perintahkan

untuk dikeluarkan dan di brikan kepada yang berhak (mustahiq).94 Para

pemain debus membayar zakat sesuai yang di wajibkan oleh Agama Islam.

4. Puasa artinya menahan, sedangkan puasa secara syariah Islam disepakati para

ulama, yaitu menahan dari apa pun yang membatalakanpuasa, disertai niat

untuk berpuasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari (magrib). Puasa,

ibadah yang termasuk kedalam ibadah jasmaniah dan ruhiyah, puasa juga

bentuk ibadah yang dilakukan dengan perbuatan. Dalam debus puasa juga

dijadikan salah satu ritual untuk manaklukkan hawa nafsu dan melatih

kesabaran. Puasa kaitannya dengan para pemain debus; para pemain debus

mengerjakan puasa sesuai yang di wajibkan oleh Allah, dalam debus pun ada

syarat yang harus dilakukan olah para pemain debus yaitu dengan berpuasa.

Puasa merupakan latihan pengendalian diri menahan hawa nafsu. Puasa dalam

ritual ini bukan seperti puasa Ramadhan yang lazim dilaksanakan oleh kaum

muslimin, puasa Ramadhan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh

setiap muslim, sedangkan puasa dalam ritual ini merupakan upaya pengolahan

batin dengan tetap mengingat Allah SWT.95

5. Doa adalah ibadah yang dilakukan oleh setiap manusia untuk meminta

pertolongan kepada Allah. Dalam kesenian debus doa merupakan kunci

kesuksesan permainan. Doa dipanjatkan sebelum memulai permainan bahkan

doa dan pujian kepada Allah SWT dan kepada Nabi Muhammad SAW, yang

dilakukan secara berulang-ulang tanpa putus selama debus berlangsung,

94
www.dakwatuna.com/2008/09/923/zakat-definisi-dan-tujuan/#axzz3B2LWFA6E, diakses
pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 2138
95
Syamsu. Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Bantenhal.92

54
semua ini dilakukan untuk selalu memohon dan meminta perlindungan dari

Allah SWT.96

6. Taubat merupakan ibadah, karena menundukkan diri dan jiwa kepada Allah

SWT, serta meminta pengampunan dan menyesal kesalahan yang telah

diperbuat.97 Kaitan antara taubat dengan debus, taubat adalah jalan untuk terus

memohon kepada Allah agar di ampuni dari segala dosa, baik dosa yang

terlihat ataupun dosa yang tidak terlihat. Dalam diri manusia terdapat

dorongan yang mengarahkan manusia kepada jalan yang benar dan ada pula

yang mendorong untuk berbuat yang tidak baik. Begitu juga para pemain

debus tidak selalu berada dalam keadaan yang selalu benar dan baik, akan

tetapi ada dosa-dosa yang diperbuat. Maka dengan taubatlah jalan manusia

untuk terus menjadi manusia yang lebih baik. Keterkaitan antara taubat

dengan seni dimana dengan taubat akan menjadikan para pemian lebih

memahami kesalahan yang sudah dilakukan, lebih membenahi diri, dengan

taubat akan menjaga kemampuan yang ada dalam diri para pemain,. Karena

dengan melanggar norma-norma agama, maka akan menghilangkan

kemampuan yang ada dalam diri pemain debus. 98

7. Bersyukur merupakan ibadah yang dilakukan dengan cara diucapkan dengan

menyebut dan mengingat nama Allah SWT. Bersyukur atas nikmat dan

karunia yang telah Allah berikan, bersyukur atas keindahan yang Allah

ciptakan. Dengan selalu mengingat Allah para pemain debus percaya akan

diberikan kemudahan dan kelancara dalam setiap kehidupan sehari-hari dan

ketika melakukan atraksi debus.


96
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus63
97
www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-dan-tata-carataubat-nasuha.html, diakses
pada tanggal 20 Agustus2014, pukul 21.54
98
Wawancala pribadi dengan Abah Rohani dilokasi latihan, kamis 20 Maret 2014, pukul
20.45 Wib. Kp cipicung

55
8. Zikir adalah ucapan berisi pujian kepada Allah atau ingatan mengingat

keagungan-Nya. Berdzikir berarti mengingat dan menyebut asma Allah

SWT.99 Dan merupakan konotasi positif yang berarti baik. Dalam kesenian

debus, berdzikir pula merupakan salah satu ritual dalam kesenian debus yang

harus dilakukan oleh anggota debus untuk menebalkan keyakianan dan

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Zikir biasanya dilakukan dnegan

mengulang beberapa kalimat atau ayat-ayat Al-Quran. Bentuk zikir

disesuaikan dengan kemampuan yang ingin diperoleh, bentuk zikir yang

paling pendek adalah membaca berulang-ulang tahmid ataupun takbir,

sedangkan yang panjang adalah pembacaan ayat kursi atau beberapa zikir

khusus yang hanya dimilik oleh kelompok tertentu. Biasanya dibaca ribuan

kali dalam sekali zikir. Ritual zikir ini biasanya dilakukan setelah shalat wajib

atau tahajud.100

9. Pernikahan merupakan cara manusia untuk memelihara statusnya sebagai

makhluk yang mulia dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. Selain itu

pernikahan merupakan cara terbaik untuk keberlangsungan manusia itu

sendiri, oleh karena itu pernikahan merupakan wujud ibadah kita kepada Allah

SWT. Pernikahan menjadi suatu perkara penting dalam proses setiap anggota

debus. Dalam kesenian debus dilarang berbuat zina, maka menurut salah

seorang anggota debus, untuk menjaga kehormatan diri dari perbuatan zina,

alangkah baiknya setiap anggota debus menyegerakan pernikahan untuk

menjaga kesucian diri dan menjaga konsistensi larangan yang terdapat di

dalam kesenian debus. Terbukti dari seluruh anggota debus yang peneliti teliti,

99
Roudhonah, Lilis Suryani, Wahiddin Saputra, Nasichah, Musfirah Nurlaily, Qiraah Ibadah
dan Dakwah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,
2004),cet.1,hal.166
100
Syamsu, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Bantenhal.93

56
para anggota debus baik laki-laki maupun perempuan sudah berkeluarga

meskipun masih berusia sangat muda.101

C. Nilai Akhlak dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten

Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong

perbuatan-perbuatan spontan tanpan memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak

merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan

dalam tingkah laku dan perbuatan.102 Nilai-nilai akhlak berdasarkan objeknya

dibedakan menjadi dua:

1. Akhlak kepada khaliq

Sebagaimana telah di uraikan di bab sebelumnya bahwa akhlak terhadap Allah

adalah sikap tingkah laku umat Islam berdasarkan kesadaran bahwa Allah

menciptakan dirinya dan apa saja yang merupakan kelengkapan hidupnya. Beriman

kepadanya dan membenarkan wujudnya, beriman bahwa Dia-lah sang pencipta,

pemberi rizki, Dzat yang menghidupkan dan yang mematikan, Dia-lah yang berhak

menciptakan dan memerintahkan, serta hanya kepada-Nya tempat tempat kembali.103

Dalam seni tradisional debus meyakinkan dan pasrah kepada Allah adalah hal yang

harus dilakukan oleh para pemain debus, hal ini akan memberikan ketenangan dan

keyakinan untuk melakukan atraksi yang sangat ekstrim itu.

2. Akhlak kepada makhluk; terbagi menjadi tiga yaitu, akhlak kepada manusia,

akhlak kepada hewan dan akhlak kepada tumbuhan.

a. Akhlak kepada manusia di antaranya sebagai berikut: tolong menolong,

sabar, ikhlas, tawakal, tawadhu (rendah hati), taat beribadah.

101
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani di lokasi latihan, sabtu 22 maret 2014, pukul
20.37 wib. Kp Cipicung
102
Anwar,Akidah Akhlak206
103
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004),cet.ke-1.hal.85

57
1) Tolong menolong merupakan penggambaran akhlak baik. Dalam Al-

Quran Allah berfirman yang artinya dan tolong-menolonglah kamu

dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa an pelanggaran (Al-Maidah: 2).104 Seluruh manusia

dianjurkan untuk saling tolong menolong atau membantu orang lain

dengan ikhlas. Dalam konteks permainan debus tolong-menolong sangat

diajurkan, terbukti ketika dalam setiap atraksi yang di lakukan oleh pemain

tidak bisa dilakukan seorang diri melainkan saling ketergantungan antara

anggota.

2) Sabar adalah sikap kepasrahan seorang hamba dalam menghadapi cobaan

dan nikmat yang Allah berikan. Sabar kaitanya dengan kesenian debus,

seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelunya. Ketika seseorang ingin

bergabung dalam kesenian debus. Dalam prosesnya pun tidak mudah,

melainkan banyak ujian yang diberikan oleh syeik, terlihat dalam ritual-

ritual yang harus dijalani oleh seseorang yang ingin bergabung dalam

kelompok debus. Tidak hanya dalam proses penerimaan anggota saja, akan

tetapi ketika telah menjadi anggota pun proses kesabaran itu sangat

diperlukan. Dalam proses menjadi seorang yang mahir dalam bidang debus

di butuhkan kesabaran dalam berlatih.

3) Ikhlas berarti memurnikan tujuan bertaqqarub (mendekatkan diri) kepada

Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Ikhlas merupaka satu pilar

yang terpenting dalam Islam, karena ikhlas merupakan salah satu syarat

untuk di terimanya ibadah.105 Syeikh debus, dalam proses melatih para

104
QS. Al-Maidah :2
105
Caf-islamicculture.blogspot.com/2011/10/definisi-dalil-danpendapat-ulama.html?m=1,
diakses tanggal 21 Agustus 2014, pukul 10.12

58
anggota syeikh tidak pernah mengharapkan imbalan apapun. Keinginan

syeikh adalah terus melestarikan kesenian tradisional debus agar tidak

punah di makan oleh perkembangan zaman. Para pemain pun dituntut

untuk selalu ikhlas dalam menjalankan propesinya, ikhlas dalam berbagi

ilmu kepada pemain yang lain ataupun kepada anggota baru. Menurut

pemain debus, keutuhan dan saling kerjasama itu lebih di utamakan, untuk

terus menjaga dan melestarikan kesenian tradisional debus.

4) Tawakal adalah menetapkan dan berserah diri kepada Allah SWT atas

semua kejadian atau hasil yang diterimanya dengan keyakinan bahwa

Allah SWT yang memilii kehendak terhadap semua makhluk-Nya.106

Firman Allah SWT untuk berbuat tawakal, yang artinya: dan mereka

(orang-orang munafik) mengatakan:(kewajiban kami hanyalah) taat.

Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebagian dari mereka

mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang

telah meraka katakana tadi, Allah menulis siasat yang mereka tulis di

malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah

kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi pelindung. (Q.S An-Nisa: 8).107

Dengan tawakal kepada Allah SWT akan menambah kayakinan para

pemian debus untuk melakukan segala atraksi debus.

5) Tawadhu secara bahasa ialah merendahkan diri atau meletakkan dibawah.

Secara istilah berarti menghargai orang lain, menganggap bahwa orang

lain lebih baik, lebih benar dan lebih mulia. Tawadhu juga diartikan

dengan menerima kebenaran dari siapapun datangnya, atau siap menerima

106
Falah-kharisma.blogspot.com/2012/12/pengertian-tawakal-dan-prinsip.htmlm=1, diakses
pada 21 Agustus 2014, pukul 11.00
107
Q.S An-Nisa: 8

59
kebenaran tanpa melihat siapa yang berbicara.108 Kaitannya dengan seni

debus adalah tidak merasa paling bisa, paling kuat dan menganggap semua

kelompok debus adalah saudara.109

6) Taat adalah senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah, dan

sebagainya), patuh. Nabi Muhammad SAW menyeru manusia supaya

mengenal Allah dan kepada-Nya tidak berlaku curang.110 Menurut salah

seorang pemian debus, pemain debus sangat mentatai peraturan yang

dibeikan oleh Syeikh atau pemimpin debus, karena ketika melanggar

peraturan yang sudah di tetapkan, baik peraturan permainan ataupun

peraturan ritual, karena akan berakibat pada dirinya sendiri.

b. Akhlak kepada binatang

Allah SWT telah memberikan sifat kasih sayang kepada manusai, dan

lebih dari itu manusia di beri akal. Maka dengan sifat itulah menjadi dasar

Allah memberikan tugas, agar manusia menjadi khalifah di bumi ini.111

Akhlak kepada binatang kaitannya dengan permainan debus, menurut uraian

Kang Rohimi, ialah tidak mengorbankan hewan dalam atraksinya.112

c. Akhlak kepada tumbuhan

Tumbuh-tumbuhan termasuk makhluk Allah SWT yang secara

langsung dan tidak langsung dapat dirasakan manfaatnya dan sangat besar

pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Manusia dalam hidupnya justru banyak

tergantung kepada tumbuh-tumbuhan, karena makanan pokok manusia

108
Desa-loyang.blogspot.com/2011/06/arti-dari-tawadhu.html?m=1, diakses pada 21
Agustus 2014, pukul 11.15
109
Wawancara langsung dengan Kang Rohimi, pada tanggal 21maret 2014, di lokadi latihan
Kp Cipicung
110
Kbbi.web.id/taat, diakses pada 21 Agustus 2012, pukul 14.00
111
Salim, Akhlak Islamhal.177
112
Wawancara pribadi dengan Kang Rohimi, pada tanggal 9 maret 2014, di lokadi latihan Kp
Cipicung

60
sebagian besar dari tumbuh-tumbuhan, seperti beras, gandum, buah-buahan,

sayur-sayuran, bahkan bahan-bahan rumah sampai tempat berteduh, banyak

dari tumbuh-tumbuhan.113 Kaitannya dengan permainan debus menurut uraian

Kang Rohimi, ialah pemaian debus sebagian besar pekerjaannya adalah petani,

maka sudah pasti kegitatan sehari-hari yang dilakukan adalah bercocok tanam

memanfaatkan lahan yang ada untuk dilestariakan, tidak merusak tumbuh-

tumbuhan, dan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai seperlunya tanpa

merusak. Dari zaman dahulu permainan debus ini berkembang di kalangan

masyarakat petani, seperti turun-temurun hingga sekarang kesenian

berkembang dikalangan petani.114

D. Nilai Ibadah dalam seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten

Ibadah adalah sesuatu yang berhubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Nilai ibadah yang terkandung dalam kesenian tradisional debus, sebagaimana

telah dijelaskan diatas, antara lain:

Menjalankan rukun Iman, menjalankan rukun Isalm, berdoa, tolong

menolong, sabar, ikhlas, bersyukur, taubat, pernikahan, tawakal, tawadhu, taat.

113
Salim, Akhlak Islamhal.171
114
Wawancara pribadi dengan Kang Rohimi, pada tanggal 9 maret 2014, di lokadi latihan Kp
Cipicung

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permainan debus merpukana peninggalan sejarah yang masih hidup hingga

sekarang. Pada masa kesultanan dan masa perjuangan, debus merupakan sarana untuk

melawan kekuasaan penjajah dan mengusirnya dari bumi Indonesia.

Dalam beberapa literature, kajian tentang debus terbatas pada kajian sejarah

dan kaitanya dengan tarekat yang berkembang di Banten, sementara kelompok debus

yang menjadi acuan adalah kelompok debus Menes. Sebagai salah satu bentuk

kebudayaan yang berkembang di Banten, debus saat ini merupakan pertunjukkan

yang masih digemari oleh masyarakat. Debus tidak hanya sebuah seni tradisional.

Lebih dari itu, debus merupakan bentuk dari suatu keyakinan yang mendalam.

Kesimpulan dari skripsi ini adalah:

1. Debus merupakan permainan yang tidak melanggar syariah, berdasarkan

proses ritual sampai dengan proses atraksi yang dilakuka oleh para

pemain, semua dilakukan berdasarkan ajaran yang benar dan tidak

melanggar norma-norma agama,seperti yang sudah di jelaskan diatas

bahwa setiap yang di larang oleh agama, maka itu juga menjadi larangan

dalam permainnan debus.

2. Debus sebagai salah satu warisan budaya di Banten merupakan hasil

evaluasi kebudayaan yang berlangsung di Banten, dari kegiatan untuk

melawan penjajahan menjadi kesenian rakyat Banten.

3. Debus merupakan bentuk sakralisasi kebudayaan masyarakat Banten.

Terlihat dari ritual yang dilakukan setiap kelompok debus. Simbolisasi

agama mendominasi dalam pelaksanaan ritual. Ritual tidak hanya

62
dilakukan ketika permainan berlangsung, tetapi mulai ketika seseorang

ingin bergabung dalam kelompok debus.

4. Hubungan debus dengan agama Islam merupakan keterkaitan yang tidak

bisa dipisahkan. Zikir, puasa, amalan atau jampi-jampi hanyalah sebatas

ritual, sikap pasrah kepada Allah SWT merupakan inti dari permainan ini.

5. Simbolisasi keagamaan dalam kesenian debus menimbulkan sikap religius

bagi para pemainnya, karena keyakinan mereka bahwa suatu pelanggaran

norma agama akan menghilangkan kemampuan yang telah mereka miliki.

Adapun hasil analisis dari skripsi ini adalah, bahwa nilai-nilai Islam yang

terkandung dalam seni tradisional debus adalah:

a. Nilai Akidah

Yakni, mencakup nilai keimanan yang meliputi, Iman kepada Allah, iman

kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul, iman

kepada hari akhir atau kiamat dan iman kepada qada dan qadar.

b. Nilai syariah

Yakni, Nilai syariah meliputi syahadat, shalat, membayar zakat, puasa,

menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, doa, taubat, bersyukur,

berdzikir dan pernikahan.

c. Nilai Akhlak

Yakni, mencakup akhlak kepada khalik dan akhlak kepada makhluk

d. Nilai Ibadah

Yakni, semua aspek kebaikan yang dijalankan oleh manusia maka menjadi

nilai ibadah untuknya.

63
B. Saran-saran

Faktor yang harus diperhatikan. Pertama, debus sebagai bentuk kesenian

tradisional masih terkait dengan tradisi-tradisi keagamaan, tidak mudah untuk

melepaskan pengaruh agama dari kesenian ini. Kedua, disamping dikenal sebagai

daerah yang religius, Banten juga dikenal sebagai daerah para jawara, jawara Banten

bukan yang pandai dalam ilmu bela diri, jawara Banten adalah yang berilmu dan

beragama.

Kepada pemerintah setempat, seharusnya lebih sadar akan perkebangan seni

tradisional daerahnya, karena dengan kesadaran pemerintah untuk ikut melestarikan

kesenian daerah, membantu mempermudah dan membangkitkan kembali semangat

anak muda untuk terus melestarikaknya, dan dari kesenian ini juga bisa menjadi

sember ekonomi masyarakat. Tetapi bila tidak ada keikutsertaan pemerintah setempat

itu berarti membiarkan seni tradisional itu punah dimakan moderenisasi.

Kepada para memain yang penulis teliti, akan lebih menarik apabila diadakan

struktural yang mengikat, dan cara pengembangannya tidak hanya sebatas lingkup

kampung saja, rasanya dibutuhkan packaging yang lebih menarik agar masyarakat

lebih penasaran untuk ikut serta dalam pengembangan seni tradisional ini.

Kepada masyarakat Banten, dimana pun berada, sudah seharusnya kita bangga

akan kekayaan budaya yang terdapat di Banten, sudah seharusnya kita ikut

melestarikan kesenian tradisional, agar kesenian tradisional Banten tidah hilang di

landas oleh kesenian baru yang lebih modern.

64
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Ahmadi dalam Jalaludin dan, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan

Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama.1997).

An-Nabiri, Fahrul Bahri, Meniti Jalan Dakwah (bekal Perjuangan Dai), (Jakarta:

Amzah, 2008).

Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).

Arifin, Imron. Debus, Ilmu kekebalan dan kesaktian dalam Tarekat Rifaiyah, (1993).

Atjeh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: Ramadhani 1993).

Bertenes, Karl, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2011).

Hadi, Sutrisno, Metodolog Riset, (Yogyakarta: UGM Press, 1997).

Hadiningrat, K, Kesenian Tradisional debus (Jakarta: Proyek Media Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1982).

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1999).

Kosasih, E, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012).

Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004).

Moleong, Lexy J., Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005).

Mulyana, Selamet, Runtuhnya Keradjaan Hindu Jawa dan Timbulnja Negara-negara

Islam di Nusantara, (Jakarta: Baharata, 1968).

Nasution, Isman Pratama, Debus, Islam, dan Kiyai: Studi Kasus di desa Tegalsari

Serang, (Jakarta: Universitas Indonesia 1995).

QS. Al-Maidah :2

Q.S An-Nisa: 8

65
RifaI, H. NH., Pedoman Ibadah, (Jombang: Lintas Media).

Roudhonah, Lilis Suryani, Wahiddin Saputra, Nasichah, Musfirah Nurlaily, Qiraah

Ibadah dan Dakwah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah, 2004).

Salim, Abdullah, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Seri

Media Dakwah).

Syamsu, Nauval, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus

Banten, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003).

Tihami, H. M.A, Islam Banten: Telaah Historis dan Sosio Kultural. (Makalah Dialog

Al-Hukama).

Ulama, Muhammad Syamsu as, Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya

,(Jakarta: Lentera, 1999).

Vredenbregt, Debus in West Java, dalam (BKI 1973).

Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Fajar Interpratama Offset,

2007).

Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta:

Magna Script, 2004).

Yudoseputro, Wiyoso, pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia,(Bandung: Angkasa

Bandung, 1986).

SUMBER INTERNET DAN JURNAL

http://zmughnii.blogspot.com/2013/05/5-kesenian-unik-banten.html. Diakses pada

hari selasa tanggal 07 Januari 2014, pukul 12.09 Wib

http://www.pesantrenglobal.com/debus-seni-mistis-islam-tanah-banten/. Diakses pada

07 Januari 2014, hari selasa pukul 12.42

66
http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-Islam-

pengertian.html,Pengertian Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, dan

Ruang Lingkup, diakses pada hari Sabtu, 11 Januari 2014. 11.53 Wib

http://budayabanten.blogspot.com/ Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten,

diakses pada hari kamis, 13 Februari 2014, pukul 12.22 Wib

Muhrosyida.blogspot.com//perbedaan sarana dan prasarana. Diakses pada 10 Juli

2014. Pukul 12.32 Wib

www.dakwatuna.com/2008/09/923/zakat-definisi-dan-tujuan/#axzz3B2LWFA6E,

diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 2138

www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-dan-tata-carataubat-nasuha.html,diakses

pada tanggal 20 Agustus2014, pukul 21.54

Caf-islamicculture.blogspot.com/2011/10/definisi-dalil-danpendapat-

ulama.html?m=1, diakses tanggal 21 Agustus 2014, pukul 10.12

Falah-kharisma.blogspot.com/2012/12/pengertian-tawakal-dan-

prinsip.htmlm=1,diakses pada 21 Agustus 2014, pukul 11.00

Desa-loyang.blogspot.com/2011/06/arti-dari-tawadhu.html?m=1,diakses pada 21

Agustus 2014, pukul 11.15

Kbbi.web.id/taat, diakses pada 21 Agustus 2012, pukul 14.00

Kementrian pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pembangunan Kurikulum,

Badan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-

nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa:

Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta, 2012),

hal.7-10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka,2007)

67
WAWANCARA

Wawancara langsung pada saat pementasan Debus, 2 Maret 2014 pukul 14.40 Wib, di

Kp Bangkuyung, Jiput Pandeglang

Wawancar pribadi dengan kang Rohimi, Selasa 4 Maret 2014 pukul 21.15 wib,

dilokasi latihan, Kp Cipicung

Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi

latihan

Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19.20 wib di

lokasi latihan, Kp Cipicung.

Wawancara pribadi dengan Abah Rohani dan Kang Rohimi, Minggu 9 Maret 2014

pukul 19.32 wib di lokasi latihan, Kp Cipicung .

Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, selasa 11 Maret 2014 pukul 19.45 Wib, di

lokasi latihan, Kp Cipicung Cikedal Pandeglang Banten

Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, sabtu 15 Maret 2014 pukul 19.25 wib, di

lokasi latihan, Kp Cipicung Cikedal Banten

Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25,

Kp Limuspiit

Wawancala pribadi dengan Abah Rohani dilokasi latihan, kamis 20 Maret 2014,

pukul 20.45 Wib. Kp cipicung

Wawancara pribadi dengan Abah Rohani di lokasi latihan, sabtu 22 maret 2014, pukul

20.37 wib. Kp Cipicung

Wawancara pribadi dengan Kang Anda, pada Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12

Wib, Kp Rengat Girang

68
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ismetullah, Sejarah dan Objek Spiritual Banten, (1990), hal. 9

Abdillah, Ahmadi dalam Jalaludin dan, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama.1997). hal.122

An-Nabiri, Fahrul Bahri, Meniti Jalan Dakwah (bekal Perjuangan Dai), (Jakarta:
Amzah, 2008), cet ke-1, .hal.12
Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.13

Arifin, Imron. Debus, Ilmu kekebalan dan kesaktian dalam Tarekat Rifaiyah, (1993).
hal.25

Atjeh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: Ramadhani 1993), hal.357

Bertenes, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2011). cet. XI, hal.149

Hadi, Sutrisno, Metodolog Riset, (Yogyakarta: UGM Press, 1997), hal. 3

Hadiningrat, K, Kesenian Tradisional debus (Jakarta: Proyek Media Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1982),hal.63

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), ed.1, cet. ke-3, hal.1

Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012). Hal.46

Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004),cet.ke-1.hal.85

Moleong, Lexy J., Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005),

Mulyana, Selamet, Runtuhnya Keradjaan Hindu Jawa dan Timbulnja Negara-negara


Islam di Nusantara, (Jakarta: Baharata, 1968).

Nasution, Isman Pratama, Debus, Islam, dan Kiyai: Studi Kasus di desa Tegalsari
Serang, (Jakarta: Universitas Indonesia 1995). Hal.18
QS. Al-Maidah :2

Q.S An-Nisa: 8

RifaI, H. NH., Pedoman Ibadah, (Jombang: Lintas Media), hal.24

Roudhonah, Lilis Suryani, Wahiddin Saputra, Nasichah, Musfirah Nurlaily, Qiraah


Ibadah dan Dakwah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah, 2004),cet.1,hal.166
Salim, Abdullah, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Seri Media
Dakwah). hal.20

Syamsu, Nauval, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 91-92

Tihami, H. M.A, Islam Banten: Telaah Historis dan Sosio Kultural. (Makalah Dialog Al-
Hukama). Hal.2

Ulama, Muhammad Syamsu as, Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya ,(Jakarta:
Lentera, 1999), hal.55

Vredenbregt, Debus in West Java, 1973

Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Fajar Interpratama Offset,
2007), cet. ke-7

Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta:
Magna Script, 2004)

Yudoseputro, Wiyoso, pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia,(Bandung: Angkasa


Bandung, 1986), cet, ke.1, hal.1-2

SUMBER INTERNET DAN JURNAL

http://zmughnii.blogspot.com/2013/05/5-kesenian-unik-banten.html. Diakses pada hari


selasa tanggal 07 Januari 2014, pukul 12.09 Wib
http://www.pesantrenglobal.com/debus-seni-mistis-islam-tanah-banten/. Diakses pada 07
Januari 2014, hari selasa pukul 12.42
http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-Islam-pengertian.html,Pengertian
Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup, diakses pada
hari Sabtu, 11 Januari 2014. 11.53 Wib
http://budayabanten.blogspot.com/ Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten, diakses
pada hari kamis, 13 Februari 2014, pukul 12.22 Wib
Muhrosyida.blogspot.com//perbedaan sarana dan prasarana. Diakses pada 10 Juli 2014.
Pukul 12.32 Wib

www.dakwatuna.com/2008/09/923/zakat-definisi-dan-tujuan/#axzz3B2LWFA6E,
diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 2138
www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-dan-tata-carataubat-nasuha.html,diakses pada
tanggal 20 Agustus2014, pukul 21.54
Caf-islamicculture.blogspot.com/2011/10/definisi-dalil-danpendapat-ulama.html?m=1,
diakses tanggal 21 Agustus 2014, pukul 10.12
Falah-kharisma.blogspot.com/2012/12/pengertian-tawakal-dan-prinsip.htmlm=1,diakses
pada 21 Agustus 2014, pukul 11.00
Desa-loyang.blogspot.com/2011/06/arti-dari-tawadhu.html?m=1,diakses pada 21 Agustus
2014, pukul 11.15
Kbbi.web.id/taat, diakses pada 21 Agustus 2012, pukul 14.00
Kementrian pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pembangunan Kurikulum, Badan
Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya
Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta, 2012), hal.7-10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2007)

WAWANCARA

Wawancara langsung pada saat pementasan Debus, 2 Maret 2014 pukul 14.40 Wib, di Kp
Bangkuyung, Jiput Pandeglang
Wawancar pribadi dengan kang Rohimi, Selasa 4 Maret 2014 pukul 21.15 wib, dilokasi
latihan, Kp Cipicung
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19.20 wib di lokasi
latihan, Kp Cipicung.
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani dan Kang Rohimi, Minggu 9 Maret 2014 pukul
19.32 wib di lokasi latihan, Kp Cipicung .
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, selasa 11 Maret 2014 pukul 19.45 Wib, di
lokasi latihan, Kp Cipicung Cikedal Pandeglang Banten
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, sabtu 15 Maret 2014 pukul 19.25 wib, di lokasi
latihan, Kp Cipicung Cikedal Banten
Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25, Kp
Limuspiit
Wawancala pribadi dengan Abah Rohani dilokasi latihan, kamis 20 Maret 2014, pukul
20.45 Wib. Kp cipicung
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani di lokasi latihan, sabtu 22 maret 2014, pukul
20.37 wib. Kp Cipicung
Wawancara pribadi dengan Kang Anda, pada Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12
Wib, Kp Rengat Girang
KELOMPOK DEBUS PEUNTAS MENES PANDEGLANG
BANTEN

SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Ketua Debus Peuntas Menes Pandeglang Banten
menerangkan bahwa :

Nama : Iis Sulastri

NIM : 1110051000184

Fakultas : Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Jurusan : Komunikasi Dan Penyiaran Islam

Universitas : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Telah melaksanakan observasi dan penelitian di Kelompok Debus Peuntas Menes


Pandeglang yang kami pimpin, guna menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-nilai Islam
dalam Seni Tradisional Debus di Menes pandeglang Banten

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Menes, 22 Maert 2014

Ketua Debus Peuntas Menes

(Rohani)
Transkip Wawancara
Nama narasumber : Kang Rohimi
Jabatan : Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 2 maret 2014
T: Permainan debus apa saja yang sering di lakukan?
J: sebagai berikut:
1. Pencak silat, nyaeta pertunjukkan pencak silat awewe sareng pameget, budak alit
atanapi dewasa.
2. bacaan mecapat atau bacaan anu di bacakeun ku pemimpin atanapi syeikh.
3. Ngajarak, nyaeta nusukeun jarum saageng jarum sol sapatu, anu biasana ditusukeun
ka bagian awak siga lengeun, beheung, jeung deina hente ngaluarkeun darah saeutik
oge.
4. Behel, nyaeta ngabengkokkeun besi. Besi anu dianggo sageude ibu jari lengeun, di
bengkokeun ku dua pemain tina ujung besi.
5. Tidur di atas beling, nyaeta beling di taburkeun di taneuh, terus pemain gugulingan
diluhureun beling.
6. Makan bara api, nyaeta ruhak kayu atanapi ruhak batok kalapa di beweung kasiga
meweung kurupuk tapina te ngarasa panas.
7. Makan bola lampu, nyaeta pemain meweung bolham lampu kasiga meweung
kurupuk.
8. Kelapa ajaib, nyaeta muka kulit kalapa anu dijerou na aya permen, kain, ager-ager,
bubue, sarimi, susu.
9. Ngadewa, nyaeta jalema ditalian, diselang-seling ku golok, ditutup nganggo kayu
kasiga dangka (peti mati).
10. Menaiki pohon, nyaeta tangkalna sajenis tangkal pinang tapi aya cucukkan, tangkalna
ditaekan tapi hasilna anu naekkanna heunte luka saeutik oge.
11. Memotong tubuh, nyaeta motong leugeun, letah atanapi motong beheung pemain anu
sanesna kasiga nyembeleh hewan, biasana ngango silet atanapi golok anu sekeut, tapi
pemain henteu cidera saeutik oge.
12. Tebak-tebakkan nyaeta mata pemain ditutupan nganggo lem, terus ditalian make
sabuk anu keunceung terus ditutup nganggo kain. Pemain anu sanesna nyekeulan
bendera warna-warni. Pemain anu matana ditutupan tiasa nyandak motor jeung tiasa
nebak warna bendera anu diminta ku penonton.
13. Al-madad Sulton, nyaeta alat anu digunakeun dina masa kasultanan. Rupana besi
lancip anu di pangkalna ngnggo kayu buleud jeung panggebugna didamel tina kayu.
Pami alat iyeu di gunakeun biasana ditanceubkeun kana beuteung terus sabagian
pemain anu sanesna ngagebugkeun pangkalna nganggo alat panggebugna.
Transkip Wawancara
Nama narasumber : Kang Rohimi
Jabatan : Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 4 maret 2014
T: Sarana dan prasarana apa saja yang digunakan dalam debus?
J: Sarana yang di gunakan untuk atraksi debus:
No Nama Alat Kegunaan Alat
1 Air Untuk media pembacaan doa
2 Jarum, sebesar jarum sol Ngajarak
3 Besi Behel
4 Beling Atraksi tidur di atas beling
5 Arang Makan bara api
6 Bola lampu Di kunyah
7 Kelapa Atraksi kelapa ajaib
8 Golok Ngadewa dan memotong tubuh
9 Kayu Ngadewa
10 Kain Ngadewa
11 Tali Ngadewa
12 Pohon duri Atraksi menaiki pohon berduri
13 Silet Menyayat tubuh
14 Motor Tebak-tebakkan
15 Bendera Tebak-tebakkan
16 Hansaplas Tebak-tebakkan
17 Kain dan ikatan mata Tebak-tebakkan
18 Tangga golok Atraksi tangga golok
19 Penggorengan dan minyak Atraksi menggoreng kerupuk dengan
tengan
20 Al-madad sulton Atraksi Al-madad
21 Alat music Tabuhan

Transkip Wawancara
Nama narasumber : Kang Rohimi
Jabatan : Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 8 maret 2014
Ketua
Abah Rohani
Pelatih Pemain Musik
1. Abah sorman 1. Bapak Rohimi
2. Abah Saedi 2. Embang prmana
3. Rohman
4. Abah Soleman
5. Abah Supri
Anggota/ Pemain
Laki-laki Perempuan
1. Abah Udin 1. Rohayah
2. Abah Arma 2. Herni
3. Bapak katibi 3. Asmi
4. Bapak Komarudin 4. Maesaroh
5. Bapak Toni 5. Rosiana
6. Rohim 6. Sukaesih
7. Sukmara 7. Rohmah
8. Romli 8. Rodiah
9. Yadi 9. Rusmiati
10. Ujang 10. Samsiah
11. Mamat
12. Roni
a. Keterangan Keanggotaan
Ketua: Abah Rohani
Alamat: Kp Cipicung
Usia: 72 tahun
Pelatih 1:Abah Saedi Pelatih 2: Abah Sorman
Alamat: Kp Dahu Alamat: Kp Cipicung
Usia: 45 tahun Usia: 40 tahun
Pemain Musik:
Gendang 1: Rohimi Gendang 2: Embang Permana
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia:37 tahun Usia: 28 tahun
Goong: Rohman Kecrek: Soleman
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 39 tahun Usia: 45 tahun
Terompet: Abah Supri
Alamat: Kp Dahu
Usia: 55 tahun
Anggota/Pemain:
Laki-laki Perempuan
1. Nama: Abah Udin 1. Nama: Rohayah
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 50 tahun Usia: 24 tahun
2. Nama: Abah Arma 2. Nama: Herni
Alamat: Kp Dahu Alamat: Kp Cipicung
Usai: 45 tahun Usia: 23 tahun
3. Nama: Bapak Katibi 3. Nama: Asmi
Alamat: Kp Bengkok Alamat: Kp Cipicung
Usia: 40 tahun Usia: 21 tahun
4. Nama: Bapak Toni 4. Nama: Maesaroh
Alamat: Pasir kalapa Alamat: Kp Cipicung
Usia: 45 tahun Usia: 21 tahun
5. Nama: Sukmara 5. Nama: Rosiana
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 14 tahun Usia: 19 Tahun
6. Nama: Rohim 6. Nama: Sukaesia
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 35 tahun Usia: 17 tahun
7. Nama: Romli 7. Nama: Rohmah
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 37 tahun Usia: 20 tahun
8. Nama: Komarudin 8. Nama: Rodiah
Alamat: Kp Bengkok Alamat: Kp Cipicung
Usia: 35 tahun Usia: 16 tahun
9. Nama: Yadi 9. Nama: Rusmiati
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 25 tahun Usia: 15 tahun
10. Nama: Ujang 10. Nama: Samsiah
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp cipicung
Usia: 21 tahun Usia: 20 tahun
11. Nama: Mamat
Alamat: Kp Cipicung
Usia: 25 tahun
12. Nama: Roni
Alamat: Kp Cipicung
Usia: 17 tahun.
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Rohimi
Jabatan ; Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 9 Maret 2014

T: Apa tujuan melestariakn kesenian tradisional debus?


J: Melestarikan kebudayaan nenek moyang, ngadamel generasi penerus, jadikan seni urang iyeu
hampir kalah ku seni modern, kitu, jadi abah iyeu hoyong na sampe seni debus jeng seni gendang
pencak iyeu turun temurun ulah sampe ilang di daerah Banten.
T: kapan waktu rutin latihan?
J: Latihan rutin yang di lakukan pada setiap malam rabu dan malam minggu menggunakan
musiak tradisional, mulai dari latihan pencak silat sampai dengan latihan debus, akan
tetapi latihan debus jarang di lakukan melihat yang banyak mengikiti latihan adalah anak-
anak kecil. Sehingga yang lebih rutin adalah latihan pencak silat. Peserta latihan terdiri
dari anak-anak kecil baik laki-laki dan perempuan, remaja dan dewasa.
T: Bagaimana mengenai akhlak kepada binatang?
J: Akhlak kana binatang atanapi hewan, henteu ngorbankeun hewan dian atraksina.
T: Bagaimana mengenai akhlak kepada tumbuhan?
J: padamelan para pemain debus ngandelkeun tina pertanian jadi petani, tos pasti sapopoe
anu dilakonan nyaeta bercocok tanam , ngamanfaatkeun lahan anu aya kanggo
dilestarikan, henteu dirusa, tumbuhan di manfaatkeun seperluna tanpa ngarusak.
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Rohimi
Tanggal : 15 Maret 2014
Komponen yang terdapat dalam pencak silat:
1. Barung yaitu jusur pencak silat.
2. Pincid yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih melenturkan
gerakan tubuh.
3. Tepakan yaitu jurus tingkatan pencak silat.
4. Karawangan yaitu pembukakan naik tepakan atau naik jurus.
5. Tabas yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih melenturkan
gerakan tubuh.
6. Bongbang yaitu gerakan tambahan atau goyang pisik untuk melenturkan gerakan
tubuh.

Narasumber

Kang Rohim
Transkip Wawancara
Nama narasumber : Abah Rohani

Jabatan : ketua
Tanggal : 6 maret 2014
T: Pami katana debus sareung iman ka Allah SWT?
J: Pemain debus wajib kanggo percaya jeung yakin ka Allah SWT, karena dina apermaiann
debus seeur atraksi anu tekaharti ku akal (mistis), ekstrim, jeung ngabutuhkeun
kayakinan kanggo ngalakonana. Pemain debus diajarkeun kanggo yakin jeung deina
kedah masrahkeun diri ka Allah SWT, pokonamah yakin bahwa pegangannana la haula
walla quwata ilabillahi aliyyil adzim.
T: Pami kaitana iman kna kitab-kitab Allah sareung debus?
J: Ari proses jadi pemain debus eta heunte gamopang, seeur ritual-ritual anu kedah di
lakonan ku para pemain, ritual anu kedah di laksanakeun ku para pemain heunte saukul
amaln-amalan wungkul anu dicancak tina kitab suci Al-Quran, tapina oge kedah
ngalaksanakeun ritual jasmani misalkeun latihan-latihan rutin. Kanggo ngalatih fisik
jeung ngokohkeun kaimanan sareng kayakinan urang ka Allah SWT.
T: Pami kaitana iaman ka Rosul sareung debus?
J: Pemain debus beragama Islam tos pasti iman ka Rasul , proses permainan debus oge
nyandak ritual ti babacaan shalawat ka kanjeng Rasul SAW.
T: Pami kaitana iman kana hari kiamat sareung debus?
J: Iman ka hari kiamat kaitana sareng permainan debus, nyaeta pemain debus kedah
ngajalankeun sagala perintah Allah SWT jeung ngajauhan sagala anu dilarang ku Allah
SWT. Jeung kedah yakin bahwa sagala anu di lakonan di dunia iyeu pasti meunangkeun
ganjaran dina dinten kiamat.

Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Abah Rohani
Jabatan : Ketua kelompok debus
Tanggal : 20 Maret 2014
T: Kaitanna taubat dinaa permaianan debus eta naon wae bah?
J: Taubat kaitana sareng debus, taubat nyaeta jalan kanggo nuhnkeun ampunan ka gusti Allah SWT
supaya diampunan tina sagala dosa anu tekatempo. Dina diri manusia aya dorongan anu
ngarahkeun kajalan anu bener oge aya anu ngadorong kajalan anu tebener. Kitu oge dina pemian
debus, heunte ayana dina kabeneran wae tapi pasti aya wae dosa-dosa anu kalakonan. Jadi sreng
tobat eta jalan manusia jadi jalam anu lewih hade.
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Abah Rohani
Jabatan : Ketua kelompok debus
Tanggal : 22 Maret 2014
T: Pami kaitanna berdizikir sareng permainan debus?
J: Dina kesenian debus, berdizikir mangrupaken salah sahiji ritual dina kasenian debus anu kedah
dilakonan ku anggota debus kanggo ngokohkeun kayakinan ngadeketkeun diri ka Allah SWT.
T: Pami kaitanna pernikahan sareung permainan debus?
J: Pernikahan (perkawinan), penting dina proses setiap angota debus, kusabab dina kasenian debus
dilarang zina. Kanggo ngajaga kahormatan diri tina kalakuan zina, saena setiap anggota debus
ngahelakeun nikah kanggo ngajaga kasucian diri jeung ngajaga larangan agama jeung dina
kasenian debus.

Narasumber

Abah Rohani
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Anda
Tanggal : 11 Maret 2014
T: Mengapa pencak silat selalu ada dalam kegiatan debus?
J: karena antara debus dengan pencak silat tidak bisa dipisahkan, dalam kegiatan debus
sudah pasti di awali dengan pencak silat terlebih dahulu. Jadi pencak silat dan debus
sudah menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa di pisahkan atau tidak bisa di
hilangkan salah satunya.

Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Anda
Tanggal : 23 Maret 2014
Pemaparan mengenai mantra.
Nabiatis batu trails
Natonggong batu belengkong
Nasirah aji nurilah (3x)

Sawarang has sawarang Has


Aing nyaho kabuyutan sia
Sawarang has sawarang Has (3x)

Urat kengkeng urat uangkeng


Urat nukasebut geger
Baji balung bagi rasa
Rasa kaula syaidina Ali (3x)

Nyai Sambang jeng Aki Sambang


Ulah nyungsum kana balung
Ulah nyungsum kana tulang
Ulah nyungsum kana daging
Ulah nyungsum kana kulit
Ulah nyungsum kana bulu
Mun rek nyungsum kana batu jeng kana kayu
Rep disirep ku Kanjeng Nabi Muhammad SAW (3 x)

Narasumber

Kang Anda
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Abah Satibi
Jabatan : Ketua kelompok debus
Tanggal : 18 Maret 2014
Iman pada qada dan qadar, kaitannya dengan permainan debus, pemain debus dilatih
kanggo yakin dina sakabeh anu dilakonan jeung keudah pasrah ke Allah SWT, pami pemain
debus nuju ngalaksanakeun permainan atanapi atraksi ngalaman kagagalan, kedah yakin kana
takdir sae atanapi takdir buruk anu bakal ditarimana. Hirup jenga paeh seneng sareng seni, sing
penting terus ayana dina jalur anu bener.
Shalat disamping kewajiban urang ka Allah SWT, oge kedahnamah jadi kabutuhan uurang ka
salaku hamba Allah SWT. Dina debus di wajibkeun kedah teu ninggalkeun shalat fardu, kusabab sakabeh
anu dilarang ku agama, eta oge jadi larangan dina kesenian debus.

Narasumber

Abah Satibi
Atraki Debus
Alat-alat debus, Al-Madad Sulton, Mata di lem, dan di tutup

Besi, jarum jara, beling, dll. menggunakan kain

Atraksi Behel Atraksi mengendarai motor dan


menebak warna bendera dengan
keadaan mata ditutup kain hitam
Atraksi Behel Atraksi memotong leher, alhasil
tidak cidera sedikitpun

Atraksi Menyayat tangan Atraksi Al-Madad Sulton


Ketua debus sedang membaca doa sambil memegang air

You might also like