Professional Documents
Culture Documents
Kelompok : C
(Fessenden, 1982).
IV. Teori Dasar
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.
Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R
dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat
dapat balik (Fessenden, 1982).
Ester yang terdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol
merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air
dengan bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat
dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak,lilin, dan minyak (
Keenan, 1980 ).
Esterifikasi Fischer yaitu jika asam karboksilat dan alkohol dan katalis
asam (biasanya HCl atau H2SO4) dipanaskan, terdapat kesetimbangan dengan
ester dan air. Esterifikasi Fischer berdasarkan nama Emil Fischer, kimiawan
organik abad 19 yang mengembangkan metode ini. Walaupun reaksi ini adalah
reaksi kesetimbangan, dapat juga digunakan untuk membuat ester dengan hasil
yang tinggi dengan menggeser kesetimbangan ke kanan. Hal ini dapat dicapai
dengan beberapa teknik. Jika harga alkohol atau asam, murah, dapat digunakan
jumlah berlebihan. Cara lain ialah dengan memisahkan ester dan/atau air yang
terbentuk (dengan penyulingan), sehingga menggeser reaksi ke kanan
(Sastrohamidjojo,2011).
(Fessenden, 1982).
Tahap pertama adalah katalis asam. Pada tahap pertama, gugus karbonil
pada asam diprotonasi. Sebagaimana halnya dengan aldehida dan keton, protonasi
menikan muatan positif pada atom karbonil dan menjadikannya sasaran baik bagi
serangan nukleofil. Tahap kedua sangat menentukan, tahap ini melibatkan adisi
nukleofil yaitu alkohol pada asam yang telah diprotonas. Pada tahap ini ikatan C-
O yang baru (ikatan ester) terbentuk. Tahap 3 dan 4 adalah tahap kesetimbangan
dimana oksigen-oksigen melepaskan atau mendapatkan proton. Kesetimbangan
ini sifatnya bolak- balik, sangat cepat, dan terus berlangsung dalam suasana asam.
Pada tahap 4 salah satu gugus hidroksil harus diprotonasi, karena kedua gugus
hidroksilnya identik. Tahap 5 melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air.
Tahap ini adalah kebalikan tahap 2. agar peristiwa ini dapat terjadi, ggus hidroksil
harus diprotonasi agar kemampuannya sebagai gugus bebas/lepas lebih baik.
Akhirnya pada tahap 6, ester yang berproton melepaskan protonnya. Tahap ini
adalah kebalikan tahap 1 (Hart, 1983).
VI. Prosedur
Ke dalam labu alas bundar 250 ml dimasukkan campuran 15 g
asam benzoate, 40 g (50,5ml) methanol absolut dan 2,5 g (1,35 ml)
asam sulfat pekat. Ditambahkan sejumlah batu didih, pasang pendingin
balik dan didihkan selama 3 jam.Dilakukan destilasi untuk
menghilangkan sisa methanol, kemudian biarkan mendingin. Dituang
residu ke dalam gelas beker yang berisi 62,5 ml air, dimasukkan
campuran ke dalam corong pisah. Bila tidak ada batas yang jelas antara
ester dengan air, ditambahkan 15 ml CCl4, kemudian dikocok.
Diamkan sampai kedua lapisan terpisah jelas. Dikeluarkan lapisan
bawah (metil benzoate yang bercampur dengan CCl4), ditampung
dalam labu Erlenmeyer. Dibuang lapisan air (atas). Dimasukkan
kembali campuran ke dalam corong pisah, ditambahkan natrium
bikarbonat, dikocok sampai netral (tidak terlihat adanya gelembung
gas CO2). Dipisahkan dari lapisan air. Dimasukkan kembali ke dalam
corong pisah, dicuci sekali lagi dengan menambahkan air, diamkan
kemudian pisahkan.Ditampung dalam labu Erlenmeyer 100 ml yang
telah dikeringkan. Ditambahkan MgSO4 anhidrat secukupnya,di kocok
selama 3-5 menit, diamkan selama 30 menit dengan sekali-kali
dikocok. Disaring cairan metil benzoat dengan corong tangkai panjang
melalui kertas saring ke dalam labu destilasi leher pendek 100 ml,
diberi batu didih, hubungkan dengan pendingin udara, pasang
thermometer. Destilasi dengan penangas minyak. Dipanaskan pelan-
pelan sampai CCl4 habis terdestilasi, kemudian dipanaskan sampai
temperature mencapai 2000 C. Ditampung destilat metil benzoat pada
temperature 198-2000 C, dan ditentukan indeks biasnya.
VII. Data Pengamatan
Mencampurkan 15
gr asam benzoat
50,5 ml metanol,
Semuanya
1. dan 1,35 ml asam
terlarut
sulfat pekat ka
dalam labu alas
bundar 250 ml
Campurkan asam
benzoat , metanol,
dan asam sulfat
2. didestilasikan
setelah sebelumnya
dicelupkan dengan
batu didih
Menghentikan
destilasi setelah
suhu campuran Dihasilkan
3. mencapai 60 gelembung
derajat dan gelembung
didiamkan hingga udara
dingin
Fase Organik
5.
(bawah) diambil
Mencampurkan
fase organik
Terbentuk
dengan larutan
6. gumpalan
NaHCO3 30 ml
berwarna putih
dan kloroform
secukupnya
Melakukan
7. pengocokan selama Terbentuk 2 fase
beberapa saat
Fase organik
(bawah)
8.
dimasukkan ke
erlenmeyer
Menyaring fase
9.
organik
10. Filtrat di destilasi Terbentuk metil
benzoat
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai esterifikasi metil benzoat.
Sebelum memulai praktikum alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
dipersiapakan. Alat alat yang diperlukan dibersihkan terlebih dahulu agar kotoran
yang ada pada alat hilang dan tidak mengganggu proses esterifikasi. Setelah
dicuci, alat alat tersebut dikeringkan terlebih dahulu agar air sisa pencucian tidak
mengganggu proses esterifikasi.
Ester merupakan salah satu dari derivat asam karboksilat. Maksud dari
derivat asam karboksilat ialah bila direaksikan dengan air akan menghasilkan
asam karboksilat. Pada derivat Asam karboksilat terdapat karbonil pada gugus asil
yang menyebabkan ada beberapa sifat kimia yang serupa. Juga mengandung
gugus pergi yang terikat pada karbon asil. Biasanya akan terjadi adisi pada gugus
karbonil dari keton atau aldehid. Ester dapat dibuat dengan mereaksikan asam
karboksilat dan alkohol yang dipanaskan dengan katalis asam (HCl atau H2SO4)
dan pada percobaan kali ini digunakan asam sulfat pekat. Reaksi keseimbangan
yang terjadi dapat digeser kekanan dengan beberapa cara yaitu penambahan
alkohol atau asam karboksilatnya dan ester atau air yang terbentuk dipindahkan
segera melalui penyulingan. Cara lain dengan mempertinggi suhu dan katalisator (
HCl atau H2SO4 ) untuk mempercepat terjadinya keseimbangan.
Proses esterifikasi ini, digunakan bahan yaitu asam benzoat yang berbentuk
hablur berwarna putih, serta metanol absolut sebagai pereaksi. Metanol yang
digunakan adalah metanol absolut yaitu metanol yang memiliki kadar > 96% atau
mengandung air yang kadarnya < 4%. Lalu dalam reaksi ini digunakan juga asam
sulfat pekat, penggunaan asam sulfat pekat berfungsi sebagai katalisator dalam
reaksi yang berlangsung.
Setelah terbentuk dua fase dalam orong pisah, fase organik (bawah) diambil
dan dipisahkan. Lapisan organik dimasukkan dalam erlenmeyer dan lapisan
atasnya yang berupa air dibuang.
Setelah itu dilakukan pengocokan sampai terbentuk dua fase. Fase organik
(bawah) dimasukkan ke erlanmeyer dan ditambahakan MgSO4 anhidrat.
Penamabahan MgSO4 adalah berfungsi untuk menarik sisa air yang bercampur
dengan metil benzoat yang terbentuk. Campuran larutan tersebut dikocok dan
didiamkan selama 30 menit.
Selanjutnya, setelah menunggu 30 menit melakukan destilasi kembali
hingga suhu 60 derajat setelah memindahkan larutan yang berada di Erlenmeyer
dengan labu alas bundar. Setelah selesai proses destilasi mengangkat labu alas
bundar tersebut dari rangkaian destilasi dan menunggu hingga larutan tersebut
dingin. Setelah dingin, masukkan kedalam botol kaca kecil untuk menampung
larutan metil benzoat yang terbentuk.
IX. Kesimpulan
1. Reaksi esterifikasi dengan hasil cairan (BJ>1) telah dilakukan.
2. Proses pendinginan balik (refluks) dan destilasi sederhana telah
dilakukan.
3. Reaksi esterifikasi antara asam benzoat dengan metanol
menghasilkan senyawa ester yaitu metil benzoat yang berwarna
putih.
Daftar Pustaka
Maret
Arfah, Muh. dkk. 2015. Optimasi Reaksi Esterifikasi Asam Laurat dengan
Erlangga
Technical Paper, No. 327, Rome Italy, 1992 hal 157-dalam Dahuri,
Rochmin, et.al. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta, 2001 (Rohmin Dahuri II)
Fessenden. J. 1982. Kimia Organik Edisi ke-4 Jilid II. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga
Lando, J.B., Maron, SH. 1974. Fundamental of Physical Chemistry. New York :
University Press