You are on page 1of 6

Anatomi dan Fisiologi Medula Spinalis

Medula spinalis keluar melalui sebuah lubang yang besar di dasar tengkorak dibungkus
oleh columna vertebralis protektif sewaktu turun melalui canalis vertebralis. Dari medulla
spinalis keluar pasangan-pasangan nervus spinalis melalui ruang-ruang yang terbentuk antara
lengkung tulang berbentuk sayap vertebra-vertebra yang berdekatan. Nervus spinalis diberi nama
sesuai bagian dari columna vertebralis tempat keluarnya.
1. 8 pasang nervus servicalis (leher: yaitu C1-C8)
2. 12 pasang nervus torakalis (Dada)
3. 5 pasang nervus lumbalis (perut)
4. 5 pasang nervus sakralis (panggul)
5. 1 pasang nervus cogsigeus (tulang ekor)
Medula spinalis memiliki dua fungsi vital:
1. Sebagai jaringan saraf penghubung antara otak dan susunan saraf tepi. Semua komunikasi
naik dan turun melalui medulla spinalis terletak di jaras (traktus asendens dan desendens)
di substansia alba medulla spinalis.
2. Merupakan pusat intregasi untuk refleks spinal, termasuk sebagian dari refleks postural
dan protektif dasar serta refleks yang berkaitan dengan pengosongan organ-organ
panggul.
Lengkung refleks dasar mencakup reseptor jalur aferen, pusat intregasi, jalur
eferen, dan efektor. Substansia grisea yang terletak dibagian tengah medulla spinalis
mengandung antar neuron yang terletak antara masukan aferen dan keluaran eferen, serta
badan-badan sel neuron eferen. Aferen dan eferen masing-masing membawa sinyal ke
dan dari medulla spinalis dan menyatu membentuk nervus spinalis. Saraf ini menyarafi
bagian-bagian tubuh spesifik dan melekat ke medulla spinalis secara berpasangan.
Medulla spinalis terletak dalam canalis vertebralis memanjang dari foramen
magnum sampai discus antara vertebra lumbalis ke satu dan kedua.
Refleks medulla spinalis tidak bergantung secara langsung pada otak.
1. Refleks adalah respon involunter terhadap stimulasi.
2. Lengkung refleks jarah impuls saraf selama berlangsunya refleks: reseptor, neuron
sensorik, system saraf pusat dengan satu atau lebih sinaps, neuron motorik, efektor
dengan respons.
3. refleks peregangan, otot yang teregang akan berkontraksi, refleks ini membantu
menjaga kita tetap tegak melawan gravitasi. Refleks patela juga digunakan secara klinis
untuk mengkaji fungsi neurologis sebagaimana refleks yang lain.
4. refleks fleksor, stimulus yang menyakitkan akan menyebabkan bagian tubuh
menghindarinya, refleks ini menyebabkan protektif.

Penatalaksanaan Medik dan Pembedahan

1. Terapi steroid, nomidipin, atau dopamine untuk perbaiki aliran darah


koral spiral.Dosis tertinggi metil prednisolon/bolus adalah 30 mg/kgBB diikuti 5,4
mg/kgBB/jam untuk 23 jam berikutnya.Bila diberikan dalam 8 jam sejak cedera akan
memperbaiki pemulihan neurologis. Gangliosida mungkin juga akan memperbaiki
pemulihan setelah cedera koral spiral.

2. Manajemen Bedah
Tujuan dari intervensi bedah adalah untuk menstabilkan tulang belakang.
Laminektomi dekompresif, yakni lamina vertebra dilepaskan untuk mengurangi tekanan
pada tulang belakang, dapat digunakan untuk cedera spinalis komplet. Stabilisasi oleh
fusi bedah dapat dilakukan dengan insersi pelat logat dan sekrup atau penggunaan
cangkok tulang sendiri atau kombinasi.
Fraktur servikal juga dapat dibiarkan sembuh dengan stabilisasi fragmen tulang
dengan cara imobilisasi dalam rungkup atau jaket halo. Jaket halo memiliki cincin yang
dipasang pada tengkorang menggunakan pin. Cincin ini kemudian dihubungkan ke jaket
menggunakan batang besi. System ini menjadi traksi yang dibutuhkan untuk menjaga
kesejajaran servikal. Jaket halo memungkinkan mobilisasi dini rehabilitasi.
Fraktur pecah pada segmen tulang belakang toraks dan lumbal dapat diobati
dengan gips tubuh, batang Harrington, atau perangkat lain untuk stabilisasi tulang
belakang. Perangkat stabilisasi tulang belakang biasanya dimasukan melalui insisi
posterior. Setelah operasi, lakukan pengkajian pasca operasi biasa termasuk pengkajian
status neurovascular dari tungkai. Slang dada dan slang nasogastrik dipasang selama
pembedahan. Klien di-logroll untuk memfasilitasi rumatan pernafasan dan perfusi kulit.
Nyeri diatasi dengan injeksi atau infuse opioid dan kontinu. Pada klien biasanya dipasang
body brace/ penyangga tubuh dengan mobilisasi dimulai pada hari keempat. Komplikasi
pembedahan meliputi infeksi dan penyembuhan luka yang buruk serta segala yang
berhubungan dengan anestesi.
2. Rehabilitasi Cedera Medula Spinalis
Klien dengan semua tingkat cedera dan dari segala usia dapat memperoleh
manfaat dari rehabilitasi. Klien dan keluarga terlibat dalam semua fase. Dalam semua
fase rehabilitasi, penting bahwa klien yang termotivasi diberi kesempatan untuk
melakukan keterampilan apapun, sekali pun jika perawat atau dokter dapat mencapainya
dengan lebih cepat. Member kesempatan kepada klien untuk mencoba keterampilan yang
kompleks menunjukan dukungan terhadap kemampuan perawatan diri dari klien. Kunci
dari rehabilitasi adalah tim multidisiplin yaitu dokter, perawat dan penyedia layanan
kesehatan lain ( ahli fisioterafi, ahli terapi okupasi, ahli terapi bicara, dan patologis
bahasa) untuk mengurangi morbiditas, memaksimalkan pemulihan fungsi, dan
meningkatkan kemandirian.
1. Meningkatkan mobilitas
Kursi roda memberikan mobilitas, sehingga memiliki kursi roda yang tetap
sangatlah penting. Desain kursi roda harus memungkinkan klien untuk dapat
mendorong sendiri kursinya serta mencegah terjadinya deformitas tulang
belakang dan dekubitus. Ahli terapi bekerja dengan klien untuk mengajarkan
cara untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda, dari kursi roda ke dalam
dan keluar dari mobil dan dari kursi roda ke toilet.
2. Mengurangi spastisitas
Spastisitas sering mengganggu perubahan posisi dan aktivitas fungsional.
Namun demikian, spastisitas juga mempertahankan massa otot, memfasilitasi
aliran balik vena, mencegah trombosit vena dalam, dan dapat bmembantu dalam
berpindah. Memberikan latihan ROM. Pengobatan meliputi anti spasmodik oral
seperti baklofen, natrium, dantrolen melalui kateter ke dalam ruang intratekal
dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi dosis.
3. Meningkatkan control kandung kemih dan usus
Perubahan control kandung kemih yang terjadi pada gangguan neuron motorik
atas dan bawah. Kandung kemih dapat dikelola dengan berbagai cara, sehingga
pilihan pengobatan harus disesuaikan agar sesuai dengan pilihan dan gaya hidup
klien serta kemampuan fungsional.
4. Mengurangi disfungsi pernafasan
Disfungsi pernafasan adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas
setelah cedera medulla spinalis. Klien harus diajarkan menggunakan spirometri
insentif dan pernafasan diafragma untuk meningkatkan kapasitas vital.
5. Mencegah ulkus tekan ( Dekubitus)
Kulit yang kebas berkaitan dengan peningkatan frekuensi ulkus tekan
( dekubitus). Selama periode perawatan akut.
6. Promosikan ekspresi seksualitas
Fungsi seksual pada pria yang menderita cedera medulla spinalis bergantung
pada lokasi lesi. Ereksi refleks mungkin terjadi pada beberapa klien dengan lesi
neuron motorik atas dan juga pada beberapa klien dengan lesi neuron motorik
bawah. Ejakulasi mungkin terjadi pada lesi neuron motorik bawah dan jika lesi
lebih kea rah kaudal. Pendekatan terhadap disfungsi seksual dilakukan dalam dua
cara, yaitu konseling psikologis dan penyuluhan tentang kemajuan teknologi
dalam memfasilitasi aktivitas seksual.
7. Kontrol nyeri
Nyeri jangka panjang sering terjadi pada klien cedera medulla spinalis dengan
sensasi utuh. Nyeri tersebut digambarkan sebagai nyeri terpotong, terbakar,
tertusuk, menyebar, atau mengencang.
Penatalaksanaanya yang biasa digunakan adalah analgesic nonopioid dan
stimulator saraf transkutan.
8. Mengurangi pertumbuhan tulang abnormal
Osifikasi heterotopik adalah pembentukkan tulang pada lokasi abnormal, yang
paling sering terjadi disekitar pinggul dan lutut setelah cedera medulla spinalis.
Klien dapat mengalami pembengkakan sendi atau kehilangan ROM. Osifikasi
heterotopik didiagnosis dengan pemeriksaan rontgen atau pemindaian tulang.
Penatalaksanaan mencakup penggunaan dinatrium etidronat (didronel) dan
latihan ROM pada sendi yang terkena. Terkadang tulang harus dibuang melalui
pembedahan.
9. meningkatkan penyesuaian psikologis
Konseling psikologis dilakukan secara kontinu. Klien dengan cedera medulla
spinalis berpatisipasi dalam sesi konseling kelompok yang berbagi pngalaman
dan solusi untuk membantu klien yang baru mengalami cedera melakukan
koping yang lebih baik atas kehilangan yang mereka alami. Rehabilitasi
vokasional dapat membantu klien mencapai potensi rehabilitasi maksimal
mereka.

Penyuluhan
1. Menganjurkan klien untuk mengurangi kecepatan kendaraan
2. Menganjurkan klien untuk menggunakan helm saat mengendarai motor atau sepeda walaupun
dalam jarak dekat
3. Menggunakan sabuk pengaman saat membawa mobil
4. Menganjurkan klien untuk melakukan perubahan posisi yang sering, tepat untuk sendiri
5. Penggunaan bidai dan gips yang dapat dilepas
6. Menggantungkan linen tempat tidur di atas bingkai tempat tidur agar tidak menimbulkan
tekanan pada kaki
7. Menjaga agar sendi lutut tertekuk 15 derajat ketika klien terlentang
8. Penggunaan latihan ROM aktif maupun pasif

You might also like