You are on page 1of 18

GENESA BAHAN GALIAN

A. GENESA BAHAN GALIAN SECARA UMUM


Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan,
proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan
faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan
sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan
(penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam
penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Hubungan antara genesa endapan mineral (bahan galian) dengan beberapa
ilmu yang ada pada industri mineral.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut
dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui
pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan
sekunder (supergen).
Keterdapatan Mineral Bijih
Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik. Pada Tabel 1
dapat dilihat komposisi umum dari kerak bumi dan beberapa logam-logam lain
mempunyai kuantitas kecil dan umum terdapat pada batuan beku.
Tabel 1. Komposisi elemen-elemen penyusun kerak bumi dan pada batuan beku
(Sumber; Bateman, 1982).
b. Logam-logam yang umum pada
a. Elemen penyusun kerak bumi
batuan beku

%
%Ato %Volu
Elemen Ber Elemen % Elemen %
m me
at

47, Alumuni 8,1


Oksigen 60,5 94,24 Kobalt 0,0023
71 um 3

27, 5,0
Silikon 20,5 0,51 Besi Timbal 0,0016
69 0

0,6 Magnesi 2,0


Titanium 0,3 0,03 Arsenik 0,0005
2 um 9

Alumuni 8,0 0,4


6,2 0,44 Titanium Uranium 0,0004
um 7 4

5,0 0,1 Molibde 0,0002


Besi 1,9 0,37 Mangan
5 0 num 5

Magnesi 2,0 0,0 0,0001


1,8 0,28 Kromiun Tungsten
um 8 2 5

3,6 Vanadiu 0,0 Antimon


Kalsium 1,9 1,04 0,0001
5 m 15 y

2,7 0,0 Air 0,0000


Sodium 2,5 1,21 Zink
5 11 Raksa 5

%
%Ato %Volu
Elemen Ber Elemen % Elemen %
m me
at
Potassiu 2,5 0,0 0,0000
1.4 1,88 Nikel Perak
m 8 08 1

Hidroge 0,1 Tembag 0,0 0,0000


3,0 Emas
n 4 a 05 005

0,0 0,0000
Timah Platinum
04 005

Pengertian bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral
berharganya secara ekonomis, dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua
faktor utama, yaitu tingkat terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan),
letak serta ukuran (dimensi) endapan tsb.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan
galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat
minimum yang tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya. Dalam Tabel 2
dapat dilihat beberapa bijih logam yang dapat diambil (diekstrak) dari mineral
bijihnya, dan pada Tabel 3 dapat dilihat beberapa gangue mineral yang merupakan
mineral-mineral (dalam jumlah sedikit/kecil) yang terdapat bersamaan dengan
mineral bijih dan relatif tidak ekonomis.
Tabel 2. Beberapa mineral bijih yang dapat diekstrak sebagai komoditi logam
(Sumber ; Bateman, 1982).

Hy
Loga % por Superg
Mineral Bijih Komposisi
m Logam ge en
n

Emas Emas Native Au 100 x x


Kalaverit AuTe2 39 x
Hy
Loga % por Superg
Mineral Bijih Komposisi
m Logam ge en
n

Silvanit (Au,Ag)Te2 x x

Perak Native Ag 100 x x


Perak Argentit Ag2S 87 x x
Seragirit AgCl 75 x

Magnetit FeO.Fe2O3 72 x
Hematit Fe2O3 70 x x
Besi
Limonit Fe2O3.H2O 60 x
Siderit FeCO3 48 x x

Tembaga Native Cu 100 x x


Bornit Cu5FeS4 63 x x
Brokhantit CuSO4.3Cu(OH)2 62 x
Kalkosit Cu2S 80 x x
Kalkopirit CuFeS2 34 x x
Temba Kovelit CuS 66 x x
ga Kuprit Cu2O 89 x
Digenit Cu9S5 78 x x
Enargit 3Cu2S.As2S5 48 x
Malasit CuCO3.Cu(OH)2 57 x
Azurit 2CuCO3.Cu(OH)2 55 x
Krisokola CuSiO3.Cu(OH)2 36 x

Timba Galena PbS 86 x


l Serusit PbCO3 77 x
(Lead) Anglesit PbSO4 68 x
Hy
Loga % por Superg
Mineral Bijih Komposisi
m Logam ge en
n

Sfalerit ZnS 67 x
Seng Smitsonit ZnCO3 52 x
(Zinc) Hemimorfit H2ZnSiO5 54 x
Zinksit ZnO 80 x

Kasiterit SnO2 78 x ?
Timah
Stannit Cu2S.FeS.SnS2 27 x ?

Pentlandit (Fe,Ni)S 22 x
Nikel
Garneirit H2(Ni,Mg)SiO3.H2O - x

Kromi
Kromit FeO.Cr2O3 68 x
um

Pirolusit MnO2 63 x x
Mang Psilomelan Mn2O3.xH2O 45 x x
an Braunit 3Mn2O3.MnSiO3 69 ? x
Manganit Mn2O3.MnSiO3 62 x

Alum
Bauksit Al2O3.2H2O 39 X
unium

Antim
Stibnit Sb2S3 71 x
on

Bismu
Bismuthit Bi2S3 81 x X
th

Kobalt Smaltit CoAs2 28 x


Hy
Loga % por Superg
Mineral Bijih Komposisi
m Logam ge en
n

Cobaltit CoAsS 35 x

Air
Sinabar HgS 86 x
Raksa

Molib Molibdenit MoS2 60 x


denum Wulfenit PbMoO4 39 x

Wolframit (Fe,Mn)WO4 76 x
Tungs
Huebnerit MnWO4 76 x
ten
Scheelit CaWO4 80 x

Uraninit Combined UO2 dan 50-85 x


Urani Pitcblende UO3 x
um Coffinit USiO4 75 x
Carnotit K2O.2U2O3 60U2O3 x

Tabel 3. Beberapa mineral gangue yang umum muncul pada mineral bijih, (Sumber ;
Bateman, 1982).

Kelas Nama Komposisi Hyporgen Supergen

Kuarsa SiO2 x x
Silikat lain SiO2 x
Oksida
Bauksit Al2O3.2H2O x x
Limonit Fe2O3.H2O x x

Karbonat Kalsit CaCO3 x x


Dolomit (Ca,Mg)CO3 x x
Kelas Nama Komposisi Hyporgen Supergen

Siderit FeCO3 x x
Rodokrosit MnCO3 x

Barit BaSO4 x x
Sulfat
Gipsum CaSO4+H2O x x

Feldspar
- x
Garnet
- x
Rhodonit
Silikat MnSiO3 x
Klorit
- x
Mineral
- x x
Lempung

Florit CaF2 x
Apatit (CaF)Ca4(PO4)3 x
Lain-lain Pirit FeS2 x x
Markasit FeS2 x x
Pirotit Fe1-xS x
Arsenopirit FeAsS x

Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih
mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan
merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya
beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi Bowen (deret pembentukan mineral
pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M. Goldshmidt, dan H.
Schneiderhohn, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram urutan pengendapan mineral
Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi
larutan (konsentrasi suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi
kristalisasi dari magma induk telah didesign oleh Niggli seperti terlihat pada Gambar
2.

Gambar 2. Diagram Temperatur-Konsentrasi-Tekanan (Diagram Niggli)


Jika pembentukan endapan mineral dikelompokkan menurut proses
pembentukannya, maka salah satu pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Lindgren (Modifikasi)


I. Endapan yang terbentuk melalui proses konsentrasi kimia (Suhu dan Tekanan
Bervariasi)
A. Dalam magma, oleh proses differensiasi
1. Endapan magmatik (segresi magma, magmatik cair); T 700-15000C;
P sangat tinggi.
2. Endapan Pegmatit; T sedang-sangat tinggi; P sangat tinggi
B. Dalam badan batuan
1. Konsentrasi karena ada penambahan dari luar (epigenetik)
1.1. Asal bahan tergantung dari erupsi batuan beku
a. Oleh hembusan langsung bekuan (magma)
- dari efusif; sublimat; fumarol, T 100-6000C; P atmosfer-sedang
- dari intrusif, igneous metamorphic deposits; T 500-800 0C, P sangat
tinggi
b. Oleh penambahan air panas yang terisi bahan magma
- Endapan hipothermal; T 300-5000C, P sangat tinggi
- Endapan mesothermal; T 200-3000C, P sangat tinggi
- Endapan epithermal; T 50-2000C, P sangat tinggi
- Endapan telethermal; T rendah, P rendah
- Endapan xenothermal; T tinggi-sedang, P sedang-atmosfer
1.2. Konsentrasi bahan dalam badan batuan itu sendiri :
a. Konsentrasi oleh metamorfosis dinamik dan regional, T s/d 400 0C; P
tinggi.
b. Konsentrasi oleh air tanah dalam; T 0-1000C; P sedang
c. Konsentrasi oleh lapukan batuan dan pelapukan residu dekat permukaan;
T 0-1000C; P sedang-atmosfer
C. Dalam masa air permukaan
1. Oleh interaksi larutan; T 0-700C; P sedang
a. Reaksi anorganik
b. Reaksi organik
2. Oleh penguapan pelarut
II. Endapan-endapan yang dihasilkan melalui konsentrasi mekanis; T & P sedang.

Sedangkan secara umum keterdapatan endapan bahan galian dengan mineral-


mineral bijihnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Keterdapatan dan letak mineral-mineral bijih

1. EMAS
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan
letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan
endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa,
dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di
Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Berikut peta Penyebaran Emas di Indonesia:

Gambar 4. Peta Sebaran Emas di Indonesia

Sifat Dan Keterdapatannya


Emas (aurum) adalah logam mulia berwarna kuning, mempunyai warna
goresan kuning, sangat tidak reaktip. Berat jenisnya 15 sampai 19, kekerasannya 3
dalam sekala Mohs.
Mineral emas di alam di dapat sebagai emas murni (native
Au), calaverite (Au Fe), sylvanite [(Au Ag)Te], krennerite [(Au Ag)Te2], perzite
[(Au Ag)Te3. Biasanya emas terdapat dalam cebakan pada berbagai macam batuan
seperti batuan sedimen, batuan volkanik, batuan beku dan batuan metamorf pada
semua formasi geologi. Secara primer kebanyakan berasal dari lode yang terjadi
dari larutan hidrothermal yang berumur relatif lebih muda dari yang terterobos.
Pengolahan
Pengolahan bijih emas secara cyanida, amalgamasi, flotasi,
konsentrasi gaya berat (gravity consentration) dan peleburan (melting) atau secara
kombinasi dari proses-proses tersebut.
Penggunaan Emas
Penggunaan emas sebagian besar dipergunakan dalam bidang moneter dan
perhiasan.Hanya sebagian kecil
dipergunakan dalam bidang industri seperti antara lain untuk; penyepuhan hurup
emas, photografi, kedokteran (gigi), "ruby gold glass",
kontak termokopel listrik, karet tiruan dan perkakas laboratorium.

2. PERAK
Perak adalah sejenis logam mulia berformula Ag (argentum), berwarna
khas putih perak dengan warna goresan abu-abu, kekerasan 3 dalam
skala Mohs, berat jenisnya 10,1 sampai 11,1.
Mineral perak terpenting antara lain perak
alam (native Ag), argentit (AgS), karrargirit (AgCl), polibasit (Ag2SbS3),
proustit (AgAsS3) dan pirargirit (AgSbS3)
Cara Terdapatnya
Kebanyakan perak berasal dari cebakan hidrothermal tipe pengisian pada
urat-urat (fissure filling), biasanya berasosiasi dengan mineral barit dan karbonat.
Pengolahan
Pengolahan dari bijih-bijih perak antara lain; bijih yang sudah digiling
halus diklasifikasi akan menjadi 60% lewat saringan 200 mesh. Dalam bentuk
bubur diflotasi dengan alat flotasi "Ezil Fagergren". Campuran antimoni dan arsen
dipisahkan dengan sistim melindi (leach) Na2S.
Penggunaan
Penggunaan perak sebagian besar sebagai perhiasan dan
mata uang. Penggunaan dalam industri antara lain
sebagai campuran logam (alloy), solder perak, photografi, industri kimia,
obat-obatan, alat listrik, bateray berefisiensi tinggi pada jet dan peluru kendali,
kamera televisi dan alat-alat presisi (ilmiah).

B. GENESA BAHAN GALIAN DI PT. AGINCOURT RESOURCES


Endapan Mineral Epitermal
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem
hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur
vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008).
Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi
yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal
terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan
temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari
cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena
jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau
berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur
pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas
(Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral
zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low
sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat
kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona
dimana batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins
juga ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein
mempunyai tipe tidak menerus (discontinuous).
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai
geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil
roots dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat
permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa
endapan mineral epithermal tua relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari
endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya
kalsedonik quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga
merupakan salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti
Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh
endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari
lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur
sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan
ini juga memiliki tipe berupa tipevein, stockwork dan diseminasi.
Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high
sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan
berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam
Chandra,2009).

Endapan Mineral Epitermal tipe High Sulfidation


Pada PT. Agincourt Resources endapan mineral yang terbentuk adalah endapan
epitermal dengan tipe high sulfidation. Endapan epitermal high sulfidation dicirikan
dengan host rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan
kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman
formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 100 0C-3200C. Endapan
Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal
dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan
horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi
(200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).
Gambar 5. Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

Gambar 6. Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)

a. Genesa dan Karakteristik


Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan
fluida magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi
(ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan
kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan
samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan
dengan pH asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan
larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di
kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur
yang dioksidasi menjadi SO.
b. Interaksi Fluida
Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-
hydrothermal yang didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat
fluks larutan magmatik dan vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2,
dengan variabel input dari air meteorik lokal.

A. Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au
(bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan
univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas
tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua
regia. Logam ini banyak terdapat dinugget emas atau serbuk di bebatuan dan
di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode ISOnya adalah XAU. Emas
melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnyakuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal.
Endapan emas tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat
kuarsa maupun dlam urat bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-300 0C
dengan pH sedikit asam atau mendekati netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil
aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan porfiri. Dimana emas, perak,
tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan
Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH
mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi
hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti
rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-
alterasi sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi
dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan
silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut:
emas diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini
mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal
merupakan salah satu cirri adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal.
Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi
(hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric). Selama proses
pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding
batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu
hilangnya gas H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses
tersebut dapat mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi
biasanya dijumpai di breksi hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).
Tabel 4. Contoh endapan emas epitermal (high sulfidation)

Endapan Au (ton) Umur


Yanacocha/Peru 820 M/P
Pueblo Viejo 680 Cret
Pascua 640 M/P
Pienina/Peru 250 M/P
Lepanto 210 Quat
El Indio 190 M/P
Chinquashih 150 Quat
Summitville 20 M/P
Rodalquilar 10 N/P

B. Perak
Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak
murni (Ag) mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum,
atau menjaring, kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan
sebagai argentite, cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak
biasanya berasosiasi dengan pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk
dari reduksi sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga
terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit
(temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat
mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan
dalam kandungan emas (28%). Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas
kurang lebih 75% didapatkan sebagai hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel
dan tembaga. Endapan perak dapat berupa endapan pengisian dan endapan
penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan perak didunia dihasilkan
dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).

You might also like