You are on page 1of 14

Efektifitas Terapi Buteyko Terhadap Pengontrolan Asma pada Pasien Asma

Bronkial
PENDAHULUAN
Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas yang disebabkan oleh
hiperresponsivitas jalan nafas, edema mukosa dan produksi mucus berlebih.
Inflamasi ini biasanya kambuh dengan tanda pada episode asthma seperti batuk,
dada sesak, wheezing dan dyspnea (Smeltzer, Suzanne C. OConnell., Bare,
2008).
Kasus asma di seluruh dunia pada tahun 2004 berdasarkan survey Global
Initiative For Asthma (GINA) mencapai 300 juta orang. Di Jawa Timur,
prevalensi kejadian asma didapatkan 4.264 jiwa.
Serangan asma dapat memberi dampak yang luas terhadap aktivitas,
produktivitas, dan berbagai kondisi sosial masyarakat khususnya di kalangan
pasien asma, yang tentunya dapat meningkatkan beban pembiayaan kesehatan dan
beban ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar setiap
penderita asma mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat serta mampu
mengelola asmanya.
Pengobatan untuk asma dibedakan atas dua macam yaitu pengobatan
secara farmakologis dan non farmakologis. Terdapat dua golongan medikasi
secara farmakologis yakni pengobatan jangka panjang dan pengobatan cepat atau
quick relief sebagai pereda gejala yang dikombinasikan sesuai kebutuhan
(Smeltzer, Suzanne C. OConnell., Bare, 2008). Bentuk pengobatan
nonfarmakologis adalah pengobatan komplementer yang meliputi breathing
technique (teknik pernafasan), acupunture, exercise theraphy, psychological
therapies, manual therapies (Council, 2006)
Salah satu metode olah napas yang dikembangkan di Rusia oleh
Konstantin Buteyko adalah latihan pernapasan dengan metode Buteyko (Asthma,
2014).
Metode Buteyko adalah serangkaian latihan pernapasan sederhana.
Metode ini memiliki ciri khusus yang lebih memfokuskan pada menurunkan
frekuensi pernapasan. Penderita asma akan mengalami hiperventilasi yang
menyebabkan rendahnya kadar CO2 dan akibatnya oksigenasi akan semakin
berkurang. Frekuensi napas yang optimal dengan penurunan frekuensi pernapasan
membawa kadar CO2 pada kadar normal, sehingga oksigenasi akan optimal.

1
TEKNIK PERNAFASAN BUTEYKO
Teknik pernapasan Buteyko merupakan terapi komplementer untuk
membantu penderita asma mencegah dan mengontrol gejala asma serta
menurunkan atau menghilangkan penggunaan obat-obatan (Birch, 2001). Teknik
pernapasan Buteyko adalah serangkaian latihan pernapasan yang bertujuan untuk
mengurangi hiperventilasi melalui penurunan frekuensi napas, yang dikenal
dengan slow breathing dan reduced breathing, dikombinasikan dengan waktu
menahan napas, yang dikenal dengan control pauses dan extended pauses
(Bruton & Lewith, 2005). Teknik pernapasan Buteyko merupakan suatu metode
penatalaksanaan asma yang bertujuan mengurangi penyempitan saluran
pernapasan dengan melakukan latihan pernapasan dangkal. Terapi ini dirancang
untuk memperlambat atau mengurangi intake udara yang masuk ke dalam paru-
paru sehingga dapat mengurangi gangguan di saluran pernapasan. Prinsip teknik
ini adalah melakukan serangkaian latihan pernapasan secara teratur untuk
memperbaiki cara bernapas (Dupler, 2005).
Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat
menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik
dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009). Asma adalah penyakit
inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan sel dan elemennya, di mana
dapat menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Gejala tersebut
berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tujuan teknik pernapasan Buteyko adalah menggunakan serangkaian
latihan bernapas secara teratur untuk melatih seseorang yang terbiasa bernapas
berlebihan (over-breathing) agar mampu bernapas dengan benar. Apabila pasien
asma mampu mengubah volume udara yang dihirup, maka akan mengurangi
serangan asma yang dialami dan penggunaan alat maupun obat-obatan dapat
dikurangi atau bahkan ditinggalkan sama sekali (Vitahealth, 2005). Metode

2
Buteyko juga digunakan untuk mengurangi gejala dan tingkat keparahan asma
dengan memelihara keseimbangan kadar CO2 dan nilai oksigenasi seluler, serta
mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan (Dupler, 2005).
Menurut London School of Facial Orthotropics (LSFO) tahun 2012, tujuan dari
metode Buteyko yaitu mengembalikan kondisi penderita agar dapat bernapas
normal dengan cara latihan menahan napas, bernapas melalui hidung dan latihan
pernapasan dengan melakukan relaksasi diafragma untuk mencapai volume
pernapasan yang normal.
Teori Buteyko menyatakan penyebab dasar dari penyakit asma adalah
kebiasaan bernapas secara berlebihan yang tidak disadari. Pasien asma menghirup
udara terlalu banyak ketika bernapas, yang umum dikenal dengan istilah
hiperventilasi. Secara sederhana penanganannya didasarkan pada usaha
mengembalikan cara bernapas yang benar sehingga akan menghilangkan gejala
hiperventilasi (Vitahealth, 2005). Menurut Robert Fried dalam buku
Hiperventilation Syndrome, indikator seseorang mengalami hiperventilasi yaitu
mendesah secara teratur, menggunakan pernapasan dada bagian atas, mengambil
napas panjang sebelum berbicara dan bernapas melalui mulut (McKeown, 2004).
Pada penelitian yang dilakukan (Agustiningsih, Denny. Kafi, Abdul.
Djunaidi, 2007) yang menyatakan bahwa tehnik pernafasan Buteyko dipercaya
dapat menurunkan angka serangan, penggunaan obat bronkodilator dan
pengguanaan steroid menjadi minimal. Latihan pernapasan menggunakan metode
Buteyko serta Senam Asma Indonesia dapat menurunkan tahanan terhadap aliran
udara di saluran napas pada penderita asma dewasa derajat persisten sedang
setelah berlatih selama tiga bulan, tetapi tidak dapat memperbaiki nilai kapasitas
vital. Sehubungan dengan hal tersebut, kemungkinan pada subjek penelitian ini,
yaitu penderita asma derajat persisten sedang yang telah mengalami awitan
serangan beberapa tahun yang lalu dan seringkali mengalami kekambuhan sudah
terjadi proses remodeling saluran napas, sehingga dengan pemberian latihan
pernapasan tidak cukup adekuat untuk menaikkan FVC dan FEV1 absolut.
Namun dengan latihan ini dapat menurunkan frekuensi serangan dan penggunaan
bronkodilator.

3
Hasil yang serupa ditunjukkan pada penelitian oleh (Melastuti E, 2015)
tentang efektifitas Teknik pernafasan Buteyko terhadap pengontrolan asma di
Balai Kesehatan Paru Semarang, dalam hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan sesudah dilakukan teknik
pernafasan Buteyko. Rata-rata pengontrolan asma sebelum dilakukan tehnik
pernafasan Buteyko adalah 20,35 kemudian menjadi 21,29 setelah dilakukan
tehnik pernafasan Buteyko. Sehingga dapat disimpulkan terapi buteyko efektif
untuk mengontrol asma.
Secara lebih jelas berikut beberapa teori yang melandasi Prof. Buteyko
dalam mengembangkan teknik pernapasan Buteyko yaitu:
1. Ketika pasien asma melakukan pernapasan dalam, maka jumlah CO2
yang dikeluarkan akan semakin meningkat sehingga menyebabkan jumlah
CO2 di paru- paru, darah dan jaringan menjadi berkurang (Microza, 2012).
2. Karbon dioksida merupakan zat yang sangat penting untuk kesehatan,
setiap sel di tubuh membutuhkan CO2 dalam konsentrasi khusus untuk
mempertahankan kehidupan yang normal. Cara bernapas yang berlebihan
telah mempengaruhi tingkat CO2 dalam paru-paru. Saat pasien asma
menghirup terlalu banyak volume udara dari yang sebenarnya dibutuhkan
oleh tubuh, maka pada waktu bersamaan pasien juga menghembuskan CO2
keluar secara terlalu cepat. Ini menyebabkan reaksi kimiawi yang
mempersulit pelepasan oksigen dari darah ke jaringan- jaringan tubuh
sehingga jaringan menjadi kekurangan oksigen yang mengakibatkan
lapisan otot yang mengelilingi jaringan bereaksi dengan cara mengejang
(Vitahealth, 2005).
3. Defisiensi CO2 menyebabkan pH darah menjadi alkalis. Alkalosis
respiratorik adalah suatu kelainan klinis yang menyebabkan peningkatan
keasaman darah (pH) karena hiperventilasi alveolar (hipokapnia).
Hipokapnia terjadi karena eliminasi CO2 melebihi produksi CO2 pada
jaringan (Djojodibroto, 2009). Peningkatan pH dimodifikasi sampai tingkat
yang kecil oleh buffer intraseluler. Untuk mengkompensasi terhadap
peningkatan kehilangan CO2 dan resultan kelebihan basa, ion hidrogen
dilepaskan dari jaringan buffer, yang selanjutnya menurunkan konsentrasi

4
bikarbonat plasma (Horne, 2001). Selain itu dapat pula melalui kerja ginjal
yang mengekskresikan ion hidrogen karbonat ke dalam urin. Aktivitas
tersebut cenderung mendorong keseimbangan menuju pembentukan lebih
banyak ion hidrogen karbonat sehingga ion hidrogen pun semakin banyak
yang kemudian dapat menurunkan nilai pH (Marzuki dkk 2010).
Dalam jurnal A randomised controlled trial of the Buteyko technique as an
adjunct to conventional management of asthma Robert L. Cowie, Diane P. Conley,
Margot F. Underwood and Patricia G. Reader (2007) dikatakan bahwa baik
Buteyko dan kontrol (fisioterapi) menghasilkan hasil yang menguntungkan dalam
bahwa lebih dari 70% dari peserta menikmati kontrol asma 6 bulan setelah
menyelesaikan intervensi. Selain itu, subyek dalam kelompok Buteyko mampu
secara signifikan mengurangi dosis harian mereka menghirup kortikosteroid.
Teknik Buteyko atau intensif Program disampaikan oleh fisioterapis dada tampak
memberikan manfaat tambahan untuk pasien dewasa dengan asma yang sedang
dirawat dengan inhalasi kortikosteroid.
Jurnal Effect of Buteyko breathing technique on patients with bronchial
asthma Zahra Mohamed Hassan a, Nermine Mounir Riad, Fatma Hassan Ahmed
(2012). Menunjukkan efek yang baik dari BBT pada pasien dengan asma bronkial.
Ini secara signifikan mengurangi kekambuhan dan tingkat keparahan asma
bronkial utama gejala (bangun malam hari, gejala pagi pembatasan aktivitas,
sesak napas, mengi, PEFR% diprediksi, dan Dihirup Kortikosteroid) dan secara
signifikan meningkatkan PEFR. BBT akan meningkatkan tingkat fungsi pasien
dan kapasitas untuk hidup mandiri dengan mengurangi keparahan asma gejala dan
kekambuhan serangan asma.
Teknik pernapasan Buteyko terdiri dari dua hal penting, yaitu relaksasi dan
latihan. Pada tahap relaksasi, postur tubuh diatur senyaman mungkin terutama
tubuh bagian atas. Ini berfungsi untuk merilekskan otot pernapasan dan iga secara
perlahan-lahan yaitu saat peregangan iga ke arah luar selama inspirasi dan
penarikan iga ke arah dalam selama ekspirasi. Saat latihan pasien asma dianjurkan
untuk bernapas melalui hidung, tidak melalui mulut (Dupler, 2005). Menurut
Prof. Buteyko, bernapas melalui hidung akan mengurangi hiperventilasi sehingga
cara terbaik menghemat CO2 yang keluar adalah dengan merelaksasikan otot-otot

5
pernapasan sehingga insufisiensi udara yang terjadi saat serangan akan berkurang
(Thomas, 2004).
Melakukan teknik pernapasan Buteyko, diperlukan kursi dan ruangan
senyaman mungkin untuk latihan. Sebaiknya melakukan latihan sebelum makan
atau menunggu setidaknya dua jam setelah makan, karena pencernaan
mempengaruhi pernapasaan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan
dalam melakukan teknik pernapasan Buteyko, yaitu (McKeown, 2004):
1. Pengukuran control pause dan denyut nadi
Dalam melakukan latihan pernapasan Buteyko, terlebih dahulu harus
diukur kemampuan menahan napas (control pause) dan denyut nadi.
2. Postur
Postur yang baik sangat penting untuk melakukan latihan dengan benar
sehingga berhasil mengurangi hiperventilasi. Menggunakan kursi yang
memiliki sandaran sehingga memungkinkan duduk tegak dan kaki menyentuh
lantai, serta tubuh berada dalam kondisi senyaman mungkin. Jika tidak
memiliki kursi dengan sandaran, maka posisi kepala, bahu dan pinggul harus
diatur agar tegak lurus.
3. Konsentrasi
Tutup mata dan fokus pada pernapasan, rasakan udara yang bergerak
masuk dan keluar dari hidung dan gerakan yang berbeda dari tubuh saat
menghirup dan menghembuskan napas. Individu dianjurkan berkonsentrasi
pada pernapasannya, karena seseorang tidak dapat mengubah pernapasannya
jika tidak menyadari bagaimana ia bernapas.
4. Relaksasi bahu
Bahu merupakan bagian penting dalam upaya memperbaiki pernapasan.
Apabila terjadi ketegangan dan kekakuan dapat menyebabkan kesulitan
untuk menaikkan otot-otot bahu ketika bernapas sehingga mempengaruhi
jumlah udara ke dalam paru-paru. Coba untuk sesantai mungkin dan biarkan
bahu rileks serta bergerak alami tiap kali bernapas. Relaksasi akan
membantu mengatur pernapasan.
5. Memantau aliran udara
Rasakan udara yang keluar dari lubang hidung dengan menempatkan jari di
bawah hidung dengan posisi horizontal, jari jangan terlalu dekat ke lubang
hidung karena dapat menggangu aliran udara yang masuk dan keluar dari

6
hidung. Bernapas dangkal Ketika merasakan udara sampai di jari, mulailah
menarik napas kembali, ini akan membantu mengurangi jumlah udara
setiap kali bernapas. Meskipun kegiatan ini akan meningkatkan jumlah napas
yang dilakukan per menit, tapi ini tidak masalah karena tujuannya untuk
mengurangi volume udara. Udara hangat yang lebih sedikit terasa di jari
menandakan bahwa semakin berhasilnya penurunan volume udara setiap kali
bernapas. Diharapkan pasien mampu untuk terus bernapas dengan cara ini
selama 3-5 menit. Kemungkinan yang terjadi pasien tidak dapat
menyelesaikan 5 menit penuh saat pertama kali latihan. Ini akan lebih
mudah dipahami bila mempraktikkan secara langsung.
6. Pengukuran control pause (CP) dan denyut nadi
Setelah selesai melakukan latihan diatas selama 5 menit atau selama
apapun waktu yang dicapai untuk latihan, harus dilakukan kembali
pengukuran control pause dan denyut nadi.
7. Istirahat
Sebelum memulai latihan 5 menit berikutnya, dianjurkan untuk istirahat
terlebih dahulu. Untuk mendapatkan manfaat teknik pernapasan Buteyko
diperlukan waktu setidaknya 20 menit per hari untuk latihan.
8. Latihan blok
Setiap sesi latihan terdiri dari 4 blok penurunan frekuensi bernapas dengan
memeriksa control pause dan nadi sebelum dan setelah latihan setiap blok.
Dibandingkan dengan sesi awal, waktu control pause harus lebih lama dan
denyut nadi harus lebih rendah setelah latihan.

Pada penelitian Adha dkk (2013) di dapatkan bahwa Seluruh responden


(100%) dengan kondisi control pause kurang dari 25 detik (memerlukan perhatian
khusus), dengan rata-rata control pause 21.45 sebelum dilakukan teknik
pernapasan Buteyko. Dan sesudah dilakukan teknik pernapasan Buteyko, terjadi
peningkatan control pause pada pada seluruh responden lebih dari 25 detik yaitu
26-40 detik,dengan rata-rata control pause 31.55 dan Terdapat pengaruh teknik
pernapasan Buteyko terhadap peningkatan control pause.
Jurnal Effectiveness of Buteyko Method in Asthma Control and Quality of
Life of School-age Children Romella C. Lina, Matthew Daniel V. Leysa, dkk
(2012) Penggunaan Metode Buteyko sebagai tambahan untuk manajemen
konvensional asma menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kontrol asma

7
dan dalam mempromosikan kualitas hidup yang lebih baik antara anak-anak usia
sekolah dengan asma bronkial. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang
menunjukkan penurunan frekuensi gejala yang berhubungan dengan asma,
pembatasan aktivitas serta penggunaan bronkodilator dan peningkatan fungsi
emosional setelah 3-4 minggu administrasi Metode Buteyko.
A. Langkah-langkah Teknik Pernapasan Buteyko
Teknik pernapasan Buteyko merupakan serangkaian latihan pernapasan
untuk memperbaiki cara bernapas pasien asma. Waktu yang diperlukan untuk
melakukan latihan ini minimal 20 menit sehari. Langkah-langkah teknik
pernapasan Buteyko secara umum adalah:
1. Langkah 1: Control pause breathing test
a. Duduk tegak pada kursi dan atur posisi senyaman mungkin.
b. Ukur denyut nadi selama 1 menit.
c. Sebagai pemanasan sebaiknya ambil napas normal sebanyak dua kali,
kemudian tahan napas dengan cara mencubit hidung dengan ibu jari dan
telunjuk, serta pastikan mulut tertutup.
d. Pada keinginan pertama kali untuk bernapas, lepaskan cubitan hidung dan
mulai bernapas kembali melalui hidung, atur pernapasan
sesegera mungkin.
e. Hitung berapa lama waktu dapat menahan napas. Individu tidak
harus berusaha menahan napas terlalu lama karena dapat
menyebabkan seseorang mengambil napas dalam setelah pengukuran CP.

Gambar 1. Melakukan Control Pause (Sumber: Alternative Medicine

Zone, 2012).

2. Langkah 2: Bernapas dangkal


a. Fokus pada pernapasan, konsentrasi dan rasakan udara yang
mengalir keluar dan masuk melalui hidung.
b. Tubuh harus rileks, biarkan bahu bergerak secara alami.

8
c. Pastikan bernapas hanya melalui hidung dan mulut tertutup saat
bernapas.
d. Usahakan menggunakan pernapasan diafragma, bukan pernapasan dada.
e. Monitor jumlah udara yang keluar melalui lubang hidung dengan
meletakkan jari di bawah hidung dalam posisi horizontal.
f. Tarik napas sedikit kemudian keluarkan dengan lembut, ketika
udara menyentuh jari tarik napas kembali.
g. Lakukan napas dangkal selama 4 menit dan tunggu selama 2 menit.

Gambar 2. Melakukan Napas Dangkal (Sumber: Microza, 2012)


3. Langkah 3: Penggabungan control pause dan napas dangkal
a. Lakukan control pause.
b. Kurangi pernapasan dengan bernapas dangkal selama 4 menit.
c. Tunggu 2 menit dan lakukan kembali control pause.
d. Kurangi pernapasan dengan bernapas dangkal selama 4 menit.
e. Tunggu 2 menit dan lakukan kembali control pause.
f. Kurangi pernapasan dengan bernapas dangkal selama 4 menit.
g. Tunggu 2 menit dan lakukan kembali control pause.
h. Ukur denyut nadi selama 1 menit.
Langkah penggabungan latihan yaitu control pause bernapas
dangkal control pause - istirahat dilakukan sebanyak 4 sesi. CP yang
diambil pada akhir dari 4 sesi sekitar 25% lebih tinggi dari yang diambil di
awal. Nadi yang diukur setelah latihan adalah sama atau lebih rendah
daripada yang diukur di awal latihan (McKeown,2010).
Sedangkan untuk latihan secara bertahap menurut Buteyko
Breathing Association (2010), langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Teknik pernapasan Buteyko pada minggu pertama:
a. Duduk tegak dan usahakan posisi senyaman mungkin, kemudian
mulai bernapas biasa melalui hidung dan ukur nadi dalam 1 menit.
b. Hitung control pause dengan cara melakukan napas normal dengan
menghirup dan menghembuskan udara melalui hidung. Memegang

9
hidung dengan lembut dan mulai hitung waktunya. Tahan
napas sampai anda pertama kali merasakan keinginan untuk
bernapas kemudian lepaskan tahanan pada hidung dan hentikan
pengukur waktu. Kemudian mulailah bernapas lembut melalui
hidung.
c. Lanjutkan dengan relaxed breathing, yaitu duduklah pada posisi
senyaman mungkin dengan punggung tegak serta kaki dan lutut
selebar bahu, kemudian tutup mata. Letakkan tangan pada bagian
atas dan bawah dada, kemudian mulai bernapas normal dan tenang
melalui hidung. Fokus pada bagian-bagian tubuh yang bergerak
saat bernapas, konsentrasi pada area di bawah dada dan cobalah
bernapas dengan diafragma serta minimalkan pergerakan tangan
yang berada pada dada bagian atas. Setelah beberapa menit
kemudian mulai relaksasi otot wajah, leher, bahu dan kaki. Apabila
mulai merasakan kekurangan udara, ini baik karena menandakan
bahwa latihan mulai bekerja. Lakukan langkah menahan napas dan
napas santai selama tiga menit dan pertahankan pernapasan melalui
hidung serta perhatikan rasa ringan saat bernapas.
d. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
e. Lakukan control pause dan diikuti relaxed breathing selama 3 menit.
f. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
g. Lakukan control pause dan diikuti relaxed breathing selama 3 menit.
h. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
i. Lakukan control pause dan diikuti relaxed breathing selama 3 menit.
j. Kemudian istirahat panjang selama 2 menit.
k. Lakukan control pause terakhir dan ukur denyut nadi.
2. Teknik pernapasan Buteyko pada minggu kedua:
a. Duduk tegak dan usahakan posisi senyaman mungkin, kemudian
mulai bernapas biasa melalui hidung dan ukur nadi dalam 1 menit.
b. Lakukan control pause dan reduced breathing yaitu bernapas
dangkal selama 3 menit.
c. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
d. Lakukan control pause dan reduced breathing selama 3 menit.
e. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
f. Lakukan extended pause yaitu bernapas normal melalui hidung,
kemudian tahan napas 5-10 detik lebih lama dari waktu control
pause dengan menggunakan teknik distraksi seperti bergerak di
kursi atau berjalan. Lepaskan tahanan pada hidung dan pastikan

10
bernapas melalui hidung sepelan mungkin kemudian mulai lakukan
reduced breathing. Lakukan selama 3 menit.
g. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
h. Lakukan extended pause dan reduced breathing selama 3 menit
i. Kemudian istirahat panjang selama 2 menit.
j. Lakukan control pause terakhir dan ukur denyut nadi.
3. Teknik pernapasan Buteyko pada minggu ketiga dan keempat:
a. Duduk tegak dan usahakan posisi senyaman mungkin, kemudian
mulai bernapas biasa melalui hidung dan ukur nadi dalam 1 menit.
b. Lakukan control pause dan very reduced breathing yaitu dilakukan
dengan meletakkan tangan di atas dan bawah dada untuk memantau
pernapasan sehingga memungkinkan mengurangi frekuensi
bernapas. Fokus pada pernapasan dan usahakan melakukan
pernapasan diafragma selama 1 menit. Kemudian kedua tangan
diturunkan ke pangkuan dan biarkan bahu bersantai. Tarik napas
dan bayangkan bahwa udara baru hanya bergerak sejauh dada
bagian atas kemudian tarik napas kembali, lakukan selama 1 menit.
Selanjutnya mengurangi pernapasan dan bayangkan udara baru
hanya bergerak sejauh tenggorokan kemudian tarik napas
kembali, lakukan selama 1 menit.
c. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
d. Lakukan control pause dan very reduced breathing selama 3 menit.
e. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
f. Lakukan extended pause yaitu bernapas normal melalui hidung,
kemudian tahan napas 5-10 detik lebih lama dari waktu control
pause dengan menggunakan teknik distraksi seperti bergerak di
kursi atau berjalan. Lepaskan tahanan pada hidung dan pastikan
bernapas melalui hidung sepelan mungkin kemudian mulai
lakukan very reduced breathing. Lakukan selama 3 menit.
g. Kemudian istirahat pendek selama 20-30 detik.
h. Lakukan extended pause dan very reduced breathing selama 3
menit.
i. Kemudian istirahat panjang selama 2 menit.
j. Lakukan control pause terakhir dan ukur denyut nadi.

KESIMPULAN
Teknik pernafasan Buteyko dapat mengontrol kejadian asma, selain itu terapi
ini dapat mencegah terjadinya komplikasi pada pasien asma. Hal tersebut

11
didukung di beberapa jurnal penelitian yang menyatakan bahwa terapi buteyko ini
dapat mengontrol, menurunkan, dan mencegah terjadinya komplikasi pada pasien
asma. Terapi buteyko ini juga dapat menjadi referensi perawat dalam melakukan
intervensi mandiri.
Terapi Buteyko sebagai tambahan untuk manajemen konvensional asma
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kontrol asma dan dalam
mempromosikan kualitas hidup yang lebih baik antara anak-anak usia sekolah
dengan asma bronkial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, Denny. Kafi, Abdul. Djunaidi, A. (2007). Pernapasan dengan


metode buteyko meningkatkan nilai force expiratory volume in 1
second (%fev1) penderita asma dewasa derajat persisten sedang.
Berita kedokteran masyarakat.
Ambrason,M.B.(2004).A Randomised Controlled Trial of the Buteyko Method
International Journal of Immunorehabilitation.
Almqvist,C.,Worm,M.,& Leynaert,B.(2008).Impact of Gender on Asthma in
Childhood and Adolescence:a GA2LEN review.Allergy.
Bruton,A.,&Thomas,M.(2006).Breathing Therapies and Bronchodilator
Thorax,643-644.
Chaitow,L.,Bradley,D.,& Gilbert,C.(2014).Recognizing and Treating Breathing
Disorders 2nd Edition.China:Elseiver.
Dalimunthe,S.D.(2010).Efektifitas Teknik Pernafasan Buteykko Terhadap
Penurunan Gejala Asma pada Penderita Asma di Kota
Medan.Universitas Sumatera
Utara,http://repository.usus.ac.id/handle/123456789/20596 diakses
pada tanggal 15 oktober 2016
Erna Melastuti & Lailya Husna.(2015). Efektif Teknik Pernafasan Buteyko
Terhadap pengontrolan asma dib alai kesehatan paru Masyarakat
Semarang. Nurscope.Jurnal Keperawatan dan pemikiran
Ilmiah.1(4).1-7.
F. S. F.ram, E.A.Holloway and P.W. jones.(2003).Breathing retraining for asthma
vol 97: London. Departments of PhysiologicalMedicine and
wPsychology, St.Georges Hospital Medical School,University of
London.
Hassan, Riad, & Ahmed. (2012). Effect of Buteyko breathing technique on
patients with bronchial asthma. Egyptian Journal of Chest Diseases
and Tuberculosis , 235 -241.
Robert L. et al.(2008). A randomised controlled trial of the Buteyko technique as
an adjunct to conventional management of asthma.Canada: Elsevier.
S Cooper.et al. (2003).Effect of two breathing exercises (Buteyko and pranayama)
in asthma: a randomised controlled trial. Clinical Sciences
Building,City Hospital,674.

13
14

You might also like