You are on page 1of 14

LAPORAN PRESENTASI KASUS

KONJUNGTIVITIS VERNAL

A. KASUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN:
- Nama pasien : An. Iqbal Mubarok
- Umur : 7 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan :
- Agama : Islam
- Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
- Alamat : Jogonegoro, Mertoyudan, Magelang

II.1. ANAMNESIS :
- Keluhan Utama :
Mata merah dan gatal
- Keluhan Tambahan :
Secret jernih (+)
Pandangan kabur (-)
Nyeri (-)
- Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Sekitar 1 bulan yang lalu kedua mata merah dan terasa gatal serta sedikit berair. Sudah
mendapat pengobatan namun belum sembuh.

II.2. KESAN :
- Kesadaran : Compos Mentis
- Keadaan Umum : Baik
- OD : Mata merah
- OS : Mata merah

II.3. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF


PEMERIKSAAN OD OS
Visus Jauh 5/6 5/6
Refraksi - -
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

II.4. PEMERIKSAAN OBYEKTIF


PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN
1. Sekitar mata Kedudukan alis Kedudukan alis DBN
(supersilia) baik, jaringan baik, jaringan parut
parut (-) (-)

1
2. Kelopak mata
- Pasangan Bengkak (-) Bengkak (-) Simetris
- Gerakan Kelainan gerak (-) Kelainan gerak (-) DBN
- Lebar rima 12 mm 13 mm Normal 9-14 mm
- Kulit Hiperemi (-) Hiperemi (-) Tidak ada kelainan
pigmentasi
- Tepi kelopak Sekret jernih (+) Sekret jernih (+)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Margo Sekret jernih (+) Sekret jernih(+)
intermarginalis Tanda peradangan Tanda peradangan
(-) (-)

3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar gland. Dakrioadenitis (-) Dakrioadenitis (-)
lakrimalis
- Sekitar sakus Dakriosistitis (-) Dakriosistitis (-)
lakrimalis
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Uji regurgitasi (-) (-) Tidak ada
obstruksi pada
duktus
nasolakrimalis
4. Bola mata
- Pasangan Simetris Simetris
- Gerakan Gangguan gerak Gangguan gerak Tidak ada
(-) (-) gangguan pada
syaraf dan otot
penggerak bola
mata
- Ukuran Makroftalmos (-) Makroftalmos (-)
Mikroftalmos (-) Mikroftalmos (-)
5. TIO Palpasi kenyal Palpasi kenyal
(tidak ada (tidak ada
peningkatan dan peningkatan dan
penurunan TIO) penurunan TIO)
6. Konjungtiva
- Palpebra superior Hiperemi (-) Hiperemi (-) Terdapat pelebaran
- Forniks Dalam Dalam pembuluh darah
- Palpebra inferior Hiperemi (-) Hiperemi (-) pada konjungtiva,
- Bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-) konjungtiva
Injeksi Injeksi palpebra terkesan
konjungtiva (+) konjungtiva (+) anemis
7. Sclera Sklera ikterik (-) Sklera ikterik (-)
8. Kornea
- Ukuran 12 mm horizontal 12 mm horizontal Ukuran normal 12
mm
2
- Kecembungan Lebih cembung Lebih cembung DBN
dari sclera dari sclera
- Limbus Benjolan (-) Benjolan (-) DBN
Korpus alienum Korpus alienum
(-) (-)
- Permukaan Licin Licin DBN
Mengkilap Mengkilap
- Medium Jernih Jernih
- Dinding Belakang Jernih Jernih
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Placido Konsentris reguler Konsentris reguler
9. Kamera Okuli anterior
- Ukuran Dalam Dalam
- Isi Jernih Jernih
10. Iris
- Warna Coklat Coklat DBN
- Pasangan Simetris Simetris
- Gambaran Gambaran kripti Gambaran kripti
baik, baik,
neovaskularisasi neovaskularisasi
(-), deformitas (-) (-), deformitas (-)
- Bentuk Bulat Bulat
11. Pupil
- Ukuran 5 mm 5 mm Normal (3-6 mm)
- Bentuk Bulat Bulat DBN
- Tempat Ditengah iris Ditengah iris
- Tepi Reguler Reguler
- Refleks direct + +
- Refleks indrect + +
1. Lensa
- Ada/tidak Ada Ada
- Kejernihan Jernih Jernih DBN
- Letak Di tengah Di tengah
belakang iris belakang iris
- Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada
13. Korpus Vitreum Jernih Jernih
14. Refleks fundus (+) warna orange (+) warna orange

II.5. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


OD OS

3
III. DIAGNOSIS
- OD : konjungtivitis vernal
- OS : konjungtivitis vernal

IV. TERAPI
Kompres dingin di daerah mata
Pengganti air mata (artifisial)
Antihistamin : Emedastine 4x1 tetes

V. PROGNOSIS
Visum (Visam) : Baik
Kesembuhan (Sanam) : Baik
Jiwa (Vitam) : Baik
Kosmetika (Kosmeticam) : Baik

B. PEMBAHASAN

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronik.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi toksik seperti

konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum.

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva

bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih nyata di pagi hari,

pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane,

pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti adanya benda asing dan adenopati

preaurikular.

Diagnose banding konjungtivitis

Bakteri
Virus Fungus&parasit Alergi
Purulen Nonpurulen
Kotoran Sedikit Mengucur Sedikit Sedikit Sedikit
Air mata Mengucur Sedang Sedang Sedikit Sedang
Gatal Sedikit Sedikit - - Mencolok
Injeksi Sedang Mencolok Mencolok Ringan-sedang Ringan-
konjungtiva sedang
Hemoragi + + + - -
Kemosis +/- ++ ++ +/- ++
4
Eksudat Jarang, air + + - Berserabut
(lengket)
Pewarnaan Monosit Bakteri Bakteri Biasanya (-) Eosinofil
usapan limfosit PMN PMN

Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis

musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit bilateral yang jarang, yang

disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun- tahun prapubertas dan

berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak

perempuan. Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini

sering kambuh dan menyerang anak-anak, dengan demikian, memerlukan pengobatan jangka

panjang dengan obat yang aman.

Allergen sulit dilacak, namun pasien konjuntivitis vernalis kadang-kadang

menampakan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas tepung sari

rumput. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada daerah dingin.

DEFINISI

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I)

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.

KLASIFIKASI

Terdapat dua bentuk utama konjngtivitis vernalis (yang dapat berjalan bersamaan),

yaitu :

1. Bentuk palpebra. Pada tipe palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.

Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekret yang

mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea lebih

berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan besegi

banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler di tengahnya.

5
2. Bentuk Limbal. hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan

hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel kornea

atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit

eosinofil.

ETIOLOGI

Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas.

Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas

dan berhenti sebelum usia 20.

PATOFISIOLOGI

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang insterstitial

yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan

dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi

akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak

terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada

konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobbles tone. Jaringan ikat yang berlebihan ini

akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak

berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement

like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis

mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea.

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan

hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus

sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun

kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan

konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan di kemudian hari berisiko

6
timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga terdapat kista-kista kecil yang

dengan cepat akan mengalami degenerasi.

GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini,

akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu

lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran

milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN,

eosinofil, basofil, dan sel mast.

Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata yang

dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada

konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid. Sementara itu,

beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik

yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan

adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di

fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar .

Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,

hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara

keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan

terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasia

jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang

luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya

berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring

dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai

hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi.

7
Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhan epitel

yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel (acanthosis). Horner- Trantas dot`s

yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang

terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.

GEJALA

Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.

Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lain-lain) dan kadang-

kadang pada pasien muda juga. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak

papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki

papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata,

dan mengandung berkas kapiler.

Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda

Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling

mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah

pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Bintik- bintik

Tranta adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan

konjungtivitis vernalis selama fase aktif dari penyakit ini.

Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun

pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva kecuali jika

pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang

dapat merusak konjungtiva.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

8
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk mempelajari

gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula

bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.

DIAGNOSA BANDING

1. Keratokonjungtivitis atopik

Kelainan mata pada keratokonjungtivitis atopik berupa kelopak mata yang

tebal, likenisasi, konjungtiva hiperemi dan kemosis, disertai papil-papil di konjungtiva

tarsalis inferior. Kadang-kadang, papil ini bisa besar mirip cobble stone, dan dapat

dijumpai pada konjungtiva tarsalis superior. Trantas dots juga bisa dijumpai pada

atopik meskipun tidak sesering pada konjungtivitis vernalis. Seperti pada

konjungtivitis vernalis, pada atopik bisa didapatkan keratitis epitel, ulserasi, dan

kekeruhan stroma. Pada atopik cepat terjadi neovaskularisasi. Pada pemeriksaan

kerokan konjungtiva jarang dijumpai eosinoil dan tidak dijumpai granula-granula

eosinofilik yang bebas.

2. Giant Papillary Conjunctivitis

Giant Papillary Conjunctivitis terjadi pada pemakaian lensa kontak, baik yang

hard maupun yang soft. Gejalanya mulai dengan gatal disertai banyak mukus serta

timbulnya atau ditemukannya papil raksasa di konjungtiva tarsalis superior. Kelainan

ini dapat timbul baik satu minggu sesudah pemakaian lensa kontak maupun setelah

lama pemakaian. Pada kelainan ini, tidak ada pengaruh musim. Pemeriksaan sitologi

hanya menunjukkan sedikit eosinofil. Dengan dilepasnya lensa kontak, gejala-

gejalanya akan berkurang. Konjungtivitis vernalis kadang-kadang perlu didiagnosis

9
banding dengan trakhoma stadium II yang disertai folikel-folikel yang besar mirip

cobble stone.

PENGOBATAN

Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat

bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya

jika dipakai jangka panjang.

Opsi perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya symptom yang muncul dan

durasinya. Opsi perawatan konjungtivitis vernalis yaitu :

1. Tindakan Umum

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi keluhan

pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut antara lain:

Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena

telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel

mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada akhirnya

berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.

Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;

Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari;

Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan alergen

di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa kontak

akan membantu retensi allergen;

Kompres dingin di daerah mata;


10
Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi

protektif karena membantu menghalau allergen;

Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut sebagai

climato-therapy.

2. Terapi topikal

Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan

mukolitik seperti asetil sistein 10%20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada

kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat

ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat

monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak

efektif sepenuhnya.

Antihistamin

NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)

Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal prednisolone

fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi

dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah

terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat efektif.

Antibiotik

Siklosporin

Stabilisator sel mast seperti Sodium kromolin 4% dan Lodoksamid 0,l%.

3. Terapi Sistemik

11
Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti

prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 23 tablet 4 kali

sehari selama 12 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan

pemakaian preparat steroid adalah gunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat

mungkin.

Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan

lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien.

Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang

memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis

4. Tindakan Bedah

Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa konjungtiva

tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif,

karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.

KOMPLIKASI
Komplikasi sangat jarang terjadi, ulkus kornea dan keratoconus jarang terjadi
PROGNOSIS
Prognosisnya baik, keadaan ini bisa menghilang sendiri.

KESIMPULAN

Pada kasus ini pasien mengeluh keduanya mata merah dan gatal. Hal ini sudah

berlangsung sekitar 1 bulan. Pada kedua mata pasien juga terdapat secret jernih agak kental.

Pasien tidak ada keluahan gangguan penglihatan, nyeri juga tidak ada. Pasien juga sudah

mendapat pengobatan namun tidak gejala tidak mereda. Dari pemeriksaan fisik didapat mata

injeksi konjungtiva, konjungtiva palpebra superior maupun inferior tampak agak keputihan.

kornea, sclera, iris dan pupil tidak ada kelainan.

12
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, diagnosa sementara untuk mata kanan dan kiri

adalah konjungtivitis vernal. Untuk mengarah ke diagnosis pasti dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan serologi untuk mengetahui antibody yang

terlibat, pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui jenis leukosit yang meningkat.

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I)

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi

dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-

anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.

Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang kental dan

lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik adalah Trantas dots dan coble

stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebra dan bentuk

limbal.

Konjungtivitis vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan, namun dapat

menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Namun

tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan menurunkan tingkat

ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat diberikan menghindari menggosok-

gosok mata, kompres dingin di daerah mata, memakai pengganti air mata, memakai obat tetes

seperti asetil sistein, antihistamin, NSAID, steroid, stabilisator sel mast, dll; obat oral (seperti

antihistamin dan steroid), dan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Asbury. 2007. Opthalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta

2. Ilyas S. 2009. Ilmu Pemyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta.

13
3. Parag A Majmudar,MD. Conjunctivitis,Allergic. Diakses dari :

http://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview

4. Katrina L. Schmid. 2001. Vernal keratoconjunctivitis Signs, symptoms and

therapeutic management. Diakses dari :

http://www.optometry.co.uk/articles/docs/0cd52f986c6c4d460c454802aa7cc5b3_sch

mid20010223.pdf

14

You might also like