Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nadia Alaydrus
20110310085
Diajukan Kepada :
dr. Kurnianto Trubus, M.kes, Sp.An
Disusun Oleh :
Nadia Alaydrus
20110310085
Mengetahui,
Dokter pembimbing,
BAB I
STATUS UJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
: 18 tahun
Umur
: Laki-laki
Jenis kelamin
: Pacetan Timbulharjo Sewon
Alamat
: Pelajar
Pekerjaan
: 6 Februari 2017
Tanggal masuk
: 60 kg
Berat badan
Diagnosis : Post Operasi Orif Clavicula Dextra
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien post operasi pemasangan implan datang ke Poliklinik Ortopedi dan
ingin melepas implan yang sudah terpasang kurang lebih 1 tahun.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat TBC : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
4. Riwayat Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat TBC : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Berat Badan : 60 kg
Tanda vital
- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 78 kali/menit, isi dan tegangan cukup
- Pernafasan : 20 kali/menit, regular
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
Status general
1. Kepala : normochepal
- Mata : pupil isokor, konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-)
- Hidung : simetris, sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir lembab, tonsil T0/T0, faring
hiperemis (-), tanda candidiasis (-), sariawan (-),
gusi berdarah (-),Mallampati II
- Telinga : simetris, serumen (-/-), gendang telinga intak
2. Leher
Pembesaran limfonodi (-) nyeri (-), peningkatan JVP (-), leher jarak
pendek (-), tyromandibula >6,5cm, buka mulut >3 jari, pergerakan leher
bebas.
3. Thorax
Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis teraba pada sela iga ke-4 linea
midclavicula kiri
- Perkusi : batas atas kanan linea para sternalis kana sic 2,
batas kiri atas linea para sternalis kiri sic 2, batas
kanan bawah, linea para sternalis sic 4, batas kiri
bawah linea mid sternalis sic 4.
- Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 regular, murmur (-), gallop(-)
Paru-paru
- Inspeksi : simetris saat inspirasi dan ekspirasi, retraksi
intracostal (-), retraksi substernal (-)
- Palpasi : fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi : vesicular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
4. Abdomen
- Inspeksi : supel
- Auskultasi : peristaltik (+)
- Perkusi : tympani (+)
- Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, massa (-), nyeri tekan
(-)
5. Ekstremitas
Akral hangat, nadi kuat, capillary refill time < 2 detik, edema kaki (-/-),
A = Jalan nafas clear, jarak tyromandibula >6,5cm, buka mulut >3 jari,
mallampati II, pergerakan leher bebas.
B = Spontan, RR : 20x/menit, vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
C = TD: 110/70 mmHg, N: 78x/menit, S1-S2 reguler
Status lokalis :
Terdapat bekas jahitan pada bahu kanan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
EKG : normal sinus rithym
EEG : tidak dilakukan
Laboratorium
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.7 14,0 18,0 gr/dL
Leukosit 6.57 4 11 ribu/uL
Eritosit 6.10 45 ribu/uL
Trombosit 298 150 450 ribu/uL
Hematokrit 46.1 36 46 ribu/uL
Eusinofil 1 24 %
Basofil 1 01 %
Batang 0 25 %
Segmen 51 51 67 %
Limfosit 42 20 35 %
Monosit 5 48 %
GOL. DARAH
Golongan darah A
HEMOSTASIS
PPT 12.9 12-16 detik
APTT 30.9 28-38 detik
Control PPT 13.5 11-16 detik
Control APTT 31.4 28-36,5 detik
E. DIAGNOSIS KERJA
Post operasi orif clavicula dextra dengan status ASA I
Rencana General Anastesi
F. PENATALAKSANAAN ANASTESI
1. Pra Anastesi
Instruksi pra anastesi
- Pasang IV line
- Lengkapi Informed Consent Anestesi
- Puasa 8 jam sebelum operasi
2. Anastesi
Diagnosis Pra Bedah : Post ORIF clavicula dextra
Diagnosis pasca Bedah : Post ROI
Premedikasi : Midazolam 2,5 mg
Fentanyl 50 g
Induksi : Propofol 100 mg
Jenis Anestesi : General Anestesi
Teknik : Nafas bantu, LMA no 3
Pemeliharaan : O2, N2O, Sevofluran
Obat-obat : Ondansentron 4 mg
Ketorolac 30 mg
Jenis Cairan : Ringer laktat
Kebutuhan cairan selama Operasi
- MO (Maintenance Operasi) : 2 cc/kgBB
: 2 x 50 = 100 cc
- PP (Pengganti Puasa) : lama puasa (8 jam) x MO
: 8 x 100 = 800 cc
- SO (Stress Operasi) : 4 cc/kgBB/jam (operasi ringan)
: 4 x 50 = 200 cc
- Kebutuhan Cairan jam I : x 800 + 100 + 200 = 700
cc
- Perdarahan : 50 cc
- Urin Output :0
- Total kebutuhan cairan : Kebutuhan Cairan jam I +
perdarahan + Urin Output
: 700 cc + 50 cc + 0 cc =
750cc
- Jumlah pemberian cairan : RL 800 cc
- Sisa Kebutuhan : 800 -750 = -50 cc
- EBV (Estimastion Blood Volume) : 65 x 50 = 3250 cc
- ABL (Average Blood Loss) : 20% x 3250= 650 cc
Lama Operasi : 30 menit
3. Post Anastesi
Maintanence anastesi
B1 (Breathing): Suara nafas vesikuler, nafas terkontrol
B2 (Bleeding) : Perdarahan 100 cc
B3 (Brain) : Pupil Isokor
B4 (Bladder) : terpasang kateter
B5 (Bowel) : BU (-)
B6 (Bone) : ROM ekstremitas bawah dextra terbatas
Pemantauan di ruang PACU/RR
- Monitoring Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Saturasi O2
- Oksigenasi 2 lt/menit dengan nasal canul
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur klavikula
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang
rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan
bagaimana tulang mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan fisik tulang dan
keadaaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur
terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok,
memutar dan tarikan. Fraktur klavikula adalah kerusakan dari tulang klavikula
(biasanya disebut dengan tulang selangka). Tulang tersebut menghubungkan
sternum ke bahu. Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :
Pertengahan klavikula : merupakan tempat yang paling sering terjadi.
Sepertiga distal : ujung dari klavikula yang menghubungkan klavikula dengan
bahu.
Sepertiga medial : ujung klavikula yang menghubungkan klavikula dengan
Sternum
B. Anatomi
1. Osteologi
Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan tipis,
lebih lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga lateral.
Pada potongan axial, struktur tiga dimensi tulang klavikula semakin jelas telihat.
Tulang klavikula berbentuk seperti huruf S, pada ujung sisi medial berbentuk
cembung dan ujung sisi lateral berbentuk cekung. Pada proyeksi axial, tulang
klavikula baik sisi medial maupun lateral mempunyai permukaan yang datar,
dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti tabung dan
tipis. Area transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur
penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah yang paling
sering terjadi fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada potongan sagital, luas
daerah transisi tulang klavikula dari anterior ke posterior dapat terlihat dengan
jelas
2. Klasifikasi
Fraktur klavikula dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, termasuk lokasi
fraktur, pergeseran, angulasi, pola fraktur (greenstick, oblik, transverse) dan
kominutif. Klasifikasi berdasarkan Allman:
Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%).
Merupakan tipe yang paling sering terjadi baik pada anak-anak maupun orang
dewasa.
Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran minimal terjadi jika
ligamen-ligamen costoclavicular tetap utuh. Walaupun membantu dalam
pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak membagi berdasarkan pergeseran,
kominutif,atau pemendekan, dimana semua variabel tersebut sangat potensial
dalam menentukan prognosa dan penanganan. Neer membagi klasifikasi
berdasarkan Allmantipe 2 menjadi tiga tipe :
Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.
Tipe II : Ligamen coracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen
trapezoid utuh sampai ke segmen distal.
Tipe IIA : Coroid dan trapezoidmenempel sampai ke segmen distal.
Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
Tipe III: Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular.
Subgrup tipe III yaitu:
Type I: Pergeseran minimal.
Type II: Bergeser .
Type III: Intraarticular
.Type IV: Terpisah pada epifisis.
Type V: Komunitif.
4. Penanganan
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai
penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan
sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani
dengan metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi
gerakan di daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap
dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi
spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap
klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke
belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap
klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera
kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan
saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran
dan terpotongnya ligamentcoracoclavicular atau acromioclavicular dapat
ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal
disertai dengan terputusnya ligamen coracoclavicular, akan terjadi pergeseran,
yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus
menghindari aktivitas yang berat.Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan
pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai
gejala klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala
klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan
lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat
dilihat padaminggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada
proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya
rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan
kekuatan kembali normal. Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi
hal-hal berikut :
- Fraktur terbuka.
- Terdapat cedera neurovaskuler.
- Fraktur komunitif.
- Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
- Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
-Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)
5. Komplikasi
Komplikasi dini
Cedera pembuluh darah : Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma
awal atau tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.
Pneumouthorax
Haemothorax
Cedera pleksus Brachialis
Komplikasi lanjut
Malunion:
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa pemendekan
dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik, dimana
fungsi dari bahu masih normal.
Nonunion:
Didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi selama 4
sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan
klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar
0,9 % sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak
adekuat, fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur
terbuka, dan adanya refaktrur.
General Anastesi
1. Definisi
Anestesi umum / General anestesi adalah suatu tindakan medis dimana
tujuan utamanya adalah menghilangkan nyeri. Anestesi umum juga mempunyai
karakteristik menyebabkan amnesia bagi pasien yang bersifat anterograd yaitu
hilang ingatan kedepan maksudnya pasien tidak akan bisa mengingat apa yang
telah terjadi saat dia dianestesi / operasi, sehingga saat pasien bangun dia
hanya mengetahui kalo dia tidak pernah menjalani operasi. Karakteristik
selanjutnya adalah reversible yang berarti General anestesi akan menyebabkan
pasien bangun kembali tanpa efek samping. General anestesi juga dapat
diprediksi lama durasinya dengan menyesuaikan dosisnya.
Sebelum pasien diberi obat anestesi, langkah selanjutnya adalah
dilakukan premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesi diberi
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi
diantaranya :
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Mengurang mual dan muntah pasca bedah
Mengurangi isi cairan lambung
Membuat amnesia
Memperlancar induksi anestesi
Meminimalkan junmlah obat anestesi
Mengurangi reflek yang membahayakan.
4. Stadium anastesi
1. Stadium I ( analgesia sampai kesadaran hilang)
2. Stadium II ( sampai respirasi teratur)
3. Stadium III
4. Stadium IV ( henti nafas dan henti jantung)
LMA dibuat dari karet lunak silicone khusus untuk kepentingan medis, terdiri dari
masker yang berbentuk sendok yang elips yang juga berfungsi sebagai balon yang
dapat dikembangkan, dibuat bengkok dengan sudut sekitar 30. LMA dapat
dipakai berulang kali dan dapat disterilkan dengan autoclave, namun demikian
juga tersedia LMA yang disposible.
Jenis-jenis LMA
Sampai saat ini berbagai jenis telah diproduksi dengan keunggulan dan tujuan
tertentu dari masin-masing jenis LMA. Jenis-jenis LMA yang telah tersedia
sebagai berikut:
1. LMA klasik
2. LMA flexible
3. LMA proseal
LMA Klasik
Tidak seperti jalan nafas supraglotik, tersedia dalam berbagai ukuran, yang
cocok untuk semua penderita mulai dari bayi sampai dengan dewasa. Suatu
metode pemasangan LMA klasik dengan teknik standar direkomendasikan oleh
Dr Archie Brain. Setelah deflasi cuff secara penuh, LMA dimasukkan dengan
bantuan indek jari menekan masker kearah cranioposterior melewati kurva
palatofaringeal, dilanjutkan kearah caudal sampai dirasakan adanya tahanan di
mana ujung masker memasuki upper esophageal sphincter Keberhasilan LMA
yang klasik mendorong munculnya berbagai jenis LMA lainnya dengan beberapa
tujuan tertentu seperti untuk intubasi buta disertai dengan akses ke lambung
(Proseal LMA).
LMA Proseal
1 <5 4
1,5 5 10 7
2 10 20 10
2 20 30 14
3 30 - 50 20
4 50 - 70 30
5 > 70 40
Cardiac Arrest
Anak-Anak
3. Compliance paru yang rendah atau tahanan jalan nafas yang besar
4. Obstruksi jalan nafas setinggi level larynx atau dibawahnya
2. Inverted/reserve/rotation approach
Teknik insersi LMA yang dikembangkan oleh dr. Archie Brain telah
menunjukkan posisi terbaik yang dapat dicapai ini pada berbagai variasi pasien
dan prosedur pembedahan. Walaupun sampai sekarang telah banyak teknik
insersi yang dianjurkan namun demikian teknik dari dr.Brain ini membuktikan
secara konsisten lebih baik. Banyak teknik insersi lainnya yang menyebabkan
penempatan LMA yang teralalu tinggi dari jalan nafas atas dan pengembangan
balon terlalu besar untuk mencegah kebocoran gas anastesi disekeliling LMA.
Tekanan balon LMA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembengkakan
struktur pharyngeal dan menyebabkan pengurangan toleransi terhadap LMA pada
kasus-kasus emergensi.
Keberhasilan insersi LMA tergantung dari hal-hal detail sebagai berikut : 1,4
1. Pilih ukuran yang sesuai dengan pasien dan teliti apakah ada kebocoran
pada balon LMA
2. pinggir depan dari balon LMA harus bebas dari kerutan dan menghadap
keluar berlawanan arah dengan lubang LMA
4. pastikan anastesi telah adekuat (baik general ataupun blok saraf regional)
sebelum mencoba untuk insersi. Propofol dan opiat lebih memberikan
kondisi yang lebih baik daripada thiopental.
9. obstruksi jalan nafas setelah insersi biasanya disebabkan oleh piglotis yang
terlipat kebawah atau laryngospame sementara
Malposisi LMA
Gambar 7. Malposisi LMA yang umum terjadi
Maintenance ( Pemeliharaan )
Untuk anak kecil dan bayi, nafas spontan lewat cLMA untuk periode
yang lama kemungkinan tidak dianjurkan. cLMA meningkatkan resistensi
jalan nafas dan akses ke jalan nafas untuk membersihkan sekret, tidak
sebaik lewat tube trakea. Untungnya ventilasi kendali pada grup ini sering
lebih mudah sebagaimana anak-anak secara umum mempunyai paru-paru
dengan compliance yang tinggi dan sekat jalan nafas dengan cLMA secara
umum sedikit lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.
Tehnik Extubasi
6. Obat Premedikasi
a Midazolam
Midazolam merupakan suatu golongan imidazo-
benzodiazepindengan sifat yang sangat mirip dengan golongan
benzodiazepine.Merupakan benzodiapin kerja cepat yang bekerja menekan
SSP.Midazolam berikatan dengan reseptor benzodiazepin yang terdapat
diberbagai area di otak seperti di medulla spinalis, batang otak,serebelum
system limbic serta korteks serebri. Efek induksi terjadisekitar 1,5 menit
setelah pemberian intra vena bila sebelumnyadiberikan premedikasi obat
narkotika dan 2-2,5 menit tanpapremedikasi narkotika sebelumnya.
Propofol
Merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis dan tidak iritatif, tidak
berasa, lebih berat dari udara, tidak mudahterbakar/meledak, dan tidak
bereaksi dengansoda lime absorber (pengikat CO2). . Mempunyai sifat
anestesi yang kurang kuat, tetapi dapat melalui stadium induksi dengan
cepat, karena gas ini tidak larut dalam darah. Gas ini tidak mempunyai
sifat merelaksasi otot, olehkarena itu pada operasi abdomen dan ortopedi
perlu tambahan denganzat relaksasi otot. Terhadap SSP menimbulkan
analgesi yang berarti.Depresi nafas terjadi pada masa pemulihan, hal ini
terjadi karena Nitrous Oksida mendesak oksigen dalam ruangan-ruangan
tubuh. Hipoksia difusi dapat dicegah dengan pemberian oksigen
konsentrasi tinggi beberapa menit sebelum anestesi selesai. Penggunaan biasanya
dipakai perbandingan atau kombinasi dengan oksigen. Penggunaan
dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2 adalah
sebagai berikut 60% : 40% ; 70% : 30% atau 50% : 50%.
b Sevofluran
Tehnik Extubasi
Pada akhir pembedahan, cLMA tetap pada posisinya sampai pasien bangun dan
mampu untuk membuka mulut sesuai perintah, dimana reflex proteksi jalan nafas
telah normal pulih kembali. Melakukan penghisapan pada pahryng secara umum
tidak diperlukan dan malah dapat men-stimuli dan meningkatkan komplikasi
jalan nafas seperti laryngospasme. Saat pasien dapat membuka mulut mereka,
cLMA dapat ditarik. Kebanyakan sekresi akan terjadi pada saat-saat ini dan
adanya sekresi tambahan atau darah dapat dihisap saat cLMA ditarik jika pasien
tidak dapat menelan sekret tersebut. Beberapa kajian menyebutkan tingkat
komplikasi akan lebih tinggi jika cLMA ditarik saat sadar, dan beberapa saat
ditarik dalam. Jika cLMA ditarik dalam kondisi masih dalam, perhatikan
mengenai obstruksi jalan nafas dan hypoksia. Jika ditarik dalam keadaan
sadar, bersiap untuk batuk dan terjadinya laryngospasme
Komplikasi Pemakaian LMA
cLMA tidak menyediakan perlindungan terhadap aspirasi paru karena
regurgitasi isi lambung dan juga tidak bijaksana untuk menggunakan cLMA pada
pasien-pasien yang punya resiko meningkatnya regurgitasi, seperti : pasien yang
tidak puasa, emergensi, pada hernia hiatus simtomatik atau refluks gastro-
esofageal dan pada pasien obese. Insidensi nyeri tenggorokan dengan
menggunakan LMA sekitar 28 %.
Clasic LMA mempunyai insidensi kejadian batuk dan komplikasi jalan nafas yang
lebih kecil dibandingkan dengan ET. Namun clasic LMA mempunyai
kerugian. LMA jenis ini hanya menyediakan sekat tekanan rendah ( rata-rata 18
20 cmH2O ), sehingga jika dilakukan ventilasi kendali pada paru, akan
menimbulkan masalah. Peningkatan tekanan pada jalan nafas akan
berhubungan dengan meningkatnya kebocoran gas dan inflasi lambung. Lebih
lanjut lagi, clasic LMA tidak memberikan perlindungan pada kasus regurgitasi isi
lambung. Proseal LMA berhubungan dengan kurangnya stimulasi respirasi
dibandingkan ET selama situasi emergensi pembiusan
ProSeal LMA juga mempunyai keuntungan dibandingkan clasic LMA selama
ventilasi kendali ; sekat pada ProSeal LMA meningkat sampai dengan 50
% dibandingkan clasic LMA sehingga memperbaiki ventilasi dengan
mengurangi kebocoran dari jalan nafas. Sebagai tambahan drain tube pada
ProSeal LMA akan meminimalisir inflasi lambung dan dapat menjadi rute untuk
regurgitasi isi lambung jika hal ini terjadi.
9. Obat Premedikasi
Tujuan premedikasi bukan hanya untuk mempermudah induksi dan mengurangi
jumlah obat obatan yang digunakan, tetapi terutama untuk menenangkan pasien
sebagai persiapan anestesi. Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum
anestesi dilakukan.
Tindakan premedikasi ini mempunyai tujuan antara lain untuk memberikan rasa
nyaman bagi pasien, membuat amnesia, memberikan analgesia, mencegah
muntah, memperlancar induksi, mengurangi jumlah obat obat anestesi, menekan
reflek reflek yang tidak diinginkan, mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas.
Obat obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :
Golongan hipnotik sedatif: Barbiturat, Benzodiazepin,
Transquilizer.
Analgetik narkotik : Morfin, Petidin, Fentanil.
Neuroleptik : Droperidol,
Dehidrobenzoperidol.
Anti kolinergik : Atropin, Skopolamin.
e Midazolam
Midazolam merupakan suatu golongan imidazo-benzodiazepindengan sifat yang
sangat mirip dengan golongan benzodiazepine.Merupakan benzodiapin kerja
cepat yang bekerja menekan SSP.Midazolam berikatan dengan reseptor
benzodiazepin yang terdapat diberbagai area di otak seperti di medulla spinalis,
batang otak,serebelum system limbic serta korteks serebri. Efek induksi
terjadisekitar 1,5 menit setelah pemberian intra vena bila sebelumnyadiberikan
premedikasi obat narkotika dan 2-2,5 menit tanpapremedikasi narkotika
sebelumnya.
Midazolam diindikasikan pada premedikasi sebelum induksianestesi, basal
sedasion sebelum tindakan diagnostic atau pembedahanyang dilakukan di bawah
anestesi local serta induksi dan pemelharaanselama anestesi.Obat ini dikontra
indikasikan pada keadaan sensitiveerhadap golongan benzodiazepine, pasien
dengan insufisiensipernafasan, acut narrow-angle claucoma.
Dosis premedikasi sebelum operasi :
Pemberian intramuskular pada penderita yang mengalami nyerisebelum tindakan
bedah, pemberian tunggal atau kombinasi denganantikolinergik atau
analgesik.Dewasa : 0,07- 0,1 mg/ kg BB secara IM sesuai dengan keadaanumum
pasien, lazimnya diberikan 5mg.Dosis usia lanjut dan pasien lemah 0,025 - 0,05
mg/ kg BB (IM)Untuk basal sedation pada dewasa tidak melebihi 2,5 mg IV 5-
10menit sebelum permulaan operasi, pada orang tua dosis harusditurunkan 1- 1,5
mg dengan total dosis tidak melebihi 3,5 mg IV.
Midazolam mempunyai efek samping :
Efek yang berpotensi mengancam jiwa : midazolam dapatmengakibatkan depresi
pernafasan dan kardiovaskular, iritabilitas padaventrikel dan perubahan pada
kontrol baroreflek dari denyut jantung.Efek yang berat dan ireversibel : selain
depresi SSP yang berhubungandengan dosis, tidak pernah dilaporkan efek
samping yang ireversibelEfek samping simtomatik : agitasi, involuntary
movement, bingung,pandangan kabur, nyeri pada tempat suntikan, tromboflebitis
dantrombosis.Midazolam dapat berinteraksi dengan obat alkohol, opioid,
simetidin, ketamine.
f Fentanyl
Fentanil adalah merupakan derivat agonis sintetik opioid fenil piperidin, yang
secara struktur berhubungan dengan meperidin, sebagai anestetik 75 125 kali
lebih poten dari Morfin.Fentanil merupakan salah satu preparat golongan
analgesik opioid dan termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan dosis 100-150
mcg/kgBB, termasuk sufentanil (0,25-0,5 mcg/kgBB). Bahkan sekarang ini telah
ditemukan remifentanil, suatu opioid yang poten dan sangat cepat onsetnya, telah
digunakan untuk meminimalkan depresi pernapasan residual.Opioid dosis tinggi
yang deberikan selama operasi dapat menyebabkan kekakuan dinding dada dan
larynx, dengan demikian dapat mengganggu ventilasi secara akut, sebagaimana
meningkatnya kebutuhan opioid potoperasi berhubungan dengan perkembangan
toleransi akut.Maka dari itu, dosis fentanyl dan sufentanil yang lebih rendah telah
digunakan sebagai premedikasi dan sebagai suatu tambahan baik dalam anestesi
inhalasi maupun intravena untuk memberikan efek analgesi perioperatif.
Sebagai analgesik, potensinya diperkirakan 80 kali morfin.Lamanya efek depresi
nafas fentanil lebih pendek dibanding meperidin.Efek euphoria dan analgetik
fentanil diantagonis oleh antagonis opioid, tetapi secara tidak bermakna
diperpanjang masanya atau diperkuat oleh droperidol, yaitu suatu neuroleptik
yang biasanya digunakan bersama sebagai anestesi IV.Dosis tinggi fentanil
menimbulkan kekakuan yang jelas pada otot lurik, yang mungkin disebabkan oleh
efek opioid pada tranmisi dopaminergik di striatum.Efek ini di antagonis oleh
nalokson.Fentanyl biasanya digunakan hanya untuk anestesi, meski juga dapat
digunakan sebagai anelgesi pasca operasi.Obat ini tersedia dalam bentuk larutan
untuk suntik dan tersedia pula dalam bentuk kombinasi tetap dengan
droperidol.Fentanyl dan droperidol (suatu butypherone yang berkaitan dengan
haloperidol) diberikan bersama-sama untuk menimbulkan analgesia dan amnesia
dan dikombinasikan dengan nitrogen oksida memberikan suatu efek yang disebut
sebagai neurolepanestesia.
g Ketorolac
Ketorolac dapat diberikan secara oral, intramuscular atau intravena.Tidak
dianjurkan untuk intratekal atau epidural. Setelah suntikan intramuscular atau
intravena efek analgesinya dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam
dengan lama kerja sekitar 4-6 jam dan penggunannya dibatasi untuk 5 hari.
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam dan penggunannya sesuai
kebutuhan. Untuk pasien normal dosis sehari dibatasi maksimal 90 mg dan untuk
berat < 50kg, manula atau gangguan faal ginjal dibatasi maksimal 60 mg. sifat
analgetik ketorolac setara dengan opioid, yaitu 30 mg ketorolac = 12 mg morfin =
100 mg petidin, sedangkan sifat antipiretik dan antiinflamasinya rendah.
Ketorolac dapat digunakan secara bersamaan dengan opioid.Cara kerja ketorolac
adalah menghambat sintesis prostaglandin di perifir tanpa menggangu reseptor
opioid di sistema saraf pusat. Tidak dianjurkan digunakan untuk wanita hamil,
menghilangkan nyeri persalinan,wanita sedang menyusui, usia lanjut, anal usia <
4 tahun, gangguan perdarahan.
h Ondansetron
Merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat efektif yang ual dan
muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Ondansetron
mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan pengosongan basal rendah.
Tetapi waktu transit saluran cerna memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi.
Ondansetron dieliminasi dengan cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini terutama
secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukonida atau sulfat dalam hati.5 Dosis
ondansentron yang biasanya diberikan untuk premedikasi antara 4-8 mg/kgBB.
Dalam suatu penelitian kombinasi antara Granisetron dosis kecil yang diberikan
sesaat sebelum ekstubasi trakhea ditambah Dexamethasone yang diberikan saat
induksi anestesi merupakan suatu alternatif dalam mencegah muntah selama 0-2
jam setelah ekstubasi trakhea daripada ondansetron dan dexamethasone.
KESIMPULAN
Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. 2003. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta