Professional Documents
Culture Documents
%
%Ato %Volu
Elemen Ber Elemen % Elemen %
m me
at
27, 5,0
Silikon 20,5 0,51 Besi Timbal 0,0016
69 0
%
%Ato %Volu
Elemen Ber Elemen % Elemen %
m me
at
Potassiu 2,5 0,0 0,0000
1.4 1,88 Nikel Perak
m 8 08 1
0,0 0,0000
Timah Platinum
04 005
Pengertian bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral
berharganya secara ekonomis, dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua
faktor utama, yaitu tingkat terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan),
letak serta ukuran (dimensi) endapan tsb.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan
galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat
minimum yang tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya. Dalam Tabel 2
dapat dilihat beberapa bijih logam yang dapat diambil (diekstrak) dari mineral
bijihnya, dan pada Tabel 3 dapat dilihat beberapa gangue mineral yang merupakan
mineral-mineral (dalam jumlah sedikit/kecil) yang terdapat bersamaan dengan
mineral bijih dan relatif tidak ekonomis.
Tabel 2. Beberapa mineral bijih yang dapat diekstrak sebagai komoditi logam
(Sumber ; Bateman, 1982).
Hy
Loga % por Superg
Mineral Bijih Komposisi
m Logam ge en
n
Silvanit (Au,Ag)Te2 x x
Magnetit FeO.Fe2O3 72 x
Hematit Fe2O3 70 x x
Besi
Limonit Fe2O3.H2O 60 x
Siderit FeCO3 48 x x
Sfalerit ZnS 67 x
Seng Smitsonit ZnCO3 52 x
(Zinc) Hemimorfit H2ZnSiO5 54 x
Zinksit ZnO 80 x
Kasiterit SnO2 78 x ?
Timah
Stannit Cu2S.FeS.SnS2 27 x ?
Pentlandit (Fe,Ni)S 22 x
Nikel
Garneirit H2(Ni,Mg)SiO3.H2O - x
Kromi
Kromit FeO.Cr2O3 68 x
um
Pirolusit MnO2 63 x x
Mang Psilomelan Mn2O3.xH2O 45 x x
an Braunit 3Mn2O3.MnSiO3 69 ? x
Manganit Mn2O3.MnSiO3 62 x
Alum
Bauksit Al2O3.2H2O 39 X
unium
Antim
Stibnit Sb2S3 71 x
on
Bismu
Bismuthit Bi2S3 81 x X
th
Cobaltit CoAsS 35 x
Air
Sinabar HgS 86 x
Raksa
Wolframit (Fe,Mn)WO4 76 x
Tungs
Huebnerit MnWO4 76 x
ten
Scheelit CaWO4 80 x
Tabel 3. Beberapa mineral gangue yang umum muncul pada mineral bijih, (Sumber ;
Bateman, 1982).
Kuarsa SiO2 x x
Silikat lain SiO2 x
Oksida
Bauksit Al2O3.2H2O x x
Limonit Fe2O3.H2O x x
Siderit FeCO3 x x
Rodokrosit MnCO3 x
Barit BaSO4 x x
Sulfat
Gipsum CaSO4+H2O x x
Feldspar
- x
Garnet
- x
Rhodonit
Silikat MnSiO3 x
Klorit
- x
Mineral
- x x
Lempung
Florit CaF2 x
Apatit (CaF)Ca4(PO4)3 x
Lain-lain Pirit FeS2 x x
Markasit FeS2 x x
Pirotit Fe1-xS x
Arsenopirit FeAsS x
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih
mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan
merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya
beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi Bowen (deret pembentukan mineral
pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M. Goldshmidt, dan H.
Schneiderhohn, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram urutan pengendapan mineral
Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi
larutan (konsentrasi suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi
kristalisasi dari magma induk telah didesign oleh Niggli seperti terlihat pada Gambar
2.
1. EMAS
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan
letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan
endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa,
dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di
Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Berikut peta Penyebaran Emas di Indonesia:
2. PERAK
Perak adalah sejenis logam mulia berformula Ag (argentum), berwarna
khas putih perak dengan warna goresan abu-abu, kekerasan 3 dalam
skala Mohs, berat jenisnya 10,1 sampai 11,1.
Mineral perak terpenting antara lain perak
alam (native Ag), argentit (AgS), karrargirit (AgCl), polibasit (Ag2SbS3),
proustit (AgAsS3) dan pirargirit (AgSbS3)
Cara Terdapatnya
Kebanyakan perak berasal dari cebakan hidrothermal tipe pengisian pada
urat-urat (fissure filling), biasanya berasosiasi dengan mineral barit dan karbonat.
Pengolahan
Pengolahan dari bijih-bijih perak antara lain; bijih yang sudah digiling
halus diklasifikasi akan menjadi 60% lewat saringan 200 mesh. Dalam bentuk
bubur diflotasi dengan alat flotasi "Ezil Fagergren". Campuran antimoni dan arsen
dipisahkan dengan sistim melindi (leach) Na2S.
Penggunaan
Penggunaan perak sebagian besar sebagai perhiasan dan
mata uang. Penggunaan dalam industri antara lain
sebagai campuran logam (alloy), solder perak, photografi, industri kimia,
obat-obatan, alat listrik, bateray berefisiensi tinggi pada jet dan peluru kendali,
kamera televisi dan alat-alat presisi (ilmiah).
A. Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au
(bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan
univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas
tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua
regia. Logam ini banyak terdapat dinugget emas atau serbuk di bebatuan dan
di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode ISOnya adalah XAU. Emas
melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnyakuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal.
Endapan emas tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat
kuarsa maupun dlam urat bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-300 0C
dengan pH sedikit asam atau mendekati netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil
aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan porfiri. Dimana emas, perak,
tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan
Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH
mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi
hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti
rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-
alterasi sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi
dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan
silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut:
emas diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini
mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal
merupakan salah satu cirri adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal.
Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi
(hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric). Selama proses
pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding
batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu
hilangnya gas H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses
tersebut dapat mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi
biasanya dijumpai di breksi hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).
Tabel 4. Contoh endapan emas epitermal (high sulfidation)
B. Perak
Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak
murni (Ag) mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum,
atau menjaring, kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan
sebagai argentite, cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak
biasanya berasosiasi dengan pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk
dari reduksi sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga
terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit
(temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat
mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan
dalam kandungan emas (28%). Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas
kurang lebih 75% didapatkan sebagai hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel
dan tembaga. Endapan perak dapat berupa endapan pengisian dan endapan
penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan perak didunia dihasilkan
dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).